Tumgik
#sajak patah
journal-rasa · 9 months
Text
"Hanya karena nyaman dengan kebersamaan, bukan berarti harus melibatkan perasaan."
Seharusnya begitu.
68 notes · View notes
jejaringbiru · 10 months
Text
Hari Ini
Tumblr media
@lenterapenamu
Hari ini, jantungku berdegup begitu kencang, rasanya sesak. Bahkan aku seperti kesulitan mencerna pikiran. Kucoba untuk tenang dan gelombang di dada masih saja tak beraturan. 
Lalu, aku mencoba mengingat Tuhan, Dia Allah yang akan menurunkan ketenangan pada hati yang sedang merapal beribu-ribu permintaan. Sungguh, diriku penuh dengan keyakinan. Perlahan, kulantunkan penghambaan secara mendalam. Semakin kumengingat kasih sayang-Nya, semakin aku merasakan kekuatan.
Aku ingin bertahan, aku ingin melewati badai yang hampir tak berkesudahan. Semoga Allah mampukan diri ini untuk menuntaskan ujian kehidupan.
@aksarapuan94
Pesan darimu hari ini kudiamkan. Barangkali sampai beberapa waktu kedepan. Sebab aku ragu, kita saling bertukar pesan atau kamu hanya sekadar membalas pesan. Aku berusaha secukupnya denganmu hari ini, sebab takut tak bisa mengendalikan diri saat kamu hilang nanti.
@cawanrasa 
Ketika hari ini kudapati belum ada kemajuan tentang kita, hatiku selalu bersuara "mungkin besok." Namun ketika besok telah menjadi hari ini, malangnya hatiku masih menyuarakan hal yang sama. Entah berapa banyak lagi besok yang harus kutemui. Satu hal yang pasti, aku akan setia menanti.
@gndrg
Hari ini adalah kamu Kemarin adalah aku Semesta dihantui ragu Hingga menjadikan kita lini waktu yang tak satu
Hari ini, aku juga akan merekayasa hujan bersama angin dan awan. Atau mungkin melukis senja dengan surya dan cakrawala. Entah mengapa, belakangan ini aku menjadi begitu licik demi merencanakan pertemuan kita lagi.
@hardkryptoniteheart
Cahayamu pernah menjadi suar yang memanduku keluar dari kegelapan. Kala itu, aku tak pernah satu kalipun menyangka akan mengalami jatuh sampai titik terendah dalam hidup.
Jika bayangmu yang bercahaya itu tak dihadirkan Tuhan ke dalam benakku, apakah mungkin kulihat harapan yang dapat membuatku bangkit kembali dan bertahan hidup sampai hari ini?
@maknafrasa
Hari ini masih sama seperti hari kemarin. Rasaku padamu. Rinduku padamu. Belum dapat terganti. Sampai hari ini masih ada namamu di hati. Hari ini masih sama seperti hari kemarin. Rasaku padamu. Rinduku padamu. Belum dapat terganti. Sampai hari ini masih ada namamu di hati.
@padangboelan
Katanya, teman terbaik adalah diri kita sendiri. Maka, mulai hari ini aku ingin mencintai diriku lebih baik lagi.
@yurikoprastiyo
Cara untuk memenangkan pertarungan dikemudian hari, bisa diawali dengan sebuah tindakan dihari ini.
@yustrialubna
Menengok ke belakang, mustahil terulang.
Menatap jauh ke depan, seringkali malah menambah kecemasan. Penyesalan tiada arti jika tak diperbaiki hari ini. Kecemasan tiada henti jika tak dipersiapkan sejak saat ini.
Sadarlah dan hiduplah sekarang, gunakan dengan baik untuk mempersiapkan hari yang akan datang.
@calonmanusia
Hari ini mungkin tak kau dapatkan keinginanmu di hari kemarin. Bisa jadi hari ini bukanlah waktu yang tepat. Mungkin kau belum butuh yang kau harapkan, atau mungkin kau belum siap mendapatkannya.
Apakah kau ingat, mungkin hari ini salah satu do'amu atau do'a orang-orang tersayangmu telah dikabulkan. Do'a yang telah sangat lama kau panjatkan itu telah tiba pada saat waktu paling tepat. Kau ingatkah itu?
Hari ini, cobalah ingat-ingat do'a masa lalumu. Dan mari mulai untuk meredam ego tergesa-gesa dalam memanjatkan do'a. Skenarionya lebih dari semua yang kau bayangakan.
Hari ini berbahagialah.
@shofiyah-anisa​
Hari ini saat fajar, kembali kutengokkan kepalaku ke masa silam. 
Katamu "biasa aja sih", saat memberi kesan akanku. Maka, saat itu kuputuskan untuk kita berteman. Begitu roda kehidupan diputar, binar matamu selalu terpancar, namun seakan kututupi dengan benang tebal, hingga larut kau tinggalkan secarik pesan “Aku akan pergi.”. 
Apakah aku menyesal? Tidak, cara menyayangimu adalah berbeda, pergilah dengan bangga dan bahagia. Aku? Tidak akan menutup pintu, barangkali kau akan menengok sesekali.
@manusiafajar
Lagi, menangis lagi hari ini. Lagi, menyeka air mata sendiri.
Lantas, apa yang salah dengan sendiri dan hari ini? 
Lebih cepat melangkah, menyusun ketegaran tanpa keluh kesah. Sayang, kamu tidak selemah dan selelah itu untuk berhenti dan menyerah.
Dan kan tiba saatnya susunan ketegaran menemukan ketegaran lain dan menjadi kuat, tanpa kalah.
71 notes · View notes
suniyahdewi · 11 months
Text
Hanya sakit. Tidak sampai patah. Kamu hanya perlu bangkit. Lantas melanjutkan langkah.
@suniyahdewi
89 notes · View notes
uni-rie · 6 months
Text
Tidak apa-apa, biar kenangan kita saja yang memberi nyawa untukku tetap hidup.
Tetaplah pergi, dan bawa juga seluruh rasa yang pernah kamu titipkan dan berikan saja padanya.
Jangan menoleh atau pun berbalik!!
Pergi yang jauh, 01 November 2023 ||. 11.30
Tumblr media
39 notes · View notes
85kilometer · 14 days
Text
Menyepakati Jeda
Adalah dua satu empat belas; setelah percakapan panjang dengan pasangan—aku dan ia bersepakat untuk rehat dari segala hiruk-pikuk kepala. Namun seluruh akal menggerogoti raga, mengelumat daya tak bersisa hingga jadi abu tanpa nyawa.
Pertengkaran memang selalu melelahkan, namun kita tak alpa melakukan. Aku menyayanginya, dan ia juga menyayangiku. Kita saling menyayangi namun dengan cara masing-masing. Hingga seringkali kita berdebat; entah memperdebatkan diri kita atau orang lain. Dan kita, selalu saja tak kehabisan topik dalam mengupas apapun.
Ia dengan segala kecerdikan mampu mengutarakan isi kepala yang seringkali kutentang. Begitu juga denganku, yang bersikukuh dengan pendirian. Ironisnya, kita tak henti bertarung hingga menjelang petang.
Kukira berdiskusi tanpa lelah selalu menemui titik temu, namun baginya menuai masalah baru.
Lalu, kupikir beradu argumen selalu menyimpul benang merah, namun baginya hanya lilitan benang tanpa arah.
Akhirnya, kita menyepakati jeda, meminimalisir komunikasi, dan memberi rehat pada raga yang dirundung lelah. Agar hening memberi perenungan dan memahami esensi kedua jiwa yang saling menentang.
12 notes · View notes
melodirinai · 15 days
Text
Kita sudah tidak bisa dipersatukan. Kau berada diatas awan, sementara aku terjebak lumpur di daratan.
Aku tak ingin lagi menipu diri hanya untuk bertahan, aku memutuskan untuk pergi demi meraih ketenangan yang selama ini sangat kudambakan.
Aku juga tak ingin lagi kembali. Jika kembali, yang menyambutku hanya langit kelabu tanpa mentari, tanpa pelangi.
Maka tibalah kita di titik ini, tak lagi bisa saling menyayangi sepenuh hati, tak lagi bisa saling mencinta seperti dulu lagi.
Dan kisah kita yang dulu menjadi seberkas memori yang tak ingin kuingat lagi.
—@melodirinai
9 notes · View notes
coffilosofia · 3 months
Text
SAUDADE
Aku melihat siang tengah menemui penghujung usianya. Di kejauhan tampak senja menyapa sang cakrawala dengan manja. Semburat biru ungu dan jingga saling menarik dan bertumbuk memecah dalam gurat-gurat warna baru. Tiba-tiba langit menggelap tanpa petanda, yang sesegera hujan menumpahkan seluruh airmata pada bumi yang gersang akan keping kerinduan, padamu.
Didekap deras rintiknya, aku mengayunkan langkah menyusuri jalan pulang yang dulu pernah kulalui bersamamu. Masih lekat dalam ingatan, jemari yang saling menggenggam, senyum yang saling merengkuh dan hati yang bersetubuh. Ujung-ujung bibirku naik perlahan, sesegera menyunggingkan kehangatan.
Aku melintasi kembali kenangan-kenangan yang menetap pada buncah-buncah yang terdalam. Entah itu damainya pelukmu atau lekat tatapmu yang mampu melampaui asa-asa jiwa yang tersembunyi. Hanya engkau yang mampu mendedah segala emosi diri yang pernah sebegitu terkekang angkuh logikaku. Aku lupa memberinya nama, rasa itu.
Aku menyadari aku tak lagi merasakan kehilangan yang pernah nyaman menemani sisi-sisi hati. Pedih yang dulu pernah membelenggu tangisku, menderu-deru bak kisaran angin yang mengoyak ketenangan batin.
Engkau tak lagi bisa membersamai. Tenanglah hidupmu disana dengannya. Demimu aku akan merayakannya; takdir yang bergenta-genta. Aku pun menemukan diriku dalam kedamaian menawan yang aku kesulitan untuk menjabarkan. Apa yang engkau tinggalkan akan teguh terjaga tak tergugat oleh ruang, jarak atau niskala sang waktu.
Tak mengapa, aku kini bisa leluasa memelukmu dalam doa serta serpih-serpih yang tersisa dari kita saja. Lara tak lagi membekukan luka. Ia menuntunku penuh kelembutan pada apa yang pernah singgah dalam satu masa hidupku; ketenteraman mencintaimu.
12 notes · View notes
semburatsore · 7 days
Text
Hanya ingin singgah
Berjalan tertatih,
Menyedihkan,
Untuk sekedar bercengkrama kita lakukan hanya basa-basi,
Memilukan,
Ku tak mau berlari,
dan terus berlari,
Sudah capek, ku hanya mau singgah didalam dekapan sang Rembulan,
Memandang selalu ciptaan Illahi yang tiada tara,
dan senantiasa tidak berada dalam ujung harapan.
Aku berharap aku hanya tidak tak tahu diri di depan orang lain, karena kalau dibelakang, aku rasa tumbuhan pun tahu.
Semburat Sore,
22.04.24
8 notes · View notes
bntla · 29 days
Text
Sebagian ketenangan adalah mengakui kekalahan, dan menerima ketidak berdayaan ini.
Lalu pulang ke dalam diri sendiri tanpa mencaci maki. Hanya perlu menyadari tubuh ini terluka.
Dan aku sendiri, tempat pulang terbaik bagi lukaku.
8 notes · View notes
aksaranjoo · 1 year
Text
Setiap malam ada manusia-manusia yang hanya ditemani oleh tangisan. Tak bersuara, hanya sesak yang ia rasa. Matanya sesekali hanya melihat kegelapan dan isi kepalanya berisik tak beraturan. Dia terus berusaha meyakinkan diri sendiri, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Begitu, katanya.
66 notes · View notes
goresanpuan · 2 months
Text
Sang Pengais Kasih
Tiada satupun orang yang tidak mendambakan lembutnya kasih, merasakan hangatnya asih yang menjalar meredakan perih, menggantikan letih membiarkan diri dimanja sang kekasih
Aku pun juga begitu, hanya saja aku mendambakan seseorang yang mampu mengganti sedih menjadi gelagak tawa yang suaranya melengking, yang mau mengusahakan aku meski getih harus terurai dengan pengorbanan seribu jerih tak lupa dibarengi dengan tasbih supaya cintanya diridhoi juga dengan sedikit rempah rempah pedih supaya ceritanya tak terasa kebas di hati,
"Tapi bukan kah itu terlalu berlebih? cinta yang terus menggebu tanpa henti, yang darahnya terus terurai tak peduli penat meracuni hati, bukankah itu perlahan-lahan akan membuat kalian berdua mati? apalah arti cinta bila asihnya digambarkan sebagai obsesi? apalah arti bersama bila kasihnya saling membakar satu sama lain?" ucap sang batin melontarkan kalimat seakan yang aku inginkan ialah sesuatu yang sangat batil.
Aku pun tau dua api yang saling bertemu karena semburan minyak tak henti hanya akan menghasilkan pengorbanan tanpa arti, tapi apalah dayaku, sejak kecil mataku selalu dimanja dengan kobaran dua sejoli yang mengatakan keduanya saling asih, bertahan hanya atas nama buah hati meski aku tau jauh dalam benak mereka, keduanya masih saling mencintai meski harus saling meracuni
"Bagiku tak masalah, biarlah kamu katakan aku sang pengais kasih yang gila obsesi atas cinta yang kamu aggap melanggar nilai asih, asalkan dalam ceritanya aku merasa hidup, tinggal di dalam perasaan yang saling meletup-letup, seribu belatipun rela ku tembus demi mereka yang menginginkan secara tulus, sungguh!"
11 notes · View notes
jeritmalam · 2 months
Text
Senja datang dengan kesepian yang dalam, Memantulkan bayang kesendirianku. Di bawah langit berwarna jingga yang pudar, Aku terdiam dalam kesedihan yang mengalir.
-jeritmalam
9 notes · View notes
langitdanlaut · 6 months
Text
"Jika kematian datang di tempat yang sering dan suka kita datangi, berkali-kali aku pergi ke lautan dengan tujuan ini."
14 notes · View notes
uni-rie · 6 months
Text
Maafkan aku Tuhan, ternyata aku belum bisa ikhlas untuk sebuah kepergian, masih terasa sakitnya walau berusaha aku tahan.
38 hari yang sunyi, 24 Oktober 2023 || 22.40
26 notes · View notes
85kilometer · 21 days
Text
Membalasmu Setelah Empat Puluh Dua Menit Awal
Selamat pagi Perempuan Kesayangan.
Tulisan ini kujadikan balasan untukmu yang sedang menghibur diri dengan kata-kata pada empat puluh dua menit setelah tengah malam berlalu di bagian barat negeri.
Sayangku, jangan bersedih, bukanlah salahmu yang membuat amarahku kambuh. Hanya aku yang menjatuhkan diri pada genangan tak waras nan gusar. Maka, harusnya aku yang berterimakasih karena telah memadamkan resah bersama susah dalam air mata. Meski begitu, engkau tetap membersamai catatan kisahku. Bersama ini, kuimpikan catatan sepanjang napas yang engkau liputi hingga menetap dengan baka.
Sayangku, maafkanlah aku sebagai lelaki tidak tahu diri yang dibutakan jejak usang. Maafkanlah aku yang membiarkan sanubarimu berdarah-darah bergelimang larutan derita. Maafkanlah aku yang seringkali tak menjulurkan tangan kepadamu di tepi jurang bimbang. Jumlah jariku tidak ada apa-apanya dibanding keramahan terbaik darimu seorang.
Sayangku, engkau sangat layak mendapatkan cinta sebagaimana belangkas dalam filosofi Jawa. Engkau menerimaku dengan tangan terbuka dan kehangatan sempurna, tidak seharusnya aku menampar dan mendorongmu hingga terjungkal terisak-isak. Sampai kapanpun, ketika setanku menyakitimu, tidak pernah hilang keegoisannya untuk menjadikanku satu-satunya milikmu.
Sayangku, aku tidak sedang bermandikan amukan yang sudah engkau gantikan dengan kasih sayang. Aku tidak ingin membiarkan ego dan julang jumawa mengubah ketenteraman cinta kasih kita yang indah menjadi kerusuhan geram benci yang rusak.
Pagi ini, ketika kata demi kata kupilah. Ketika frasa demi frasa kutata. Ketika kalimat demi kalimat kuhubungkan. Ketika sesal bersama kesedihan membangunkanku lagi dari khayalan tak semestinya. Memang aku tetap mencintaimu sebagai pasangan tunggal sepanjang masa.
8 notes · View notes
merliann · 4 months
Text
Aku ingin menangis sejadi jadinya, semua inginku berantakan, mendadak menjadi seorang pencundang paling hina, dijauhi karena aku tak semenarik manusia lainya, semesta kesalahan apa yang kuperbuat hingga hukuman mu terasa begitu berat
8 notes · View notes