Tumgik
#muhasabahdiri
wedangrondehangat · 11 months
Text
Tumblr media
Saling Mendidik
Pernikahan itu sangat unik.
Sebelum menikah, saya seringkali melihat dalam rumah tangga orang lain bagaimana seorang suami mengatur istrinya, dari mulai penampilan hingga hal-hal detail dan kompleks lainnya. Ya, mungkin lebih tepatnya mendidik, bukan mengatur.
Pernah melihat status seorang teman bagaimana suaminya kerap mengingatkannya soal memakai kaos kaki jika keluar rumah.
Teman lainnya ada yang membuat caption bangga pada istrinya yang tetap menggunakan kaos kaki meski sedang berjalan menyusuri tepi pantai yang basah.
Saya kerap menunggu momen-momen itu terjadi dalam pernikahan saya. Namun, yang terjadi agaknya malah sebaliknya.
Saya kerap yang mengingatkan suami soal kaos kaki harus yang menutup lutut jika mau keluar futsal, kalau shalat usahakan jangan cuma kaosan, tapi pakai kemeja atau baju koko, dan lain-lain.
Suami saya juga sering sekali di pagi hari sebelum barangkat kerja bertanya, "hari ini aku pakai kemeja yg mana?" Atau ketika mau pergi kondangan, "aku pakai baju yang mana?" Atau saat mau ke mall, "aku kaosan aja atau kemeja?"
Kesannya tuh kenapa sih dia kayak manja? Kenapa jadi saya yang harus mikir? Kenapa dia nggak cari aja di gantungan baju yang sudah saya setrika? Kenapa saya terkesan jadi yang dominan? Kenapa harus saya atur pakaiannya, bukannya harusnya dia yang mengatur saya?
Maha baik Allah tahu bagaimana kepribadian saya, tahu bagaimana saya kurang nyaman jika diatur-atur. Maha Besar Allah mengatur pertemuan antara dua insan. Allah Maha Tahu segala-galanyalah atas segala tanya mengapa dua orang insan dipersatukan.
Rupanya dalam pernikahan ini justru saya yang terkesan banyak mengatur. Itu jika orang luar yang melihatnya. Padahal sejatinya hal itu terjadi karena suami saya mempercayakan sepenuhnya dan apa-apanya kepada saya.
Hingga suatu hari tante saya bercerita tentang perceraian temannya. Ini nyata. Mereka berpisah karena mungkin ini hal yang terdengar sepele; karena sang suami sangat mengatur istrinya, mulai dari model baju yang dipakai hingga kacamata yang hendak dibeli sang istri.
Tante saya menyarankan agar bertahan apalagi karena penyebabnya yang dinilai cukup sepele. Terlebih lagi sang istri tidak bekerja sementara mereka punya anak-anak yang masih sekolah. Namun, akhirnya keduanya berpisah.
Sang istri sempat ingin rujuk karena secara ekonomi jadi kekurangan, tetapi suaminya tak mau karena mungkin terlanjur sakit hati dan akhirnya menikah lagi dengan perempuan lain. Saking dendamnya sampai-sampai saat mengirimkan uang untuk anaknya harus didokumentasikan, ia tak ingin mantan istrinya memperoleh sepersenpun.
Pernikahan dan permasalahan di dalamnya itu unik. Bagaimana dari kerisihan karena suami yang sangat pengatur membuat sang istri menggunggat cerai meski akhirnya ingin rujuk namun akhirnya tetap berpisah.
"Beginilah mba kalau menikah. Tante aja nggak boleh potong rambut padahal udah gerah banget rambut panjang gini. Tapi om gak suka kalau tante potong yaudah nurut aja."
Tante juga bilang bahwa masih banyak permasalahan berat lainnya yang perlu kita hadapi dan kita pikirkan solusinya di zaman yang kian edan ini. Banyak masalah umat yang perlu diselesaikan. Kata tante, hal-hal remeh kayak gini mending udah dituruti aja deh kemauannya suami.
Meskipun memang nggak bisa menyamaratakan yang bagi kita sepele, bagi orang lain mungkin nggak sepele.
Hanya saja tante memilih untuk mengikuti apa yang suaminya inginkan tanpa meributkannya. Toh hanya perkara rambut, sepele bagi dirinya. Tante lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus umat.
Kembali lagi dengan yang terjadi dalam pernikahan saya, patut banyak-banyak syukur bagaimana pun uniknya pernikahan kita sendiri.
Adapun saya haturkan terima kasih sepenuh hati kepada suami saya yang telah mempercayakan banyak hal pada saya; rumah, keuangan, masakan, pakaian, hingga keputusan-keputusan rumit dalam kehidupan. Ia selalu melibatkan saya dan semoga selalu demikian.
Sekali lagi, pernikahan itu unik. Mau suami ataupun istri, sama-sama bertugas mengingatkan. Suami memang perlu mendidik istrinya, tetapi ketika suami salah, istri perlu juga untuk mengingatkannya.
Kenali bagaimana ego pasangan kita, kenali cara terbaik menyampaikan maksud kita padanya, kenali cara berdiskusi yang ia sukai.
Suami ataupun istri sama-sama berperan saling mengingatkan dalam kebaikan sebagaimana tugas kita kepada sesama muslim.
Catatan ini terlebih dahulu saya tujukan kepada diri saya sendiri.
_
Masih di Jatinangor, 8 Juni 2023
268 notes · View notes
coklatmaniss · 2 months
Text
Jika sudah terbersit keinginan untuk memulai kebiasaan yang baik, mari memulai
Sebulan lagi ramadhan, masih ada waktu untuk membangun target, misal one day one juz, bangun lebih awal untuk sholat malam dan lain sebagainya
Yuk mulai dari sekarang, jangan ditunda-tunda
34 notes · View notes
in-syirah · 2 years
Text
Fafirru ilaallaah
Semua agar engkau kembali kepada Allaah
Jika saat ini engkau merasa stres, depresi, cemas, takut, tidak aman, tidak nyaman, sepi, hampa, diabaikan, dilupakan, disalahkan, tersingkirkan, tidak disayangi, tidak dipedulikan, tidak berdaya, tidak didengarkan, tidak dimengerti, dll.
Maka, ketahuilah, apa yang engkau rasakan ini adaalh sinyal dari tubuh, jiwa dan hatimu, agar dirimu kembali (inabah) kepada Allaah.
—Ustadz Abu Salma Muhammad hafidzhahullah
Berkaitan nasehat di atas, juga ada tulisan serupa yang amat indah :
Your life is nothing more than a love story. Between you and Allah. Nothing more. Every person, every experience, every gift, every loss, every pain is sent to your path for one reason and one reason only: to bring you back to Him. —@thehijabiquote
Bahwasanya benarlah kisah hidup kita itu tak lain adalah tentang kita yang kembali kepada Allaah, segala keadaan yang terjadi semestinya mengantar kita untuk kembali kepada Allaah (dalam artian kembali mengingat Allaah dalam keadaan apapun, bukan hanya saat sedang merana pun juga saat sedang berbahagia).
Ya, seharusnya keadaan apapun yang kita rasakan, tetap kepada Allaah kita kembali. Bahagia, maka bersyukur dan berterima kasih kepadaNya (kembali mengingatNya). Sedih, maka sabar dan tetaplah beribadah kepada-Nya (tetap kembali mengingatNya). Tak ada yang perlu disesali, baik itu kenikmatan yang membuat kita bahagia ataupun ujian yang membuat kita sedih, semuanya cuma cara atau jalan yang Allaah karuniakan karena Dia ingin kita tetap bersamaNya, atau ingin kembali padaNya, banyak-banyak mengingat-Nya.
Karena, bagaimanapun juga, Allaah-lah tempat kita kembali, bagaimanapun itu. Fa firru ilallaah..
259 notes · View notes
muntahanega · 1 year
Text
Renungan Tahun Baru
Tidak ada awal dan akhir tahun, yang ada hanyalah umur yang semakin berkurang. kenapa sebagaian orang lebih girang menyambut awal tahun?
Padahal Ulama dahulu begitu sedih jika makin hari terus dilewati, dimana ajal semakin dekat. Bahkan mereka para salaf sampai bersedih jika waktunya berlalu tanpa amal shalih, yang mereka terus pikirkan adalah ajal semakin dekat, namun amal shalih yang masih kurang.
Namun kita, semakin lalai dan lalai......
123 notes · View notes
imgie54 · 7 months
Text
Tumblr media
Berusaha bersyukur walau dalam musibah, bukan hanya untuk menjaga mentalmu.Tak mungkin engkau dapati dirimu mudah bersyukur dan mudah berprasangka baik pada tuhan. Ketika cara pandangmu melihat disetiap kecil aspek kehidupan, yang kau dahulukan adalah dominan melihat keburukan. Sehingga kau lupa sangatlah banyak! kebaikan yang diturunkan oleh Nya, Ar-Rahman.
27 notes · View notes
o-agassy · 11 months
Text
Apresiasi
Mengapresiasi diri dengan menuliskannya adalah salah satu bentuk stress-release yang manjur untuk sebagian orang.
Masih banyak dari kita yang sebenernya butuh word of affirmation dari lingkungan tempat ia sehari-hari beraktifitas. Namun, kita juga menyadari bahwa faktor tersebut adalah faktor eksternal yang tidak bisa kita kontrol.
Ada kalanya orang suka terhadap perilaku kita hari itu, lain hari bisa jadi kebalikannya. Serta, ngga semua orang harus suka dengan apa yang kita lakukan. Kita punya preferensi sendiri-sendiri.
Balik lagi, untuk sebagian dari diri kita yang sedang mencari jati diri, termasuk yang setiap hari belajar untuk berkompromi dengan diri sendiri, jangan lelah berjuang tanpa henti!
Apapun progressnya, apapun hasilnya, wajib kita syukuri dan kita apresiasi. Karena itu adalah hasil dari kita versi terbaik di hari itu. Masih ada besok yang wajib diusahakan lebih baik lagi. Don’t worry! You did your best!
24 notes · View notes
alfiyah-koesmadji · 9 months
Text
DUA SIFAT TERPUJI
✍🏻 Sa'id bin Abdil Aziz رحمه الله berkata :
"Tidaklah ada kebaikan di kehidupan ini kecuali pada satu dari dua orang. Yaitu orang pendiam tapi faham dan orang yang berbicara lagi bijaksana."
📚 [Siyar Alamin Nubala : 8/36]
19 notes · View notes
temanhidup · 1 month
Text
Amal yang Diterima
Sesuatu yang kita anggap baik, belum tentu benar. Sesuatu yang kita anggap baik, belum tentu sesuai syariat. Maka dari itu kita jangan mudah untuk menyimpulkan sesuatu, tanpa kita tahu kebenarannya seperti apa.
Dalam Islam kita diajarkan bahwasanya amalan yang benar dan diterima di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala ialah yang memenuhi dua syarat. Apa saja itu?
Pertama, niat yang benar. Niat yang ikhlas karena Allah. Karena jika niat kita dalam melakukan kebaikan salah, maka amalan itu seperti debu yang berterbangan, tidak berarti apa-apa. Maka penting untuk kita selalu meluruskan niat kita karena Allah, agar dicatat sebagai amal shaleh. Ini jika amalan yang kita lakukan kita tujukan untuk akhirat. Bagaimana jika ditujukan untuk dunia?
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
Seperti dalam hadis di atas, mungkin kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun, berikutnya? Tidak ada apa-apa lagi. Hanya sekadar terpenuhnya keinginan kita, sedangkan kita tidak mendapatkan apa-apa untuk akhirat. Sayang sekali, bukan? Sedangkan jika tujuannya akhirat, kita akan mendapatkan keduanya: dunia dan akhirat.
Kedua, ittiba (mengikuti Rasulullah) atau caranya sesuai syariat. Jadi, selain niatnya yang benar, caranya pun harus benar. Karena haq dan bathil tidak bisa disatukan. Maka tahu ilmunya dalam melakukan amal shalih itu sangatlah penting. Agar tidak salah dalam beramal.
Sebagai contoh ada sebuah kisah tentang seseorang yang suka mencuri, lalu uang hasil mencuri itu dia gunakan untuk membantu orang-orang miskin. Apa respons kita tentang hal itu? Mungkin akan banyak yang mengatakan "Baik sekali".
Namun, kembali lagi, sesuatu yang baik belum tentu benar! Mungkin niatnya mulia, tetapi caranya salah. Maka amalnya tidak akan diterima sebab tidak memenuhi syarat diterimanya amal. Penting sekali untuk kita mengecek kembali setiap amalan kita. Apakah niatnya sudah benar? Apakah caranya sudah benar? Bukankah kita tidak ingin melakukan amalan yang sia-sia? Karena tentu yang kita jadikan patokan dalam melakukan kebaikan adalah Allah, bukan manusia. Maka lakukan sesuatu yang Allah suka, bukan manusia suka. Karena jika yang kita jadikan patokan adalah manusia, maka kita akan melakukan apa pun agar manusia suka, meskipun itu melanggar syariat. Naudzubillah.
2 notes · View notes
ann7am · 2 months
Text
Semoga Allah Mengampuni Kita
Kadang ada dalil yang kedengarannya asing banget. Sombongnya kita, kita pikir itu udah gak relevan lagi sama zaman sekarang.
Ternyata kita hanya kurang belajar. Udah kurang belajar, sombongnya mengudara sampai ke luar angkasa. Astaghfirullah.
Semoga kita diampuni sama Allah ya dan dijauhkan dari segala penyakit hati yang ringan maupun yang sifatnya korosif untuk keimanan kita.
4 notes · View notes
iwanfth · 3 months
Text
Begitu banyak ujian yang mungkin pada awalnya terasa begitu berat, tampaknya tanpa jalan keluar yang jelas.
Namun, itulah keajaiban tawakal kepada Allah. Saat kita merasa tak ada harapan, Allah membuka pintu kelegaan yang tak terduga.
Setiap garis hidup yang Allah tentukan, baik suka maupun duka, kita diperintahkan untuk pasrah dan kembali kepada-Nya. Dalam tawakal itu, kita menyerahkan segala ketidakpastian dan keputusasaan kepada Allah, yang Maha Mengetahui segala rencana-Nya. Firman-Nya menyatakan, 'Dan siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah mencukupkannya' (QS. At-Talaq: 3).
Pentingnya berserah diri kepada takdir Allah terletak pada keyakinan bahwa di balik setiap takdir, ada hikmah yang mungkin belum kita pahami. Dalam tawakal, kita menunjukkan bahwa kita percaya Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Meskipun perasaan harap kepada selain Allah mungkin muncul. Sejatinya tawakal adalah ketika hati kita benar-benar merasa kuat, tenang, dan damai karena ketergantungan kita hanya kepada-Nya.
Maka, teruslah memperkuat tawakal dalam hatimu. Karena, seiring bertambahnya keyakinan pada Allah, hati kita akan menjadi lebih kokoh, tenteram, dan penuh ketenangan. Allah senantiasa memberikan jalan keluar di setiap ujian dan kesulitan, karena Dia Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, dan Maha Pemurah kepada hamba-Nya yang tawakal.
2 notes · View notes
anissolihah · 3 months
Text
Perihal rezeki memang sudah Allah atur sedemikian rupa. Dikasih lebih pasti ada saja pengeluaran tak terduga, dikasih kurang pasti ada saja rezeki yang Allah kasih dari jalur mana pun yang tak terduga. Maka tak perlu khawatir tentang rezeki dan kehidupan yg akan datang. Allah sudah atur sedemikian rupa.
"Husnudzan karena Allah cukupkan".
2 notes · View notes
wedangrondehangat · 1 year
Text
Batasan Mengenal Diri
Tumblr media
Antara tahu dan sadar
“Mengapa ya ada orang yang melakukan kesalahan, dia tahu yang dilakukannya salah, tetapi tidak kunjung berubah?”
Karena berbeda antara “tahu dan sadar”. Tahu hanya sekedar tahu, tetapi jika sadar akan menghasilkan suatu tindakan atau dengan kata lain ada aksi untuk berubah, untuk memperbaiki.
Kadang, kita tahu bahwa diri kita bermasalah, tetapi kita bingung harus bagaimana. Suatu saat ketika kita telah “sadar” mungkin kita tidak akan kebingungan lagi dengan cara melihat masalah yang ada dalam diri kita dengan kacamata yang berbeda, dengan kacamatanya Allah.
“Jadi, apakah perasaan dalam diriku itu salah? Apakah aku tidak boleh marah, kesal, sedih, menangis, kecewa?”
Benar bahwa perasaan-perasaan yang hadir dalam diri kita baik untuk divalidasi. Namun, tidak berhenti di situ saja. Ingat kata-kata ini; perasaan divalidasi, pikiran dievaluasi.
“Kenapa ya saya sedih dan kecewa?” Oke, mari validasi perasaan diri sendiri. Kemudian pikirkan asal mula kesedihan ini, apakah karena ekspektasi kita yang terlalu tinggi terhadap sesuatu? Apakah kita kecewa dengan takdir yang tak sesuai keinginan kita? Apakah ada bagian dari hati kita yang sulit menerima?
Menyadari bahwa ada hati yang kurang bersyukur adalah hal baik karena telah “sadar”. Nantinya ketika rasa bersyukur telah melanda hati, maka akan lahir hal-hal positif dari perasaan tersebut.
Ya memang, harus berani mengakui bahwa ada kurangnya rasa syukur itu yang menjelma jadi pikiran-pikiran buruk dalam diri, serta melahirkan rasa sedih berkepanjangan. Kita disakiti oleh pikiran kita sendiri.
Dari perasaan-perasaan kita ini saja kita mampu belajar bahwa bersyukur adalah hal mewah.  Efek dari bersyukur adalah membuat hati merasa tenang.
Bukankah ini impian setiap orang? Orang-orang menginginkan hidup yang tenang, tetapi lupa bahwa kadang ketenangan dalam hidup diperoleh dari tenangnya hati.
 Ada rahasia di balik perasaan iri
“Kenapa ya dia yang kayak gitu bisa dapat banyak rejeki? Sementara, saya tidak.”
Hati-hati dalam mengatakan hal tersebut karena khawatir melahirkan kesombongan dalam hati karena merasa seseorang tidak pantas memperoleh sesuatu, sementara kita merasa kitalah yang seharusnya mendapatkannya.
 Apakah kita yang paling mengenal diri kita sendiri?
Allah akan menguji kita pada apa yang paling dipegang oleh hati.
Ujian yang kita alami boleh jadi mengisi ulang apa yang dalam hati kita.
Di satu sisi benar bahwa kitalah yang paling mengenal diri kita, tetapi jangan melupakan bahwa di sisi lain, Pencipta kitalah yang lebih tahu apa yang paling tersembunyi dalam hati kita.
Oleh karena itu, Allah mampu menguji kita dengan apa yang paling dipegang oleh hati kita.
Melihat dengan sudut pandang yang berbeda bahwa ujian adalah jalan untuk dekat pada-Nya. Contohnya sudah banyak pada kisah-kisah Nabi terdahulu yang kita ketahui begitu banyak doa-doa para nabi yang mengungkap ketidakberdayaan diri.
Allah yang paling kenal dengan diri kita, bukan diri kita sendiri. Bukankah kita sering bingung tentang perasaan yang kita rasakan? Tentang emosi yang tak kunjung mereda? Tentang solusi yang tak kunjung datang?
Dia membuat kita tidak berdaya agar kita sadar kita adalah hamba. Jika kita bisa bukan karena kita mampu, tetapi karena Allah yang memampukan.
Saking mudahnya masa kini setiap orang berkoar-koar tentang apapun yang mereka ingin bagikan, pernahkah bertanya dalam diri, “Apa lagi rahasia yang hanya aku dan Allah saja yang tahu?”
Dalam mengenal batasan diri, ada dua ranah. Pertama, ranah usaha. Kedua, ranah yang Allah lebih tahu. Pada ranah kedua ini meliputi ujian. Alih-alih protes pada-Nya, bukankah lebih tenang ketika memikirkan hikmah di baliknya. Meski terkadang hal yang tidak enak bernama ujian itu, makna di baliknya belum kunjung ditemukan, namun terkadang Allah perlihatkan pada nanti saatnya.
Catatan Sharing bersama Mba Sarita dan teman-teman
Sumber gambar: Pexels
Bogor, 4 April 2023
157 notes · View notes
udien-nasionalis · 6 months
Text
Hiduplah dengan indah dan bahagia setiap hari tanpa alasan dan kepastian,
Karna kamu sudah di beri suatu kesempatan hari ini dan akan hilang suatu kesempatanmu di kemudian hari.
-udiennasionalis
4 notes · View notes
in-syirah · 2 years
Text
Keutamaan membaca dua ayat terakhir surah Al Baqarah
Bagaimanapun lelahnya harimu, jangan lupakan membaca dua ayat terakhir surah Al-Baqarah sebelum terlelap di malam hari.
Allah Ta'ala berfirman:
اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِا للّٰهِ وَمَلٰٓئِكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ ۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَا لُوْا سَمِعْنَا وَاَ طَعْنَا غُفْرَا نَكَ رَبَّنَا وَاِ لَيْكَ الْمَصِيْرُ
"Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya. Dan mereka berkata, Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali." (QS. Al-Baqarah : 285)
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَا قَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَا عْفُ عَنَّا ۗ وَا غْفِرْ لَنَا ۗ وَا رْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰٮنَا فَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." (QS. Al-Baqarah : 286)
Membaca dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah, mengingatkanmu untuk kesekian kalinya, bahwa bagaimanapun lelahnya hari yang kamu jalani, dan keadaan apapun yang Allah tetapkan untukmu, adalah sesuatu yang terbaik dan Allaah telah pertimbangkan bahwa yang demikian telah sesuai dengan kesanggupanmu menurutNya. Percayalah.
Disebutkan dalam hadis dari Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas menunjukkan tentang keutamaan membaca dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah.
Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan bahwa makna hadis bisa jadi dengan membaca dua ayat terakhir surah Al-Baqarah akan mencukupkan dari shalat malam. Atau orang yang membacanya dinilai menggantungkan hatinya pada Al-Qur’an. Atau bisa pula maknanya terlindungi dari gangguan setan dengan membaca ayat tersebut. Atau bisa jadi dengan membaca dua ayat tersebut akan mendapatkan pahala yang besar karena di dalamnya ada pelajaran tentang keimanan, kepasrahan diri, penghambaan pada Allah dan berisi pula doa kebaikan dunia dan akhirat. (Ikmal Al-Mu’allim, 3: 176, dinukil dari Kunuz Riyadhis Sholihin, 13: 83).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan tentang keutamaan dua ayat tersebut ketika dibaca di malam hari, “Ketahuilah, kedua ayat ini jika dibaca di malam hari, maka akan diberi kecukupan. Yang dimaksud diberi kecukupan di sini adalah dijaga dan diperintahkan oleh Allah, juga diperhatikan dalam doa karena dalam ayat tersebut terdapat doa untuk maslahat dunia dan akhirat.” (Ahkam Al-Qur’an Al-Karim, 2: 540-541).
Note : sebagian tulisan bersumber dari web rumaisho.com
193 notes · View notes
muntahanega · 1 year
Text
Pada ketertarikan yang dirancang untuk hidup bersama selamanya, apa siap jika tak sesuai rencana?
Lambat laun kita akan dan perlu sadar, ”Bahwa nyata tak selalu sama pada rencana”.
Sebab pilihan Allah adalah sebaik-baik-Nya, maka yang kita butuhkan hanyalah percaya.
112 notes · View notes
imgie54 · 7 months
Text
Apapun baik maupun buruk gelar yg di sematkan orang lain kepadaku, aku hanya bisa bermuhasabah. Toh setiap orang bisa jadi jalan Allah untuk memberi kebaikan kepada orang lain maupun sebaliknya.
7 notes · View notes