Tumgik
#orangtua
ibnufir · 2 months
Text
Menjadi cermin bagi sepasang spion
Punya sepasang anak laki-laki dan perempuan, ibarat punya dua kaca sepion di dalam kendaraan. Lengkap dalam arti pas untuk selalu melihat dua cermin sekaligus.
Jika kaca spion kanan anak laki-laki, dan spion kiri untuk anak perempuan.
Maka sesekali saat melihat kebelakang. Spion kanan anak laki-laki ini ibarat tanggung jawab. Seberapa besar tanggung jawab seorang bapak untuk kehidupan anak-anaknya.
Sedangkan spion kiri anak perempuan ibarat inisiatif. Seberapa besar inisiatif seorang bapak berbagi peran dengan ibuknya.
Meskipun semua ini berlaku untuk keduanya.
Suatu hari, mereka akan bercermin dari spion ini. Mereka akan melihat ke belakang dan meniru bagaimana kedua orang tuanya berprilaku di dalam rumah tangga.
Anak laki-laki akan melihat, bagaiamana seorang bapak mencukupi kebutuhan-kebutuhan rumah tangganya.
Kebutuhan yang tidak hanya materi, tetapi juga kebutuhan kebahagiaan batin dan spiritual.
Anak perempuan akan melihat, bagaimana seorang bapak menyeimbangkan tugas dan tanggung jawab istrinya.
Melihat rumah yang berantakan, apakah akan tetap main hape. Melihat pakaian kotor apakah akan tetap tiduran nonton TV.
Ini nanti akan menjadi sebuah validasi kriteria pasangan seperti apa yang dia butuhkan bagi rumah tangganya.
Kedua spion ini akan dibawa sepanjang perjalanan hidup mereka.
Suatu hari mereka akan melihat bagaimana peran ibuknya. Suatu hari mereka akan melihat bagaimana peran bapaknya.
Kita semua pasti pernah mendengar pepatah "Buah jatuh, tidak jauh dari pohonnya"
Tidak jauh, bukan berati perjalanan yang singkat. Tetapi serangkaian peristiwa panjang.
Seorang anak betul-betul mendikte dari A sampai Z bagaimana kehidupan kedua orangtuanya berjalan.
Maka menjadi bapak perlu berhati-hatilah dalam menyeimbangkan kehidupan, karena kedua spion telah terpasang.
Kedua spion ini merekam, kedua spion ini mencatat dan menyaksikan langsung cermin kehidupan kedua orang tua mereka.
Mereka tidak akan salah melihat.
—ibnufir
53 notes · View notes
sepertibumi · 1 year
Text
ADA SURGA DI RUMAH
Buk, setiap manusia tak bisa memilih untuk lahir dari rahim siapa. Tapi aku sangat bersyukur karena Allah titipkan aku pada rahimmu dulu.
Buk, ada banyak teori tentang parenting yang dibahas para cendekiawan. Tak peduli seberapa tepat caranya, menurutku caramu yang terbaik.
Buk, kawanku sering mendapat pujian dari orang tuanya. Namun kutau, kau tak ingin aku tumbuh menjadi anak lemah yang miskin validasi. Kau tempa agar aku kuat berdiri di atas kakiku sendiri.
Buk, saat dunia tidak berpihak kepadaku, aku tenang. Karena aku masih punya Ibuk dan sepaket doanya yang tak pernah tertolak.
Buk, ada banyak anak-anak hebat di luar sana. Tapi kau bilang bahwa kau selalu bersyukur punya aku. Dengan apa sebenarnya Tuhan menciptakan hatimu, Buk?
Buk, aku yang minim kata dan over gengsi seringkali gagal menunjukan bahasa cintaku. Tapi aku yakin, pada setiap gerakanku, kau paham betul kemana arahku kan, Buk?
Buk, suatu hari nanti saat aku harus menjadi seorang Ibu aku ingin menjadi yang terbaik, sama sepertimu saat ini. Aku ingin anakku tau bahwa neneknya adalah seseorang yang hebat.
Bagi mereka, mungkin Ibuk hanya wanita biasa. Namun bagiku, Ibuk adalah Surga.
Buk, masih banyak yang ingin kutulis, tapi kataku terbatas.
Buk, jangan bosan jadi ibuk nomor satu buat aku ya?
202 notes · View notes
rihladni · 15 days
Text
Akan selalu ada orang yang mencintaimu dengan tulus. Tanpa tapi, tanpa perlu kau jelaskan ini dan itu.
Akan selalu ada orang yang menerimamu secara penuh, mengisi semua relung yang pernah terpikirkan olehmu.
Akan selalu ada orang yang memeluk segala kurangmu dan melengkapinya. Ia mencintai semua tentangmu.
Akan selalu ada orang yang mendoakanmu. Tanpa kau tahu, tanpa kau minta. Air matanya menetes untukmu, peluhnya, semua doa dalam sujudnya.
Kau adalah dunianya.
Maka jangan bersedih atas apa yang kau jalani saat ini, apalagi jika itu keluar dari orang lain yang tidak benar-benar tahu segala tentangmu.
Sebab akan selalu ada orang yang menunggu kehadiranmu. Tersenyum padamu, bahagia, sebab kau hadir di dunia untuk bersamanya.
16 notes · View notes
abiriaarumiani · 6 months
Text
Semarah apapun kita kepada mereka, sekecewa apapun, se-enggak cocok apapun—mereka adalah orang yang sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi orangtua versi terbaik demi anaknya.
Meskipun kita mungkin pernah menyetujui kalimat, "..tapi aku ngga pernah minta untuk dilahirkan, kan?"
Nyatanya, mereka berjuang untuk membesarkan dan merawat kita. Pasti banyak hal sulit juga yang pernah dilewati, dan aku yakin.. mereka pernah punya mimpi yang sama besarnya dengan kita yang harus mereka tutup saat itu juga demi menghidupkan mimpi anaknya.
Sebelum mereka menjadi orangtua kita, mereka juga adalah seorang anak kecil yang memiliki orangtua. Kita tidak tau bagaimana mereka melewati masa kecilnya, kita tidak mengenal mereka seumur hidupnya sebagaimana mereka mengenal kita seumur hidup kita.
Satu yang kutahu pasti, mereka selalu ingin anaknya mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Jauh, jauh lebih baik daripada kehidupan yang telah mereka lewati sebelumnya.
32 notes · View notes
rismaisnayah · 4 months
Text
"Bapak sakit ? ko ngga bilang ?" tanyaku hari itu
"Sakit apa ? bapak sehat ko, nih sehat bugar" jawab beliau sambil mengepalkan tangannya, saat itu momen vidcall.
"Gimana kakinya sudah sembuh ? kata mba, bapak sakit kaki. Ko ngga bilang kalau sakit ?" tanyaku to the point
"Sakit kecil aja, palingan bentar lagi sembuh" jawab beliau akhirnya
Lagi banget kangen sama orang tua, percakapan dengan bapak beberapa hari lalu buat aku berpikir lebih jauh. Percakapan itu mengalihkanku akan kekhawatiran bapak yang sering diungkapkan jika itu terkait denganku.
Khawatir kalau di kosan sendirian, khawatir kalau sampai belum makan, khawatir kalau pulang kerja jalan kaki, khawatir kalau bepergian jauh, khawatir ini dan itu. Tapi bapak, tidak pernah mengizinkan kami anak-anaknya mengkhawatirkan beliau.
Bahkan untuk urusan sakit, bapak akan mengatakan kalau bapak sehat-sehat saja, sebab tau kalau aku juga tidak melihatnya secara langsung. Tapi kenapa orang tua selembut itu hatinya ya ? Selama ini sudahkah kita melihat kelembutan itu dari diri orang tua ?
Atau selama ini kita hanya fokus ke hal-hal kurangnya saja ? sewajarnya orang tua layaknya kita juga, masih ada kekurangan di satu dan lain sisi. Tapi berfokus kepada kekurangan orang tua tidak akan menjadikan kita lebih sayang sama mereka, justru mungkin lama-lama kebencianlah yang akan bertumpuk.
Selama orang tua masih ada, mereka adalah ladang amal dan syurga kita. Mendoakan, memberi semampu kita, mengajaknya beribadah, menasihati dg cara yg baik, mengasihi dan memberi kabar, sering berkomunikasi dan mendedikasikan amal kebaikan untuk mereka, barangkali adalah cara kita untuk bersyukur terhadap nikmat Allah berupa orang tua.
Bahkan mohon maaf, bagi yang orang tuanya sudah meninggal, doa terbaik kita selalu bisa menjadi hadiah terbaik untuk mereka. Kita tidak bisa memilih ingin dilahirkan dari orang tua yang seperti apa, namun kita selalu bisa mengasihi orang tua dengan cara apa dan melihat kebaikan-kebaikan pada diri orang tua.
11 notes · View notes
yunusaziz · 2 years
Text
Jika hubunganmu dengan Orangtua sedang tidak baik-baik saja, coba renungi ini...
Pada akhirnya, pada setiap tanya pola didik orang tua "Kenapa begini... Kenapa begitu..." akan menyisakan "Jadi maksud Ayah atau Ibu dulu mendidik aku kayak gitu tuh, begini toh hikmahnya..." suatu saat nanti.
Itulah kenapa ditengah mungkin kebingungan, ketidaksepakatan, dan bahkan keputusasaan cara mereka dalam bersikap dan bertindak terhadap dirinmu, usahakan untuk tetap berlapang dada, jalani semampunya. Ikhlas lillahi ta'ala.
Kesabaran dan keikhlasan yang kamu tunjukkan, ditengah mungkin kepahitan yang hatimu rasakan, lantas membuat lukisan senyuman pada bibir mereka, insyaallah begitu mulia disisi-Nya.
Bersabarlah sedikit, mereka mungkin tidak 'se-openminded' dirimu yang 'lebih tahu' bagaimana seharusnya mendidik anak yang baik dan benar.
Mereka mungkin juga tidak seideal orang tua yang mempertontonkan keharmonisan, keteduhan dalam hubungan anak-orangtua di media sosial yang kamu ikuti.
Akan tetapi,
Apapun keadaannya, bagaimanapun kondisinya, mereka tetaplah anugerah yang Allah telah hadirkan untukmu, bahkan menjadi kunci dan jalan menjemput surrgamu.
Sayangilah mereka. Maafkanlah mereka. Selagi sempat, selagi temu belum menjadi semu.
Sebab, kamu benar-benar akan merasa kehilangan ketika mereka telah tiada nantinya.
186 notes · View notes
viviaramie · 1 year
Text
Setiap orang tua; wajib memberikan pendidikan yang terbaik buat anak-anaknya, dan sebelum kita menjadi orang tua, maka kita wajib memiliki ilmu agar tahu pendidikan apa saja yang harus anak dapatkan agar menjadi sebaik-baiknya manusia.
Yuk belajar.
Tumblr media
33 notes · View notes
desisaraswatii · 1 year
Text
Kan ku hadapi semuanya. tapi ku butuh Kun fayakun mu ya Allah 🥺
Engkau telah mengambil bapaku itu artinya kau akan semakin menguatkan ku kan ya Allah.
It's not easy. tapi akan ku lalui.
16 notes · View notes
persona-bilah · 11 months
Text
Mengenal Emosi Generasi Strawberry
1. Apa itu Generasi Strawberry
Anak usia 9 tahun ke atas, itulah generasi Strawberry
Kenapa strawberry?
Strawberry dilambangkan sebagai buah yang indah, lucu, menadik, tetapi gampang mengkerut, dan mudah hancur
Generasi Strawberry selunak strawberry, tak tahan tekanan sosial
Generasi Strawberry adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati
Mental strawberry ini adalah mental semua bukan yang sebenernya dimiliki generasi Z.
Sebagai orang tua, mari menanamkan afirmasi positif kepada diri sendiri bahwa, "Anak saya memiliki mindset yang positif, dan jiwa yang kuat,"
Apa yang orang tua yakini akan mantul ke anak kita.
Falsafah Menggenggam Air
Praktik: tangan dikepal, telapak dihadapkan ke atas.
Jiwa kita adalah air dalam tubuh kita. Air tidak mungkin digenggam, dia keluar melalui ekspresi mata, hidung, pipi, dan seluruh ekspresi tubuh.
Inilah yang sengaja tidak sengaja berefek ke jiwa anak.
Seharusnya air dipikiran dan hati terkendali, supaya kita tidak pancarkan lewat ekspresi jiwa kita.
2. Mengukur Kesiapan Menjadi Orang Tua & Mengenali Type Ortu
Sebelum Menikah
Apakah anda siap untuk:
• Menikah saja
• Menikah dan menjadi Orang Tua
Benarkah sudah siap juga menjadi orang tua?
Apakah anda, Mengenali diri sendiri dan pengaruh pengasuhan terhadap kemampuan menjadi ortu?
Apakah anda, Disiapkan oleh Ortu untuk menjadi Ortu?
Apakah anda, Sungguh-sungguh belajar parenting/psikologi?
Apakah anda, Mengenali kesiapan dan kemampuan pasangan jadi Ortu?
Ketika sudah siap menjadi orang tua
Anda Type Ortu yang mana?
• Ayah bekerja - Ibu di rumah?
• Ayah ibu bekerja?
Jika Ayah Ibu bekerja:
Siapa yang mengasuh anak anda? Kakek nenek? Suster? Daycare?
Anak anak strawberry ini berayah dia ada, berayah dia tiada. Beribu dia ada, beribu dia tiada.
Maksudnya: Ada orang tuanya, namun dia tidak merasakan peran orang tuanya
3. Komunikasi, Pangkal Masalah Emosi Gen Strawberry
Mengelola emosi sesederhana dari gimana kita ngomong, ngomong kita inilah yang sangat berbahaya.
Tanpa disadari, biasanya, Kalau ngomong atau bicara buru-buru, kecepetan.
Supaya tidak bicara buru-buru.
Apa yang perlu dilakukan?
Berpikir, Memilih, Mengambil Keputusan
Contoh: pagi mau sarapan apa?
Anak suruh berpikir, memilih apa saja yang dimau, belanja.
Jangan kau gesa gesakan anakmu ketika dia kecil, karena kau akan mendapatkan orang dewasa yang kekanak-kanakan (gak bisa bertanggung jawab sama diri sendiri)
Karena buru buru, akhirnya, keluarlah, Nada tinggi
Bagaimana cara menurunkan nada bicara:
Sebelum keluar pintu kamar pagi, setelah sholat, angkat tangan, bermunajat kepada Allaah, "Ya Allaah Afrig Alayna Shobron,".
Setelahnya, tarik nafas 3x.
Mulai dengan senyum.
Siap mental ngadepin berbagai tingkah dan cerita.
Contoh: mau berangkat sekolah.
Buat aturan, berikan konsekuensi.
Konsekuensi logis (kalau lelet, terlambat sekolah) dan alamiah (telat makan, Laper)
Harus TEGA.
Kalau dibalas marah. Jika seperti ini anak merasa tidak pernah dikenali.
Perasaan itu perlu 3D: Dikenali, Diterima, Dihargai
Emosi anak yang tertahan, dibawa ke sekolah, disenggol temennya, langsung marah "heh jangan pegang pegang", itu bisa jadi awal penyebab perilaku bullying
Tidak Membaca Bahasa Tubuh (bahasa tubuh tidak pernah berbohong), Tidak Mendengarkan perasaan
Contoh: Anak lelet dalam siap-siap sekolah, anak keluar dari kamar dengan ekspresi marah.
Harusnya dibaca bahasa tubuhnya, "Ya Allaah, marahnya anak Bunda, aduh, itu alis sampe mengkerut, mata mendelik ga keliatan kelopak matanya,"
Cara baca bahasa tubuh:
• Sebut saja apa yang nampak
• Sabar tunggu reaksi
• Tebak perasaan yang mewakili dan mendekati bahasa tubuh
• Menamakan perasaannya (sebal, kesal, marah, benci)
• Menerima
Menggunakan 12 Gaya Populer
1. Memerintah: "Cepetan bunda bilang"
2. Menyalahkan: "Makanya, Apa bunda bilang,"
3. Meremehkan: "Itu aja jadi masalah,"
4. Membandingkan: "Si kakak daritadi udah duduk, udah kelar,"
5. Mencap / Melabel: "Makanya jadi orang jangan lelet, gesit sedikit,"
6. Mengancam: "Besok pagi kalau kamu begitu, udah gausah sekolah,"
7. Menasehati: "dengerin ya, kamu tuh jadi orang... (Mulai nasehat panjang),"
8. Membohongi
9. Menghibur
10. Mengkritik
11. Menyindir
12. Menganalisa
Setiap pagi seperti itu, Can you imagine kenapa dia jadi strawberry? Senggol sedikit merasa ditonjok?
Senggol sedikit keluar cairannya? Itu keluar cairan merah, darah, dari strawberry.
Yang keluar dari jiwa anak kita darah bening yang tak tampak warnanya, tapi dia mengalir terus lewat wajah anak kita.
Falsafah Kantong Jiwa Berisi Bola Pingpong
Kantong kenceng atau kantong kempot
Kantong jiwa anak: Berisi kata-kata dari orang tua, kakek, nenek, kakak, adik, paman, teman, guru.
Kalau kata kata baik: Pengakuan, Penghargaan, Pujian, Penghargaan, Kasih sayang
Maka kantong jiwa akan kenceng
Tapi kalau yang masuk adalah kata kata negatif 12 kata popüler, setiap kata negatif yang keluar, bola pingpong juga dikeluarkan, kantong jiwanya kempot. Inilah yang menjadikan anak anak yang tidak percaya diri.
Jiwa anak kita kenceng atau kempot?
Apa yang sudah kita produksi selama ini?
Kita selalu takut memuji, maka kempot jiwa anak kita.
Kenapa kita melakukan seperti itu?
Karena dulu kita dibesarkan seperti itu.
Banyak bener orang tua punya jiwa kempot, jadi dia tularkan lagi ke anaknya. Anaknya menjadi generasi Strawberry, anaknya hidup di dunia digital.
Darimana? Muncrat dari masa lalu.
Mengenal Konsep Diri
Anak diri anak kita? Bagaimana dia merasa dirinya?
Berharga atau tidak berharga?
Mengenal Harga Diri
Bagaimana melihat diri
Beruntung atau tidak beruntung memiliki orang tua seperti itu?
Mengenal Kepercayaan diri
Bagaimana menghargai dirinya?
Kalau jiwanya kempot, didepan emak bapak kandung dia ga berharga. Itu kenapa dia mencari pelukan lain di luar.
Jangan jangan dia ga sempet dipeluk atau bahkan dielus kepalanya
Anak anak dengan jiwa yang kempot, merasa tidak berharga.
Menerima siapa saja yang bisa peluk, karena pelukan dari orang tuanya jarang.
Menerima siapa saja yang bisa bilang sayang, karena dia gak pernah mendapatkan kata sayang dari orang tuanya.
Efek negatifnya?
64.000 anak Indonesia tahun 2019 menurut kementerian pemberdayaan perempuan, mengajukan dispensasi izin nikah di Mahkamah Agama seluruh Indonesia.
288 di Ponorogo
Anak siapa itu?
Berayah anak itu ada, berayah dia tiada
Beribu anak itu ada, beribu dia tiada
Dia hanya mendapatkan pelukan, kasih sayang, cinta dari temennya sesama siswa SMP. Maka banjirlah anak haram di Indonesia.
Gak punya waktu untuk mendengar aktif
Apa yang dilakukan anak?
Ketika anak tidak bisa mengeluarkan apa yang dibicarakan orang tua, mengeluarkan emosi yang tertahan, akan menjadi dasar bullying
4. Mendengar Aktif
Jadilah cermin, minta maaf
Kita harus merendah, untuk membuka tirai tirai luka yang terselubung. Minta lah maaf, umur belum tentu panjang, selesaikan urusan dunia kita, selama kita masih di dunia. Jangan gengsi.
Tanyakan pendapatnya
Hargai dan diskusikan, bahas bersama, duduk santai "Wa quuluu linnasi husna,".
11 notes · View notes
ceritasiolaa · 1 month
Text
Menjadi Pembangun Peradaban
Aku pernah ngobrol dengan seorang ustadzah di tempat aku belajar, beliau bercerita bahwa anak beliau semuanya homeschooling, lebih tepatnya dia yang mengajar langsung anak-anaknya di rumah. Mulai dari tahfidz, tadabbur qur’an, dan hal-hal dasar pengetahuan umum. Anaknya sempat dimasukkan ke sekolah dasar ke tingkat kelas 3 di dekat rumah, tetapi karena terbiasa menghafal qur’an, hadist, dan ilmu Al-Qur’an lainnya, anak tersebut kurang nyaman dan tetap lebih memilih untuk belajar dari rumah bersama ibunya.
Selain itu, begitu juga dengan salah satu ummi yang aku kenal disebuah pengajian. Anaknya diajarkan mulai dari rumah, dan beliau sendiri yang mendidiknya. Kata beliau, ia khawatir anaknya terpengaruh dengan pergaulan anak-anak sekarang yang kurang baik. Bukan berarti dia tidak mengizinkan anaknya bersosial, tetapi memilih pertemanan terbaik untuk anaknya. Salah satunya adalah ia sering mengajak anaknya pengajian atau berdakwah.
Mbak Dewi Nur Aisyah. Kalian tahu dia? Beliau adalah perempuan masa kini yang menjadi role model bagiku. Salah satunya aku pernah membaca tulisan beliau tentang mendidik anak pertamanya, belum lagi ia sembari kuliah, dan juga ada tanggungjawabnya sebagai seorang istri. MasyaAllah.
Setelah aku perhatikan dan mendengarkan berbagai kisah orang-orang, ternyata pendidikan anak itu emang sangat penting dimulai dari ibunya. Ya benar, ibu adalah madrasatul ula yakni sekolah pertama bagi anak-anaknya. Disamping dari homeschooling atau tidaknya, menurutku ya tetap saja pendidikan dari orang tua lah yang utama. Tidak ujuk langsung diserahkan seluruhnya menjadi tanggungjawab sekolah. Anak nakal, yang disalahkan adalah guru. Anak tidak paham pelajaran, yang disalahkan adalah kurikulum sekolah, dan sebagainya. Bukan begitu.
Kita semua adalah calon orang tua. Mungkin kita punya prinsip atau cara berbeda-beda  bagaimana mendidik anak nanti.
Kita semua akan menjadi pembangun peradaban nantinya.
Sekarang pilihan kita adalah, ingin membangun peradaban yang bagaimana ?
2 notes · View notes
sazzadiyatan · 9 months
Text
Haru
kalau  dulu punya uang ayah juga bakal sekolahkan kamu di sekolah bagus, biar kamu mendapatkanpendidikan terbaik, apalah waktu itu ayah cuma mampu menyekolahkan disana
ayah dengan muka datarnya 2023
semakin dewasa aku menyadari ternyata menjadi orangtua merupakan sebuah tanggungjawab yang begitu besar, semakin melihat sekitarku baik saudara, teman seumuran yang sudah banyak berada pada fase memilihkan tempat pendidikan terbaik untuk buah hati mereka.
didukung posisiku sebagai pendidik, pernah disuatu hari aku bercerita ke ayah bagaimana semakin mahalnya dana pendidikan yang dikeluarkan oleh banyak orang, dan di saat itu aku masih merasa apakah memang seharusnya perlu menyekolahkan anak dengan dana sebanyak itu di tingkat Taman kanak kanak.
dengan wajah datarnya ayah mengatakan “siapa sih yang gak mau anaknya dapat sekolah terbaik, apalagi dia mampu, dulu kalau punya uang ayah juga pingin kamu mendapatkan pendidikan terbaik di sekolah yang bagus, tapi ayah waktu itu cuma mampu menyekolahkan kamu disana”
aku terdiam mendengarnya, mungkin aku belum berperan menjadi orangtua saat ini, sehingga aku berstatement demikian, mungkin saja nanti akan berubah jika Allah mentakdirkan aku menjadi orangtua, bahkan saat mendengar perkataan ayah tersebut aku mengaminkan dalam hati.
dahulu  saat  setingkat SD ayah menyekolahkanku di madrasah yang memiliki yayasan untuk membantu anak yatim dan kurang mampu, kata ayah dibanding dengan lainya sekolah tersebut tergolong terjangkau biaya pendidikanya, kata ayah juga madrasah tersebut memperbolehkan para wali murid menunggak membayar spp jika belum mampu membayar. didukung lagi saat tahun 2000an madrasah tempatku bersekolah sudah memiliki program fullday yang saat itu hanya sekolah sekolah bagus dengan biaya mahal yang memilikinya.
tapi aku bersyukur dengan pilihan ayah, dengan upayanya waktu itu ayah mampu menyekolahkanku di madrasah, Taman Pendidikan Al-qur’an, memberikanku les tambahan saat kelas 5 dan 6, memasukkanku ke pesantren hingga sanggup membawa gelarku hingga detik ini.
mungkin kalau ayah tahu akan ada drama saat aku menyelesaikan sarjana pasti akan memperbolehkan aku kemana saja waktu itu, sehingga aku tidak akan membenci kota kelahiranku sendiri, Qodarullah wa maa shaa Faala.
pengalaman serupa juga diceritakan rekan kerja yang duduk di sebelah mejaku, katanya dia dulu ingin masuk SMA favorit di kota kami, namun dengan pertimbangan biaya adik-adiknya sang ibu memintanya untuk sekolah di dekat rumah saja dengan biaya transportasi dan uang saku yang mampu untuk dibayarkan biaya sekolah adik adiknya. lalu aku berkaca kaca mendengan selorohanya
kayaknya orangtua kita juga pengenya dan maunya kita kuliah ke luar negeri us, ciputra misalnya,  atau kemanapun kita mau, setidaknya kita punya privilage yang tidak semua orang memilikinya, dan orangtua kita masih mengusahakanya.
ternyata memang menjadi orangtua tidak mudah, terimakasih ayah ibuk yang sudah memberikan pendidikan terbaik untukku, meski ada luka pengasuhan yang aku rasakan hingga detik ini--maafkan anakmu yang belum bisa mendapatkan beasiswa untuk bisa kuliah dengan gratis , maafkan belum bisa membanggakan, maafkan juga aku yang masih menjadi beban pikiran kalian. entah berapa materi yang sudah kalian keluarkan untuk pendidikanku dan sampai saat ini kalian tidak meminta apapun kecuali agar aku tetap menjaga sholat fardhu, tahajud dan puasa sunnah
terimakasih sudah bersabar dengan anakmu yang masih menjadi manusia manusia biasa hingga detik ini :)
Gresik, 27 Juli 2023 dengan air mata terbendung menuliskannya
Sazzadiyatan
14 notes · View notes
esbatubulet · 2 months
Text
Akan kuperjuangkan penantian ini sampai tiba saatnya nanti kuucapkan "Qobiltu..." di depan orangtuamu..
6 notes · View notes
apriliakinasih · 2 months
Text
Nyawa Sebuah Rumah (Cerpen #2)
Namaku Arunika. Orang tuaku memanggilku Runi. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Semua adikku laki-laki. Meski sedarah, tapi kami sama sekali tidak dekat.
Kami bertegur sapa hanya jika ada perlu saja. Kalau tidak ada perlu, kami diam. Diam seperti orang yang sedang saling marah satu sama lain. Padahal, kami tidak sedang saling marah. Tapi daripada nanti bicara hanya akan menimbulkan pertengkaran, lebih baik diam saja. Ya, dari kecil kami memang tidak pernah akur. Kami pun tidak pernah mengobrol. Jika kebetulan kami sedang berada di meja makan semuanya, kami tetap diam. Terdengar aneh memang, tapi itulah yang terjadi.
Keluarga kami memang utuh. Aku, ayah, ibu, Rudi, dan Satya. Meski utuh, tetap ada satu hal yang gagal di keluarga kami: komunikasi. Aku merasa komunikasi di antara kami tidaklah sehangat keluarga lainnya. Selain tidak dekat dengan adik-adikku, aku pun tidak dekat dengan ayahku.
Ayahku seorang yang temperamental. Emosinya mudah tersulut. Suaranya kencang, tatapannya tajam, dan sering membentak. Aku paling tidak suka dibentak. Ayahku bak malaikat kalau di hadapan orang lain. Tapi tidak sebaik itu pada anak-anaknya. Aku sendiri selalu salah di matanya. Aku bahkan merasa ayah tidak menyukaiku. Mungkin, itu sebabnya aku tidak dekat dengannya.
Satu-satunya orang yang aku nyaman dekat dengannya adalah ibu. Menurutku, ibuku luar biasa. Dari semua anaknya yang memiliki karakter berbeda-beda ini, ibu bisa merangkul semuanya. Ibu bisa dekat dengan masing-masing kami. Aku sendiri merasa sangat dekat dengan ibu. Ibu bahkan seperti sahabat bagiku, aku banyak cerita ke ibu. Tentang pengalaman-pengalaman hidupku, bahkan tentang orang yang membuatku jatuh hati.
Aku dan ibu bisa mengobrol di mana saja. Di dapur, di meja makan, di depan TV, di ruang tamu, atau bahkan di teras. Seringnya, kami mengobrol di dapur sambil masak, atau di meja makan. Saat-saat yang paling membuatku bahagia adalah saat ibu mengajariku masak, dan saat kami bepergian berdua.
Sayangnya, aku telat menyadari satu hal. Selama ini yang bercerita ke ibu hanya aku. Ibu tidak pernah cerita apapun tentang masalah yang sedang dihadapinya. Kuperhatikan, semakin hari ibu terlihat semakin kurus. Makannya pun sangat sedikit. Padahal, dulu ibu makannya tidak sesedikit itu. Sampai suatu hari, saat ayah dan kedua adikku sedang tidak di rumah, aku mendapati ibu terlihat sangat pucat, lemah tak berdaya.
Aku buru-buru membawanya ke rumah sakit. Aku menyewa mobil tetangga. Masalah biaya sewa, itu soal belakangan. Yang ada di otakku saat itu adalah bagaimana agar ibu bisa segera mendapat penanganan medis. Kami berangkat ke rumah sakit diantar oleh tetanggaku.
Saat di rumah sakit, dokter mengajakku bicara empat mata. Dokter mengatakan ibuku mengidap kanker rahim stadium 3, dan sudah termasuk ganas.
Aku terdiam seketika. Mendengar hal itu, dadaku mendadak terasa sakit sekali. Kepalaku juga terasa sangat berat. Mataku masih menatap sang dokter, tapi air mataku mengalir tak terbendung. Aku tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Saat itu aku baru tau rasanya duniaku runtuh.
Bagaimana bisa? Kenapa ini terjadi? Kenapa harus ibuku yang mengalami ini? Bagaimana bisa aku tidak menyadari bahwa ibuku sakit?
Dokter kemudian menyarankan agar ibu menjalani kemoterapi selama 6 bulan ke depan. Aku masih terdiam. Masih berusaha mencerna apa yang baru saja mendarat di telingaku. Dokter pun melanjutkan penjelasannya. Namun sayang, aku seperti tidak bisa mendengarnya. Telingaku seperti mendengung. Yang hanya kupikirkan saat itu adalah ibuku.
Dua hari sebelum memulai kemoterapi untuk pertama kalinya, ibu berpulang. Aku kehilangan ibuku. Aku kehilangan duniaku. Aku kehilangan orang yang paling kusayang dan yang paling menyayangiku. Aku kehilangan orang yang paling dekat denganku.
Sepeninggal ibu, rumah terasa sepi sekali. Sudah tak ada lagi obrolan di dapur dan di meja makan. Tak ada lagi yang mengajariku masak. Tak ada lagi makanan lezat masakan ibu di meja makan. Juga tak ada lagi yang mengajakku duduk-duduk di ruang tamu atau di teras saat sore.
Kupandangi dapur ibu dan semua peralatan masaknya. Lalu saat melewati meja makan, kupandangi kursi tempat ibu biasa duduk. Masih teringat jelas suaranya, senyumnya, gelak tawanya. Aku pun menuju kamarnya. Kupeluk bantal yang biasa dipakai ibu. Berharap bisa mencium wangi ibuku. Kupeluk erat-erat bantal itu sambil menangis tersedu-sedu.
Sungguh, rumah terasa lengang tanpa ibu. Saat itu aku menyadari, ibu adalah nyawa dari rumah ini.
Aku rindu ibu. Sakit sekali rasanya merindukan seseorang yang telah tiada. Aku bahkan belum sempat membahagiakannya.
Kini, aku hanya hidup bertiga bersama ayah dan kedua adikku. Aku masih belum bisa membayangkan bagaimana nasibku ke depannya. Bisakah aku dekat dengan mereka, seperti dekatnya aku dengan ibu? Aku tidak tahu. Yang jelas, untuk saat ini aku hanya berharap, semoga ibu beristirahat dengan tenang. Semoga ibu bahagia di sana. Aku berjanji akan terus mengirim cintaku pada ibu. Cinta dalam bentuk doa. Semoga suatu saat nanti aku bisa memeluk ibu lagi, di surga-Nya.
(29 Februari 2024| 21:57 WIB)
4 notes · View notes
ikaaika · 2 months
Text
Orangtua Juga Manusia
Pernah gak merasa aneh dengan sekumpulan ibu-ibu yang sedang liburan dan menggunakan pakaian senada? Belum lagi dengan hebohnya khas ibu-ibu. Ada aja tingkah para ibu and the gank yang buat mengernyitkan dahi seakan-akan apa yang mereka lakukan sangat tidak cocok di usianya yang semakin senja. Itu masih ibu-ibu, belum para bapak-bapak. Haha.
"Apaan sih orangtua ini? Norak banget." "Aduh ibu-ibu! Urusin keluarga aja deh. Gak pantes!" Ada banyak sekali komentar miring ke mereka seakan-akan mereka tidak boleh menghibur diri sendiri.
Baiklah. Akan kuceritakan sesuatu.
---------------------------------------------------------------------------
Aku mendapat cerita dari adik sepupu kalau mamak bapaknya alias om dan tanteku touring ke suatu daerah menggunakan motor, berdua saja dengan misi mencari temannya yang sudah puluhan tahun tidak berjumpa.
Mungkin bagi sebagian orang akan bilang, "Ngapain sih, uda tua juga. Rumahnya juga gak tau. Habis-habisin waktu."
Kenapa kita gak membiasakan diri untuk senang dengan segala kegiatan yang dilakukan orang lain alih-alih nyinyir? Mungkin, itu adalah salah satu cara mereka untuk menyenangkan diri dengan menikmati momen berdua? Ya dengan kemungkinan besar gak akan ketemu dengan temannya.
Ayo ubah mindsetnya. Bukankah orangtua juga manusia? Gak boleh kah mereka capek? Gak boleh kah mereka menyenangkan diri sendiri?
Aku turut bahagia mendengar cerita itu. Sudah saatnya para orangtua menikmati masa tuanya. Apalagi anak-anak om dan tante bisa dibilang sudah memiliki hidupnya masing-masing yang Insya Allah berkah. Mau kapan lagi?
"Aku sih mentingin anak." Tau gak? Orangtua yang bahagia berpengaruh juga loh dengan tumbuh kembang anak.
Dear, orang tua kami! Jangan lupa membahagiakan diri sendiri ya! Healing dulu lah healing! Haha
----------------------------------------------------------------------------
Ah, tapi mamakku belum sempat menikmati masa tuanya. Hehe.
Yogyakarta, 28 Februari 2024 | Ika Pratiwi
4 notes · View notes
abiriaarumiani · 2 months
Text
Nyatanya, ada beberapa anak yang untuk duduk menyebelahi orangtuanya, mereka akan merasa teramat sungkan. Pun, begitu juga sebaliknya.
Ada yang untuk sekedar cerita, pengumpulan nyali mereka maju-mundur begitu bimbang.
Apalagi, untuk memeluk sambil mengutarakan isi hati. Terkadang, mereka berfikir ‘kok oranglain bisa ya begitu dekat dengan orangtuanya’, ‘Kok bisa sih, ngobrol kaya temen atau sahabatnya’, ‘hmmm coba deh nanti mulai pelan-pelan.’
Tapi lagi-lagi, untuk memulai lidah selalu merasa kelu.
Tidak sayang? No. Jangan tanya bagaimana mereka menyayangi orangtuanya, seluruh hidup mereka pun mereka berikan jiwa dan raga, merekaーakan selalu maju paling depan untuk membela kedua orangtuanya.
Ya, mungkin memang bahasa cintanya yang ada di bentuk yang berbeda.
14 notes · View notes
rismaisnayah · 2 months
Text
Bagi sesiapapun kita yg Allah karuniakan amanah untuk berkontribusi secara financial kepada orang tua, alhamdulillah berucaplah syukur, alih² menganggap hal tersebut sebagai pengurang jatah rezeki kita.
Allah ingin memberi kita ladang pahala yg sangat dekat, Allah ingin kita bersyukur bahwa semasa dalam hidup ini, ada sedikit hal yg kita bisa perbuat untuk orang tua. Meski, kasih dan sayang orang tua kepada kita mungkin tidak akan pernah sempurna terbalaskan oleh kita sebagai anak.
Terbayangkan betapa panjang dan banyaknya doa doa orang tua yg terucap untuk kita di setiap lirih sujud sujud panjangnya. Sometimes, kita engga pernah tau lebih detailnya seperti apa, sedalam apa pengharapannya untuk kita. Doa doa itu, akan selalu menjadi doa terbaik untuk kita anak anak mereka.
Dan barangkali kontribusi kecil itu, salah satu yg bisa kita ikhtiarkan untuk orang tua. Dan doa doa baik itu juga rasanya tak adil jika tidak terucap sama sekali dari mulut kita untuk mereka.
Ya Rabb, semoga Engkau jaga orang tua kami dalam keimanan, kebaikan, kesehatan, dan keselamatan dunia dan akhirat. Dan Engkau mampukan kami untuk berkasih sayang kepada orang tua orang tua kami. Sayangi dan cintai mereka sebagaimana mereka menyayangi, mencintai, dan mengasihi kami semenjak kami kecil💕
6 notes · View notes