Tumgik
#saling mengingatkan
arioagio · 2 months
Text
Tumblr media
Believe that... 😇
3 notes · View notes
wwwintinewscoid · 5 months
Text
Para Pejabat Dan Pegawai Di lingkungan Lembaga Kepresidenan Mengikuti Upacara Peringatan Hari Ibu Ke-95
INTINEWS.CO.ID, PERS RILIS – Pada hari Kamis (22/12/2023), pukul 08.00 WIB, Para Pejabat dan Pegawai di lingkungan Lembaga Kepresidenan mengikuti Upacara Peringatan Hari Ibu ke-95, yang dilaksanakan di lapangan parkir Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Jakarta. Ilustrasi, oleh Ogi “Jhengghot”, (22/12). Para peserta upacara berasal dari Kemensetneg, Sekretariat Kabinet (Setkab), Badan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
liyanshand · 4 months
Text
Ujian (?)
Allah menguji kita lewat apa yang paling-paling-paling melekat dan yang paling kita cintai. Seolah Dia memang sedang menguji rasa cinta kita padaNya.
Tidak ada yang melarang manusia untuk mencintai dan saling mencinta,
Tapi hati-hatilah dalam mencintai dan meletakkan cinta.
Ketika ujian hidup terasa begitu berat, tinggal kita tengok, apa yang akhir-akhir ini paling kita cintai?. Apa yang sangat melekat dengan diri sehingga kita amat sangat takut kehilangan?.
Uang?
Jabatan?
Kekasih?
Keluarga?
Istri?
Suami?
Harga diri?
Reputasi?
Menjadi masuk akal ketika kita membandingkan, suatu hal atau sesuatu, yang kita tidak melekat padanya, menjadikannya seapa adanya tanpa ada lekat kepemilikan, lekat kontrol, ketika itu semua pergi, tidak akan terasa terlalu berat melaluinya. Bukan jadi sebuah ujian. Just, let it be.
Bayangkan kita tidak melekat pada apapun, sehingga, ketika masalah datang, itu tidak akan terasa berat, tidak berlarut.
Tak ada ujian.
Tapi apakah itu mungkin?
Terlalu melekat pada ketidakmelekatan pun bisa saja menyelinap.
Yah, lagipula, kita hanyalah manusia.
Mencintai menjadi fitrah manusia, apalagi, mencintai dunia.
Tapi, Allah juga ingin mengajarkan bagaimana melepas dunia dan ingin mengajarkan makna cinta yang lebih besar. Mengingatkan kita lewat apa yg paling melekat dan paling kita cintai, karena disitulah letak seluruh perhatian kita.
Ini hanya persinggahan, mampir saja, mendapat kesempatan nikmat dunia. Karena setelah ini kita semua akan kembali padaNya. Buat hidup sebermakna dan sebermanfaat mungkin untuk sekitar.
Seperti judul lagu,
'Jalan yang jauh, Jangan lupa pulang'
72 notes · View notes
wedangrondehangat · 11 months
Text
Tumblr media
Saling Mendidik
Pernikahan itu sangat unik.
Sebelum menikah, saya seringkali melihat dalam rumah tangga orang lain bagaimana seorang suami mengatur istrinya, dari mulai penampilan hingga hal-hal detail dan kompleks lainnya. Ya, mungkin lebih tepatnya mendidik, bukan mengatur.
Pernah melihat status seorang teman bagaimana suaminya kerap mengingatkannya soal memakai kaos kaki jika keluar rumah.
Teman lainnya ada yang membuat caption bangga pada istrinya yang tetap menggunakan kaos kaki meski sedang berjalan menyusuri tepi pantai yang basah.
Saya kerap menunggu momen-momen itu terjadi dalam pernikahan saya. Namun, yang terjadi agaknya malah sebaliknya.
Saya kerap yang mengingatkan suami soal kaos kaki harus yang menutup lutut jika mau keluar futsal, kalau shalat usahakan jangan cuma kaosan, tapi pakai kemeja atau baju koko, dan lain-lain.
Suami saya juga sering sekali di pagi hari sebelum barangkat kerja bertanya, "hari ini aku pakai kemeja yg mana?" Atau ketika mau pergi kondangan, "aku pakai baju yang mana?" Atau saat mau ke mall, "aku kaosan aja atau kemeja?"
Kesannya tuh kenapa sih dia kayak manja? Kenapa jadi saya yang harus mikir? Kenapa dia nggak cari aja di gantungan baju yang sudah saya setrika? Kenapa saya terkesan jadi yang dominan? Kenapa harus saya atur pakaiannya, bukannya harusnya dia yang mengatur saya?
Maha baik Allah tahu bagaimana kepribadian saya, tahu bagaimana saya kurang nyaman jika diatur-atur. Maha Besar Allah mengatur pertemuan antara dua insan. Allah Maha Tahu segala-galanyalah atas segala tanya mengapa dua orang insan dipersatukan.
Rupanya dalam pernikahan ini justru saya yang terkesan banyak mengatur. Itu jika orang luar yang melihatnya. Padahal sejatinya hal itu terjadi karena suami saya mempercayakan sepenuhnya dan apa-apanya kepada saya.
Hingga suatu hari tante saya bercerita tentang perceraian temannya. Ini nyata. Mereka berpisah karena mungkin ini hal yang terdengar sepele; karena sang suami sangat mengatur istrinya, mulai dari model baju yang dipakai hingga kacamata yang hendak dibeli sang istri.
Tante saya menyarankan agar bertahan apalagi karena penyebabnya yang dinilai cukup sepele. Terlebih lagi sang istri tidak bekerja sementara mereka punya anak-anak yang masih sekolah. Namun, akhirnya keduanya berpisah.
Sang istri sempat ingin rujuk karena secara ekonomi jadi kekurangan, tetapi suaminya tak mau karena mungkin terlanjur sakit hati dan akhirnya menikah lagi dengan perempuan lain. Saking dendamnya sampai-sampai saat mengirimkan uang untuk anaknya harus didokumentasikan, ia tak ingin mantan istrinya memperoleh sepersenpun.
Pernikahan dan permasalahan di dalamnya itu unik. Bagaimana dari kerisihan karena suami yang sangat pengatur membuat sang istri menggunggat cerai meski akhirnya ingin rujuk namun akhirnya tetap berpisah.
"Beginilah mba kalau menikah. Tante aja nggak boleh potong rambut padahal udah gerah banget rambut panjang gini. Tapi om gak suka kalau tante potong yaudah nurut aja."
Tante juga bilang bahwa masih banyak permasalahan berat lainnya yang perlu kita hadapi dan kita pikirkan solusinya di zaman yang kian edan ini. Banyak masalah umat yang perlu diselesaikan. Kata tante, hal-hal remeh kayak gini mending udah dituruti aja deh kemauannya suami.
Meskipun memang nggak bisa menyamaratakan yang bagi kita sepele, bagi orang lain mungkin nggak sepele.
Hanya saja tante memilih untuk mengikuti apa yang suaminya inginkan tanpa meributkannya. Toh hanya perkara rambut, sepele bagi dirinya. Tante lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus umat.
Kembali lagi dengan yang terjadi dalam pernikahan saya, patut banyak-banyak syukur bagaimana pun uniknya pernikahan kita sendiri.
Adapun saya haturkan terima kasih sepenuh hati kepada suami saya yang telah mempercayakan banyak hal pada saya; rumah, keuangan, masakan, pakaian, hingga keputusan-keputusan rumit dalam kehidupan. Ia selalu melibatkan saya dan semoga selalu demikian.
Sekali lagi, pernikahan itu unik. Mau suami ataupun istri, sama-sama bertugas mengingatkan. Suami memang perlu mendidik istrinya, tetapi ketika suami salah, istri perlu juga untuk mengingatkannya.
Kenali bagaimana ego pasangan kita, kenali cara terbaik menyampaikan maksud kita padanya, kenali cara berdiskusi yang ia sukai.
Suami ataupun istri sama-sama berperan saling mengingatkan dalam kebaikan sebagaimana tugas kita kepada sesama muslim.
Catatan ini terlebih dahulu saya tujukan kepada diri saya sendiri.
_
Masih di Jatinangor, 8 Juni 2023
268 notes · View notes
kang-islah · 21 days
Text
Kemana Kita Akan Pergi?
Kemana Kita Akan Pergi? Setelah banyak hal dilalui, setelah beragam keterampilan dipelajari, setelah mengumpulkan harta dari sana dan sini.
Kemana Kita Akan Pergi? Mencari kamu teman hidup sejati. Untuk menemani perjalanan ini. Bersama saling mengingatkan, melewati pahit-manis kehidupan ini.
Kemana Kita Akan Pergi? Kemana saja, asal bersamamu, aku akan mengiringi. Asalkan tujuannya tak melanggar tuntunan nabi. Sebisa dan semampunya raga dan hati ini.
Kemana Kita Akan Pergi? Perjalanan kita apakah benar hanya di dunia ini? Atau ada perjalanan lain setelah kita mati? Seberapa jauh perjalanan itu dan apa yang harus kita bawa nanti?
Kemana Kita Akan Pergi? Kang Islah I Serang, 1 Syawal 1445 H __________________________________
Referensi:
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." (QS Al Ankabut: 57).
"Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin." (QS An-Nur: 3)
"Dan orang-orang yang diberi ilmu dan keimanan berkata (kepada orang-orang kafir), “Sungguh, kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari kebangkitan. Maka inilah hari kebangkitan itu, tetapi (dahulu) kamu tidak meyakini(nya)." (QS Ar-Rum: 56)
"(Allah) yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapakah di antara kamu yang paling baik amalnya." (QS Al-Mulk : 2).
36 notes · View notes
o-agassy · 2 days
Text
Menikah
Belajar dari kasus selebgram:
Pernikahan adalah tentang komitmen dan komunikasi. Maka dari itu diusahakan menemukan orang yang tepat untuk berkomitmen dan nyaman untuk bercerita.
Hari2 ke depan akan diisi dengan obrolan receh hingga berbobot. Jika ngobrol saja sudah tidak nyaman, maka pasti jalan akan terjal ke depan.
Perihal cinta, ia juga akan pasang surut tergantung keadaan hati, pikiran dan iman. Yang jelas pernikahan ini perlu dibangun Bersama, berkomitmen untuk saling mendukung dan memaafkan jika ada salah, mengingatkan jika ada yang perlu diingatkan, dan ditegur jika ada yang perlu ditegur.
menikah bernilai separuh agama, sepertinya bukan perihal mudah untuk menjalaninya. Perlu dijaga kuat komitmen untuk Bersama, jangan cuma di dunia maya~
Menikah juga bukan tentang buruk rupa atau rupawan, bukan pula tentang bentuk bagian badan. Karena itu semua karunia Tuhan yang perlu kita syukuri, bukan malah disesali.
Dan laki-laki, utamanya lebih baik untuk bekerja karena bertanggung jawab memberi perlindungan secara ekonomi juga batin terhadap istri dan anak-anak. Bukan malah sebaliknya.
Semoga kita terjaga dari marabahaya.
24 notes · View notes
jemarimenari93 · 12 days
Text
Ketika seorang anak yang sudah menikah harus memilih, antara keluarga atau orangtua, entah dari pihak istri maupun suami, tentu sangatlah menyakitkan....
aku sadar, semua orang memiliki ujian hidup yang sudah ditakar sesuai kemampuannya, meski terkadang tak mudah untuk melaluinya. Namun harus tetap yakin semua bisa dilalui dan menjadikan kita lebih dewasa...
Memikirkan kedepannya, aku jadi sadar bahwa pasangan adakah seseorang yang akan menemani kita selamanya. Meskipun ini tak berlaku untuk semua pasangan. Tetapi orangtua punya pasangan dan kehidupannya sendiri, anak suatu saat juga akan punya kehidupannnya sendiri..
aku seringkali berada di titik terlemahku, saat seolah peran ibuk bapak menyudutkan kita untuk berpisah, bagi mereka aku selalu salah, mereka tak bisa menghargai pendapat dan perasaanku. Tetapi jika peran pasangan masih bisa mengkomunikasikan kembali tujuan hidup bersama, saling mengingatkan, meskipun seringkali berneda pendapat. Seringkali ego masing-masing menguasai diri...
Tapi jujur, Sebagai seorang anak yang sejak kecil dibesarkan oleh kakek nenek dan orangtua yang brokenhome, hal yang sangat aku takutkan adalah melihat anakku merasakan sakit yang pernah aku rasakan dari terpecahnya sebuah keluarga...
aku tak bisa menahan airmata dan overthinking ku setiap kali membayangkannya, ada kebahagiaan yang ingin aku rajut bersamamu, ada pecahan hati yang berantakan yang ingin aku rapikan kembali untukmu...
aku berharap semoga Allah menguatkan kita dan memudahkan jalan kita, aku sangat sadar dengan segala ketidaksempurnaanku, dan aku pun sadar kita sama-sama bukan manusia yang sempurna, namun semoga kita bisa saling melengkapi, saling membenahi, saling menguatkan...
Meskipun, seringkali terbesit dalam fikiran untuk berhenti memperjuangkan dan mempertahankan, tapi aku berfikir hidup ini singkat, siapa tau kita hanya butuh untuk bersabar sedikit lagi baru menemukan keindahannya. Memang seumur hidup itu lama dan akan sangat rugi jika kita bersama dengan orang yang salah, Tetapi Allah sudah menentukan dan yakin kita mampu menjalaninya...
Semoga, kita bisa saling memperbaiki, semoga langkah kita kedepannya diberi kemudahan, kita harus sering-sering memperbaiki segala yang rusak agar tak semakin rusak parah...
Semoga Allah Ta'aala mengampuni segala dosa-dosa kita, dan memberikan kita keberkahan dalam rumahtangga dan keturunan kita, Aamiin
Bunda mencintai kalian, bunda berharap keluarga kita tetap utuh karena Allah...
23 notes · View notes
langitawaan · 1 year
Text
124.
Aku suka sekali mendengarkanmu bercerita. Mengenai riwehnya pekerjaan, rekan kerja yang menyebalkan, hobimu dan hal lainnya yang meskipun sebagian tidak ku pahami, aku tetap suka.
Bagiku menyimak dan menyelami cara berpikirmu adalah wujud lain supaya aku bisa melihat bagaimana kacamatamu dalam memandang kehidupan. Melakukannya seperti sedang menebak berbagai macam musim dengan cuacanya yang sulit diprediksi—kadang hujan turun ketika sedang cerah-cerahnya atau seketika mentari bersinar cerah lepas hujan turun mengguyur.
Aku paham betul agar bisa seiya dan sepaham membutuhkan waktu sepanjang usia untuk belajar menyeimbangkan ritme. Sepanjang waktu itu tentu kita tidak bisa saling memberi janji jika langit akan selalu biru dan bunga terus bermekaran di lajur yang sudah kita pilih ini. Tetapi kita bisa untuk saling mengupayakan yang terbaik, menjaga dan menghargai satu sama lain.
Maka, mudah-mudahan mau bagaimana pun musim yang 'kan kita temui tangan ini akan tetap saling menggenggam dan mengingatkan; kita berani menempuh jalan ini karena-Nya dan semata untuk-Nya.
Fajar, 04.50 | 09 Februari 2023.
188 notes · View notes
rumelihisari · 5 months
Text
saat bertumbuh, kita tidak bisa sendirian. selayaknya tumbuhan, ia membutuhkan air dan cahaya matahari untuk proses fotosintesis supaya menghasilkan oksigen.
pun dengan kita, kita butuh ilmu supaya tahu arah, butuh teman untuk saling mengingatkan, butuh Allah yang akan menguatkan. untuk apa kita tumbuh? untuk siapa? ingin seperti apa kita tumbuh? menjadi seorang yang bermanfaat seperti tumbuhan yang menghasilkan oksigen yang dihirup seluruh makhluk hidup, atau, sebaliknya?
prosesnya memang nggak mudah. ada banyak hal yang akan kita terima. diremehkan, nggak dihargai, dikhianati, lelah, menjadi tantangan-tantangan kecil untuk kita lewati saat bertumbuh. namun proses itulah yang membantu kita untuk menjadi manusia dengan kedewasaan berfikir. sebab kedewasaan ini yang akan menentukan tindak tanduk kita.
entah menjadi apapun itu, semua orang memang akan tumbuh. tapi untuk apa, untuk siapa? dan ingin seperti apa? itulah yang akan membedakan hasil.
selamat menemukan alasan untuk bertumbuh
50 notes · View notes
arioagio · 16 days
Text
It's tough, but you have no choice.
It's hard, but you have to do it.
I know it's so exhausting.
It is so much tiring.
But, do not ever give up just now,
especially lose your hope.
It will be okay.
It will be sunny.
It will be fine,
cause you are not alone.
💗💗💗💗
1 note · View note
lacikata · 2 years
Text
All for One.
“Percayalah, sedekat apa pun kita dengan manusia, sekalipun keluarga akan selalu ada jeda yang membuat kita harus bertarung sendirian. Sebab itu, Tuhan hanyalah satu-satunya yang dekat bahkan lebih dekat dari urat nadi kita sendiri.” – herricahyadi
Seperti seorang Ibu yang melahirkan dengan persalinan spontan (hanya mengandalkan tenaga dan usahanya serta pergerakan alami dari si bayi) sekalipun di sisinya ada suami, Ibu kandung, Ibu mertua, doula, bidan atau dokter yang mendampingi namun tanpa kekuatan atau pertolongan dari-Nya apakah akan mampu melewatinya? Mengandalkan diri sendiri tentu tidak akan mampu.
Inilah pentingnya untuk selalu mengingatkan iman dan tauhid serta menanamkan pada anak sejak dini sebab hidup ini sejatinya adalah tentangmu dan Tuhanmu. Apabila orang tua membuat anak-anaknya terpaut pada makhluk maka terpautnya hati pada Tuhannya akan menjadi lemah.
Bagaimana anak akan tumbuh dengan iman dan tauhid jika yang ditanamkan adalah takut kepada orang tua? Atau meminta ini dan itu kepada orang tua? Misalnya. Padahal yang berkuasa atas mereka dan yang mengawasi seluruhnya adalah Tuhannya.
Bahkan untuk hidangan yang tersaji di meja makan, rasanya yang enak saja itu bukan perihal Ibumu yang pandai memasak melainkan Allah, Al-Hasib; yang memberikan kadar kecukupan dengan tepat.
Hal-hal semacam inilah yang perlu ditanamkan kepada anak sehingga yang tertanam bukan disebabkan makhluk yang pandai atau hebat melainkan Kemahabesaran Tuhannya, Allah Subhanahu Wata’ala.
Lalu, senantiasa ingatkan pula tentang tujuan penciptaan manusia, di mana sejatinya adalah untuk beribadah kepada-Nya dengan menjalankan perintah, menjauhi larangan yang tentu tidak melulu akan sesuai dengan seleranya, hawa nafsunya dan ini menjadi bekal serta pondasi sebab perlu diingatkan pula kelak ketika hari Kiamat tiba masing-masing dari kita akan melewatinya sendiri-sendiri, masing-masing hanya akan memikirkan dirinya sendiri, keselamatannya sendiri.
Seperti kala itu, ada seorang anak perempuan kelas 2 SD yang berangkat sekolah bersama temannya dengan berjalan kaki. Di mana keduanya tinggal di area perkebunan yang hewan semacam anjing atau ular sudah tidak asing berkeliaran di sekitar mereka, meski demikian lingkungan mereka relatif aman, hanya saja sesekali ditemui anjing-anjing liar yang tiduran di pinggir jalan.
Dan pagi itu ketika mereka asyik menikmati perjalanan, semakin dekat semakin terlihat bahwa di depan sana sudah ada 4 ekor anjing yang menghadang.
Langkah mereka baru saja terhenti sejalan dengan anjing-anjing itu pula yang menyadari keberadaan mereka. Sekali menggonggong, lari tunggang langgang kemudian dan pertolongan Allah Subhanahu Wata’ala pun datang dari penghuni rumah di seberang jalan yang mereka lewati.
Ketika panik melanda maka hanya diri sendirilah yang terpikir dan begitu sudah aman barulah teringat bahwa mereka tadi pergi berdua. Inilah yang kelak juga terjadi di hari Kiamat sebagaimana yang telah Allah Subhanahu Wata’ala firmankan,
“Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allah pada hari Kiamat dengan sendiri-sendiri.” - QS. Maryam: 95
“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.” - QS. Al-Mu'minun: 101
“Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” QS. ‘Abasa: 33-37
Pada hari itu hanya ada rasa cemas dan takut apakah kamu akan selamat atau tidak? Apakah kamu akan menerima catatan amalmu dari sebelah kanan/arah depan? Atau dari sebelah kiri/arah belakang?
"(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncang alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. Hati manusia pada waktu itu sangat takut, pandangannya tunduk." - QS. An-Nazi'at: 6-9
"Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: "Celakalah aku". Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)." - QS. Al-Insyiqaq: 7-12
Dan ketika kamu sudah merasa aman dengan diri sendiri (di surga) barulah akan teringat orang-orang yang kamu sayangi di dunia.
Untuk itu, dari lingkup yang terdekat yaitu keluarga, bangunlah rumah tangga yang pondasinya berasal dari QS. At-Tahrim: 6, ”Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
Senantiasa perbarui iman, evaluasi, ajak keluarga untuk menuntut ilmu yang juga sebagai penerapan dari perintah untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, dsb sehingga kelak kita dapat berkumpul kembali di surga-Nya.
"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya." - QS. Ath-Thur: 21
250 notes · View notes
duniapetualangkata · 5 months
Text
Di luar hujan, mengingatkan kisah kanak kanak yang telah dewasa oleh keadaan pasti.
Kepahitan tidak akan tahu perginya nanti, upaya segalanya seperti sia sia.
Kesedihan itu pasti meski kita bahagia di depan cermin.
Kita manusia labil, menjalani hubungan rapuh dengan keyakinan hati kuat.
Kita akan kemana?
Mencari keramaian dengan kepastian yang sepi.
Kenyataan begitu kejam, setiap kita tidak dapat saling menemukan.
20 notes · View notes
milaalkhansah · 6 months
Text
it means nothing
di luar dari nilai agama yang gw pegang. gw dari dulu emang nggak pernah mau menjalin sebuah hubungan teralu dalam dengan lawan jenis apalagi yang melibatkan sebuah perasaan. mau hubungan itu dinamai dengan pacaran lah, HTS-san, prenjon lah, "teman tapi mesra" lah dll.
kenapa? karena selain cuman bikin capek sama ketidakjelasan hubungan itu mau dibawa ke mana, gw juga sangat menyadari bahwa gw, waktu dan perasaan gw sangatlah berharga untuk gw habiskan percuma bersama orang yang gw nggak tahu gw sama ini orang akan bagaimana ke depannya.
selain itu, gw juga sadar betul bahwa perasaan seseorang bukanlah sesuatu yang pantas untuk dipermainkan, atau dijadikan sebagai sebuah pelampiasan untuk bersenang-senang, apalagi untuk mengobati kesepian. jadi, gw sebisa mungkin menjaga diri gw dari orang-orang yang berpotensi menjadikan perasaan gw sebagai kesenangan mereka semata, juga gw berusaha untuk tidak melakukan hal yang serupa pada orang lain.
beberapa tahun belakangan ini, setelah perlahan mulai belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, gw berusaha untuk lebih 'aware' dalam menjalin pertemanan dengan lawan jenis. tapi tahun ini rasanya berbeda. kalau dulu gw masih ada 'bocor-bocornya' dikit dengan membiarkan mereka mengetahui gw teralu banyak, sekarang gw betul-betul lebih tegas dalam menolak, memberikan batasan dan memperingatkan diri gw sendiri untuk tidak membuka diri teralu jauh sebagaimana mestinya.
hal ini mungkin dikarenakan gw udah paham betul bahwa gw belum berada dalam keadaan gw udah (mau) dan (harus) menikah. alias, beberapa tahun ke depan fokus dan prioritas gw bukan dimikirin orang yang gw mau sukain. Karena semua masalah juga beban yang gw pikul saat ini mengingatkan bahwa gw nggak ada waktu buat mikirin soal perasaan ke lawan jenis. jadi gw gak merasa harus lebih membuka diri kepada setiap laki-laki yang gw temui dalam hidup jika tujuan gw memang bukan berniat ingin serius.
di masa lalu, gw pernah ketemu satu orang laki-laki yang untuk pertama kalinya mengungkapkan keinginannya untuk menikah dengan gw. tapi karena posisi dia waktu itu masih baru kerja, dia bilang tungguin dia sampai mapan dan punya uang yang cukup untuk menikahi gw wkwkw, sebagai perempuan yang masih sangat naif, waktu itu dengan sokk bijaknya, gw bilang, "gak usah suruh gw nungguin, karena kalaupun kita jodoh, di masa depan nanti pasti kita akan dipertemukan kembali" lain di mulut, lain di hati. karena meskipun menolak secara halus, bukannya menyetop segala komunikasi, gw terpedaya. gw memberi dia pintu untuk dekat dengan gw (chattan setiap hati, berbagi kabar, saling telponan, dan segala bentuk perlakuan orang yang lagi pedekate meski nggak ada nama yang jelas pada 'hubungan' kami waktu itu) endingnya? setelah putus komunikasi bertahun-tahun, karena hape gw waktu itu rusak dan gw ganti nomor (dan syukurlah waktu itu nomor dia juga ikutan hilang jadi gw nggak ada cara buat bisa komunikasi lagi sama dia) gw ketemu dengan dia di pernikahan sepupu gw waktu itu, dalam keadaan dia sambil bawa gandengan cewe, sedangkan gw sendiri wkwkwkwkw. kecewa? jujur iya. bukan karena gw emang masih ada perasaan ke dia. gw kecewa lebih ke mikir kalau 'semua laki-laki itu sama aja' dan jujur gw lebih kecewa ke diri gw sendiri karena bisa-bisanya gw pernah mengkhawatirkan sosok laki-laki yang nggak bisa dipegang kata-katanya ini wwkwkw.
tapi well, setidaknya dari pengalaman itu gw belajar untuk tidak mudah mempercayai mulut manis laki-laki dan juga segala bentuk perlakuan mereka sampai gw memang berada dalam hubungan yang jelas, dan juga sah dengan dia.
alias apa pun yang cowok katakan dan bagaimana mereka memperlakukan gw, selama gw belum berada dalam ikatan sebuah pernikahan, it still means nothing for me. selain itu, gw juga mikir, kalau dia baik dan manis itu belum tentu ke gw aja, jadi gw berusaha untuk tidak merasa di spesialkan hanya karena perlakuan dia sedikit berbeda.
Dari pemikiran, "dia chat gw karena dia ada interest ke gw" jadi "dia chat gw cuman karena lagi gabut aja"
Dari pemikiran, "dia baik dan mau bantu gw karena dia suka sama gw" jadi "oh dia bantuin gw mungkin karena dia emang mau bantuin, alias anaknya emang baik ke siapapun"
Gw semakin ke sini semakin trauma sama ekspektasi yang gw bikin-bikin sendiri. Jadi sebisa mungkin, saat berhubungan sama manusia gw udah ga mikir macem-macem lagi. Termasuk dalam hubungan gw dengan laki-laki. Gw saat ini pure cuman mau temenan aja. Karena secara tak langsung dari perkenalan gw dengan bermacam-macam tipe cowok, gw semakin tahu tipe laki-laki seperti apa yang gw mau dan juga butuhkan.
Proses menemukan laki-laki yang tepat yang mau gw jadikan sebagai pasangan mungkin akan memakan waktu yang ga sebentar, tetapi selama dalam proses itu gw juga sambil belajar memperbaiki diri ibaratnya gw harus bisa menjadi tipe orang yang sama dengan sosok yang gw mau ya prosesnya mungkin ga akan kerasa selama itu.
Let's see.
• November hari ketujuh
31 notes · View notes
arumpuspa29 · 8 days
Text
Rindu.
Setiap kali merenung sebelum tidur, aku ingat-ingat lagi apa yang harus aku lakukan dan apa yang ingin aku lakukan untuk esok hari.
Dan kini kusadari bahwa ternyata aku sesering itu ingin pulang dan menghabiskan waktu dengan Ayah dan Ibu di rumah, di kebun, atau dimanapun mereka berada.
Aku ingin jadi anak kecil yang manja lagi di depan mereka. Menggandeng tangan Ibu saat belanja ke pasar, berpegangan erat ke Ayah saat aku minta diantar dan dijemput ke tempat-tempat yang perlu kudatangi, atau sekedar memetik bayam dan cabai di kebun kemudian menghabiskan pagi dengan sarapan hangat bersama.
Seringkali pula aku menolak ajakan teman-teman untuk main atau sekedar bertemu, karena rasanya sayang akan melewatkan waktu bersama Ayah dan Ibu.
Iya, mungkin kini prioritasku bergeser sepenuhnya. Dewasa ini, rumah dan keluarga adalah tempat pulang yang selalu ada di pikiranku ketika ada waktu libur.
Mungkin karena, lambat laun aku akan pelan-pelan beranjak dan menghadapi hidup ke depan. Aku akan punya peran dan tanggungjawab baru di masa mendatang. Aku akan mengemban amanah baru dan barangkali terlalu 'tenggelam' dengan kesibukan.
Maka selagi aku punya waktu, aku akan berusaha menghabiskan sebaik-baiknya dengan mereka.
Entah mengobrol soal apapun, berdebat kecil tentang sesuatu yang tak begitu penting lalu berbaikan, bercanda dan menertawakan hal-hal yang aneh dan unik meskipun sebenarnya tidak lucu, saling mengingatkan kebaikan, dan semua kemungkinan untukku melewati waktu dengan mereka.
Allah, aku titip Ayah, Ibu dan Adik-adikku dalam sebaik-baik penjagaanMu.. ikatlah hati kami pada simpul iman dan kasih sayang atas namaMu. Aamiiin..
(Semarang, 1 Mei 2024, 22:00. Menatap langit-langit kamar kos, meredam rindu untuk pulang padahal baru 2 hari lalu pulang.)
7 notes · View notes
mengejasendu · 1 month
Note
Kenapa sendu perlu dieja?
kan tiap hal tuh katanya bermakna. Manusia tentu saja lebih banyak menikmati hal-hal yg menyenangkan, dan mungkin nggak mengenal kebiasaan merayakan kesedihan.
Aku pernah baca pernyataan psikolog dari Standford University, yang bunyinya gini;
"...It’s more important for people, for survival, to notice the lion in the brush than it is to notice the beautiful flower that’s growing on the other side of the way,”
Hal-hal negatif, kekecewaan, ancaman, kesedihan, dan masa kritis dijelaskan menurut beberapa penelitian lebih banyak mengandung unsur nilai adaptif dalam memberikan gambaran kepada otak manusia dalam menghadapi hal-hal di masa depan.
Jadi ya gitu, barangkali kenapa sendu perlu dieja? Karena (sendu) layak juga dirayakan, disimpan, dinikmati dan dibagikan untuk saling mengingatkan bahwa 7.9 milyar manusia masih sama-sama hidup dan nggak bisa mengelak momen-momen menyedihkan di samping hal-hal yang membuat tertawa lebar.
9 notes · View notes
penaimaji · 1 year
Text
Terimakasih dan Maaf
Adalah dua kata yang jarang sekali aku ucapkan. Apalagi ucapan maaf, hampir-hampir aku enggan mengatakannya. Aku bahkan tidak mengerti alasannya apa. Hanya sulit terucap, itu saja
Namun, semua itu berubah ketika aku bertemu dengannya. Yang hampir setiap hari aku selalu mendengar ia mengucapkan maaf dan terimakasih padaku. Selalu meminta maaf, untuk hal-hal yang sebetulnya bukan kesalahan dia. Selalu mengucap terimakasih, untuk hal-hal yang wajar dalam keseharian kami
Terimakasih, sudah mengajarkanku banyak hal. Hal yang mungkin terlihat sepele, namun memiliki dampak besar untuk sebuah hubungan ini
Maaf, kalau aku kurang peka, cuek, tidak romantis, atau terlalu blak-blakan. Mungkin sekarang dia sudah mulai terbiasa wkwkwk
Kami benar-benar berbeda, bahkan dari segala sisi. Mulai dari sifat dan karakter, kebiasaan, sampai selera makan/minum. Namun begitulah memang jodoh; saling mengisi, saling mengingatkan, saling belajar memahami; juga saling mendukung satu sama lain
Banjarmasin, 3 Januari 2023 | Pena Imaji
90 notes · View notes