Tumgik
#Al-Hujurat 11
islamiyatsb · 2 years
Text
يا أيها الذين آمنوا لا يسخر قوم من قوم عسى أن يكونوا خيرا منهم - الحجرات ١١ - الشيخ عبد الباسط عبد الصمد
6 notes · View notes
lightup0nlight · 6 months
Text
Tumblr media
In part of an aayah, Allah says:
🌺 ❛Do not defame (تَلۡمِزُوٓاْ) one another.❜ 【Surah al-Hujurat 49:11】
The word تَلۡمِزُوٓاْ in this aayah refers specifically to mockery that does not necessarily involve one’s speech, for example giving someone an unnecessary judgmental look, or through demeaning gestures and body language. People sometimes would roll their eyes at someone out of spite or mimic someone’s flaw / disability, and when confronted, chalk it as "just a joke".
But here Allah ta'ala specifically calls out against this action — don't do this to one another!
And one would think that there are so many important issues to talk about, or other worst types of sins to point out, and yet here you find that Allah has prohibited precisely about this particular action.
Indeed, having good akhlaaq is not just taking care what we say with the tongue, but with our body language as well. May Allah grant us all husnul-khuluq.
Your sister in Deen, Aida Msr ©
7 notes · View notes
ydsfpeduli · 8 months
Text
Stop Bullying! Ini Hukumnya dalam Islam
Bullying akhir-akhir semakin marak dan santer terdengar di masyarakat. Islam memiliki pandangan hukum tentang bullying yang sedang ramai diperbincangkan ini. Bullying atau perundungan tidak hanya dilakukan di dunia nyata. Dengan adanya ruang digital, bullying ini juga kerap terjadi di dunia maya. Bahkan, dengan adanya ruang digital yang saat mudah diakses oleh siapapun potensi bullying terjadi kepada anak semakin besar.
Pelaku bullying biasanya melakukan perilaku tidak menyenangkan kepada korbannya, seperti menghina, mengejek, menatap sinis, memukul, mengeroyok, menginjak dan tindakan kekerasan. Tindakan-tindakan bulying ini tentunya dapat mempengaruhi kondisi fisik maupun psikis korban. Bullying dapat menyebabkan korban mengalami traumatis, tetapi kehilangan kepercayaan diri dan luka secara fisik. Bahkan korban bullying bisa berfikir untuk mengakhiri hidunya karena tekanan yang begitu besar.
Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Ia tidak hanya mengatur ibadah ritual , tetapi juga mengatur aspek muamalah atau hubungan dengan manusia.
Dalam memandang tindakan bullying setidaknya ada tiga hal yang masuk di dalamnya:
Istihza
Istihza merupakan tindakan mengolok-ngolok. Dalam Al-Qur’an dicontohkan bahwa tindakan mengolok-olok ini dilakukan oleh orang munafik, seperti yang disebutkan dalam QS. Al-Baqarah:14
وَاِ ذَا لَقُوْا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَا لُوْاۤ اٰمَنَّا ۚ وَاِ ذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَا لُوْاۤ اِنَّا مَعَكُمْ ۙ اِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ “Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.”” (QS. Al-Baqarah : 14)
2. Sakhr
Sakhr merupakan tindakan mengejek atau merendahkan seseorang. Hal ini dibahas dalam Al-Quran ketika kaum Nabi Nuh mengejek beliau yang sedang membuat bahtera. Kejadian ini disebutkan dalam QS. Hud:38
وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ ۗ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَاٌ مِّنْ قَوْمِهٖ سَخِرُوْا مِنْهُ ۗ قَا لَ اِنْ تَسْخَرُوْا مِنَّا فَاِ نَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُوْنَ  “Dan mulailah dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, “Jika kamu mengejek kami, maka kami (pun) akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami).”
3. Talmiz
Talmiz adalah merupakan tindakan saling mencela satu sama lain. Al-Qur’an melarang dengan tegas tindakan saling mencela diantara manusia, apalagi jika disertai dengan kekerasan fisik. Larangan mencela antara satu dengan yang lainnya ini tercantum dalam QS. Al-Hujurat: 11
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۚ وَلَا تَلْمِزُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَا بَزُوْا بِا لْاَ لْقَا بِ ۗ بِئْسَ الِا سْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِ يْمَا نِ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat 49:11)
Tindakan-tindakan bullying diatas di dalam Islam hukumnya haram. Selain menyakiti secara fisik juga berdampak pada psikologis seseorang. Selain itu bullying juga merendahkan harkat martabat manusia.
Seorang muslim hendaknya senantiasa menebarkan kedamaian dan keselamatan bagi sesamanya. Dalam sebuah hadist Rasulullah pernah bersabda:
“Seorang (disebut) muslim ketika orang-orang muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya” (HR. Bukhari)
Hadist ini merupakan pernyataan tegas bahwa dengan identitas seorang muslim, maka kita diperintahkan untuk berkata dengan baik dan menghindarkan diri dari caci maki atau perkataan yang dapat menyakiti orang lain.
Demikian juga dengan tindakan kita. Hendaknya berhati-hati dan memperhatikan segala perbuatan kita agar jangan sampai menyakiti orang lain.
Yuk hentikan segala bentuk bullying mulai dari diri kita!. Sebagai muslim mari ambil peran tebarkan kebaikan dari tangan dan lisan kita.
3 notes · View notes
basicsofislam · 9 months
Text
ISLAM 101: Muslim Culture and Character: Morals And Manners: Part 19
TEASING AND MOCKING
The Qur’an commands that people should not make fun of, embarrass, or ridicule one another, nor call each other by unbecoming nicknames. This is an important principle if there are to be good relations among people in a community.
O you who believe! Let not some people among you deride another people, it may be that the latter are better than the former; nor let some women deride other women, it may be that the latter are better than the former. Nor defame one another (and provoke the same for yourselves in retaliation), nor insult one another with nicknames (that your brothers and sisters dislike). Evil is using names with vile meaning after (those so addressed have accepted) the faith (– doing so is like replacing a mark of faith with a mark of transgression). Whoever (does that and then) does not turn to God in repentance, (giving up doing so), those are indeed wrongdoers. (Hujurat 49:11)
Here I will address the issues in this verse, using Elmalili Hamdi Yazir as a source, but attempting to simplify his ideas. After the verse opens with a call to believers to conscientiously treat each other well, it inspires believers to do so with the great- est sincerity, indicating that this will make it possible for many more nations and people to perceive and accept the beauty of Islam. Then, this verse goes on from generally fostering brotherhood to teaching people the adab of how to treat each other, both face to face and when apart. There were several events that occasioned the revelation of this verse: 1. According to a narration from Dahhaq, several people from the tribe of Banu Tamim teased and mocked Companions like Bilal al-Habashi, Habbab, Ammar, Suhayb, Abu Dharr, Salim, and Mawla Hudayfa.
2. Aisha said she used to tease Zaynab bint Huzayma al-Hila- liyya for being short. Likewise, she and Hafsa talked between themselves about how short Umm Salama was. 3. Ibn Abbas relates that Safiyya bint Huyayy once came to the Messenger and said, “The women call me ‘Jew, daughter of a Jew’ to tease me.” The Messenger replied, “Why do you not reply, ‘My father was Aaron, my uncle was Moses, and my husband is Muhammad’?” 4. Thabit ibn Qays was partially deaf and therefore when he was near the Prophet, other people would let him through the crowd so he could come closer to hear. One day he came and started going through the others, saying, “Move, make room.” One man did not pay attention, and Thabit became offended and asked, “Who is this?” The man told him his name. The other retorted, “No, you are the son of the woman who—” attributing him to a woman known for indecency. The man was embarrassed, and when this verse was revealed, Thabit never talked about nobleness by birth again. 5. Ikrima, the son of Abu Jahl (Islam’s most determined enemy), became Muslim, but he was called “Son of the Pharaoh of the community of believers.” This upset him and he told the Prophet about it.41 According to Qurtubi, to mock someone means that one is looking down on them, insulting them, putting them down, and talking about their faults in order to ridicule them. Razi says from a community point of view, mocking another person means “showing one’s believing brother or sister less than their deserved respect and honor, approaching them in an uncomplimentary way.” In the above verse, the words qawm (tribe) and nisa (women) are used, which in Arabic denotes the men and the women of the community. There are other linguistic clues as well which prove this. The concept of the community is important in this verse in several ways:
1. It serves as a reminder that Islam is not a religion solely for private practice, but is meant to be lived as a community. 2. It shows that mocking others can cause serious problems and individuals must cease to practice such behavior. 3. The verse also implies that this action or habit on the part of one individual becomes like a sickness that affects the whole community, as a person who mocks others will always have some hangers-on laughing at the jokes and try- ing to become their friend by doing the same. If any question remains as to why such actions are forbidden, every believer should be concerned about the final reason: It may be that, in God’s sight, the one who is mocked is actually better than the one who is mocking. For we can only know the outer appearance of others; God alone knows their hearts. We are not capable of knowing what level of value a person has in front of God. Therefore, no one has the right to belittle, look down on, or make fun of another person because of some outward appearance or action; this may be misleading. If the person we mock is greatly loved by God and we show them disrespect, then surely we will have wronged our own soul as well as that of the person. In other words, making fun of others is wrong in two ways: First, if a Muslim mocks another believer, they are mocking themselves, since we are all like one body. Second, if a person does something shameful, it brings shame most of all on their own soul. Thus, the verse can be paraphrased like this: “Do not mock, embarrass, or belittle believers; for to do so is to mock, embarrass, and belittle yourself.” Or, if we look at it from the second aspect, “When you make a fool of someone or demean them, the result is that you have made a fool of yourself and besmirched your own name.” In other words, the first meaning is more to do with brotherhood, while the second meaning pertains to the honor and dignity of our individual soul.
A nickname is given either to honor someone or to bring them down in some way. The verse uses the word nabz to refer to epithets with derogatory meanings; these are forbidden. On the other hand, it is permissible to give or use positive epithets. According to Kashshaf, the Prophet said, “One of the rights of a believer over his believing brother is to be called by the name he loves most.” This is why giving a beautiful epithet is Sunna, in accordance with the Prophet’s example. Some of the Companions had such kunya, or respectful but intimate names. Most societies have such epithets. But any kind of derogatory term of abuse should be avoided. Calling someone by a derogatory name is fisq, or deviant, immoral behavior, so a person doing this is considered to be ignoring the ethics of Islam. This is a very serious situation for anyone to find themselves in. Knowing that this brings serious punishment and a state that is less than true practice and belief, one should actively and carefully avoid calling other people names or mocking them.
MAKING A MOCKERY OF FAITH
Another related topic addressed in the Qur’an is a type of hypocrisy. This occurs when people act one way while with believers, but make fun of the believers when they are not with them, thus showing their hidden identity. Just as believers should not make fun of one another, they should also exercise common sense and avoid making themselves the butt of others’ jokes by speaking of their beliefs among people who may mock them once they leave. In Sura Baqara it is written: When they meet those who believe, they declare (hypocritically), “We believe”; but when they are alone in secret with their (apparently human) satans (to whom they hasten in need to renew their unbelief and their pledge to them for fear of losing their support), they say, “Assuredly we are with you; we only mock (those others).” (Since what they do only means demanding straying and ridicule,) God returns their mockery, leaving them to wander blindly on in their rebellion. Such are the ones who have bought straying in exchange for guidance, but their trade has brought no profit, and they have no way out to escape it. (Baqara 2:14–16)
There is no question about how despicable this kind of behavior is moral; such people cannot be called believers. They show a friendly, fawning face toward believers while they are with them, but only so that they can hide their true, malicious intentions. Then when they get together with the evildoing mischief-makers, they say, “We are true with you and were only acting; trust us.” The more they swear their allegiance, the more they are actually confirming their treachery, pitting themselves against the believers with their fellow conspirators. Such an action is against basic decency and morality, as these people are mocking and devaluing belief itself; thus, it is easy to understand why such an attitude is one of the markers of unbelief (kufr). To ridicule someone, even in jest, means to violate their honor and dignity. Most people who make fun of believers do not have the courage to insult them; if they do, then insult reflects badly on the person uttering it, not on the one they are insulting. But when people insult believers, God and the whole universe will hold them in contempt, whether they realize it or not, even if they think that their action is concealed. Without a doubt, it must be the greatest burden to have such a thing on one’s conscience.
3 notes · View notes
kerikiltumpul · 11 months
Text
Berhenti mencari pembenaran
Bismillahirrahmaanirrahiim..
Jika diingat-ingat lagi,  begitu banyak hal yang kerap  dimaklumi dan terus dicari pembenarannya, meskipun sudah jelas-jelas salah jika kita rujuk pada Al-Qur’an dan Hadist. Ibarat menumpuk-numpuk dosa kecil, semuanya akan menjadi bahaya jika kita biarkan terus menerus.  Serupa dengan hadis Nabi s.a.w  yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam kitab Sunan-nya
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah s.a.w bersabda : “Sesungguhnya seorang hamba, ketika berbuat dosa,  ada titik hitam di hatinya. Ketika dia meninggalkan dosanya, memohon ampun, dan bertobat, hatinya kembali bersih. Dan jika dia kembali (berbuat dosa), titik hitam terus bertambah di hatinya sampai menggunung dan itulah yang menyeubungi hati (dari cahaya) seperti yang Allah firmankan, ‘Sama sekali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka”
Alhamdulillah, kita masih punya kesempatan gembiranya. Tangan masih bisa scroll-scroll di media social, mata masih mampu menatap layar gadget berjam-jam, pertanda masih ada celah waktu untuk berbenah. Mari, kita coba menampar diri sendiri, mencoba menenggelamkan berbagai pembelaan yang tidak pantas untuk dijaga.
1.       –Ga tau aja, anak sekarang emang hobinya rebahan tambah main-main begituan-
Nabi s.a.w bersabda “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang” (HR. Bukhari no. 6412)
Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan, “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang diamanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi dan penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannnya awan (mendung). Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak”
“Di antara tanda-tanda Allah berpaling dari seseorang ialah Allah menjadikan kesibukannya pada perkara-perkara yang tidak bermanfaat bagi dirinya” (Hasan Al Bashri)
2.       -Maaf, saya orangnya memang emosional, jadi harap maklumi saja kalau saya sering marah-.
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf kepada orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan” (Q.S Ali Imran ayat 134)
“Jagalah dirimu dari sifat marah. Karena kemarahan itu dimulai dengan kegilaan dan berakhir dengan penyesalan” (Ali bin Abi Thalib)
3.       –Kita kan manusia biasa, mana bisa terus-terusan sabar-
“Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (Q.S Al Baqarah ayat 177)
“Kesabaran adalah harta yang paling baik; Allah tidak memberikannya kepada orang-orang yang dikasihi-Nya” (Hasan Al Bashri)
4.       –Ah, nggak cuma saya kok yang ngomongin dia, semua orang juga sudah pada tau kalau dia memang begitu-
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.” (Q.S Al Hujurat ayat 11)
“Di antara para pendosa, yang paling buruk adalah dia yang meluangkan waktunya membahas kesalahan orang lain” (Utsman bin Affan)
 Lihat, selalu ada ayat, hadist, dan nasihat para ulama yang bisa mematahkan berbagai pembenaran itu, bukan? Semoga beberapa monolog ini mewakilkan berbagai kekhilafan lain yang terlampau sering kita maklumi. Mari, sering-sering menghisab diri. Seperti kata Umar bin Khattab “Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah akan datangnya hari besar”. Wallahu ‘alam.
4 notes · View notes
adindafaradila · 2 years
Text
Direndahkan Tak Mungkin Jadi Sampah
Setiap dari kita ada kalanya pernah direndahkan orang lain, bahasa kekiniannya: underestimate. Entah itu oleh orang yang tidak dikenal, atau teman terdekat, atau mungkin juga keluarga. Mungkin juga, justru kita yang pernah merendahkan orang lain. Kenyataannya, manusia memang lebih mudah melihat kekurangan orang. Kalau kata pepatah, “semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak”. Kekurangan orang lain yang secuil jelas terlihat tetapi kekurangan diri sendiri yang jelas di depan mata justru tidak disadari. Tapi menurut saya, tidak selamanya “direndahkan” itu negatif.
Saya percaya, semua kejadian di dunia ini sifatnya netral, pikiran kita lah yang membuat itu menjadi positif atau negatif. Direndahkan tidak selamanya bermakna negatif, tergantung cara pandang kita. Ada orang yang kalo direndahkan, ia semakin merasa rendah diri. Padahal ia sebenarnya memiliki potensi besar dalam dirinya yang belum ia olah. Ya seperti yang kita tau, setiap orang terlahir dengan bakat dan potensinya masing-masing, tinggal bagaimana cara kita mencari dan mengasahnya. Di sisi lain, ada juga orang yang kalo direndahkan, ia justru melambung tinggi. Semakin semangat untuk membuktikan bahwa dirinya tidak serendah itu. Semakin semangat mengasah potensi dan berkarya. Kembali lagi, semua tergantung mindset.
Ada yang pernah direndahkan di depan umum? Tenang kamu tidak sendirian, saya juga pernah wkwkkw.  Kenangan yang sangat membekas, walaupun hampir 10 tahun berlalu. Kalau dipikir-pikir, justru momen saat itu adalah anugrah. Berkat direndahkan, akhirnya ada gebrakan besar dalam diri saya untuk maju. Keputusan besar saya buat saat itu, hingga saya berada di titik ini saat ini. Sekarang ada orang yang merendahkan lagi? Meremehkan lagi? Tenang, sudah kebal, sudah terlatih. Toh mereka juga tidak tau bagaimana proses yang kita lalui. Mendengarkan mereka sama saja dengan tidak menghargai diri sendiri. Lebih baik perbaiki diri, omongan orang hanyalah angin lalu.
Kalau kata Ali bin Abi Thalib r.a, "Direndahkan tidak mungkin menjadi sampah, disanjung tidak mungkin menjadi rembulan". Maka jangan risaukan omongan orang lain, sebab setiap orang membacamu dengan pemahaman dan pengalaman berbeda.
Semangatt semua orang yang tengah berjuang, semoga Allah mudahkan 😊
---
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
 “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Hujurat: Ayat 11)
16 notes · View notes
idealog · 7 months
Text
0 notes
almaqead · 7 months
Text
"Do this, Don’t Do That." From Surah 2, Al Baqarah, "the Heifer."
Tumblr media
Al Baqarah:11
And when it is said to them, "Do not cause corruption on the earth," they say, "We are but reformers."
Commentary:
Do not cause corruption is the First Commandment made by Allah in the Quran.
Here are some verses from the Quran that address the concepts related to corruption:
1. Surah Al-Baqarah (2:188):
"And do not consume one another's wealth unjustly or send it [in bribery] to the rulers in order that [they might aid] you [to] consume a portion of the wealth of the people in sin, while you know [it is unlawful]."
This verse warns against consuming or usurping the wealth of others through unjust means, including bribery and corrupt practices.
2. Surah Al-Hujurat (49:11):
"O you who have believed, let not a people ridicule [another] people; perhaps they may be better than them; nor let women ridicule [other] women; perhaps they may be better than them. And do not insult one another and do not call each other by [offensive] nicknames."
Although this verse doesn't directly mention corruption, it emphasizes the importance of avoiding behaviors that undermine social cohesion, such as ridicule, insults, and offensive speech. Such negative attitudes can contribute to a corrupt and unethical society.
3. Surah Al-Ma'idah (5:8):
"O you who have believed, be persistently standing firm in justice, witnesses for Allah, even if it be against yourselves or parents and relatives. Whether one is rich or poor, Allah is more worthy of both. So follow not [personal] inclination, lest you not be just. And if you distort [your testimony] or refuse [to give it], then indeed Allah is ever, with what you do, Acquainted."
This verse emphasizes the importance of standing up for justice and being impartial, even if it means going against one's own interests or the interests of loved ones. It discourages corrupt practices such as distorting the truth or refusing to provide testimony.
It's worth noting that while the Quran does not explicitly mention specific corruption cases, Islamic legal scholars have derived principles and guidelines from the Quran and Hadith (sayings and actions of the Prophet Muhammad, peace be upon him) to address corruption and promote ethical behavior within society. Islamic jurisprudence and legal systems provide mechanisms to combat corruption based on these principles.
0 notes
michaelammounblog · 7 months
Video
youtube
l'IA : La Bête Qui Leur Parlera
Dans cette nouvelle vidéo, Cheikh Djamel Tahiri traite du thème de l’universalité de l’Islam et de la Foi. Quel est le lien entre cette Foi universelle et la période eschatologique ? Pourquoi et de quelle manière cette Foi doit unir l’ensemble des Croyants ? Le Cheikh aborde ensuite le sujet de l’Intelligence Artificielle et le rapport que nous devons avoir avec cette technologie ultime en sortant de l’approche manichéenne. Peut-elle est un atout pour les Croyants ? doit elle être rejetée en bloc ? Versets utilisés dans l’analyse : Ibrahim 14:11 • Leurs messagers leur dirent: «Certes, nous ne sommes que des humains comme vous. Mais Allah favorise qui Il veut parmi Ses serviteurs. Il ne nous appartient de vous apporter quelque preuve, que par la permission d'Allah. Et c'est en Allah que les croyants doivent placer leur confiance. Al-Kahf 18:110 • Dis: «Je suis en fait un être humain comme vous. Il m'a été révélé que votre Dieu est un Dieu unique! Quiconque, donc, espère rencontrer son Seigneur, qu'il fasse de bonnes actions et qu'il n'associe dans son adoration aucun autre à son Seigneur». Al-Hujurat 49:13 • O hommes! Nous vous avons créés d'un mâle et d'une femelle, et Nous avons fait de vous des nations et des tribus, pour que vous vous entre-connaissiez. Le plus noble d'entre vous, auprès d'Allah, est le plus pieux. Allah est certes Omniscient et Grand Connaisseur. An-Naml 27:82 • Et quand la Parole tombera sur eux, Nous leur ferons sortir de terre une bête qui leur parlera; les gens n'étaient nullement convaincus de la vérité de Nos signes [ou versets].
0 notes
erhsmsa · 1 year
Text
AYAH OF THE WEEK
"O you who have believed, let not a people ridicule [another] people; perhaps they may be better than them; nor let women ridicule [other] women; perhaps they may be better than them. And do not insult one another and do not call each other by [offensive] nicknames." - Surah Al-Hujurat (49:11)
0 notes
pinkandmauve · 1 year
Quote
aku gak akan menunjuk-nunjuk kekurangan orang lain sampai aku sendiri sanggup memusnahkan segala kekurangan diri.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat Ayat 11.)
1 note · View note
lightup0nlight · 2 months
Text
Tumblr media
🌺 𝗧𝗵𝗲 𝗶𝗺𝗽𝗼𝗿𝘁𝗮𝗻𝗰𝗲 𝗼𝗳 𝗼𝘂𝗿 𝗮𝗸𝗵𝗹𝗮𝗮𝗾 𝗶𝗻 𝗥𝗮𝗺𝗮𝗱𝗮𝗻
🌿 ❛O you who believe! Observing the fasting is prescribed for you as it was prescribed for those before you, that you may become people of taqwa.❜ 【Surah al-Baqarah 2:183】
For these 30 days in Ramadan, there is a battle that happens within us, from not just abandoning food and water, but also from sins and non-beneficial matters. In these 30 days, Allah helps us to purify our hearts, renew our imaan, and strengthen our taqwa so that by the time Ramadan ends, we’re ready to face the next 11 months with stronger taqwa, bi idhnillah.
🌿 ❛Verily, the most honourable of you with Allah is that [believer] who has at-Taqwa.❜ 【Surah al-Hujurat 49:13】
Our honour in the Sight of Allah is our taqwa of Him. And He gifts us with the month of Ramadan so that we may attain this honour.
But in our pursuit of Allah’s rida, don’t forget to also take care of our akhlaaq towards one another. A man once asked Rasulullah salla Allahu ‘alayhi wa sallam: ❛O Rasulullah, [there is] a woman who prays in the night, fasts in the day, does many deeds and gives charity, but she harms her neighbours with her tongue.❜
🌿 Rasulullah ﷺ replied: ❛There is no good in her. She is among the people of Hellfire.❜ 【Al-Adab al-Mufrad 119 | Graded Sahih by Sh. al-Albani rahimahullah】
🌿 He ﷺ also said: ❛Whoever does not give up false statements (telling lies), evil deeds, and speaking bad words to others — Allah is not in need of his leaving his food and drink (i.e. fasting).❜ 【Sahih al-Bukhari 6057】
Good akhlaaq is one of the things that people often neglect, which can be extremely detrimental for our akhirah. This is important outside Ramadan, but even more so in Ramadan. So exercise thoughtfulness. Be careful with how we behave, what we say and post.
May Allah grant us taqwa with excellent akhlaaq this Ramadan and beyond.
Your sister in Deen, Aida Msr ©
3 notes · View notes
blogalloh · 1 year
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Penerima Taubat” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Bersihkan #Dakwah #Islam
Tumblr media
التواب  AT TAWWAB (Yang Maha Menerima Taubat) DALIL PENETAPAN Nama Allah At-Tawwab telah disebutkan beberapa kali di dalam Al-qur’an diantaranya: أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ “Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. At-Taubah: 104) Ya Alloh Engkau “Maha Penerima Taubat” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Bersihkan MAKNA AT-TAWWAB  At-Tawwab berarti yang Maha Menerima Taubat dari hamba-hamba-Nya yang berdosa. Maha membalas dosa yang banyak dengan taubat yang luas. (The Miracle of Asmaul Husna: 255) Taubat Allah atas hamba-Nya ada dua macam yaitu : 1. Hidayah dan Taufik kepada hamba-Nya untuk bertaubat  2. Menerima dan mengabulkan taubat hamba-Nya jika bersungguh-sungguh, dimana taubat nashuha akan menghapuskan dosa-dosa sebelumnya.  Sedangkan makna taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada ketaatan setelah melakukan kemaksiatan. (Al-Asmaul Husna : 274) DO’A IBADAH Diantara do’a ibadah yang berkaitan dengan nama Allah At-Tawwab ini adalah : • Allah tidak langsung mempermalukan hamba-Nya karena perbuatan dosa yang telah dilakukannya baik disengaja ataupun tidak disengaja. Hal ini agar menjadi jalan bagi hamba-hamba-Nya untuk bertaubat kepada Allah, agar mereka kembali kepada-Nya.Maka wajib bagi setiap hamba untuk bertaubat kepada Allah atas setiap perbuatan maksiat yang telah dilakukannnya agar dia menjadi orang yang beruntung, sebagaimana Allah firmankan : وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “ ….Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.” (QS.An-Nur: 31) Sedangkan orang yang tidak mau bertaubat kepada Allah atas perbuatan maksiat yang telah dilakukannya, maka dia telah mendzalimi dirinya sendiri dan Allah telah mensifatinya sebagai orang yang dzalim sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya :  وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ “ …Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Hujurat: 11) Imam As-Sa’di rahimahullahu berkata: Manusia dibagi menjadi dua golongan: orang yang mendzolimi dirinya sendiri yaitu orang yang tidak mau bertaubat dan orang bertaubat yang beruntung, tidak ada golongan yang ketiga selain keduanya. ( Taisiir Kariim Ar-Rahman Fi Tafsiir Kalam Al-Mannan: 801 ) Dinamakan dzalim karena kebodohannya terhadap hak Allah dan hak dirinya, juga karena kebodohannya terhadap aib diri dan bahayanya dikemudian hari.  • Allah sangat senang kepada hamba-Nya yang senantiasa bertaubat kepada-Nya dari kemaksiatan yang telah dilakukannya. Hal ini sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya :  إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ “ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)  Dalam sebuah hadits disebutkan, dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu dari Nabi Shallallahu’Alaihi Wasallam bahwasanya beliau bersabda : “ Sungguh Allah Ta’ala lebih bergembira dengan taubatnya seorang hamba yang bertaubat kepada-Nya daripada salah seorang diantara kalian yang menaiki untanya di sebuah padang pasir, lalu tiba-tiba untanya menghilang dengan membawa semua makanan dan minumannya. hingga dia pun berputus asa, kemudian mendatangi sebuah pohon dan berbaring dibawahnya dalam keadaan berputus asa dari untanya. Ketika dia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba untanya sudah berada dihadapannya, diapun s
egera mengambil tali pelananya, sambil berkata-karena sangat gembiranya-‘ “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu.” Dia salah ucap karena sangat gembiranya.” (HR. Muslim: 2747)  • Rasullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan motifasi kepada umatnya untuk selalu bertobat sebagaimana dalam hadits disebutkan:  يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِيْ اليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ “Wahai sekalin manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan memohon ampunlah kepada-Nya, karena aku bertaubat kepada-Nya dalam satu hari 100 kali.” (HR. Muslim: 7034) Agar taubat yang dilakukan seorang hamba diterima oleh Allah, maka harus dipenuhi syarat-syarat bertaubat yaitu:  1. Meninggalkan dosa yang telah dilakukan  2. Menyesali dosa yang telah dilakukan 3. Bertekad untuk tidak mengulanginya lagi  4. Mengganti perbuatan buruk dengan amal shalih  DO’A PERMOHONAN  Diantara do’a permohonan yang dapat kita amalkan tentang nama Allah At-Tawwab adalah sebagaimana do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail yang berdo’a kepada Allah: وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ “..Dan terimalah taubat kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 128)  Begitu juga do’a yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam  رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ “Wahai Rabb-ku, ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (HR. Abu Dawud: 1518, dishahihkan oleh al-Albani) Demikian semoga bermanfaat. Washollallahu ‘Ala Nabiyina Muhammad wa’ala Alihi washohbihi wasallam Cianjur, 08 Jumadil Ula 1441 H / 04 Januari 2020 Penulis : Adep Baehaki Sumber : The Miracle of Asmaul Husna karya Muallifah  Al Asmaul Husna karya Prof. Dr. Umar Sulaiman al-Asyqor Taisiir Kariim Ar-Rahman Fi Tafsiir Kalam Al-Mannan karya Al- Allamah Syeikh Abdur-Rahman ibn Nashir As-Sa’di Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/at-tawwab-yang-maha-menerima-taubat.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Penerima Taubat” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Bersihkan
0 notes
lebahh · 1 year
Text
Ada nasihat tadi pagi, Allah titipkan hikmah di lisan-lisan tertentu.
.
Wahai jiwa-jiwa yang sering kali menghina (secara fisikly, tentu tidak dibenarkan juga dalam hal yang lain), sadari bahwa yang kau hina itu adalah ciptaanNya, secara tidak langsung kau juga telah menghinaNya.
.
Ingatlah satu ayat ini, barangkali bisa menjadi rem bagi tingkah lakumu.
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
(QS. Al-Hujurat : 11)
0 notes
far2008 · 1 year
Text
Surat Al Hujurat Ayat 13 Dibaca pada Pembukaan Piala Dunia 2022, Ini Bacaan Latin, Tafsir dan Terjemahan Lengkapnya
Surat Al Hujurat Ayat 13 Dibaca pada Pembukaan Piala Dunia 2022, Ini Bacaan Latin, Tafsir dan Terjemahan Lengkapnya
Pesan dalam Surat Al Hujurat Ayat 13 menjadi sorotan dunia setelah dibacakan oleh Ghanim AL-Muftah, seorang pria difabel yang didapuk menjadi duta Piala Dunia 2022 Qatar. Ghanim membacakan penggalan surat Alquran ini saat tampil dalam pembukaan Piala Dunia 2022 Qatar bersama artis Hollywood Morgan Freeman di Stadion Al Bayt, Minggu (20/11/2022) malam. يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
shaykhpod-blog · 2 years
Text
PODSERIES: SAFEGUARDING SPEECH – PART 7 OF 13
Tumblr media
The last blog was discussing the different types of speech a muslim must safeguard themself from.
 The next danger of the tongue is mocking others. This occurs when one ridicules and highlights the defects of another in order to cause others to laugh and look down at them. This can be done through actions or words. In most cases, this is a sin as it involves degrading and insulting others. It is not a sin if the feelings of the one being mocked do not change negatively and when sinful words are not used. This is extremely rare especially, in this day and age. Mocking has been prohibited by Allah, the Exalted. Chapter 49 Al Hujurat, verse 11:
 “O you who have believed, let not a people ridicule [another] people; perhaps they may be better than them; nor let women ridicule [other] women; perhaps they may be better than them. And do not insult one another and do not call each other by [offensive] nicknames…”
 The Holy Prophet Muhammad, peace and blessings be upon him, has warned, in a Hadith found in Jami At Tirmidhi, number 2505, that whoever mocks another over a sin the latter has repented from will not die until they commit the same sin. It is important for muslims to avoid this characteristic as it in most cases creates enmity between people and this always leads to fractured or broken relationships.
   DIRECT PDF LINKS TO OVER 130 FREE SHAYKHPOD EBOOKS:
https://acrobat.adobe.com/link/review?uri=urn:aaid:scds:US:ec5e71f9-c8fe-30e8-a30e-9417439de679
  PodSeries: Speech - Part 7: https://youtu.be/tHV4KO3Kv8I
PodSeries: Speech - Part 7: https://fb.watch/v/82iU1E2Dm/
 @shaykhpodpics​ - Infographics on Good Character
@shaykhpod-blog​ - Short Blogs on Good Character
5 MINS LIVE HADITH SESSIONS EVERY SUNDAY @ 9:45PM UK TIME
5 MINS LIVE TAFSEER SESSIONS EVERY THURSDAY @ 9:45PM UK TIME
5 MINS LIVE PODWOMAN SESSIONS EVERY TUESDAY @ 9:45PM UK TIME
– SET REMINDERS USING LINK:  
https://www.youtube.com/channel/UCfii14TrSrTseShoeGLLhJw/videos
         #Allah #ShaykhPod #Islam  #Quran  #Hadith #Prophet #Muhammad  #Sunnah   #Piety    #Taqwa   #Speech   #Foul  #Swearing  #Cursing #Jokes  #Jesting #Joking  #Mocking
0 notes