Tumgik
#memaknai hidup
penaimaji · 2 months
Text
Tenang
Hal yang bisa membuat hati kita tenang, ialah percaya bahwa kebaikan maupun keburukan; kesenangan maupun kesedihan, merupakan dua hal yang silih berganti. Tentu tidak lepas takdir dari Allah. Baiknya orang lain terhadap kita, atau sebaliknya, buruknya orang lain pun, tentu semua terjadi atas izin Allah.
Tidak ada hal lain, ketika kita mengalami sakit atau kepedihan, selain menunggu datangnya pertolongan Allah.
Sampai mana kamu kuat berdoa ketika diuji? Jangan pernah menyerah untuk meminta. Pertolongan Allah itu nyata, kalau kita benar percaya. Bahwa tanpa Ia, kita tidak ada daya pula.
Semoga.. hati dan pikiran selalu mengingat dan kembali taat pada Yang Kuasa. Semoga.. semakin sering kita diuji, bukan kemurungan lagi yang kita dapati, melainkan mencari, "Ada hikmah apa dari Allah, setelah kejadian ini?"
Teruslah berprasangka baik pada-Nya. Sebab, seperti yang kita ketahui, bahwa Ia sesuai dengan prasangka hamba-Nya.
Dikutip dari buku Ad-Daa wad Dawaa karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, bahwa Allah akan berbuat kepada hamba-Nya, sesuai dengan persangkaannya. Prasangka baik berkaitan dengan perbuatan yang baik pula. Maka Allah akan membalas perbuatan baik itu, tidak mengingkari janji-Nya, juga menerima taubat manusia.
Jakarta, 5 Maret 2024 | Pena Imaji
204 notes · View notes
Tumblr media
Mengapa seperti tiada habisnya?
Tenang, kita sedang dikokohkan Allah. Ujian yang selepas satu, berdatangan lagi setelahnya. Seakan tak ada ujung. Tapi, pasti di dalamnya ada hikmah. Perlahan kita belajar. Bertahap kita sedang dikokohkan.
Kenapa tidak sekalian kita dibuat paham? Bukankah itu mudah bagi Allah Ta'ala? Karena agar kokoh kita harus belajar semua hikmah itu dengan perlahan. Ada usaha yang nantinya membuat kita menghargai seberapa jauh kita telah bertahan.
Jika untuk meneguhkan dan mengokohkan Rasulullah saja Al-Qur'an diturunkan padanya secara bertahap, apalagi kita, yang manusia biasa. Maka sabar. Panjangkan sabar.
.
Am. 02012023.
0 notes
yunusaziz · 9 months
Text
"Hidup ini akan menjadi menyenangkan ketika kita mampu melihat sesuatu pada sudut pandang yang tepat."
Misalnya, ketika seseorang dilanda ujian, pada sebagian banyak orang yang menganggap ujian adalah masalah besar yang menganggu harmonisme kehidupan. Ada sebagian mereka yang menganggap bahwa ujian adalah cara terbaik Tuhan dalam memberi pelajaran baru pada hidupnya, yang dengannya akan menaikkan derajat hidupnya.
Maka tiadalah keluh kesah yang mendominasi sikap dan rasa di dalam dirinya, yang ada hanya prasangka baik, menerima dengan lapang dada dan optimis di dalam menjalaninya. Kenapa demikian? Ya karena dia yakin bahwa Tuhannya Maha Tahu, dan Maha Bijaksana.
Atau pada capaian-capaian hidupnya yang tertunda, barangkali Tuhan memintanya untuk sedikit lebih bersabar, karena Dia Maha Tahu bahwa jika hal itu diberikan saat ini juga, belum tentu dia mampu mengelolanya, malahan justru terbuai olehnya, dan melupakan Tuhannya.
Ya, ini semua hanya tentang bagaimana cara yang tepat dalam melihat, memaknai dan bersikap pada kehidupan. Jika kehidupan adalah soal mengambil satu sudut pandang dan bersikap, maka salah dalam memilih sudut pandang maka akan berakibat fatal pada sikap yang kita jalankan.
Semoga kita selalu mampu mengedepankan prasangka-prasangka baik dalam segala keadaan.
325 notes · View notes
ceritajihan · 10 months
Text
Berbaringlah dan dengarkan deru nafas dan detak jantung bersahutan.
Tumblr media
Tidak apa-apa bila perjalanan menuju lembah masa depan menemui titik reruntuhan jiwa yang tak berkesudahan.
Berusaha untuk tetap baik adalah seni membohongi diri yang banyak dilakukan manusia, hanya karena tidak ingin oran lain mampu menerka sumber rasa sakit nya.
Hidup bukan hanya perihal menjadi baik ataupun menggapai yang terbaik, namun hidup juga perihal memaknai hal-hal tidak baik, tidak disukai, dan hal-hal yang membuat mu meraung bersama tangis di tengah malam saat sebagian orang memilih untuk terlelap dalam tidurnya.
Hidup adalah bentuk pemaknaan dan penerimaan hidup, bagaimana kamu memaknai sebuah perjalanan yang kamu tempuh menuju perjalanan yang berikut nya, bersama segala bentuk tidak menyenangkan di dalam nya.
@ceritajihan
Luwuk Banggai, 6 Juli 2023
296 notes · View notes
juliarpratiwi · 4 months
Text
Tumblr media
"Kalau ta'aruf pasti gak akan sedih semisal gak jodoh dan tidak sampai pada pernikahan?"
Apakah iya? Hmm, untuk hal ini ternyata saya kurang setuju. Seterjaga apapun prosesnya, pasti ada sedih ketika memulai proses dan tidak sampai pada apa yang menjadi harapan. Karena itu tadi kita menyimpan harapan berapapun besaran porsinya.
Berani memulai proses pasti karena ada kecenderungan dan biasanya akan menyelipkan sebuah harapan. Harapan bahwa seseorang yang kita nilai baik ini akan menjadi teman perjalanan ibadah seumur hidup.
Jadi, sedih ketika tidak sampai pada apa yang menjadi harapan, adalah hal yang wajar. Hanya, memaknai sedihnya ini mungkin akan berbeda. Ketika menjaga proses, ada langkah pertama yang kita dahulukan; tawakal kepada Allah. Ada niat yang senantiasa diluruskan; bahwa ta'aruf ini adalah ikhtiar dalam rangka ibadah, bahwa ta'aruf ini adalah ikhtiar dalam rangka menjemput takdir pernikahan dari-Nya. Hasil sepenuhnya berada dalam kuasa Allah ta'ala. Sehingga kita akan mengembalikannya kepada pemilik segala rasa. Sedih yang ada adalah tanda kita ini manusia yang lemah, jadi harus terus dan selalu bergantung erat kepada-Nya. Karena Allah paling tahu (si)apapun yang terbaik untuk hamba-Nya.
Saya pernah menuliskan ini untuk seorang teman yang kala itu qadarullah 'gagal menuju pernikahan'.
Tidak perlu tergesa-gesa menerka-nerka apa hikmahnya. Nikmati saja dulu rasanya.
Siapa sangka qadarullah tahun 2023 saya diuji dengan tulisan saya sendiri dan dipaksa untuk mengaplikasikannya sendiri. Alhamdulillah 'ala kulli haal.
Hingga beberapa waktu kemarin saya masih menikmati rasanya. Saat ini, insyaAllah saya akan siap membuka ruas-ruas hikmah dibalik rahasia takdir-Nya.
Ketetapan Allah selalu baik dan pasti yang terbaik.
21.24 WIB
77 notes · View notes
nonaabuabu · 6 months
Text
Untuk Ibu
Jika ada yang tidak boleh aku sesalkan dalam hidup ini, maka adalah memilikimu. Sebab Ibu bukan yang aku pilih, dan aku bukan pula yang Ibu pilih.
Bu, hari ini aku ingin jujur, tentang apa yang kurasakan setelah 28 tahun kau lahirkan aku ke muka bumi. Kejujuran ini mungkin tak akan pernah benar di mata siapapun, sebab kau ibu, manusia yang paling mulia dalam agama dan norma yang kita percaya.
Tapi aku sudah lama berselisih dengan orang kebanyakan, aku sudah lama berdiri dalam nilai yang sering dianaktirikan sosial, maka aku rasa cerita ini hanya akan menjadi satu dari sekian kisah lain yang akan dimaki waktu.
Ibu, saat kau melahirkan aku di tahun sembilan lima, aku tak tahu apa-apa, tak mengingat apapun, jadi aku anggap kau tak salah dan aku juga tak salah, kau juga tak meminta diberi putri sekurang ajar aku.
Saat kau mendidikku tanpa pelukan aku juga tak melihat itu salah, meski hati kecilku berteriak ingin. Kau melahirkan lima anak dengan berbagai karakter yang luar biasa, tentulah bukan urusan mudah.
Bahkan saat kau memberikan aku pecutan untuk mendidikku jadi anak perempuan yang rajin, aku yang telah dewasa melihat itu sebagai tidak pahammu pada asuhan yang baik, saat kau memukulku yang barangkali untuk kemarahanmu aku yang sekarang juga tahu, tak ada yang mudah hidup dalam kemiskinan.
Tapi Bu, saat kau meninggalkan aku, ayah dan semua anak yang telah lahir dari rahimmu untuk lelaki lain yang lebih memiliki uang, itu urusan beda. Aku di usia manapun melihat itu sebagai ketidakmampuanmu berdiri di atas pilihan yang benar.
Bertahun setelah tahun itu aku membencimu, kadang menyukuri kepergianmu sebab tak ada lagi merah di perutku, kadang lainnya meratapi nasibku kenapa terlahir dari rahimmu.
Hingga aku terpaksa dewasa lebih cepat dari yang kuinginkan, aku enam belas tahun saat belajar memahami bagaimana melihat sisi baik dari kesalahan, bagaimana menerima kekurangan, bagaimana memaafkan luka yang disebabkan oleh orang yang paling kita inginkan.
Tidak pernah mudah Bu, aku tak bisa mengingat keputusan apa saja yang kulakukan di hidupku karena kegagalanku memaknai hidup, sebab merasa rumpang karena tak memilikimu. Ibu tahu hal apa yang paling hebat yang kulakukan karena Ibu, menjadi perempuan paling kuat untuk siapapun.
Ah, tepatnya bertingkah menjadi paling kuat.
Lihat aku sekarang Bu, setelah bertahun-tahun jatuh bangun untuk menerima garis takdirku, aku jatuh lagi untuk pengkhianatanmu. Berapa kebohongan lagi yang harus aku terima dan berapa janji lagi yang harus kau ingkari? Pengkhianatan orang yang kupercaya seolah tak cukup, kau juga ambil bagian untuk menghancurkan aku berkeping-keping.
Ibu, bisakah kau paham sudah terlalu banyak sayatan dalam tubuhku yang kau sebabkan. Aku jahit sendiri luka itu, kadang dengan pelukan kepada diri sendiri, kadang dengan makian kepada Tuhan, kadang pula dengan membuatnya berhamburan hingga aku terbiasa dengan segala jenis sayatan.
Ibu, aku tak punya kemampuan kan untuk berhenti menjadi putrimu, lalu bisakah Ibu yang berhenti menjadi ibuku? Bisakah kau mengutuk aku apa saja asalkan menjadi tiada sebagai manusia yang bernyawa?
Ibu, aku terlalu memiliki banyak daftar luka yang disebabkan olehmu, dan jika aku boleh menyalahkan hidup selain kepada garis takdir, maka seluruh cacatku karenamu Bu.
Tapi aku bersalah kan mengatakan ini? Sebab kau Ibu, takdir tak pernah salah dan aku tetaplah anak yang durhaka jika mengabaikanmu.
Ibu, aku tak berharap apa-apa lagi. Mari bertemu di pemakaman siapa saja yang akan mati duluan. Aku sudah lelah untuk berdamai berulang kali untuk kau sakiti dengan cara yang lebih sadis.
Medan, 11 November 2023
Selamat lahir kembali tanpa ibu, Yul.
137 notes · View notes
careerclass · 4 months
Text
Di dunia ini ada kebohongan-kebohongan yang tak kau mengerti pun juga ada kebaikan-kebaikan yang sebenarnya tak kau kehendaki. Tapi sebagai manusia, pemahaman kita akan kebenaran yang hakiki terasa sangat dangkal dibanding kehendakNya.
Semalam, seorang kawan bilang: Jangan tunda melakukan kebaikan.
Mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya membuat saya merasa ciut. Betapa selama ini saya sering mengabaikan kebaikan-kebaikan yang ingin dilakukan. Bukankah itu bentuk membohongi hati kecil?
“Jangan tunda melakukan kebaikan” hanyalah kalimat sederhana yang seringkali tak kita sadari maknanya. Banyak orang yang sibuk mencari makna di berbagai definisi bahagia, mengartikulasikan banyak kata untuk bisa disebut sebagai makna hidup. Padahal di titik kesadaran tentang “jangan tunda melakukan kebaikan” justru banyak momentum untuk menemukan makna hidup.
Entah di tindakan keberapa saya bisa memaknai “jangan tunda melakukan kebaikan”, namun di titik ini saya bersyukur karena selalu diingatkan tentang itu.
“Jangan tunda melakukan kebaikan”, sekecil apapun… lakukan kebaikan sekecil apapun. Jangan pernah menundanya. Karena kita tak pernah tau di titik dan momentum apa diijnkan Allah untuk bisa meresapi makna kalimat itu.
“Jangan tunda melakukan kebaikan”
36 notes · View notes
penaalmujahidah · 1 month
Text
Cerita Ramadan
"Mengingat Mati"
Pada banyaknya keinginan untuk masa depan, ternyata mengingat mati membuatku takut membuat mimpi yang terlalu jauh. Karena siapa yang bisa menjamin aku bisa hidup lebih lama dari apa yang aku bayangkan. Bisa jadi besok aku mati, kan? Bahkan hari ini pun bisa. Entah dalam satu jam ke depan, atau beberapa menit ke depan. Siapa yang tau.
Mengingat mati membuatku berpikir, "sepertinya aku tidak akan pernah sampai pada masa di mana aku menjadi jadi istri dan ibu". Juga membuatku berusaha memaksimalkan ibadah di setiap hari yang aku lewati. Membuatku bisa memaknai kesuksesan bukan dari berhasilnya kita mencapai sesuatu yang wah dan hebat. Namun, sesederhana aku bisa berhasil melakukan sholat sunnah rawatib, berhasilnya aku bangun tahajud, sedekah subuh, dzikir pagi dan sore, membaca Al-Qur'an, membaca buku, mengikuti kajian, mengajar, dan aktivitas lainnya. Setiap kali akan tidur, dan mengingat hal-hal yang berhasil dilalui dalam sehari membuat aku bisa bersyukur atas kesempatan hidup yang diberi.
Jika rasa sakit membuat kita lebih dekat dengan Allah bukankah itu lebih baik dari sebuah nikmat yang menjauhkan kita dari Allah?
@penaalmujahidah
27 notes · View notes
batara-arah · 7 months
Text
Sabda jiwa dan Sadajiwa di sepertiga hiruk pikuk dunia:
yang selamanya menghidupi hidupnya dalam tenang, tersimpan dengan sangat rapi pada apa-apa yang tidak perlu lagi aku tunjukkan;
dan teruntuk setiap hal penting, yang senantiasa terus-menerus dijaga vibrasinya sebagus mungkin, agar mengalirkan dan membersihkan energi dalam memaknai setiap rasa aman;
ia, yang katanya harus selalu belajar dan terus belajar dari setiap pengalaman, hingga pelan-pelan yang tersiratkan telah tersampaikan, dan setiap yang terkusutkan diam-diam bulat sudah menjadi teruraikan, begitu pula setiap energi yang dimiliki senantiasa terlindungi untuk tetap nyaman dan mampu bertahan di tengah kebisingan.
Selayaknya di mana ada 'Ara' di depannya selalu ada 'Kana', yang akan selamanya menjadi muara dari segala arah, dari yang bertahan sedikit lebih lama- menjadi yang akan dan ingin bertahan lebih dan lebih lama lagi.
Sadajiwa-ku dan Sadajiwa-mu, terima kasih sudah melalui banyak hal dan memilih untuk tetap hidup, serta terima kasih karena tidak meninggalkan dan bertahan menciptakan ribuan ketenangan.
35 notes · View notes
gizantara · 5 months
Text
Manusiawi
Waktu lagi scroll akun fesbuk bodong, nemu meme ini dan hahaha relatable banget!
Tumblr media
Di twitter dan quora: sok kritis nyimak postingan berat-berat mulai dari politik, sejarah, konspirasi, isu Palestina, isu perempuan, sampai trending topic apapun yang lewat di base, retweet thread lucu maupun insightful, ngumpulin meme, nyimak debat atheis vs theis, nyimak bahasan MBTI, nyimak base itbfess juga wkwk (undipfess lebih seru sih untuk disimak)
Di akun bodong fesbuk: tukang save dan repost meme, pendengar curhatan orang, pengayom anak-anak sekolah tentang mata pelajaran dan ilmu pengetahuan umum, join diskusi game, anime, dan komunitas, mencari jokian, menemukan berbagai lifehack, nonton reels yang suka nge-review film (paling inget mah film Escape Plan yang openingnya "di mata orang ini hanyalah sekotak susu" dengan backsound tereng teng teng teng teng teng), NONTON VIDEO NYUCI KARPET WKWKWK SATISFYING BANGET, nyimak war fandom K-Pop yang masih pada sekolah
Di instagram: ngikutin akun-akun inspiratif, ilustrasi sederhana but deep meaning, meme MBTI, penulis, dan psikolog
Di youtube: ceramah Ust. Nouman Ali Khan, Ust. Omar Suleiman, Syekh Imran Hossein, podcast Praz Teguh dkk., podcast Uus, Lapor Pak, Gideon Tulus dengan segala skill dan lifehack unfaedahnya, Stand Up Comedy, Eka Gustiwana, Yoasobi, kadang ILC kalau seru itu juga, video bikin rumah di tengah hutan pakai bambu dan ngelubangin bawah tanah (dengan speed 2x lipat), nonton review gadget di Gadgetin (hampir semuanya kaya tontonan bapak-bapak banget biarin, bapak aku lebih aneh nonton video orang mancing wkwk)
Di whatsapp: jamet abis gak ada lawan, slow reply, repost meme
Di tumblr: sok bijaksana mengambil semua ibrah dari setiap kejadian, puitis, si paling memaknai sesuatu hahaha geleh, suka ngelike postingan apa aja yang lewat beranda soalnya cerita orang pada bagus-bagus
Di real life: nolep, wibu dikit, tukang desain ige komunitas, menafkahi kebutuhan kuota dan gaming dua bocah di akhir pekan, nobar Naruto, Avatar Aang, Jujutsu Kaisen, dan Spy x Family bersama mereka, family time di atas segalanya!
Gak ada yang mau diceritain sih. Cuma mau nulis sesuatu yang "lebih manusiawi" karena ternyata pas dibaca-baca ulang akun ini tuh selama ini isinya serius amat. Hidup perlu dibikin enjoy yakan, gak semuanya harus ada pelajaran. Kadang emang cuma kejadian nir-hikmah yang meninggalkan kesan seru aja, itung-itung memperkaya pengalaman.
— Giza dan Minggu pagi yang semenjana
25 notes · View notes
penaimaji · 3 months
Text
Meminta Keberkahan
Dulu menjelang proses menikah, salah satu hal yang aku takutkan setelah menikah ialah tidak bisa membantu keluargaku secara materi, mengingat aku anak pertama, yang tentunya menjadi harapan besar bagi orang tua. Sebab aku sadar betul, bahwa ketika seorang perempuan menikah, sebagian besar hidup dan tanggungjawabnya akan beralih ke keluarga barunya
Aku istikharah, bahkan setiap hari, meminta pada Allah mana jalan yang terbaik. Berdoa secara jujur dan sungguh-sungguh, meniatkan menikah untuk ibadah, juga menjaga kehormatan diri
Entah mengapa saat itu aku menjadi yakin sekali, tidak mungkin Allah membiarkan keluargaku sengsara hanya karena ketakutan atas pikiranku. Namun siapa sangka, setelah menikah, Allah justru memberi rezeki sendiri pada keluargaku yang lebih dari cukup (yang sebelumnya sempat sulit secara finansial). Ditambah bonus kedua orang tuaku yang semakin terlihat dekat, harmonis, dan kompak. Sungguh itu merupakan nikmat dan syukur yang luar biasa
Menikah memang bukanlah satu-satunya faktor yang bisa mengubah hidup kita. Jangan terlalu berekspektasi, bahwa menikah akan jauh lebih bahagia. Bisa-bisa nanti kita lupa, bahwa bahagianya kita kemarin atau hari ini, bukan karena manusia, melainkan karena hati kita yang terus percaya pada Ia
Kitalah yang harus meminta pada Allah; bertekad untuk memperbaiki apa-apa yang kurang dalam diri kita; meminta apa itu ketenangan hati, keberkahan hidup, rasa syukur yang berlimpah. Setiap hari, setiap waktu, sampai mungkin kita merasa bosan, hingga tak luput airmata yang tentu saja mewarnai hari-hari kita :'))
Teruslah percaya dan meminta pada-Nya, sampai saat kita menemukan orang yang tepat dalam hidup kita nanti, kita seolah-olah lupa, bagaimana rasanya sakit hati karena cerita-cerita kemarin. Seakan hal itu tidak pernah terjadi. MasyaAllah.. sungguh kebesaran Allah tiada duanya. Semoga Ia senantiasa menguatkan langkah kita, bahwa kebahagiaan yang hakiki datangnya dari kedekatan kita pada Sang Pencipta
Kebaikan pasangan hanyalah bonus. Mintalah ketenangan dan keberkahan, hingga saat menemui masa sulitpun, kita tidak lupa kemana seharusnya kembali
(Tulisan yang tersimpan di dalam draft)
Surabaya, 11 Januari 2024 | Pena Imaji
285 notes · View notes
amelianurhabibah · 7 months
Text
Tentang Roda Kehidupan
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Segala keadaan yang dialaminya sangat menakjubkan. Setiap takdir yang ditetapkan Allah bagi dirinya merupakan kebaikan. Apabila dia mengalami kebaikan, dia bersyukur, dan hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia tertimpa keburukan, maka dia bersabar dan hal itu merupakan kebaikan baginya.”
(HR. Muslim no.2999, dari sahabat Shuhaib)
Hidup itu seperti roda. Terus berputar, kadang berada diatas, kadang pula berada dibawah. Tapi yang kita tau juga, kalau rodanya gak berputar, bagaimana ia akan mengantarkan kita ketujuan?
Saat berputar, terkadang pun harus diuji dengan jalanan yang dipenuhi kerikil, gak selamanya jalan itu mulus. Makanya harus sedia pompa, sebagai antisipasi jika sewaktu waktu bannya bocor.
Sama halnya dengan diri kita, bisa jadi sekarang merasa sangat bahagia, tetapi sedetik kemudian kita merasa begitu sedih. Atau sebaliknya,
Bisa jadi kita sekarang merasa bersemangat atas sesuatu, tetapi sedetik kemudian Allah mengizinkan semangat itu turun. Makanya kita butuh sesuatu yang akan menjaganya. Apa itu? Teman yang shalih.
Kalau ada teman yang shalih, selalu diingatkan untuk terus belajar meyakinkan pada diri bahwa pencapaian tertinggi itu bukan hanya dari prestasi, kemewahan, bisa jalan jalan kesana dan kemari kapan saja, hingga mendapat pujian semata. Tapi pencapaian tertinggi adalah ketika setiap helaan nafas dan gerak sendi, usaha dan proses yang kita lalui itu menjadi jalan untuk mendekatkan hati dan diri kita kepada Allah, juga mendatangkan keberkahan, bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga bisa memberi kebermanfaatan untuk orang banyak. Karena itulah defenisi dari menjadi Mata Air Yang Jernih.
Selamat belajar memaknai amel...
Ingat ingat lagi tujuannya. Jangan mudah lupa hanya karena melihat jalan orang lain. Ukir dan terus tempah diri dijalan sendiri. Dengan keunikan yang berbeda. Maka insyaAllah, ada sesuatu yang bisa diberi, sesuatu yang begitu berharga.
26 notes · View notes
yunusaziz · 8 months
Text
Pilar ke 2 : Pembinaan Hidup Berumah Tangga
"Kehidupan keluarga sangatlah dinamis yang selalu memiliki kebaruan dalam setiap pergeseran waktu. Kondisinya tidak pernah sama. Maka, pembinaanpun tidak akan pernah ada selesainya."
Tidak ada kata paripurna dalam memaknai hakikat kehidupan. Sebab sepanjang manusia masih diberi usia, maka tiada henti untuk terus belajar. Dan didalam kehidupan berumah-tangga, pada pilar kedua dari 8 pilar ketahanan keluarga, berbicara mengenai esensi "Pembinaan Hidup Berumah Tangga". (Buku Ust. Cahyadi Takariawan)
Membina keluarga adalah peranan setiap individu yang terlibat dan memahami bahwa menikah bukan hanya soalan bersatunya dua insan semata. Melainkan ada upaya, untuk terus membangun generasi bermoral, merawat dan menjalankan esensi penciptaan manusia di muka bumi, yaitu menjadi khalifah yang mengelola bumi ini dengan baik dan benar.
Pembinaan hidup berumah tangga adalah kebutuhan yang sangat penting dan mendesak, mengingat begitu kompleksnya persoalan yang dijumpai dalam kehidupan berumah tangga. Satu fase dilalui segera menyusul fase selanjutnya yang memiliki corak berbeda, yang seringkali menuntut solusi baru dalam menyelesaikannya.
Jika kita ingat, ternyata memang jarang sekali kita jumpai sekolah berjenjang, atau pendidikan tinggi yang membahas bab ini. Maka seringkali persoalan rumah tangga rata-rata tidak diselesaikan dengan nuansa akademis atau iklim pembelajaran antar pihak, melainkan hanya dengan pendekatan 'adat'.
Yang menyedihkan, bahkan hal paling elementer seperti hak dan kewajiban suami-istri atau orang tua-anak, seringkali tidak berjalan sebagaimana mestinya, dan selalu menjadi sunnatullah bahwa ketika sesuatu keluar dari fitrahnya, akan melahirkan kefasikan satu dan seterusnya; konflik, kesalahpahaman, merasa tidak adil, dsb.
Ketika hal itu terjadi, biasanya diselesaikan hanya pada lapisan luarnya saja, tidak menuntaskan pada akar masalahnya. Sehingga seolah terlihat baik, ternyata masih menyimpan 'luka' yang menganga. Kegiatan konseling ketika ada konflik di dalam rumah tangga, hanyalah bagian kecil dalam pembentukan keluarga, porsi terbesar lagi dan lagi, ada di pembinaan keluarga.
Setelah kita memahami konsep dasarnya, yang hal tersebut menjadi bagian dari pilar pertama tentang persiapan, maka selanjutnya adalah bagaimana menjalankan, mengimplementasi, mengevaluasi, mengiterasi, dan seterusnya yang hal tersebut termasuk dalam bingkai "Pembinaan Rumah Tangga".
Pada dasarnya, manusia selalu memerlukan pembinaan, pengingatan, pencerahan dan penguatan. Termasuk dalam kehidupan berumah tangga.
#PilarRumahTangga
87 notes · View notes
milaalkhansah · 2 months
Text
Jangan tanyakan pada-Nya mengapa itu semua terjadi. Tetapi cobalah tanyakan pada dirimu sendiri, apa yang ingin coba Allah ajarkan dari semua ini?
Dengan mengubah mindset kita seperti ini, apa pun yang (sedang) dan (akan) kita hadapi, insyallah akan terasa lebih mudah untuk kita jalani. Karena fokus kita bukan pada rasa sakit atas cobaan itu sendiri, namun lebih kepada mencari-cari pelajaran/hikmah apa yang Allah sematkan dari setiap kejadian.
Karena pada akhirnya, semua cobaan dan rintangan yang kita jalani dalam hidup pasti tak pernah lepas dari pelajaran yang ingin Allah sampaikan pada kita.
Semoga kita semua diberikan hati yang lapang dan juga pikiran yang lebih mudah untuk bisa lebih memaknai setiap cobaan yang diberikan-Nya.
@milaalkhansah
11 notes · View notes
ceritajihan · 1 year
Text
Tumblr media
Dunia ini sederhana, yang membuatnya ruwet adalah Manusia. Cobalah melihat sisi yang tak pernah kita lihat dengan keberanian, dunia selalu menyajikan kacamata dengan berbagai bentuk dan ukuran, ini hanya tentang bagaimana dan kacamata mana yang kita pilih melihat dunia
Hanya karena saat ini Kamu melihat dunia dari sisi yang kamu pilih, bukan berarti orang lain akan melihat hal yang sama seperti yang telah kamu lihat.
Hidup adalah tentang bagaimana kita memaknai nya, itu kenapa ada orang yang tenang-tenang saja ketika dapat masalah dan ada orang ketika dapat masalah merasa dunia tidak pernah bersikap adil padanya.
@ceritajihan
97 notes · View notes
temusukma · 1 month
Text
Memaknai Bahagia
Mentafakkuri nafsi; di bulan ramadhan yang suci
Pada dasarnya, manusia hanya menanti dari satu kebahagiaan menuju kebahagiaan yang lain. Setelah itu apa? Hampa. Sebab dia sadar, jika rasa bahagia itu hanya memberikan efek hormon dophamin saja—euforia sesaat. Bahwa bahagia itu mempunyai durasi dan tidak akan bertahan selamanya. Pagi hari mungkin dia bergembira, namun di sore hari ia kembali berduka. Oleh sebab itu, manusia terus mencari, mengejar sesuatu yang sekiranya dapat memuaskan hasrat duniawinya terus menerus. Menunggu pengumuman kelulusan kuliah, atau menunggu info diterima dari pekerjaan misalnya.
Hal ini terus berlarian di kepala dan terus membuatku bertanya, "sampai kapan siklus ini akan terus berlanjut? Jujur saja ini cukup melelahkan, tapi terkadang aku tidak tau bagaimana caranya berhenti." Sebab saat aku berhenti, aku akan merasa diriku tiada berarti. Namun saat terus mengejar, aku merasa bahwa diriku terlalu ambisius, sesekali merasa bosan, namun ada sesuatu yang kurasa masih kurang.
Hidup tak ubahnya hanyalah wujud sebuah pelarian, dari rasa ketidakbahagiaan untuk kemudian mencari bahagia lain yang kuinginkan. Sampai lupa, jika ada yang perlu dibenahi dari diriku sendiri. Barangkali bukan aku yang tidak beruntung, hanya saja aku yang kurang meluaskan syukur. Bahwasanya, ada banyak sekali hal-hal sederhana yang perlu untuk dinikmati dengan sedemikian rupa. Sebab siapa yang tau? Jika di lain waktu, bahkan sedetik pun atau setitik kesempatan saja tak bisa kudapatkan dengan begitu mudahnya seperti saat sekarang, apalagi sampai menikmatinya.
Barangkali, sebenarnya aku hanya perlu menikmati hari ini tanpa perlu mengkhawatirkan hari esok. Dengan catatan, jalani setiap hari-hari yang dilalui dengan pembelajaran dan kegiatan positif. Entah memaknai hal-hal sederhana sekali pun. Seperti betapa beruntungnya diri, kala shubuh ini masih dapat bernafas menghirup udara sejuk dari surga, lalu melaksanakan shalat shubuh beserta sunnah qobliyahnya. Mungkin bagi orang lain hal itu hanya sesuatu yang biasa saja. Tapi bagiku, hal itu sungguh membuat batinku tentram luar biasa. Bahkan melebihi kebahagiaan-kebahagiaan yang pernah ada. Kau tidak akan tau sudah sejauh mana dunia merubahku. Aku yang dulu dapat melaksanakan sholat shubuh tepat waktu di setiap harinya, namun kini hanya dapat melaksanakannya kadang-kadang saja. Syukur-syukur ada bulan suci ramadhan, yang mengharuskanku terpaksa untuk membuka mata lebar-lebar, menahan kantuk yang sudah tak tertahan hingga menjelang waktu shubuh tiba.
Dan pada akhirnya, diriku menyadari jika kebahagiaan itu dapat kutemukan setiap saat, bahkan di setiap tempat. Sebab ia terletak di hati, dan diri sendiri yang menciptakan. Maka jika rasa bahagia itu sudah bersemayam di hati, kurasa ia tidak akan mungkin pergi kemana pun raga ini berlari. Dan tentu akan lebih baik jika hati sebagai tempat bersemayamnya kebahagiaan, juga dirias dengan hubungan yang indah dengan Tuhan pemilik semesta alam.
Semoga kita senantiasa selalu dalam lindungan dan Ridho Allah. Swt. Semoga kita tidak menyiakan Ramadhan kali ini dengan kesia-siaan yang merugikan kita, lalu membiarkannya berlalu begitu saja.
Salam hangat, selamat berpuasa :)
—Temusukma
10 notes · View notes