Tumgik
#HR Ath-Thabrani
andromedanisa · 2 years
Text
Hal-hal yang dapat membuat rencana yang sudah kita bangun itu jadi gagal adalah karena kita menceritakan rencana itu kepada orang lain. karena hal itu bisa mengundang iri hati orang yang mendengarnya, dan kita tidak tau bagaimana isi hati orang yang kita ceritakan. ain itu nyata! dan bisa merusak rencanamu.
karena Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda :
“Bantulah kesuksesan hajat-hajat kalian dengan merahasiakannya, karena setiap orang yang memiliki nikmat itu akan menjadi sasaran hasad orang lain. (HR. ath-Thabrani, silsilah shahihah: 1453)
berita baik saja Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyuruh kita untuk menyembunyikannya, apalagi berita buruk.
242 notes · View notes
michassie · 4 months
Text
kapan hari aku sempat mengeluh sama beberapa teman, ngobrolin tentang pencapaian keduniawian terutama di bidang karir dan akademik, serta bagaimana teman-teman aku mencapai kedewasaan dan kebijaksanaan dalam menyikapi persoalan dalam hidup.
ada pelajaran yang aku tangkap dari mereka tentang mengapa mereka bisa sedewasa dan sebijak itu dalam menyikapi setiap persoalan dalam hidup mereka ataupun tentang pencapaian keduniawian mereka yang begitu cepat progressnya.
yaps, ternyata hidup mereka sudah tidak lagi tentang "untuk diri mereka sendiri" lebih dari itu, mereka sudah mampu memanjangkan tujuan mereka untuk Allah, untuk umat, dan menolong agama-Nya dengan segala pencapaian yang mereka miliki.
misal ketika aku bertanya mengapa mereka bekerja dan melanjutkan studi, mereka tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup dan upgrade ilmu saja. namun, mereka sudah menyiapkan rancangan dan melakukan aksi nyata yang mereka tujukan untuk umat dan untuk menolong agama-Nya melalui pekerjaan dan studi yang mereka jalani.
dari sini, aku bisa mengaamiini ayat dari Al Quran dan beberapa sabda Rasul :
“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7)
"Barang siapa yang memudah kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia dan akhirat" (HR. Muslim)."
"Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya." (Muttafaq ‘alaih)
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia" (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).
Kembali lagi, setiap perbuatan tergantung pada niatnya dan kita pasti akan mendapatkan balasan dari apa yang kita kerjakan. Semoga Allah senantiasa menolong dan menjaga niat serta perbuatan kita agar selalu lurus sesuai syari'at Nya sehingga kita bisa kembali dalam keadaan Allah ridho atas hidup kita. aamiin
#mimpi#niat#kerja
14 notes · View notes
liasanianto · 7 months
Text
◾ UBAH MUSIBAH JADI BAHAGIA ◾
Allah 'Azza wa Jalla telah berfirman :
"Apakah Manusia Itu "MENGIRA" Bahwa mereka itu akan Dibiarkan mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tdk akan diuji lagi ?" (QS. Al-'Ankabut [29]: 2)
Berbahagialah Saudaraku...!! Bagi Orang yang "sakit", atau yang tertimpa musibah atau ujian, yaitu jika mereka "Bisa" untuk menyikapinya dgn Ikhlas, Sabar, & Ridha, Tidak Buruk Sangka Kepada Allah Ta'ala dan Bersyukur,
maka mereka pun akan :
(1). DIAMPUNI DOSA-DOSANYA
"Senantiasa UJIAN itu akan "Ditimpakan" kepada seorang mukmin dan mukminah, baik itu menimpa Dirinya, Anaknya, serta Hartanya, Sampai dia pun nanti Bertemu Allah Tanpa mempunyai Kesalahan" (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, serta Al-Hakim, lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no. 3414)
"Tidaklah seorang Muslim Tertimpa rasa letih, penyakit, bingung, sedih, rasa sakit, & duka cita, Bahkan Duri yang Mengenai dirinya, Melainkan dengan itu Allah akan Gugurkan kesalahan-kesalahannya" (HR. Bukhari no. 5642, dan Muslim no. 2573)
(2). SEMAKIN DICINTAI ALLAH
"Sesungguhnya Besarnya PAHALA Akan SESUAI Dengan Besarnya COBAAN, Dan Sesungguhnya apabila Allah "Mencintai" suatu kaum, maka Dia pun akan Menguji mereka. Barangsiapa Yang Telah RIDHA, maka baginya pun keridhaan (Allah), dan barangsiapa yang MURKA maka baginya Kemurkaan (Allah)" (HR. At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, Shahiihut Targhiib no. 3407)
(3). DITINGGIKAN DERAJATNYA
"Sesungguhnya Seorang Hamba apabila dia itu Telah ditetapkan oleh Allah Ta'ala suatu "KEDUDUKAN" Baginya, lantas dia pun tdk dpt mencapainya dengan "amal" dari perbuatannya, maka Allah pun akan memberikannya Ujian pada tubuh, harta atau anaknya, lantas dia dapat bersabar atas "Ujian" tersebut, hingga Allah Ta'ala "Menyampaikannya" kepada Kedudukan yg "ditetapkan" untuknya dari Allah" (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ath-Thabrani, serta Abu Ya'la, Shahiihut Targhiib no. 3409)
(4). MENDAPATKAN SURGA
"Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman : "Wahai Anak Adam, Jika Kamu Bersabar dan juga ikhlas saat tertimpa "musibah", maka Aku tidak akan "meridhai" bagimu sebuah Pahala Kecuali Surga" (HR. Ibnu Majah no. 1597, lihat Takhrij Misykaatul Mashaabiih no. 1758)
(5). KESELAMATAN DARI API NERAKA
"Beritakan kabar Gembira, sesungguhnya Allah 'Azza Wa Jalla berfirman : "Penyakit adalah "Api-Ku" yang Aku telah Timpakan kepada Hamba-Ku yang "Mukmin" saat di Dunia ini, agar dia dapat Selamat dari Api NERAKA Di AKHIRAT" (HR. Ahmad II/440, Ibnu Majah no. 3470, dan Al-Hakim I/345, lihat Silsilah ash-Shahiihah no. 557)
(6). MENDAPATKAN KEBAIKAN
"Barangsiapa yg Dikehendaki Oleh Allah agar dia mendapatkan "kebaikan", maka dia pun akan Ditimpakan Musibah (atau ujian) kepadanya" (HR.Bukhari no. 5645, hadits dari Abu Hurairah)
(7, 8, 9). MENDAPATKAN KEBERKAHAN DAN RAHMAT SERTA PETUNJUK
"Mereka itulah (yaitu "Orang-orang" Yang Tertimpa Ujian atau Musibah) yang Akan Mendapatkan Keberkahan Yg Sempurna, dan juga Rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang2 yang mendapatkan petunjuk" (QS. Al-Baqarah [2]: 157)
(10). DAPAT PAHALA TANPA BATAS
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang Bersabarlah yg akan dicukupkan Pahala mereka tanpa batas" (QS.Az-Zumar : 10)
(11). SEMAKIN BERSIH HATINYA
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
"Andaikan tidak ada cobaan & musibah di Dunia ini, Niscaya Manusia Tertimpa penyakit sombong, bangga, serta keras hati, semua itu akan membawa kepada Kebinasaan di dunia, dan akhirat. Maka dengan Rahmat-Nya Yang Agung, Allah pun memberikan Musibah" pada Sekali waktu sebagai Penjagaan dari penyakit Berbahaya ini. Maha Suci Allah Dengan Segala rahmat-Nya atas Ujian, dan juga Cobaan ini" (Zaadul Ma'aad IV/179)
#repost
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
9 notes · View notes
vitriafebiola · 1 year
Text
Refleksi diri
Tumblr media
Dunia sudah semakin tua, dan sayangnya semakin membutuhkan peran-peran nyata dari kita, umat manusia.
Sepanjang perjalanan, kita akan melewati bermacam-macam fase kehidupan.
Orang-orang selalu bicara hak, lupa diatas hak masih ada kewajiban. Padahal, banyak orang yang mengingatkan itu.
Mereka berjuang untuk sesuatu yang orang lain abaikan, kewajiban bersama. Tapi yang mengabaikan kewajiban justru menertawakan, saat dipertanyakan yang tertawa bersembunyi dibalik hak berbicara.
Aneh, Miris!
Mereka bicara ilmu, orang bilang mereka sok pintar. Mereka bicara kebaikan, orang bilang mereka sok baik. Mereka bicara keburukan, orang berteriak aib harus disembunyikan. Mereka balas bicara semua yang orang lain bicarakan tentang mereka, namun si orang lain berteriak 'jangan ikut campur urusan saya, saya berhak atas semua pendapat saya.'
Ah, kita memang sering sekali melihat orang lain salah, tapi lupa dengan diri sendiri.
Hmmm, barangkali aku salah, orang lain itu bukan lupa, hanya saja kemampuan berpikirnya hanya sebatas air penuh dalam gelas. Yang merasa telah mengetahui segalanya, tapi hanya bisa memuaskan dahaganya, tanpa mampu berbagi.
Hmm..
Semoga aku salah.
Bukankah Tuhanmu berkata, untuk menjauhi prasangka dan curiga, karena sebagian dari prasangka adalah dosa. Juga, jangan terus-terusan hati kita ini diisi dengan mencari-cari keburukan orang (QS 49:12).
Karena sungguh merefleksi kesalahan diri sendiri saja terkadang kita masih tak mampu. Tidak perlulah menambah beban terlalu ikut campur urusan orang lain. Sebagaimana manusia paling mulia pernah berkata, "Hendaknya engkau sibuk dengan urusan privasimu" (HR. Ath-Thabrani No. 13).
Kalimantan Tengah, 21 Desember 2022
8 notes · View notes
kafabillahisyahida · 2 years
Text
Dari Wabishah bin Ma’bad ra berkata: Aku datang kepada Rasulullah saw, kemudian beliau berkata: “Kamu datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab: benar. Kemudian Beliau bersabda : “Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas, meskipun banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.”
(HR. Ahmad (4/227-228), Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (22/147), dan Al Baihaqi dalam Dalaailun-nubuwwah (6/292).
19 notes · View notes
aydhana · 2 years
Text
Teman duduk
Tips Menumbuhkan Minat Baca
1. Konsentrasi saat membaca
Cara pertama dan terpenting adalah membaca dengan konsentrasi dan memahami apa yang sedang di baca.
Syaikhul islam ibnu Taimiyah ra. berkata,
"Orang yang melihat segala sesuatu tanpa hati, dan mendengar kata-kata ulama tidak dengan hati, maka ia tidak akan mengerti apa-apa, sebab pusat segala perkara berada di hati."
"Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami,..." (Qs. Al-Hajj : 46)
2. Pengamalan terhadap apa yang di baca
Ilmu (syari) yang telah dipelajari adalah untuk diamalkan, bukan sekedar untuk dihafalkan. Para ulama menasehati, bahwa menghafal ilmu dengan mengamalkannya.
Hendaklah seorang penuntut ilmu mencurahkan perhatiannya untuk menghafalkan ilmu (syari) dengan mengamalkan dan ittiba.
Menuntut ilmu syari bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan yang agung, yaitu :
Adanya rasa takut kepada Allah
Merasa diawasi olehNya
Bertakwa kepadaNya
Mengamalkan tuntunan dari ilmu tersebut
Rasulullah Saw. bersabda,
" Perumpamaan orang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian dia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri."
(HR. Ath-Thabrani)
3. Membaca secara bertahap
Seorang muslim harus membaca segala bacaan yang disukai dan bermanfaat baginya secara bertahap. Sehingga hatinya terpaut dan berniat untuk senantiasa membaca dan menuntut ilmu.
4. Memilih waktu yang tepat
Imam ibnu Jama'ah ra menuturkan,
" Waktu yang paling baik untuk menghafal adalah waktu sahur ; untuk membahas di pagi hari ; untuk menulis di siang hari ; dan untuk mutholaah dan berdiskusi (mudzakarah) di malam hari."
5. Menciptakan variasi bahan bacaan
Yang demikian agar tidak monoton dalam membaca, tidak bosan, dan tidak malas.
6. Berdoa
Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa berdoa kepada Allah, memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah, memohon pertolongan Allah dalam mencari ilmu, serta selalu merasa butuh kepadaNya.
اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
"Ya Allah Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amalan yang diterima"
Musnad Imam Ahmad, 6/322; Sunan Ibnu Majah, no. 925.
"Ya Allah berikanlah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah apa yang bermanfaat kepadaku, dan tambahkan ilmu padaku."
(HR. At-Tirmidzi)
"Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari kelemahan, kemalasan, ketakutan, umur pikun, dan siksa kubur. Ya Allah, berikanlah kepada hatiku ketakwaan, dan bersihkanlah, karena Engkaulah yang dapat membersihkannya. Engkaulah penolong dan pelindung. Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, nafsu yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan."
(HR. Muslim dan An-Nasa'i)
Refleksi buku "Waktumu, dihabiskan untuk apa?"
|| 11. 6. 2022 ||
15 notes · View notes
atifadhilah · 2 years
Text
"Jangan marah, maka kamu akan masuk Surga." (HR Ath-Thabrani).
7 notes · View notes
nooneblue · 1 year
Text
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
أشد الناس بلاء الأنبياء, ثم الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل
“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya” (HR. Ahmad, 3/78, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 995).
Mereka adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah. Ujian yang menimpa orang-orang yang Allah cintai, itu dalam rangka mensucikannya, dan mengangkat derajatnya, sehingga mereka menjadi teladan bagi yang lainnya dan bisa bersabar.
© 2023 muslim.or.id Sumber: https://muslim.or.id/32540-jika-allah-mencintai-seorang-hamba-ia-akan-diuji.html
1 note · View note
avocadowithyou · 1 year
Text
Diam
Tidak semua hal harus dikomentari. Kata Ust. Oemar Mita "Sebagaimana jendela yang tertutup—yang menjaga ruangan didalamnya tak dimasuki debu atau kotoran, mulut kita sepatunya seperti itu. Karena lisan ini lah yang kebanyakan manusia terjerumus ke dalam neraka". Benar adanya, semakin banyak berbicara semakin rendah kualitas diri kita—sebagimana minuman soda yang dikocok kemudian dibuka tutupnya hingga keluarlah semua isi minuman tersebut, dan sedikit sekali minuman yang tersisa setelah penutupan nya dibuka. Mulut ini, ketika mengeluarkan kecamuknya ia akan hanya mewujud menjadi dua; api atau air. Maka dari itu telah masyhur kata-kata bijak seperti "Mulutmu harimaumu" atau "Diam adalah emas" dan banyak lagi.
Telah masyhur pula hadits terkait diam; Abu Hurairah Ra. berkata, Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tetangga. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamu".(HR. Bukhari dan Muslim). Dari sini bisa dipahami, bahwa hanya ada dua pilihan yang kita punya yaitu berkata baik atau diam. Tapi rasa-rasanya agak susah ya? Terlebih aku—perempuan yang tiap hari nya harus mengeluarkan 20 ribu kata. Semenjak diamanahi membimbing santri, aku semakin paham bahwa diam dalam beberapa hal sangat mujarab untuk self healing. Santri mau bagaimanapun tetap manusia, tetap tak terlepas dari salah dan ada saja kelakuannya. Dulu, pas awal-awal aku menjalani amanah ini dan melihat santri melanggar bawaannya kesel terus, dan parahnya dalam keadaan kesal ini lah aku menasehati. Tapi setelah terus belajar mengenai diam dan tenang jika hal-hal tak terduga dilakukan santri, proses menasehati pun akan mudah diterima.
Dalam surat Qaf ayat 18, Allah mengingati kita; "Tiada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan ada didekatnya pengawas yang selalu hadir". Tuh, begitu berharga sebuah kata yang keluar di sisi Allah sampai dihadirkannya pengawas. Mau perkara apapun jika melebihi porsinya atau berlebihan, ia akan seperti gula. Semakin banyak gula dikonsumsi, semakin tinggi pula potensi kita terkena diabetes. Semakin kita berlebihan dalam suatu hal, semakin tinggi pula potensi kita dalam kehancuran. Dan perlu diingat Ath-Thabrani pernah meriwayatkan dari Anas Ra. bahwa Nabi Saw bersabda, "Seorang hamba tidak akan mencapai hakikat iman, sehingga ia menjaga lisannya".
Semoga kita bisa membatasi diri dari berkata yang tidak baik.
2 notes · View notes
wedangrondehangat · 2 years
Text
Nikmat Sakit
Kita tak akan tahu nikmatnya sehat, kalau tak pernah sakit.
Semoga Allah jadikan sakit yang kita derita sebagai penggugur dosa dan pelajaran serta hikmah untuk bekal perjalanan kehidupan.
Semoga orang-orang yang diberi rezeki kesehatan dimampukan untuk memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya.. mengisi sisa usianya dengan kebaikan.. Semoga Allah memberkahi kehidupan kita karena kesungguhan niat baik kita dalam kehidupan yang fana ini..
Dianugerahi sakit merupakan ujian tersendiri dalam hidup seseorang yang kelak menjadikannya "naik kelas".
Sebuah prinsip; mengapa aku yang Allah beri sakit ini? Berarti aku mampu. Aku percaya, ujian apa-apa yang Allah beri padaku adalah karena aku sanggup. Allah hendak mengangkat derajatku.
Kembali lagi pada kesadaran bahwa sebagai manusia tugasnya seperti biasa; berusaha dan berdoa. Allah yang beri sakit ini, maka Allah juga yang bisa menyembuhkan.
Selepas semua rasa sakit ini, semoga turut bergugurlah segala dosa. Sebab, sakit ini adalah kasih sayangNya yang hendak menghapus dosa-dosaku yang mungkin teramat banyak.
Dengan rasa sakit ini, aku tahu hikmah dibaliknya; betapa bahagianya menjadi diri yang sehat. Menjadi amanah dengan hati dan tubuh yang dianugerahkanNya. Menjadi pribadi yang ingin lebih bermanfaat dengan tidak lagi menyia-nyiakan waktu tatkala sehat. Menjadi manusia yang bersyukur lagi, tidak berpayah-payahan lagi dalam membandingkan hidup.
Sehat jasmani dan rohani ternyata sudah lebih dari cukup :") Dengannya, kita bisa melakukan banyak hal, mengusahakan apa-apa yang menjadi tujuan, berlari mengejar ketertinggalan.
Namun, seringnya terlupa ucapan syukur itu dipanjatkan. Bagaimana mengawali hari dengan bersyukur? Dengan bergegas bangun dari tidur, membaca doa bangun tidur, lalu lekas berwudhu untuk menghadapNya.
======
P.s. Alhamdulillah hari ini dikasih kekuatan untuk pergi berobat yang ke-4x sejak bulan Mei. Semoga lekas sembuh wahai diri. Catatan ini kelak kuintip kembali, sebagai kenangan di waktu sakit. Sebagai kenangan, sedang Allah cintai. Kalau Allah cinta seorang hamba, Dia akan mengujinya.
"Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji.” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
Tidak apa-apa diberi sakit, jika ini menjadi jalan agar hati semakin beriman. Semoga begitu ya, hati.. :")
_
Yk, 20 Juli '22 | 18.28
4 notes · View notes
risalahmuslim · 2 years
Photo
Tumblr media
▶️ Tafsir QS. Al Baqarah [2]: 275 ◀️ ㅤㅤ ㅤㅤ [1] Sistem bunga merupakan sistem yang menguntungkan bagi yang meminjamkan dan sangat merugikan si peminjam. Bahkan ada kalanya si peminjam terpaksa menjual dirinya untuk dijadikan budak agar dia dapat melunasi pinjamannya. [2] Perbuatan itu pada zaman jahiliah termasuk usaha untuk mencari kekayaan dan untuk menumpuk harta bagi yang meminjamkan. ㅤㅤ 💡 Menurut Umar Ibnu Khaththab, ayat Alquran tentang riba, termasuk ayat yang terakhir diturunkan. Bila disebut riba kepada mereka, maka dalam pikiran mereka telah ada pengertian yang jelas dan pengertian itu telah mereka sepakati maksudnya. ㅤㅤ Alquran telah jelaskan apa yang dimaksud dengan riba. Sabda Rasulullah ﷺ mengenai dua peninggalannya yang harus ditaati: 📗 "Aku telah meninggalkan padamu dua hal, yang kalau kamu berpegang teguh dengannya, kamu tak akan sesat sepeninggalku, ialah Kitabullah dan Sunah Rasul" —HR. Ibnu Majah ㅤㅤ 💡 Akibat yang akan dialami oleh orang yang makan RIBA, yaitu jiwa dan hati tak tenteram, pikiran tak menentu. Keadaan seperti orang kemasukan setan atau seperti orang gila. Pemakan riba waktu dibangkitkan pada hari kiamat, yaitu seperti orang yang KEMASUKAN SETAN. ㅤㅤ Sabda Rasulullah ﷺ: 📗 "Jauhilah olehmu dosa yang tidak diampuni, yaitu: pemakan riba, siapa memakan riba, dia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan gila, lagi kemasukan (setan)" —HR. ath-thabrani dari ‘Auf bin Malik. ㅤㅤ 💡 Dalam kenyataan dalam kehidupan manusia di dunia ini, banyak pemakan riba kehidupannya benar-benar TIDAK TENANG, SELALU GELISAH, tak ubahnya bagai orang kemasukan setan. Dosa besar yang ditimpakan kepada pemakan riba ini disebabkan karena di dalam hati pemakannya itu telah tertanam rasa CINTA HARTA, lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri, mengerjakan sesuatu karena kepentingan diri sendiri bukan karena Allah. ㅤㅤ Orang yang demikian adalah orang yang tak mungkin tumbuh dalam jiwanya iman yang sebenarnya, yaitu iman yg didasarkan pada perasaan, pengakuan dan ketundukan kepada Allah. https://instagr.am/p/CextUGNMFic/
2 notes · View notes
matahari-bersinar · 2 months
Text
Baru banget kemarin menetes air mata akan kisah bidadari di bumi yang disampaikan oleh gurunda Ustazah Halimah dalam kajian online.
Diceritakan bahwasanya saat hubabah akan berangkat mengajar (masih tinggal di kota tarim), beliau naik bus. Lalu naiklah juga hubabah yang lain dan didlam bus itu diisi oleh hubabah halimah dan penumpang satunya.
Kata ustazah, ibu ini dari tadi ga berhenti dzikir jadi saya segan mau ngajak ngobrol
Ditengah perjalanan qadarullah ada hewan yang lewat entah itu kucing atau apa sehingga membuat supir bus kaget lalu bus pun mengerem dengan sangat mendadak. Dari kejadian itu ustazah dan ibu tadi terpental. Sampai parahnya ibu yg sedari tadi zikir ga berhenti tangannya sampai berdarah darah karena mengenai besi yg di bangku.
Yang paling unik saat itu terjadi, kata ustazah "ibu hanya senyum sambil bilang "alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah"
Lalu bertanya ada apa gerangan wahai ibu disaat kondisi kesakitan seperti ini bisa tetap tenang ?
Nakk tahukah kamu, ada hadits yang mengatakan "Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji" (HR Ath-Thabrani)
Saat ini saya sedang dicintai Allah nak, itulah yang membuat saya tak henti untuk mengucap syukur"
Memang benar bahwa akad dari ilmu adalah berupa amal solih. Baru kemarin mendapat hadits tersebut dan sekarang ini Allah menunjukkan cintanya lewat ujian di kantor dengan dihadirkannya orang orang yang mengundang Rahmatnya Allah.
Secara logika dan perasaan pengen nyerahh aja, tp ketika iman dan ilmu disandingkan semua ada kebaikan Allah didalamnya. Allah ingin menyapaku dengan cara lewat ujian ini.
Maha Baik Allah. La haula wala quwwata illa billah
0 notes
rinaimimpi · 3 months
Text
Kejujuran Nabi Muhammad Dalam Berhijrah|Tadzkiratus Saami'
Tumblr media
“manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat untuk manusia. Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kegembiraan yang engkau masukan ke hati seorang mukmin, atau engkau hilangkan salah satu kesusahannya, atau engkau membayarkan hutangnya, atau engkau hilangkan kelaparannya. Dan aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku cintai daripada ber-i’tikaf di masjid Nabawi selama sebulan lamanya. Dan siapa yang menahan marahnya maka Allah akan tutupi auratnya. Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia bisa menumpahkannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan di hari kiamat. Dan barangsiapa berjalan bersama saudaranya sampai ia memenuhi kebutuhannya, maka Allah akan mengokohkan kedua kakinya di hari ketika banyak kaki-kaki terpeleset ke api neraka” (HR. Ath Thabrani 6/139, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 2/575).
Sumber: https://muslim.or.id/27498-amalan-amalan-yang-paling-dicintai-allah.html Copyright © 2024 muslim.or.id
manfaatkan bulan Rajab sebagai pemanasan kita untuk mempersiapkan Ramadhan. ulama klasik kita mempersiapkan Ramadhan bahkan 6 bulan sebelum Ramadhan. semoga Allaah memberikan taufik dan hidayah untuk kita.
kita harus membersikan jiwa dan hati kita dari kebohongan, kita harus bersikap jujur agar selalu diberikan oleh Allaah kemudah mencari ilmu nafi'.
Nabi Muhammad adalah sosok nabi yang sangat-sangat jujur, hingga beliau bergelar Al-Amin (orang yang terpercaya). kriteria dasarnya adalah jujur, setia, dan tidak khianat.
(QS. Abasa:1-4) artinya: 1. Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, 2. karena seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum). 3. Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), 4. atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya?
dalam ayat tersebut secara tersurat memaparkan salah satu episode hidup Rasulullah yang merupakan seorang manusia/hamba Allaah yang pernah berbuat salah secara jujur menyampaikan.
selain itu ada QS. At-Tahrim:1 ketika Nabi Muhammad pernah mengharamkan madu, "Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
hal tersebut secara tersirat memberikan bukti bahwa Al-Qur'an memang benar berasal dari Allaah, yang berisikan firman-firman Allaah. selain itu adalah kejujuran dari Rasulullaah.
kultur (urf) kita apabila sedang berantem dengan pasangan tidak mau oranglain mengerti dinamika rumah tangga kita.
ulama ahlusunnah mengutamakan kejujuran dan bersikap apa adanya, dalam artian jika memang ada sesuatu kebaikan yang diperoleh maka akan disampaikan. begitupun jika memang ada keburukan yang tidak baik atau merugikan, akan disampaikan dengan cara yang tepat.
hidup itu hakikatnya adalah aktivitas keluar-masuk. ketika kita keluar dari masjid, kita masuk ke tempat lain (parkiran/outdoor/dsb). begitupun ketika kita masuk ke mobil, maka kita keluar parkiran. kita keluar dari mobil, kita masuk ke rumah. maka kita minta semua aktivitas kita itu penuh dengan kejujuran. kejujuran itu dahsyat.
kejujuran -> jujur karena Allaah, minta pertolongan kepada Allaah, dan sesuai dengan jalan,perintah, dan larangan Allaah.
Rasulullaah keluar dari kota mekkah, apakah karena rasa takut atau menghindari bully? tidak. Rasulullaah keluar dari kota mekkah karena perintah dari Allaah dan mencari wajah Allaah. Rasulullaah juga memohon pertolongan kepada Allaah. begitupun ketika Rasulullaah masuk ke madinah, beliau juga meminta pertolongan Allaah secara jujur. dan janji Allaah itu benar, Allaah memberikan kemenangan-kemenangan kepada Rasulullaah, berakhirnya era penindasan, Allaah tolong Rasulullaah yang secara jujur mengamalkan hukum-hukum Allaah. hasilnya sukses besar.
mari kita evaluasi diri kita.
ada beberapa orang yang berusaha masuk ke perusahaan besar, iya memang gajinya banyak, tapi bisa jadi rumah tangganya berantakan. evaluasi ketika kita masuk kerja di suatu perusahaan tersebut, apakah karena Allaah? Apakah kita sudah istikhoroh? atau hanya karena salary besar? sehingga lupa memanjatkan doa kepada Allaah.
kenapa? tidak berkah. sebab apa? tidak jujur kepada Allaah.
pentingnya sebab semua pilihan-pilihan hidup kita karena Allaah.
jika engkau jujur kepada Allaah, maka Allaah akan wujudkan.
kita masuk ke dunia pernikahan, akhirnya iman turun. ketika ada masalah dan justru menjatuhkan iman, itu baik. tapi jika masalah menjatuhkan iman, maka itu adalah issues.
cek dulu niat anda ketika akan memasuki dunia pernikahan, apa motif anda, apa tujuan anda, sudahkan lurus niat anda?
apakah hanya kecantikan?
apakah hanya kekayaan?
atau karena FOMO?
kita harus minta pertolongan kepada Allaah, lupa minta petunjuk dari Allaah.
Rasulullaah masuk ke kota madinah tidak dalam kondisi kota madinah yang sudah oke atau sudah kondusif. Rasulullaah dicari, dikejar, dan ingin dibunuh. namun Rasulullaah jujur kepada Allaah dan mengikuti perintah Allaah untuk hijrah ke madinah, Rasulullaah jujur dan hanya menginginkan wajah Allaah, dan Allaah benar memberikan janji-janjiNya kepada Rasulullaah.
seseorang adalah anak lingkungannya. tapi akar masalah bukan pada lingkungannya, akan tetapi kejujurannya kepada Allaah.
ada banyak orang yang keluar rumah tapi bukan karena Allaah, maka jadilah berantakan dan tidak berkah.
ada banyak orang terjatuh dalam gemerlapnya maksiat karena keluar dari rumah cari pelarian, bukan karena Allaah. keluar kerumah bukan karena Allaah tapi memanjakan syahwat secara mutlak akan menghancurkan diri manusia.
sudahkah kita berdoa ketika akan keluar rumah? kita sangat perlu melihat ke dalam diri.
ketika keluar rumah dengan tujuan yang jelas, cari Allaah, cari wajah Allaah, niatkan yang baik agar selalu dijaga dan ditolong oleh Allaah.
kita selama ini meremehkan keluar dan masuk rumah. jangan lupa untuk meminta pertolongan kepada Allaah ketika masuk ke dalam rumah. masalah di dalam rumah justru biasanya lebih pelik daripada di luar rumah. semua itu karena kita tidak jujur kepada Allaah. kita berfikir bahwa jujur kepada Allaah hanya ketika keluar rumah. kita menyepelekan pertolongan dan pentingnya penjagaan Allaah ketika masuk ke rumah. ribut-ribut besar atau kesedihan atau ujian juga tak luput terjadi di dalam rumah.
hidup dengan kejujuran, hidup dengan membawa prinsip kejujuran, itu seperti memikul gunung yang sangat kokoh. tidak akan mampu kecuali orang yang punya tekad sangat besar. mereka itu bergerak dan beraktivitas sebagaimana orang yang beraktivitas membawa beban yang berat. perjalanan hidup orang yang jujur itu seperti kemana-mana membawa beban yang berat. hidupnya tidak selalu lempeng, ada goyangnya, ada ujiannya juga. tidak mudah.
lihatlah ketika kita membaca sirah nabawiyah, bagaimana usaha Rasulullaah dalam melaksanakan ketaqwaan dan perintah-perintah Allaah. itu semua tidaklah mudah.
kenapa orang sukses itu selalu minoritas? karena menjadi sukses itu juga tidak mudah. banyak sekali hal-hal yang harus dilalui dengan jujur.
sebaliknya hidup dengan kebohongan dan riya' itu sangatlah mudah. jadi pembohong sangatlah mudah, seperti memikul bulu. orangnya tidak mengalami atau memikul sama sekali. orang yang hidupnya dengan kebohongan (re: bohong dalam segala aspek termasuk bohong kepada Allaah/tidak mencari wajah Allaah) itu sangatlah mudah.
konsisten menjaga niat, ketika khilaf langsung bertobat, ketika melakukan aktivitas hanya mengharap wajah Allaah, tidaklah mudah. kita sangat-sangat membutuhkan pertolongan Allaah.
jujur ketika dalam keadaan di bawah/rendah atau ketika di atas/sedang stabil atau baik, itu sangat sulit. terutama ketika kita sedang dalam kondisi yang baik-baik saja, maka kejujuran kita sangat diuji.
barakallaahu fiik.
Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حافظه الله
[Sesi Tanya Jawab]
Pertanyaan 1: ustadz apakah saya salah jika keluar rumah menghadiri kajian karena sedang bertengkar dengan istri saya?
Jawaban 1: tergantung, jika pergi ke kajian hanya karena pelarian, itu berarti tidak jujur kepada Allaah. akan tetapi, jika pergi ke kajian dan berantem dengan istri karena merasa masih miskin ilmu (ilmunya masih kurang, merasa hidupnya kurang berkah, Allaah ga ridha, dan merasa harus lebih dekat dengan Allaah), berarti itu bagus. itu artinya masalah yang menyebabkan kita lebih dekat kepada Allaah.
tapi ketika pergi kajian atau thalabul ilm, jangan menunggu untuk merasa sudah jujur dulu kepada Allaah, nanti setan akan bermain disitu. nanti malah gajadi datang ke kajian.
sebagian para ulama mengatakan bahwa: dulu ketika saya pertama kali datang ke majelis ilmu itu tidaklah jujur (tidak karena Allaah). tapi saya terus tetap datang, mendengar keterangan ayat, hadist, dan ulama, lama-lama niat itu lurus. semua itu butuh proses. layaknya orang sakit yang menuju sehat.
ulama atau guru atau ustadz itu mengobati penyakit hati dan jiwa. ketika orang tidak jujur atau merasa belum jujur atau masih merasa memiliki penyakit hati, maka pergilah ke majelis-majelis ilmu. -> layaknya kita sakit badan dan perlu ke dokter. ilmu adalah obat. ayat-ayat Allaah adalah obat. insyaAllaah kita akan mendapatkan kesehatan hati.
Pertanyaan 2: saya berinteraksi dengan akhwat yang terkenal dikalangan yang kajian. bahkan aktif di panitia dalam banyak kajian. namun tidak amanah, ketika bermuamalah seolah tidak memperhatikan ilmu yang didaptkan. setelah saya selidiki, ternyata tidak hanya saya saja yang mengalami kondisi atau menerima perlakuan tersebut. namun jika dilihat di medsosnya terlihat sangat baik. bukan saya merasa shalihah ustadz, tapi saya sedih ketika orang sudah mengaji lama tapi menyepelekan halal-haram. apakah ini terjadi karena tidak jujur kepada Allaah?
Jawaban 2: yang perlu kita camkan bahwa kita harus tahu hukum asal seseorang. jika hukum asal ulama/ahli ilmu/guru/ustadz yang memang berjuang dilingkup dakwah bertahun-tahun---maka hukum asalnya mereka "adalah" -> sholeh. yang membawa ilmu agama ini dari generasi ke generasi adalah orang-orang yang adil dan shalih. kecuali ada bukti yang jelas yang bisa mengubah status tersebut.
adapun orang umum yang bukan ahli ilmu, maka baik-buruknya kita tidak bisa pastikan. apakah kita boleh suudzon? gaboleh juga. misal kita ketemu orang dengan penampilan yang meyakinkan banget namun belum pernah ketemu, apakah kita langsung bisa menilai dia baik/buruk? kan gabisa. parameternya bukan casing. parameternya hukum asalnya apakah baik atau tidak sampai ada buktinya. dan bukti adalah rekomendasi dari orang yang pernah tinggal satu atap, atau orang yang pernah bermuamalah dengan dia tentang uang, dan safar.
orang itu sering salah tangkap, jika sudah masuk ke dunia dakwah pasti sudah shalih/shalihah, padahal engga. ini perlu di dudukkan.
Rasulullah pernah di fitnah engga? pernah.
Rasulullaah pernah ducaci maki engga? pernah.
Rasulullaah pernah di dzolimi engga? pernah.
Rasulullaah mengalami ujian-ujian tersebut juga di dalam dunia dakwah. itu poin.
sedangkan orang-orang munafik adalah yang casing-casingnya adalah muslim.
thats why para ulama mengatakan, disekitar Rasulullaah di kota madinah ada orang munafik. maka secara simple apakah possible jika diantara para guru/ustadz/para ulama terdapat orang munafik? sangat possible. simplenya begitu.
sekelas Rasulullaah saja masih dikelilingi orang munafik, apalagi guru/ustadz/ulama, dan bahkan sekelas kita yang merupakan orang biasa yang masih belajar dan terus belajar.
tidak steril. thats why kita harus hati-hati. jangan bermudah-mudahan dalam percaya. dan jangan bermudah-mudahan dalam merekomendasikan seseorang kepada orang lain. kita perlu lihat dulu, sudahkah kita bermuamalah kepada dia dll.
Pertanyaan 3: ada pasangan saat taaruf sudah sepakat berbagai hal sebelum menikah. setelah menikah dalam perjalanan waktu salah satu pihak berubah atau menyangkal sesuatu yang sudah disepakati saat taaruf dengan alasan bahwa manusia bisa berubah karena keadaan dalam rumah tangga yang berubaha. bagaiman sikap bagi pasangannya yang merasa dibohongi?
Jawaban 3: ada dalam pembahasan fiqih nikah bahwa syarat terkait pernikahan---selama syarat itu tidak keliru atau bermasiat kepada Allaah, maka kaidahnya adalah---seorang muslim itu terikat dengan syarat-syaratnya (sabda Rasulullaah). -> kita sebagai seorang muslim diperintahkan Allaah untuk berkomitmen dengan kesepakatan dan perjanjian kalian.
manusia memang bisa berubaha, tapi anda sudah membuat perjanjian.
jika kita ingin menikah, maka salah satu hal yang perlu kita perhatikan adalah calon kita/sosok tersebut sudah diketahui dan mempunyai track record dalam menjaga keshalihan. bukan yang baru ngaji kemaren langsung mau nikah. tidak se-simple itu. track record itu sangat penting.
"barangsiapa yang hijrah karena Allaah dan rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan Allaah dan rasul-Nya. barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia atau "wanita" yang ia nikahi, maka ia hanya akan mendapatkan itu saja."
maka niatkan kajian karena Allaah dan Rasulullaah. agar semua baik, biar tidak menjadikan atau memberikan imbas yang buruk bagi orang-orang sekitanya atau pasangannya.
barakallahu fiik.
Sukoharjo, 21 Januari '24 || 10.59 wib
1 note · View note
sisterinblack · 8 months
Text
Tumblr media
Ringkasan dari kajian:
📚 Hadiah Istimewa Menuju Keluarga Sakinah.
👤 Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حَفِظَهُ الله تَعَالَى.
🎬 https://youtu.be/hxCKoIrKzNM
بسم الله الرحمن الرحيم
« DEFINISI NIKAH »
• Nikah Menurut Bahasa.
Nikah menurut bahasa berarti الضَّمُّ (menghimpun). Kata ini dimutlakkan untuk akad atau persetubuhan.
• Nikah Menurut Syari’at.
Ibnu Qudamah berkata: “Nikah menurut syari’at adalah akad perkawinan. Ketika kata nikah diucapkan secara mutlak, maka kata itu bermakna demikian, selagi tidak satu dalil pun yang memalingkan darinya.” [HR. At-Tirmidzi (no. 2411) dan ia mengatakan: “Hadits hasan gharib,” al-Hakim (IV/357) dan ia mengatakan: “Sanadnya shahih” dan disetujui oleh adz-Dzahabi, serta dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab ash-Shahiihah (no. 150)]
Al-Qadhi berkata: “Yang paling mirip dengan prinsip kami bahwa pernikahan pada hakikatnya berkenaan dengan akad dan persetubuhan sekaligus. Berdasarkan firman Allah Ta’ala,
وَلَا تَنْكِحُوا مَا نَكَحَ آبَاؤُكُمْ مِنَ النِّسَاءِ
“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu…” [QS. An-Nisaa’: 22] [HR. Al-Baihaqi (VII/78) dan dikuatkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab ash-Shahiihah dengan hadits-hadits pendukungnya (no. 1782)]
« ISLAM MENGANJURKAN NIKAH »
Bahwa Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan sangat besar sampai-sampai pernikahan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي
“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)
Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ رَزَّقَهُ اللَّهُ امْرَأَةً صَالِحَةً , فَقَدْ أَعَانَهُ عَلَى شَطْرِ دِيْنِهِ , فَلْيَتَّقِ اللَّهَ فِي الشَّطْرِالثَّانِي
“Barang-siapa yang di beri Allah rezeki berupa isteri yang sholehah, maka sungguh Allâh telah menolongnya mendapat separuh dari agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah untuk memperoleh yang separuhnya”. [H.R. Ath-Thabrani dan Al-Hakim. Lihat Al-Ahaditsush-Shahihah oleh Syaikh Al-Albni jilid II hal. 200]
« NABI MUHAMMAD ﷺ TIDAK MENYUKAI ORANG YANG MEMBUJANG »
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَأْمُرُ بِالبَاءَةِ وَيَنْهَى عَنِ التَّبَتُّلِ نَهْيًا شَدِيْدًا وَيَقُوْلُ تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّي مُكَاثِرُ الْأَنْبِيَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, “Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak (subur) karena aku akan berbangga dengan kalian dihadapan para nabi pada hari kiamat” [HR. Ibnu Hibban 9/338]
Peringatan Rasulullah ﷺ kepada mereka yang berlebihan dalam hal beribadah sehingga melalaikan dari menjalankan Sunnah beliau ﷺ, termasuk Sunnah untuk menikah,
وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوْتِ أزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَسْأَلُوْنَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخْبِرُوْا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوْهَا، وَقَالُوْا: أَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ وَقدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. قَالَ أَحَدُهُمْ: أَمَّا أَنَا فَأُصَلِّيْ اللَّيْلَ أَبَداً، وَقَالَ الْآخَرُ: وَأَنَا أَصُوْمُ الدَّهْرَ أَبَداً وَلَا أُفْطِرُ، وَقَالَ الْآخَرُ: وَأَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَداً.
فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ، فَقَالَ: أَنْتُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ؟ أَمَا وَاللهِ إِنِّيْ لَأَخْشَاكُمْ لِلهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّيْ أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْ
Dari Anas Radhiyallahu anhu ia berkata, “Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi ﷺ untuk bertanya tentang ibadah Beliau ﷺ. Lalu setelah mereka diberitahukan (tentang ibadah Beliau ﷺ), mereka menganggap ibadah Beliau itu sedikit sekali. Mereka berkata, “Kita ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Nabi ﷺ! Beliau ﷺ telah diberikan ampunan atas semua dosa-dosanya baik yang telah lewat maupun yang akan datang.” Salah seorang dari mereka mengatakan, “Adapun saya, maka saya akan shalat malam selama-lamanya.” Lalu orang yang lainnya menimpali, “Adapun saya, maka sungguh saya akan puasa terus menerus tanpa berbuka.” Kemudian yang lainnya lagi berkata, “Sedangkan saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan menikah selamanya.”
Kemudian, Rasulullah ﷺ mendatangi mereka, seraya bersabda, “Benarkah kalian yang telah berkata begini dan begitu? Demi Allah! Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling taqwa kepada-Nya di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku juga berbuka (tidak puasa), aku shalat (malam) dan aku juga tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.” [Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5063); Muslim (no. 1401); Ahmad (III/241, 259, 285); An-Nasa-i (VI/60); Al-Baihaqi (VII/77); Ibnu Hibban (no. 14 dan 317-at-Ta’liqatul Hisan); al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 96)]
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,
لو لم يبقَ من أجلي إلا عشرة أيام، ولي طولٌ على النكاح لتزوجت كراهية أن ألقى الله عزباً
“Seandainya aku tahu bahwa ajalku tinggal sepuluh hari lagi, dan aku mempunyai kemampuan menikah, maka aku akan menikah. Karena aku tidak suka bertemu dengan Allah dalam keadaan membujang.” [Mushannaf ‘Abdurrazzaq (VI/170, no. 10382) dan Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]
Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhuberkata kepada seseorang yang belum menikah padahal ia sudah layak menikah (tidak ada lagi penghalang menikah baginya dan tidak ada target yang lebih penting dari menikah untuk sementara),
ما يمنعك من النكاح إلا عجز أو فجور
“Tidak ada yang menghalangimu menikah kecuali kelemahan (lemah syahwat) atau kemaksiatan (ahli maksiat)” [Al-Muhalla Ibnu Hazm 9/4, Darul Fikr, Beirut, syamilah]
Thawus (seorang tabi’in) rahimahullah berkata,
لا يتم نسك الشاب حتى يتزوج
“Tidaklah sempurna ibadah seorang pemuda sampai ia menikah.” [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (VI/7, no. 16143) dan Siyar A’lamin Nubala’ (V/47).]
Orang yang enggan menikah baik laki-laki maupun wanita mereka sebenarnya orang yang tergolong paling sengsara dalam hidup ini. Mereka adalah orang-orang yang paling tidak menikmati kebahagiaan hidup baik kesenangan bersifat biologis maupun spiritual. Bisa jadi mereka bergelimang dengan harta namun mereka miskin dari karunia Allah 'Azza wa Jalla.
« MANFAAT DARI RASULULLAH ﷺ MENGANJURKAN UNTUK MENIKAH »
Rasulullah ﷺ bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
‘Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng).'” [Shahih. HR. Al-Bukhari (no. 5066) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1402) kitab an-Nikaah, dan at-Tirmidzi (no. 1087) kitab an-Nikaah]
Para 'ulama menjelaskan manfaat dari menikah, yaitu diantaranya:
1. Melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala.
2. Melaksanakan dan menghidupkan Sunnah Nabi Muhammad ﷺ.
3. Dapat menundukkan pandangan.
4. Menjaga kehormatan laki-laki & perempuan.
5. Terpelihara kemaluan dari beragam maksiat.
7. Allah akan menolong orang yang menikah dalam urusan ma'isah.
8. Mendatangkan sakinah, mawaddah, warohmah.
9. Untuk memperoleh keturunan yang sholeh.
« TATA CARA PERNIKAHAN DALAM ISLAM »
1. Khitbah (meminang)
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمُ الْمَرْأَةَ، فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْظُرَ مِنْهَا إِلَى مَا يَدْعُوْهُ إِلَى نِكَاحِهَا، فَلْيَفْعَلْ
“Apabila seseorang di antara kalian ingin meminang seorang wanita, jika ia bisa melihat apa-apa yang dapat mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah!” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (III/334, 360), Abu Dawud (no. 2082) dan al-Hakim (II/165), dari Shahabat Jabir bin ‘Abdillah radhiyallaahu ‘anhuma]
Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallaahu ‘anhu pernah meminang seorang wanita, maka Nabi ﷺ berkata kepadanya:
أُنْظُرْ إِلَيْهَا، فَإِنَّهُ أَحْرَى أَنْ يُؤْدَمَ بَيْنَكُمَا
“Lihatlah wanita tersebut, sebab hal itu lebih patut untuk melanggengkan (cinta kasih) antara kalian berdua.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1087), an-Nasa-i (VI/69-70), ad-Darimi (II/134) dan lainnya. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullaah dalam Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1511)]
Tentang melihat wanita yang dipinang, telah terjadi ikhtilaf di kalangan para ulama, ikhtilafnya berkaitan tentang bagian mana saja yang boleh dilihat. Ada yang berpendapat boleh melihat selain muka dan kedua telapak tangan, yaitu melihat rambut, betis dan lainnya, berdasarkan sabda Nabi ﷺ, “Melihat apa yang mendorongnya untuk menikahinya.” Akan tetapi yang disepakati oleh para ulama adalah melihat muka dan kedua tangannya. Wallaahu a’lam.
2. Shalat Istikharah.
Apabila seorang laki-laki telah nazhar (melihat) wanita yang dipinang serta wanita pun sudah melihat laki-laki yang meminangnya dan tekad telah bulat untuk menikah, maka hendaklah masing-masing dari keduanya untuk melakukan shalat istikharah dan berdo’a seusai shalat. Yaitu memohon kepada Allah agar memberi taufiq dan kecocokan, serta memohon kepada-Nya agar diberikan pilihan yang baik baginya.
3. Akad Nikah.
Tidak ada penjelasan secara terperinci dari ulama mengenai jarak dari khitbah ke akad nikah, akan tetapi beberapa ulama mengatakan ‘lebih cepat lebih baik’.
Syarat terlaksananya akad nikah, yaitu:
[1] Rasa suka sama suka dari kedua calon mempelai.
[2] Izin dari wali (wajib bagi gadis/janda).
Dari Aisyah Radliyallahu 'Anha dia berkata : Rasulullah ﷺ bersabda:
أيما امرأة أنكحت نفسها بغير إذن وليها فنكاحها باطل ، باطل ، باطل ، فإن دخل بها فلها المهر بما استحل من فرجها ، فإن اشتجروا فالسلطان ولي من لا ولي له (رواه أحمد وأبو داود والترمذي وصححه)
“Siapa saja wanita yang menikahkan dirinya sendiri dengan tanpa izin walinya, maka pernikahannya batil, batil, batil, maka jika suaminya telah menggaulinya maka bagi wanita tersebut mahar dari kehormatan yang telah diberikannya dan dihalalkan baginya, dan jika ada perselisihan dari wali keluarga wanita, maka penguasa atau hakimlah yang berhak menjadi wali bagi wanita yang tidak ada wali baginya.” [HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan At Turmudzi dan dia telah menshahihkannya]
Diriwayatkan oleh Abu Musa Al ‘Asy’ari bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
لا نكاح إلا بولي (رواه الخمسة وصححه ابن المديني)
“Tidak sah pernikahan dengan tanpa adanya wali.” [Diriwayatkan oleh lima Imam ahlul Hadits dan disahihkan oleh ibnu Al Madini]
[3] Saksi-saksi (minimal dua saksi yang adil).
[4] Mahar.
Ahmad meriwayatkan dari Nabi ﷺ,
إِنَّ مِنْ يَمْنِ الْمَرْأَةِ تَيْسِيْرُ صَدَاقُهَا وَتَيْسِيْرُ رَحِمُهَا.
“Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya dan memudahkan rahimnya.” [HR. Ahmad (no. 23957), al-Hakim (II/181), ia menshahihkannya dan menilainya sesuai dengan kriteria al-Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak mengeluar-kannya serta disetujui oleh adz-Dzahabi, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jaami’ (II/251) dan dalam al-Irwaa’ (VI/250)]
‘Urwah berkata: “Yaitu, memudahkan rahimnya untuk melahirkan.”
[5] Ijab Qabul.
Disunahkan khutbah nikah sebelum dilaksanakan ijab qabul. Mengenai walimah tidak ada keharusan akan tetapi dianjurkan bagi yang mampu,
Sabda Nabi ﷺ kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf Radhiyallahu anhu :
أَوْلِمْ وَلَوْبِشَاةٍ.
“Adakanlah walimah walaupun hanya dengan seekor kambing.” [Takhrijnya telah lalu]
« PELANGGARAN-PELANGGARAN DISEPUTAR PERNIKAHAN »
1. Pacaran sebelum pernikahan.
2. Tukar cincin: emas & sutera diharamkan untuk laki-laki tapi dihalalkan bagi wanita.
3. Menuntut mahar yang tinggi.
4. Mengikuti upacara adat.
5. Memakai pakaian yang terlihat aurat.
6. Sungkeman kepada orang tua karena anggota sujud & rukuk hanya milik Allah.
7. Mencukur jenggot bagi laki-laki.
8. Mencukur alis & menyambung rambut bagi wanita, mentato bagi wanita & laki-laki.
9. Kepercayaan kepada hari baik & hari sial.
10. Adanya ikhtilat (campur baur antara lawan jenis)
11. Adanya nyanyian, musik dan sejenisnya.
12. Adanya patung-patung, gambar-gambar bernyawa.
13. Makan & minum dengan tangan kiri dan sambil berdiri.
14. Penghulu membaca shighat ta'liq talak.
« HAK & KEWAJIBAN SUAMI ISTERI »
< Hak isteri yang harus dipenuhi suami >
Dari sahabat Muawiyah bin Haidah bin Mu’awiyah bin Ka’ab Al Qusyairy ia berkata: Saya telah bertanya,”Ya Rasulullah, apa hak seorang isteri yang harus dipenuhi oleh suaminya?” Rasulullah menjawab :
أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ وَلاَ تَضْرِبِ الْوَجْهَ وَلاَ تُقَبِّحْ وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِي الْبَيْتِ
“Engkau memberinya makan apabila engkau makan. Engkau memberinya pakaian apabila engkau berpakaian. Janganlah engkau memukul wajahnya. Janganlah engkau menjelek-jelekkannya, dan Janganlah engkau meninggalkannya melainkan didalam rumah (jangan berpisah tempat tidur melainkan didalam rumah).” [HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Hibban, Al Baihaqi, Al Baghawi, An Nasa’i. Hadist ini dishahihkan oleh Al Hakim, Adz Dzahabi, Ibnu Hibban]
Penjelasan dari hadist diatas:
1. Makan.
Seorang suami wajib memberikan nafkah kepada isterinya, tidak boleh ia bergantung kepada keluarganya, mertuanya, temannya dan kaum muslimin karena kewajiban seorang suami adalah memberikan nafkah kepada isterinya sesuai dengan kemampuannya.
Allah Ta'ala berfirman,
لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” [QS. Ath-Thalaq: 7]
Didalam syariat tidak dibatasi berapa nominal nafkah yang harus diberikan kepada isteri, akan tetapi disesuaikan dengan kemampuan suami jika suami hanya mampu memberikan nafkah 5000 rupiah/hari kepada isterinya maka nominal tersebut yang diberikan.
Seorang suami tidak boleh bakhil (pelit) kepada isterinya, jika ada kelapangan maka berikan lebih kepada isterinya karena dengan ia memberikan nafkah kepada isterinya maka akan mendapat ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yang paling utama diantara bersedekah adalah kepada isteri.
دِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَدِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِيْ رَقَبَتِهِ وَدِيْنَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِيْنٍ
(وَدِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا اَلَّذِيْ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ (رواه مسلم
“Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan untuk (mememerdekakan) hamba sahaya, dinar yang engkau infakkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau infakkan untuk keluarga, yang paling utama di antara semua itu adalah dinar yang engkau infakkan kepada keluargamu.” [H.R. Imam Muslim. Shahih]
Jangan sampai seorang suami lapang ketika memberikan uang kepada kawan-kawannya tapi bakhil kepada isteri & anak-anaknya.
2. Pakaian.
Seorang suami wajib memberikan pakaian untuk isterinya (pakaian yg menutup aurat untuk keluar rumah & boleh yang terbuka untuk ditampakkan kepada suaminya)
Suami yang membiarkan isterinya tidak menutup auratnya ketika keluar rumah maka ia dan isterinya telah berdosa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” [HR. Muslim no. 2128. Shahih]
3. Suami tidak boleh memukul isterinya di wajahnya.
Rasulullah ﷺ bersabda,
فَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ
“Dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1218 (147)), dari Shahabat Jabir bin ‘Abdillah radhiyallaahu ‘anhuma]
4. Suami tidak boleh menjelek-jelekkan isteri.
Rasulullah ﷺ bersabda,
لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Tidak boleh seorang mukmin menjelekkan seorang mukminah. Jika ia membenci satu akhlak darinya maka ia ridha darinya (dari sisi) yang lain.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1469), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu]
Juga firman-Nya.
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“… Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak pada-nya.” [QS. An-Nisaa’: 19]
5. Suami tidak boleh menjauhi isterinya kecuali dirumah.
Allah Ta’ala berfirman,
لَا تُخْرِجُوهُنَّ مِنْ بُيُوتِهِنَّ وَلَا يَخْرُجْنَ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ
“Dan janganlah kamu keluarkan mereka dari rumahnya dan janganlah (diizinkan) keluar kecuali jika mereka mengerjakan perbuatan keji yang jelas.” [QS. Ath-Thalaq: 1]
Jika isteri telah berbuat kesalahan hendaknya ia meminta ridha suaminya. Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi ﷺ beliau bersabda:
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ فِي الْجَنَّةِ؟قُلْنَا بَلَى يَا رَسُوْلَ الله كُلُّ وَدُوْدٍ وَلُوْدٍ، إِذَا غَضِبَتْ أَوْ أُسِيْءَ إِلَيْهَا أَوْ غَضِبَ زَوْجُهَا، قَالَتْ: هَذِهِ يَدِيْ فِي يَدِكَ، لاَ أَكْتَحِلُ بِغَمْضٍ حَتَّى تَرْضَى
“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?”
Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullah!”
Nabi ﷺ menjawab: “Wanita yang penyayang yang banyak memberikan keturunan. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.” [HR. Ath Thabarani dalam Al Ausath dan Ash Shaghir. Lihat Ash Shahihah hadits no. 3380]
6. Suami mengajarkan tentang perkara-perkara agama kepada isterinya.
7. Mengijinkan isteri keluar rumah untuk kebutuhan mendesak: dengan syarat menutup aurat dan tidak memakai wangi-wangian.
8. Suami yang berpoligami wajib berlaku adil kepada isteri-isterinya. Terutama dalam hal pembagian nafkah dan hari bergilir, akan tetapi seorang suami tidak dapat berlaku adil dalam urusan cinta. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,
وَلَن تَسْتَطِيعُواْ أَن تَعْدِلُواْ بَيْنَ النِّسَاء وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلاَ تَمِيلُواْ كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ وَإِن تُصْلِحُواْ وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ اللّهَ كَانَ غَفُوراً رَّحِيماً
“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. An-Nisaa': 129]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَشِقُّهُ مَائِلٌ
“Siapa yang memiliki dua orang istri lalu ia cenderung kepada salah seorang di antara keduanya, maka ia datang pada hari kiamat dalam keadaan badannya miring.” [HR. Abu Daud no. 2133, Ibnu Majah no. 1969, An Nasai no. 3394. Syaikh Al Albani menyatakan hadits tersebut shahih sebagaimana dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1949]
< Hak suami yang harus dipenuhi Isteri >
1. Isteri diperintah diam dirumahnya & mengurus anak-anaknya.
2. Isteri diperintahkan untuk berhias, bersolek, memakai wangi-wangian untuk suaminya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah ﷺ, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” [HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih]
3. Isteri mendukung suami untuk berbakti kepada orangtuanya.
4. Isteri menyembunyikan aib-aib didalam rumah tangganya.
« AGAR RUMAH TANGGA SAKINAH, MAWADDAH & WAROHMAH »
1. Harus mencari calon pasangan yang sholeh/sholehah.
2. Tujuan dari menikah adalah untuk mencapai keridhaan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
3. Hak & kewajiban suami isteri harus dipenuhi.
4. Harus saling memahami karena masing-masing memiliki kekurangan & kelebihan.
5. Menyadari bahwa pernikahan tidak selamanya berjalan mulus. Sewaktu-waktu akan terjadi perselisihan antara suami-isteri.
Apabila terjadi perselisihan dalam rumah tangga maka harus ada upaya ishlah (mendamaikan) yang harus dilakukan pertama kali oleh suami dan isteri adalah saling interospeksi, menyadari kesalahan masing-masing, saling memaafkan serta memohon kepada Allah agar disatukan hati, dimudahkan urusan dalam ketaatan kepada-Nya, diberikan kedamaian dalam rumah tangga. Berdo'a kepada Allah karena yang memegang hati manusia semuanya adalah Allah yang bisa menundukkan hati suami ataupun isteri hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka disebutkan,
Nabi ﷺ panjatkan adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” [HR. Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]
Mohon kepada Allah,
“Ya Allah, perbaiki isteri saya.”
“Ya Allah, perbaiki suami saya.”
“Satukah hati & damaikan rumah tangga ini.”
Ketika permasalahan suami isteri kian memanas hendaknya keduanya saling memperbaiki urusan keduanya, berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk, meredam perselisihan antara keduanya, serta mengunci rapat-rapat setiap pintu perselisihan dan jangan menceritakannya kepada orang lain.
Apabila suami marah dan isteri ikut emosi, hendaklah keduanya berlindung kepada Allah, hendaklah mereka berwudhu kemudian shalat, apabila keduanya sedang berdiri hendaklah duduk, apabila keduanya sedang duduk hendaklah berbaring, atau salah satu diantara keduanya mencium, merangkul dan menyatakan alasan kepada yang lainnya apabila salah seorang berbuat salah hendaklah yang lainnya segera memaafkannya karena mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Berdamai adalah lebih baik sebagaimana firman Allah Ta'ala,
وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا ۚ وَالصُّلْحُ خَيْرٌ ۗ وَأُحْضِرَتِ الْأَنْفُسُ الشُّحَّ ۚ وَإِنْ تُحْسِنُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS. An-Nisaa': 128]
والله تعالى أعلم
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
📝 Ima Bintu Ali
0 notes
fitriaadl · 8 months
Text
Badai pasti berlalu
Aku banyak mendengar kisah perjuangan mereka menghadapi ujian kehidupan.
Ada seorang ibu berusia 60 tahun bercerita kepadaku. Di usia senja beliau mengurus ibu kandungnya seorang diri. Ibunya mengidap penyakit demensia sejak 10 tahun terakhir.
Ada seorang ibu yang harus menerima kenyataan anaknya yang masih kecil divonis penyakit langka.
Ada seorang anak yang harus menerima kenyataan setelah 17 tahun lamanya dia baru tahu kalo ternyata ibunya adalah istri simpanan ayahnya.
Ada seorang istri yang sudah menemani dari nol hingga sukses, kemudian ditinggalkan begitu saja oleh suaminya saat sudah berada di titik puncak.
Dan masih banyak sekali cerita-cerita yang menguras air mata dan tidak bisa aku sebutkan satu persatu.
Sejatinya dunia memang tempatnya ujian ; ada yang diuji dengan pasangannya, kesehatannya, anaknya, finansialnya, lingkungannya.
"Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
Ujian merupakan bukti cinta dan sayang Allah kepada hambanya. Allah rindu dengan kita, Allah pengin kita lebih dekat dengan-Nya, Allah rindu tangisan di setiap lantunan d'oa kita.
Panggil Allah.. Ya Allah.. Ya Rahman..
Langitkan do'a, lapangkan hatimu, sedikitkan amarahmu, jadikanlah sabar san sholat sebagai penolongmu.
Semoga kita semua bisa berproses lebih baik lagi, badai pasti berlalu. Ujian pasti ada ujungnya. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari setiap ujian yang Allah berikan.
0 notes
alhasyirhumam · 1 year
Text
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.
Tumblr media
Shahîh. HR ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Ausath (no. 2374) dari Sahabat Abu Darda Radhiyallahu anhu. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 7374) dan Shahîh at-Targhîb wat-Tarhîb (no. 2749).
0 notes