Nasihat berharga dari Sahabat Fudhail bin Iyadh Rahimahullah
"Berbuat baiklah di sisa usiamu Maka engkau akan diampuni atas keburukan hidupmu di masa silam. Namun jika kau masih berbuat buruk di sisa usiamu, Allah akan menghukummu untuk keburukan di sisa usiamu dan seluruh keburukanmu di masa silam."
Sekarang aku mengerti kenapa orang tua dulu suka sekali duduk menyendiri di teras depan.☺️🥹
Menjadi dewasa rupanya penuh dengan berbagai pertimbangan dalam sebuah keputusan. Makanya banyak belajar dari mana pun itu penting. Juga memahami diri jauh lebih penting.
Tidak semua yang indah adalah kebahagiaan. Karena kerapkali ia justru melalaikan.
Tidak semua yang kelam itu adalah kesedihan. Karena kerapkali ia justru menguatkan.
Seperti apa yang diucapkan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Hatiku tenang sebab mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.”
Agama ini tidak didesain hanya untuk memuaskan nafsu belajar kita. Sebab dibanding ilmu yang banyak di dalam kepala, sikap konsisten adalah yang utama.
Tidak ada yang lebih utama selain konsisten. Saat ilmu perihal agama ini telah memenuhi ruang-ruang di dalam kepala, pada akhirnya sikap kita terkait ilmu tersebut yang akan menentukan kualitas diri kita.
Karena rupanya benar, telah banyak yang paham mengenai kaki yang juga merupakan aurat bagi wanita. Namun untuk konsisten mengenakan kaos kaki saat bepergian keluar rumah, hanya sedikit yang bisa.
Telah banyak yang paham bahwa dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan, ada yang dikatakan bukan mahram. Tapi rupanya sedikit sekali yang bisa berlapang dada untuk meninggalkan campur baur sebuah lingkar pertemanan.
Telah banyak yang mengerti bahwa perempuan adalah fitnah terbesar bagi laki-laki. Tapi popularitas dan kesenangan duniawi, mengalahkan syariat yang telah ada sejak zaman Nabi.
Untuk itulah ilmu konsistensi lebih utama dari yang lain. Karena betapa banyak orang yang sudah belajar, namun akhirnya lepas pegangan karena kurang konsisten.
Karena tolok ukur dari ilmu yang kita pelajari adalah sikap yang senantiasa mengitari setelah mengetahui. Karena konsep dari berilmu sebelum beramal tidak semata-mata ada tanpa hikmah yang berarti.
Karena sungguh, ilmu ada untuk kemudian disempurnakan oleh amalan. Karena kita belajar bukan hanya untuk menjadi tahu, namun untuk mengamalkan hasil belajar itu di dalam kehidupan.
Lantas apakah benar sikap konsisten akan diperoleh dari ilmu yang diamalkan?
Tentu saja tidak!
Sikap konsisten lahir dari jalan-jalan panjang permohonan kepada-Nya. Permohonan untuk senantiasa diteguhkan dalam beramal sesuai perintah-Nya. Sikap konsisten lahir dari sikap pantang menyerah untuk terus berusaha dan mencoba.
Agama ini didesain untuk mengingatkan kita perihal besar-kecil sebuah amalan yang kita kerjakan - selama tidak menyimpang dari syariat yang diajarkan - maka segalanya akan terhitung pahala.
Termasuk mengenakan kaos kaki saat hendak keluar rumah. Atau menghindari pergaulan yang mengantarkan kita pada sesuatu yang sia-sia.
Agama ini memang tidak menjanjikan kepada kita perihal iman yang tidak akan kendur. Tapi agama ini selalu menyajikan solusi terkait masalah yang kita hadapi.
Termasuk masalah kesulitan istiqomah di jalan-jalan yang dulunya sudah pernah kita jejaki.
Jika kamu senantiasa mampu menjaga sholat 5 waktu dan istiqomah menjalankannya, percayalah utamanya itu BUKAN karena kebiasaan
Jika kamu setiap hari bisa berinteraksi dengan Al-Qur'an dan istiqomah menjalankannya, percayalah utamanya itu BUKAN karena kebiasaan
Jika kamu setiap hari mudah dalam mengamalkan amalan sunnah dan istiqomah menjalankannya, percayalah utamanya itu BUKAN karena kebiasaan.
.
Namun percayalah pada satu hal ini! Perihal yang lebih mahal dari sekedar kebiasaan, ialah Rahmat-Nya & Hidayah-Nya
Semua amalan yang bisa kita jalani hingga hari ini, semuanya tidak lepas dari rahmat dan hidayah-Nya.
.
Mari kita simak kembali fenomena di sekitar kita.. berapa banyak orang yang ber-KTP Islam, tapi kewajibabn shalat masih kerap ia tinggalkan?
Lihat kembali, berapa banyak orang ber-KTP Islam, namun mereka lebih fasih bersenandung lagu korea dibandingkan melantunkan ayat suci Al-Qur'an?
Cukup banyak! Akan tetapi.. jika Allah sudah menurunkan Rahmat & Hidayah kepada hamba pilihan-Nya, percayalah akan SANGAT MUDAH bagi seorang muslim, berubah 180 derajat menjadi muslim yang sebenarnya karena kebaikan & kasih sayang Allah.
Dari enggan shalat, jadi rindu shalat. Dari buta huruf Al-Qur'an, jadi lancar dan mampu mengkhatamkan-nya untuk pertama kalinya. Dari acuh terhadap sunnah, menjadi ahli sunnah.
.
Maka bersyukurlah dan jangan berbangga diri, jika kita hari ini masih diberi kesempatan untuk mampu beribadah kepada-Nya.
Itu semua bukan semata-mata karena kemampuan kita sehingga bisa menjadi kebiasaan, MELAINKAN Allah-lah yang telah memampukan kita, sehingga amalan menjadi ringan untuk dijalani setiap hari.
Untuk itu, teruslah berdoa agar kepada Allah, agar kita senantiasa istiqomah menjalankan ibadah kepada-Nya. Serta mari kita ajak atau doakan juga saudara/teman kita, yang belum mampu agar menjadi mampu senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Pantas saja dalam hadits disebutkan bahwa Allah menyukai amalan yang rutin meskipun sedikit.
Ternyata, rutin atau istilah lainnya kontinu atau istiqomah memang merupakan amalan yang besar sekali tanggung jawabnya. Karena seringnya, ditengah niat dan tekad yang sudah bulat untuk konsisten dalam berproses pasti akan ada banyak sekali ujian dan godaan yang melalaikan.
Karena untuk menjadi konsisten itu bukan sekadar kita melakukan sesuatu dengan kondisi yang stagnan. Tetapi juga bagaimana menjaga komitmen dan prinsip yang sudah kita tekadkan, agar jangan sampai kita mengingkarinya atau menyepelekannya.
Karena untuk menjadi konsisten menuntut kita untuk senantiasa belajar mengelola kesabaran. Dalam perjalanannya, pasti selalu akan ada ujian yang mungkin membuat kita ingin menyerah saja. Tetapi ingat, bahwa menjadi konsisten memang bukan perkara yang mudah, tetapi jangan lupakan bahwa Allah mencintai orang yang konsisten dalam beramal loh :")
Karena untuk menjadi konsisten secara tidak langsung mengharuskan kita menjadi pribadi yang pembelajar dan terus haus akan ilmu dan amal kebaikan. Sehingga, akan kita temui bahwa makin banyak kita menambah ilmu, akan semakin kita merasa bahwa kita bukanlah apa apa. Yang kita miliki dan punyai hanya segelintir ilmu saja dari luasnya ilmu yang belum kita ketahui.
Ternyata, menjadi konsisten itu bukan sesuatu yang semudah diucap.
Menjadi konsisten dalam berproses berarti bersedia merawat dan membenahi diri sepanjang hidup agar senantiasa terus lebih baik dari waktu ke waktu.
Bertahan dalam segala sempit. Bersabar dalam segala ujian.
Karena ada keyakinan dalam hati bahwa dengan terus konsisten berarti kita sedang melangkah setapak demi tapak untuk mwnuju garis finish yang ingin kita capai.
Mungkin diri ini masih teramat jauh dari menjadi pribadi yang konsisten. Maka, semoga Allah senantiasa mengistiqomahkan kita dalam berproses dan menghimpun kita dengan orang orang yang konsisten. Aamiin.
Dr. Agus Setiawan, Lc., MA. (ketua STIQ Al-Multazam) mengatakan dalam sebuah kajiannya pagi ini :
Hijrah itu tidaklah sederhana, dan tidaklah mudah..❗
"Kalau saja bukan karena cinta (Sama Allah dan Rasul-Nya) waktu itu, dan kalau saja bukan karena janji Allah sungguh para sahabat akan sangat merasa berat untuk hijrah (hijrah fisik ataupun hijrah ma'nawiyah) meninggalkan keluarga harta, keyakinan sebelumnya, jabatan, dll.
Seringkali kita masih salah memahami makna hijrah, dan jangan-jangan sejauh ini kita hanya hijrah "Penampilan" agar terlihat islami saja.. padahal hijrah bukan hanya tentang itu.
Pantas kita masih menggampangkan hijrah kalau esensinya hanya merubah penampilan agar lebih Islami..
Dan tingkatan yang lebih berat, bahwa setelah hijrah ada hal yang Allah akan uji lagi yaitu "ISTIQOMAH"..
Tapi kerennya, di balik itu semua Allah menyandingkan Hijrah dengan orang-orang beriman, dengan Orang yang berjihad di jalan Allah . 🥹
Orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, serta orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang Muhajirin), mereka itulah orang-orang mukmin yang sebenarnya. Bagi mereka ampunan (yang besar) dan rezeki yang mulia.
Apa yang menyebabkan ramadhan dijuluki sebagai bulan ketaatan? Karena pada bulan itu kita dikondisikan untuk taat. Lingkungan mendukung kita untuk taat.
Semua orang sadar dan tahu bulan ini bulan yang berkah, "La'allakum tattaqun" artinya agar kalian bertaqwa, karena itulah semua orang berlomba-lomba untuk mencapai tingkat taqwa pada bulan ini.
Tapi apakah ketaatan itu hanya untuk satu bulan saja? TENTU TIDAK. 11 bulan lainnya haruslah terus dalam ketaatan.
Dalam Quran surah Az-Zariyat: 50 yang artinya" Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu"
Imam Bisyr bin Al-Harits Al-Hafi pernah ditanya tentang orang-orang yang sungguh-sungguh dan rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan , maka beliau menjawab,
“Mereka adalah seburuk-buruk kaum, karena tidak mengenal Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan. Sesungguhnya hamba yang saleh adalah yang rajin dan sungguh-sungguh dalam ibadah dalam setahun penuh.” (Lathaiful Ma’arif, Ibnu Rajab al-Hambali, 313)
Bukankah kita membutuhkan rahmat Allah ta'ala baik di dalam maupun di luar ramadhan? Maka kita perlu menjaga tugas besar, yakni menjaga ketaatan kepada Allah walaupun ramadhan telah berlalu.
Tips Menjaga Ketaatan Setelah Ramadhan
[1] Memohon Keteguhan Iman Kepada Allah Ta'ala
Hati manusia selalu berbolak balik dan iman manusia selalu naik turun. Maka mohonlah pertolongan Allah dengan berdoa:
Artinya: "Wahai Zat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)." (HR. Tirmidzi, no. 3522 dan Ahmad, 6:315).
Teruslah memohon selalu diberi hidayah dan keistiqomahan, selalu luruh pada agama Allah yang lurus.
[2] Istiqomah dalam Beribadah
Istiqomah= konsisten dan konsekuen
Batas istiqomah itu bukan hanya sampai pada idul fitri, tapi sepanjang hayat. Dalam Quran surah Al-Hijr: 99, "Sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kepastian (kematian)."
Ayat ini merupakan peringat, bahwa pembatas manusia dengan ibadah hanya kematian.
Ibadah-ibadah yang sudah dikerjakan selama ramadhan teruslah berlanjut pada bulan-bulan selanjutnya. Bukan ramadhan berakhir, amalan pun berakhir. Bukan ramadhan berakhir, kebaikan pun berakhir. Namun, jagalah ibadah-ibadah kita kepada Allah ta'ala.
“Wahai sekalian manusia, kerjakanlah amalan-amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Sesungguhnya Allah tidak bosan sampai kalian bosan. Dan sungguh, amalan yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang dikerjakan secara terus menerus walau sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ada motivasi bagus dari moto hidup dari salah seorah sahabat nabi, Bara' bin Malik :
"Ingat Allah, ingat syurga"
Moto hidup yang luar biasa
Note: kita tidak hanya menjaga ibadah-ibadah kita saja, tapi juga meningkatnya
Wahai jiwa yang akan meninggalkan dunia ini, berlindunglah kepada Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Persiapkanlah dirimu dengan amal sholeh dan kesucian hati. Ingatlah, kehidupan dunia hanyalah sementara, dan akhiratlah tujuan utama. Perbaikilah hubunganmu dengan Allah dan sesama manusia.
Semoga setiap langkahmu di dunia ini menjadi bekal menuju akhirat. Wahai Allah, terimalah hamba-Mu ini dengan rahmat-Mu, ampunilah segala dosanya, dan berikanlah kepadanya husnul khatimah.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, ya Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Mu. Semoga akhir hidupku menjadikan pintu menuju surga-Mu.
Jadilah orang yang haus ilmu, yang selalu merasa bodoh dan mau belajar, karena barangsiapa tidak mau merasakan lelahnya belajar maka dia harus menderita dengan perihnya kebodohan.
Belajarlah ilmu agama dan ilmu dunia sampai kamu ada di fase, ternyata menghasilkan uang itu mudah tapi kamu ga punya cukup waktu (umur) buat meraih semuanya . Sampai kamu mengerti bahwa dunia itu ga lebih berharga dari waktu.
Orang sukses itu bukan orang yang banyak uangnya tapi orang yang berkah waktunya(umurnya). Percuma menguasai dunia tapi ketika meninggal ga punya bekal apa-apa. Asing dengan keluarga, kehilangan cinta, tidak punya nilai bagi sesama, tak berharga di mata Tuhannya. Cari uang itu mudah, jadi sukses itu yang susah tapi lebih susah lagi kalau ga sukses.
Karena segala kepemilikan di dunia ini hanyalah “sebuah titipan”.
Percaya atau tidak, segala sesuatu yang melekat pada hati terasa akan menyakitkan jika kehilangan.
Seakan hidup sudah tidak ada harapan lagi. Seakan hidup terasa begitu hancur.
Seakan hidup terasa tidak adil.
Percaya atau tidak, segala sesuatu yang melekat pada hati tetapi sesuatu nya itu bukan “Allah”, secara tidak langsung telah menduakan Allah.
Padahal puncak atas segala nya adalah “Cukuplah hanya Allaah” didalam hati.
Dikasih duit 50juta, girangnya bukan main, sampai-sampai sholatpun tidak khusyuk karena saking bahagia nya. Bukan lagi menomor-satukan Allah, tetapi tindakan kita malah seakan menduakan Allah. Lebih condong kepada “sesuatu” yang seharusnya tidak perlu dimasukkan ke hati.
Ada seseorang yang melabuhkan komitmennya kepada diri, bahagia nya bukan main. Sampai-sampai saking girangnya merasa semesta milik seorang sahaja. Lupa bersyukur, lupa diri, lupa siapa pemilik hati.
Secara tidak langsung, tindakan kita mencerminkan bahwa diri begitu mencintai “sesuatu” itu ketimbang menomorsatukan Allah.
Perlahan, diri mulai jauh. Jauh dari Allah. Bahkan di sela sholat pun, masih dunia yang ada di hati — Yang katanya bukan dunia yang ada dalam hati :)
"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda-tanda (kekuasaan) Allah. Keduanya diciptakan Allah sebagai sarana untuk menanamkan rasa takut pada hamba-Nya." (HR Muslim).
"Salah satu hikmah di balik gerhana matahari atau bulan adalah peringatan dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, agar mereka meningkatkan ketaatan kepada-Nya dan meninggalkan segala macam perbuatan maksiat. Juga agar mereka takut akan azab Allah yang bisa turun kapan saja dan di mana saja." (Quran 17:59).
Nabi Muhammad (SAW) memotivasi umatnya untuk melakukan perbuatan yang dapat mencegah turunnya siksa, antara lain mengerjakan amal shaleh, mendirikan shalat, mengingat Allah, berdoa, bersedekah, bertaubat, dan lain sebagainya. (HR Muslim).
🎬 In the Shadows of the Eclipse… HelenBreznik x Ai