Tumgik
penaalmujahidah · 13 hours
Text
Apakah kamu kecewa saat apa yang kamu minta di sepertiga malam tidak terkabul sesuai apa yang kamu inginkan? Aku tahu, rasa kecewa itu pasti ada. Tapi jika kita mengimani takdir dengan benar, kecewa itu tak akan membuat kita mencela Allah. Karena Allah memahamkan kita bahwa apa-apa yang telah Allah atur itulah yang terbaik untuk kita.
Mari duduk sejenak, menghela napas dengan pelan, merenungi bagaimana takdir mengalir.
Aku paham, ada perasaan sakit yang menghujam dalam hatimu atas apa yang menimpamu. Atas kenyataan yang tak sesuai dengan harapan, atas doa-doa yang terkabul dalam bentuk lain. Tapi tahukah kamu, mengapa Allah izinkan itu terjadi kepadamu? Itu karena Allah tahu bahwa kamu bisa kuat menerima kenyataan dan kamu percaya kepada Allah bahwa ketentuannya selalu baik untukmu. Karena sejatinya apa yang kita minta belum tentu yang terbaik, tapi apa yang Allah beri pastilah yang terbaik. Bukankah begitu?
Aku yakin kamu kuat dengan bantuanNya. Doa-doa yang kamu panjatkan setiap malam, tidak pernah sia-sia. Di setiap lirih doamu yang belum terkabul atau dikabulkan dalam bentuk lain, bisa jadi ada banyak pahala yang terkumpul karena kegigihanmu dalam berdoa. Sebab berdoa bukan hanya soal meminta, tetapi sebagai wasilah untuk kita lebih dekat kepada-Nya.
Mari kita mengingat sebuah riwayat saat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam memberikan nasihat dengan begitu lembut, "Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering."
Kamu paham maksud nasihat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam itu bukan? Bahwa ketentuan Allah pasti terjadi, sekuat apa pun kita berusaha menahannya. Bahkan meskipun seluruh manusia berusaha menghentikannya, ketentuan itu tetap akan terjadi.
Jangan bersedih, berbahagialah sebagaimana Ali pernah berkata, "Jika Allah mengabulkan doaku maka aku bahagia, tetapi jika Allah tidak mengabulkan doaku maka aku lebih bahagia. Karena yang pertama adalah pilihanku, sedangkan yang kedua adalah pilihan Allah".
Sekuat apa pun kamu menginginkan sesuatu yang kamu anggap baik, tidak menjamin apa yang kamu inginkan itu benar-benar baik untuk kehidupanmu di masa mendatang. Pandangan kita ini sangatlah terbatas, tidak pernah bisa menembus celah-celah kecil yang bisa jadi akan membahayakan kita. Sedangkan pengetahuan Allah itu luas, Allah tahu masa depan, Allah bisa lihat sisi yang tak bisa kita lihat. Oleh karenanya benarlah firman-Nya dalam Al-Baqarah ayat 216, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal bisa jadi itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui."
Tetap yakin ke Allah ya, bahwa Allah selalu dan pasti memberikan kebaikan untuk kita. Tidak pernah sedikit pun Allah dzalim kepada hamba-Nya. Justru kitalah yang sering dzalim terhadap diri sendiri.
Allah menyayangimu dengan cara-Nya. Tapi kita selalu salah dalam memaknainya. Percayalah, suatu saat kamu akan bersyukur terhadap takdir yang Allah tetapkan. Meskipun pada awalnya kamu tidak menyukainya.
Semoga Allah melapangkan hati kita untuk menerima setiap takdir yang datang. Hiduplah dengan penyerahan diri yang utuh kepada-Nya, dengan begitu kita akan tenang.
@penaalmujahidah
7 notes · View notes
penaalmujahidah · 5 days
Text
Jika dalam sedihmu tak kau dapatkan tangan yang mampu menghapus air matamu, tidak pula pundak yang mampu digunakan untukmu bersandar, atau telinga yang siap mendengar segala keluh kesahmu, tenanglah karena Allah selalu ada setiap waktu.
Berceritalah kepada Allah tentang segala kesusahan dan kesedihan yang kita rasakan, yang tidak pernah berani kita tampakkan bahkan kepada orang-orang terdekat sekali pun. Sebab hanya Allah yang mampu meredakan itu semua dengan Kemahakuasaan-Nya. Sebab hanya Allah yang mencintai kita dengan begitu hebatnya. Sebab Allah yang menciptakan kita, maka Allah-lah yang paling memahami kita.
Bersama Allah, kamu akan tenang.
@penaalmujahidah
5 notes · View notes
penaalmujahidah · 11 days
Text
Sedewasa apa pun kita, ada kalanya kita perlu untuk bercerita dan meminta pandangan orang tua dan guru dalam menyikapi persoalan. Karena terkadang, pandangan kita terlalu sempit sehingga tak menemukan celah yang lapang untuk mencerna apa-apa yang terjadi. Pengalaman kita pun tak sebanyak mereka yang lebih dulu hidup dibanding kita.
Setidaknya dengan bercerita kepada mereka yang lebih tua dan banyak pengalaman, kita selalu bisa mendapat jawaban yang menenangkan. Karena ternyata ada hal-hal yang tidak bisa kita lihat sendiri tanpa bantuan penglihatan orang lain.
@penaalmujahidah
16 notes · View notes
penaalmujahidah · 14 days
Text
Segala kerumitan yang memenuhi kepalamu, Allah lebih tahu dan lebih paham dari dirimu sendiri. Jadi, bisakah kamu tenang? Jangan berpikir berlebihan tentang sesuatu yang masih menjadi harapan dan rencana masa depan. Kita hanya bisa sebatas merencanakan, tetapi bagaimana nanti itu urusan Allah.
Betapa banyak kamu jumpai di dalam Al-Qur'an ayat yang menjelaskan bahwa segala urusan itu kembali kepada Allah. Maka jika kamu memahami dengan betul ayat 44 di surat ghafir (al mu'min) itu sudah lebih dari cukup menjadi pemenang.
"Dan aku menyerahkan segala urusanku kepada Allah"
Mengapa ayat ini begitu menenangkan? Karena menurutku, menyerahkan segala urusan kita kepada Allah merupakan bentuk keyakinan kita akan Kemahakuasaan Allah dalam mengatur segala urusan. Saat kita khawatir akan rezeki, kita yakin bahwa Allah adalah ar Rozzaaq. Sebagaimana yang Allah jelaskan dalam surat Adz Dzariyat ayat 58,
إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلرَّزَّاقُ ذُو ٱلْقُوَّةِ ٱلْمَتِينُ
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.
Kalimat ar Razzaaq di sana menggunakan shigah mubalaghah, yang dalam bahasa arab bermakna untuk menunjukkan sesuatu yang "benar-benar lebih". Itu berarti Allah lah yang selalu dan memberi lebih rezeki kepada kita.
Jika kita bingung terhadap apa yang harus kita lakukan, kita menyakini bahwa Allah adalah al Hadii, sang pemberi petunjuk. Allah selalu menunjukkan kita kepada hal-hal baik dan penuh maslahat. Dalam kebingungan kita, Allah selalu memberikan jalan keluarnya.
Allah juga adalah al Fattaah (yang membuka). Membuka apa? Membuka pintu-pintu rahmah dan rezeki. Al fattaah juga berarti yang menolong kita dari kedzaliman dan rasa sakit. Juga yang memberikan kita jalan keluar dari setiap persoalan yang kita khawatirkan.
Di saat kita merasa tidak ada satu pun orang yang bisa dimintai tolong, kita yakin bahwa Allah adalah ash Shomad (tempat bergantung).
Di saat kita merasa kecewa dengan realita yang tak sesuai harapan, dengan menyerahkan urusan kepada Allah, kita yakin bahwa Allah adalah Al Qadiir (yang Kuasa, yang Menetapkan). Allah tidak pernah salah dalam mengatur dan menetapkan sesuatu. Maka saat keinginan kita tidak terpenuhi, kita masih bisa mensyukuri dan yakin bahwa apa yang Allah tetapkan itulah yang terbaik untuk kita.
Terlalu panjang jika kita menjabarkan asma wa sifat yang Allah miliki. Pada intinya, saat kita menyerahkan urusan kepada Allah, kita menyadari bahwa diri kita tak mampu mengatur sedikit pun urusan kita. Bahkan meski hanya sekedar untuk berkedip saja kita tidak pernah mampu melakukannya tanpa bantuan Allah.
Ya Rabb, padamu aku menyerahkan segala urusan. Karena jika aku yang mengatur sendiri, semuanya akan berantakan.
Sebuah surat untuk diri sendiri,
@penaalmujahidah
24 notes · View notes
penaalmujahidah · 16 days
Text
Tidak masalah jika mukamu berjerawat, asal keimananmu masih terawat.
Berapa banyak dari kita berlomba-lomba terlihat baik di depan manusia, tapi lupa untuk mempercantik hatinya. Padahal penilai terbaik bukanlah manusia, tetapi Allah sang pencipta.
@penaalmujahidah
15 notes · View notes
penaalmujahidah · 20 days
Text
Ramadan membuktikan pada kita bahwa sebenarnya kita bisa memaksimalkan ibadah.
Rutin membaca Al-Qur'an setiap hari, tahajud di setiap sepertiga malam, menahan diri dan hawa nafsu, dan mampu menjadikan kita menjadi dermawan.
Maka seharusnya kita juga bisa untuk tetap istiqomah ibadah pada bulan-bulan selain ramadan, kan? Semoga Allah kuatkan. 🤲🏻
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚاِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ
14 notes · View notes
penaalmujahidah · 27 days
Text
Series Agar Bidadari Cemburu Padamu
Judul : Allah Sayang Padaku
Speaker: Ust Salim A Fillah
Resume by : @penaalmujahidah
Bahasa kali ini agak santai ya manteman, sebenernya pembahasannya cukup panjang, tapi di sini saya akan berbagi sedikit saja dr apa yg sudah dipaparkan oleh Ust Salim A. Fillah.
Perlu kita pahami bahwa predikat kebaikan itu Allah sematkan kepada laki-laki dan perempuan. Jadi jangan ngerasa bahwa yg berhak baik itu laki2 doang, atau perempuan doang. Engga gitu ya konsepnya. Nah, kalo misal di antara kita masih ada yg suka insecure thd fisiknya, ngerasa gak putihlah, gak tinggi lah, jelek lah. Inget2 lagi yuk. Allah tuh udah menciptakan manusia dg bentuk yg paling baik. Nih ayatnya di
QS At-Tin : 4
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِىْۤ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Dan itulah bentuk dan proporsi terbaik buat kita dibandingkan dg makhluk Allah yg lain.
Allah itu udah ngasih kita hal yg sangat jelas. Manusia mungkin masih punya pandangan rasis, yg putih itu good looking lah, yg hitam itu jeleklah, tapi itu tuh karena manusia belum merasakan secara real bahwa dlm segala hal ada keindahan.
Cantik itu relatif kan? Bisa jadi lho kita pergi ke Turki terus liat perempuan2 di sana itu cantik2. Ya hari pertama kedua ketiga masih Cantik keliatannya. Tp lama2 misalnya di hari ke delapan kita bisa membedakan bahwa ternyata ada juga yg biasa aja, gak cantik. Kaya kalo ke Sudan misalnya, kita liat di hari pertama kedua dan ketiga keliatan jelek2, tp pas hari kesembilan ternyata ada juga yg keliatan cantik, item manis gitu. Hhe.
So, jangan pernah merasa insecure dengan cantik atau enggakmya kita. Karena bisa jadi ada orang yg dianggap cantik banyak orang, tp tidak bagi seseorang. Begitupun sebaliknya.
Jangan insecure juga soal fisik. Karena fisik itu sifatnya cuma sementara sekali.
Justru insecure-lah kalo akhlak kita kurang baik, kalo kita kurang bersyukur.
Jangan insecure soal harta. Karena belum tentu yg banyak harta juga bisa nikmatin apa yg dia miliki.
Rezeki itu apa yg kita nikmati, bukan yg kita miliki. Meskipun misalnya di rekening banyak uang, kalo gak kepake semua ya itu cuma jadi sesuatu yang mampir doang. Malah bisa jadi kepakenya sama orang lain. Kalo kata Rasulullah Saw, rezeki itu apa2 yg dimakan sampe habis, apa2 yg dipake sampe usang.
Misal nih ya, ada orang yang penghasilannya 300 jt perbulan, tp Allah batasi rezekinya. Makan manis gak boleh karena diabetes, makan asin gak boleh karena hipertensi, makan ini itu gak boleh karena punya penyakit. Nah, sampe sini kebayang kan? Jadi rezeki itu soal rasa, tidak bisa diukur dg jumlah, atau dg berapa yang ada di deposito. Rezeki itu hak pakai, bukan hak milik. Apa yg kita pakai itulah rizki yg bisa kita nikmati. Kalo kita bersyukur, Allah tambah lagi nikmatnya. Bukan jumlahnya.
Seandainya kita mau bertafakur atas makanan yg kita makan, kita akan merasa kaya. Betapa ulama Zaman dulu itu kalo makan pake roti, garam, dan minyak, mereka itu bilang gini "Roti ini dari kebun gandum di Negeri Yaman, garam dari tambang garam di pedalam Marq, di satu tempat di Asia Tengah, minyak zaitun dari Negeri Syam, Baitul Maqdis, betapa seluruh dunia telah dihimpun ke dalam piringku, betapa kayanya aku." Maa syaa Allah.
Padahal makannya cuma pake roti, garam, sama minyak. Ya kalo dikita tarolah kaya makan pake nasi, kecap, kerupuk. Tp begitulah, kalo mampu bertafakur sejenak atas makanan itu, rasanya akan luar biasa sekali.
Oke, next tentang ujian. Allah menguji kita buat apa sih? Yes, biar Allah tau siapa di antara kita yg paling baik amalnya. Ayatnya ada di QS. Al Mulk ayat 2
ٱلَّذِىْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗوَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
Hidup ini emang kompetisi, perlombaan. Tapi bukan dg orang lain lho. Lah terus dg siapa? Diri kita sendiri.
Target kita itu bukan untuk menjadi Lebih baik dr pada orang lain. Tp utk menjadi lebih baik dr diri kita yg kemarin. Iya kan? Capek soalnya kalo mengukur segalanya dr standar orang lain.
Padahal setiap orang punya modal berbeda, karuni yg berbeda, nah makanya level ujiannya juga beda. Level prestasinya juga beda, dan hal ini GAK BISA dibanding2kan dg yg lain.
Misal gini, ada orang kaya yg sedekah 10 juta dan orang miskin cuma seribu, ya jelas dong secara jumlah beda banget ya. Tapi bisa jadi dlm hitungan Allah malah yg miskin itu yg punya nilai lebih.
Hitungan Allah tuh detail banget, manteman. dan itu sifatnya personal. Masing2 kita tuh punya raport yang gak bisa dijuarakan 1 2 3 dalam satu kelas.
Oke, sekarang soal prestasi nih ya. Apalagi soal prestasi dunia. Udah itu mah gak usah dipikirkan. Gak usah overthinking pas tau kenyataan bahwa kita ma gak kaya orang2 yg dlm usia muda udah bisa finansial freedom misalnya. Yang penting itu, kita berkarya dg karya terbaik sesuai potensi yg ada dlm diri kita.
Kalo kata ust Salim, Jadilah orang dg keunggulan kompetitif, bukan komparatif, bukan membandingkan dg orang lain. Tapi unggul dg potensi yg kita miliki.
Kita sebenernya gak perlu melihat orang lain untuk bersyukur, cukup melihat diri sendiri aja udah banyak yg harus disyukuri.
Kita memiliki cerita tersendiri yg akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah swt.
Apa yg kita miliki adalah takdir Allah, dan kita diizinkan berikhtiar dlm takdir itu. Karena ikhtiar kita pun termasuk takdir Allah.
Yakinlah kalo kita minta dg jujur kpd Allh, berikhtiar di jalan yang diridhai Allah, Allah akan menghadirkan apa pun yg kita minta itu di saat yang tepat dg cara yang paling indah. Ya kalo jodoh misalnya, ya berarti dg sosok yg paling cocok dg kita.
Sekian resume dari saya. Maaf kalo bahasanya terlalu santai. Hehe
Semoga bermanfaat. ✨
5 notes · View notes
penaalmujahidah · 29 days
Text
Cerita Ramadan
Curhatan Anak di Bawah Tekanan
Salah satu siswa SD kelas 5 bercerita tentang dirinya yang selalu dimarahi ibunya di rumah. Dia dituntut menjadi anak yang sempurna dalam segala hal. Jika sedikit saja malas belajar, ibunya selalu memarahinya dengan teriakan dan bahasa yang kurang pantas. Di semester kemarin, dia juga sempat dimarahi karena rangking dua. Padahal rangking dua sudah sangat hebat menurutku. Tapi bagi ibunya itu masih kurang, karena seharusnya anaknya rangking 1.
Mendengar ceritanya dan gaya dia menirukan teriakan ibunya membuat aku meringis ngilu. Selain itu, yang membuatku ikut sedih adalah saat dia bercerita kalau dirinya selalu dibanding-bandingkan dengan anak-anak teman ibunya yang lebih baik dalam segala hal. Pasti tidak mudah baginya menjalani hari-hari di bawah tuntutan orang tua. Apalagi selalu dibanding-bandingkan. Perasaan itu membuat dirinya merasa tidak berharga. Padahal tidak ada dari kita yang mau dibandingkan bahkan dengan saudara kembar sekali pun.
Pernah suatu ketika dia menceritakan bahwa ibunya sangat ingin dia lahir pada tanggal cantik, hanya agar mendapat hadiah dari kantor tempat bapaknya bekerja. Ya salaam... Aku sampai tak habis pikir. Mengapa ada orang tua yang menjadikan anaknya sebagai alat beradu gengsi. Meskipun mungkin maksud orang tuanya itu baik. Tapi itu membuat anaknya tertekan. Si anak bilang, dia tidak berani membantah ibunya, tapi dia sendiri merasa lelah dengan segala tuntutan yang ditujukan padanya.
Aku memang belum menjadi orang tua, tetapi sedikit demi sedikit aku mulai belajar parenting lewat webinar, buku-buku, juga dari apa yang aku dengar dan saksikan langsung melalui orang-orang sekitar, termasuk cerita-cerita murid-muridku yang curhat. Mendengar cerita-cerita mereka membuat aku berpikir tentang bagaimana nanti aku menjadi orang tua, meskipun aku tidak tahu apakah akan sampai pada masa itu atau tidak.
Guruku pernah bilang, "Saat kau menjadi guru, jangan meminta murid untuk memahamimu. Karena mereka belum pernah menjadi guru. Saat kau menjadi orang tua, jangan pernah meminta anak untuk memahamimu karena mereka belum pernah menjadi orang tua. Karena tidaklah seseorang dapat memahami kita, kecuali mereka pernah ada di posisi yang sama sebelumnya." Kurang lebih begitulah yang dikatakan beliau. Kata-kata itu membuatku merenung. Betapa seringkali aku sebagai guru menuntut dipahami oleh murid. Mungkin begitu pun orang tua yang ingin dipahami oleh anak. Padahal benar, anak-anak itu belum pernah berada di posisi kita.
Saat ini meskipun aku belum menikah, aku selalu berdoa semoga jika aku menikah dan menjadi orang tua, Allah menjadikanku istri dan ibu yang sholihah, mushlihah, dan bijaksana. Betapa aku ingin menjadi istri yang baik bagi suamiku kelak, juga ibu yang mampu mendidik anaknya dengan baik.
16 notes · View notes
penaalmujahidah · 1 month
Text
Cerita Ramadan
"Dunia Kita Bukan untuk Dibandingkan"
Segala puji bagi Allah yang telah mengajarkan banyak hal kepada hamba-Nya, termasuk kemampuan berbicara di depan umum.
Alhamdulillah kemarin Allah mampukan aku untuk berbagi di acara pengajian ibu-ibu yang diadakan di Nurul Fikri Boarding School Serang. Awalnya aku sempat merasa ragu untuk mengambil kesempatan yang ditawarkan salah satu guruku. Namun, karena memang pemateri yang sebelumnya sudah ditentukan qodarullah tidak bisa hadir, mau tidak mau aku harus menggantikannya. Padahal siapalah aku? Hanya anak kemarin sore yang ilmunya masih sangat dangkal.
Tapi aku selalu teringat perkataan guruku di SMA dulu, "nahnu du'at qobla kulli syaii" kita adalah seorang da'i sebelum menjadi apa pun. Dengan bismillah aku beranikan untuk mengiyakan.
Alhamdulillah Allah bimbing setiap prosesnya.
Setelah acara selesai, sorenya, salah satu temanku mengirim pesan padaku,
Her : Aku nyesel banget gak hadir ke acara tadi.
Me : Oh, tak kira ukhtii tadi ada. Ana gak ngeuh soalnya. ◡̈
Her : engga ukh, anak-anakku lagi engga kondusif. tadi temen-temen ngajiku pada ceritain ukhtii..
Me : oh iya ukh gak apa2.. in syaa Allah masih bisa ketemu di lain waktu. Hehe. Emang pada cerita gimana?
Her : banyak pokoknya ukh, cerita kalo maa syaa Allah banget materinya. Pada kagum soalnya masih muda tapi ilmunya maa syaa Allah.. alhamdulillah pada termotivasi katanya.
Me : oh maa syaa Allah.. haadzaa min fadhli rabbii. Ana juga masih harus banyak belajar.
Her : semalem ada ibu-ibu cerita tentang ukhti, aku auto terharu yaa dengernya. Inget pas zaman SMA dulu.. andai aja nasibku sebagus ukhty.
Me : Ukhtyy juga bagus nasibnya ukh.. gak ada yg buruk dr nasib yang sudah Allah atur.
Kita semua berperan di medan masing2 ukhtyy.. ukhtyy perannya sebagai ibu dan istri yg baik, dan in Allah pahalanya banyak. ❤️
Kalimat "andai aja nasibku sebagus ukhty" membuatku merasa tidak enak.
Entah maksudnya bagaimana, tapi aku tidak setuju dengan kalimatnya yang seolah memandang nasibnya tidak baik.
Temanku menikah saat usia 19 tahun, dan sekarang sudah dikaruniai tiga orang anak. Membaca pesannya, membuat aku bertanya-tanya, "apa yang membuat dirinya merasa tidak beruntung? Sementara dia sudah menikah, memiliki suami yang menjadi perisai dirinya dari api neraka, memiliki anak yang jika dia sabar mengurusnya menjadikan dirinya mudah untuk masuk surga. Separuh agamanya telah terpenuhi, dan separuhnya lagi tinggal disempurnakan dengan ketaatan yang dia lakukan. Sementara aku di usia segini masih saja sendiri, padahal sudah dari tahun-tahun sebelumnya niat untuk menikah. Namun, apalah daya, Allah belum berkehendak untuk itu. Aku hanya berusaha untuk mengoptimalkan potensi yang Allah beri, sembari terus berusaha meraba takdir dengan sabar dan syukur. Meskipun ada kalanya aku berputus asa."
Begitulah kita sebagai manusia, selalu melihat apa yang ada pada orang lain sebagai sesuatu yang indah. Padahal apa yang ada pada dirinya juga indah.
Betapa sering aku saksikan orang yang saling memandang hingga lupa akan karunia Allah pada dirinya. Yang menikah ingin lajang kembali, yang lajang ingin segera menikah. Yang punya anak merasa kesulitan untuk mengurusnya, yang belum punya anak ingin segera memiliki anak.
Dan lagi, rata-rata teman-temanku yang sudah menikah lebih dulu merasa dirinya tidak produktif karena hanya menjadi seorang ibu rumah tangga. Sebelum mereka menikah, mereka adalah aktivis di sekolah dan kampusnya. Lalu saat melihat teman yang seumuran dengannya, yang belum menikah masih berjibaku dengan berbagai projek kebaikan, dia merasa ingin kembali ke masa itu, dan merasa bahwa temannya itu sangat beruntung. Padahal bisa jadi, POV temannya justru memandang dia yang lebih beruntung. Bisa menikah muda tanpa harus menunggu bertahun-tahun, tanpa harus gagal menemukan, bisa dengan mudah memiliki anak, fokus menjadi ibu, dll.
Kita hidup di dunia bukan untuk mengadu nasib dan saling membandingkan siapa yang lebih sengsara atau lebih beruntung. Namun, kita hidup untuk bersyukur atas apa-apa yang bisa kita nikmati saat ini. Karena setiap dari kita memiliki sisi bahagia dan sedihnya masing-masing. Kita sama-sama diuji untuk sabar dan diberi nikmat untuk bersyukur, tapi dengan bentuk yang berbeda.
Allah tidak mungkin salah dalam menakar takdir. Hanya kita saja yang tidak pandai mengukur, sehingga merasa tidak beruntung saat melihat orang lain.
Apa pun yang saat ini kita jalani, syukuri itu. Semoga dengan syukur itu Allah memberikan kenikmatan untuk merasa cukup. Sehingga tidak lagi mengharapkan apa yang ada pada orang lain.
12 notes · View notes
penaalmujahidah · 1 month
Text
Cerita Ramadan
Allahu ash Shomad
Hari ini ada jadwal kunjungan pengamat pembelajaran Al-Qur'an ke sekolah. Namun, rekan-rekanku yang seharusnya menjadi objek pengamatan ternyata tidak masuk karena sakit. Aku baru mengetahuinya tadi pagi. Sementara tim pengamat sudah membuat janji akan datang hari ini. Mengetahui rekanku yang sakit, aku jadi sibuk sendiri. Beberapa kelas terpaksa harus diisi oleh anak-anak yang sedang melaksanakan PKL. Buru-buru aku menginformasikan tim pengamat bahwa beberapa pengajar Al-Qur'an tidak semuanya hadir di hari ini. Tetapi itu terlambat. Karena ternyata tim pengamat sudah terlanjur melakukan perjalanan dari sejak pagi buta untuk menuju ke sekolah kami, dan saat aku kabari ternyata sudah sampai di halaman depan sekolah.
Aku bingung harus bagaimana, tapi aku berusaha untuk tetap tenang menghadapi semuanya. Rekan-rekanku yang lain menunjukkan rasa empati melihatku harus menghadapi tim pengamat sendiri. Dari situ aku berpikir bahwa ternyata tidak ada orang lain yang dapat membantu kita sesuai dengan apa yang kita harapkan saat kita dalam keadaan terdesak dan diliputi kekhawatiran.
Beruntungnya kita masih punya Allah yang menjadi tempat menggantungkan harapan. Maka dari situ aku diingatkan bahwa jika kita membutuhkan pertolongan, lalu kita datang kepada manusia, itu tidaklah tepat. Bagaimana mungkin seseorang yang juga butuh pertolongan dimintai tolong? Maka satu-satunya jalan adalah kembali pada Allah.
Aku juga diingatkan tentang sebuah ayat yang berisi tentang pernyataan mengembalikan segala urusan kepada Allah.
Seperti biasa, saat suasana hatiku sedang tidak stabil, aku selalu melakukan self talk. Dan kali ini aku mencoba menguak ingatanku tentang kisah-kisah dalam Al-Qur'an,
"Wahai diriku, tidakkah kau ingat bahwa Nuh mengadukan keluhannya akan dakwahnya yang tidak diterima? Yunus lari dari kaumnya lantaran kekesalan yang mendera? Musa lari ketakutan lantaran kesalahan yang dilakukannya? Lalu apa yang mereka lakukan setelah itu? Ialah mengadu dan mengakui ketidakberdayaan mereka. Hingga Allah mengampuninya dan memberikan jalan keluar yang tidak terduga. Maka di tengah kebingungan yang mengepungmu, selama kamu menjaga prasangka baikmu kepada Allah, menyerahkan urusanmu kepada-Nya, percayalah pertolongan Allah itu sangatlah dekat dan akan segera kamu rasakan."
Alhamdulillah, akhirnya proses pengamatan itu selesai. Kekhawatiranku akhirnya sirna, berganti dengan rasa syukur karena telah Allah mudahkan segala prosesnya di hari ini.
@penaalmujahidah
10 notes · View notes
penaalmujahidah · 1 month
Text
Kadang, kita bilang gak bisa bukan berarti benar-benar gak bisa. Tapi karena kita gak berani mencoba. Padahal kalo mau mencoba, barang kali bisa.
@penaalmujahidah
9 notes · View notes
penaalmujahidah · 1 month
Text
Cerita Ramadan
Awan Mendung dalam Hati
Perasaan kaget dan tidak enak hati kerap kali menghampiri di saat tidak terduga. (Namanya juga kaget, kan? Mana mungkin kaget datangnya direncanakan). Semua itu muncul di saat kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Namun, satu hal yang membuat syukurku mekar adalah saat itu terjadi Allah mengingatkanku sebuah dzikir yang membuatku tenang,
"Laa haula wa laa quwwata illaa billaah"
(Bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah)
Allah juga mengingatkanku bahwa aku pernah merasakan hal yang sama sebelumnya. Bahkan mungkin lebih mengagetkan dari sekarang, tapi ternyata Allah memapahku untuk melaluinya dengan baik.
Aku pun mencoba berdialog dengan diri sendiri.
"Kamu pernah mengalami masa-masa sulit dalam hidup yang membuat pikiranmu kacau dan hatimu galau, tapi Allah telah membawamu keluar dari badai itu. Hingga kini kamu masih hidup. Jadi, apa yang kamu rasakan sekarang, meskipun itu tidak enak dan membuatmu menangis, tidak apa-apa. Rasa sakit itu baik. Kamu harus tetap yakin bahwa Allah selalu bersamamu di setiap musim kehidupan. Sehebat apa pun badai yang datang, bersama Allah kamu tenang. Bismillah, biidznillah, badai pasti berlalu. Tetaplah bersama Allah, maka Allah akan membersamaimu."
Saat melakukan itu aku menangis, tapi bukan menangisi hal yang membuatku sakit. Justru aku menangis karena bersyukur telah diingatkan Allah untuk mengingat-Nya di saat-saat sempit. Bukankah itu adalah rezeki yang luar biasa? Karena biasanya rasa syukur hanya tumbuh mekar di taman kebahagiaan, jarang sekali syukur itu subur di taman kesedihan. Lagi-lagi, aku mengingatkan diriku sendiri dengan sebuah kalimat yang pernah aku ucapkan kepada adik tingkatku semasa kuliah dulu.
"Rasa sakit yang mendekatkan kita kepada Allah itu lebih baik dari kenikmatan yang menjauhkan kita dari Allah".
@penaalmujahidah
3 notes · View notes
penaalmujahidah · 2 months
Text
Cerita Ramadan
"Mengingat Mati"
Pada banyaknya keinginan untuk masa depan, ternyata mengingat mati membuatku takut membuat mimpi yang terlalu jauh. Karena siapa yang bisa menjamin aku bisa hidup lebih lama dari apa yang aku bayangkan. Bisa jadi besok aku mati, kan? Bahkan hari ini pun bisa. Entah dalam satu jam ke depan, atau beberapa menit ke depan. Siapa yang tau.
Mengingat mati membuatku berpikir, "sepertinya aku tidak akan pernah sampai pada masa di mana aku menjadi jadi istri dan ibu". Juga membuatku berusaha memaksimalkan ibadah di setiap hari yang aku lewati. Membuatku bisa memaknai kesuksesan bukan dari berhasilnya kita mencapai sesuatu yang wah dan hebat. Namun, sesederhana aku bisa berhasil melakukan sholat sunnah rawatib, berhasilnya aku bangun tahajud, sedekah subuh, dzikir pagi dan sore, membaca Al-Qur'an, membaca buku, mengikuti kajian, mengajar, dan aktivitas lainnya. Setiap kali akan tidur, dan mengingat hal-hal yang berhasil dilalui dalam sehari membuat aku bisa bersyukur atas kesempatan hidup yang diberi.
Jika rasa sakit membuat kita lebih dekat dengan Allah bukankah itu lebih baik dari sebuah nikmat yang menjauhkan kita dari Allah?
@penaalmujahidah
27 notes · View notes
penaalmujahidah · 2 months
Text
Cerita Ramadan
"Kick Starter Membuatku Lebih Berani"
Beberapa bulan lalu, kakak menyuruhku untuk membeli motor matic second. Karena selama ini aku selalu menggunakan motornya untuk kegiatan sehari-hari. Alhasil, kalo kakak mau kemana-mana jadi susah. Mungkin beliau lama-lama kesel juga motornya dipake terus sama adiknya. Akhirnya dengan sangat terpaksa aku harus mengeluarkan beberapa uang tabungan untuk membeli motor second itu. Aku senang karena sudah punya motor sendiri meskipun bekas. Yaa, setidaknya aku gak usah direpotkan lagi dengan panggilan kakak yang tiba-tiba menyuruhku pulang saat aku sedang bepergian. Namun, kebahagiaan itu sirna seketika saat motor bekas yang kakak beli itu mogok saat digunakan ke kota oleh kakakku. Beberapa bulan ia masuk bengkel. Aku pun masih menggunakan motor matic punya kakak. Namun, suatu ketika kakakku pergi lebih dulu dengan motornya. Aku pun uring-uringan karena mau pergi tapi gak ada kendaraan. Sebenernya ada, tapi itu motor gigi. Aku tidak terlalu lihai menggunakannya. Mana motornya Astrea 700 yang super antik.
Dengan segenap keberanian, akhirnya aku memutuskan untuk membawa motor antik itu. Awalnya aku ragu, karena aku belum pernah menggunakan kick starter saat mengendarai motor gigi. Namun, setelah aku melihat tetanggaku saat menstarterkan motor kakak, aku memberanikan diri untuk mencoba. Di awal belum berhasil, sampai akhirnya meminta tolong ke tetangga, pas beliau starter ternyata kunci motornya belum aku on-kan. Ya Salaam (tepok jidat). Malu sekali aku. Tapi setidaknya aku bisa jalan dengan motor itu. Eh pas datang di tujuan, dan jalannya agak menurun, aku lupa kalo motor itu rem belakangnya dibagian kaki, dan rem depannya sudah tidak berfungsi. Jadilah aku kebingungan karena rem oblong. Untungnya ada lapangan untuk aku membelokkan motor. Aish.. Untung saja tidak banyak kendaraan yang lalu lalang saat itu. Satu lagi pengalamanku menggunakan motor antik itu, yaitu saat aku kesusahan kick starter yang ternyata penyebabnya adalah keadaan motor masih masuk gigi. Aissh.. Ada-ada aja emang. Ribet banget yaa pake motor gigi tuh.
Tapi, di sisi lain aku menjadi banyak belajar dan merasa bahagia karena ternyata aku bisa mengendarai motor gigi antik dan bisa melakukan kick starter. Itu merupakan pencapaian luar biasa bagiku. Karena sebelumnya aku dipenuhi keraguan bahwa aku tidak akan bisa melakukan starter motor manual. Ternyata untuk mendobrak keraguan itu adalah dengan mencoba, tak peduli seberapa sering kita gagal dan melakukan kesalahan dalam proses percobaan itu, karena pada akhirnya kita akan berhasil di waktu yang tepat dan merasakan bahagia atasnya. Bukankah untuk mendapatkan kebenaran kita harus tau kesalahan lebih dulu? Meskipun tidak selalu begitu. Tali itulah pentingnya sebuah proses. Dari belajar kick starter motor gigi, aku belajar untuk lebih berani. Bahwa nyatanya keraguan dan ketakutan kita tidak pernah benar-benar terjadi.
8 notes · View notes
penaalmujahidah · 2 months
Text
Dalam menjalani hidup ada kalanya kita terbentur dengan keras. Titik nadir memunculkan keinginan agar hidup ini segera berakhir.
Saya pernah membaca tulisannya Kak Heri Cahyadi saat menanggapi pertanyaan seseorang yang lose hope ingin suicide. Katanya, "Maaf ya, jika kapabilitas pikiran kita hanya sebatas “udahan di dunia”, hewan yang tidak memiliki kelebihan (baca: akal) saja tidak akan berpikir seperti itu. Kita tidak akan menemukan ayam yang kesulitan cari makan, lalu dia melompat ke sungai. Sukar kita temukan burung yang kelaparan lalu menabrakkan diri ke tiang listrik."
Tidak mudah memang melewati masa kalut dalam hidup dengan kondisi iman yang sedang turun. Rasanya mati menjadi pilihan yang seolah-olah dibenarkan. Padahal Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mengingatkan kita.
"Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan untuk mati karena musibah yang menimpanya. Kalau memang harus berangan-angan, hendaknya dia mengatakan, 'Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku. Dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku.' (HR. Bukhari no. 6351, 5671 dan Muslim no. 2680)
Semoga Allah jaga pikiran, hati, dan raga kita dari hal-hal yang buruk. Tetaplah jaga kewarasan diri di dunia yang bising ini.
Mari bertumbuh, meskipun sulit.
Hiduplah, setidaknya untuk hari ini.
112 notes · View notes
penaalmujahidah · 2 months
Text
Tanya Murid SD
My student: "Bu Guru umurnya berapa sih?"
Me : (spill umur)
Student : "Kenapa belum nikah? Bibi aku yang lebih muda usianya dari Ibu udah punya anak loh. Berarti Ibu kalah sama bibi aku."
Me : (smile) sambil menimpali dalam hati,
"Nak, pernikahan dan memiliki anak bukanlah sebuah perlombaan dengan konsep siapa cepat itulah yang menang. Suatu saat kamu akan paham, Nak. Tidak semua hal dalam hidup ini bisa digeneralisasi. Saat ini mungkin kamu belum bisa memahami itu, tapi suatu saat nanti semoga kamu paham bahwa tidak semua hal yang menjadi standar dalam masyarakat itu sesuai dengan keadaan kita. Ada banyak hal yang memengaruhi mengapa seseorang belum ini dan belum itu. Lagi pula mencari jodoh tidak semudah mengedipkan mata, Nak. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Karena pernikahan adalah ibadah seumur hidup. Pernikahan bukan sebuah akhir dari perjalanan hidup atau sebagai wasilah agar kita terhindar dari masalah. Justru pernikahan menjadi gerbang pertama dalam menapaki masalah yang mungkin lebih kompleks dari sebelumnya. Yang sudah menikah atau belum, sama-sama berjuang dengan ujiannya masing-masing. Selama kita masih hidup di dunia ini, tidak akan kita temui hidup yang sepenuhnya nyaman dan bahagia. Yang ada hanyalah hidup bahagia yang diusahakan dengan merawat sabar dan syukur. Semoga kamu paham ya. :')
21 notes · View notes
penaalmujahidah · 3 months
Text
Kamu adalah tokoh utama dalam hidupmu. Wajar kalo banyak konflik. Karena kalo gak ada konflik berarti kamu cuma figuran. Nikmati saja semua konflik yang hadir di setiap episodenya, semoga nantinya happy ending.
@penaalmujahidah
19 notes · View notes