Hajj’s diary: The Beginning
Bismillahirrahmanirrahim :)
Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Akhirnya setelah sekian lama, diberikan keinginan untuk update cerita Tumblr tentang cerita saat berhaji. Niatnya hanya ingin berbagi, karena itu, nanti akan jarang ada foto diri, karena memang ingin menyimpan memori untuk diri sendiri (syukur-syukur kalo ada yang baca dan ada manfaatnya). Oke, bismillah, kita mulai.
Prolog
Tahun 2012, alhamdulillah ibunda tercinta dapet rejeki nomplok dari hasil warisan orangtuanya, dan bapakku tercinta kemudian menyarankan uangnya digunakan untuk buka tabungan haji. Bank yang kami tuju waktu itu Bank Muamalat (BM), karena BM ini merupakan bank syariah pertama di Indonesia dan mumpuni dalam mengurus dana haji. Setelah didaftarkan, bank langsung mengeluarkan surat tanda pendaftaran dan juga nomor urut pemberangkatan dimana kami diberi antrian tunggu 7 tahun, yaitu di tahun 2019.
Time flies, dan tahu-tahu bapakku heboh di akhir 2018, karena beliau ingat kita sudah diberi antrian haji di tahun 2019. Awal tahun 2019, akhirnya bapak ke Kementerian Agama Kota Cimahi untuk konfirmasi keberangkatan, dan alhamdulillah memang sudah ada di list nama yang diberangkatkan. Disinilah keseruan (dan juga sumber ke-uring-uring-an kami) dimulai.
Kelompok Bimbingan Jamaah Haji
Awalnya, kami dikenalkan dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Baiturrahim, dengan pimpinan dan juga pembina kami kelak di Tanah Suci, Pak Hj. Asep Sopandi, yang alamatnya di Cimahi Selatan. Bimbingan dijadwalkan diadakan setiap Minggu, mulai pukul 9 pagi hingga menjelang Dzuhur. Anggota KBIH Baiturrahim ini ada sekitar 50 orang, dan kami semua cenderung kalem. Ya, yang heboh ada juga sih. Anyway, so far sebelum memulai ibadah haji, bimbingan memang sangat diperlukan. Buat apa sih ada KBIH?
1. Pengenalan Ibadah Haji, makna, dan esensi. Sayang banget kalo makna ibadah haji hanya sebatas “menjalankan rukun Islam yang kelima”. Hajj is way more than that. Sepengetahuanku yang terbatas, ada banyak pesan tersirat dalam ibadah haji yang tidak hanya membahas masa lalu, tapi juga sangat baik untuk menjalani masa depan. Misalnya, mendalami kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, sekaligus mendalami kesulitan-kesulitan yang kita hadapi nanti, dan apa hikmahnya untuk kehidupan di masa depan muslim/muslimah.
2. Jalur komando pemerintah sebagai regulator ibadah haji dan umrah. Bayangkan ada 3 juta manusia tumpah ruah di lokasi yang sama, dan tanpa pengelompokkan yang sistematis, pasti akan ada simpang siur. Ibadah haji adalah ibadah yang inklusif; penderita penyakit parah macam penyakit jantung aja masih bisa ikut (kecuali yang _damage-_nya besar ya, misal TBC, Paru-paru, cuci darah, dst), sehingga dibutuhkan informasi yang akurat per jamaah. Jadi ketika ibadah raya dijalankan, ada SOP dan kegiatan preventif yang bisa dijadikan basis bagi regulator untuk perawatan dan meminimalisasi kekacauan. Setiap jamaah diberikan gelang pengenal yang HARUS selalu dibawa kemanapun kita berada, bahannya dari semacam perak. Jadi, kalo pait-paitnya kita hilang atau pendamping kita hilang, tinggal samper pos Indonesia terdekat atau pos pengamanan haji terdekat, nanti bisa diarahkan untuk pulang ke tenda masing-masing. Ya, baru paham ini pas udah sampe di Mina.... Mina gede banget boook!
3. Memudahkan urusan administrasi. Meskipun kadang informasi di grup itu simpang siur, tapi seringkali sangat memudahkan. Administrasi untuk jamaah haji banyak sekali, misalnya
daftar ke Kemenag setempat dengan dokumen a, b, c, d;
pengurusan visa yang _wallahi, _karena butuh biometrik langsung di agen yang ditunjuk sama utusan Saudi, namanya Visa Tasheel, dan ini ngga semua ada di wilayah NKRI, jadi butuh jadwal per kloter/wilayah/pulau;
pengaturan kloter dan rombongan;
administrasi pembayaran dan per-akomodasi-an (termasuk aturan pembagian koper, warna tali koper, dan hal perintilan lainnya, dan
pemeriksaan kesehatan. ini yang wajibbbbb banget ada, dan penting banget. Jujur, cukup salut dengan poin ini karena bertahun-tahun pengalaman dengan jamaah haji, kepastian sehat ini sudah terukur dengan seksama. Misal, sehat tok, atau sehat dengan syarat dan ketentuan tertentu.
4. Sarana silaturahmi bagi sesama jemaah. Yah, manusia mau gimanapun akan lebih nyaman berpergian dalam kelompok. Tapi kan tetep harus saling kenal dulu dengan individu masing-masing di kelompok itu. Dengan kegiatan bersama yang kurang lebih makan waktu sekitar 4 bulan, jamaah akan mulai menyesuaikan diri dengan karakter masing-masing dan menemukan rasa nyaman dan aman, semacam “ini nanti teman-temanku yang akan bareng sebulan setengah bersama di Tanah Suci”. Best way to comfort ourselves in the middle of unknown place. Plus jadi kenal sama emak-emak sepuh hebat pejuang haji yang walaupun secara fisik terlihat mungil, tapi motivasinya untuk berhaji wah jangan ditanya. Anak muda mungkin kalah.
Jadi, intinya KBIH bisa membantu menyampaikan informasi untuk hal-hal di atas. Dan, tentunya KBIH adalah “rumah” kita di Tanah Suci, identitas jamaah nantinya akan berkaitan dengan KBIH nantinya, kecuali memang jamaah tersebut mendaftarkan diri secara mandiri ke Kemenag ya. Beda cerita.
Tes Kesehatan Jamaah Haji
Dimulai dari lima bulan sebelum keberangkatan, jamaah diminta memastikan kesehatannya di Puskesmas domisili dengan membawa bukti pemeriksaan. Pemeriksaan di Puskesmas dilakukan dua kali. Biasanya, di pemeriksaan pertama akan ketahuan ternyata ada penyakit-penyakit tertentu. Nantinya, hasil ini bakal ngebantu Dinkes untuk penempatan jamaah di kategori tertentu, dinamakan RISTI (Resiko Tinggi). Dan tentunya, hasil pemeriksaan dan diagnosis ini bisa bantu jamaah yang ketahuan ada penyakit untuk mengurangi resiko dulu dengan pengobatan intensif dari dokter. Oiya, ibu hamil dilarang berangkat juga, jadi antriannya ditangguhkan ke tahun depannya.
Selain itu juga, hasil dari pemeriksaan ini nanti bisa dijadikan patokan untuk tes jasmani berupa jalan/lari dengan waktu tertentu, dengan tabel-tabel yang hanya dokter dan Tuhan yang tau artinya. Tapi akunya juga males nyari tau sih hehe, intinya kayak grafik hubungan waktu tes jalan/lari dengan detak jantung dan tekanan darah gitu hehe. Tapi hasil tes jasmani ini ngga terlalu ngaruh sih ke berangkat/tidaknya jamaah.
Setelah dinyatakan istito’ah atau mampu secara kesehatan, jamaah akan diberikan suntik meningitis dari Puskesmas dengan harga 150 ribu rupiah, yang maksimal diberikan dua bulan sebelum berangkat.
Sudah bimbingan, sudah istito’ah secara kesehatan, artinya bisa pelunasan.
Pelunasan bisa dibilang salah satu sistem canggih hasil proses administrasi haji bertahun-tahun sih. Jadi, sistem bank ini terhubung dengan Puskesmas domisili jamaah ya. Apabila Puskesmas sudah menyatakan OK, Bank akan memproses pembayaran dari jamaah. Jadi, jamaah nggak bisa ngadi-ngadi nih; padahal ngga boleh berangkat, eh kok malah maksain mau berangkat padahal kesehatan tidak mumpuni.
Pelunasan tergantung sama harga total yang ditentukan pihak Saudi per tahun. Biasanya, pemerintah Indonesia memberikan subsidi juga, untuk tahun 2019, subsidi yang diberikan sampe loh 50% dari harga yang dikasih Saudi. Masya Allah tabarakallah. Total pembayaran tahun 2019 adalah Rp35.250.000
Nantinya, sebelum keberangkatan, uang pelunasan jamaah akan diberikan kembali dalam bentuk Riyal sebesar 1,500 SAR (eqv. 5 juta Rupiah). Yah, mayan kan buat beli makan pagi sama belanja oleh-oleh. Ehehe ehehe
Visa Tasheel
Ini nih ribet, wkwk. Jadi, mulai tahun 2018, pihak Saudi hanya menerima jamaah haji dan umrah yang punya visa biometrik. Dan biometrik ini hanya diserahkan sama agen yang ditunjuk Saudi secara spesifik, namanya Visa Tasheel. Sedangkan, nggak semua wilayah di Indonesia punya perwakilan Visa Tasheel. Di Bandung sendiri, Visa Tasheel ini ada di ex-BE Mall di Jalan Naripan, yang bahkan letaknya di lantai yang kosong melompong. Untungnya, di bawah ada food court nya juga sih hehe.
Visa ini diurus secara kolektif dari Kemenag domisili, yang pengurusannya dibantu oleh KBIH. Ceritanya adalah sebelum berangkat, eke mau ngonser dulu bok di Bangkok, kan sayang ya jarang-jarang BTS buka konser di ASEAN. Eh, keburu paspornya harus dikumpulin. Ndilalahnya, jadwal biometrik Cimahi pas banget seminggu sebelum konser, dan paspor kan otomatis jadi syarat bikin biometriknya. Alhamdulillah, negosiasi sama pihak Kemenag, paspor yang udah dikumpul boleh diambil dulu, dan nanti dikembalikan lagi, dengan syarat ada surat pernyataan. Deg-degan banget waktu lagi biometrik, doa kenceng-kenceng supaya si Bapaknya ngga lupa sama pasporku. Eh, pas udah beres biometrik, pasporku sudah di tanganku lagi :’) Right away after the concert, sampe Bandung, seminggu kemudian paspornya langsung dibalikin ke Kemenag. So happy! Shoutout to Pak Agus Kemenag Cimahi yang kasih solusi!
Balik lagi ke sistem Tasheel ini, pas musim haji, perwakilan Tasheel langsung buka beberapa kantor lagi di beberapa kota di Indonesia. Tapi, ya..... jamaah dari daerah yang ngga ada perwakilan Tasheel nya mau ngga mau harus ke kota-kota perwakilan itu. Bayangin, ada yang sampe terbang dari Ambon ke Makassar buat daftar biometrik. Di Bandung aja, pas jadwal kita biometrik, bareng sama ratusan jamaah Kab. Subang yang dateng kolektif pake bis. Masya Allah ya... usaha mau bertandang ke rumah Allah tuh :’)
Hopefully soon, this administration will easily reachable for other jamaahs outside major lands too.
--
Oke, setelah semua-semua-semua administrasi selesai, koper dibagikan beserta kelengkapan jamaah yang lainnya, misalnya _nametag, _gelang jamaah, koper besar dan koper kecil. Nantinya, koper besar dikumpulkan ke KBIH H-7 sebelum keberangkatan, untuk meminimalisasi kekacauan di hari-H. Di hari-hari ini nih berita-berita keberangkatan mulai seliweran, dan pastinya kita ikutan deg-degan dan nggak sabar :’)
Mecca and Madina, please be kind to me :)
6 notes
·
View notes
“لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ”.
“اللَّهُمَّ اهْدِنَا بِالْهُدَى، وَزَيِّنَّا بِالتَّقْوَى، وَاغْفِرْ لَنَا فِي الْآخِرَةِ وَالْأُولَى”.
“ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ وَعَطَائِكَ رِزْقًا طَيِّبًا مُبَارَكًا”.
اللَّهُمَّ إِنَّكَ أَمَرْتَ بِالدُّعَاءِ، وَقَضَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ بِالِاسْتِجَابَةِ، وَأَنْتَ لَا تُخْلِفُ وَعْدَكَ، وَلَا تَكْذِبُ عَهْدَكَ، اللَّهُمَّ مَا أَحْبَبْتَ مِنْ خَيْرٍ فَحَبِّبْهُ إِلَيْنَا، وَيَسِّرْهُ لَنَا، وَمَا كَرِهْتَ مِنْ شَيْءٍ فَكَرِّهْهُ إِلَيْنَا وَجَنِّبْنَاهُ، وَلَا تَنْزِعْ عَنَّا الْإِسْلَامَ بَعْدَ إِذْ أَعْطَيْتَنَا”.
رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ.
رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ.
رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ.
رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا.
رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.
لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد، وهو على كل شيء قدير.
لبيك اللهم عفوا وعافيه لبيك اللهم اجابةً بعد اجابه لبيك رضًا وحُسن خاتمه لبيك ربّي وإن لم أكن بين الحجيج ملبيًا.
53 notes
·
View notes