Implementasi Kerangka UbD dalam Pembelajaran: Menuju Pembelajaran yang Bermakna
Abstrak:
Kerangka Understanding by Design (UbD) menawarkan pendekatan inovatif dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Artikel ini membahas implementasi UbD dalam pembelajaran, termasuk analisis implementasinya di Indonesia, hasil pembelajaran yang diharapkan, dan peran guru.
Pendahuluan:
Pendidikan modern menuntut pembelajaran yang bermakna dan berpusat pada siswa. Salah satu pendekatan yang menjanjikan untuk mencapai tujuan ini adalah UbD, yang dirancang untuk membantu siswa memahami konsep secara mendalam dan mentransfer pengetahuan mereka ke situasi baru.
Implementasi UbD dalam Pembelajaran:
UbD menggunakan desain mundur (backward design) dalam pengembangan pembelajaran. Guru memulai dengan menentukan hasil akhir yang ingin dicapai siswa, kemudian memilih bukti yang menunjukkan pemahaman siswa, dan terakhir merancang pengalaman belajar yang memfasilitasi pencapaian hasil tersebut.
Analisis Implementasi UbD di Indonesia:
Implementasi UbD di Indonesia masih inisiatif individual dan belum menjadi kebijakan nasional. Kendala yang dihadapi termasuk kurangnya pelatihan guru, sumber daya, dan dukungan dari pemangku kepentingan.
Hasil Pembelajaran Peserta Didik yang Diharapkan dalam Kerangka UbD:
UbD bertujuan untuk mengembangkan pemahaman siswa di enam dimensi: penjelasan, interpretasi, aplikasi, perspektif, empati, dan peningkatan diri. Hasilnya, siswa diharapkan mampu berpikir kritis, kreatif, dan menjadi pembelajar mandiri.
Peran Guru dalam Implementasi UbD:
Guru berperan sebagai desainer pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam UbD. Guru perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang konten, pedagogi, dan kebutuhan belajar siswa.
Kesimpulan:
UbD menawarkan potensi besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia. Meskipun terdapat tantangan, dengan pelatihan dan dukungan yang memadai, UbD dapat menjadi alat yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan modern.
Referensi:
Wiggins, G., & McTighe, J. (2005). Understanding by design.
Center for Teaching Quality. (n.d.). Understanding by design.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2022). Kurikulum Merdeka. https://kurikulum.kemdikbud.go.id/
Pembahasan:
Implementasi UbD dalam Pembelajaran:
Berikut beberapa contoh penerapan UbD dalam pembelajaran:
Mempelajari sejarah: Siswa tidak hanya menghafal tanggal dan peristiwa, tetapi juga menganalisis sumber sejarah, menafsirkan makna peristiwa, dan mempresentasikan perspektif mereka.
Belajar matematika: Siswa tidak hanya menyelesaikan soal latihan, tetapi juga memahami konsep matematika, menerapkannya dalam situasi nyata, dan menjelaskan pemikiran mereka.
Belajar bahasa: Siswa tidak hanya menghafal kosakata dan tata bahasa, tetapi juga berkomunikasi secara efektif dalam berbagai situasi, memahami budaya lain, dan mengembangkan rasa empati.
Analisis Implementasi UbD di Indonesia:
Meskipun terdapat kendala, beberapa upaya dilakukan untuk mendorong implementasi UbD di Indonesia, seperti:
Pelatihan guru: Beberapa organisasi dan lembaga pendidikan menyelenggarakan pelatihan UbD untuk guru.
Pengembangan modul pembelajaran: Beberapa komunitas guru mengembangkan modul pembelajaran berbasis UbD.
Sosialisasi dan advokasi: Berbagai pihak, seperti pemerintah, organisasi pendidikan, dan pakar pendidikan, perlu melakukan sosialisasi dan advokasi tentang UbD kepada pemangku kepentingan.
Hasil Pembelajaran Peserta Didik yang Diharapkan dalam Kerangka UbD:
Selain enam dimensi yang disebutkan sebelumnya, UbD juga bertujuan untuk mengembangkan:
Keterampilan abad ke-21: seperti berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah.
Karakter: seperti integritas, tanggung jawab, dan empati.
Kesadaran diri: seperti kekuatan, kelemahan, dan tujuan hidup.
Peran Guru dalam Implementasi UbD:
Guru perlu memiliki beberapa keterampilan untuk menerapkan UbD secara efektif, antara lain:
Keterampilan desain pembelajaran: Guru perlu mampu merancang pembelajaran yang menarik dan menantang untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Keterampilan penilaian: Guru perlu mampu menilai pemahaman siswa secara holistik dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
Keterampilan refleksi: Guru perlu terus belajar dan berefleksi tentang praktik pembelajaran mereka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kesimpulan:
UbD merupakan pendekatan yang inovatif dan menjanjikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia. Dengan pelatihan, dukungan, dan kolaborasi berbagai pihak, UbD dapat menjadi alat yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan modern dan mempersiapkan siswa untuk masa depan yang lebih cerah.
1 note
·
View note
☆ Welcome to my Ask Blog! ☆
One of my various blogs, though the original is @ant1quarian!
Here is the ask blog for my new story I'm currently writing: Until Dawn Breaks, which links will be given to from here. (known as the UBDverse)
It's a story that is set in a dystopian, apocalyptic timeline where a multiversal convergence happened, leaving a large majority of the Sanses in the same universe.
Then an outbreak occurred from unknown origins, tearing through humanity and monsterkind and infecting them all in their own unique ways.
Dust is the main character, though many other Sanses are featured.
Feel free to ask anything at all! From plot questions to questions directly to the characters!
Tags for this are:
#ubdverse
#ubd sanses
#until dawn breaks
#ubd thoughts
#ubd art
#ubd chapters
I hope you thoroughly enjoy being on this blog and interacting if you choose to!
Anon asks are turned on, so don't be afraid to ask!
2 notes
·
View notes
UBD-V : Governing and Suffering
In the Underbound, Divison V is the pinnacle of the underground world. This division maybe the most known and populated, but is notorious for its political monopoly over other divisions. The puppet strings were secure on the government for them, continously making the Underbound into the perfect mold of their version of a utopia. However their monopoly over the government was eventually fell.
The leaders were prone to be corrupt, money had more aroma than the most exquisite dish. From the beginning, they brushed off the problems of its people making less than they demanded. There was an outbreak of a fungi infestation. Fungi infestation meant bugs, that looked like praying mantis, that had a disease carried in mushroom spores on their bodies. The leaders were looking at a chance to make money, even though they had so much, they took them and made ornaments of their mushrooms. The leaders didn't do a check on them and they accidentally caused an entire epidemic. The mushrooms emitted the disease called," Spore Puncture," and it would cause a putrid smell that caused people to have bacteria grow inside them in the form of pimple-like spots; the bacteria was inside making people unable to breathe and made them violently cough.The disease had lasted for about fifty years, the people didn't find a cure since barely anyone could come together to find the cause of it for the first ten years.
Divison V suffered through the epidemic. Eventually, they found a cure, and it went away gradually. The Underbound worked like a royal heritage at first, but now they have democracy so no one can have someone in the government for a long time. Soon, every Divison had a democracy as their government. The Divisons have no national leader, no president, no king, no emperor, and no prime minister. They ruled among their own lands, and monopoly can't ensue in the government if there is no group or person running for absolute power of the Underbound.
0 notes