Tumgik
rismaisnayah · 13 days
Text
Dewasaku butuh Dia
Menjadi dewasa, aku pikir akan banyak hal mudah yang bisa aku lakukan. Nyatanya menjadi dewasa adalah perjuangan untuk bertahan, dihadapkan pada hidup yang super menantang, terlebih menghadapi diri sendiri yang katanya sedang mendewasa tapi gampang sekali rapuhnya. Menerima keadaan diri dan tetap moving forward tidak sesimple itu ternyata, padahal ini tentang diri sendiri tapi mesti dibarengi dengan air mata dan tarik nafas dalam-dalam untuk bisa berdamai dengan keadaan.
Aku rasa fase ini ibarat ibu yang merindukan ingin memiliki anak. Saat belum hamil, ingin sekali si ibu hamil dan siang malam berdoa agar diberikan keturunan. Saat doa dikabulkan dan dalam proses kehamilan sampai melahirkan, proses yang dirasakan begitu payah. Sembilan bulan berjuang bersama morning sickness, makan seringnya harus dipaksakan, keingingan akan suatu hal yang terkadang tidak wajar, hingga melahirkan dengan mempertaruhkan nyawa. Tapi, kabar baiknya banyak ibu yang bisa melewati fase tersebut dan berakhir senyum bangga melihat sang buah hati lahir.
Begitupun mendewasa, aku yakin anak anak kecil itu juga sangat merindukan kebebasan, bebas dalam artian merdeka dalam mengambil keputusan. Bahkan mereka mungkin tidak membayangkan bahwa keputusan yang akan diambil ketika dewasa bukan lagi sekedar keputusan mau beli jajan apa dan mau main dimana. Sama sepertiku, dulu juga tidak sedikitpun terpikirkan bahwa keputusan yang harus diambil saat jadi orang dewasa adalah keputusan-keputusan besar. Kebanyakan diantaranya bukan lagi keputusan yang impactnya hanya ke diri sendiri, tapi juga orang lain.
Fase ini banyak dirindukan anak-anak kecil dan sedang diperjuangkan oleh orang dewasa. Kapan fase ini akan berakhir ? aku rasa fase ini akan berakhir ketika kita sudah tak lagi stay di dunia ini. Karena mendewasa adalah proses bukan batas waktu tertentu. Fase ini akan terus berlanjut selama hidup ini masih terus berjalan, dan kabar baiknya ada dua hal yang bisa membuat diri bisa terus bertahan selama menghadapi proses pendewasaan yaitu keyakinan bahwa Allah tidak akan mungkin mempersulit hambaNya dan penerimaan terhadap diri.
Penerimaan diri setelah berjuang dan menerima hasil terbaiknya, untuk segala aspek apapun dalam hidup ini. Termasuk menerima adanya kekurangan diri dan tidak sombong akan kelebihan diri. Menjadikan setiap step proses tersebut sebagai pelajaran yang endingnya menghadirkan hikmah dan rasa syukur. Barangkali akan terdengar klise bagi sebagian orang, tapi satu hal ini yaitu keyakinan penuh seseorang akan kasih sayangnya Allah, akan sangat membantu dalam menghadapi beratnya proses pendewasaan ini.
Apapun fasenya, rasa-rasanya tidak bisa dilepaskan dari aspek spiritual. Manusia-manusia yang rapuh ini sangat membutuhkan Allah untuk menguatkan diri di setiap saat, literally di setiap saat. Up and down hidup terus berdatangan dan ngga akan mungkin kuat berpijak jika bukan karena pertolongan dariNya. Bahkan permasalahan-permasalahan kecil saat pendewasaan diri, akan sangat mempengaruhi level of stress seseorang. Tetiba merasa tidak berguna, gampang menyalahkan diri, hidup terasa kosong tanpa tujuan, mengkhawatirkan banyak hal dan hal hal lainnya, yang terus menguji keyakinan diri untuk bertahan.
Tapi itulah mendewasa, dengan segala nano nano rasanya, padahal ibaratnya ini proses mendewasa di step awal ya (POV dari yang nulis, hehe). Next-nya level challenge yang akan dihadapi barangkali akan meningkat. Tapi kemudian jadi berpikir lagi, saat saat ini beratnya di step awal pendewasaan bisa jadi adalah pondasi yang akan menguatkan diri di challenge pendewasaan level selanjutnya. Allah akan kasih seseorang challenge lagi kalau menurut Allah seseorang itu sudah siap dan punya kapasitas untuk menjalaninya. See ? insyaAllah Allah sudah siapkan kekuatan di masing-masing pundak ini untuk menjalani prosesnya.
Pendewasaan diri selalu tidak mudah tapi insyaAllah akan bisa dihadapi bersamaNya. It's okay untuk tidak selalu terlihat kuat, karena kita nih sebenernya manusia yang lemah. Di dunia ini manusia butuh teman untuk sharing, memberikan support dan saling menasihati dalam kebaikan meskipun terkadang hanya saling bergantian saja menasihatinya, hehe. Aku ingin tulisan ini jadi pengingat diri sendiri di tahap pendewasaan keberapapun yang aku hadapi, menjadi nasihat untuk diri sendiri dan semangat dari diri sendiri. Last but not least, kita semua pasti akan merasakan proses pendewasaan diri atas izinNya.
5 notes · View notes
rismaisnayah · 1 month
Text
Untuk memahami benar definisi dan maksud suatu hal, terkadang kita harus menjalani prosesnya sampai bertahun² lamanya.
2 notes · View notes
rismaisnayah · 1 month
Text
Bukan sebentuk cinta, tapi beraneka
Tumblr media
Doa ini sepagi ini buat aku senyum senyum sendiri. Tetiba salfok sama warna love yg mamaku kirimkan. Aku mengartikannya sebagai cinta yang bermacam². Bahwa cinta orang tua kepada anaknya tidak hanya sebentuk satu cinta, tapi beraneka cinta.
Cinta itu bermacam² dieskpresikannya, ada yang dalam bentuk doa, pemberian, ekspresi wajah yg diikuti dengan deep feeling, ada yg dg kata². Tapi percayalah bahwa apapun yg mereka ekspresikan, insyaAllah hal itu hadir dari hati lembutnya mereka.
Ramadan bulan berkah ini, adalah kesempatan terbaik dari kesempatan² yg lain untuk mendoakan orang tua setiap hari dengan keyakinan yg kuat bahwa doa doa kita untuk mereka akan dikabulkan oleh Allah. Melakukan amalan kebaikan atas nama mereka, dan berikan perhatian secara nyata untuk mereka.
Semoga Allah jaga orang tua kita, sehatkan badannya, panjangkan umurnya, dan diberikan keberkahan hidupnya, serta kemudahan untuk beribadah💕
2 notes · View notes
rismaisnayah · 1 month
Text
Mengkhawatirkan amalan
Kemarin sore di kantor pasca meeting, nyempetin ngobrol sama rekan kerja. Obrolan kami terkait dg pekerjaan yg loadnya di bulan ramadan sangat tinggi. Pagi, siang, sore, malam bahkan tanggal merahpun bisa tetiba berubah jadi tanggal hitam kalau lagi ramadan.
Di sela sela obrolan itu, rekan bercerita tentang kekhawatirannya akan amal yaumiyah selama di bulan ramadan. Inginnya dan rencananya selama bulan ramadan bisa ambil porsi lebih banyak untuk ibadah.
"Saya yg lagi dipikirin banget tuh amal yaumiyah Ris, khawatir banget kalau sampai tidak bisa maksimal di bulan ramadan ini. Tapi di sisi lain kalau sampai rumah kondisi sudah malam dan badan lelah sekali, bahkan pernah tilawah dengan kondisi terkantuk²" katanya.
Iya, akupun mengakui bahwa ramadan di kantor kami adalah momentum, dan momentum selalu mencetak banyak pekerjaan. Dan memang tidak bisa blaming kondisi tersebut, karena akupun meyakini bahwa pekerjaan yang padat ini bagian dari ikhtiar kami untuk memudahkan orang yang membutuhkan dan bagian dari meluaskan manfaat. Yang kemudian kami harapkan dan mohonkan, akan Allah hitung sebagai bagian dari amal terbaik. Aamiin
Pada akhirnya, obrolan kami memang jatuh pada kesimpulan bahwa pekerjaan kami adalah bagian dari amal² kami. Lelah²nya kami dalam bekerja adalah bagian dari proses ibadah yang kami jalani. Selama niat masih dalam keadaan lurus, insyaAllah yakin bahwa akan Allah jaga agar setiap aktivitas apapun itu bisa bernilai pahala. Dengan tetap mengupayakan ibadah pada aspek lainnya.
Namun, poin yang ingin digaris bawahi dari obrolan itu adalah, mahalnya "mengkhawatirkan amalan". Aku merasa bahwa hal itu termasuk nikmat yang besar banget yang dikasih Allah untuk hambaNya.
Beruntung banget orang² yg masih memiliki perasaan was² dan khawatir akan amalannya. Karena pada akhirnya kekhawatiran itu yang akan mengantarkannya turn into action and the way to grow to be a better person. Menjadi alarm untuk tetap menjaga hati agar selalu hidup.
Karena perasaan khawatir akan amalan dan takut kepada Allah hanya hadir dari hati yang selalu hidup. Semoga aku dan kita semua adalah orang² yang selalu dikasih hati yang hidup oleh Allah. Dan diberikan selalu kesempatan pun kemudahan untuk beramal sholih terutama di bulan ramadan ini. Aamiin...
Ramadan #10
Jakarta, 21 Maret 2024
4 notes · View notes
rismaisnayah · 2 months
Text
Bahagia adalah apapun fase yang dilewati dalam hidup, entah fase² menyenangkan, tenang, atau fase ujian, kita merasa fulfill. Artinya mudah diri dalam mengambil hikmah dari setiap momen² yang hadir di hidup ini. Hikmah/ pelajaran inilah yang akan mengantarkan kita pada pemahaman bahwa apapun yang terjadi dalam keseluruhan hidup kita "maksud dan tujuan Allah baik dan Allah ngga akan sedikitpun menyakiti kita".
Pada akhirnya muara dari kesenangan, ketenangan ataupun ujian yg kita lalui, akan kita pahami sebagai "pelajaran" dan "ketenangan". Kita menyadari bahwa tidak satupun hal yang hadir menjadi bagian hidup kita adalah hal yang sia sia (iseng terjadi). Selalu ada "why" kenapa hal itu terjadi. Tapi mungkin, kita seringnya agak telat menyadarinya.
Pesan untuk diri sendiri, teruslah bertumbuh diri, termasuk kedewasaan itu. Ambilah sebanyak banyaknya "pelajaran" dari setiap fase hidupmu dan jangan lupa mintalah kebahagiaan itu dari yang punya. Dan mintalah agar Dia menghadirkan kepekaan diri dalam membaca hikmah dariNya.
4 notes · View notes
rismaisnayah · 2 months
Text
Bagi sesiapapun kita yg Allah karuniakan amanah untuk berkontribusi secara financial kepada orang tua, alhamdulillah berucaplah syukur, alih² menganggap hal tersebut sebagai pengurang jatah rezeki kita.
Allah ingin memberi kita ladang pahala yg sangat dekat, Allah ingin kita bersyukur bahwa semasa dalam hidup ini, ada sedikit hal yg kita bisa perbuat untuk orang tua. Meski, kasih dan sayang orang tua kepada kita mungkin tidak akan pernah sempurna terbalaskan oleh kita sebagai anak.
Terbayangkan betapa panjang dan banyaknya doa doa orang tua yg terucap untuk kita di setiap lirih sujud sujud panjangnya. Sometimes, kita engga pernah tau lebih detailnya seperti apa, sedalam apa pengharapannya untuk kita. Doa doa itu, akan selalu menjadi doa terbaik untuk kita anak anak mereka.
Dan barangkali kontribusi kecil itu, salah satu yg bisa kita ikhtiarkan untuk orang tua. Dan doa doa baik itu juga rasanya tak adil jika tidak terucap sama sekali dari mulut kita untuk mereka.
Ya Rabb, semoga Engkau jaga orang tua kami dalam keimanan, kebaikan, kesehatan, dan keselamatan dunia dan akhirat. Dan Engkau mampukan kami untuk berkasih sayang kepada orang tua orang tua kami. Sayangi dan cintai mereka sebagaimana mereka menyayangi, mencintai, dan mengasihi kami semenjak kami kecil💕
6 notes · View notes
rismaisnayah · 4 months
Text
Tumblr media
0 notes
rismaisnayah · 4 months
Text
Jangan jadikan uang sebagai orientasi/tujuan. Nasihat yang dulu kujawab dengan bebal ini berangsur bisa kupahami. Seiring waktu berjalan, dari yang dulu single dan sekarang berkeluarga. Kalau dihitung sekali jalan perlu 4 tiket jika pakai pesawat / kereta. Sekali menginap langsung booking 2 kamar. Rasanya kalau kekhawatiran soal uang dan materi apalagi jadi tujuan / orientasi. Aku akan diselimuti kegelisahan sepanjang waktu karena takut kekurangan, berpikir bahwa uang/materi adalah satu-satunya pembebas biar leluasa ke sana kemari dan ngapa2in. Lupa bahwa rezeki itu sudah diatur, sudah dialokasikan sama Yang Maha Pengasih. Apalagi setelah berkeluarga, saat kebutuhan tak lagi soal diri tapi sudah merambat ke biaya pendidikan, properti, dsb. Pasti ada jalannya, ada rezekinya, yang penting terus berikhtiar sebaik mungkin.
Belajar lebih tawakal. Stres di tahun 2023 dipikir-pikir karena ingin sekali mengendalikan banyak hal. Ingin semua hal bisa berjalan dengan baik, tapi ternyata tidak. Ada hal yang akhirnya eror, tidak berjalan sesuai rencana, tidak bisa kukendalikan. Akhirnya stress. Belajar utk lebih berserah pada hasil setelah berusaha. Ada Allah yang mengatur segalanya, kita tidak perlu pusing untuk memikirkan semuanya. Apalagi terus berharap bahwa apa yang kita usahakan, selalu berhasil sesuai yang direncana. Nanti jadi mudah kecewa.
Komunikasi adalah kunci dari kelanggengan relasi. Baik itu dalam pertemanan, pernikahan, pekerjaan, dsb. Belajar untuk lebih komunikatif, lebih banyak mendengar, dan juga belajar untuk berkata yang baik-baik. Berhati-hati dengan lidah yang tak bertulang, yang berpotensi menyakiti orang lain - fitnah - dan berbagai hal yang bisa jadi keluar darinya karena tak mampu dikendalikan. Yang berakhir pada hilangnya kepercayaan, kesempatan, bahkan hubungan.
Jangan ragu untuk memutus pertemanan yang tidak sehat. Belajar untuk lebih dekat dengan lingkaran-lingkaran kebaikan, yang mengajak pada hal-hal baik, yang mengingatkan pada hal-hal baik, yang semakin dewasa ini sangat dibutuhkan banyak sekali nasihat ketimbang haha-hihi. Apalagi lingkaran-lingkaran salih yang membuat kita lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Lebih banyak menerima feedback. Meski terdengar tidak nyaman, tapi kita sangat memerlukan kritik dari orang lain. Alih-alih denial, coba resapi bahwa bisa jadi ketidakpekaan kita selama inilah yang menghambat diri untuk berkembang. Karena diri menolak untuk dinilai dan dikritik. Tidak mendapatkan evaluasi, tidak mendapatkan saran untuk hal-hal yang perlu dibenahi, bersembunyi dibalik kata-kata mutiara "Aku memang seperti ini, kalau gak suka ya gak apa-apa, aku mau jadi diri sendiri." Apakah benar menjadi diri sendiri itu artinya tidak mau berubah lebih baik lagi atas sifat-sifat buruk yang dimiliki?
POV Orang Tua, anak-anak di masa kecilnya hanya akan terjadi sekali. Jangan sampai lalai dengan urusan pekerjaan dsb yang menyita waktu hingga tidak ada waktu untuk menjadi orang tua yang utuh, yang hadir, yang dengan segala keadaan yang nanti terjadi, tetaplah hadir sebagai orang tua bagi anak-anak.
Jangan memelihara rasa benci. Jangan memelihara pikiran yang picik. Jangan terus menerus berpikir buruk tentang orang lain dan juga diri sendiri. Apalagi memiliki sekeciiilll apapun buruk sangka kepada Allah - jangan sampai terjadi.
539 notes · View notes
rismaisnayah · 4 months
Text
"Bapak sakit ? ko ngga bilang ?" tanyaku hari itu
"Sakit apa ? bapak sehat ko, nih sehat bugar" jawab beliau sambil mengepalkan tangannya, saat itu momen vidcall.
"Gimana kakinya sudah sembuh ? kata mba, bapak sakit kaki. Ko ngga bilang kalau sakit ?" tanyaku to the point
"Sakit kecil aja, palingan bentar lagi sembuh" jawab beliau akhirnya
Lagi banget kangen sama orang tua, percakapan dengan bapak beberapa hari lalu buat aku berpikir lebih jauh. Percakapan itu mengalihkanku akan kekhawatiran bapak yang sering diungkapkan jika itu terkait denganku.
Khawatir kalau di kosan sendirian, khawatir kalau sampai belum makan, khawatir kalau pulang kerja jalan kaki, khawatir kalau bepergian jauh, khawatir ini dan itu. Tapi bapak, tidak pernah mengizinkan kami anak-anaknya mengkhawatirkan beliau.
Bahkan untuk urusan sakit, bapak akan mengatakan kalau bapak sehat-sehat saja, sebab tau kalau aku juga tidak melihatnya secara langsung. Tapi kenapa orang tua selembut itu hatinya ya ? Selama ini sudahkah kita melihat kelembutan itu dari diri orang tua ?
Atau selama ini kita hanya fokus ke hal-hal kurangnya saja ? sewajarnya orang tua layaknya kita juga, masih ada kekurangan di satu dan lain sisi. Tapi berfokus kepada kekurangan orang tua tidak akan menjadikan kita lebih sayang sama mereka, justru mungkin lama-lama kebencianlah yang akan bertumpuk.
Selama orang tua masih ada, mereka adalah ladang amal dan syurga kita. Mendoakan, memberi semampu kita, mengajaknya beribadah, menasihati dg cara yg baik, mengasihi dan memberi kabar, sering berkomunikasi dan mendedikasikan amal kebaikan untuk mereka, barangkali adalah cara kita untuk bersyukur terhadap nikmat Allah berupa orang tua.
Bahkan mohon maaf, bagi yang orang tuanya sudah meninggal, doa terbaik kita selalu bisa menjadi hadiah terbaik untuk mereka. Kita tidak bisa memilih ingin dilahirkan dari orang tua yang seperti apa, namun kita selalu bisa mengasihi orang tua dengan cara apa dan melihat kebaikan-kebaikan pada diri orang tua.
11 notes · View notes
rismaisnayah · 7 months
Text
Pilihan
Tidak semua hal di dunia ini berjalan ideal sesuai dengan keinginan diri. Kita sedikit atau banyak mesti berdamai dengan pilihan-pilihan yang kita ambil. Selalu ada kelemahan dari sebuah pilihan. Pasti ada plus minusnya, tinggal mau berdamai dengan yang mana kita.
Mengenali dan mengukur diri sendiri banyak berkontribusi terhadap proses kita berdamai dengan pilihan. Memilih bekerja di lingkungan yg nyaman dan positif, mental terjaga tapi mungkin secara pengembalian tidak sebesar ketika kita bekerja di tempat yg banyak persaingan. Atau mau mengejar pengembalian yg besar namun secara lingkungan diri harus siap untuk bertahan dg segala tantangannya.
Lagi lagi hal itu kembali ke diri, mau berdamai dengan yang mana kita ? kondisi seperti apa yg kita sangat butuhkan ? Terkadang bahkan kita sesekali akan dihadapkan pada kondisi dimana kita mesti memilih meninggalkan kenyamanan yang sudah di dapatkan demi kenyamanan lain yang lebih kita butuhkan.
Meninggalkan sebagian fasilitas di sebuah tempat dan pindah ke tempat lain untuk mendinginkan mental misalnya. Semua itu sangat mungkin dan kita selalu punya pilihan. Apapun pilihan itu, kembali lagi ke diri bahwa kitalah yang tau kondisinya. Pilihan baru yg kita ambil, tidak akan menghilangkan adanya pilihan berdamai dengan hal yg lain. Thats life, dan inilah yang selalu membuat kita bisa bertumbuh.
Alih alih kita menganggap bahwa pilihan itu menyulitkan, kita bisa menggantinya dengan "pilihan itu membuat aku belajar dan terus berkembang". Hidup ini tidak hadir untuk membuat kita menyerah, hidup ini hadir untuk mendidik kita menjadi diri yang unggul. Pribadi yg kuat, mindset yang terus bertumbuh, hati yang baik, jiwa yang tenang, dan bisa berdamai dengan situasi situasi diluar kendali diri.
Selamat bertumbuh diri :)
16 notes · View notes
rismaisnayah · 7 months
Text
Selamat Datang Quarter Life Crisis
Oh beginikah rasanya di fase QLC ? Nano nano ngga jelas mana rasa yang dominan. Semua bercampur aduk asin, manis, pahit, pedas, hambar. Semua hal terasa menumpuk di pikiran, gonjang ganjing masalah pekerjaan, tak jarang dan bahkan keseringan membandingkan diri dengan orang lain, merasa tidak bisa apa apa, pertemanan yang terasa tak sesehat dulu (barangkali sedang masanya seleksi circle pertemanan saja, tapi kitanya tidak sadar).
Ditambah lagi merasa belum bisa membahagiakan keluarga terutama orang tua, belum menemukan jodoh yang tepat disamping teman2 sebaya atau dibawah kita sudah pada menimang anak dan masalah-masalah lain yang dirasakan sampai di level berulangkali diri mempertanyakan apa sebenarnya tujuan hidupku ? Apa yang sebenarnya kucari ?.
Kerungsingan kerungsingan itu akan sampai di fase ketika usia kita mendekati atau mencapai quarter. Hello selamat datang quarter life crisis!! Masa masa yang hampir pasti dialami semua orang pada usia ini. Menjadi ujian pertama pendewasaan diri jika sebelumnya kita pusing dengan pencarian jati diri. Fase yang begitu memusingkan bahkan sampai stressful dan tak jarang sampai mengganggu kesehatan mental.
Mencari solusi atas apa yang saat ini dialami biasanya adalah hal yang pertama kali dilakukan. Padahal barangkali, tidak semua masalah perlu dicari solusinya. Ada hal hal yang hanya perlu dijalani saja. Ibaratnya kita tidak tau sampai dimana ujungnya tapi kita tetap terus melangkah menyusuri setapak demi setapak untuk sampai kesana.
Penerimaan diri terhadap apa yang saat ini dijalani mungkin adalah solusi terbaik. Terima bahwa kita sedang stres, marah, bingung, pusing, sedih, dan sedang tidak jelas rasa yang paling dominan yang mana. Ibarat bubur, rasa rasa itu masuk ke tim bubur diaduk jadi satu dan tidak terlihat komponen mana yang memberikan rasa terkuat. Its okay tak apa, terima bahwa kamu sedang dalam kondisi ini dan yakini bahwa sebentar lagi kamu akan baik baik saja.
Support kepusingan itu dengan banyak banyak mendekat kepadaNya. Ceritakan bahwa saat ini diri sedang dalam kondisi tidak baik baik saja dan minta agar dikuatkan hati, jiwa dan perasaan selama menghadapi proses ini. Satu prinsip yang perlu kuat kuat dipegang adalah yakin bahwa Allah tidak akan pernah menempatkan kita pada ujian yang kita tidak mampu untuk menghadapinya. Fase ini adalah fase yang bahkan Allah tidak pernah ragu bahwa kita sanggup melewati prosesnya.
Dan satu prinsip lagi yang perlu diilmui pada fase ini adalah kesadaran bahwa begitu banyak pelajaran yang kita dapatkan yang barangkali menjadi bekal kita untuk menghadapi tempaan hidup ke depan. Ingat satu hal ini dan camkan ke diri, Allah menempatkan kita pada fase ini tentu untuk suatu kebaikan. Yang saat ini barangkali kita belum tau maksudnya, dan Allah tidak akan pernah sedikitpun menyakiti hambaNya.
Its okay tepuk tepuk pundakmu dan katakan "kamu pasti bisa bertahan ada Allah sebagai sandaran". Hai diri, sekali lagi kukatakan selamat datang di fase mencintai diri sendiri :)
33 notes · View notes
rismaisnayah · 8 months
Text
Apa definisi karir untukmu ?
Berawal dari pertanyaan seorang teman terkait dengan karir dan tujuan menikah.
Km kan lagi pengeen ke peningkatan karir ya ? Trus gimana tentang salah satu tujuan hidup mu (nikah) ?
Tumblr media
Hal yang pertama kali terpikirkan olehku dari pertanyaan teman di atas adalah definisi "karir". Sebagaimana lazimnya yang kita sering dengar di masyarakat bahwa definisi karir lekat kaitannya dengan jabatan, pekerjaan kantor, promosi, dan hal-hal yang tidak jauh dari bekerja.
Layaknya definisi sukses bagi tiap orang yang berbeda-beda. Maka definisi karir bagi tiap orang juga bisa jadi berbeda. Karir bisa jadi sebuah stage yang harus terus tumbuh terlepas dari apapun profesi atau peran yang dijalankan dalam berkehidupan ini dan terlepas dari apakah pertumbuhan itu cepat atau lambat.
Karir juga bisa diartikan sebagaimana yg sering kita dengar sebagai proses promosi, naik jabatan, shifting pekerjaan atau hal-hal yg kaitannya tidak jauh dari kantor, bisnis dan semacamnya.
Karir bagi sebagian bisa jadi bukan hanya terkait dengan promosi jabatan di kantor, bisa lebih dari itu. Sebagai seorang muslim, sebagai anak, sebagai istri/suami dan ayah/ ibu di masa depan atas izin Allah dan harapan besarnya orang yg dapat menjalankan peran kemanusiaannya kepada sesama dan peran kehambaan kepadaNya.
Bagaimana caranya agar selama menjalani peran di atas di saat ini maupun di masa depan (atas izin Allah) kita mengupayakan agar prosesnya terus tumbuh, pembelajaran terus bertambah, dan diri semakin bijaksana dalam menyikapi dinamika kehidupan.
Dan apa apa yg kita lakukan hari ini mestinya adalah the way of ikhtiar dan doa, yang sama sama kita harapkan kepada Allah bisa memberikan kontribusi untuk hidup di masa mendatang. Berkontribusi terhadap apa yang kita kerja nanti dimanapun kaki ini berpijak.
Menikah tentu menjadi tujuan, dan cara sebagian orang menggapai tujuan tersebut dengan sekarang ini mempelajari hal hal yg possible untuk dipelajari. Selama hal itu baik dan tidak keluar dari syariat yang sudah ditetapkanNya.
Hal yang kemudian diyakini sedikit atau sebagian orang, selama kita mengupayakan kebaikan kebaikan atas izin Allah tentunya, Allah juga akan hadirkan kesempatan-kesempatan dan amanah-amanah yang baik. Dan menikah mungkin salah satunya.
Bicara menikah tentu kita tidak tau kapan, yang saat ini bisa dilakukan di level kita manusia adalah ikhtiar dan sediakan ruang tawakal sedari awal.
4 notes · View notes
rismaisnayah · 8 months
Text
Inspirasi dari Bapak #3
"Sebetulnya Bapak tidak tega melepas kamu merantau sendiri Ris, tapi Bapak pikir ini adalah salah satu cara agar kamu bertumbuh dan berkembang" kalimat ini disampaikan Bapak ketika kami sedang ngobrol.
Kalimat yg jika disampaikan sejak dulu, mungkin aku tidak akan selapang ini menerimanya. Yang ada barangkali denial, tidak terima dan mengeluh tentu saja, siapa coba yg mau merantau jauh2 dari keluarga ?
Namun, bahkan kalimat sekalipun, Allah carikan waktu yg paling pas untuk disampaikan dan untuk diterima sehingga pas juga diri dalam menyikapi.
Merantau, bagi sebagian orang mungkin adalah hal yg sangat dihindari karena pasti yg paling berat adalah jauh dari rumah dan keluarga. Meninggalkan semua hal yg dulu biasa bersama keseharian.
Bagiku, dulu merantau juga bukan pilihan yang mudah (ini adalah pilihanku sendiri), terlebih menerima kenyataan bahwa 2 bulan pertama di tanah rantau, aku tidak bisa melupakan suasana rumah dan keseharian dg orang tua.
Menangis, sudah jadi makanan sehari hari bahkan berat badan sampai terus terusan menurun. Bapak dan ibu saat itu memberikan semangat bahwa hal ini akan berakhir dan aku akan terbiasa.
Ternyata itu semua hanya perlu proses dan penerimaan. Bahwa merantau tidak seburuk itu. Ketakutan jauh dari orang tua, mentrigger diri untuk lebih sering komunikasi dan membangun hubungan baik dg ortu meski melalui telepon.
Di sisi yg lain, merantau memberikan pelajaran hidup tentang kemandirian, membangun silaturahmi meski dg orang yg sebelumnya dalam benak kita terpikirkan akan kenal pun tidak. Yg terpenting, merantau mengajarkan aku arti sebuah pendewasaan.
Lebih dewasa dalam pengelolaan, pengelolaan hati, keuangan, perasaan, manajemen kosan (eheh) dll. Aku jadi tau bagaimana rasanya ibu mengurus rumah, bagaimana rasanya bapak mencari nafkah, merasakan bagaimana mengatur waktu agar cukup untuk ini dan itu.
Jika kutuliskan semua, kisah perantauan ini tidak akan cukup dan selesai disini. Buanyakkkk sekali hal yg jika kurangkum ketemu dua istilah yg bapak sebutkan di awal "bertumbuh dan berkembang".
Bapak, bahkan sudah sejauh itu berpikir sebelum aku bisa menerima dan lapang akan semuanya. Bapak tau bahwa anaknya nanti pasti akan paham dan aku bersyukur bahwa ternyata Allah tuntun aku untuk betulan paham tanpa harus membenci apa yg bapak katakan.
Setiap orang punya prinsipnya masing2, mau merantau ataupun tidak yg tidak boleh hilang adalah keinginan dan kemauan yg besar untuk terus bertumbuh dan berkembang. Ini kisahku dan tentu kamu punya kisah sendiri.
Apapun kisahnya, yg paling diharapkan adalah semoga Allah hadirkan diri yg selalu bisa mengambil pelajaran dari setiap sesi pengalaman hidup yg dilalui.
0 notes
rismaisnayah · 8 months
Text
I Don't Think I Can Survive a Day Without Prayers to Allah Almighty.
It's all about Faith.
Iman itu bukanlah ketika engkau berdoa kemudian doamu dikabulkan lalu engkau beriman, itu adalah iman "bersyarat".  
Akan tetapi iman adalah ketika engkau senantiasa berdoa, engkau senantiasa berusaha menjaga hak-hak Allah, kemudian jalan hidupmu terasa jauh dari harapan, tak seindah jalan yang lain. ketika engkau senantiasa berdoa di banyak sujudmu, kemudian duri-duri kehidupan melukai dirimu..  
Namun itu semua tidak mengubah diri untuk senantiasa menjaga hak-hak Allah, dan engkau berkata:  
"Ya Allah betapa lembutnya diri-Mu atas diriku, kebaikan apa kiranya yang engkau simpan untukku? Jadikanlah aku bagian dari orang² yang aslama wajhahu. Yang menyerahkan wajahnya, eksistensinya, seluruh jiwa dan raganya, hidup dan matinya adalah untuk Engkau Yaa Rabb-ku"
Kemudian engkau tak sedikitpun merasa lelah dalam berdoa dengan iman yang semakin mendewasa dalam taat, tak peduli dunia dan seisinya yang sedemikian menggoda untuk "meninggalkan" Rabb-mu. 
Maka jika ada ajakan ataupun bisikan untuk mendobrak dimensi iman kita, hati-hati. Catatan sejarah sosok-sosok yang diabadikan dalam Al-Qur'an mestinya menjadi cermin bagi kita, seberapa pantasnya kita untuk dikatakan sebagai orang yang beriman.  
Apakah mereka yang berkata:  
"Jika aku tidak mengambil jalan ini (riba) untuk memenuhi kebutuhanku, darimana lagi dan bagaimana aku bisa survive?"  
"Jika aku tidak membuka jilbabku, tidak ada yang mau memperkerjakanku. Dari mana aku bisa menghidupi anak-anakku?"  
"Jika aku tidak pacaran sebelum nikah, bagaimana bisa aku bertemu dengan jodohku?"  
"Jika aku tetap beriman dengan Islam, nyatanya aku miskin. Sementara ketika aku pindah keyakinan, nafkahku ada orang yang menjamin."
Tidak. Namun yang kita dapati salah satunya: Allah Ta'ala jadikan contoh untuk dapat kita ambil ibrahnya dari nabi Yusuf 'alaihi sallam. Dalam surah Yusuf ayat 33, beliau lebih memilih berdoa supaya diletakkan dalam kondisi yang sulit secara duniawi saja, tetapi selamat agamanya. Ketika beliau dihadapkan dengan "ujian" dan "fitnah" berupa godaan yang dapat merusak imannya.
Nas'alullah as-salamah wal 'afiyah
234 notes · View notes
rismaisnayah · 9 months
Text
Hal pertama yg ingin kusampaikan adalah, terimakasih Allah telah memberikan pelajaran berharga melalui temanku yg tidak sengaja aku temui di jalan. Janjianpun tidak, apalagi janjian jalan jalan sambil menikmati roti dan eskrim, sama sekali tidak terpikirkan kemarin sore. Namun ternyata apa yg kulalui kemarin masuk ke dalam rencanaMu dan terjadi di momen yg sangat tepat artinya tidak ada hal atau pekerjaan yg harus aku geser sebab pertemuan dan momen ngobrol dg teman kemarin.
Di hampir pertengahan obrolan kami, teman menceritakan hal ini padaku,
"Ada satu momen temen kantor nitip pisang coklat ke aku, kalau aku mau berangkat kerja dan nglewatin abang piscok. Kebetulan pas abangnya ada, aku lagi gaada uang cash, karena gamau buat dia kecewa dan terlebih abang2 piscoknya juga jualan akhirnya aku mampir ATM buat narik uang. Tapi udah 4 kali ku gesek ATMnya error2 terus sampai aku sebel. Dan kemudian aku memutuskan untuk gajadi beliin temenku piscok dan bilang kalau ga punya uang cash. Jalanlah aku ke kantor, lalu nyoba ambil uang lagi di tempat dket kantor dg kartu ATM yg sama, dan bisa. Ga ada drama error2 kaya sebelumnya. Sampailah aku di kantor dan ternyata temenku yg nitip piscok ngga masuk kantor dan ga bilang ke aku. Di momen itu aku speechless sih mb, aku jadi menyadari bagaimana Allah ngatur hal hal sekecil itu dg sangat detail, bahkan hanya untuk urusan titip menitip makanan. Coba kalau pas ambil uang tadi ATMku ga error, aku pasti udah beliin dia piscok dan tau tau sampai kantor dia ga masuk, siapa coba yg mau makan ?"
"Sebetulnya ketidak sukaan kita akan hal tertentu, tidak sepenuhnya buruk buat kita. Waktu itu begitu menyadari pelajaran itu, aku langsung minta maaf ke Allah udah marah2 dan sebel pas mau narik uang dan error2 terus ATMnya. Ternyata Allah menyetting itu dalam rangka mau menyelamatkanku dari kemubadziran. Hal yg ngga aku sadari sebelumnya. Momen2 semacam ini udah ngga terhitung lagilah, ada banyak hal lain yg Allah hadirkan yg ngasih aku pelajaran banget".
Pelajaran lain yg kudapatkan selain dari cerita teman tersebut, adalah pertemuan kami yg terjadi secara spontanitas saja.
Tapi sejatinya bukankah tidak ada hal yg terjadi secara kebetulan ? Semuanya sudah masuk ke dalam on handle nya Allah kan ? Bagaimana pertemuan tidak sengaja ini, jalan yg ngga direncanakan pula, lalu obrolan kami yg terhitung kurang lebih 3 jam dg tema "mengambil pelajaran yg Allah hadirkan dari hal hal kecil yg meliputi hidup kita". Tema ini lagi lagi tidak kita rencanakan, mengalir saja tanpa kita sadari.
Jika Allah mau ngasih kita pelajaran, mau memberikan kita nasihat, seringnya memang dari jalur yg tidak kita sangka atau pikirkan sebelumnya, bisa spontan saja. Kita mungkin ngga sempet mikir dulu, siap siap dulu, atau nyiapin hati dulu. Hal hal ini yg selalu menghadirkan pertanyaan buatku setiap kali bertemu orang baru. Allah mau ngasih apa ya dg mempertemukan aku sama dia ? Sehingga hati lebih siap jika yang akan kita dapatkan adalah nasihat. Yang tidak sedikit kadang menampar kita ribuan kali.
Ending dari diskusi kami kemarin pada akhirnya adalah "hal yg menurut kita tidak baik sekalipun (misalnya kegagalan) tidak serta merta bahwa hal tersebut artinya buruk buat kita. Bisa jadi kita belum melihat saja sisi baiknya dimana. Kita tidak tau tapi Tuhan kita sangat tau".
Semoga apapun hal yg terjadi di keseharian kita, bisa selalu kita pelajari dan ambil nilainya. Sebetulnya, sekecil apapun momen itu ngga ada yg ngga bernilai. Semuanya full package of value and advice, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Sebagi hal yg biasa saja atau ohh i got the point..
5 notes · View notes
rismaisnayah · 9 months
Text
Filosofi Kupas Salak
"Gimana caranya simpen salak biar ga cpt busuk ya mb ?" Tanyaku ke kakak beberapa hari lalu saat mendapati salak ku hampir busuk semua di pagi harinya padahal baru beli di malam hari. "Jangan dijadikan disatu wadah yg ngga kena angin. Mending ditaruh di ruang terbuka terus agak dipisah pisah gitu jadi dia ngga akan cepat busuk, tapi nanti kulitnya akan kering dan susah dikupas karena nempel dengan dagingnya". Jawab kakakku.
Dengan aku tau bahwa diriku bukan orang yg suka berantakan apalagi melihat satu jenis barang yg ngga tertata rapi menjadi satu wadah, meletakkan salak di ruang yg terbuka sedikit membuatku ngga nyaman karena tidak rapi saja, tidak enak dipandang. Namun kemudian aku mengatakan "Ngga apa sih mb, masih bisa diterima dan ditlateni ngupasnya dibanding habis beli terus busuk gini, mana belinya ngga sedikit lagi" kataku.
Lalu beberapa hari kemudian ketika aku mengupas salak aku mendapati persis yg disampaikan kakak, kering kulitnya dan nempel dengan dagingnya. Dan kemudian hal kecil ini membawaku berpikir menilik lebih dalam tentang hakikat tantangan maupun keputusan yang kita ambil di setiap harinya yg menjadi bagian dari refleksi diri bahwa,
1. Sejatinya, tiap kita ingin mengambil keputusan, kita akan mempertimbangkan mana hal yg lebih bisa diterima, lebih bisa dijalani resikonya, dan yg sesuai dengan kemampuan diri dalam menjalani keputusan tersebut.
2. Semua keputusan selalu sepaket dengan konsekuensinya. Memilih A maka konsekuensinya ini dan ketika memilih B maka seperti ini. Kita telah memahaminya dan ketika kita kita harus memilih maka artinya, kita juga harus mau berdamai dengan konsekuensi dari keputusan yg kita ambil.
2. Konsekuensi yg sulit bukan berarti tidak bisa dilakukan. Hanya sulit saja bukan berarti mutlak tidak bisa. Karena sejatinya sulit itu hanya tingkatan atau level bukan hal yang absolutly tidak bisa kita kerjakan. Dalam contoh tadi adalah mengupas salak dengan kulit yg kering dan menempel dengan dagingnya.
Setiap hari hidup kita selalu dihadapkan dengan paling minimal satu keputusan, sesederhana memilih baju atau makanan, memilih duduk atau berdiri, dll. Dan bahkan dari keputusan keputusan kecil itu ada konsekuensi yg mesti kita hadapi. Tapi terkadang kita tidak sadar bahwa kita sedang menjalani konsekuensi dari keputusan kita.
Menjadi bijak dan matang dalam berpikir untuk setiap keputusan yg kita ambil bukan proses yg singkat. Tapi sebetulnya kita sedang berlatih setiap hari. Semoga, semoga makin hari diri makin bijak ya..
4 notes · View notes
rismaisnayah · 9 months
Text
Inspirasi dari Bapak #2
Beberapa waktu lalu ketika ngobrol dengan bapak, aku meminta beliau untuk memberikan nasihat untukku.
"Pak, kasih Risma nasihat dong supaya bisa jadi lebih baik" kataku
"Mau dikasih nasihat apa ? Semoga Risma jadi anak yang shalihah, sukses, pinter, tercapai cita citanya dan dimudahkan semua urusannya" jawab beliau
"Itu bukan nasihat kayaknya pak tapi doa, kasihnya nasihat aja sekarang" protesku
"Ya itu nasihatnya, memangnya mau apalagi ?" kata Bapak
Baru setelah beberapa hari berlalu aku menyadari satu hal, bahwa doa adalah juga nasihat. Untuk menjadi orang yg shalih misalnya kita butuh diri kita untuk istiqomah dalam kebaikan, disiplin diri, menahan diri dari yg dilarang, dsb.
Untuk menjadi sukses misalnya, kita butuh diri kita yang persistence, konsisten, disiplin dan mau berjuang. Belum lagi untuk pinter, tercapai cita citanya butuh begitu banyak hal yg mesti dikorbankan. Waktu bermain, tenaga, financial, dll.
Tidak sekali dua kali, doa doa bapak dan ibu selalu memberi makna yang lebih dalam dan detail, buat aku mikir yang tak sehari dua hari. Pernah suatu saat juga bapak mengatakan kurang lebih,
"disini bapak mendoakan tapi kalau tidak ada langkah yang kamu ambil, bukannya doa bapak tidak berarti apa apa ?"
Ikhtiar dan doa selalu jadi hal yg saling beriringan, ada ikhtiar harus ada pula doa yg kita pintakan. Ada doa yg dipinta, artinya harus diiringi dengan ikhtiar dalam menggapainya. Pelajaran itulah yg akhirnya aku ambil dari doa doa bapak untukku, yg sekaligus jadi nasihat terbaik.
15 notes · View notes