Tumgik
#surat untuk istriku
rpreaperperson · 1 year
Text
Childe x reader AU Modern
Warn: none just lil bit yandere 
dimension travel
ada bumbu yanderenya ama Sci-fi dikit 
buat kouhai tercintah~ @dumb-intp​
*Childe POV*
Merah.. badannya...dilumuri oleh cairan merah yang amis wajahnya memucat seiring waktu karena darah yang keluar.
Sudah aku berteriak meminta tolong tapi situasi sepi menunggu bantuan pun aku khawatir ia tidak akan...
“Siapa saja!! tolong!” teriakku pergi mencari bantuan..mobil sudah remuk tidak berbentuk, kaki ku terasa sakit untuk berdiri untuk sampai kepadanya saja aku harus menyeret untung saja jaraknya denganku tidak jauh.
“hey..kumohon ..bangun bangun...”aku menepuk-nepuk pipinya, tapi tidak ada jawaban darinya aku semakin memeluknya erat menoleh kanan kiri.
“c-Chil...de...”
“?! “ begitu mendengar rintihannya aku langsung menoleh kearahnya
“Sayang!..b-bagaimana keadaanmu?” aku semakin mengeratkan dekapanku
“uh..sakit...” rintih Alma memegang perutnya
“Tenang saja! a-aku akan panggil bantuan ya!” aku mengusap pipinya yang lembut namun bersimbah darah
“Childe...jangan pergi..aku ngantuk...”
“h-hey..shh shhh jangan tidur! Dengar jangan tidur shh shh”
“uhh..” kepalanya terasa lemas dan kelopak matanya menutup
Aku mendengar ada suara klakson mobil, terlihat ada dua orang yang keluar dari mobil tersebut disaat aku ingin berteriak minta tolong kepalaku tiba-tiba pening dan penglihatanku menjadi hitam.
  .
 Kejadian itu sudah berlalu lama kecelakaan dimana merengut nyawa istriku...semua kerabatnya menangis dan sebagian dari mereka menatapku kasihan, kumohon jangan menatapku seperti itu..aku tidak tahan...ditambah lagi..ia ternyata mengandung anakku...disaat Dokter memeriksanya Alma telah mengandung selama 6 minggu.
Setelah aku mendengar berita itu duniaku seketika terdiam dan hatiku berteriak...pulang kerumah aku mendapati kotak hadiah kecil yang isinya test pack dan surat yang berisikan tulisan
‘Selamat Jadi AYAHHH~~!’
Seketika mataku berair membacanya
Diselimuti oleh despresi aku mencoba membuat alat time travel..untungnya ia dan aku adalah scientist dan suka membuat hal-hal yang mustahil, ahh...mengingatnya saja sudah membuat mataku berair..jika saja aku dapat menghidari mobil hitam itu...jika saja aku dapat melindunginya..jika saja....
Mengepalkan tanganku erat bisa kurasakan tanganku basah akan sesuatu, perlahan aku melemaskan genggamanku dan melihat tanganku yang bersimbah darah.
Mengingatku akan waktu itu...
“Tenang saja..cintaku..kita akan bersama lagi” senyumku teduh menoleh kearah foto pernikahan kita didepannya terdapat cincin pernikahannya, berjalan perlahan aku mengusap fotonya.
  .
  3 tahun berlalu dan jerih payahku berhasil terwujudkan mesin time travelku berhasil dibuat.
“Akhirnya...aku berhasil” senyum merekah di wajahku, menoleh kearah foto pernikahan aku memeluk foto itu dan mengecup cincinnya.
“Sebelum itu aku harus membersihkan diriku” bajuku telah basah dengan keringat dari usaha membuat mesin ini aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri, meletakkan foto pernikahanku dan cincin di meja kecil.
Selesai mandi aku memakai baju yang ia beri saat ulang tahunku, Coat coklat muda dengan kemeja putih dan celana yang warnanya sama dengan coat hahh...sudah lama aku tidak memakai ini, setelan ini selalu mengingatkanku padanya..kalau tidak salah dia juga mempunyai setelan yang sama hanya saja untuk perempuan.
“ah..~ aku jadi tidak sabar...bertemu denganmu lagi” mengambil cincinnya juga perlengkapan lain seperti dompet dan meletakkan di dalam saku coatku aku mengaktifkan mesin waktu, terlihat cahaya biru muncul dari bulatan tersebut
“Selanjutnya..memasukkan tanggal...hm..bagaimana kalau tanggal ini” tentunya aku memilih tanggal sebelum kecelakaan itu.
Setelah itu aku menekan tombol untuk memulai mesinnya untuk bekerja dan benar saja bulatan itu membuat portal ke masa itu
Dengan senyum merekah aku berjalan perlahan ke dalam portal itu menemui cintaku satu-satunya.
*END POV*
 .
 .
  Setelah memasuki portal itu Childe membelakkan matanya melihat pemandangan taman yang menjadi tempat Childe melamar kekasihnya, di waktunya taman ini sudah ramai dan terlihat tidak menarik lagi karena banyak yang merusak fasilitasnya.
‘ya tempat ini..adalah tempat dimana aku dan dia pertama kali bertemu.. dan tempat aku melamarnya...’ Childe mengusap- usap cincin Alma yang berada didalam kantongnya.
“yosh...sekarang..dimana kau berada..” gumam Childe lalu ia pergi meninggalkan taman, karena tujuannya yang utama adalah bertemu pasangannya dan menghentikan kecelakaan itu terjadi.
   .
   Jarak antara taman dan rumah kekasihnya tidak terlalu jauh, jantung Childe terasa berdegup kencang tidak sabar bertemu dengan pasangannya lagi setelah sekian lama.
Sampai disana Childe menatap rumahnya nostalgia, namun ada mobil yang tidak ia kenal di depan rumahnya, mengangkat alisnya bingung
‘Ah..masa bodo...’
Lalu pintu depan terbuka memperlihat istrinya tercinta dengan dress peach manis yang membuatnya semakin menawan, seketika Childe berhenti bernapas terasa dunia terhenti oh....betapa rindunya ia kepada istrinya 
Bisikan nama istrnya keluar dari mulut setitik air mata turun dari matanya, kaki panjang Childe melangkah ke arahnya seperti terhipnotis   
“Oii..! jangan lupa ini” suara lelaki yang tidak dikenal oleh Childe, langkah Childe terhenti dan matanya terbelak saat melihat lelaki yang ia sangat kenal dan sangat benci
“Ah! iya...eheh” 
“kau ini..” lelaki itu memberi kecupan ke dahinya sehingga membuatnya memerah.
‘Beraninya dia...’ menggeretakkan gigi Childe menatap benci lelaki itu
‘Kenapa dia bersamanya?! Penguntit yang selalu mengincarnya? y-yang selalu memberikan pesan-pesan tidak senonoh itu? Apa-apaan ini..?!’ terlihat seperti menyadari sesuatu Childe menatap mobil yang dimasuki lelaki itu dan Alma
‘Kalau tidak salah...mobil itu..’ Childe teringat kejadian itu mobil yang sama dengan mobil yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi
‘jangan-jangan dia...dia yang menyebabkan ....’ rasa beci Childe berubah menjadi dendam, tenggelam dalam rasa kebenciannya Childe tidak tau kalau Istrnya telah menyadarinya saat masuk ke mobil, menoleh kebelakang Alma mendapati cinta pertamanya disana
‘Ch-Childe?! ‘ cinta pertama yang meninggal ‘bunuh diri’
“Ada apa sayang?”
ia terbelak dan menoleh kearah kekasih barunya
“eh?! T-tidak” menoleh kebelakang lagi namun tidak ada tanda-tanda dari pria berambut orange itu
   .
   Selama menetap di waktu masa lalu Childe menyadari sesuatu yang janggal, Childe di masa ini telah tiada karena bunuh diri ,ia berteori kalau mesin yang buat ini bukanlah mesin waktu...namun dimension travel.
‘Apa harus aku membuat mesin baru lagi..tapi...mengingat pria itu menjadi pasangan barunya....ughh aku tidak terima.. ’Lalu Childe merencanakan sesuatu
   .
   “Sayangg~...aku pergi dulu ya” dia mengangguk pelan
“iyaa!” lalu lelaki itu pergi meninggalkan rumahnya dengan mobil, setelah pasangan barunya itu pergi wanita itu berjalan kekamarnya dan mencari sesuatu didalam lemarinya.
Diambil kotak sedang berisikan foto-foto dan pernak-pernik ,foto Childe dan dirinya berdampingan
“waktu..itu...apa mataku yang salah..?”mengusap foto Childe ia kembali mengingat masa-masa muda mereka,lalu terdengar pintu depan terbuka
“? Apa ada yang tertinggal?” membereskan kotaknya dan menyimpan kembali kedalam lemari
“Kenapa?? Ada yang ter-- ?!” ia terkejut bukan main mendapati cinta pertamanya di depan muka
Childe mengucapkan namanya dan berjalan mendekati
“k-k-kau..Chil....de?” perlahan Childe memeluknya erat, mencium bau Childe yang lama rasa rindu membuatnya menitikkan air mata
“Childe..? apa kau benar-benar Childe?” ucap wanita itu sambil terisak isak
“iya.. shh shh...” Childe mengusap-usap kepala istrinya 
“apakah ini mimpi??”
“heh...untung bukan cintaku...” ia semakin mengeratkan pelukannya
‘Sekarang Alma sudah berada di dekapanku...’ Senyum miring terlihat licik Childe mengeluarkan suntikan dari sakunya
     ‘Tinggal membawanya ke dimensiku!!’
Tumblr media
8 notes · View notes
niakurniatiginting · 11 months
Text
MENGENAL SOSOK SAHABAT RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM "ASSABIQUNAL AWWALUN" SERI KE 5 B
*🏆 ARTI PEMILIK DUA CAHAYA YANG JADI GELAR UTSMAN BIN AFFAN*
_Al-Qur`ânul Karîm telah menyatakan perihal tingginya derajat as-Sâbiqûnal awwalûn, baik dari kalangan Muhâjirîn dan Anshâr di atas muslim lainnya, baik di masa generasi Sahabat, apalagi di atas generasi sekarang._
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
_*Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allâh ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allâh, dan Allâh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.*_
[At-Taubah/9:100].
Salah seorang sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Utsman bin Affan adalah seorang assabiqunal awwalun atau orang pertama yang masuk Islam.
Beliau menjadi khalifah ketiga sejak 23 Hijriah menggantikan Umar bin Khattab.
Selain terkenal dermawan, ada gelar Utsman bin Affan yang melekat padanya, yaitu Dzun Nurain atau pemilik dua cahaya.
Arti Pemilik Dua Cahaya yang Menjadi Gelar Utsman bin Affan
Mengutip buku berjudul Utsman bin Affan Radhiyallahu'anhu karangan Abdul Syukur al-Azizi (2021: 18), Utsman bin Affan menikahi putri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ruqayyah yang bercerai dengan Utbah bin Abu Lahab setelah diturunkannya Surat Al Lahab.
Ruqqayah memutuskan untuk masuk agama Islam, sementara suaminya tetap bertahan pada agamanya.
Abu Lahab, memaksa anaknya Utbah bin Abu Lahab untuk menceraikan Ruqayyah sebelum menyentuhnya.
Pernikahan Utsman bin Affan dengan Ruqayyah melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah.
Pernikahan Utsman dengan Ruqayyah berjalan singkat, tidak lama setelah keduanya hijrah ke Madinah, Ruqayyah mengalami sakit keras dan meninggal.
Utsman memakamkan Ruqayyah pada hari datangnya Zaid bin Haritsah membawa kabar kemenangan kaum muslim dalam perang badar.
Setelah ditingal Ruqayyah, Utsman bin Affan menemui Rasulullah untuk mendapat hiburan. Kemudian Utsman menceritakan kesedihannya
*“Wahai Rasulullah, adakah orang yang mendapat musibah sebagaimana yang menimpaku? Putri Rasulullah meninggal dunia ketika menjadi istriku. Terputuslah keturunanku dan terputus pula hubugan persemendaan (pertalian keluarga) antara aku denganmu.”*
Ketika Utsman masih berbicara kepada Rasulullah, tiba-tiba beliau bersabda,
”Wahai Utsman, ini Jibril. Ia menyampaikan perintah dari Allah kepadaku agar aku menikahkan kamu dengan saudara perempuan Ruqayyah, yakni Ummu Kultsum, dengan mahar yang sama dengan kakaknya, dan dengan cara bergaul yang sama dengan kakaknya.”
Utsman bin Affan menikahi Ummu Kultsum.
Dengan pernikahan tersebut, Utsman bin Affan mendapat gelar Dzun Nurain atau pemilik dua cahaya karena telah menikahi dua putri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berturut-turut.
Dari ulasan di atas diketahui arti Pemilik Dua Cahaya atau Dzun Nurain, yang menjadi gelar Utsman bin Affan, khalifah dalam sejarah peradaban Islam, sahabat sekaligus menantu dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam(MZM).
3 notes · View notes
safurahimawari · 2 years
Text
Hidden Gem yang Jarang terkuak dari sosok Imam Ahmad bin Hanbal
Imam Ahmad bin Hanbal salah satu Imam empat Mahzab yang mahsyur, namun dari sosoknya ada sisi lain yang jarang terkuak, yaitu bagaimana ia (Rahimahullah) menjadi teladan yang baik dalam rumah tangganya. 
Dari pernikahannya dengan Ummu Shalih kutipan berikut dapat menjadi renungan kita :
“Istriku hidup denganku selama 30 tahun, dan aku dengan dirinya tidak pernah berselisih dan berdebat walaupun hanya untuk satu kalimat atau untuk satu kasus” 
Bagaimana hal ini dapat terjadi, rahasianya adalah terciptanya kebahagiaan dalam rumah tangga. Kebahagiaan rumah tangga ini tidak serta merta didapat, melainkan adanya peran seorang suami yang menjadi pemimpin rumah tangga yang sempurna dalam menjalani perannya. Kesempurnaan peran seorang suami ini tidak didapatkan melainkan dari hati seorang suami yang bersih dan tunduk (taat) kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Hati yang bersih dan tunduk ini didapatkan dari kematangan seorang suami baik dalam hal ilmu nafi’ dan ilmu kauniyah. 
Ilmu nafi’ (ilmu yang bermanfaat) merupakan bekal dalam menjalani rumah tangga. Seperti firman Allah Subhanahu wa ta'ala dalam surat Al-kahfi ayat ke-68
“Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedangkan engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu ?”
Hal yang dapat kita pelajari dan ambil hikmahnya dari sosok Imam Ahmad adalah bagaimana ia dalam menuntut ilmu nafi’. Imam Ahmad sosok yang luar biasa ini terbentuk dikarenakan ia memiliki guru-guru yang tidak diragukan keshalihannya, ia pun sendiri sangat bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu salah satunya melalui perjalanannya yang sangat jauh bahkan untuk mendapatkan sebuah ilmu hingga dari hal tersebut ia dengan taufiq dari Allah Subhanahu wa ta'ala dikaruniai database ilmu/dalil yang sangat banyak, ia hafal Al quran dan jutaan hadist, dan menguasai cabang-cabang ilmu dalam delapan bidang. Dan yang terpenting, dari semua ilmu yang ia miliki ia sosok yang selalu mengamalkan ilmu tersebut. 
Ilmu kauniyah, adalah ilmu yang didapatkan dari pelajaran kehidupan. Tempaan kehidupan merupakan pelajaran yang berharga yang dengan itu dapat menghadirkan karakter yang kuat dalam diri seseorang. Imam Ahmad, sejak kecil adalah seorang yatim yang hanya dibesarkan oleh Ibunya. Dan hal ini merupakan hal yang menguntungkannya, yang menguatkan jiwa, karakter dan mentalnya sejak kecil. Secara duniawi, Imam Ahmad memiliki kehidupan yang susah, dan ini merupakan jalan yang dipilihnya yang semakin mendekatkannya dengan Allah Subhanahu wa ta'ala. Selain itu juga, peran guru beliau, selain mendidik juga menempa beliau menjadi sosok yang kuat. Dan ia pun menjalani kehidupan yang sangat fakir, dan pernah terdzalimi serta dipenjara selama bertahun-tahun. Tempaan yang kurang besar apalagi yang dengan ini menciptakan karakter yang luar biasa seperti beliau. 
Imam Ahmad menikah pada usia 40 tahun, dimana pada usia tersebut merupakan fase yang sangat matang dari usia seseorang. Seperti yang kita ketahui, Para Nabi mayoritas diutus ketika mereka di usia 40 tahun. Namun, hal ini bukan persoalan angka , namun perihal kematangan seseorang yang tidak serta merta bisa dinilai dari sebuah angka. Untuk itu menikahlah ketika sudah memiliki standar kematangan jiwa. 
Selain sosok suami itu sendiri, yang terpenting adalah sosok seorang istri. Ada sebuah kaidah umum “mendampingi orang besar itu susah” hal ini dikarenakan standarnya yang tinggi. 
Seperti firman Allah Subhanahu wa ta'ala dalam surat al kahfi ayat ke-28 :
"Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya..."
Sosok istri yang luar biasa yaitu Ummu Shalih memiliki karakter yang luar biasa juga, ia adalah sepupu dari Imam Ahmad, disini bisa kita ketahui bahwa Ummu Shalih juga berasal dari nasab yang baik seperti halnya Imam Ahmad. Ummu shalih juga merupakan istri yang peka, taat dan selalu mencari ridho suami bahkan sampai pada hal yang terkecil. Bahkan pertanyaan yang selalu ia tanyakan kepada Imam Ahmad adalah hal apa yang beliau tidak sukai dari Ummu Shalih, dan luar biasanya Imam Ahmad menjawab tidak ada sama sekali kecuali sendal yang ia pakai tidak biasa dengan sendal yang biasa dipakai wanita lainnya. Dan keesokan harinya Ummu Shalih menjual sendalnya tersebut dan mengganti sendal yang Imam Ahmad sukai. Tidak ada satu celahpun Ummu Shalih tidak mendapatkan ridho dari suaminya. Dan karakter lainnya dari Ummu Shalih adalah ia merupakan istri yang helpfull, tidak pasif dan selalu menolong suaminya. Hal tersebutlah diantara karakter Ummu Shalih yang mendampingi Imam Ahmad sehingga rumah tangga mereka dapat bahagia.
Dan yang terakhir yang perlu dimiliki untuk meraih pernikahan impian adalah keterikatan/satu frekuensi. Terkait ini, ada sebuah teori dalam ilmu fisika yaitu teori Quantum Entanglement. Teori ini menggambarkan fenomena fisik yang terjadi ketika sepasang partikel saling mempengaruhi walaupun dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh. Ketika dua partikel yang saling berinteraksi, mereka layaknya seperti dua pasang foton yang akan tetap saling terhubung satu dengan yang lainnya, dan secara instan saling menyamakan kondisi fisik keduanya, berapapun jauhnya jarak yang memisahkan.
Dalam hal pasangan suami istri, keterikatan/sefrekuansi ini haruslah ada. Untuk itu agar dapat saling memiliki keterikatan maka dua hal berikut haruslah dimiliki, pertama yaitu tujuan/purpose haruslah clear. Dimana sepasang suami istri harus memiliki tujuan yang sama agar sama sama dapat meraih tujuan tersebut. Kedua adalah harus memiliki pola-pola yang sama dalam jangka waktu yang cukup. Pola-pola ini dapat mencakup rutinitas harian, ibadah dan hal lainnya. Dan agar dapat sefrekuensi hal ini dapat diusahakan, bukanlah sesuatu yang mutlak tidak dapat diubah.
Untuk seseorang yang belum menikah maka hal ini memiliki peluang besar untuk masih dapat mengupayakan keterpautan. Namun, jika sudah berumahtangga jika pada akhirnya ikhtiar untuk dapat sefrekuensi ini sangat susah untuk diupayakan, maka bersabarlah dan bertakwalah seperti halnya yang disebutkan dalam firman Allah berikut :
"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. "
QS. Ali 'Imran[3]:200
Tumblr media
Resume half deen series - Pernihakan Impian
Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri
Jakarta-21 Agustus 2022
4 notes · View notes
morethanalphabets · 3 months
Text
Malam kemarin aku tak sengaja membuka google noted di handphone milik leo, istriku. Seperti yg kukira tulisannya cukup bagus dan menyayat bagi sang pembacanya. Isi tulisan itu kurang lebih surat yg akan diberikan kepadaku jika bukan dia yg berada di sampingku. mungkin saat itu dia sedang takut, bingung dan pasrah jika bukan dia pilihan terakhirku. Tapi nyatanya surat itu tak pernah terungkap karena aku telah memilihnya menjadi wanitaku untuk saat ini , besok dan selamanya
Dia menulis di thn 2022 di bulan februari dan aku baru membacanya di tahun 2024. Hampir 2 tahun surat itu belum terbaca dan tersampaikan. Waktu telah menuntunku utk mengetahuinya. Dan surat itu sudah kubaca dan kubalas tepat dibawah tulisan itu
Wanita kadang sulit utk mengungkapkan sesuatu hal, apalagi soal perasaan,
Keresahan hati akan membusuk kalau tidak tercurahkan kepada seseorang, namun seringkali kau putuskan untuk disimpan dunia. Sesekali cobalah untuk ungkapkan dan akui.. Sampaikan....Selagi waktu masih berpihak padamu
0 notes
aalyafrst · 1 year
Text
Jon, ini ada kiriman baju dan sepatu dari Mbakyu-mu yang di luar negeri, buat Zara dan Zura. Sama aku titip bingkisan isinya tas sekolah untuk Azzam, tapi jangan kamu berikan lewat ibunya. Kasihkan saja lewat Mas-mu, tapi dititip pesan jangan kasih tau istrinya. Atau kalau tidak, berikan saja langsung ke Azzam, tapi juga diberitahu jangan bilang-bilang ke ibunya, ya.
Surat itu kuterima bersamaan dengan paket berisi baju dan sepatu seperti yang dijelaskan. Kuhela nafasku berat. "Lagi lagi begini. Bagaimana caranya aku berikan tas ini tanpa ketahuan Mbak Nana," pikirku.
Aku adalah si bungsu dari lima bersaudara. Yang mengirim paket ini adalah Mbak Kinar, kakakku nomor tiga. Ia memang memiliki masalah dengan Mbak Nana, kakak iparku yang pertama. Sebenarnya masalah itu sudah lama terjadi, tapi entah mengapa diantara mereka tidak ada yang berinisiatif untuk meminta maaf duluan. Hingga akhirnya hal seperti ini pun sering terjadi. Mbak Kinar sering mengirimkan barang untuk Azzam, anak Mas Gilang, kakakku yang pertama. Mungkin karena Azzam adalah satu-satunya laki-laki dari keturunan keluarga kami sehingga Mbak Kinar begitu menyayanginya. Tapi karena masalah diantara mereka tak kunjung usai, keluargaku-lah yang harus menjadi perantara agar barang-barang itu sampai ke penerima. Istriku bahkan jengah karena kami selalu menjadi perantara.
-alfrst-
Smg, 25-01-2023
1 note · View note
Text
VIDEO + CERITA SEX DAUN MUDA GADIS PERAWAN
Tumblr media
minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD porno sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi. Si adik kecil ini kepingin segera disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang, karena ada kerabat punya hajat menikahkan anaknya. Anak tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di ranjang. Tetapi penisku tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa berdenyut-denyu­t bagian pucuknya. “Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku sendiri nonton CD porno seharian “, gumamku. Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air es lalu menghidupkan tape deck.Lumayan, tegangan agak mereda. Tetapi ketika ada video klip musik barat agak seronok, penisku kembali berdenyut-denyut. Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin. Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang. Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari lalu. Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap. “Sekarang minta jatah..”. Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan membaca surat kabar pagi yang belum tersentuh Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku mengalihkan pandangan ke arah suara.Renny anak tetangga mendekat. “Selamat sore Om. Tante ada?” “Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada apa?” “Wah gimana ya..” “Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa”, kataku ramah. ABG perawan berusia sekitar lima belas tahun itu menurut.Dia duduk di kursi kosong sebelahku. “Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa bantu”, tuturku sambil menelusuri badan gadis perawan yang mulai mekar itu. “Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru..” “Majalah apa sich?”, tanyaku.Mataku tak lepas dari dadanya yang tampak mulai menonjol. Wah, sudah sebesar bola tenis nih. “Apa saja. Pokoknya yang terbaru”. “Oke silakan masuk dan pilih sendiri”. Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak ragu-ragu mengikuti.Di ruang tengah aku berhenti. “Cari sendiri di rak bawah televisi itu”, kataku, kemudian membanting pantat di sofa. Renny segera jongkok di depan televisi membongkar-bong­kar tumpukan majalah di situ. Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari belakang. Bentuknya sangat bagus untuk ABG perawan seusianya. Pinggulnya padat berisi. Bra-nya membayang di baju kaosnya. Kulitnya putih bersih. Ah betapa asyiknya kalau saja bisa menikmati tubuh yang mulai berkembang itu. “Nggak ada Om. Ini lama semua”, katanya menyentak lamunan nakalku. “Nggg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana” Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski sering main ke rumahku. Tetapi sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak tetanggaku itu ibarat buah mangga telah mulai mengkal. Mataku mengikuti Renny yang tanpa sungkan-sungkan­ masuk ke kamar tidurku. Setan berbisik di telingaku, “inilah kesempatan bagi penismu agar berhenti berdenyut-denyut.Tapi dia masih kecil dan anak tetanggaku sendiri? Persetan dengan itu semua, yang penting birahimu terlampiaskan “. Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat anak itu berjongkok membongkar majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan. “Sudah ketemu Ren?” tanyaku. “Belum Om”, jawabnya tanpa menoleh. “Mau lihat CD bagus nggak?” “CD apa Om?” “Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini.” Gadis perawan itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir ranjang. Aku memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan televisi kamar. “Film apa sih Om?” “Lihat saja. Pokoknya bagus”, kataku sambil duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga. “Ihh..”, jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh. “Bagus kan?” “Ini kan film porno Om?!” “Iya. Kamu suka kan?” Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung, tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya. Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi.Aku memeluk gadis perawan itu dari belakang. “Kamu ingin begituan nggak?”, bisikku di telinganya. “Jangan Om”, katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku yang melingkari lehernya. Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.”­Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak lo..” “Tapi.. tapi.. ah jangan Om.” Dia menggeliat berusaha lepas dari belitanku. Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas dadanya. Dia melenguh dan hendak memberontak.badannya kurebahkan di ranjang tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar lagi segera mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut celana warna hitam. “Ohh.. ahh.. jangan Om”, erangnya sambil berusaha merapatkan kedua kakinya.Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan kulepas. Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil.Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan.Bahkan­ kemudian kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi. Oke Non. Maka lidahku pun makin dalam milik ABG perawan itu kuhajar dengan mulutku. Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu aku merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan. Menyusul kemudian BH hitamnya berukuran 32. Setelah kuremas-remas buah dadanya yang masih keras itu beberapa saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan mencium putingnya yang kecil. “Ahh..” keluh gadis perawan itu. Tangannya meremas-remas rambutku menahan kenikmatan tiada tara yang mungkin baru sekarang dia rasakan.”Enak kan beginian?” tanyaku sambil menatap wajahnya. “Iii.. iya Om. Tapi..” “Kamu pengin lebih enak lagi?” Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang. Kini dia tampak telentang pasrah.Penisku pun sudah tak sabar lagi mendarat di sasaran. Namun aku harus hati-hati. Dia masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan. Mulutku kembali bermain-main di vaginanya. Setelah kebasahannya kuanggap cukup, penisku yang telah tegak kutempelkan ke bibir vaginanya. Beberapa saat kugesek-gesekka­n sampai Renny makin terangsang. Kemudian kucoba masuk perlahan-lahan ke celah yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit kumaju-mundurka­n sehingga makin melesak ke dalam.Butuh waktu lima menit lebih agar kepala penisku masuk seluruhnya. Nah istirahat sebentar karena dia tampak menahan nyeri. “Kalau sakit bilang ya”, kataku sambil mencium bibirnya sekilas. Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol perawannya.Genj­otan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah ada kemajuan. Leher penisku mulai masuk. “Auw.. sakit Om..” Renny menjerit tertahan. Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa menerima penisku yang berukuran sedang. Satu menit kemudian aku maju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah aku maju. Sampai akhirnya.. “Ouuu..”, dia menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu. Wah aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei. Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya untuk menenangkan. Setelah agak tenang aku mulai menggenjot anak itu. “Ahh.. ohh.. asshh”, dia mengerang dan melenguh ketika aku mulai turun naik di atas tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya pun makin keras. Mendengar itu aku makin bernafsu menyetubuhi gadis perawan itu. Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya dijepitkan ke pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku. “Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?” “Ouuu enak sekali Om” Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi senggama. Tapi kupikir untuk kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Cersex Daun Muda Terpenting dia mulai bisa menikmati.mengg­erayangi dinding vaginanya yang mulai basah. Lima menit lebih barang kenikmatan.Lain­ kali kan itu masih bisa dilakukan. Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan sebelum spermaku muncrat membasahi perut dan payudaranya. Betapa nikmatnya menyetubuhi perawan. Sungguh-sungguh­ beruntung aku ini. “Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?” tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang lunglai setelah sama-sama mencapai klimaks. “Tapi takut Om..” “Nggak usah takut. Takut apa sih?” “Hamil” Aku ketawa. “Kan sperma Om nyemprot di luar vaginamu. Nggak mungkin hamil dong ” Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Cersex Daun Muda Aku tersenyum puas bisa meredakan adik kecilku. “Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar berbagai gaya lewat CD “. “Kalau ketahuan Tante gimana?” “Ya jangan sampai ketahuan dong” Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini Renny kugenjot dalam posisi menungging. Dia sudah tak menjerit kesakitan lagi. Penisku leluasa keluar masuk diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya.Beta­pa nikmatnya memerawani ABG tetangga. TAMAT -- DEWA757 Contact :- WA            : +855 1733 7649- Telegram   : +855 1733 7649- Line           : CSDEWA757- Livechat    : https://lc.chat/now/5505841/ Link Alternatif Dewa757http://209.105.243.205/anak757.info
23 notes · View notes
vatqi · 3 years
Text
Ra #1 - Pagebluk
Halo Ra, apa kabar?
Sudah lama sekali aku tak menuliskan surat untukmu bukan? Aku baik-baik saja di sini, ku harap kau pun begitu di sana. Barangkali kamu membaca ini saat malam, sambil melihat rembulan mengantung di angkasa ditemani bintang-bintang yang kau hitung satu persatu tapi tak pernah kau tuntaskan karena, ya memang begitu saat kita mulai menghitung bintang, satu kau hitung yang lainnya akan muncul, satu demi satu, kemudian jadi belasan, lalu puluhan tapi aku berani menjamin kau tak akan mencapai ratusan, haha.
Ah, jika kau bertanya aku ada di mana sekarang, aku sudah berpindah ke kota Ra, tak lagi di pedalaman. Sebenarnya ini pun juga sekedar singgah, karena kondisi yang tak memungkinkanku untuk menjelajah masuk ke kedalaman negeri ini. Bukan karena apa-apa, kondisi seperti sekarang ini memang mengharuskan aku yang sering keluar pergi dari  kota satu menuju kota yang lain harus  bersedia menetap disalah satu kota. Takut sekali kalau nantinya aku yang membawa penyakit pada orang-orang baik yang ada di tempat-tempat lain.
Lalu, apa kabar ibu? Beliau sehat-sehat saja kan? Bapak apa kabar? Masih sering meminta kopi tanpa gula? Kapan-kapan aku ingin mengirimkan surat untukmu beserta kopi untuk bapak, siapa tau bapak suka. Beberapa bulan lalu aku bertemu Pak Simin, beliau petani kopi, di .... Kau tak perlu tahu lah di daerah mana, kapan-kapan kalau kau masih mau ku ajak berkelana dan belum ada seseorang yang kamu terima cintanya, akan ku pertemukan langsung dengan beliau. Kopinya nikmat Ra, seduhannya pas, bahkan tanpa gula aku sudah merasakan manisnya. Kata beliau apapun jenis kopinya, di manapun tumbuhnya itu hanya berpengaruh kecil untuk cita rasanya, yang terpenting adalah hati si pembuatnya, apakah disertakan dalam adukan atau mengaduk penuh keterpaksaan.
Omong-omong Ra, bagaimana rasanya kembali pulang ke kampung halaman? Katanya bunga yang kau rawat semakin banyak saja ya? Oiya aku pun mendengar kini kau sudah punya momongan, ya tentu bukan momongan seorang bayi, tapi anak kucing yang kau terima dari teman mu. Siapa namanya? Kapan-kapan aku mau berkenalan dengannya. Coba nanti kamu foto lalu kamu kirimkan ke alamat yang ku beri dibalik kertas ini ya? Mau kan?
Kalau kau bertanya ini alamat rumah siapa, mari ku perkenalkan padamu, Pak Eli. Aku bertemu beliau di tanah lapang seminggu yang lalu saat aku sampai di kota ini. Saat itu aku sedang memperhatikan anak-anak bermain bola, barangkali ikut memeriahkan ajang Piala Euro dan Copa America yang baru saja selesai. Kau tau kan seberapa cintanya aku dengan sepak bola, sampai-sampai saat itu aku melamun membayangkan kalau aku bisa bergabung dengan mereka. Kemudian rombongan Pak Eli datang ke sebelahku, sambil menawarkan minum yang beliau bawa. Aku bertanya apakah mereka dari sawah, karena cangkul yang dibawa dan baju yang kotor dengan tanah. Tapi sejauh aku berjalan ini tadi tak melihat sawah barang secuil. Beliau malah tertawa Ra, sial, haha.
Akhirnya beliau bercerita kalau beliau adalah tukang gali kubur. Benar, alamat itu adalah alamat kantor pemakaman, jangan kaget begitu ah, aku tak akan menceritakan hal-hal mistis di sini, aku tahu kau takut dan kau tau aku adalah orang yang tak begitu percaya dengan hal-hal mistis. Lupakan soal itu ya?
Jadi sudah hampir seminggu aku tidur bersama Pak Eli di sini, aku banyak mendengar kisah dari beliau, terutama di masa pagebluk seperti ini.  Di masa seperti ini Ra, ada kalanya Pak Eli bersyukur sambil menangis memohon ampun. Kau mau tau alasannya? Akan ku singkat cerita panjang itu untukmu.
Beberapa tahun lalu Pak Eli hanyalah tukang gali kubur lepas, beliau hanya pekerja serabutan yang tiap hari mencari uang hanya untuk makan hari itu pula. Pak Eli bercerita dulu beliau sering sekali bercanda dengan almarhumah istrinya, iya Ra, istri beliau sudah pergi lebih dulu beberapa bulan sebelum aku datang.
"Dulu aku bisa makan enak kalau ada orang yang mati, mas. Kalau ada orang yang mati, selain aku dapat uang dari menggali kuburnya, aku juga dapat makan enak karena selalu ada pengajian." Begitu cerita beliau sambil tertawa malam itu. "Tapi sekarang, benar bisa makan enak, tapi ya ngga tiap hari selalu harus mengkuburkan orang begini mas. Selain aku lelah dengan menggali kubur, aku juga lelah melihat keluarga yang berduka setiap harinya. Sekalipun sudah sering mengkuburkan orang, bukan berarti hati ini sudah kebal dan keras, tidak sama sekali, aku nangis mas, ndak kuat." Sambung beliau sambil menangis. "Sampeyan tau mas, aku ini sebenarnya juga takut, tiap hari aku mendengarkan orang di adzankan tapi sholatku tertunda-tunda. Aku takut mas, takut kalau aku lebih dulu di adzankan daripada aku berangkat sholat." Sial, saat itu aku tak bisa berkata apa-apa Ra. Hanya bisa menangis dalam diam.  
"Tapi semoga mas, semoga apa yang aku lakukan ini di maklumi Tuhan. Semoga Tuhan tau kalau aku hamba-Nya juga takut untuk segera bertemu dengan-Nya, sekalipun aku sudah rindu istriku."
Tangisku pecah Ra, aku tak bisa membayangkan beban seperti apa yang beliau pikul selama ini.  Beliau menenangkan ku, dengan berkata tak apa aku menangis asal besok aku harus menemani beliau dengan senyuman. Karena hidup harus berjalan, sekalipun ketakutan masih membayang, sekalipun hatimu benar-benar dihancurkan.
Dari Pak Eli aku belajar Ra, belajar bahwa musibah pun kadang ditunggu oleh orang-orang yang membutuhkan, tapi tidak harus berkepanjangan seperti ini. Pagebluk ini telah memakan banyak korban Ra, termasuk hati Pak Eli. Dulu Pak Eli mungkin hanya menggali seminggu sekali, ini setiap hari dengan jumlah yang tak tanggung-tanggung, bisa belasan bahkan pernah puluhan. Siapa yang kuat Ra?
Sebenarnya aku ingin sekali mengutuk mereka-mereka yang sedang duduk di kursi empuk dalam singgasana manis pemerintahan. Nyawa manusia mereka permainkan sejak awal. Pembatasan-pembatasan kegiatan hanya dalih dari ketidakbecusan dan ketidakpedulian mereka terhadap kita, rakyatnya. Tapi aku harus berhenti menulis di sini Ra. Aku tak ingin menyalurkan energiku untuk mengutuk mereka. Ah tidak bukan itu, aku akan selalu mengutuk mereka, tapi tidak denganmu. Aku tak ingin kau memikirkan masalah pelik ini pula. Aku tak ingin kau bersedih karena semua hal ini.
Satu harapanku Ra, semoga surat ini mampu mengobati rindumu setelah tiga tahun tak mendengar kabarku sejak surat terakhir itu ku kirimkan padamu. Salam buat ibu dan bapak, serta si pemberani. Aku sampai lupa menanyakan kabar si pemberani, sudah kelas berapa dia sekarang? Masih kah suka bermain burung dara? Haha.
Berbahagialah Ra, mungkin Ibukota merindukanmu. Tapi aku selalu berharap pelukan ibu bisa menenangkanmu.
Kota S, 3 tahun setelah surat terakhir terkirim.
7 notes · View notes
anordinary-learner · 3 years
Text
Allah pasti akan memberi jawaban doa seseorang selama ia tak tergesa-gesa. Lantas para sahabat bertanya, “fa kaifa ya'jal ya Rasulallah?” bagaimanakah yang tergesa-gesa itu??
Maka Nabi menjawab, “dia yang berkata; aku sudah berdoa, tapi Allah belum juga mengabulkan”. Lalu ia tinggalkan doa.
Pelajaran terpenting tentang kesabaran dalam berdoa adalah bahwa doa itu punya batas sesuai dengan kadar bobotnya…
Tengoklah kisah Nabi Zakariya, berapa lama Nabi Zakariya berdoa agar dikarunia anak? 70 tahun lamanya baru Allah mengabulkan doanya. Ini kelasnya Nabi yang dekat dengan Allah, namun apa? Allah kabulkan doa Nabi Zakariya setelah 70 tahun lamanya. Timbul pertanyaan liar dalam pikiran, bagaimana dengan kita?? Yang mana kelasnya tidak sekelas para Nabi yang dekat dengan Allah? Maka jawabnya sederhana, ya sabar saja..
Ada orang baru berdoa 2 minggu, satu bulan, dua bulan, namun belum jua dikabulkan. Sudah kempes semangatnya dalam berdoa. Sudah malas untuk berdoa, malah ada yang protes, mengapa tak juga dikabulkan.
Sabar,,. Nikmati prosesnya. Jangan isti'jal dalam berdoa alias tergesa-tergesa..
Ingatlah kisah Nabi Ayyub, Allah beri ia kenikmatan selama 20 tahun lamanya, dengan kebun kurma, 12 orang anak yang gagah perkasa. Dan jadilah ia raja, orang, nabi terkaya di kaumnya.
Lalu Allah uji ia, Allah hancurkan semuanya hanya dalam 3 hari. Mudah bagi Allah untuk melakukan itu semua.
*Hari pertama, Allah beri ia penyakit kusta sampai kaumnya pergi meninggalkannya.
*Hari kedua, Allah kirimkan badai dan hama yang menghancurkan seluruh kebun dan peternakannya.
*Hari ketiga, ini adalah hari terberat dalam hidup Nabi Ayyub. Allah wafatkan 12 anaknya dalam sehari tanpa sebab apapun..
Hanya tinggal istrinya..
Sampai18 tahun ujian, istrinya berkata, “wahai Nabi Allah, berdoalah pada Tuhanmu agar menghilangkan ujianmu, tidak perlu mengembalikkan semua, cukup agar penyakitmu sembuh.” Apa kata Nabi Ayyub? “Wahai istriku berapa lama Allah beri kita nikmat?” “20 tahun” kata istrinya. “Aku masih malu untuk meminta kepada Allah” itu jawaban Nabi Ayyub kepada sang istri.
Tepat 20 tahun, Nabi Ayyub berdoa yang mana Allah abadikan dalam surat Al-Anbiya. “Robbi anni massaniyadh dhur, wa anta arhamur rohimin” ya Allah, aku telah ditimpa suatu musibah, sedang Engkau adalah arhamur rohimin.
Telah sampai batasnya, telah tiba waktunya Allah kabulkan doa Nabi Ayyub. Allah berfirman, “Fastajbna lahu, wa kasyafna bihi min dhur, wa atainahu ahlahu wa mitslahu ma'ah” maka Kami kabulkan doanya, Kami kembalikan keluarganya dan yang semislanya bersamanya.
Dalam 3 hari pula Allah kembalikan semuanya. *hari pertama, Allah sembuhkan penyakitnya. *hari kedua, Allah jadikan istrinya setiap tahun melahirkan 2 bayi kembar sampai anak Nabi Ayyub berjumlah 24. Allah beri Nabi Ayyun dengan kelipatan :’)
-Nabi Ya'qub berapa lama ia berdoa agar Allah pertemukan dengan Yusuf ‘alaihissalam? Berpuluh-puluh tahun. Sampai ada yang mengatakan 40 tahun.
-Nabi Musa, berapa lama ia berdoa kepada Allah untuk kebinasaan fir'aun seperti tersebut dalam surah yunus 88 - 89 ? Berpuluh-puluh tahun.
-Ibrahim 'alaihissalam, berapa lama ia berdoa kepada Allah agar dikarunia anak? Berpuluh-puluh tahun.
Dan Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam berapa lama beliau berdoa kepada Allah agar memindahkan kiblat dari Al-Aqsa ke Al-Haram? Bertahun-tahun lamanya..
Berhenti sejenak, coba deh direnungkan..
Tidak sulit bagi Allah untuk mengabulkam doa-doa para Nabi. Namun Allah rupanya sedang ingin metarbiyah para Nabi dalam menghadapi ujian. Ini juga bagian dari pembahasan bab kitab Tauhid.
Yang tersirat dari kisah mereka adalah tentang kesabaran tanpa batas dalam menanti terkabulnya sebuah doa. Nikmati saja prosesnya. Nikmati setiap proses kehidupan ini dengan sabar dan sholat (begitu seorang kawan)
Akan ada batas waktunya dimana doa itu akan terkabul. Yang perlu kita yakini adalah bhwa setiap jawaban doa adalah “iya”
Ibnu Qoyyim pernah megatakan, “Doa itu ibarat panah yang dilesatkan ke langit. Tapi untuk mencapai ke langit ia butuh waktu” . . . Hari ini Jum'at, perbanyaklah berdoa. Mintalah pada Allah dengan sabar dan sholat.. . . . 
Surabaya || 09.01 || 12.08.2016 || 
Tulisan: @andromedanisa
17 notes · View notes
ronasenja · 3 years
Text
Surat Untuk Istriku,
Hai, Apa kabar??? Bagaimana kehidupanmu melewati badai pandemi inii???
Sehat-sehat, dan terus semangat ya. Bagaimanapun kondisi dan keadaanmu, harus tetap kuat. Aku menemanimu dalam setiap doa"ku pada-Nya.
Kamu harus tw ya, bahwa disini Aku sudah begitu merindukanmu bahkan sebelum garis hidup mempertemukan kita suatu saat nanti. Aku terlatih terus menggenggam mu dalam imaji dan belajar tertatih untuk berhenti membuat skenario tentang kita di pikiran ini. Aku lelah dengan angan-anganku sendiri, di mana semuanya tentang bagaimana rasanya jika menjadi bagian dari hidupmu. Menjadi penyemangatmu, penasihatmu, penuntunmu, pengawalmu, menjagamu, menemanimu, menjadi hal yg bersama-sama selalu denganku, aku menjalani banyak peran untukmu. Dan menjadi manusia seperti itu rasanya penuh kebahagiaan..
Selama ini, aku selalu berkontemplasi, merenungkanmu dan memikirkanmu sampai lupa waktu, bukan aku namanya kalau tidak pintar menerka-nerka, apakah kita pernah bertemu sebelumnya atau kita tak akan dipertemukan sama sekali oleh-Nya? Mungkin di lorong nafaq kita sempat papasan, tempat aku biasa lewat jika mw ke Mesjid Imam Husein atau di jalan menuju kampus. Atau jangan-jangan selama ini aku hanya berjarak beberapa kilometer dari tempat tinggalmu???? Ah sial, kamu selalu saja berhasil mengambil alih pusat pikirku. Gpp, aku suka kamu, segala hal tentangmu, memikirkanmu, merindukanmu, menyebut namamu yg bahkan akupun belum mengenal nama indah itu. Segila ini aku merasakan betapa ingin bertemunya denganmu. Tapi tidak untuk sekarang. Aku lebih memilih menahan rasa dan bertahan sampai waktu kesiapanku tiba, secara ilmu, mental juga finansial. Doakan ya, bantu doa. Semoga bisa melawan segala bentuk ujian yg menerpa.
Oiya, di hari ini, hari dimana aku belum mengenalmu dan bertemu denganmu namun sudah begitu merindukanmu, kamupun harus tw, betapa aku sangat pencemburu, iyaaaa, cemburu kepada mereka, orang-orang yg bisa melihatmu setiap hari, melihat senyuman yg kamu ukir, menyaksikanmu cemberut melawan dunia, memandangmu sedang membaca buku, cemburu sekali kepada mereka yg membersamai perjuanganmu tanpa henti, sedangkan aku di sini hanya menanti pertemuan denganmu. Akupun sangat cemburu pada mentari pagi yg menyinarimu, memberi kehangatan, membangunkanmu dan menemanimu melwati hari- sedangkan aku dikelilingi pilu. Juga setelah di pikir-pikir, aku sangat cemburu pada langit malam yg menemani tidurmu sedangkan aku di sini terpaku kaku menerkamu dalam pikirku, kadang menangis tersedu-sedu....
Mengenaimu, mengingat perihalmu, orang terdekatku sering mengatakan, bahwa aku harus terus menulis, karena katanya mereka suka dengan itu, terlebih jika aku sedang merasa resah hati. Dan itu tidak menjadi pacuan adrenalinku hidup untuk tetap menulis. Akan tetapi mereka belum tw ketika aku sedang menginginkanmu, memikirkanmu, merindukanmu. Berlembar-lembar kertas kuhabiskan untuk mengingatkanku, bahwa pertama aku tak akan pernah berhenti menulis tentangmu, bahwa kedua aku percaya ada kebahagiaan yg sedang menanti untuk ku saat ketika aku selalu terus mengingatmu.
Wanita yg akan menjadi penegak jalanku, jika hari ini aku merasa bahwa duniaku tidak adil bersikap. Banyak luka yg belum sembuh dan banyak mimpi yg belum tercapai. Maka kelak saat kita dipertemukan di titik terbaik menurut-Nya, jadilah orang pertama yg memelukku dan mengatakan; "tidak apa-apa bahwa semuanya akan baik-baik saja" Dengan nada penuh keyakinan juga sentuhan lembut kasih sayangmu mencoba menguatkanku,
Istrikuu, semoga kita cepat bertemu dan bersatu...
10.49 Clt, 2021 Agustus 5
3 notes · View notes
bellassson · 3 years
Text
Kiraide Isasete Drama CD [Terjemahan Indonesia]
Kiraide Isasete Drama CD [Terjemahan Indonesia] Manga oleh Hijiki/libre Penerjemah @bellassson CV: Koga Naoto: Souma Saitou Tsuchiya Hazuki: Masuda Toshiki  Shizuku: Shiraishi Haruka  Murasame: Kumagai Kentaro  Kyosuke: Nakajima Yoshiki Keterangan: Percakapan Biasa Dalam Hati [Narasi] [Flashback] Cerita [Flashback berakhir]
Bagian I
Shizuku : Aku udah bikin telur mata sapi sama sosis buat yang males bangun.
Naoto : Aku liat malaikat.
Shizuku : Udah bangun?
Naoto : Shizuku, selamat pagi!
Shizuku : Ah! Bajuku kusut nanti! 
Kiraide Isasete oleh Hijiki/libre
Naoto : Ga ada yang ketinggalan?
Shizuku : Ga ada kok.
Shizuku : Mama, bisnya udah dateng!
Naoto : Pas banget, ya?
Tetangga 1 : ‘Mama’ katanya.
Tetangga 2 : Dia kan cowok.
Tetangga 3 : Ga tau ya? Dia itu omega, lho.
Shizuku : Mama, hari ini Shizuku akan semangat belajar di sekolah.
Naoto : Oke, hati-hati di jalan.
Naoto : Namaku Koga Naoto. Aku tinggal berdua bersama putriku yang imut, Shizuku. Aku cukup bahagia hidup dengan putriku saja. Tapi, hidup cuma mengandalkan bahagia saja ga cukup. Jadi aku mencari pekerjaan, tapi...
*bunyi telepon*
Naoto : Mama?
Mama Naoto : Naoto, gimana wawancara kerjanya?
Naoto : Sama kayak sebelumnya, aku ditolak karena status omega.
[Kami para omega, punya yang namanya masa heat. Di masa heat kami akan mengeluarkan feromon khusus yang membuat alpha atau beta tak punya pasangan terpengaruh dan ‘menyerang’ secara seksual. Sehingga kami tak bisa keluar rumah sembarangan makanya sulit untuk dapat pekerjaan. Kami juga sering dikucilkan di masyarakat.]
Mama Naoto : Naoto...
Naoto : Gapapa kok.
Mama Naoto : Jangan dipaksain ya. Oh iya hari ini kau harus datang ke pesta perjodohan!
Naoto : Eh?
[Di Pesta Perjodohan]
Naoto : Aku ga butuh alpha. Aku tau kalo mama sebenarnya khawatir. Emang ada omega yang bisa hidup sendiri di dunia yang kejam ini? Kalau ada apa-apa sama aku, apa ada alpha yang bakal melindungi Shizuku?
Hazuki : Kau...
Naoto : Eh?
Hazuki : Pasanganku.
Naoto : Hah?
Hazuki : Kau adalah pasanganku.
Naoto : Eh? Pasangan?
Pangunjung : Ada apa itu?
Manajer : Hei, Tsuchiya jangan mengganggu pelanggan.
Naoto : Pasangan? Jangan-jangan kau alpha?
Hazuki : Benar.
[Flashback]
Alpha 1 : Anjir aromanya nikmat banget!
Naoto : Hentikan!
Alpha 2 : Maaf ya, Koga. Tapi semua ini salahmu mengeluarkan aroma yang menggoda para alpha seperti kami.
[Flashback berakhir]
Naoto : Lepaskan!
Pelayan : Tunggu!
Naoto : Aku tak butuh pasangan!
[Flashback]
Mama Naoto : Hamil? Apa maksudmu Naoto? Jangan bilang kau dipaksa kakak kelas?
Naoto : Mama, anak ini ga salah apa-apa! Meskipun sendirian aku akan membesarkannya.
[Flashback berakhir]
Naoto : Tanpa alpha pun, aku sendiri yang akan melindungi Shizuku.
[Keesokan harinya]
*bunyi bel sekolah *
Kimura : Pasti bosan ya kerja di sekolah gini? Berkat murid-murid yang ikut bertanggung jawab. Tahun ini sepertinya aku akan pensiun. Syukurlah ada anak baru.
Naoto : Aku dengar waktu wawancara, sebenarnya aku ditolak, kan? Tapi Anda yang merekomendasikanku.
Kimura : Kamu seorang omega, kan? Naoto : Begitulah.
Kimura : Istriku juga seorang omega.
Naoto : Anda seorang alpha?
Kimura : Benar. Meskipun sebenarnya dulu aku seorang karyawan. Pasanganku, istriku, telah melewati masa-masa yang sulit. Benar-benar aneh, diskriminasi di wilayah berpendidikan. Kau menuliskan status omega di surat lamaran pasti butuh keberanian besar.
Naoto : Kimura-san...
Kimura : Mari berjuang bersama. Jangan lupa obat supresanmu, ya.
Naoto : Baik!
Naoto : ‘Mari berjuang bersama’, ya?
Kyosuke : Permisi, sampahnya aku taruh sini, ya?
Naoto : Silahkan.
Hazuki : Oh?
Naoto : Dia cowok yang di pesta kemarin?
Kyosuke : Lho bukannya biasanya Kakek Tua itu yang mengurus? Anak baru, ya?
Naoto : Ternyata dia murid sekolah ini!
Hazuki : Aku menyukaimu!
Naoto : Ga mungkin!
Kyosuke : Hazuki apa dia yang katamu pasangan dari pesta itu...?
Hazuki : Dia orangnya.
Naoto : Salah orang!
Hazuki : Tidak mungkin! Kau adalah takdirku. Namaku Tsuchiya Hazuki kelas dua, 17 tahun. Kau?
Naoto : Koga Naoto, tahun ini umurku 21.
Hazuki : Naoto.
Naoto : Seenaknya panggil nama!
Naoto : Aku sebenarnya udah punya alpha.
Hazuki : Omega yang udah punya alpha tidak mungkin pergi ke pesta perjodohan.
Naoto : Aku itu benci alpha, lagipula aku udah punya anak!
Hazuki : Kalau begitu aku akan melindungimu, juga anakmu. Aku akan berjuang hingga kau membalas perasaanku. Tiada yang lain selain Naoto-san. Instingku mengatakan demikian.
Naoto : Kenapa dia enteng banget ngomongnya? Dengan tatapan meyakinkan seperti itu.
Hazuki : Naoto-san, aroma ini....?
Naoto : Jangan bilang, feromonnya!
Kimura : Kalian berdua, cepat kembali ke kelas. Koga-kun, paling tidak ayo kembali ke ruang istirahat.
Hazuki : Anu...
Kimura : Tidak apa-apa, serahkan saja padaku. Aku sudah punya pasangan jadi tidak terpengaruh aroma omega lainnya.
Hazuki : Baik.
Kyosuke : Ini aroma omega?
Hazuki : Ayo kembali, Kyosuke!
Kyosuke : Oh...
Naoto : Aku tidak sadar aroma feromonku menguar.
[Di rumah]
Naoto : Hari pertama kerja gagal total. Akhirnya aku ga ngapa-ngapain malah disuruh pulang.
Shizuku : Mama?
Naoto : Ada apa?
Shizuku : Hari ini di TK aku gambar ini, Mama sama Shizuku. Buat Mama.
Naoto : Wah! Bagus banget! Kamu bakal jadi pelukis terkenal!
Shizuku : Gamau aku mau buka toko roti.
Naoto : Kalo gitu jadi pemilik toko roti terkenal.
Shizuku : Mama, sini deh!
Naoto : Kenapa?
Shizuku : Hari ini mama udah berjuang.
Naoto : Kalo demi anak lucu ini aku akan berjuang sampai mati.
Naoto : Makasih~
Shizuku : Mama, sesak!
Naoto : Kalo gitu malam ini kita main kartu, yuk!
Shizuku : Aku mau bobok biar hemat listrik.
3 notes · View notes
dearlywinter · 1 year
Text
A Letter to Home (I Will Come Back)
Langit malam tengah menaungi kota, dan aku belum bisa tertidur. Aku masih terduduk di markas komando kompi, alih-alih berbaring dan memejamkan mata. Sejak pertama terjun ke medan perang, tidur dengan tenang tidak mudah aku dapatkan, tapi kali ini adalah karena perasaan yang bercampur aduk dan berkecamuk, semua dalam sekali waktu.
Aku merindukan seseorang yang teramat aku cintai. Petra, Petra, Petra. Kuulang nama itu dalam hati bak sedang bergenggam tangan dengannya yang tak ingin aku lepas. Sayangnya, yang mampir di tanganku saat ini hanyalah sebuah pena untuk menulis surat, satu-satunya pengantar untuk meredakan kerinduanku pada yang terkasih di sekian kilometer jauhnya.
Istriku sayang, di detik ini, aku hanya membayangkan rumah. Ia juga adalah tentangmu.
Bicara soal rumah, aku berada semakin lebih jauh darinya. Eldia terus berhasil merebut wilayah yang sebelumnya dicaplok Marley. Jadi, itu adalah pertanda bagus karena artinya kami terus maju. Namun demikian, posisi yang kami dapat saat ini bukanlah tanpa kemunduran dan kekalahan pada beberapa titik. Ke depannya pun akan seperti itu.
Termasuk di wilayah Lago yang sebagian besarnya adalah hutan, musim dingin semakin memuncak. Aku menduga jika kemungkinan buruk terjadi, bukan hanya kepungan musuh yang akan dihadapi, tetapi juga cuaca dingin yang parah serta kekurangan perbekalan. Aku benci memberitahu mereka, tapi ketika besok malam tiba, sebuah perintah membuatku harus membawa serta kompiku pada kondisi itu, tanpa amunisi yang cukup dan pakaian musim dingin yang memadai. Aku akan menempatkan para prajurit yang telah lama membersamaiku pada situasi sulit. Dan di antara mereka, ada adikku Mikasa yang seharusnya aku jaga baik-baik, melindunginya dari segala yang buruk. Pikiranku saat ini bagai terpecah berkeping-keping.
Sebelumnya aku tak mau dan tak pernah menceritakan apa yang terjadi di sini barang sedikitpun, tapi apakah ini saatnya bagiku untuk jujur? Pada Petra? Pada diriku sendiri?
Situasiku sekarang ini tidaklah mudah. Entah apakah aku bisa bilang begitu, karena sejak awal pun semua ini tidak pernah mudah untukmu dan aku. Namun jujur saja, sayang, untuk kali ini aku merasa takut.
Tiga tahun lalu, aku tidak akan bilang takut. Ketika aku dinyatakan memenuhi syarat, besar niatku untuk mengabdi. Mulanya, kutaruh keberanian pada setiap langkah yang kuambil. Aku tak mengenal benar atau salah dalam pertempuran, hanya membunuh atau terbunuh. Namun, kemudian waktu berlalu. Aku mencintai negaraku dan kupikir mengabdi untuk negara adalah hal bagus, tapi aku juga memisahkan yang buruk dari yang baik. Aku telah menyaksikan langsung kehancuran dan ketakutan, luka dan kematian. Aku telah menerima bahwa rasa takut memang tak bisa dibiarkan menguasai prajurit tapi ia juga adalah hal baik karena artinya dengan semua yang terjadi di sini, kami tetaplah manusia. Jadi, ya, aku takut. Namun, aku juga percaya pada prajurit. Aku percaya dan akan memastikan bahwa untuk setiap yang terluka dan gugur, perjuangan kami bukanlah tanpa makna pada akhirnya nanti. Aku percaya pada kemampuanku untuk terus hidup.
Memang aneh karena biasanya aku akan langsung bilang padamu untuk tetap percaya. Percaya pada Eldia, percaya pada kemenangan. Kau tentu saja masih boleh percaya akan semua itu. Namun, satu hal yang aku ingin kau benar-benar yakini adalah bahwa kita akan kembali bersama. Hidupku memang berada di Eldia. Eldia yang harus hidup. Begitu pula hidupku adalah bersamamu. Kau dan aku harus tetap hidup.
Menyinggung soal tetap hidup beriringan dengan alasan di baliknya. Atasanku bilang, pertempuran di hutan nanti akan menentukan deru laju perang, sehingga ini antara akan menjadi kemajuan atau kemunduran total bagi kami. Sulit bagiku jika jawabannya adalah kemunduran, atau yang lebih parah lagi, aku bahkan tak akan hidup untuk melihat jawaban itu. Masalahnya adalah aku dan Petra belum lama menikah, dan jelas aku tak mau meninggalkan Mikasa sendirian. Aku merasa masih banyak yang harus kami lalui bersama di masa depan, dan aku menginginkannya. Aku ingin tetap hidup.
Sebanyak aku menginginkannya dalam perang, kemenangan yang saat ini amat sangat ingin aku raih adalah melanjutkan hidup bersamamu. Aku ingin agar kita berdua segera pulang. Aku ingin kita berkumpul sebagai keluarga. Aku ingin kita berdua kembali bersama lagi. Jika memang bukan pada tanah air, harapanku setidaknya perang akan berpihak pada kita.
Saat memikirkan kalimat terakhir, rasanya aku ini adalah manusia paling egois di dunia. Bisa-bisanya aku ingin bertemu kembali dengan orang yang aku sayangi, tetapi tidak memikirkan rekan-rekanku yang gugur dan tak bisa melanjutkan hidup seperti aku, warga sipil yang tinggal di tengah teror meski mereka tak tahu banyak, keluarga yang menunggu kepulangan seorang prajurit remaja tak bersenjata yang telah aku bunuh, mereka semua yang kematiannya ada di tanganku. Mungkin aku pantas untuk mendapat penderitaan ini.
Atau bila memang mati adalah jawabannya, maka ketahuilah bahwa aku mencintaimu sampai akhir.
Kurasa sudah cukup. Surat ini pun punya akhir, sesuatu yang aku harap juga akan dimiliki perang ini dalam waktu dekat.
Sekarang, bagaimana keadaanmu? Ada yang mau kau ceritakan? Semoga segalanya di tempatmu berada terus mampu menjagamu dengan aman. Tuhan memberkati.
Dari penutup itu, agaknya aku berharap balasan dari Petra yang aku dapat nanti akan lebih dari selembar kertas kecil yang aku terima beberapa hari lalu. Terbaring di kertas itu hanyalah satu kalimat sederhana yang belakangan ini bak menggema di kepalaku, membuatku tetap bertahan tetapi juga menggelisahkanku sepanjang waktu. Katanya, "Levi sayang, aku baik-baik saja di sini."
Mengingat kalimat itu membuatku kembali tersadar dan menatap lembar kertas cokelat di tanganku yang masih tidak punya coretan satu tetes tinta pun. Kuputuskan untuk menjauhkannya dari pandanganku hingga tidak aku lihat lagi ruang bagiku untuk bercerita. Persetan pada memberi kabar tentang pulang.
Setelah berpikir panjang soal rumah, aku tak mau Petra juga ikut menerima salah satu yang ditawarkan perang ini.
Omong kosong.
0 notes
shofieashfiya · 3 years
Text
Dear Man dan women
Disini aku mau menuliskan tentang sebuah point besar yang harus laki-laki jaga, dan point besar yang harus perempuan jaga.
Kalo di surat an-Nur perintah untuk laki-laki itu satu, ghadul bashar. Ya kenapa menundukkan pandangan? Agar mata tidak senantiasa lapar dengan syahwat. Dan fitnah terbesar yang mampu meluluh lantakkan persedian kaum laki-laki adalah fitnah wanita. Terlebih bagi laki-laki yang sudah menikah lebih harus bisa menjaga pandangannya, sebab dengan meliarkan pandangan akan membuat kufur dengan keadaan istrinya sekarang 'istriku udh g cantik' dan akan senantiasa mencari yang lebih puncaknya anjing betina pun dikata cantik.
Kalo perempuan, adalah rasa malunya dengan berprinsip pada sifat ini niscaya ia tidaklah akan melakukan sesuatu yg dapat mencederai dirinya, kehormatannya dan agamanya. Intinya itu.
Wallahu Ta'ala 'Alam
4 notes · View notes
anitadhyana · 3 years
Text
Tanpa judul,
By: nitt,
Lanjutan #3
Deniel beringsut di balik jaketnya. Cuaca yang dingin membuat dia kesulitan mencari kehangatan. Untuk kesekian kalinya Deniel mengetuk pintu Reina.
"Hey! Biarkan aku masuk! Diluar dingin sekali! Setidaknya biarkan aku bermalam disini!" Deniel setengah berteriak. Rumah Reina yang berada di lantai tiga membuat dia sedikit aman dari warga dan tetangga. Rumah itu bisa di bilang rumah atap. Hanya ada halaman untuk menjemur dan bangku panjang. Tempatnya tidak terlalu tinggi namun cukup lebih tinggi dadi rumah di sebelahnya.
"Hei! Apa kamu mau aku mati kedinginan?!" Teriak Deniel lagi. Tak ada satu balasan pu dari dalam rumah.
"Aku akan membuat surat wasiat sekarang! Kalau aku mati besok, reporter akan menemuimu dan kamu akan dipenjara karena membunuhku!" Masih tak ada satu kata pun yang terdengar.
Deniel semakin kesal. Dia mencoba menghubungi kembali Senya. Setelah beberapa teleponnya yang tidak dijawab, akhirnya wanita diseberang telepon bersuara.
"Tetaplah disana. Aku akan menemuimu besok. Sementara kamu tinggal saja disana." kata Senya.
"Apa kamu berencana membunuhku?! Dia tidk mengijinkanku masuk! Aku bisa mati kedinginan di luar! Berikan saja dompetku, aku akan pergi ke hotel terbaik di kota ini!" balas Deniel kesal.
"Kalau begitu kamu benar-benar akan mati, Deniel! Bertahanlah disana. Cari cara supaya Reina mau menerimamu. Besok kita pikirkan lagi." kata Senya kemudian mematikan ponselnya.
Deniel merasa semakin marah. Kalau saja wanita itu dihadapannya, mungkin dia bisa meremuk habis mulut wanita itu. Tapi mau bagaimana lagi, semua ini juga terjadi karena buah keputusannya. Deniel hanya bisa mengeram kesal.
Deniel menarik beberapa kain dari ranselnya. Dia tidak ada pilihan lain selain meringkuk disana untuk menjaga suhu tubuhnya hingga pagi. Kemudian dia akan pergi saat Senya datang.
--
Lima belas menit menuju tengah malam. Reina masih menatap pigura yang patah dari balik selimut. Dia ingin tidur. Waktu tidurnya sudah lewat satu setengah jam yang lalu. Tapi selalu saja berakhir dengan kenangan-kenangan yang berputar seperti kaset di kepalanya. Dia terjaga. Mungkin pigura itu penyebabnya.
Reina bangun dari tidurnya. Ragu-ragu dia berjalan menuju pintu. Mendekatkan telinga dan mendengar sesuatu dari luar. Sepi. Reina berusaha mengintip dari jendela kecil disamping pintu. Masih ada disana. Deniel. Pria itu sibuk bergerak seperti ulat. Setidaknya pria itu tidak benar-benar mati. Reina menarik napas. Dia kembali ke arah ranjangnya, mengelus lembut, dan kembali bersembunyi di balik selimut.
Reina terpejam, hanya beberapa saat. Ponselnya berbunyi. Dia menatap pesan yang tertulis disana.
Besok hari kematian ibu, hari ini aku lembur supaya bisa mengunjungi ibu sore hari. Aku harap kita bisa bertemu disana.
Reina beralih melihat jam. Pukul 2.23. Reina mengerjap setelah beberapa saat, dia akhirnya memutuskan untuk menuju pintu untuk melihat Deniel. Reina berpikir bahwa pri itu sudah pergi tapi saat dilihat lagi, pria itu masih disana dan meringkuk kedinginan.
Setelah memikirkan banyak pertimbangan, Reina akhirnya menghampiri Deniel yang masih tertidur di kursi panjang halaman rumahnya. Takut-takut Reina membangunkannya. Deniel menggigil! Dia bahkan tak sadarkan diri. Reina panik.
--
Reina kembali dari toserba dengan sekantong makanan. Reina sibuk membuatkan makanan instan, dia tak sadar Deniel sudah bangun dan mengamatinya.
"Kamu yang membawaku masuk? Kamu takut aku mati di rumahmu?" Tanya Deniel. Reina menoleh.
"Setidaknya kamu berterima kasih karena tidak mati kedinginan." jawab Reina ketus. Deniel tidak menanggapi dan malah merubah posisi untuk bisa duduk dengan benar.
"Apa itu?" tanya Deniel. Semangkuk bubur instan disajikan masih belum tercampur rata.
"Makan saja. Aku akan menagihnya saat kamu sudah sembuh!"
"Bubur instan? Pesankan saja aku bubur restoran. Ah, aku punya kontak chef-nya. Aku akan pesan sekarang." kata Deniel lagi. Reina sama sekali tidak menggubris. Dia sibuk dengan hal lainnya. Baginya, jadwalnya sudah tertunda 30 menit karena harus membeli makanan untuk pria yang malah sama sekali tidak ingin menyentuh makanannya.
"Kamu mau kemana?" tanya Deniel. Reina tak menjawab.
"Hei, apa kamu bisu?"
Setelah siap dengan segala keperluannya, Reina akhirnya menatap Deniel. "Aku mengijinkanmu disini sampai Senya menjemputmu. Setelah itu jangan pernah kembali lagi." kata Reina.
"Oh ya. Satu lagi. Kamu hnya perlu pergi dengan baik-baik dan tidak usah memberi tahuku. Mengerti?" lanjut Reina. Belum sempat ditanggapi Deniel, Reina sudah berbelik pergi menutup pintu dari luar.
--
Reina menarik napas panjng. Setidaknya rutinitas dn jadwal di pagi tadi tidak merubah banyak hal. Dia akhirnya bisa samai di kantornya dan menemui layar komputer dengan deretan angka yang sudah menunggu. Belum sempat dia mempersiapkan untuk kembali bekerja, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Nomor asing.
"Hallo? Reina disini."
"Apa kamu punya uang?" kata seseorang diujung sana. Reina bingung sekaligus terkejut. Dia melihat nomor itu lagi. Dia ingin memastikan siapa pemilik telepon orang di ujung sana.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Seperti yang kamu bilang, aku akan mengganti uangmu, sekarang aku butuh uangmu. Pinjami aku uang" kata Deniel lagi.
Reina menarik napas panjang. "Urusi saja urusanmu, jangan ganggu aku." katanya kesal dan mematikan panggilan telepon dari Deniel.
Tak ada lagi panggilan telepon dari pria itu, Reina sedikit ragu tapi sekali lagi dia tepis. Tak beberapa lama, ponselnya kembali berbunyi. Kali ini pesan singkat.
Ada sesuatu hal yang terjadi. Aku rasa aku baru bisa pergi pukul 9 malam. Aku harap kita bisa bertemu.
Reina lagi-lagi tak bergeming. Tenggelam dalam pikirannya hingga beberapa saat ia tersadar dan kembali ke rutinitas sebenarnya. Bekerja.
--
Pukul lima sore. Kaki Reina melangkah lemah menyusuri setapak. Headset tak lagi bergelantungan di telinganya. Saat ini, pikirannya sedang beradu dengan hatinya. Entah apa yang harus dia pilih.
Sebuah bus datang, Reina masih dalam keraguan. "Hey!" teriak seseorang. Reina tersadar dan akhirnya melangkah kedalam bus tanpa berpikir lagi.
Sebuah gedung memorial berdiri gagah bercat cokelat muda. Segelintir orang keluar dan masuk dari gedung itu. Beberapa darinya terlihat sembab. Beberapa lainnya terlihat bergerombol, mungkin salah satu keluarganya baru saja ada yang di simpan di gedung ini. Reina mengamati. Pemandangannya berubah menjadi penampilan pertama kali dia menginjak gedung itu lima tahun yang lalu.
Tak ada kakak, tak ada ayah, tak ada paman atau keluarga lainnya yang menemaninya saat itu. Langkahnya lunglai keluar dari gedung dengan mata sembab. Satu-satunya orang yang ada dalam hidupnya sudah tidak lagi. Ibunya hanya mewarisi seorang kakak yang tidak pernah Reina tahu keberadaannya. Ayahnya sudah sejak kecil pergi tanpa kabar. Reina bahkan lupa bagaimana wajah ayahnya.
Reina ingat hari itu hujan. Dia tidak membawa payung atau dompet. Yang dia bawa hanya mp3 pemberian ibunya dua minggu yang lalu. Satu-satunya penghibur dirinya saat itu. Yang Reina lakukan hanya mendengarkan musik sampai hujan berhenti. Satu jam lebih dia disana. Hawa dingin semakin menusuk seiring dengan perubahan malam. Reina tak menginginkan apa-apa, bahkan bila mati kedinginan saat itu pun Reina siap.
Ditengah berisiknya hujan, seseorang melepas satu sisi headset yang di pakai Reina. Reina berdiri menyadari seseorang yang hampir dia tak kenali. Roy. Kakaknya.
"Reina... Bagaimana kabarmu?" tanya Roy.
Reina tak bisa menahan kesedihannya. Dia kembali menangis.
"Kakak dari mana?" tanya Reina.
"Maaf, kakak tidak bisa menemuimu dan ibu."
"Apakah kakak sekarang sudah bahagia bertemu ibu? Apa sekarang kakak akan pulang?"
Roy menggeleng. "Aku sudah menikah, aku tidak akan pulang."
"Lalu aku? Aku akan ikut tinggal dengan kakak kan?" Roy menggeleng lagi.
"Aku bilang pada istriku kalau aku yatim piatu. Dia orang kaya dan menghidupi semua kebutuhanku. Sekarang dia sedang hamil tua. Kalau aku tiba-tiba membawamu pulang, dia pasti akan marah." kata Roy dengan air mata yang ikut jatuh bersamaan.
"Jadi, apa kakak akan menelantarkanku juga seperti ayah yang menelantarkan kita?" suara Reina meninggi.
"Tidak, ayah tidak meninggalkan kita. Ayah terjerat kasus korupsi, itulah sebabnya kita pindah dirumah yang sempit itu. Ibu membohongimu supaya kamu tidak malu memiliki ayah seorang koruptor!" jelas Roy lagi.
Napas Reina tersedat. "Siapa... Siapa... Nama ayah?" Roy bergeming. Kaki Reina mundur perlahan.
"Rein. Nanti... Nanti.. Aku akan menjemputmu nanti. Tunggu kakak." kata Roy. Dada Reina semakin sesak. Dia ingin percaya tapi pikirannya menolak.
"Tidak usah mencariku. Hiduplah seolah kakak tidak pernah mempunyai adik sepertiku." kata Reina.
3 notes · View notes
fahdpahdepie · 4 years
Photo
Tumblr media
Musyawarah Para Kiai
: Untuk Emha Ainun Nadjib
Oleh Fahd Pahdepie
‘Dari Pojok Sejarah’, ‘Markesot Bertutur’. Di ‘Seribu Masjid Satu Jumlahnya’, alkisah para Kiai sedang bermusyawarah. Sebagai perwakilan warga, turut hadir di sana ‘Doktorandus Mul’, ‘Mas Dukun’, bahkan seorang lelaki yang terkenal dengan kisah ‘Keajaiban Lik Par’ karena ‘Geger Wong Ngoyak Macan’. Hadir juga beberapa tamu, termasuk ‘Sunan Sableng dan Baginda Farouq’.
Pada musyawarah itu, ‘Pak Kanjeng’ memulai ceritanya tentang ‘Indonesia Bagian dari Desa Saya’. Tentang betapa ‘Indonesia Bagian Sangat Penting dari Desa Saya’. Sebuah negeri yang ‘Sedang Tuhan pun Cemburu’, ‘Kagum pada Orang Indonesia’. Di mana ‘Anak Asuh Bernama Indonesia’ bisa begitu lepas dan bahagia seperti cerita-cerita lucu dalam ‘Folklore Madura’.
Namun, ‘Kiai Sudrun Gugat’. Ia sama sekali tidak setuju dan menganggap apa yang dikatakan Pak Kanjeng hanyalah ‘OPLeS: Opini Plesetan’. ‘Kerajaan Indonesia’ adalah ‘Republik Gundul Pacul’. Negeri ini ibarat ‘Perahu Retak’, katanya, ‘Kapal Nuh Abad 21’ yang justru ‘Allah Merasa Heran’ karena kapal itu dikuasai ‘Iblis Nusantara Dajjal Dunia’ yang berkomplot dengan ‘Kafir Liberal’. Dinahkodai oleh Pemimpin yang Tuhan, padahal itu hanya GR saja, ‘Presiden Balkadaba’ yang hanya mementingkan ‘Yang Terhormat Nama Saya’, membuat bangsanya jadi ‘Gelandangan di Kampung Sendiri’!
Mendengar Kiai Sudrun begitu penuh emosi dan berapi-api, Markesot mengalihkan pandangannya ke sudut masjid. Kemudian menatap seorang Kiai yang tak pernah mengenalkan namanya sendiri, Kiainya ‘Orang Maiyah’, Kiai yang selalu tenang membacakan ‘Syair-syair Asmaul Husna’.
Darinya ‘Markesot Belajar Mengaji’, dari ‘Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai’ bahkan dari ‘Slilit Sang Kiai’. Darinya ia belajar kesabaran bahwa ‘Hidup itu Harus Pintar Ngegas & Ngerem’, seperti laku yang diajarkan ‘Suluk Pesisiran’.
Melalui tutur lembut Sang Kiai ketika ‘Sinau Bareng Markesot’ selama ini, ia belajar bahwa bahkan dari ‘Secangkir Kopi Jon Pakir’ kita masih bisa menemukan harapan dari ‘Sesobek Buku Harian Indonesia’. Belajar memahami ‘Nasionalisme Muhammad’ yang tidak pernah putus asa bahwa ‘Cahaya Maha Cahaya’ tidak akan meninggalkan apalagi berhenti mencintainya. Yang meski kadang wahyu datang terlambat atau nubuat terasa meragukan, tetapi ‘Tidak. Jibril Tidak Pensiun’. Hanya ‘Allah Tidak Cerewet Seperti Kita’ sebab barangkali kadang ‘Tuhan Pun Berpuasa’.
‘Markesot Bertutur Lagi’, bahwa tentang negeri ini kita harus melakukan ‘Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan’, sambil bermain cantik dengan ‘Bola-bola Kultural’, dalam rangka menyelamatkan Indonesia dari ‘Titik Nadir Demokrasi’ agar tak terlempar ke ‘Keranjang Sampah’ sejarah dan peradaban.
Mendengar kematangan dan ketenangan Markesot, Pak Kanjeng mengangguk-angguk. Ia sepakat bahwa ‘Demokrasi La Roiba Fih’ meskipun harus diperkuat dengan ‘Gerakan Punakawan Atawa Arus Bawah’. Jangan sampai kita kembali menerapkan ‘Demokrasi Tolol Versi Saridin’ yang dulu membuat kita gagal ‘Menyibak Kabut Saat-saat Terakhir bersama Soeharto’. Begitu absurd sehingga hampir membuat bangsa ini ‘Mati Ketawa ala Refotnasi’. ‘Urusan Laut Jangan Dibawa ke Darat’, katanya.
Namun, ‘Kiai Hologram’ punya pendapat lain. Ia adalah Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki. Katanya, Indonesia itu seksi sekaligus agung seperti ‘BH’ seorang ibu. Darinya kita menemukan kegairahan sekaligus kemuliaan, tergantung sudut pandang. Jika otak kita ngeres, maka yang kita lihat hanya kesaruan. Jika pikiran kita jernih, bukankah dengannya air susu kasih sayang dijaga dan dilindungi selama ini? Bayangkan jika ‘Istriku Seribu’, katanya, tidakkah Indonesia begitu Indah seperti ‘Syair Lautan Jilbab’, seperti ‘Sajak-sajak Sepanjang Jalan’ ketika kita bersepeda ‘Jogja-Indonesia Pulang Pergi’?
Mendengar pendapat Kiai Hologram, Kiai Sudrun naik pitam. Ia ‘Terus Mencoba Budaya Tanding’. Ia begitu marah dengan pendapat Kiai Hologram, menunjuk-nunjuknya sambil mengulang-ulang kalimat yang gelisah itu: ‘Ibu, Tamparlah Mulut Anakmu’. Rasanya ia ingin mendaftar semua kegelisahannya dalam ‘99 untuk Tuhanku’ atau menulis ‘Surat kepada Kanjeng Nabi’ tentang semua kekacauan ini. Ia ingin menggelar ‘Doa Mohon Kutukan’ karena sungguh Indonesia sudah tak bisa diselamatkan lagi. Bahkan kalau bisa, ia ingin ‘Abacadabra Kita Ngumpet’ saja.
Namun, tiba-tiba Kiai Sudrun terjengkang. Kini ia meringkuk kesakitan. Jiwa santri Markesot segera membuatnya bangkit untuk memeriksa apa gerangan yang terjadi pada Kiai Sudrun. Betapa terkejut ia melihat ‘Jejak Tinju Pak Kiai’ di dada Kiai Sudrun. Bagaimana ini bisa terjadi? Markesot menghela nafas, berbahaya memang jika membuat Kiainya Orang Maiyah marah. Bikin semua ‘Kiai Kocar-Kacir’ seperti ini.
Kini, musyawarah itu pun hening. Markesot diminta mendekat oleh Kiai Maiyah untuk mengabarkan ‘Kenduri Cinta’, ‘Padang Rembulan’, dan ‘Kado Muhammad’ untuk Indonesia. Bahwa kita harus mencintai ‘Indonesia Apa Adanya’, lebih banyak mendengarkan ‘Nyanyian Gelandangan’, ‘Tak Mati-Mati’ ‘Menggambar Karikatur Cinta’ untuk negeri ini, menemukan ‘Sastra yang Membebaskan’ sebagai ‘Doa Mencabut Kutukan’ sekaligus ‘Talbiyah Cinta’ dan ‘Ikrar Husnul Khatimah Keluarga Besar Bangsa Indonesia’.
‘Jangan Cintai Ibu Pertiwi’ jika pada saat yang sama kau ingin menghancurkannya. Berhentilah menyebut dirimu muslim jika gagal memahami bahwa ‘Islam itu Rahmatan Lil Alamin, Bukan untuk Kamu Sendiri’. Jangan menggelar ‘Sidang Para Setan’, jangan ‘Menyorong Rembulan’ di ‘Tikungan Iblis’,  jangan terlibat dalam ‘Segitiga Cinta’ untuk membersamai Iblis ‘Mencari Buah Simalakama’. Sebab sejatinya ‘Iblis Tidak Butuh Pengikut’!
‘Jaman Wis Akhir’, jadilah ‘Santri-santri Khidir’, jadilah ‘Duta dari Masa Depan’, ‘Daur’ lagi cintamu hingga jika negeri ini harus ‘Lockdown 309 Tahun’ sekalipun engkau tetap bisa menemukan ‘Hikmah Puasa’ dari semesta kejadianNya.
Usai Markesot menyampaikan semuanya, tiba-tiba masjid dipenuhi ribuan jamaah. Di luar masjid, bahkan gelombang manusia terus berdatangan. Berjuta-juta. Berpuluh-puluh juta. Markesot kemudian bergerak ke tengah-tengah kerumunan itu. Sambil memegang pengeras suara, ia ‘Terus Berjalan’ membelah lautan manusia. Ia membaca ‘Wirid Padang Bulan’, menyanyikan ‘Dangdut Kesejukan’ yang kemudian diikuti jutaan manusia menyerupai shalawat.
Di ujung kerumunan, Markesot menghilang. Lenyap ditelan shalawat yang terus menggema. Pak Kanjeng, Kiai Sudrun dan Kiai Hologram hanya bisa bertanya-tanya, ‘Siapa Sebenarnya Markesot?’
Bintaro, 27 Mei 2020
FAHD PAHDEPIE
*Ditulis untuk merayakan#67TahunCakNun. Tulisan ini dirangkai dari judul-judul buku puisi, esai, cerpen, novel dan album yang pernah ditulis Mbah Nun. Hampir seluruhnya sudah saya baca, saya dengarkan, saya tonton (Tebak tahun berapa saja?). Meski saya belum pernah sekalipun bertemu secara personal dengannya, Mbah Nun adalah salah satu guru terbesar dalam hidup saya. Berkah dan sehat selalu, Mbah Nun.
34 notes · View notes
salihaofc · 4 years
Text
Kenapa dia begitu?
Suatu hari, seorang perempuan mengunggah cerita, betapa mesra suaminya. Ia membelikan bunga dan memberi kejutan. Tidak lupa secarik kertas bertuliskan serangkaian kalimat yang indah kata-katanya. Wah, menyenangkan sekali! Persis seperti adegan drama. Hati sang istri pasti meleleh.
Namun tanpa disadari, ada perempuan lain yang membaca cerita tersebut dengan dengusan berat. Suaminya tidak pernah melakukan hal romantis seperti itu. Bahkan saat hari ulang tahunnya, sang suami hanya berkata, "Eh, kamu mau hadiah apa? Pilih sendiri ya, nanti kukasih uangnya."
Tidak ada kejutan sama sekali. Selain itu, sang suami sangat jarang mengatakan "I love you". Apalah lagi diharapkan menulis surat berkalimat syahdu. Hmmm, perempuan ini meringis dan kembali mendengus.
Moms and dads, pernahkah merasakan hal seperti itu? Merasa bahwa pasangan kita tidak seperti ekspektasi dan keinginan kita. Sedangkan saat melihat pasangan orang lain, rasanya begitu sempurna!
Suaminya begitu romantis, sedangkan suamiku tidak.
Istrinya begitu pintar memasak, sedangkan istriku tidak.
Suaminya rajin sekali membantu membersihkan rumah, sedangkan suamiku tidak.
Istrinya pandai sekali merawat rumah, sedangkan istriku tidak. 
Awalnya hal-hal kecil, tapi lama-kelamaan kenapa jadi terlihat banyak sekali kekurangan pasangan sendiri?
Moms and dads, jika pikiran seperti itu mulai menghantui, barangkali kita perlu duduk sejenak lalu bertanya pada diri sendiri. Benarkah yang diri ini lihat, bahwa pasangan kita sama sekali tidak memiliki kelebihan? Benarkah pasangan kita jauh lebih buruk daripada pasangan orang lain?
Jangan-jangan, kita saja yang menutup mata. Terlalu sibuk melihat rumput tetangga yang dirasa lebih hijau.
Saat kita merasa suami tidak romantis, misalnya. Benarkah perhatian dari suami harus dalam bentuk kata-kata dan bunga? Jangan-jangan suami kita mengungkapkan cintanya dengan berbeda. Dengan diam tapi tiba-tiba mencucikan pakaian. Dengan diam tapi ternyata berani membatalkan semua acara di Hari Ahad hanya agar bersama dengan istri dan anaknya.
Saat kita merasa istri tidak bisa memasak dengan baik, misalnya. Benarkah dia tidak bisa melakukan hal lainnya? Barangkali dia tidak pandai memasak, tapi dia begitu terampil memijit punggung lelah kita. Barangkali dia tidak pandai memasak, tapi dia sabar sekali mendidik anak-anak kita.
Jadi, kenapa dia begitu? Tidak seperti yang lain?
Jawabannya, tentu karena manusia terlahir dengan karakter berbeda-beda. Maka kita tidak bisa menyamaratakan bahwa istri yang baik harus begini dan suami yang baik harus begitu. Carilah kelebihan pasangan kita dan fokuslah pada hal tersebut. Setiap kali kita melihat kekurangan pasangan dan membuat kita kesal, ingatlah bahwa kita pun punya kekurangan. Barangkali kita pun sering membuat kesal pasangan. Hanya pasangan kita ternyata lebih mudah memberikan maaf dan memaklumi kita.
Salah satu yang bisa dilakukan untuk menciptakan komunikasi yang lebih menenangkan terkait hal ini adalah dialog dengan hati. Obrolkan bersama pasangan terkait hal apa yang masing-masing harapkan dari pasangan serta jenis perhatian yang bagaimana yang diinginkan. Hal ini diperlukan agar kita bisa menemukan kesepakatan cara membahagiakan pasangan meski tidak sama seperti pasangan orang lain atau adegan dalam sebuah drama. (dp)
SUPERMOM's NOTE Edisi #marriedbydesign 27 November 2019
Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/
Twitter : https://twitter.com/supermom_w
Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/
Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/
WhatsApp: +6281904714215
201 notes · View notes
fajanuta · 3 years
Text
010121 - Surat Cinta dari Aa Calon Suamiku❤️
Selamat ulang tahun yang ke-24 calon istriku🤗🤗
Semoga ditahun ini semua hajat hajat kamu dikabulkan sama Allah yah dan ga lupa juga aku terima kasih karena kamu telah mempercayai aku untuk menjadi calon suami kamu. Semoga di mudahkan segalanya sampai hari H yah. Aamiin.
Jujur aja aku bingung karena banyak banget kebaikan kamu🤗
Dan aku menjadi laki laki beruntung karena telah memiliki kamu dan semoga aku akan selalu bisa lebih menjadi lebih baik lagi yah sayang🤗
Kado terindahnya di bulan Maret aja yah saat aku mengucap ijab kabul dan memasangkan cincin di jari manis kamu🤗
Oia kamu jangan minder yah kalo ada jerawat karena bagi aku kamu selalu menjadi wanita yang paling cantik baik luar maupun dalam🤗🤗
3 notes · View notes