Tumgik
saatrenungan · 3 days
Text
youtube
Renungan 25Apr2024
Bacaan Injil Mrk 16;15-20
Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam kehidupan beriman, seringkali kita dihadapkan pada tantangan untuk mewartakan kebenaran dan kasih yang diajarkan oleh Yesus. Seperti yang tertulis dalam Injil Markus 16:15-20, Yesus memberikan perintah kepada para murid-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia dan wartakanlah Injil kepada segala makhluk.” Ini bukan hanya perintah, melainkan sebuah panggilan yang mendalam bagi setiap orang yang percaya untuk menjadi saksi dari kebenaran dan cinta yang universal.
Ketika kita merenungkan bacaan pertama dari 1 Petrus 5:5b-14, kita menemukan sebuah pesan yang sangat relevan tentang kerendahan hati dan kekuatan yang diberikan Tuhan kepada kita. Petrus menasihati, "Hendaklah kamu semua merendahkan diri di bawah tangan Allah yang kuat, supaya Ia meninggikan kamu pada waktunya." Di sini kita melihat betapa pentingnya sikap rendah hati dalam menjalankan tugas kita sebagai pengikut Kristus. Rendah hati bukan berarti lemah, melainkan memiliki kekuatan untuk mengakui bahwa segala yang kita lakukan adalah melalui kekuatan yang Tuhan berikan.
Kerendahan hati ini memungkinkan kita untuk mendekatkan diri kepada orang lain dengan cinta, tanpa keinginan untuk menghakimi atau merendahkan mereka. Yesus sendiri memberikan teladan terbesar dari tindakan rendah hati dan penuh kasih. Dengan mengikuti jejak-Nya, kita diajak untuk tidak hanya mendengarkan kata-kata Injil, tetapi juga mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Inilah aplikasi nyata dari firman Tuhan: menjadi pelayan bagi sesama, menyampaikan kabar baik dengan sikap yang mencerminkan kasih dan kesabaran.
Lebih jauh, Petrus mengingatkan kita tentang perlunya waspada dan teguh dalam iman untuk melawan segala tipu daya iblis. Dalam perjuangan ini, kita tidak sendirian. Seperti yang ditulis Petrus, “Ketahuilah bahwa saudara-saudaramu di seluruh dunia mengalami penderitaan yang sama.” Ini mengingatkan kita bahwa sebagai umat beriman, kita adalah bagian dari sebuah komunitas global yang saling mendukung dalam mewartakan Injil.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi yang menuntut kita untuk mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang kita peroleh dari Injil. Misalnya, di tempat kerja, kita mungkin bertemu dengan rekan yang sulit atau berperilaku kurang menyenangkan. Dalam situasi seperti ini, perintah Yesus untuk "mewartakan Injil kepada segala makhluk" dan nasihat Petrus untuk "merendahkan diri di bawah tangan Allah yang kuat" dapat diaplikasikan dengan memilih untuk merespon dengan kesabaran, pengertian, dan kasih, bukan dengan emosi negatif atau balasan yang tidak sesuai.
Contoh lain bisa ditemukan dalam interaksi kita sehari-hari di rumah atau dengan teman. Ketika ada konflik atau ketegangan, bukannya membiarkan ego kita mengambil alih, kita dapat memilih untuk mengingat nasihat untuk merendahkan diri dan membiarkan Tuhan meninggikan kita pada waktunya. Ini berarti mendengarkan dengan empati, meminta maaf bila perlu, dan menawarkan pengampunan, yang semuanya adalah aspek kunci dari hidup sesuai dengan Injil.
Kemudian, dalam komunitas kita, kita sering melihat orang-orang yang membutuhkan bantuan atau dukungan. Mungkin ada tetangga yang tua dan kesepian atau keluarga yang mengalami kesulitan keuangan. Mewartakan kerajaan Allah dalam konteks ini bisa berarti menawarkan waktu, sumber daya, atau sekadar berempati dengan mendengarkan keluh kesah mereka. Tindakan-tindakan nyata ini merupakan wujud nyata dari pesan Yesus untuk menjadi pelayan bagi semua orang.
Melalui bacaan hari ini, kita kembali diingatkan bahwa mewartakan Injil bukan hanya melalui kata-kata yang kita ucapkan, tetapi juga melalui tindakan kita. Setiap kali kita memilih untuk bertindak dengan cara yang mencerminkan ajaran Kristus, kita sedang mewartakan kabar baik dan membawa terang ke tempat-tempat yang gelap, menjadikan kehidupan kita sendiri dan orang lain lebih baik melalui kehadiran dan kasih Tuhan yang nyata dalam tindakan kita.
Melalui renungan ini, marilah kita mengambil inspirasi dari ajaran dan contoh Yesus serta para rasul untuk hidup dengan rendah hati, berani, dan penuh kasih dalam mewartakan Injil. Kita diajak untuk terus berjalan dalam iman, bertobat dari segala kesalahan, dan menerapkan Injil dalam tindakan nyata setiap hari, sehingga kita bisa menjadi terang dan garam di dunia yang terus membutuhkan kabar baik kerajaan Allah.
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 6 days
Text
youtube
Renungan 21Apr2024
Bacaan Injil Yoh 10,11-18
Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.”
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam membaca Injil Yohanes 10:11-18, kita diperkenalkan dengan gambaran Yesus sebagai Gembala yang baik. Yesus berkata, "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya." Ini menggambarkan pengorbanan yang luar biasa dan cinta yang tak terukur yang Yesus miliki terhadap kita, domba-domba-Nya. Di sini kita melihat bagaimana Yesus, meskipun sebagai Tuhan, memilih untuk merendahkan diri dan memberikan nyawanya demi keselamatan umat manusia.
Kisah ini sangat berkaitan dengan bacaan pertama dari Kisah Para Rasul 4:8-12, dimana Petrus dengan berani menyatakan bahwa keselamatan hanya bisa ditemukan melalui Yesus Kristus. "Tidak ada keselamatan dalam siapa pun juga selain dalam Dia, karena di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita harus diselamatkan." Petrus menekankan bahwa Yesus adalah batu penjuru, satu-satunya sumber keselamatan, sejalan dengan peran Yesus sebagai Gembala yang baik.
Ketika saya membaca bacaan Injil tentang Gembala yang Baik saya kembali teringat akan perumpamaan kisah Perwira di Kapernaum yang menggambarkan nilai-nilai yang sama. Perwira tersebut, meskipun berkuasa, menunjukkan kerendahan hati yang mendalam dan iman yang kuat dengan mempercayai Yesus tanpa perlu kedatangan-Nya secara fisik untuk menyembuhkan hambanya. "Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh." (Lukas 7:7b). Ini menunjukkan sebuah keyakinan bahwa kuasa Yesus tidak terbatas oleh jarak atau kehadiran fisik, suatu pelajaran penting bagi kita dalam memahami sifat kemahakuasaan Tuhan.
Menghubungkan ketiga bacaan ini, kita diingatkan akan pentingnya iman, kerendahan hati, dan kasih. Yesus sebagai Gembala yang baik, Petrus yang dengan berani memberi kesaksian tentang Yesus, dan perwira yang menunjukkan iman luar biasa adalah contoh bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kita diajak untuk tidak hanya menjadi pendengar firman saja, tetapi juga pelaku firman dalam kehidupan kita. Kerendahan hati dan kasih harus menjadi dasar interaksi kita dengan sesama, mengingat bahwa kita semua adalah bagian dari satu kawanan di bawah satu Gembala.
Bacaan hari ini mengajak kita kembali untuk mewartakan Kerajaan Allah, tidak hanya melalui kata-kata, tapi lebih lagi melalui tindakan nyata. Seperti perwira yang membangun rumah ibadat dan mengasihi hambanya, kita juga diminta untuk menunjukkan kasih dalam tindakan konkret. Tidak ada tindakan kebaikan yang terlalu kecil di mata Tuhan, dan setiap tindakan kasih adalah sebuah langkah menuju pengenalan yang lebih dalam akan cinta-Nya.
Mari kita renungkan kembali panggilan kita sebagai murid-murid Kristus. Ajakan untuk bertobat bukan hanya sekali saja, tetapi adalah sebuah proses seumur hidup dalam memperbarui diri untuk semakin menyerupai Kristus. Dengan demikian, kita akan menjadi saksi-saksi cinta dan kebenaran-Nya di dunia ini, mengajak lebih banyak lagi orang untuk mengenal dan menerima kasih serta keselamatan yang ditawarkan oleh Gembala yang baik, Yesus Kristus.
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 6 days
Text
youtube
Renungan 23Apr2024
Bacaan Injil Yoh 10,22-30
Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: ”Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.” Yesus menjawab mereka: ”Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.”
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam kisah ‘Yesus ditolak oleh orang Yahudi’ kita melihat perbandingan antara dua kelompok pertama orang Yahudi  yang menolak percaya meskipun sudah melihat mukjizat Yesus dan pekerjaan baik dari Bapa namun masih ingin merajam Yesus (31) dan kelompok kedua orang-orang yang berada diseberang sungai Yordan tempat dimana Yohanes membaptis dahulu (40), dimana Yohanes mengajarkan tentang Yesus dan banyak orang yang percaya kepada Yesus walaupun Yesus tidak melakukan mukjizat disana (41). Bacaan Injil malam ini mengajarkan kepada kita bahwa mukjizat bukanlah menjadi dasar orang percaya Yesus dan Bapa adalah satu.
Pernyataan Yesus “Aku dan Bapa adalah satu" (30) mempertegas hubungan Yesus dengan Bapa-Nya sekaligus membuat orang-orang Yahudi marah mau melempari Yesus dengan batu karena menyamakan diri-Nya dengan Allah dan menolak percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang hidup (36). Hubungan yang erat antara Yesus dengan Bapa ini juga menjadi dasar relasi Yesus dengan domba-Nya dimana Aku mengenal mereka dan mengikuti Aku bahkan Yesus mengatakan domba-Ku tidak akan pernah binasa dan tidak seorangpun dapat merebut mereka dari tangan-Ku. (27-28)
Dalam realita hidup jaman sekaranpun, kita pun masih menghadapi banyak kejadian serupa seperti kelompok orang Yahudi, ohli Taurat dan orang Farisi yang merasa kehadiran Yesus menjadi ancaman bagi mereka sehingga mencari kesalahan dan menyebar fitnah tentang kebenaran firman Tuhan. Banyak orang masih dikelabuhi dengan hasutan iman yang sesat dan lebih percaya kata-kata manis daripada tindakan kasih yang merupakan pekerjaan Bapa seperti dikatakan Yesus ‘Jikalau Aku tidak mengerjakan Bapa-Ku, janganlah kamu percaya kepadaKu” (37). Yesus mengajarkan kepada kita untuk tetap melakukan perbuatan baik karena hanya melalui teladan kasihlah setiap kita orang yang percaya akan bersatu dengan Bapa. 
Bacaan malam ini mengajak kita kembali refleksi hidup kita apakah kita sudah menjadi kawanan domba-Nya? masihkah kita menolak kehadiran Kristus melalui sesama yang miskin dan tersingkirkan? apakah kita sudah menjadi pelaku firman dalam hidup sehari-hari?
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 8 days
Text
youtube
Renungan 20Apr2024
Bacaan Injil Yoh 6,60-69
Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: ”Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: ”Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata: ”Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: ”Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya: ”Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam renungan kali ini, kita akan merenungkan dua potongan Kitab Suci yang sangat mendalam, yaitu Yohanes 6:60-69 dan Kisah Para Rasul 9:31-42. Kedua bacaan ini membawa kita kepada pemahaman yang lebih dalam tentang panggilan dan tantangan dalam mengikuti Yesus serta bagaimana kita harus menjawab panggilan tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari.
Di dalam Injil Yohanes, kita mendengar bagaimana banyak dari pengikut Yesus menganggap ajaran-Nya "sukar untuk didengarkan" dan bahkan ada yang berbalik meninggalkan-Nya. Yesus menantang para murid dan kita semua dengan pertanyaan yang sangat mendasar: "Maukah kamu juga pergi?" Di sini, Petrus menjawab dengan pengakuan iman yang kuat, "Tuhan, kepada siapa kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan kehidupan yang kekal." (Yoh 6:68). Pengakuan Petrus ini mengingatkan kita bahwa meski dihadapkan pada kesulitan dan tantangan, Yesus adalah sumber kebenaran dan kehidupan; mengikuti Dia berarti berpegang pada harapan yang tidak akan pernah mengecewakan.
Ketika merenungkan 'alasan mengikuti Yesus' jadi teringat pertama kali saya belajar mengenal Tuhan, alm Luther bertanya hal yang sama tentang komitmen saya dalam mengikuti panggilan Tuhan karena semua permasalahan duniawi yang saya hadapi bakal tidak akan hilang bahkan bisa lebih besar' jawaban saya waktu itu persis seperti halnya Petrus yang sombong tidak akan menyangkal Yesus, namun kenyataannya berulang kali saya seperti perumpamaan anak yang hilang masih menyakiti hati-Nya dengan berbagai kesalahan dan dosa yang saya lakukan namun Ia selalu murah hati memanggil saya kembali kepada-Nya entah melalui teman, rekan bisnis maupun sapaan sabda-Nya. 
Sadar atau tidak, ada banyak motivasi orang untuk mengikut Yesus. Ada yang ingin selamat dari kebangkrutan, ada yang ingin sembuh dari sakit penyakit, ada yang ingin memperoleh berkat usaha, karir, jabatan tinggi dan ‘ngambek’ mengikuti Tuhan karena permohonan mereka tidak dikabulkan Tuhan seperti akhir kisah Yoh 6 dimana banyak murid bersungut meninggalkan Yesus setelah mendengar ajaran-Nya dan kembali kepada ‘kedagingan’ manusia lama mereka. Kenyataannya banyak orang yang sibuk mencari Yesus bukan karena mengalami pertobatan yang sesungguhnya dan ingin hidupnya diperbaharui namun karena mempunyai ‘wish list’ minta dikabulkan permohonannya. Yesus ingin agar kita memiliki hati yang selalu haus akan hadirat-Nya, mencari keselamatan di dalam diri-Nya dan bukan hanya mencari berkat ‘duniawi’ saja karena untuk itulah tujuan hidup kita hanya untuk memuliakan nama-Nya 
Selanjutnya Yesus berkata kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” dan Petrus menjawab “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (Yoh 6:66-69). Pertanyaan ini pun saya alami ketika berulang kali saya mengeluh kepada Tuhan atas penderitaan yang tiada henti menimpa kehidupan saya dan alm Luther bertanya balik persis seperti apa yang Tuhan sampaikan 'Apakah kamu tidak mau pergi?' kamu telah menikmati 'hidup kedagingan kamu selama lbh dari 40tahun dan sekarang baru menjalani cobaan berapa  tahun aja sudah berkeluh' layaknya umat Israel yang selalu berkeluh kepada Allah namun enggan menaati perintah-Nya namun Luther selalu menyampaikan kepada saya pesan Bapa kepada saya persis seperti firman dalam Mat 24,13 bahwa “orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” dan Pengkhotbah 3,11 bahwa "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya'
Hidup ini penuh dengan pilihan. Tuhan memberi kita kebebasan untuk memilih jalan hidupnya sendiri, termasuk untuk memilih jalan hidup yang bertentangan dengan kehendakNya dan FirmanNya. Dalam Alkitab kita bisa menemukan ajaran tentang pilihan hidup “Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu.” (Amsal 12:1), “Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.” (Amsal 20:3). Ayat-ayat ini menggambarkan dengan jelas bahwa hidup penuh dengan pilihan. Kehendak bebas dari Tuhan bagi kita untuk memilih langkah hidup kita sesungguhnya merupakan bukti kasihNya yang besar kepada kita. Dia ingin kita bisa patuh dan taat kepadaNya dengan tulus seperti seorang ‘anak kecil’ dan ‘domba’ yang mengikuti gembala. Tuhan ingin kita bersekutu denganNya dalam kelembutan, dalam kasih yang mesra, untuk itu Dia memberi begitu banyak firman dalam Alkitab yang berisi peringatan mengenai jalan yang hendak kita pilih. Yesus meminta kita "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat."  Luk 13:24. 
Sementara itu, dalam Kisah Para Rasul, kita melihat gambaran komunitas Kristen awal yang "hidup dalam ketakutan akan Tuhan dan dihibur oleh Roh Kudus, sehingga bertambah-tambahlah jumlah mereka." (Kis 9:31). Cerita tentang Tabita, yang dibangkitkan dari kematian oleh Petrus, menunjukkan bagaimana tindakan kasih dan kuasa Tuhan melalui murid-murid-Nya dapat membawa perubahan yang nyata. Kisah ini mengilustrasikan bagaimana kehidupan murid Yesus dipenuhi dengan perbuatan yang mencerminkan kasih dan kebaikan Tuhan.
Mengaitkan kedua bacaan ini, kita diingatkan bahwa mengikuti Yesus memerlukan komitmen untuk tinggal dalam firman-Nya dan menunjukkan kasih dalam tindakan kita. Dalam kehidupan sehari-hari, kita diundang untuk tidak hanya menjadi pendengar firman, tapi juga pelaku firman yang aktif. Kita dipanggil untuk membawa penghiburan, kasih, dan harapan kepada mereka yang kita jumpai, mengingat bahwa tindakan kita adalah ekspresi dari iman kita kepada-Nya.
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 13 days
Text
youtube
Renungan 16Apr2024
Bacaan Injil Yoh 6:30-35
30 Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Kaubuat, supaya kami dapat melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Kauperbuat?
31 Nenek moyang kami telah memakan manna di padang gurun, sebagaimana ada tertulis: Ia memberi mereka makan roti dari surga untuk dimakan."
32 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberi kamu roti dari surga, tetapi Bapa-Ku memberi kamu roti yang sebenarnya dari surga.
33 Sebab roti Allah ialah Dia yang turun dari surga dan yang memberi hidup kepada dunia."
34 Mereka berkata kepada-Nya: "Tuhan, berilah kami roti itu senantiasa."
35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup. Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi."
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam renungan kita kali ini, kita akan merenungkan kutipan dari Injil Yohanes 6:30-35 yang berbicara tentang Yesus yang menyatakan diri sebagai roti hidup yang datang dari surga. Pesan ini memiliki resonansi yang kuat dengan kisah dalam Kisah Para Rasul 7:51-8:1a yang mengisahkan kisah kematian Stefanus, martir pertama. Sambil merefleksikan kedua bacaan ini, kita juga akan menyelami bagaimana pesan-pesan tersebut dihidupkan dalam film "The Mission" (1986), film yang menyoroti pengorbanan misionaris dalam menghadapi kekerasan dan ketidakadilan.
Dalam Yohanes 6, Yesus menantang orang banyak yang mencari tanda agar percaya kepada-Nya. Mereka meminta mujizat sebagai bukti, mirip dengan bagaimana leluhur mereka diberi manna di padang gurun. Namun, Yesus menyatakan, "Aku adalah roti hidup. Barangsiapa datang kepada-Ku tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku tidak akan haus lagi." Yesus tidak hanya memberi makan fisik tetapi menawarkan diri-Nya sebagai sumber kehidupan kekal.
Dalam Kisah Para Rasul, kita melihat Stefanus, penuh dengan Roh Kudus, menegur orang-orang yang keras kepala dan menolak mendengarkan pesan keselamatan. Di tengah penganiayaan, ia tetap setia hingga akhir, menggambarkan keteguhan iman yang luar biasa, bahkan menghadapi kematian. Kesaksiannya menginspirasi dan mengingatkan kita bahwa menjadi saksi Kristus sering kali membutuhkan pengorbanan.
Dalam film "The Mission," kita dihadapkan pada narasi yang mendalam tentang pertarungan antara iman, etika, dan realitas politik. Uskup Altamirano, yang digambarkan dengan hati yang terbelah, merepresentasikan dilema moral yang sering dihadapi oleh mereka yang berada di posisi kekuasaan. Di satu sisi, beliau harus mematuhi arahan dari Vatikan dan dinamika politik antara Spanyol dan Portugis, sementara di sisi lain, ia menyaksikan langsung kemajuan dan peradaban yang telah dibangun oleh misionaris Jesuit bersama orang Guarani. Kehidupan yang telah mereka bangun bersama itu terancam oleh keputusan politik yang mempertimbangkan lebih banyak keuntungan kolonial daripada kesejahteraan manusia.
Kisah ini mengingatkan kita pada realitas korupsi dan kompromi yang sering terjadi dalam pemerintahan dan bisnis sehari-hari. Dalam konteks pemerintahan, seringkali keputusan yang diambil lebih berorientasi pada keuntungan politik jangka pendek atau kepentingan pihak tertentu daripada kesejahteraan umum. Misalnya, seorang pejabat mungkin menghadapi tekanan untuk menyetujui proyek yang merugikan lingkungan atau masyarakat lokal karena tekanan dari pengusaha atau politisi berpengaruh. Seperti Yesus yang menolak untuk mengikuti jalan pintas yang ditawarkan Iblis saat dicobai di padang gurun, pejabat ini dapat memilih jalan yang benar sesuai dengan nilai-nilai kekristenan yang dianutnya, yaitu integritas dan keadilan.
Dalam dunia bisnis, kita sebagai pemilik perusahaan mungkin dihadapkan pada pilihan antara mengikuti praktik yang etis atau memaksimalkan keuntungan dengan cara yang meragukan. Misalnya, menggunakan bahan murah yang mungkin berbahaya atau memanfaatkan tenaga kerja anak untuk menekan biaya operasional. Setiap keputusan tersebut mempengaruhi nyawa dan kesejahteraan banyak orang. Namun, mengambil inspirasi dari Father Gabriel dan pengorbanannya, kita bisa memilih untuk mengoperasikan usaha dengan prinsip-prinsip yang etis, memperlakukan karyawan dengan adil, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan—mempraktikkan etika bisnis yang tidak hanya mencari keuntungan tetapi juga kontribusi positif bagi masyarakat dan alam.
Film "The Mission" juga menunjukkan bahwa dalam menghadapi konflik dan tekanan tersebut, ada berbagai cara untuk bereaksi. Pastur Gabriel memilih jalan damai, menunjukkan kekuatan iman melalui misa terakhir yang ia pimpin, sementara Mendoza dan rekan Jesuitnya memilih untuk bertarung. Kedua pilihan ini merefleksikan dilema yang sering kita hadapi: apakah lebih baik untuk mempertahankan prinsip dan integritas dengan cara yang damai, meskipun mungkin tidak efektif dalam jangka pendek, atau apakah kita harus mengambil langkah yang lebih radikal meskipun berisiko lebih besar?
Salah satu adegan yang paling menggugah adalah saat Father Gabriel berkata, "Kita harus melakukan apa yang kita anggap benar, dan bukan apa yang mudah." Ini mengingatkan kita pada pesan Stefanus dan Yesus: menjalankan apa yang benar di mata Tuhan, meskipun itu menuntut pengorbanan besar.
Kisah Yesus, Stefanus, dan Father Gabriel dalam "The Mission" menunjukkan bahwa memilih untuk tetap setia pada panggilan ilahi seringkali berarti melawan keinginan 'duniawi'. Mereka mengajak kita untuk merenungkan ulang arti menjadi pengikut Kristus—bukan hanya mencari berkat dan keajaiban, tapi juga bersedia membawa salib kehidupan sehari-hari dalam mewartakan Kerajaan Allah.
Melalui contoh-contoh ini, kita diajak untuk merenungkan bagaimana kita sebagai orang percaya dapat menerapkan nilai-nilai Injil dalam menghadapi situasi korupsi, tidak etis, atau politis yang kompleks di tempat kerja atau dalam pengelolaan bisnis. Kita dipanggil untuk menjadi cahaya di tengah kegelapan, menjadi 'roti hidup' yang memberikan harapan dan perubahan, tidak hanya dalam kata-kata tetapi lebih-lebih dalam tindakan nyata. 
Refleksi ini mengajak kita untuk bertobat dan kembali kepada misi asli yang Yesus ajarkan—mengasihi dan melayani sesama, serta menyuarakan keadilan di tengah dunia yang sering kali tidak adil. Seperti apa yang dikatakan Father Gabriel, kita diundang untuk memilih jalan yang benar, bukan yang mudah. Mari kita jadikan hidup kita sebagai 'roti hidup' yang dipatahkan untuk dunia, membawa cinta dan kehidupan kekal kepada mereka yang membutuhkan. Hanya dengan demikian, kita benar-benar bisa menjadi perantara kerajaan Allah di bumi, memberi bukti nyata atas kehadiran-Nya yang mengubah dalam kehidupan kita.
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 14 days
Text
youtube
Renungan 15Apr2024
Bacaan Injil Yoh 6;22-29
Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: ”Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?” Yesus menjawab mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” Lalu kata mereka kepada-Nya: ”Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
"Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kenyang." (Yohanes 6:26)
Pada awal Yoh 6, diceritakan mukjizat Yesus memberi makan lebih dari lima ribu orang oleh karena lima roti dan dua ikan yang telah diberkati oleh Yesus. Sebuah kisah dan sebuah keajaiban yang kita semua pasti sudah tau. Jika kita melanjutkan kisah tersebut, kita akan menemukan bahwa Yesus menyeberang danau tanpa mengumumkannya kepada orang banyak tersebut; dimana akhirnya mereka menyadari bahwa Yesus sudah menghilang dari antara mereka dan mereka naik perahu berangkat ke Kapernaum dengan harapan mereka dapat menemukan Yesus kembali.
Pada ayat 26-27 setelah mereka menemukan-Nya, Yesus bukannya memuji niat mereka untuk mengikuti Yesus, malah menegur mereka “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya”. Yesus tau isi hati dari orang banyak itu. Mereka mengikuti Yesus bukan kagum karena ajaran Yesus dan mencari kebenaran Allah, melainkan karena hanya menginginkan mukjizat-Nya dan ingin kebutuhan mereka terpenuhi. Oleh karena itu, jika kita membaca keseluruhan dari Yoh 6, kita akan menemukan bagaimana Yesus berbicara panjang lebar tentang Dia lah Roti Hidup dari sorga yang dapat memberikan ‘kekenyangan’ kekal dan menawarkan kehidupan kekal yang seharusnya dicari oleh manusia.
Namun pada akhirnya, Yohanes 6:60 mengatakan: “Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?”” Dan Yohanes 6:66 mengatakan: “Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.” Ternyata perkataan Yesus tersebut malah membuat orang banyak ini tidak jadi mengikut Yesus, karena mereka menemukan bahwa apa yang Yesus tawarkan bukanlah roti ‘duniawi’, melainkan Roti Hidup yang merupakan diri-Nya sendiri. Mereka ingin semata-mata agar kebutuhan mereka tercukupi dan enggan membuka hati menerima kehadiran-Nya dan mencari kebenaran Allah. 
Sadar atau tidak, ada banyak motivasi orang untuk mengikut Yesus. Ada yang ingin selamat dari kebangkrutan, ada yang ingin sembuh dari sakit penyakit, ada yang ingin memperoleh berkat usaha, karir, jabatan tinggi dan ‘ngambek’ mengikuti Tuhan karena permohonan mereka tidak dikabulkan Tuhan seperti akhir kisah Yoh 6 dimana banyak murid bersungut meninggalkan Yesus setelah mendengar ajaran-Nya dan kembali kepada ‘kedagingan’ manusia lama mereka. Kenyataannya banyak orang yang sibuk mencari Yesus bukan karena mengalami pertobatan yang sesungguhnya dan ingin hidupnya diperbaharui namun karena mempunyai ‘wish list’ minta dikabulkan permohonannya. Yesus ingin agar kita memiliki hati yang selalu haus akan hadirat-Nya, mencari keselamatan di dalam diri-Nya dan bukan hanya mencari berkat ‘duniawi’ saja karena untuk itulah tujuan hidup kita hanya untuk memuliakan nama-Nya 
Selanjutnya Yesus berkata kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” dan Petrus menjawab “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (Yoh 6:66-69). Hidup ini adalah sebuah pilihan, kita harus memilih menurut kehendak ‘duniawi’ atau menurut kehendak ‘Roh’. Yesus meminta kita "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat."  Lukas 13:24. Dalam hidup sehari-hari kita selalu dihadapkan memilih kenikmatan dan kesenangan dunia ataukah tetap berjuang melawan keinginan daging, yang meski sakit tapi mendatangkan upah yaitu kehidupan kekal seperti tawaran Yesus untuk terus mengikuti-Nya atau pergi meninggalkan-Nya seperti orang banyak dalam kisah Yoh 6. 
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 14 days
Text
youtube
Renungan 11Apr2024
Bacaan Injil Yoh 3:31-36
Siapa yang datang dari atasadalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorangpun yang menerima kesaksian-Nya itu.Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutusAllah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nyadengan tidak terbatas.Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal,tetapi barangsiapa tidak taatkepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Di tengah-tengah kehidupan yang serba cepat dan penuh tantangan, kita seringkali terjebak dalam rutinitas yang menguras tenaga dan pikiran. Namun, dalam keriuhan dunia ini, ada pesan abadi yang terus menerus mengajak kita untuk kembali ke jalan yang benar, pesan yang disampaikan oleh Yesus Kristus lebih dari dua ribu tahun yang lalu, yang masih relevan hingga saat ini. Renungan kali ini akan mengajak kita merenungkan pesan tersebut melalui kaca mata Injil Yohanes 3:31-36, kisah para rasul dalam Kisah Para Rasul 5:27-33, dan sebuah film inspiratif, "The Rookie."
Injil Yohanes 3:31-36 mengajarkan kita tentang keutamaan Yesus yang datang dari atas, yang memberi kesaksian tentang kebenaran surgawi. Yesus, yang mengutamakan kehendak Bapa di atas segalanya, mengajarkan kita tentang pentingnya mendengarkan dan mengikuti kebenaran yang berasal dari langit, bukan kebenaran yang dibentuk oleh dunia. Film "The Rookie," yang menceritakan kisah nyata Jim Morris, sangat relevan dengan tema bacaan Injil hari ini. Morris, seorang atlit baseball yang karirnya terhambat oleh cedera dan usia, tetapi akhirnya berhasil mencapai liga utama, mengingatkan kita tentang kekuatan mimpi, harapan, sikap pantang menyerah, dan pentingnya menggunakan talenta yang diberikan Tuhan kepada kita. Seperti yang diingatkan dalam Matius 19:26, "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."
Dalam film "The Rookie," ada adegan di mana pemeran utamanya, Jim Morris, dihadapkan pada keputusan penting dalam hidupnya, yang bukan hanya tentang karier baseballnya, tetapi juga tentang nilai-nilai dan impian yang lebih dalam. "It’s never too late to chase your dreams," ujar Jim Morris. Kata-kata ini menggema pesan Injil tentang harapan dan keberanian untuk mengikuti kebenaran dan impian yang sesungguhnya, yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kita.
Dalam Kisah Para Rasul 5:27-33, kita melihat bagaimana para rasul dengan berani memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus, meskipun menghadapi ancaman dan penolakan. Mereka tidak gentar karena mereka tahu bahwa mereka mewartakan Kerajaan Allah, yang kebenarannya tidak dapat digoyahkan oleh kekuatan dunia mana pun. Keberanian para rasul ini mengajarkan kita tentang pentingnya tetap setia pada panggilan kita untuk menjadi saksi Kristus, terlepas dari tantangan dan penentangan yang mungkin kita hadapi.
Mengaitkan kedua bacaan Alkitab tersebut dengan film "The Rookie," kita diajak untuk merenungkan tentang keberanian, keteguhan hati, dan iman. Melalui kisah hidup Morris, kita juga diajak untuk merenungkan pentingnya menjadi teladan yang baik, sesuai dengan apa yang diajarkan dalam 1 Kor 4:16. Morris, meski sempat dianggap sebagai 'pecundang' karena pilihannya menjadi guru setelah mengalami kegagalan dalam karirnya sebagai pemain, tetap memegang teguh impian dan akhirnya menjadi inspirasi bagi murid-muridnya dan banyak orang.
Renungan ini mengajak kita semua untuk merenungkan kembali arah hidup kita. Apakah kita sudah berjalan di jalan yang benar sesuai dengan ajaran Kristus? Apakah kita telah berani mewartakan kebenaran Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari kita? Yesus mengajarkan kita untuk mencari terlebih dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, dan semua ini akan ditambahkan kepada kita. Mari kita ambil inspirasi dari film "The Rookie" dan kisah para rasul untuk terus berani mengejar mimpi dan panggilan kita, dengan tetap mengutamakan kebenaran yang berasal dari Allah. Ajakan untuk bertobatan dan kembali kepada Allah bukan hanya tentang meninggalkan dosa, tetapi juga tentang kembali ke pangkuan Allah yang penuh kasih, di mana kita akan menemukan kekuatan dan harapan untuk terus berjalan dalam kebenaran dan cinta-Nya.
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 23 days
Text
youtube
Renungan 6Apr2024
Bacaan Injil Mrk 16;9-15
Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya.
Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya.
Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” 
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Renungan hari ini diambil dari Injil Markus 16:9-15 dan Kisah Para Rasul 4:13-21, serta film "Mary Magdalene". Melalui bacaan dan film Mary Madgalene ini kita diajak menggali makna panggilan hidup untuk mewartakan kerajaan Allah dengan penuh keberanian dan kepercayaan, serta pentingnya pertobatan 
Dalam Injil Markus, kita menemukan Yesus yang bangkit menampakkan diri kepada Maria Magdalena, wanita pertama yang diberi kesempatan mewartakan kebangkitan Kristus kepada para murid-Nya. Ini adalah tindakan revolusioner, di mana Yesus memilih seorang wanita, dalam budaya yang mengesampingkan suara perempuan, untuk menjadi saksi utama peristiwa paling penting dalam iman Kristen. Film ini menceritakan perjalanan hidup Maria Magdalena, termasuk latar belakang yang dicatat Alkitab pernah kerasukan setan dan disembuhkan dari berbagai penyakit serta mengajarkan kita pada sosok Yesus sebagai manusia, yang merasakan lelah, sedih, juga merasakan hal sama seperti yang bisa kita rasakan. Film ini memberi pelajaran hidup tentang panggilan hidup, motivasi mengikuti Yesus, kasih dan pengampunan, keteguhan iman serta menjadi pewarta kabar keselamatan 
"Ku lihat Tuhan," kata Maria dalam film tersebut, mengingatkan kita pada keberanian dan kepastian hati Maria Magdalena saat ia pergi memberitakan Injil. Moment ini mengajak kita untuk memahami bahwa setiap orang, tanpa memandang status atau jenis kelamin, dipanggil untuk menjadi saksi kebangkitan Yesus, membawa kabar sukacita kepada dunia seperti halnya diceritakan dalam bacaan pertama Kisah Para Rasul, yang mengisahkan Petrus dan Yohanes yang berdiri dengan penuh keberanian di hadapan Majelis Agung, menyatakan dengan berani tentang Yesus yang telah bangkit. Meskipun menghadapi ancaman, mereka tidak dapat berhenti berbicara tentang apa yang telah mereka lihat dan dengar. Keberanian ini lahir dari pertemuan pribadi mereka dengan Kristus yang bangkit, yang mengubah ketakutan menjadi keberanian, keraguan menjadi iman.
Dalam kisah penampakan Yesus kepada para murid setelah kebangkitan-Nya, kita melihat raut muka para murid yang ketakutan mengira melihat hantu seperti halnya dua orang pengikut Yesus yang tidak dapat melihat kehadiran Yesus di jalan menuju Emaus maupun kesebelas murid-Nya ketika mereka sedang duduk makan dimana Yesus menegur kedegilan hati mereka karena tidak percaya kepada orang yang telah melihat-Nya sesudah dibangkitkan (14). 
Kadang ketika kita dihadapkan pada berbagai persoalan hidup, pikiran kita menjadi kalut, menghadapi berbagai permasalahan duniawi, penyesatan dan ketidakpercayaan, mata kita ‘buta’ susah untuk melihat fakta dan kebenaran ilahi seperti halnya para murid yang ketakutan mengira melihat hantu. Para murid sempat meragukan kesaksian Maria Magdalena dan dua murid dari Emaus, mereka belum belum sepenuhnya percaya akan kebangkitan-Nya. Setelah mengalami dan merasakan kehadiran Yesus secara personal baru mereka percaya akan kebangkitan dan mewartakan Injil. 
Dalam Luk 24;38 Yesus mengatakan “mengapa kamu terkejut dan ada keraguan muncul dihatimu?” Ia bahkan menunjukkan tangan dan kaki-Nya dan makan ikan didepan para murid agar mereka percaya tentang kehadiran-Nya. Yesus membuka pikiran para murid dengan mengulang apa yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, kitab nabi dan kitab Mazmur harus digenapi bahwa Ia harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga. Yesus tidak membiarkan murid-Nya dalam ketakutan terus menerus seperti halnya ketika Yesus menolong Petrus yang hampir tenggelam, Ia langsung mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata “Hai orang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Ia meminta kita untuk membuka hati menerima kehadiran-Nya dalam diri kita dan menjadi saksi atas kebangkitan-Nya dan memberikan tugas pewartaan pertobatan dan pengampunan dosa yang dinyatakan dalam nama-Nya kepada seluruh bangsa dimulai dari Yerusalem. Kebangkitan Kristus memberi kekuatan dan kedamaian hati ditengah kegelisahan, ketakutan dan kerapuhan kita sebagai manusia.
Banyak orang yang mengaku percaya pada Kristus namun sama sekali tidak merasa terdorong  untuk mewartakan-Nya. Kita berdalih sibuk dengan rutinitas harian dan tidak mau diganggu untuk pelayanan dan enggan sharing iman betapa kasih dan kehadiran Tuhan telah menyelamatkan hidup mereka, entah lewat kejadian luar biasa sembuh dari sakit, kecelakaan, keutuhan keluarga maupun berbagai kejadian biasa seperti ‘nafas kehidupan’ dan ‘kecukupan rejeki’ yang kita terima setiap hari. Kuasa Roh Kudus menolong kita menerima arti kebangkitan-Nya seperti yang dialami murid Yesus. Kuasa Roh lah yang mengubah kedegilan hati, ragu, ketakutan menjadi kuasa melakukan mukjizat, pelayanan dan penyembuhan sehingga semakin banyak orang turut merasakan kuasa kebangkitan Yesus. Kuasa Roh Kudus ini merupakan anugerah Tuhan saat kita mau mendengar dan merenungkan firman Tuhan dengan sungguh, kita diberikan ‘hati’ yang baru penuh sukacita dan kedamaian walaupun saat ini masih penuh dengan kecemasan, ragu, bimbang dalam menjalani kehidupan. 
Pesan dari kedua bacaan ini sangat jelas: menjadi saksi Kristus bukanlah pilihan, melainkan panggilan yang harus dijawab dengan hati yang berani dan penuh iman. Yesus sendiri dalam Injil Markus memberikan mandat, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada semua makhluk." Ini adalah ajakan untuk kita semua, untuk keluar dari zona nyaman kita, menghadapi ketakutan dan keraguan, dan menjadi pembawa terang Kristus di dunia yang sering kali gelap dan putus asa.
Renungan ini mengajak kita untuk merenungkan peran kita sebagai saksi Kristus. Apakah kita, seperti Maria Magdalena dan para rasul, siap untuk mengambil risiko demi Injil? Apakah kita siap untuk mengatakan, "Ku lihat Tuhan," dan membagikan pengalaman kita tentang kebangkitan Kristus kepada orang lain?
Kuasa kebangkitan Kristus dapat kita wartakan melalui teladan kasih dalam hidup kita sehari-hari mulai dari hal yang sederhana sekalipun sesuai dengan talenta yang Tuhan berikan kepada kita, seperti pengampunan kepada orang yang bersalah kepada kita, belas kasih bagi sesama yang membutuhkan, memberi penghiburan dan saling mendoakan bagi teman persekutuan yang mengalami kesedihan. Berilah diri kita untuk selalu dipakai Tuhan dalam pelayanan yang mengubahkan. Selamat Melayani 
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 24 days
Text
youtube
Renungan 5Apr2024
Bacaan Injil Yoh 21: 1-14
Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: ”Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya: ”Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: ”Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Jawab mereka: ”Tidak ada.” Maka kata Yesus kepada mereka: ”Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ”Itu Tuhan.” Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. Kata Yesus kepada mereka: ”Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka: ”Marilah dan sarapanlah.” Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: ”Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam kisah penampakan Yesus kepada tujuh muridnya di danau Galilea, dikisahkan sesudah kebangkitanNya, Yesus telah tiga kali menampakkan diri kepada murid-Nya namun para murid masih merasa kehilangan sosok Guru dan Mesias sepeninggal Yesus meninggal dikayu salib dan kembali ke pekerjaan lama mereka sebagai nelayan, telah sepanjang malam mereka berusaha namun usaha mereka selalu gagal dalam menangkap ikan. Ketika mereka merasa terpuruk dan kehilangan harapan, Yesus datang berdiri di tepi pantai dan menanyakan kepada para murid “Anak-anak, apakah kamu memiliki ikan?”. Para murid yang sedang sedih dan frustasi tidak mengenali Yesus ketika Ia menyuruh mereka untuk menebarkan jala disebelah kanan perahu. Kedatangan Yesus kembali memberikan harapan kepada para murid dan ketika mereka mematuhi perintah-Nya maka mereka mendapatkan kelimpahan hasil yang tidak terduga bahkan sampai tidak sanggup mengangkat jala mereka karena banyaknya ikan didalam jala itu, ketika itulah mereka menyadari bahwa Dia adalah Yesus, sang Juru Selamat seperti dikatakan Petrus kepada pemimpin Yahudi serta ahli Taurat dalam bacaan pertama Kisah Para Rasul bahwa Yesus adalah batu penjuru dimana keselamatan tidak ada didalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita mendapatkan keselamatan"
Yesus datang kepada para murid saat mereka gagal dan putus asa, melalui kehadiran-Nya, Yesus menyatakan diri sebagai Tuhan yang selalu memperhatikan kehidupan dan memenuhi kebutuhan hidup mereka seperti tertulis dalam ayat 9 “ketika sampai di darat, mereka melihat bara api dengan ikan yang terletak di atasnya dan juga roti”. Yesus mengajarkan kita untuk selalu bergantung kepada-Nya dalam setiap situasi karena Ia adalah harapan dan sumber keberhasilan dalam hidup karena “Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11).
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 25 days
Text
youtube
Renungan 4Apr2024
Bacaan Injil Luk 24;35-48
Lalu kedua orang itu pun menceritakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenali Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka, “Damai sejahtera bagi kamu!” Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi, Ia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka, “Apakah kamu punya makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka, “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kita nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka, “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan untuk pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamulah saksi-saksi dari semuanya ini.
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam Lukas 24:35-48, kita menyaksikan momen ketika para murid yang berada di Emmaus menyampaikan kepada para rasul dan yang lainnya bahwa mereka sungguh-sungguh telah melihat Tuhan. Di sini, Yesus muncul di hadapan mereka dan memberikan bukti atas kebangkitan-Nya. Bagi para murid yang menyaksikan-Nya, pengalaman ini tidak hanya sebuah peristiwa ajaib, tetapi juga suatu pembuktian atas janji-janji-Nya.
Hal yang menarik adalah bagaimana Yesus membuka pikiran mereka untuk memahami kitab suci dan memberikan tugas penting kepada mereka untuk menjadi saksi-saksi bagi-Nya. Di ayat 46, Yesus mengatakan, "Demikianlah ada tertulis: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga." Pesan ini tidak hanya mengingatkan para murid akan rencana keselamatan Allah, tetapi juga menegaskan panggilan mereka untuk membagikan kabar baik tersebut kepada dunia seperti dikatakan dalam bacaan pertama Kisah Para Rasul 3:11-26, kita melihat bagaimana Petrus memberikan kesaksian tentang Yesus kepada orang banyak yang terkejut melihat kesembuhan seorang lumpuh. Petrus menegaskan bahwa kesembuhan ini terjadi melalui kuasa Yesus Kristus, Anak Allah yang telah diutus-Nya. Ia menyerukan pertobatan kepada orang banyak, mengajak mereka untuk kembali kepada Allah dan percaya akan kabar baik yang disampaikan melalui Yesus Kristus.
Kadang ketika kita dihadapkan pada berbagai persoalan hidup, pikiran kita menjadi kalut, tercemar oleh berbagai hal buruk, penyesatan dan ketidak percayaan, mata kita ‘buta’ susah untuk melihat fakta dan kebenaran seperti halnya para murid yang ketakutan mengira melihat hantu. Dalam ayat 38 Yesus berkata “mengapa kamu terkejut dan ada keraguan muncul dihatimu?” Ia bahkan menunjukkan tangan dan kaki-Nya dan makan ikan didepan para murid agar mereka percaya tentang kehadiran-Nya. Yesus membuka pikiran para murid dengan mengulang apa yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, kitab nabi dan kitab Mazmur harus digenapi bahwa Ia harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga. Yesus tidak membiarkan murid-Nya dalam ketakutan terus menerus seperti halnya ketika Yesus menolong petrus yang hampir tenggelam, Ia langsung mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata “Hai orang kurang percaya,mengapa engkau bimbang?” Ia meminta kita untuk membuka hati menerima kehadiran-Nya dalam diri kita dan menjadi saksi atas kebangkitan-Nya dan memberikan tugas pewartaan pertobatan dan pengampunan dosa yang dinyatakan dalam nama-Nya kepada seluruh bangsa dimulai dari Yerusalem.
Firman Tuhan mengatakan ada dua bagian dalam hidup kita yang terus bekerja yaitu manusia lama yang hidup dalam kedagingan dan tunduk kepada dosa dan manusia baru yang hati dan pikirannya terus diperbaharui dan taat melakukan kehendak Bapa. Sebagai pengikut Kristus, kita mengenal firman Tuhan sebagai kebenaran dan diminta menanggalkan ‘kedagingan’ manusia lama kita yang penuh dengan dosa dan pemberontakan serta mengalami pertumbuhan iman melalui peperangan batin yang kita alami setiap hari bahkan sepanjang hidup kita seperti tertulis dalam Mrk7;21-22. Setiap kali kita ingin melakukan kehendak roh maka akan ada ‘godaan’ yang menahan kita sehingga iman kita tidak bisa bertumbuh dan menentang firman Tuhan. Dalam Luk 9;23 mengatakan “setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memanggul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku”. Iman kita akan mengalami proses pertumbuhan terus menerus dan belajar berjalan bersama Tuhan Yesus setiap hari dengan tekun menjalankan teladan kasih dan memanggul salib dalam hidup kita sehari-hari agar mendapatkan keselamatan abadi bersama Bapa di surga.
Pesan pertobatan dalam kedua bacaan ini mengingatkan kita bahwa kita semua memiliki dosa dan membutuhkan keselamatan yang hanya ditemukan dalam Yesus Kristus. Ini adalah panggilan untuk mengubah hidup kita, meninggalkan dosa-dosa kita, dan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Dengan demikian, mari kita hidup sebagai saksi-saksi Kristus, mewartakan kerajaan Allah dengan kasih dan keberanian, sehingga orang lain juga dapat mengalami transformasi hidup melalui iman dalam Yesus Kristus, Sang Juruselamat yang bangkit.
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 28 days
Text
youtube
Renungan 31Mar24
Bacaan Injil Yoh 20;1-9
Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketiak hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur Yesus, dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Maka ia  berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus. Ia berkata kepada mereka, 'Orang telah mengambil Tuhan dari kubur dan kami tidak tahu di mana mereka meletakkannya.' Maka keluarlah Petrus bersama murid yang lain, lalu mereka pergi ke kubur itu. Mereka berdua berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari Petrus, sehingga tiba lebih dahulu di kubur itu. Dia membungkuk-bungkuk, tetapi tidak masuk ke dalam kubur itu. Lalu datanglah Simon Petrus, mengikutinya, dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan yang terletak di situ, dan juga kain peluh yang tadinya menutupi kepala Yesus, tetapi tidak bersama dengan kain kapan itu, melainkan bergulung-gulung dan diletakkan terpisah. Kemudian masuklah juga murid yang lain, yaitu murid yang tiba lebih dahulu di kubur itu, dan ia melihat dan percaya. Sebab mereka belum mengerti Kitab Suci, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati."
Demikian sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Bacaan Injil hari ini menceritakan peristiwa kuburan Yesus yang telah kosong, dimana setelah mengetahui kubur Yesus kosong, Maria Magdalena memberitahukan hal ini kepada Petrus dan murid yang dikasihi Yesus. Maria Magdalena berkata, “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya.” Tentu berita ini sangat mengejutkan dua murid tersebut. Oleh karena itu, mereka segera berlari menuju kubur. Sampai di sana, mereka melihat kain kafan terletak di tanah, sementara kain peluh tergulung dan terletak di tempat lain. Mereka merasakan kesedihan yang luar biasa karena harapan besar kepada Yesus pupus karena kematian dikayu salib sekarang makam-Nya pun kosong hanya tersisa kain kafan dan kain peluh. 
Dalam kisah selanjutnya Yesus menampakkan Diri kepada Maria Magdalena, kita melihat Maria yang merasa kehilangan dan menangis ketika melihat kuburan yang kosong karena berpikir seseorang telah mengambil mayat Tuhan. Makna kebangkitan memang sulit dipahami seperti halnya para murid bahkan orang yang paling dekat sekalipun seperti Maria Magdalena yang merasa kehilangan dan tidak mengenali Yesus yang berdiri dibelakangnya dan menyapanya. Maria berpikir tidak mungkin Yesus yang sudah terbaring mati kok bisa berdiri dibelakangnya dan baru sadar ketika Yesus memanggil namanya. 
Di sisi lain, dalam bacaan pertama dari Kisah Para Rasul 10:34a, 37-43, kita mendengar tentang pelayanan Petrus kepada Kornelius, seorang tentara Romawi. Dalam khotbahnya, Petrus menyaksikan karya penyelamatan yang dilakukan melalui Yesus Kristus, dan bagaimana Dia telah diutus oleh Allah dan menjadi saksi untuk memberikan keselamatan kepada semua orang yang percaya pada-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengalami momen ketidakpercayaan dan kebingungan seperti yang dialami Maria Magdalena dan murid-murid lainnya. Kebanyakan orang ingin melihat hal-hal yang spektakuler atau menuntut mujizat dari Tuhan terlebih dahulu, barulah mereka mau percaya bahwa Tuhan itu ada dan berkuasa. Sampai saat ini, sekalipun sudah mendengar tentang berita Injil dan juga mendengar kedahsyatan kuasa Kristus yang sanggup melakukan mujizat  membangkitkan orang mati, mencelikkan mata buta, memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan, menyembuhkan orang sakit, dan masih banyak lagi mujizat yang dikerjakan-Nya, toh masih saja orang tidak mau percaya kepada Kristus. Ini tidaklah mengherankan!  Thomas, yang sudah menjadi murid Kristus dan berkumpul setiap hari bersama-Nya, masih saja minta bukti.. Sewaktu murid-murid yang lain bercerita bahwa mereka telah melihat Kristus sudah bangkit, Thomas tidak langsung mau percaya. "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." (Yoh 20:25). Tuhan tahu benar apa yang berkecamuk di dalam pikiran dan hati Thomas, karena itu setelah delapan hari kemudian Ia datang lagi ke rumah itu.  Untuk meyakinkan Tomas berkatalah Tuhan,  "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."  (Yoh 20:27).  Setelah melihat bukti dengan mata kepala sendiri barulah ia percaya kepada-Nya:  "Ya Tuhanku..."  (Yoh 20:28).
Bacaan Injil hari ini mengajarkan kita bahwa kebangkitan Yesus menumbuhkan harapan akan kehidupan baru yaitu bangkit dan hidup bersama Kristus. Menjadi saksi Kristus berarti kita mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus dan merasakan kehadiran-Nya seperti halnya Maria yang menjadi orang pertama yang menyaksikan dan berjumpa dengan Yesus yang bangkit. Kisah perjumpaannya dengan Yesus memberi keyakinan bahwa Yesus adalah Juru Selamat. Tuhan memakainya sebagai saksi kebangkitan-Nya kepada para murid yang lain dan dengan penuh sukacita mengatakan “aku telah melihat Tuhan”. Yesus menjanjikan kehadiran-Nya bagi orang yang mau merendahkan diri dan percaya kepada-Nya. Selanjutnya dalam Yoh 14;18-20 Ia mengatakan “Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup”. Yesus menjanjkan kehidupan kekal di rumah Bapa bagi orang yang mau percaya kepada-Nya seperti tertulis dalam Titus 1;2 “dan berdasarkan pengharapan akan hidup yang kekal yang sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta”
Kebangkitan dan perjumpaan pribadi dengan Kristus telah membawa sukacita mendalam bagi Maria Magdalena dan para murid-Nya begitupula sukacita kebangkitan akan terus ada hingga akhir zaman nanti melalui kehadiran-Nya dalam perjamuan Ekaristi seperti tertulis dalam Yoh 20;29 “karena engkau telah melihat Aku maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” yang menunjukkan pentingnya iman sebelum kita merasakan kuasa keselamatan-Nya  
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 28 days
Text
youtube
Renungan 28Mar2024
Bacaan Injil Yoh 13:1-15
Sebelum Hari Raya Paskah mulai, Yesus sudah tahu bahwa saatnya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sebagaimana Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya, demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir. Ketika mereka sedang makan bersama, Iblis membisikkan dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, rencana untuk mengkhianati Yesus. Yesus tahu, bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Maka bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya. Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya, lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya, “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak mengerti sekarang, tetapi engkau akan memahaminya kelak.” Kata Petrus kepada-Nya, “Selama-lamanya Engkau tidak akan membasuh kakiku!” Jawab Yesus, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak akan mendapat bagian bersama Aku.” Kata Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” Kata Yesus kepadanya, “Barangsiapa sudah mandi, cukuplah ia membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Kamu pun sudah bersih, hanya tidak semua!” Yesus tahu siapa yang akan menyerahkan Dia; karena itu Ia berkata, “Tidak semua kamu bersih.” Sesudah membasuh kaki mereka, Yesus mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Nah, jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki. Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepadamu, supaya kamu juga berbuat seperti yang telah Kuperbuat padamu.”
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam kisah Perjamuan Terakhir, kita diperlihatkan betapa pentingnya kasih dan pelayanan menurut ajaran Yesus, yang menjadi inti dari perayaan Hari Kamis Putih. Kisah ini mengingatkan kita akan panggilan kita untuk mengasihi sesama, bahkan dalam tindakan pelayanan yang paling sederhana sekalipun.
Bacaan pertama dari Kitab Keluaran (Keluaran 12:1-8, 11-14) mengingatkan kita akan peristiwa Paskah, di mana Allah menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan di Mesir. Seperti dalam peristiwa membasuh kaki dalam Perjamuan Terakhir, darah domba yang dilapiskan pada pintu rumah umat Israel menjadi tanda penyelamatan dari maut. Ini menunjukkan betapa kasih Allah yang besar kepada umat-Nya, memberikan jalan untuk pembebasan dan keselamatan.
Pada peristiwa Perjamuan Terakhir, Yesus menekankan pentingnya pelayanan dan kasih kepada sesama melalui tindakan membasuh kaki para murid-Nya. Bahkan sebelum memasuki penderitaan-Nya, Yesus dengan rendah hati mempersembahkan contoh pelayanan yang penuh kasih kepada murid-murid-Nya, termasuk kepada Yudas yang kemudian mengkhianati-Nya. Yesus tidak memandang status sosial atau kesalahan seseorang; Dia tetap memberikan teladan kasih-Nya kepada semua orang.
Kisah membasuh kaki ini juga mencerminkan ajaran Yesus tentang kepemimpinan yang sejati. Dia mengajarkan bahwa kepemimpinan sejati bukanlah tentang kekuasaan atau status, melainkan tentang pelayanan dan pengorbanan. Ketika Yesus berkata, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu," Dia memberikan teladan yang jelas tentang bagaimana seorang pemimpin sejati seharusnya bertindak.
Dalam konteks peringatan Hari Kamis Putih, kita dipanggil untuk merenungkan pesan-pesan ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita diajak untuk mengikuti teladan Yesus dengan mengasihi sesama, melayani dengan rendah hati, dan mengampuni satu sama lain. Kita juga dipanggil untuk menolak dorongan untuk mencari kebesaran atau pengakuan pribadi, melainkan mengabdikan diri dalam pelayanan kepada sesama.
Sebagai umat yang dipanggil untuk mengikuti Kristus, marilah kita mempersembahkan diri kita sebagai hamba-hamba yang siap melayani, tanpa memandang status atau kepentingan pribadi. Dengan demikian, kita dapat menjadi saksi-saksi yang setia akan kasih dan pelayanan Kristus kepada dunia, membawa terang dan harapan dalam kehidupan orang-orang di sekitar kita. Dengan kerendahan hati dan kasih yang tulus, marilah kita mewartakan Kerajaan Allah dan menyebarkan berkat kasih-Nya kepada semua orang.
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 28 days
Text
youtube
Renungan 26Mar2024
Bacaan Injil Yoh 13;21-33.36-38
Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di an¬tara kamu akan menyerahkan Aku.” Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya.
Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: ”Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!” Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: ”Tuhan, siapakah itu?” Jawab Yesus: ”Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.”
Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberi¬kannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya, ”Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”
Tetapi tidak ada seorangpun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas.Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin.Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.
Sesudah Yudas pergi, berka¬talah Yesus: ”Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku me¬nga¬takannya sekarang juga kepada kamu.
Simon Petrus berkata kepada Yesus: ”Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” Jawab Yesus: ”Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.” Kata Petrus kepada-Nya: ”Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!” Jawab Yesus: ”Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Renungan dari Yohanes 13:21-33, 36-38 dan bacaan pertama dari Yesaya 49:1-6 membawa kita pada suatu perenungan yang mendalam tentang panggilan dan pengorbanan. Ketika kita membaca bagian-bagian ini, kita dihadapkan pada gambaran Yesus yang dalam kesederhanaanNya menunjukkan kasihNya yang mendalam kepada kita.
Dalam Yohanes 13:21-33, 36-38, kita melihat bagaimana Yesus mengungkapkan kesedihan-Nya ketika Dia mengumumkan bahwa salah seorang dari mereka yang hadir akan mengkhianati-Nya. Ini adalah momen yang penuh dengan perasaan campur aduk, di mana Yesus merasakan rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam. Namun, dalam tengah-tengah segala penderitaan ini, Dia tidak berhenti mengasihi dan melayani para murid-Nya. Bahkan ketika Petrus bersikeras bahwa dia tidak akan menyangkal Yesus, Yesus dengan lembut mengingatkannya bahwa dia akan menyangkal-Nya tiga kali sebelum ayam berkokok.
Peristiwa-peristiwa ini menggambarkan panggilan Yesus kepada kita untuk setia, bahkan dalam saat-saat paling sulit sekalipun. Seperti yang digambarkan dalam bacaan pertama dari Yesaya 49:1-6, kita melihat bagaimana Allah memanggil dan membentuk kita sejak dalam kandungan untuk menjadi saksi bagiNya. Bahkan ketika kita mungkin merasa tidak layak atau tidak mampu, Allah berjanji untuk memperkuat kita dan menjadikan kita terang bagi bangsa-bangsa.
Namun, seringkali dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin mengalami tantangan yang membuat kita ingin menarik diri dari panggilan tersebut. Kita mungkin merasa terlalu lemah, terlalu takut, atau terlalu sibuk untuk meluangkan waktu bagi Allah. Tetapi, renungan ini mengingatkan kita bahwa Allah selalu setia, bahkan ketika kita tidak setia. Dia selalu siap untuk memperbaiki dan menguatkan kita dalam panggilan-Nya.
Karenanya, mari kita menerima panggilan tersebut dengan hati yang tulus dan tekun. Mari kita berkomitmen untuk setia dalam mewartakan kerajaan Allah, tidak peduli betapa sulitnya situasinya. Marilah kita belajar dari ketabahan dan keteguhan hati Yesus, yang bahkan dalam saat-saat paling sulit sekalipun, tetap setia pada panggilan-Nya. Dan jika kita pernah jatuh dalam dosa atau penyangkalan, marilah kita bertobat dengan tulus dan kembali kepada Allah yang penuh kasih dan pengampunan.
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 28 days
Text
youtube
Renungan 23Mar2024
Bacaan Injil Mrk 14:1-15:47
“Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah bulat mupakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus. Pilatus bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia. Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!"
Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus merasa heran.
Telah menjadi kebiasaan untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu menurut permintaan orang banyak. Dan pada waktu itu adalah seorang yang bernama Barabas sedang dipenjarakan bersama beberapa orang pemberontak lainnya. Mereka telah melakukan pembunuhan dalam pemberontakan. Maka datanglah orang banyak dan meminta supaya sekarang kebiasaan itu diikuti juga. Pilatus menjawab mereka dan bertanya: "Apakah kamu menghendaki supaya kubebaskan raja orang Yahudi ini?" Ia memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki. Tetapi imam-imam kepala menghasut orang banyak untuk meminta supaya Barabaslah yang dibebaskannya bagi mereka. Pilatus sekali lagi menjawab dan bertanya kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan orang yang kamu sebut raja orang Yahudi ini?" Maka mereka berteriak lagi, katanya: "Salibkanlah Dia!"
Lalu Pilatus berkata kepada mereka: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Salibkanlah Dia!" Dan oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka. Tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan. Kemudian serdadu-serdadu membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan memanggil seluruh pasukan berkumpul. Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.
Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Mereka memukul kepala-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah ungu itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian Yesus dibawa ke luar untuk disalibkan. Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepada-Nya, tetapi Ia menolaknya. Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing.
Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan. Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: "Raja orang Yahudi". Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya. [Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: "Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka."] Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya." Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga. Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga.
Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Lihat, Ia memanggil Elia." Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia." Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!"
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam pasal Markus 14:1-15:47, kita diajak mengenang kisah sengsara Yesus dimana Ia mengalami penderitaan yang luar biasa sebelum akhirnya disalibkan, sebagai bagian dari rencana penyelamatan Allah bagi umat manusia seperti halnya bacaan pertama dari Kitab Yesaya (Yesaya 50:4-7) juga menunjukkan kepasrahan yang luar biasa dari hamba Tuhan, yang bersedia menerima penderitaan sebagai bagian dari misi yang diberikan kepadanya.
Ketika kita memandang ke dalam kehidupan Yesus, kita melihat ketabahan dan kesetiaan-Nya dalam menghadapi penderitaan dan kematian. Ini menjadi contoh bagi kita semua tentang bagaimana kita harus bersikap dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan dalam hidup kita. Yesus mengajarkan kepada kita untuk percaya pada kehendak Allah, bahkan dalam saat-saat yang paling sulit sekalipun.
Bacaan liturgi hari ini mengingatkan saya akan quote terkenal Gandalf dalam film "Lord of the Rings", "It is the small everyday deeds of ordinary folk that keep the darkness at bay. Small acts of kindness and love." Ini mengajarkan kita bahwa kekuatan sejati untuk melawan kegelapan bukanlah semata-mata berasal dari kekuatan besar, tetapi dari tindakan-tindakan kecil sehari-hari yang dilakukan dengan kasih dan kebaikan. 
"Lord of the Rings" adalah sebuah kisah epik yang mengikuti perjalanan seorang hobbit bernama Frodo Baggins yang diberi tugas untuk membawa Cincin Kekuasaan ke Gunung Doom untuk dihancurkan, mengakhiri kekuasaan jahat Sauron. Dalam perjalanan epiknya, Frodo dibantu oleh teman-temannya yang setia, termasuk Samwise Gamgee, Merry, Pippin, dan karakter-karakter lainnya.
Dalam kisah ini, kita melihat bahwa kekuatan sejati tidak selalu berasal dari kebesaran atau kekuatan fisik, tetapi dari kesetiaan, ketabahan, dan tindakan kecil yang dilakukan dengan kasih. Meskipun Frodo adalah seorang yang kecil dan lemah dalam hal kekuatan fisik, dia mampu memegang tanggung jawab besar untuk mengakhiri kekuasaan jahat, karena keberaniannya dan kebaikan hatinya.
Sepanjang perjalanan mereka, Frodo dan teman-temannya menghadapi berbagai rintangan dan godaan untuk menyerah, tetapi mereka terus maju dengan tekad yang kuat dan tindakan-tindakan kecil yang penuh kasih. Mereka belajar bahwa bahkan dalam kegelapan yang paling dalam, cahaya dapat ditemukan dalam tindakan-tindakan kecil sehari-hari yang dilakukan dengan kasih dan kebaikan.
Melalui karakter Frodo dan perjalanannya, kita dapat memahami bahwa setiap orang memiliki peran penting dalam memerangi kejahatan dan membawa terang kepada dunia, bahkan jika kita merasa kecil dan lemah. Hal ini sejalan dengan pesan dalam bacaan Injil hari ini bahwa setiap individu memiliki nilai yang besar di mata Allah, dan bahwa tindakan-tindakan kecil yang dilakukan dengan kasih dapat membawa perubahan yang signifikan dalam membawa kebaikan dan keadilan kepada dunia.
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 28 days
Text
youtube
Renungan 22Mar2024
Bacaan Injil Yoh 10;31-42
Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: ”Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu: ”Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” Kata Yesus kepada mereka: ”Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah — sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan —, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: ”Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.” Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam kisah ‘Yesus ditolak oleh orang Yahudi’ kita melihat perbandingan antara dua kelompok pertama orang Yahudi  yang menolak percaya meskipun sudah melihat mukjizat Yesus dan pekerjaan baik dari Bapa namun masih ingin merajam Yesus (31) dan kelompok kedua orang-orang yang berada diseberang sungai Yordan tempat dimana Yohanes membaptis dahulu (40), dimana Yohanes mengajarkan tentang Yesus dan banyak orang yang percaya kepada Yesus walaupun Yesus tidak melakukan mukjizat disana (41). Bacaan Injil malam ini mengajarkan kepada kita bahwa mukjizat bukanlah menjadi dasar orang percaya Yesus dan Bapa adalah satu.
Pernyataan Yesus “Aku dan Bapa adalah satu" (30) mempertegas hubungan Yesus dengan Bapa-Nya sekaligus membuat orang-orang Yahudi marah mau melempari Yesus dengan batu karena menyamakan diri-Nya dengan Allah dan menolak percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang hidup (36). Dalam bacaan pertama kitab Yeremia dikisahkan banyak orang seperti halnya orang Yahudi dalam bacaan Injil hari ini yang berbisik dan menghasut banyak orang untuk mengadukan, mengintai serta berencana melakukan pembalasan terhadap dia namun Tuhan menyertai aku dan melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang jahat sehingga mereka tidak dapat berbuat apa-apa seperti halnya dalam bacaan Injil malam ini dimana berulang kali mereka mencoba menangkap Yesus namun Ia luput dari tangan mereka. 
Dalam realita hidup jaman sekaranpun, kita pun masih menghadapi banyak kejadian serupa seperti kelompok orang Yahudi, ohli Taurat dan orang Farisi yang merasa kehadiran Yesus menjadi ancaman bagi mereka sehingga mencari kesalahan dan menyebar fitnah tentang kebenaran firman Tuhan. Kadang kita memandang orang lain secara sempit, karena perbedaan, ketidaksepahaman, dan menghakimi orang lain sebagai pendosa yang harus dihukum. Tidak jarang kita merasa diri paling baik, paling benar, sementara yang lain salah dan keliru. Banyak orang menutupi kebenaran karena takut tekanan politik, tawaran kekuasaan/jabatan/uang, menebar fitnah serta menghalalkan secara cara untuk mencapai tujuan pribadinya daripada menjalankan kehendak Bapa. Kisah injil hari ini mengajarkan kepada kita untuk bersikap rendah hati dan tetap melakukan perbuatan baik walaupun menghadapi banyak tekanan karena hanya melalui teladan kasihlah setiap kita orang yang percaya akan bersatu dengan Bapa seperti dikatakan Yesus ‘Jikalau Aku tidak mengerjakan Bapa-Ku, janganlah kamu percaya kepadaKu” (37).
Hubungan yang erat antara Yesus dengan Bapa ini juga menjadi dasar relasi Yesus dengan domba-Nya dimana Aku mengenal mereka dan mengikuti Aku bahkan Yesus mengatakan domba-Ku tidak akan pernah binasa dan tidak seorangpun dapat merebut mereka dari tangan-Ku. (27-28). Bacaan malam ini mengajak kita kembali refleksi hidup kita apakah kita sudah menjadi kawanan domba-Nya? masihkah kita menolak kehadiran Kristus melalui sesama yang miskin dan tersingkirkan? apakah kita sudah menjadi pelaku firman dalam hidup sehari-hari?
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 28 days
Text
youtube
Renungan 21Mar2024
Bacaan Injil Yoh 8;51-59
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.”Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?” Jawab Yesus: “Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam perjalanan hidup kita sehari-hari, kita seringkali dihadapkan pada pertanyaan besar tentang makna hidup dan bagaimana kita seharusnya hidup di dunia ini. Injil Yohanes 8:51-59 memberikan kita wawasan yang mendalam tentang janji kehidupan kekal yang ditawarkan Yesus kepada kita. Yesus berkata, "Sesungguhnya, sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mati selama-lamanya." Pernyataan ini, sederhana namun penuh makna, mengundang kita untuk merenungkan tentang pentingnya mendengarkan dan mengikuti ajaran-ajaran Yesus dalam kehidupan kita.
Pada saat yang sama, bacaan dari Kejadian 17:3-9 mengisahkan tentang perjanjian Allah dengan Abram, dimana Allah menjanjikan akan menjadikan Abram sebagai bapak bagi banyak bangsa dan mengubah namanya menjadi Abraham sebagai tanda perjanjian tersebut. Perjanjian ini tidak hanya menekankan hubungan pribadi antara Allah dan Abraham, tapi juga menunjukkan bagaimana iman dan ketaatan kepada Allah membawa berkat yang melimpah bagi banyak orang.
Mengaitkan kedua bacaan ini, kita diajak untuk memahami bahwa kita diundang untuk terus menerus mendengarkan, beriman, dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya. Yesus, melalui kata-kata dan tindakan-Nya, telah menunjukkan jalan kehidupan yang harus kita ikuti. Jalan ini tidak selalu mudah, karena seringkali menuntut kita untuk melepaskan keinginan pribadi dan mengutamakan kehendak Allah. Ajakan Yesus untuk menuruti firman-Nya dan janji Allah kepada Abraham tentang perjanjian yang kekal mengajarkan kita tentang pentingnya iman dan ketaatan. 
Pesan Yesus tentang pentingnya mendengarkan dan menuruti firman-Nya menantang kita untuk merenungkan hubungan pribadi kita dengan Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada pilihan hidup yang menguji iman dan ketaatan kita. Yesus mengajak kita untuk melihat lebih dalam ke dalam hati kita sendiri, mengenali di mana kita mungkin menolak atau mengabaikan suara-Nya, atau memutuskan untuk kembali kepada-Nya dengan hati yang terbuka dan taat.
Ajakan pertobatan ini bukan hanya tentang memperbaiki kesalahan atau kelemahan kita, tetapi juga tentang memperbarui komitmen kita untuk mewartakan Kerajaan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Seperti Abraham, kita dipanggil untuk menjadi saksi dari janji dan kasih Allah, berbagi berita baik tentang keselamatan melalui Yesus Kristus dengan dunia disekitar hidup kita yang membutuhkan harapan.
Renungan ini mengajak kita untuk merenungkan peran kita sebagai pewaris janji Allah. Kita diingatkan untuk tidak hanya menjadi pendengar firman tetapi juga pelakunya, menjalani hidup yang mencerminkan kasih dan kebaikan Allah. Dalam melakukan ini, kita membangun kerajaan Allah di bumi, satu langkah kecil dalam satu waktu, melalui kata-kata dan tindakan kita sehari-hari yang penuh dengan kasih dan pelayanan seperti dikatakan bunda teresa dalam quotenya “Tidak semua dari kita dapat melakukan hal-hal besar. Tetapi kita dapat melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang luar biasa”.
Mari kita berdoa agar hati kita selalu terbuka untuk mendengar dan merespons panggilan Yesus, memperbaharui iman kita setiap hari dan berkomitmen untuk menjalani hidup yang penuh dengan kasih dan pelayanan kepada orang lain. Dengan demikian, kita tidak hanya menantikan kehidupan kekal yang dijanjikan tetapi juga mengalami sukacita dan kedamaian Kerajaan Allah di sini dan sekarang.
Berkah Dalem
0 notes
saatrenungan · 1 month
Text
youtube
Renungan 17Mar2024
Bacaan Injil Yoh 12;20-33
Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: ”Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus.” Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus. Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: ”Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!” Maka terdengarlah suara dari sorga: ”Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!” Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata: ”Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia.” Jawab Yesus: ”Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu. Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. 
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam keheningan dan gelapnya sel penjara Shawshank, terdapat sebuah cerita tentang pengharapan, pengorbanan, dan kebangkitan yang menyerupai kisah pengorbanan Yesus yang kita baca dalam Yohanes 12:20-33. Di tengah-tengah keputusasaan, terdapat benih kehidupan yang siap bertumbuh dan berbuah banyak, mengingatkan kita pada biji gandum yang harus mati untuk menghasilkan buah yang melimpah. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, ajaran ini mengajak kita untuk memahami pentingnya pengorbanan diri demi kebaikan yang lebih besar, sebuah tema yang juga sangat kental dalam kisah Andy Dufresne dalam film "The Shawshank Redemption".
The Shawshank Redemption" adalah sebuah film yang mengisahkan perjalanan Andy Dufresne, seorang bankir yang dihukum penjara seumur hidup atas pembunuhan istrinya dan kekasih istrinya, sebuah kejahatan yang tidak ia lakukan. Dalam kesendirian dan pengasingannya di penjara Shawshank, Andy Dufresne mengalami transformasi pribadi yang mendalam, mirip dengan biji gandum dalam Yohanes 12 yang harus mati untuk menghasilkan banyak buah. Meskipun ia berada dalam situasi yang tampak tanpa harapan, Andy tidak kehilangan kebebasan rohaninya. Ia menggunakan kecerdasan, pengetahuan tentang keuangan, dan kemampuan beradaptasi untuk membawa perubahan positif bagi para tahanan lain dan bahkan para penjaga. Melalui pengajaran dan tindakan Andy, nilai-nilai seperti harapan, keadilan, dan kemurahan hati ditanamkan dalam komunitas penjara yang keras tersebut.
Adegan lainnya di mana Andy memainkan musik opera melalui sistem pengeras suara penjara menjadi simbol dari kebebasan rohani yang tidak dapat dibelenggu oleh dinding penjara fisik. Ini mengajarkan kita bahwa meskipun terkadang kita terperangkap dalam "penjara" kehidupan—baik itu rasa takut, keputusasaan, atau kesulitan—kita selalu memiliki pilihan untuk mundur sejenak dari berbagai permasalahan hidup dan mencoba mendengarkan panggilan Tuhan dalam hati kita.
Ketika Andy akhirnya berhasil melarikan diri dan membawa bukti yang akan membersihkan namanya serta mengungkap korupsi dalam sistem penjara, kita melihat pemenuhan Yohanes 12:25-26 di mana Yesus berkata “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal”. Andy tidak hanya menyelamatkan dirinya sendiri tetapi juga membantu teman-temannya, terutama Red, menemukan harapan dan kemungkinan baru. Ini menunjukkan bahwa “kehidupan” yang ditemukan melalui "kematian" dimana harus menjalani berbagai cobaan - sering kali mengarah pada keselamatan dan kebebasan untuk diri sendiri dan orang lain.
Yeremia 31:31-34 berbicara tentang perjanjian baru yang akan ditulis di dalam hati orang-orang, di mana mereka akan mengenal Tuhan secara pribadi dan dosa mereka akan diampuni. Andy, meskipun tidak secara eksplisit religius, bertindak sebagai pembawa kabar keselamatan di Shawshank. Dia membangun perpustakaan, mendidik para tahanan, dan melalui keberaniannya mengungkap korupsi dalam administrasi penjara, ia secara simbolis "menulis hukum" keadilan dan kemanusiaan baru dalam hati mereka. Pengampunan dan pembebasan yang akhirnya ia temukan juga menggema janji Yeremia tentang pengampunan dan pengetahuan pribadi tentang keadilan.
Film ini serta bacaan Yohanes 12:20-33 dan Yeremia 31:31-34, mengajarkan kita bahwa meskipun kita mungkin menghadapi 'penjara' dalam berbagai bentuk dalam kehidupan kita, ada kekuatan dalam pengorbanan, harapan, dan iman. Melalui 'kematian' terhadap keegoisan dan keputusasaan, dan dengan 'menulis' hukum kasih dan keadilan dalam hati kita, kita dapat menemukan kebebasan sejati dan membantu mewujudkan Kerajaan Allah di bumi. Cerita Andy Dufresne adalah peringatan bagi kita semua bahwa, terlepas dari keadaan, harapan dan kebaikan dapat menemukan cara untuk berbuah banyak, membawa kehidupan baru bagi diri kita dan bagi mereka di sekitar kita.
Berkah Dalem
0 notes