Tumgik
#poetry sajak
rosariumtale · 9 days
Text
Hening mengajarkanku untuk tidak terpana pada bising.
Sunyi menegaskan kepadaku tentang damai dalam ramai.
Air mata, lalu tawa, menyadarkan bahwa yang tampak oleh mata tak lebih hanya maya.
Berdirinya kita, di sudut tak tampak oleh mata, jauh dari gemerlap puja-puja bukanlah sebuah hal yang hina. Sadarkah ?
Lihatlah.. Perhatikan. Lalu renungkan.
Bahkan bangkai sekalipun di gemari oleh lalat-lalat.
Lantas, masihkah gusar bila tak tenar?
Masihkah mendung bila tak disanjung?
Akankah cemar bila tak banyak nyawa yang gemar?
Selamat sore :)
55 notes · View notes
sastrasa · 2 months
Text
Karena itu aku, kamu gak mau.
Kamu bukan takut menjalin hubungan baru dengan seseorang, Tapi karena itu aku, Kamu gak mau. Kamu bukan belum siap menjalin hubungan asmara dengan seseorang, Tapi karena itu aku, Kamu gak mau. Kamu bukan gak mau melawan segala takut dan cemasmu soal masa depan, Tapi karena itu aku, Kamu gak mau. Kamu bukan gak bisa mengusahakan seseorang untuk dapat bersamamu, Tapi karena itu aku, Kamu gak mau. Intinya, bukan aku yang kamu mau, kan?
- Sastrasa
58 notes · View notes
sajaksesak · 10 months
Text
Puisi tidak hanya rupa lega; puisi kadang berat. kadang tangis rupa luka buah bilur yang tertambat di tenggorokan.
Puisi adalah kepergian, puisi adalah kehilangan, puisi adalah ingatan.
Arief Aumar | puisikadangbunuhdiri
105 notes · View notes
nonaabuabu · 7 months
Text
Ada sikap yang selalu aku terjemahkan di setiap kata-katamu, dan ada pula bahasa yang selalu aku artikan di setiap gerakanmu. Mungkin entah di sikap dan bahasa yang mana, aku akan paham bahwa bukan aku.
Terlepas nanti itu siapa, bagaimana dan seperti apa, aku hanya ingin memahami sekat, jarak dan kemungkinan-kemungkinan antara kita, agar aku bisa lekas pergi, sebelum aku bodoh untuk kedua kali.
140 notes · View notes
adikabayu · 21 days
Text
Kalau pagi beralih menjadi malam, dan sekarang beralih menjadi nanti. Maka dekap yang tak sanggup kupeluk sekarang, apakah mungkin terjadi di lain hari?
35 notes · View notes
tuanpoetry · 1 month
Text
aku merasa bahwasanya aku tidak memiliki tempat dimanapun, tidak di bumi, tidak di dalam pikiran manusia bahkan tidak di dalam hatimu. aku merasa tidak diterima dimanapun.
44 notes · View notes
journal-rasa · 10 months
Text
Pria itu berkata:
"Kau bilang kau menyukai hujan, lalu mengapa kau membuka payung untuk berlindung darinya?"
Lalu Sang Wanita tertawa,
"Tuan, jika kau menyukai sebuah mobil, apa kau akan berdiri di tengah jalan dan membiarkan tulangmu patah karena karena tertabrak mobil itu?"
"Mencintai tidak berarti harus membodohi diri, Tuan."
128 notes · View notes
sajaksore · 11 months
Text
Tuhan sudah punya jadwal kapan kita bertemu seseorang, kapan pula kita berpisah.
SajakSore
129 notes · View notes
diksifaa · 4 months
Text
Penerimaan
Pada akhirnya kita lekat pada penerimaan. Terhadap badai yang datang tanpa diundang, runtuhan pilu yang menusuk tak karuan, juga guncangan bumi yang hampir membuat kita menyerah.
Pada akhirnya kita lekat pada penerimaan. Terhadap kegundahan nurani yang tak terhentikan, cahaya pilu yang terus saja menghampiri, juga sejuta tanya bait kehidupan yang belum terjawab.
Pada akhirnya kita lekat pada penerimaan. Terhadap segala sakit yang diderita, kecewa yang mengecewakan, juga dendam yang harus diredam.
Pada akhirnya kita lekat pada penerimaan. Terhadap cita-cita yang mulai berubah haluan, impian besar yang mungkin harus dikubur, juga harap-harap yang selalu disemogakan ke langit.
Pada akhirnya kita lekat pada penerimaan. Terhadap kesempatan yang pernah sia-sia, penyesalan yang tiada habisnya, juga ketertinggalan diri pada pandangan dunia.
Pada akhirnya kita lekat pada penerimaan. Yaaa, akhirnya kita menjemput legawa penuh haru. Dan menemui titik terang, bahwa Dzat Maha Tinggi sangat baik menempatkan kita pada setiap takdir terbaikNya.
Dan pada akhirnya, kita akan bisa selalu menerima tiap-tiap bentuk cinta Sang Maha Cinta pada tiap detiknya, yang berwujud syukur Alhamdulillah.
~Faa
27 notes · View notes
sanggatra · 4 months
Text
Tumblr media
— "Will it be a bad ending for us two, gone astray?"
In the twilight of a dying world, where shadows clung to fractured skies, two souls intertwined in a dance of love and despair. Echoes of melancholy whispered through desolate landscapes as they embarked on a journey, hand in hand, chasing fleeting moments of solace.
Amidst the ruins, where concrete skeletons stood as silent witnesses, their love unfolded like verses in a forgotten poem. The moon cast its silver glow on the remnants of what once thrived, and their footsteps echoed in the haunting emptiness of an apocalyptic ballet.
Through fields of wilted roses, they ran, hearts pounding to the rhythm of an impending demise. He, a painter of dreams, brushed strokes of hope on the canvas of her weary soul. She, a poetess of the forsaken, wove verses of passion and rebellion against the encroaching darkness.
As the crimson sun dipped below the horizon, casting long shadows that reached for their entwined silhouettes, they found refuge in the embrace of dilapidated cathedrals and forgotten libraries. Love blossomed like ivy reclaiming the walls, defiant against the crumbling reality.
"Far away in the universe, my love, Will you join me, like stars above?"
To a place unseen, where dreams take flight, "With you, my dear, in the eternal night."
In the final crescendo of chaos, as the symphony of destruction played its relentless tune, they faced the inevitable hand in hand. Their eyes, windows to a shared eternity, reflected the kaleidoscope of memories forged in the crucible of chaos.
And so, under the indigo canopy of a fading sky, they surrendered to the inevitable, embracing the cataclysmic finale. In the echo of their last breaths, a poetic silence enveloped them, and their love transcended the boundaries of a world spiraling into oblivion.
"Go to the end with me, my lover"
"Crush me in your arms. Give me a lovelier kiss, lover."
Together, in a final embrace, they whispered vows into the abyss, becoming cosmic dust entwined for all eternity. In the symphony of an apocalyptic swan song, their love story etched itself into the annals of a forgotten universe, a tale of passion that defied the very fabric of extinction.
50 notes · View notes
rosariumtale · 13 days
Text
Mendamba
Aku pernah begitu mendamba satu dua kalimat yang kau lontar.
Aku pernah begitu menunggu balasan pesan yang tak kunjung datang darimu. Aku pernah begitu merindu saat kau tak berkenan memberi temu. Hari-hari itu sesungguhnya begitu sesak bagiku, namun harap membuatku berkata, "dia layak ditunggu, mari tunggu sehari lagi." Hingga tanpa sadar sekian bulan berlalu. Dan yang ku dapati hanya tiadanya kabar darimu.
48 notes · View notes
ceritajihan · 1 year
Text
Tumblr media
Ini bukan tentang rumah melainkan tentang pemilik nya, dia tuan rumah yang ramah tak banyak bicara tapi menatap hangat menyimak orang lain bercerita. Di mata nya yang dalam selalu ada ruang diskusi teduh yang berhasil membuat jiwa ku mempertanyakan perihal cinta yang masih bias, dan Kaku.
@ceritajihan
159 notes · View notes
ceritasonia · 1 year
Text
Tumblr media
Dalam Mimpiku
Dalam mimpiku kau adalah laut biru yang luas. Sementara aku perempuan penakut yang terjebak dalam ruang pengap hingga takdir menenggelamkanku menujumu.
Aku membayangkan diriku menjadi ikan-ikan kecil yang berlarian sambil menari mengikuti gelombang. Mengalir tenang.
Malam ini aku ingin bertemu denganmu lagi, kali ini bisakah kau menjadi langit? Lalu aku akan menjadi burung yang tiap kepaknya berjanji untuk terbang hanya padamu.
-S🍁
*gambar dari pinterest
67 notes · View notes
naufalhafizh · 9 months
Text
Tumblr media
kondensasi
#draft
awan bagiku ialah manifestasi paling magis atas dewasanya sebuah rasa.
tentang bagaimana pada setiap putaran, sang awan kian tumbuh beriringan dengan datangnya angin dingin pembawa butir-butir pemaknaan. menjadikannya kumulus dikala hari sedang terik, hingga kita dapat menyaksikannya beriringan dengan biru langit dalam atmosfer yang begitu memanja mata.
adakalanya ia menjelma nimbus, menggelegar, menimpa hamparan dunia dengan rintik air sendu. begitu merepotkan memang, namun secara tak langsung, ia meneduhkan pencintanya. menghembuskan angin dingin pembawa memori-memori masa lalu, menenangkan mereka yang tengah berkisruh dengan kiamat gelombang panas, dan mencipta pelangi diakhir tangisannya. membuat segenap pasang mata takjub akan harmoni yang tercipta dari sebuah awan.
oh iya, awan biasanya menghilang sewaktu-waktu, yaa sekalipun sejauh yang kutahu tidak ada yang mempedulikannya, namun jangan pernah berpikir kita dapat hidup tanpa awan. kau tahu? awan telah berjuta kali meneduhkan mereka yang tua dimakan terik, awan telah menciptakan nuansa yang damai bagi mereka yang dimadu asmara, dan awan pula telah membangkitkan kenangan bagi mereka yang rindu, rindu untuk kembali pada waktu lalu, atau bahkan rindu untuk melupa segala yang tabu.
awan mengajarkanku untuk dewasa, salah satunya dengan caramu mencintai seseorang, kau tak mesti terus bersamanya.
46 notes · View notes
adikabayu · 2 days
Text
Napasmu lebur di langit-langit, sementara napasku menyelam di dalam samudra. Beruntungnya, kita masih berada di bumi yang sama, meski aku tenggelam dan dirimu mengudara.
17 notes · View notes
bomatom · 26 days
Text
Aku Mengaku
aku mengaku hati ini telah dilanda suaramu
bagai sebutir pasir ditenggelami samudera
aku mengaku mata ini telah terpikat wajahmu
bagai seekor arnab dimabuk asmara
aku mengaku badan ini telah disembuh tanganmu
bagai arus sebatang jari mengejutkan kalbu
aku mengaku jiwa ini telah tersesat tanpamu
bagai nyala sesuatu api dijadikan abu
15 notes · View notes