Tumgik
#bacaan remaja
natasiwi · 4 months
Text
Kemarin di FYP TikTok ku lewat video mbak-mbak sedang menikmati hari-harinya baca bacaan yang nggak bosen untuk dibaca berulang: teenlit. Seketika wisata masa lalu. Esti Kinasih, Luna Torashyngu, Ilana Tan, Ken Terate adalah beberapa penulis teenlit yang dulu memenuhi rak perpus SMP. Teenlit di perpus selalu laku terutama buat para rematri ya termasuk aku. Selain perpus SMP ada tempat penyewaan buku, komik, dvd yang dikenal dengan nama "Ninin" selalu sedia judul-judul novel, teenlit, fiksi yang nggak ada di perpus. Kalau bisa rental ngapain harus beli yakan? :p
Dari sekian teenlit yang pernah ku baca, ada satu judul yang sampai sekarang kalau diingat-ingat isi ceritanya tetap membuat efek perut dipenuhi kupu-kupu. Judulnya "A Little White Lie" karya Titish AK. Teenlit ini pernah diangkat juga ke layar kaca, cuma ya tetap seru teenlitnya. Imajinasi di kepala tentang Ocha dan Adit lebih seru daripada di layar kaca rupanya.
Dulu, baca 1 judul teenlit sehari selesai. Mungkin karena bahasa yang dipakai sederhana, minim diksi, dan terasa lebih seru karena relate dengan kehidupan remaja. Tapi, se-seru apapun baca teenlit ternyata ada juga yang mencemooh. Dibilang nggak keren karena yang dibaca bukan novel-noval sastra.
Sebagai anak yang menginjak usia kurang lebih 16 saat itu agak njumbul dengan pendapat beliau dan jadi nggak respect *peace*. Padahal mah, semua itu soal selera ya nggak sih? Ada yang lebih doyan baca manga daripada baca novel, ada yang lebih senang tenggelam di novel sastra daripada teenlit, ada yang lebih merasa senang baca teenlit, ada juga yang nggak suka baca buku yang terlalu banyak pakai diksi, ada yang nggak suka dengan buku penulis xyz, ada yang lebih milih baca buku pelajaran daripada novel, dll. Persoalan selesai. Toh teenlit atau novel fiksi yang dianggap remeh itu juga nggak seremeh itu lho. Apa dianggap kurang ngasih "cerita yang berbobot"? Padhal ada bukunya Orizuka yang The Truth About Forever yang ngasih insight tersendiri buat pembacanya.
Huft.
(Gambar hanya pemanis ya maniesz :3)
Tumblr media
8 notes · View notes
kamilapermata · 1 year
Text
Orang Tua yang Baik
Saat kecil, aku heran kenapa ibuku suka nonton ceramah atau kajian Islam di TV. Apa sih serunya nonton ceramah? Aku juga heran kenapa setelah melakukan salat wajib, ibu menambahnya dengan salat rawatib. Kenapa ibu mau capek-capek menambahkan lagi salat sunah setelah melakukan salat wajib?
Bacaan Quran ibuku bagus. Ibu pernah menang lomba MTQ saat SMA. Ibu seringkali diminta untuk membaca Al-Quran saat ada acara keluarga atau acara pernikahan keluarga. Ibu juga pernah mengajar mengaji ibu-ibu lainnya, walaupun memang bukan di lembaga profesional. Kalau untuk yang ini, perasaanku lebih kepada kagum, kok bisa ya ibu membaca Quran dengan tartil dan enak didengar?
Kemudian di masa SMA, entah kenapa, perasaan untuk belajar agama lebih dalam tiba-tiba muncul dalam diriku. Aku jadi suka mendengar kajian, mulai menjalankan salat yang sunah-sunah, juga mulai belajar tahsin. Di masa kuliah, aku pun ikut organisasi keislaman di Salman yang membuatku pada akhirnya harus mengajarkan Al-Quran.
Jika dulu aku heran kenapa ibu suka nonton kajian di TV, sekarang aku merasakan bahwa mendengarkan kajian adalah hal yang menenangkan dan menjadi hiburan bagiku.
Di masa dewasa aku banyak melakukan apa yang dulu ibu lakukan. Dorongan untuk melakukan itu datang begitu saja. Lalu aku berpikir, bisa jadi berbagai kebiasaan baik yang mudah kita lakukan, bersebab dari orang tua kita yang dulu membiasakan diri melakukan kebaikan-kebaikan tersebut. Kita sebagai anak yang melihatnya setiap hari, kemudian merekam di alam bawah sadar, lalu kebiasaan itu akan muncul suatu saat.
Aku juga ingat, saat SMP aku selalu ingin mengikuti hal-hal yang sedang tren di kalangan remaja. Mulai dari gaya berpakaian, gadget, tempat jalan-jalan, film, lagu, hingga ingin juga merasakan punya teman dekat laki-laki (pacaran, ewh). Tapi saat SMA, tiba-tiba keinginan-keinginan itu hilang. Aku juga jadi tidak berminat punya pacar karena aku tidak mau ribet dengan drama percintaan remaja yang menguras emosi dan menghabiskan waktu. Kemudian suatu hari, ibu bilang padaku bahwa saat aku SMA, ibu sering mendoakan agar pergaulanku terjaga dan aku tidak pacaran. Ternyata, ketidakminatanku pada pacaran dan menganggap bahwa pacaran itu merepotkan, disebabkan oleh doa-doa ibu yang menjagaku.
Sekarang aku sudah menjadi seorang ibu. Ada banyak sekali teori parenting yang mendefinisikan bagaimana menjadi orang tua yang baik. Tapi dari berbagai teori parenting yang berbeda-beda itu, aku kini paham bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang taat pada Allah, yang banyak mendoakan anaknya, dan yang banyak bertaubat.
Pun sebagai orang tua, kita harus ingat bahwa kebiasaan buruk kita juga akan berdampak pada anak-anak kita. Maka jika suatu saat ada sikap anak yang tidak sesuai harapan, yang pertama-tama dikoreksi adalah diri kita sendiri. Yang pertama ditaubati adalah dosa-dosa kita sendiri.
Pada akhirnya, teladan dari orang tua yang ikhlas dalam beribadah dan penjagaan dari Allah-lah yang akan menjaga seorang anak agar selalu dimudahkan dalam menjalankan kebaikan dan ketaatan pada Allah.
---
"Bagaimana cara mendidik anak? Ibunya terus berusaha jadi baik dulu untuk Allah, karena anak-anak sangat membutuhkan doa ibunya. Anak tidak butuh ibu yang keren, cantik, gaul, famous. Anak butuh ibu yang mustajab doanya. Tapi kalau ibunya suka maksiat seperti masih suka ngomongin orang, kepo sama urusan orang lain, seneng kalau lihat orang berantem, suka ngomporin bukan ngademin, lisannya yang keluar kata-kata yang tidak baik, apa iya Allah mau mengabulkan doa dari lisan yg tidak baik? Ibu juga harus jadi seseorang yang bisa dipercaya oleh anaknya, yang selalu ada di setiap keadaan, agar anak menjadi cinta. Sebab bukankah kita akan mudah mengikuti siapapun yang kita cintai?" (Umi Tavi Alhasani)
"Sesungguhnya dosa orang tua itu sangat berefek kepada anaknya. Maka kita kembalikan lagi pada surat Al Ahqaf ayat 15, kita menjumpai ketika kita memohon pada Allah wa aslih li fi zurriyyati, maka kata setelahnya adalah inni tubtu ilaika 'saya bertaubat ya Allah'. Orang tua yang hebat itu bukan yang tidak melakukan kesalahan, tapi yang banyak bertaubat kepada Allah terhadap dosa dan kemaksiatan yang pernah dilakukan. Karena taubat itulah yang akan memutus mata rantai kemungkinan dosa yang pernah dilakukan orang tua menurun pada anaknya. Karena tidak ada yang mampu memutuskan mata rantai dosa dan kemaksiatan yang dilakukan orang tua untuk tidak turun kepada anaknya kecuali atas kehendak Allah. Dan itu tidak bisa kita dapatkan sampai kita bertaubat kepada Allah." (Ust. Oemar Mitta)
7 notes · View notes
atifadhilah · 1 year
Text
Tentang rindu.
Pada langit malam ramadhan yang begitu syahdu, aku ingin menceritakan sesuatu tentang rindu. Tentang keidealan suatu kondisi yang menunggu temu.
Tumblr media
Aku rindu dan senang kala melihat bapak bapak atau pria separuh baya atau bocah bocah yang bersemangat berlarian ke mesjid kala adzan berkumandang. Aku rindu kala ibu ibu dan remaja perempuan kini rajin mengaji dan menimbang ilmu. Aku rindu kala bayi balita mulai dikenalkan kedua orangtuanya tentang agama, dibawa ke mesjid dan diperdengarkan bacaan kitab suci-Nya, diajarkannya membaca dan meraih banyak ampunan dan pahala.
Aku rindu harmoni kala masing-masing individu berlomba-lomba menghidupkan malam-malam itu. Malam dimana orang-orang bermunajat dan memohon ampunan dan rahmat terbaik. Malam dimana air mata rela jatuh sambil bertaubat meminta ampun atas dosa-dosa yang telah lalu. Ya, Rabb, betapa aku rindu.
13 notes · View notes
Text
Mencintai Buku, Sejak Kapan?
Tumblr media
Biasanya, pertanyaan yang sering didapatkan oleh pecinta buku adalah "Buku apa yang pertama kali membuatmu jatuh cinta pada dunia perbukuan?"
Sejujurnya, jika pertanyaan itu ditujukan padaku, aku dengan sangat yakin menjawab, "Aku tidak tahu." Aku bahkan tidak ingat buku pertama yang bisa aku baca itu buku apa. Aku juga tidak ingat bagaimana awal mula aku bisa jatuh di dunia perbukuan yang bagiku tidak ada jalan keluarnya ini.
Bagiku, sejak aku bisa mengingat, hal yang aku tahu hanya aku suka buku, aku suka menghabiskan waktu bermainku di dalam rumah sambil membaca atau dibacakan buku oleh ibuku. Berbicara tentang ibu, tentunya dia sosok yang sangat berperan besar dalam hobiku ini. Dengan kondisi geografis tempat itnggal kami yang kurang mendukung, ibuku benar-benar berhasil membuatku mencintai buku.
Aku tinggal dan tumbuh di desa daerah pesisir Jawa Timur paling utara. Benar-benar daerah paling ujung. Hence, the name of the village itself. Alhasil, akses buku waktu itu sangat terbatas. Ada pun, hanya buku pelajaran. Atau kalau sedikit beruntung, akan ada bazar buku di sekolah dengan deretan buku mulai dari Sari Kata, Pepak, atau buku tentang siksa neraka.
Aku ingat kalau ayah dan ibu ke kota sebab ada urusan satu dan lain hal, mereka pasti menyempatkan mengajakku mampir ke toko buku. Salemba, nama toko bukunya. Gerai toko buku yang ada di salah satu mal di kota. Jangan harap ada Periplus atau Gramedia, Togamas yang cabangnya di mana-mana saja tidak ada.
Selain kondisi geografis domisili yang tidak mendukung, keadaan ekonomi keluarga kami pun pas-pasan. Alhasil, jatah jajan bukuku juga amat terbatas. Dalam sekali beli, aku hanya boleh membawa pulang maksimal 2 buku. Itu juga ayah dan ibu belum tentu sebulan sekali pergi ke kawasan kota. Dari dulu sampai sekarang pun, rupanya buku masih menjadi sebuah barang yang dimiliki oleh orang-orang yang punya privilese.
Alasan lain aku bisa menyukai buku sebegininya adalah sifat ayahku yang cenderung protektif saat aku masih kecil. I rarely went outside playing with my friends. Jadi, kompensasi darinya adalah mengenalkan hobi baru yang bisa aku nikmati di dalam rumah.
Selain buku yang dibelikan ayah dan ibu itu, aku juga mengoleksi buku cerita seukuran buku saku yang aku dapat dari susu kemasan yang rajin aku minum. Forget Majalah Bobo, forget KKPK, I didn't have any idea about those things.
Saat beranjak remaja, aku mulai bisa memahami bacaan dari majalah islami yang ayah koleksi. Meskipun yang kucari hanya bagian cerpen di dalamnya, aku selalu rajin membaca satu persatu majalah berjudul Mimbar itu.
Di masa remajaku ini, aku juga mulai rajin membaca kisah-kisah inspiratif sufi. Lalu meluas ke genre nonfiksi terkait biografi, sejarah, dan keislaman. Aku masih ingat, saat aku duduk di bangku MTs itu, ada satu buku yang membekas sampai sekarang. Buku itu satu dari sekian buku yang dibawa oleh salah satu siswa ayah yang sudah bekerja di luar kota. Judulnya Gus Dur: Perjalanan Hidup Sang Guru Bangsa.
Saat itu, tidak hanya buku ayahku yang bertambah, koleksi buku dari om dan mas sepupuku pun bertambah. Mereka sering pulang membawa buku kisah sufi dan novel islami. Aku ingat karena saking aku kehabisan bahan bacaan, aku nekad membaca Ketika Cinta Bertasbih milik omku. Setelah kubawa ke mana-mana, khatam juga 2 buku itu meskipun dalam waktu yang tidak singkat.
Bertambah usia, akses buku mulai lebih mudah saat aku di bangku SMA. Aku bisa meminjam buku dari para teman di ma'hadku. Bahkan aku juga pernah pergi ke Salemba dengan beberapa temanku, lalu sengaja membeli buku yang berbeda agar kami bisa saling meminjam.
Masa kuliah, tentunya akses buku semakin lebar dan mudah. Hidup di perkotaan sangat mendukung hobiku ini. Genre bacaanku pun mulai meluas. Yang mulanya hanya kenal Teen-lit dan romansa, aku pun mulai merambah ke fiksi sejarah, puisi, dan roman (yang satu ini akibat tuntutan mata kuliah).
Hobiku ini mulai terfasilitasi lebih baik lagi saat aku sudah bekerja. Meskipun budget buku masih tetap harus dibatasi, setidaknya sekarang aku bisa mengakses buku lewat beberapa platform digital berkat sekitar tiga tahun lalu aku mulai mengenal dunia booktwt. Aku juga mulai aktif mengikuti komunitas perbukuan baik secara daring maupun luring.
Sampai aku menulis unggahan ini, rasanya aku masih tidak bisa menaksir sejak kapan aku mencintai buku. Aku sudah lama berteman dengannya, dan kekhawatiranku setiap harinya adalah "Apakah pertemanan kami ada tanggal kedaluwarsanya?"
6 notes · View notes
arinailma · 2 years
Text
Tumblr media
Belajar dari mengajar
Sebenarnya bukan mengajar sih, lebih ke menemani ibu-ibu yang MasyaAllah semangat belajarnya masih berapi-api. Belajar ngaji, walaupun seayat demi seayat. Walaupun patah-patah, terbata-bata, tetep keukeuh "kalo misal ada yang salah tolong dibenerin ya mbak". Sambil senyum aja manggut-manggut, ya ga mungkin kan saya bilang "dari tadi udah banyak yang salah buk!" Wkwkwk cuma ketahan di hati, ga tega harus banyak islah, walaupun sebenarnya yang bener yang kayak gitu. Tapi, gapapa kita pelan-pelan aja dulu ya buu.
Jadi ceritanya, kegiatan ini rutin tiap minggu setiap malem sabtu habis isya. Aku sebagai anak laju sebenernya gabisa, tapi udah hampir sebulan alhamdulillah bisa hadir gara-gara ngepasin acara yang mengharuskan nginep di rumah/kos temen. Iya itu juga baru dimulai 3 minggu yang lalu sihh, jadi keitungnya juga baru pendatang.
Tapi MasyaAllah ga nyangka respon ibu-ibu nya sehangat itu. Siapapun yang dateng dari mbak-mbaknya, asal dia mau ngajar ngaji bakalan selalu diterima. Waw. Efek aku ga pernah keluar rumah dan sebenernya juga ga tergolong remaja kampung yang aktif dan dikenal masyarakat. Agak merasa bersalah juga si aku, desa sendiri ga diurus kok malah ke desa orang lain:v
Sistem ngajinya kayak dikelompokin per lancar belumnya baca Al-Quran, jadi ada 3 kelompok : Al-Quran belum lancar, Al-Quran lumayan lancar, sama iqra. Dua pekan ini aku megang kelompok ibu-ibu yang Al-Quran lumayan lancar, sebenernya lebih mudah si daripada kelompok yang lain, maksudnya kewajibanku untuk ngebenerin bacaan ga sesering tiap ada bacaan mad yang ga dibaca panjang terus yang panjang dibaca pendek gtuu wkwk.
Sebenernya aku kasian si sama ibu-ibu yang tiap ngajinya masih ngos-ngosan, masih raba-raba ini huruf yang mana ya, masih berhenti di sembarang tempat terus ngulang dan ngelanjutinnya terserah mau dimana. Pengennya belajar dari iqro' lagi. Kata umi, sistem pelevelan iqro' udah mantep banget. Dari iqro' satu sampai enam, itu udah cukup banget buat bekal terjun ke Al-Quran. Dengan syarat, belajar iqro' nya beneran belajar wkwk ga cuma sekali baca lewat terus lupa lagi. Tapi pegangannya terlanjur udah Quran. Jadi, ya gimana ya, saya juga bingung.
Oke jadi apa yang kamu dapat hari ini?
Emang ya ternyata gaada kata cukup untuk belajar, gada kata terlambat untuk belajar. Selama kita nggak memutuskan untuk benar-benar berhenti. Terutama belajar ngaji, belajar tentang islam, ya belajar semua hal yang bikin kita ngerasa lebih deket sama Yang Punya. Ibu-ibu di sini contohnya, usaha mereka untuk dateng habis isya sambil bawa Quran besar-besar, kumpul di satu majelis, terus baca giliran per ayat muter tiap kelompok. Tiap baca selalu menanti-nanti koreksi dari mbak-mbaknya yang padahal sebetulnya juga masih pada belajar. Salut asli.
Semangat untuk terus berprogres menjadi lebih baik. Semangat untuk terus membaca Al-Quran sampai bisa menemukan titik nyaman dan mau berlama-lama sama Al-Quran. Semoga masih ada kesempatan buat nemenin ibu-ibu ngaji lagi. Semoga Allah mudahkan ibu-ibu. Aamiin.
Malam berawan || Sabtu, 20 Agustus 2022
7 notes · View notes
suara-muslim · 1 year
Text
*Sawer Qariah, Bentuk Penghinaan Kepada Al-Quran*
Penulis: Fafida (Penulis Remaja)
Baru-baru ini viral di media sosial seorang qariah yang disawer oleh dua orang pemuda saat dirinya sedang mengisi acara Maulid Nabi Muhammad Saw.
Sang qariah merasa dirinya tidak dihargai, hanya saja pada saat yang sama di saat orang-orang tak beradab sedang menyawer, dirinya tidak bisa melakukan apapun lantaran dirinya sedang berada di hadapan kitabullah.
Kasus disawernya seorang qoriah tersebut jelas merupakan tindakan pelecehan yang amat bertentangan dengan adab saat mendengar Al-Quran. Pembacaan kitab suci telah disamakan dengan acara pesta musik norak yang penuh goyang senggol. Selain bentuk pelecehan juga tentu saja akan menodai kesakralan Al-Quran sebagai Kalamullah. Aktifitas ini jelas merupakan bentuk desakralisasi dan penghinaan terhadap kitab suci Al-Qur'an.
Aktifitas seperti ini tentu amat berbahaya karena umat akan semakin terjauhkan dari Al Qur'an. Mereka tidak akan menjadikannya sebagai sesuatu yang sakral yang berisi pedoman hidup, dan hasilnya kaum muslim akan hidup didalam aturan yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan bisa saja umat akan kembali ke sisi gelap jahiliah.
Paham sekularisme ini telah berhasil menjadikan umat tak lagi mementingkan agamanya. Apalagi paham kapitalis yang menilai kebahagiaan berdasarkan materi dan uang, seperti yang dicontohkan oleh dua pemuda yang menyawer qariah, bisa saja mereka berfikir bahwa saweran tersebut dianggap sebagai penghormatan. Dua pemuda itu mengira bahwa sang qariah bahagia mendapat saweran sebagaimana para biduan.
Kalau dibiarkan, hal nyeleneh ini tentu akan dianggap biasa. Mereka akan menganggap bahwa kitab suci bukan lagi hal yang harus disakralkan, namun hanya sebatas buku biasa.
*Al-Quran adalah Kitab Allah yang Harus Dimuliakan*
Al-Qur'an merupakan Kalamullah yang harus dihormati dan dimuliakan. Islam sendiri sebenarnya telah mengajarkan bagaimana baiknya seorang muslim bila didengarkan bacaan Al-Qur'an, yaitu dengan cara diam dan mendengarkannya dengan seksama.
Dan penghormatan terhadap Al-Qur'an tentu tidak cukup bila hanya diletakkan di rak teratas, menciumnya. Ataupun hanya menghafal dan membacanya saja. Namun juga mempelajari dan memahami isinya, juga mengaplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun selama umat masuk berada di lingkungan sekularisme dan kapitalisme, kaum muslim tidak akan bisa menghormati Al-Qur'an dengan sempurna. Tetapi justru malah terus-terusan dipengaruhi pikiran barat yang terus menggerus keimanan.
Umat membutuhkan Islam sebagai sistem kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk melindungi dan memuliakan Al-Qur'an.
_Wallahu a'lam_
Tumblr media
4 notes · View notes
azfairuza · 2 years
Text
Ulasan Buku: Bidadari Bermata Bening
Tumblr media
Judul: Bidadari Bermata Bening Penulis: Habiburrahman El Shirazy Penerbit: Republika Periode baca: 20220519-20220522
"Mas Afif, kau bilang akan menjagaku lebih dari menjaga dirimu sendiri. Kau akan menghormatiku seperti para nabi menghormati istri mereka. Bagaimana mungkin kau akan menjagaku, sementara kau tidak bisa menjaga dirimu, Mas?" -Ayna Mardeya-
Rasa-rasanya aku tertampar sewaktu membaca buku Kang Abik ini tatkala sampai pada ucapan Ayna di atas yang ditujukan kepada Gus Afif yang sedang terbaring lemah. Bagi manusia semacam diriku yang masih menjalani hidup sendiri ini, bila memang berniat untuk mengarungi waktu berdua dengan pasangan, lantas akhirnya memimpin, menjaga, melindungi dan menghormatinya dengan sungguh-sungguh, tentu aku juga harus mampu selesai dengan diriku sendiri. Mampu memimpin, menjaga, melindungi, dan menghormati diri sendiri. Kalimat Ayna tersebut nyatanya telah membangkitkan sebuah pesan bagiku untuk introspeksi. Ayna berhasil memaksaku menguatkan tekad untuk mampu berproses menjadi sosok yang lebih matang dan dewasa.
Itulah menariknya novel-novel karya Habiburrahman El Shirazy atau biasa disebut Kang Abik. Beliau mampu menyajikan tokoh-tokoh yang terasa sempurna, memiliki sifat-sifat yang luhur nan mulia, namun tidak menjadikan tokoh tersebut kurang relevan terhadap kehidupan sehari-hari. Malahan tokoh-tokoh tersebut tak jarang mampu menginspirasi dan dapat dijadikan teladan.
Sungguh, aku terpukau dengan pilihan tutur kata Gus Afif ketika berbicara dengan Ibunya, Bu Nyai Nur Fauziah. Meskipun Gus Afif sedang dalam kondisi yang berat serta berduka, dan jika dipikir-pikir juga terdapat kesalahan ibunya yang menyebabkan Ia harus mengalami kesedihan seperti itu, Gus Afif tetap ngajeni ibunya dengan menjaga adab dan sopan santun, berusaha agar tidak ada ucapan dan perbuatannya yang dapat melukai sang ibunda.
Begitu pula dengan kegigihan Ayna dalam bersabar menjaga dirinya serta ikhlas menerima takdir. Meskipun takdir dan cobaan bertubi-tubi datang menguji, kesabaran serta kecerdasan Ayna membuat ia tetap bertahan dan tidak melenceng dari prinsip hidupnya. Ia laksana Sinta yang sedang diculik oleh Rahwana, berusaha untuk menjaga diri dari noda, bahkan terus berkembang menjadi wanita yang lebih mulia. Dari kesabaran itu akhirnya muncul keberkahan-keberkahan dalam hidup Ayna.
Dari segi alur cerita, novel bercover mawar putih ini memiliki jalur cerita yang cukup umum seperti halnya kisah romansa. Dimulai dari adanya ketimpangan latar belakang, problematika restu keluarga, dipisahkan takdir, waktu, dan juga jarak, serta perjuangan agar bisa bersatu kembali. Beberapa bagian cerita memiliki tempo yang terasa cepat dan sepertinya masih dapat dielaborasi lebih lanjut. Selain itu, terdapat beberapa bagian yang menurutku tidak terlalu berperan besar dalam pembentukan alur cerita maupun karakter, misalnya saja kisah Neneng pasca pesantren. Bumbu-bumbu komedi bisa ditemukan dalam novel ini dalam jumlah yang wajar, sehingga tidak sampai mengubah genre novel menjadi romcom (romantic comedy).
Terlepas dari itu semua, bagiku buku ini sangat cocok sebagai bacaan di waktu senggang, ditemani segelas teh hangat (atau kopi) dan juga cemilan ringan. Gaya bahasa dan pemilihan diksi yang tidak berat, membuat novel ini bisa dibaca oleh remaja maupun dewasa tanpa harus mengernyitkan dahi.
Recommended!
NB: Terima kasih untuk @spamkata yang telah memotivasiku untuk menulis review buku seperti ini. Semoga setiap buku yang selesai dibaca, bisa dituliskan sebelum beranjak ke buku selanjutnya.
Pict by: bukurepublika.id
4 notes · View notes
bundaprazada · 5 days
Text
Memelihara Kebiasaan Membaca pada Anak
Membacakan buku di usia dini adalah hal yang mudah dilakukan, yang butuh komitmen dan usaha lebih adalah mempertahankan kebiasaan membaca sampai usia remaja bahkan dewasa, tanpa disediakan stok buku yang mumpuni, kebiasaan membaca buku lama kelamaan akan memudar bahkan hilang.
Saya bukan penggemar buku dari usia dini, tidak terfasilitasi juga, semangat membaca buku di diri saya naik turun bahkan seringkali hilang,
Saya pernah bertanya kepada seseorang yang terpapar buku dengan sangat baik bahkan dari kecil, dia bilang “mbak , memang kok kalau buku udah dibaca rasanya ga pengen ngulang apalagi di usia anak udah SD, dimana kemampuan membaca udah naik tingkat, baca buku dia zaman di Read Aloud -in baru buka judulnya masih ingat lohh ending ceritanya tuh gimana”.
Maka buku bacaan yang belum pernah dibaca harus ada stoknya, ga harus beli buku baru terus-terusan.
Itulah strong why saya seminggu sekali perlu nuker buku bacaan di perpustakaan.
Karena sepengen itu menjaga semangat membaca anak - anak yang sudah saya biasakan sejak ia masih bayi bahkan masih dalam kandungan, harapanya nanti udah dewasa bisa cari buku bacaan sendiri. Udah autopilot saat buku bacaan di rumah udah habis terbaca.
Masih ada perjuangan lain selain ketersediaan buku bacaan, yaitu kebiasaan supaya menjadi pembaca aktif , tidak sekedar aktif membaca .
Apa itu pembaca aktif?
Huaah rasa - rasanya ga selesai sampai dikenalin buku aja ya bu hahaha.. perjuangan orangtua memang tidak ada ujungnya. Namanya perjalanan panjang, akn berakhir saat titel orangtua udah selesai di dunia.
Kita lanjutkan di tulisan yang akan datang.
0 notes
qiftiyaa · 2 months
Text
falah
pernah di unggahan lalu, saya menyarankan sesekali untuk mencoba salat tarawih 1 juz. sendirinya, iya melakukan. tapi belum tentu khusyuk saat menjalani salatnya. rasa-rasanya salat khusyuk itu saat remaja. bawaannya ringan, senang, tenang, ga kepikiran apa-apa. mungkin karena masih usia muda, sehingga mudah saja melakukan salat (khusyuk).
mungkin akhir-akhir ini ada khusyuknya dan juga banyak ndliwarnya. seperti tiba-tiba bacaannya saya ucap berkali-kali, muter-muter. yang pernah mbulet baca surat alkafirun, cung! atau yang seharusnya bacaan untuk sujud terbaca di duduk iftirasy. atau bisa jadi tiba-tiba keinget ntar pake baju apa ya pas lebaran (ada banget ini, mah😭), dst.
saya tetiba ingin membuka kitab Mauidhotul Mukminin, karena ingat ada bahasan tentang salat, asroru-sholat (rahasia salat). sebuah kitab ringkasan dari kitab Ihya Ulumuddin. saya pikir saya akan paham maknanya setelah baca bagian tersebut. ternyata tidak semengerti itu juga. berikut yang saya tangkap sambil membaca artikel-artikel lain.
esensi salat adalah mengingat Allah. sesuai penggalan surat thoha ayat 14; wa aqiimush-sholata lidzikri. lebih lanjut lagi di surat almukminun ayat 1-2; qod aflahal mukminun. alladziinahum fii sholatihim khosyi'un. sungguh beruntung orang-orang mukmin. orang mukmin yang bagaimana? yang dalam salatnya mereka khusyuk.
kenapa menggunakan kata falah daripada kata fauza atau najah? karena falah memiliki makna beruntung/kemenangan orang mukmin di dunia dan di akhirat.
kalau dipikir lagi, sejatinya setelah salat, kita dijauhkan dari hal-hal munkar. kalau ternyata sepertinya masih dekat hal munkar, berarti mungkin salat(/sikap)nya kita perlu dibenahi.
jadikan falah sebagai tujuan salat.
wallahu a'lam bisshawab. semoga kita termasuk orang-orang yang falah :) @prawitamutia
sumber: kitab mauidhotul mukminin hal 23 Gus Baha bekas sujud falah, fauza, dan najah
1 note · View note
gaulislam · 2 years
Text
Rakyat Merana, Rakyat Sengsara
Rakyat Merana, Rakyat Sengsara
gaulislam edisi 776/tahun ke-15 (8 Shafar 1444 H/ 5 September 2022) Eh, semua rakyat merana dan semua rakyat sengsara? Nggak juga sih. Ini sekadar menggambarkan secara umum. Namun, tetap ditulis begini biar kamu juga ngeh kondisi rakyat kebanyakan. Beneran begitu? Kok banyak juga tuh yang merasa masih aman-aman aja. Meski harga BBM dinaikkan awal bulan ini, di siang menjelang sore hari, tetapi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
saatrenungan · 2 months
Text
youtube
Renungan 15Mar2024
Bacaan Injil Yoh 7;40-53
‘Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.” Yang lain berkata: “Ia ini Mesias.” Tetapi yang lain lagi berkata: “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.” Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia.Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuh-Nya.Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak membawa-Nya?” Jawab penjaga-penjaga itu: “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: “Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi?Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!”Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka:”Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?” Jawab mereka: “Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.” Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya,”
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan, seringkali kita menemukan inspirasi dari kisah-kisah yang menunjukkan ketekunan, keberanian, dan iman. Kisah yang tercatat dalam Injil Yohanes 7:1-2, 10, 25-30 menggambarkan bagaimana Yesus bergerak dengan keberanian di tengah kecurigaan dan ancaman terhadap hidup-Nya. Di sisi lain, bacaan pertama dari Kitab Kebijaksanaan 2:1a, 12-22 menawarkan kita perspektif tentang bagaimana kebenaran sering kali ditantang oleh dunia. Ketika saya membaca bacaan hari ini saya kembali teringat akan film "Gran Turismo" yang membuka wawasan bagaimana kita dapat menemukan keberanian dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan demi mewujudkan rencana Tuhan dalam hidup kita.
"Gran Turismo" adalah film yang diinspirasi dari kisah nyata, mengisahkan perjalangan seorang pemuda bernama Jann Mardenborough, yang mengubah hidupnya dari seorang gamer menjadi pembalap profesional melalui kompetisi Gran Turismo, sebuah simulasi balap yang sangat realistis. Jann adalah seorang remaja yang memiliki mimpi besar untuk menjadi pembalap, namun terkendala oleh kurangnya sumber daya dan kesempatan. Kesempatannya datang ketika ia memenangkan sebuah kompetisi yang diadakan oleh Nissan, yang mencari pembalap potensial melalui permainan video Gran Turismo.
Ketika kita melihat bagaimana Jann Mardenborough dengan berani melangkah dari dunia virtual ke arena balap nyata, kita diingatkan akan Yesus yang mengajarkan di Yerusalem: "Sesudah itu Yesus berkeliling di Galilea. Ia tidak ingin berkeliling di Yudea, karena orang-orang Yahudi mencari kesempatan untuk membunuh-Nya. Ketika sudah dekat hari raya Pondok Daun, saudara-saudara-Nya pergi ke situ untuk merayakan hari raya itu." (Yohanes 7:1-2, 10). Meskipun Yesus tahu bahaya yang mengintai, Ia tetap memenuhi misi-Nya, mengajarkan kita tentang keberanian menghadapi tantangan demi menjalankan rencana ilahi.
Lebih lanjut, ketika orang banyak mulai bertanya-tanya tentang identitas sejati Yesus, "Beberapa orang Yerusalem berkata: 'Bukankah ini Dia yang mereka cari untuk dibunuh? Lihat, Ia berbicara terang-terangan, dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepadanya. Apakah benar penguasa-penguasa tahu bahwa Dialah Mesias?'" (Yohanes 7:25-26) serta dalam bacaan pertama "Mari kita adili dia dengan penghinaan dan siksaan, agar kita tahu kesabarannya dan menguji ketegarannya." (Kitab Kebijaksanaan 2:19), kita melihat refleksi dari perjalanan Yesus yang penuh dengan ujian dan penderitaan, mirip dengan rintangan yang dihadapi Jann. Keduanya menunjukkan kekuatan, ketegaran, dan kepercayaan pada perjalanan masing-masing. Kita melihat bagaimana Yesus menghadapi ketidakpercayaan dan skeptisisme dengan kebenaran dan kejelasan, seperti halnya bagaimana Jann menghadapi keraguan dari orang-orang di sekitarnya tentang kemampuannya berubah dari gamer menjadi pembalap nyata seperti dikatakan Jack Salter “Nobody’s going to welcome you into this world. The other drivers, your pit crew, nobody wants you there”
Dalam setiap adegan perjuangan Jann di "Gran Turismo" dan setiap ayat dari Injil Yohanes dan Kitab Kebijaksanaan, kita diajak untuk merenungkan tentang arti keberanian, iman, dan tekad. Kita diingatkan bahwa dalam menghadapi tantangan, keberanian untuk tetap pada kebenaran dan kepercayaan pada diri sendiri dan rencana Tuhan untuk kita adalah kunci untuk mengatasi rintangan dan mencapai mimpi-mimpi kita.
Film "Gran Turismo" tidak hanya sebuah kisah inspiratif tentang meraih mimpi, tapi juga tentang bagaimana tekad, kerja keras, dan kepercayaan dapat mengubah kehidupan seseorang. Semoga kita semua dapat menemukan kekuatan untuk memperbaharui komitmen kita kepada nilai-nilai Kerajaan Allah, berjalan di jalan kebenaran dan kasih sayang, dan dengan demikian, menjadi saksi hidup dari kebaikan yang tak tergoyahkan di tengah dunia yang terus berubah. Ini adalah perjalanan iman kita bersama, satu langkah demi satu langkah, menuju pencapaian yang lebih besar dan kehidupan yang lebih penuh dalam cinta kasih Tuhan.
Berkah Dalem
0 notes
sekilasrasa · 3 months
Text
Teks kultum 2/2/24
(Salam, pembukaan, puji syukur, shalawat)
Teman-teman yang saya sayangi,
Sebelum membahas lebih jauh tentang literasi, aku mau jelasin sedikit tentang literasi itu sendiri. Literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis. perintah untuk membaca juga terdapat pada Alquran surat Al-alaq ayat 1 yang berbuny i"iqro "yang berarti "Bacalah"
Sedangkan menulis sendiri memiliki peran sangat penting dalam penjagaan keaslian isi Alquran. Sehinggga Alquran yang saat ini kita baca masih sama isinya dengan yang dahuku dibaca oleh Rasulullah.
Makanya literasi dinilai sebagai aspek yang sangatlah penting. Khususnya bagi kita para remaja dalam menghadapi zaman kemajuan teknologi.
Karena dianggap sangat penting, literasi pasti punya banyak manfaat dong! Beberapa diantaranya: 1. temen-temen bisa memperluas wawasan dan pengetahuan.
2. Membantu berpikir kritis untuk mengambil keputusan.
3. Mengasah kemampuan dalam menangkap dan memahami suatu bacaan.
Namun sayangnya, peringkat literasi siswa indonesia masih terbilang rendah. Seperti yang dikutip dari data  Programme for International Student Assessment tahun 2022, Indonesia termasuk dalam 11 negara yang memiliki tingkat literasi terendah. Terus kalau udah gitu gimana dong ngatasinnya?
1. kalian harus mulai dari diri sendiri dulu! Tetapin tujuan kalian mau supaya menjadi lebih termotivasi untuk membaca
2. Buatlah jadwal dan target untuk membaca
3. Carilah teman untuk diajak challenge atau sharing tentang buku yang kalian baca, hal itu tidak hanya bisa meningkatkan minat baca melainkan juga untuk beropini secara kritis nah sebelum ditutup, aku mau ngasih tau kalian nih dari bidang PIP PR IPM SMA MUHI, akan mengadakan sebuah program yang blablablabla_
0 notes
fdinotes · 4 months
Text
Review #39
Vita Sexualis
Penulis : Mori Ogai
Goodreads Rating : 3.36/5
Aku memilih untuk membaca buku ini karena mengingat karakter Mori Ogai si pemimpin Port Mafia dari anime Bungou Stray Dogs yang sudah kutonton. Membuatku penasaran, seperti apa karya dari orang yang karakternya dijadikan pimpinan di anime tersebut.
Buku ini menceritakan Kanai Shuzuka seorang profesor filsafat yang alih alih membuat tulisan filsafat sesuai keahliannya, justru memilih untuk menuliskan semacam otobigorafi tentang kehidupannya yang berkaitan dengan hasrat seksual yang dialami sejak kecil hingga ia dewasa. Ini ia lakukan karena ia merasa hasrat seksualnya berbeda dengan orang kebanyakan dan mempengaruhi kehidupannya, juga karena ia tak ingin menulis hal yang biasa ditulis oleh penulis lainnya. Ia juga berharap karyanya dapat dibaca dan diwariskan kepada keturunannya untuk lebih memahami dirinya.
Buku ini pernah dilarang beredar karena dianggap erotis dan memberi kesan buruk. Setelah membacanya aku tidak mengerti kenapa demikian. Cerita ini cukup ringan dan sangat mudah diikuti, dan aku tidak merasakan ada unsur vulgar atau erotis sama sekali dalam ceritanya. Kanai menceritakan pengalamannya seperti melihat buku dengan gambar aneh waktu masa kecilnya, mempunyai teman wanita, bertamu ke bar yang terdapat geisha, dan lainnya yang tidak ada sesuatu vulgar yang diceritakan. Kesimpulanku satu: pergeseran standar kesan erotis sejak zaman itu dan masa kini yang sudah berbeda.
Selain itu juga mungkin karena terdapat hal “amoral” yang terjadi pada Kanai semasa ia bersekolah di asrama, yaitu teman teman lelakinya yang melakukan pelecehan seksual kepada siswa siswa laki-laki lain yang dianggap lemah atau tampan di asrama tersebut dan perbuatan tersebut dianggap sebagai kenakalan remaja pada umumnya.
Secara keseluruhan, buku ini menarik untuk bacaan ringan tetapi sejujurnya tidak memberikan kesan mendalam untukku. Mungkin juga karena ekspektasiku untuk sastra jepang dari penulis ternama sungguh tinggi sebagaimana karya sasta jepang lama yang telah kubaca lainnya.
Depok, 30 Januari 2024, 5.00 PM
0 notes
divergensi · 4 months
Text
ULASAN : GADIS REMAJA
Bacaan ringan sekali duduk. Membaca buku ini rasanya seperti sedang menonton VLOG ADIML anak SMA jaman PD1; lucu, pemikirannya masih berkenaan denganku. Bukunya berjudul Gadis Remaja karya Dazai Osamu—dalam bahasa aslinya berjudul 女生徒 (Joseito) yang dipublikasikan pada 1933.
Tumblr media Tumblr media
Aku beli bukunya di sini: https://shope.ee/7fB7pYwVDr tapi berhubung aku anaknya juara satu dalam urusan membandingkan harga, jadi aku rekomendasikan kamu untuk beli di Kakatua saja: https://shope.ee/3VLYrkOvdt kenapa? Karena punya Kakatua ada tambahan 3 cerpen Dazai lainnya!
Tumblr media Tumblr media
Kisah Joseito ini betulan terkesan terlalu apa adanya, dan bisa dibilang "Hah? Plot? Apa itu plot?" Hehehe soalnya isinya seperti buku harian anak gadis tanpa nama yang menuangkan senandikanya seharian penuh mulai dari pagi saat membuka mata sampai malam ketika dia kembali menutup mata. Tipe bacaan yang kemungkinan hanya dinikmati si melankolis (?) karena tidak ada sensasi 'waku-waku' di sini. Tokoh utamanya tidak bahagia tapi juga tidak menderita, tidak miskin tapi tak kaya, tidak populer tapi juga tidak dibenci; gadis yang biasa-biasa saja. Biasa-biasa yang luar biasa biasa-biasa saja, tapi yang biasa-biasa begitu kesukaan aku. Aku tuh suka bacaan yang bikin aku merenung dan turut merasai pergelutan batin karakternya. Ya, betul! Tujuanku membaca karya fiksi itu untuk merasakan sesuatu dan menumbuhkan emosi. (HEH?) Dalam sehari, si gadis berulang kali menggerutu soal kejadian yang dia alami. Gerutunya acak, seolah mengajak tuk melihat jauh ke dalam perasaannya yang sesungguhnya; kesepiannya, kepengecutannya, kemunafikannya, perasaan ingin diterima di masyarakatnya, kegelisahannya, muramnya. Terus apa lagi ya? OH! BENAR! Soal terjemahannya. Diksi yang penerjemah pakai itu bukan diksi yang jarang digunakan dan jelas saja aku tahu. Tapi kok beberapa kali aku baca satu kalimat bisa sampai ngulang 3X karena gagal paham dengan maksudnya? NAH MENURUTKU, permasalahannya adalah kata yang terbolak-balik, ada juga yang pemborosan kata. Tapi itu bukan masalah besar, toh kepala kita bisa menyesuaikan, toh cuma beberapa kalimat saja. Kalau penasaran, kamu boleh mengintip CATATAN BACAANKU tapi konsekuensinya kena spoiler.
0 notes
suara-muslim · 1 year
Text
*Penyaweran, Aksi Desakralisasi Terhadap Alquran!*
Penulis: A.Mazaya. Z (Penulis Remaja)
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai al-huda (petunjuk) yang dibawa Nabi Muhammad saw untuk umat manusia. Setiap muslim mempercayai kebenarannya.
Akan tetapi belum lama ini viral di media sosial, seorang qariah yang disawer dua orang pemuda ketika membaca Al-Qur’an di Pandeglang, Banten (Hidayatullah, 5-01-2022).
Berkaitan tentang ini, Majelis Ulama Indonesia pun turut bicara. K.H. Cholil Nafis, melalui tweet-nya menyampaikan bahwasanya menyawer qari atau qariah merupakan cara yang salah dan tidak menghargai majelis. Bahkan, menurutnya, merupakan perbuatan haram dan melanggar nilai kesopanan.
*Desakralisasi Kitab Suci*
Sesuatu yang terjadi di video viral tersebut, merupakan tindakan yang berseberangan dengan adab mendengarkan Al-Qur’an. Melafalkan kalamullah disetarakan dengan melagukan lagu dangdut. Nilai kesucian kitab suci umat muslim pun menjadi ternoda. Aktivitas ini merupakan bentuk desakralisasi Al-Qur’an.
Kehidupan sekuler sepertinya telah menghancurkan keimanan. Sekularisme sukses membuat umat ini tidak lagi memprioritaskan agama. Standar materi yang khas pada pola pikir kapitalis pun telah meresap di hati kaum muslim. Dimana kebahagiaan sekedar dinilai dengan banyaknya uang. Seperti yang dicontohkan dua pemuda yang menyawer qariah. Saweran itu dianggap sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan bagi qariah. Dua pemuda tadi beranggapan, dengan saweran sang qariah bahagia sebagaimana para biduan.
Jika dibiarkan, aktivitas aneh ini dapat menetap di kalangan kaum muslim. Mereka sudah tidak menganggap Al-Qur’an sebagai kitab suci yang wajib dijaga kesuciannya. Namun, Al-Qur’an menjadi sebatas buku sebagaimana buku lainnya.
Aktivitas seperti ini amat berbahaya. Umat akan terjauhkan dari petunjuk yang lurus. Mereka tidak bakal menjadikannya sebagai pedoman atau petunjuk hidup. Akibatnya, kaum muslimin akan hidup dalam aturan bukan Islam. Parahnya, sisi gelap jahiliyah bisa kembali dan merusak umat muslim.
*Menghormati dan Memuliakan Al-Qur'an*
Islam sesungguhnya telah mengajarkan bagaimana seorang muslim bersikap saat diperdengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an.
Allah SWT berfirman,
Artinya: “Jika dibacakan Al-Qur’an, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah agar kamu dirahmati.” (QS Al-A’raf: 204)
Berdasarkan ayat di atas, sesungguhnya seorang muslim diperintahkan untuk diam dan mendengarkannya.
Seraya menyimak bacaan Al-Qur’an, dan mencoba untuk memahami dan mentadaburinya, hati akan tenang. Terutama jika memahami isi ayat itu, terdapat kisah luar biasa yang dibawa olehnya. Rasulullah dan para sahabat contohnya, selalu menangis ketika mendengar bacaan ayat suci Al-Qur’an.
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis, “Aku mendatangi Nabi saw dan beliau sedang salat. Dan pada kerongkongannya ada suara seperti suara air di periuk yang mendidih. Yakni, beliau menangis.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, dan An-Nasa’i. Hadits ini sanadnya kuat)
*Lingkungan yang Kondusif*
Salah satu cara mencegah desakralisasi Al-Qur’an bertambah luas adalah menciptakan lingkungan yang kondusif atau mendukung. Arti dari lingkungan yang kondusif adalah menyuasanakan lingkungan masyarakat, sekolah atau rumah agar dekat dengan Al-Qur’an.
Tetapi, kedekatan dan pensakralan Al-Qur’an tak cukup hanya dengan meletakkannya di rak, menciumnya, mendengarkan atau menghafal. Tapi wajib memahami isinya dan mencontohnya dalam kehidupan. Karena Al-Qur’an adalah petunjuk hidup. Sebagaimana janji Allah kepada umatnya ketika meneladani Al-Qur’an,
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS Al-Isra: 9).
“Dan Kami turunkan kepadamu Alkitab (Alquran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS An-Nahl: 89)
Ayat-ayat di atas merupakan petunjuk bagi umat manusia, untuk memperlakukan Al-Qur’an dengan cara terbaik.
*Khatimah*
Sepanjang umat ini masih berada pada lingkungan sekularisme dan kapitalisme, kaum muslim tidak akan bisa mensakralkan Al-Qur’an adengan sempurna. Bahkan, mereka akan terus dipengaruhi oleh pemikiran Barat untuk merendahkan Al-Qur’an, hingga terwujud desakralisasi Al-Qur’an dan umat jauh dari kitab sucinya.
Wallahualam.
Tumblr media
3 notes · View notes
rumahzakat-cilegon · 7 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Kegiatan Membaca Bersama Sekaligus Merapihkan Buku-buku di Rumah Literasi
Anak binaan Rumah Literasi merapihkan buku-buku yang ada di perpus Rumah Literasi Rawa Arum yang terletak di Link. Keserangan Lama, RT/RW: 03/04, Kel. Rawa Arum, Kec. Gerogol, Kota Cilegon. Ahad, 8 Oktober 2023.
Sekitar 7 anak binaan Rumah Literasi hadir dalam pembinaan dan beraktifitas di Rumah Literasi Rawa Arum, selain membaca mereka juga ditugasi oleh kakak Mentor untuk beberes dan merapihkan buku-buku yang sudah ada di lemari buku.
"Buku-buku bacaan yang ada di Rumah Literasi ada sekitar 80an agar pembaca mudah dalam pencarian buku yang diinginkan perlu dirapihkan dan dikelompokan berdasarkan kategori anak-anak, remaja, dewasa". Jelas Sumiyati, PIC Rumah Literasi Rawa Arum.
Buku bacaan yang tersedia bersumber dari pengadaan Rumah Literasi sendiri dan hibah dari beberapa orang.
Farisa,10th, salah satu penerima manfaat binaan Rumah Literasi Rawa Arum mengaku senang bisa mengikuti kegiatan di Rumah Literasi, "senang bisa gabung di tempat ini", akunya.
0 notes