Sesibuk apapun kamu berkirim pesan dan bertukar kabar dengan sahabat, sedekat bagaimanapun kamu dengan pasangan atau calon kekasih.
Pada akhirnya seseorang yang paling mengenal dan mengetahui sisi terdalam kamu adalah diri kamu sendiri. Ketika mereka pergi, diri kamu yang tetap ada dan tidak beranjak.
Sayangi dirimu melebihi apapun, jangan pernah benci diri sendiri. Terbayang tidak bagaimana sedihnya hidup jika kamu menjadi musuh buat diri sendiri?
Berdamai dengan diri sendiri adalah kenikmatan yang patut disyukuri.
Jakarta, 23 Mei 2023. Permulaan sore.
209 notes
·
View notes
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku kembali diingatkan oleh luka yang pernah begitu akrab denganku. Hanya kali ini, aku melihat dengan lebih jelas bagaimana aku tidak pernah nampak berharga—entah itu di ujung mata atau di ujung hati mereka.
—luka yang tak pernah memberiku pilihan selain rasa sakit
©antasmira
8 notes
·
View notes
Sesi Overthinking #1
Perkara Memilih Pasangan
Abis baca postingan di instagram, yang intinya gini,
Kecantikan, kesetiaan dan pengorbanan seorang wanita, tidak akan menjamin pasangannya tidak tertarik pada wanita lain.
Yang bisa menjamin kesetiaan seorang laki-laki itu cuma imannya.
Maka pilihlah laki-laki shalih untuk meminimalisir perselingkuhan.
Intinya gitulah..
Tapi di sini aku jadi ovt, emang laki-laki shalih bakal selamanya shalih?
Iya memang iman bisa menyelamatkan Nabi Yusuf 'alaihissalam dari godaan Zulaikha. Tapi siapa yang bisa mastiin kalau laki-laki itu akan selalu beriman setiap saat?
Paradigma kayak kutipan tadi seolah-seolah membuat kebahagiaan kita "bergantung" pada imannya si laki-laki itu, iya gak sih?
Gimana kalau pas si laki sampai di suatu zaman yang dikatakan seseorang paginya beriman, malamnya dia kafir. Atau malamnya dia beriman, siangnya di kafir?
Seolah "kesetiaan" laki-laki itu adalah sesuatu yang ada pada kendali pasangan kita dan hal itu adalah di luar kuasa kita. Iya emang di luar kuasa kita sih. Tapi kan sebenernya kita punya Allah.
Kita gak bisa mastiin lelaki itu bakal beriman selamanya, tapi kan kita bisa minta ke Allah biar dijagain hatinya suami kita.
Kalau dukun aja bisa buat pasangan kita gak berpaling, apalagi Allah. Bukankah segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah? Termasuk urusan si dukun tadi, masalahnya cuma dia ambil jalan yang gak diridhai aja. Maka kita sebagai orang beriman seharusnya bisa melakukannya dengan cara yang diridhai-Nya. Seperti bersabar dan terus berdoa.
Sabar di sini bukan berarti pasrah, berharap keajaiban agar si laki bisa berubah. Gak gitu juga, meski pun itu termasuk bentuk dari selemah-lemahnya sabar.
Sabar itu juga sambil terus berusaha, gagal pake metode satu ganti pakai metode lain, sambil berharap Allah ridha sama usahanya.
Jadi, sabar itu bagian dari usaha. Karena do'a tanpa usaha ya sama aja bohong.
Bentar, jadi tulisan ini maksudnya gimana?
Jadi, maksud aku tuh..... jangan menyekutukan Allah dengan imannya dan keshalihannya laki-laki.
Karena bagaimana pun, iman dan kesahalihan seseorang itu statusnya sama aja kayak harta. Sama-sama pemberian dari Allah.
Satu-satunya yang bisa mendatangkan iman pada hati seseorang ya tetap Allah. Dan Allah bisa kapan pun mengambil kembali kenikmatan iman itu bila Dia menghendakinya.
Dan di situlah tugas kita sebagai pasangan untuk menjadi "pakaian"nya di hadapan Allah. Kita minta Allah jagakan hati pasangan kita. Dan pasangan kita pun minta ke Allah buat jagakan hati kita.
Jadi bukan semata-mata karena "iman" dan "keshalihan"nya si laki aja sih, tapi yang utama adalah kita dulu yang harus (insha Allah) beriman dan berusaha menjadi wanita shalihah. Jangan hanya bergantung pada laki-laki.
Jadi, kendali tetap ada pada kita sebenernya. Karena nanti pun kita dihisab sendiri-sendiri ya kan?
Tapi kalo menurutku sih, milih pasangan itu kayak milih kerjaan.
Sebaiknya cari yang kamu punya passion di dalamnya. Karena kalau udah passion, mau capek segimana pun, gak akan terlalu kerasa kalau memang suka, malah tertantang buat lebih berkembang dan berkembang lagi kan?!
Nah, milih laki juga sama. Bisa jadi dia orangnya sekarang gak alim-alim amat, gak terlalu paham hukum-hukum agama. Tapi memenuhi batasan "standar orang baik" versi kamu dan kamu somehow merasa tertarik sama dia. Tertarik di sini bukan berarti bucin akut ya, tapi kayak ada perasaan yang bikin kamu sama dia tu kek sodara karib gitu. Kamu bisa memaklumi semua kekurangan dia, dan kamu bersedia menutupinya. Kamu juga gak masalah dinasehatin sama dia dan dia juga gak masalah nerima nasehat dari kamu. Dan kalian sama-sama punya keinginan untuk berkembang ke arah yang lebih baik yang diridhai Allah.
38 notes
·
View notes
Tidak ada yang perlu dibuktikan di hadapan manusia, cukup Allah sebaik-baik penilai akan semua usaha-usaha yang tidak nampak di mata manusia. Sekali lagi, pujian-pujian manusia hanya sepanjang lidahnya saja, begitupun hinaan manusia hanya sepanjang lidahnya juga. Kamu itu berharga, kan kamu kesayangannya Allah❣
10 notes
·
View notes
Terbentur, terbentur, terbentur, dan terbentuk. Tumbuh dewasa dari keluarga dan lingkungan yang biasa-biasa saja (tidak memiliki privilege) itu tidak pernah mudah. Tiap hari berkutat pada pilihan harus merelakan mimpi atau mengejarnya. Waktu sebagian besar dihabiskan untuk berjuang agar diri tidak menyerah.
Dalam proses menggapai kehidupan yang lebih baik di masa depan, orang tersebut belajar terbiasa untuk tidak dipertimbangkan oleh orang lain, diabakan, ditinggalkan, dan dilupakan. Di saat orang lain memiliki privilege berupa resources dan waktu untuk bisa menyenangkan diri melalui beragam cara, orang tersebut masih berusaha untuk mendapatkan resouces itu. Berjuang nyatanya adalah perjalanan yang teramat sunyi.
Malam tidak selamanya malam, dan siang tidak selamanya siang. Bagi kamu yang lahir untuk hidup dan membantu menghidupi keluarga, sudah berjuang sampai hari ini adalah pencapaian yang hebat.
Jakarta yang menunggu hujan. 2 Juni 2023.
149 notes
·
View notes
Dua Puluh Tujuh
Seperti biasa semacam ritual tahunan, tiap ketemu tanggal kelahiran, gw harus absen ke Tumblr tentang pembelajaran apa yang bisa gw ambil, apa yang gw rasain sekarang, dan apa yang gw lakukan kedepannya disaat umur gw nambah 1 tahun.
Dua puluh tujuh!
Tak pernah gw merasakan perasaan setua ini dalam hidup. Menginjak umur 27 tahun entah mengapa banyak sekali ketakutan ketakutan yang sifatnya udzuriyah, mungkin karena semakin dekat dengan umur kepala tiga.
Mulai menghindari banget makan yang manis manis, takut diabetes.
Mulai gampang sekali pegel pegel
Mulai takut banget mati, liat temen temen yang dulu ha -ha hi-hi bareng satu persatu Allah panggil.
Semoga gw bisa lebih bijak dalam menghadapi ketakutan ketakutan gw saat ini dengan mempersiapkan persiapan semaksimal mungkin.
Takut mati? Persiapkan diri dengan bekal amal shalih sebanyak mungkin.
Pernah denger Mas Nicholas Saputra di film 3 hari untuk selamanya pernah bilang ;
Pokoknya pas lo umur 27, lo akan ngambil sebuah keputusan penting yang akan ngubah hidup lo
Di awal umur 27 dengan penuh rasa sadar gw berani memutuskan untuk resign dari kerjaan gw yang udah memberikan banyak hal dalam hidup.
Semoga ini sebuah keputusan terbaik, yang bisa membawa gw kepada keajaiban keajaiban hidup yang lebih baik kedepanya, semoga.
Batujajar, 31 Maret 2024. Day 1 itikaf di Masjid Umar Bin Khattab.
Harusnya nulisnya tepat pas gw lahir 4 Maret kemaren, baru sempet nulis maksakeun sebelum ganti bulan he he
4 notes
·
View notes