Tumgik
#ringkih
ferdifz · 5 months
Text
Concept Designs: 'Warning-Fragile' Stickers
I spent way too much time working on these "Warning Fragile" stickers, lol… 😅 (And no this is not a commercial project/work-for-hire; I just felt like I wanted to make them, earlier this week… a digital-doodle of sorts, if you will...)
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
...
Some simulation renders..:
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
...
Focus on individual icons...:
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
3 notes · View notes
r26yz · 5 months
Text
Tumblr media Tumblr media
windy
302 notes · View notes
ruang-bising · 5 months
Text
"Kau Membawa Lebih Dari Sepotongnya, puan..."
Tumblr media
Bu, maaf jika bujangmu ini lebih jarang pulang kerumah dibanding dulu yang seminggu sekali menengokmu ke rumah, maaf juga tatkala kembali ke rumah tidak bisa terlalu banyak mendengar keluh-kesahmu. Diam yang kutunjukkan, berekspresi pun seadanya.
Bu, cerita tentang mimpi-mimpi besarku juga tak bisa kau dengar sementara dulu, terpaksa harus terjeda...
Aku sudah bilang kan bu, aku akan kembali berkelana setelah memutuskan resign dari pekerjaanku? Minggu lalu aku di baduy dalam, hari ini aku berada di pedalaman gunung kidul, di pinggir pantai selatan yang tak bernama, sendiri. kugunakan separuh tabunganku untuk menghilang tanpa khawatir ada yang mencariku, berjalan tanpa tujuan demi menemukan tujuan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa rencana. Apa itu rencana?
Kau tau bu? Seseorang yang menjadi penyebabku berkelana sejauh ini pernah berkata, "Aku hidup untuk hari ini dan besok saja." Terdengar klise namun sepertinya bagus untuk kujalani seperti itu. Setelah kecewa dengan rencanaku, kubiarkan diri ini berjalan mengikuti rencana Tuhan yang entah bagaimana.
Bu, memang benar katamu, ada beberapa orang di hidup kita; yang ketika ia pergi, ia juga membawa sepotong hati kita.
Seseorang datang bu, kau kenal, dia adalah yang paling banyak kutulis di catatan harianku, yang paling bangga pula kuceritakan padamu. Dia adalah pertimbangan dalam setiap keputusan dan rencanaku. Ah, khayalanku sudah sejauh itu, bu. Tapi sayang bu, dia tidak bisa hidup dalam rencanaku, hidupnya sudah terpatri pada rencana keluarganya. Bagi mereka, orang sepertiku tak ada dalam rancangan untuk putri/saudari tercintanya itu.
Bu, terkadang hidup memang sialan, aku dipaksa harus menjadi orang baik, tak boleh marah dan harus selalu sabar. Hal itu pula yang membuat dunia semena-mena terhadap kita, bu.
diriku, 'bak pasar malam, dunia datang dan pergi mencari hiburan, wahana usai aku kembali sendirian, dengan sepi dan sisa kubangan tanah becek serta lumpur di badan.
Bu, badai kali ini kencang sekali, hanya gigil ringkih yang kau dengar jika sekarang aku kembali kepadamu, remuk jiwaku, tulangku sedang tidak membara.
Lagi-lagi memang benar katamu, ada beberapa orang di hidup kita; yang ketika ia pergi, ia juga membawa sepotong hati kita....
153 notes · View notes
menyapamakna1 · 4 months
Text
Kamu kalah kalau tidak bisa melawan dirimu sendiri.
Kita berjuang sekeras itu agar tidak hilang arah. Karena dunia tak berhenti menghujam keras lewat keadaan-keadaan yang rasanya ingin menjatuhkan. Dunia memang seperti itu, membuat semua orang lelah, membuat ringkih.
Hilang arah, lepas kendali adalah hal sering terjadi, kalau dirasa tak sanggup menjalani perjalanannya; kesulitannya, lika-likunya. Jalan-jalan yang dilalui juga sering membuat kita ambruk, karena situasinya, karena keadaannya. Mungkin ini adalah proses untuk menjadi orang yang bernilai, bijaksana, bermartabat; lewat keadaan-keadaan yang sulit, dari situasi-situasi yang berat. Tapi kita menjalaninya meski tertatih.
Kita mengalami emosi, luapan amarah selama menjalaninya, karena rasanya seperti terpelanting sana-sini. Kita dibanting keras, rasanya perih.
Dibuat bingung, menangis, lelah. Semua terasa gelap, karena dunia rasanya menyerang dari berbagai arah, dengan masalahnya, dengan persoalannya. Juga untuk keluar dari permasalahan butuh jalan yang tidak mudah, harus memutar otak. Ada ketakutan, kecemasan.
Sangat menguras energi.
Dan kita berjuang sekeras itu untuk tidak tersesat. Makin kesini ternyata makin rumit, banyak yang harus dituntaskan; masalahnya, persoalannya. Termasuk menuntaskan diri kita sendiri; melawan pikiran, melawan ego, melawan diri kita sendiri. Kalau kita tidak bisa melawan diri kita sendiri, kita kalah sudah.
@menyapamakna1
53 notes · View notes
mamadkhalik · 7 months
Text
Amal Yaumi
Sebagai orang awam dulu, mutabaah amal yaumi merupakan hal yang biasa bagi saya, sesederhana progam kerja LDK dan membantu menaikan motivasi untuk lebih giat lagi dalam beribadah. Namun, masih banyak orang yang belum paham, merasa kurang penting atau bahkan menolak untuk mengisi amal yaumi.
Tumblr media
Pada penolakan konsep mutabaah sejatinya sudah ada sejak dulu sampai sekarang. Mulai dari melanggar privasi, riya, potensi beloknya niat, dan lain sebagianya.
Namun menurutku, prolem utama dari penolakan ini dimulai dari kurang memahaminya urgensi amal yaumi, juga rasionalisasi yang tepat perihal konsep mutabaah kepada para kader.
Agaknya Brigade Izzudin Al-Qassam dapat menjadi contoh yang riil mengenai pentingnya penerapan mutabaah amal yaumi dalam berjihad. Orang yang masuk barisan ini haruslah selesai dengan amalan harian, hafidz 30 Juz, sholat malam, komunikasi dengan keluarga dan capaian-capaian yang berat dalam hal ibadah lainya.
Hasilnya apa? Kita tahu sendiri di medan laga.
Mengutip dari Majelis Relung Tarbiyah, Syaikh Muhammad Al-Ghazali meletakan kategori karakter pendakwah yang pertama adalah hubungan yang baik antara hamba dan penciptanya. Juru dakwah harus memiliki komunikasi yang kuat dengan Allah, sebagai pangkal dasar utama pada Akhlaknya agar dapat menunjukan dirinya ke jalan lurus, yang selanjutnya kepada sesama kader dan mad'u.
Hal itu senada dengan Imam Hasan Al-Banna, "Wahai Ikhwan, jadilah kalian ahli ibadah sebelum kalian memimpin. Ibadah membawa kalian kepada kepemimpinan terbaik."
Sekali lagi, Palestina telah memberikan pelajaran yang nyata, seberapa kuat hubungan dengan Allah, sekuat dan sebaik itulah tugas dakwah dan kepemimpinan dilakukan. Semakin lemah amal ibadah, semakin ringkih dan lemah kemampuanya menjalankan amanat kepemimpinan dan dakwah.
Begitu fakta pengalaman yang banyak kita rasakan.
42 notes · View notes
sajakjalansunyi · 12 days
Text
Hari ini aku kembali kesini; kota dengan jalan-jalan yang sempit dan bahasa yang tak pernah betul-betul bisa kufahami. Gerimis yang turun, membelah mimpi, mengikat harap yang terburai seperti merpati yang berterbangan, seperti damai yang tercekik.
Hari ini aku kembali (lagi) kesini; dengan sisa tubuh ringkih yang tak seperti dulu lagi. Aku menatap gerimis yang jatuh seperti kilatan panah kecil dari langit sembari berbisik pada telingaku sendiri,
"Mari bersabar dan menguat-nguatkan diri"
8 notes · View notes
mcrbxe · 5 months
Text
Ruangan ini gelap, tiada sedikit pun pencahayaan. Suara nafas terdengar nyaring, suara lain datang bersahut-sahutan. Berisik. Kukira ada makhluk lain, ternyata hanya pikiranku.
Aku kira, aku memiliki. Rupanya sekedar titipan yang patut kujaga, hingga Dia kembali menariknya.
Lautan luas mengombang-ambingkan diri yang ringkih, terlempar kesana-sini, sudah kukatakan bahwa di sini tiada lubang cahaya.
Aku takut percaya, aku takut tak sengaja bergantung. Kupeluk diriku, kubisikkan padanya ''tak apa, tenanglah.''
Tumblr media
Rabu, 17 Januari '24
15 notes · View notes
gelasgelaskaca · 1 year
Text
Untuk segala kuat dan lemahnya tubuh,
Untuk segala lapang dan sempitnya rezeki,
Untuk segala sedih dan bahagianya hati,
Untuk segala sulit dan mudahnya keadaan.
Semoga keimanan tetap menancap dihati. Oleh sebab tidak semua orang yg sedih hatinya pergi menemui-Mu, yang sulit keadaannya meminta pertolongan padaMu..
Rabbii, aku titipkan hatiku yg ringkih ini padaMu.
83 notes · View notes
kanal-imaji · 1 year
Text
Balada Mencintaimu
Oleh @kanal-imaji & @yhharahap
Tumblr media
—gif from Pinterest
Aku ingin kembali pura-pura jadi tiba-tiba penyair saat jatuh cinta padamu. Menafsirkan rentang jarak, pertemuan, perjalanan, dan perpisahan sebagai jalan rindu melahirkan anak-anak puisi merah jambu.
Atau bersepakat dengan stasiun yang menyimpan rahasia degup jantungku yang memburu di ruang tunggu pada suatu pagi, ketika kita berjanji-temu di halaman balairung kampusmu.
Tapi aku selalu berada di tempat yang tidak kau inginkan, seperti kotamu yang telah lama kau tinggalkan, membuat ringkih tubuhku harus menghindar dari hilir mudik rindu.
Seperti rahasia yang membentang di antara waktu, aku masih memapah kakiku untuk berbalik darimu. Sebab kau masih serupa tuju yang aku petakan dalam napas, sedang kita serupa mata angin yang bergerak ke dua arah.
Apa suatu waktu kau akan menanggalkan kenangan? Selayaknya kau meninggalkan ingatan yang tidak menyenangkan—segala daya menggapaimu di langit—membiru indah pada bola matamu, membiru dalam dadaku.
Kuharap, kulepas, selayaknya cinta yang tak akan dibalas. Menemui aku dalam rindu yang bertubi-tubi. Membunuh semesta, upaya kesekian aku melarikan diri.
Mukomuko — Medan, 02 Februari 2023
66 notes · View notes
lucifermorningstark · 4 months
Text
Februari 23 2K24 Kau selalu....
Berkata kepada dunia
Bahwa bendungan ini masih baik-baik saja
Dan akan selalu baik - baik saja
Bahwa bendungan ini masih sanggup menahan semua beban-nya
10 tahun lagi....
100 tahun lagi....
Atau bahkan 1000 tahun lagi
Padahal hati kecil-mu pun tahu
Bahwa bendungan ini sudah retak bahkan berlubang di sana - sini
Bahwa diantara menara - menara baru yang lahir dengan lurus dan kokoh
Dia hanya akan berdiri
Berusaha bertahan hingga sisa hari
Meski kian terlihat ringkih nan lusuh
Entah demi selamat-mu atau demi sekedar martabat-mu
Bila-lah bendungan ini pada akhirnya runtuh,
Semoga dengan terpal dan sedikit tipuan mata....
Reruntuhan-nya nanti akan terselimuti dengan baik
Lagipula toh, dari atas Surga sana!
Bendungan tua sialan ini pasti sudah jarang terlihat
Kecuali memang tengah dicari secara sengaja
Sungguh!
Demi baik-nya....
Demi nyaman-nya....
Biarlah seluruh makhluk langit menisbikan bendungan yang sama sekali tak elok ini
Bahwa sebelum surga yang mereka pijak itu terbentuk
Adalah bendungan ini yang selalu berusaha mengalirkan air secara perlahan - lahan
Demi memberikan sedikit arti hidup
Melalui tenggorokan mereka....
Apakah bendungan itu lantas marah?
Ketika menyadari para malaikat - malaikat itu
Segera terbang meninggalkannya begitu sayap - sayap kecil tumbuh di pundak mereka?
Apakah dia pernah marah?
Tidak!
Sebab sebelum memusnahkannya
Air bah sialan itu senantiasa mengingatkan-nya tentang sifat hakiki air
Yang memang penuh ketulusan
7 notes · View notes
menujusenja · 1 year
Text
Warisan Hikmah : Berdiri di Atas Kaki Sendiri
"Jika batang dan akar sudah cukup kokoh, maka dia akan dikuatkan oleh taufan dan badai." - Pramoedya Ananta Toer
Nak, masa kecilmu hidup dengan kondisi berkecukupan, bahkan sedikit lebih dari itu. Syukur alhamdullilah ayah dan mama diberikan rezeki materi yang baik oleh Allah Subhanahu Aa Ta'ala, sehingga segala kebutuhanmu dapat dipenuhi. Belum lagi kondisi kakek-nenekmu yang juga dimampukan oleh Allah sehingga bisa turut membantu menyenangkanmu dengan segala mainan dan makanan kesukaanmu, walaupun harganya tidak murah.
Kondisi serba menyenangkan, nyaman dan terjamin dalam waktu yang panjang akan membuat manusia terlena kemudian lengah. Kelengahan serta keterlenaan yang bertubi-tubi menciptakan diri ini menjadi manusia lemah, tak tahan banting dan rentan mengeluh. Nak, sesuatu yang harus kamu sadari adalah hidup akan selalu kejam kepada mereka yang tidak siap dihempaskan. Dunia seringkali berputar keras tanpa ampun dan menggilas kita habis-habisan di saat yang bersamaan.
Adapun banyak pendapat yang ayah dengarkan bahwasanya generasi hari ini tumbuh dengan kepribadian ringkih. Mereka lekas menyerah dan mundur ditempa keadaan sulit. Salah satu penyebabnya adalah karena orang tua dan lingkungan terlalu berlemah lembut, terlampau permisif untuk beberapa hal tindakan anak yang pengecut maupun penakut. Disrupsi kemajuan teknologi informasi serta bioteknologi merenggut keberanian kita untuk mendorong anak-anak mencapai kemampuan dirinya yang paling hakiki, yaitu usaha untuk beradaptasi dan bertahan hidup, dengan cara apapun dengan cara bagaimanapun.
Maka, tidak ada pilihan selain bergerak maju melawan ketakutan dan keputusasaan. Sejak kecil, ayah selalu mengusahakan kamu untuk membiarkan kamu sendirian berada di situasi sulit dan frustasi pada koridor yang tepat. Ayah ingin kamu belajar mengatur serta memanajemen diri menjadi seseorang yang berusaha sampai titik darah penghabisan dalam meraih cita-citanya dengan cara-caramu sendiri. Melawan setiap ketakutan demi ketakutan ataupun rasa cemas seorang diri.
Ayah ingat sekali saat pertama kali mengunjungi playground, kamu sangat ingin bermain perosotan. Namun, karena tempatnya tinggi kamu terlihat ketakutan dan tidak yakin bisa menaiki tangga untuk menuju ke atas. Namun, ayah tidak akan membiarkanmu mundur sebelum mencoba. Awalnya, ayah menemani dan menggandeng sampai kamu bisa berada di atas perosotan. Bahkan, pada beberapa kesempatan, ayah ikut bermain perosotan bersamamu. Ini untuk membangun keberanian serta rasa percaya dirimu bahwa semua akan baik-baik saja. Lama-kelamaan ayah membiarkanmu bermain sendiri, mengawasimu dari dekat saja. Beberapa kali kamu masih merengek minta ditemani, tetapi ayah bergeming memintamu mencoba agar berani bermain sendiri sembari terus memberi semangat dan keberanian.
Akhirnya, latihan demi latihan yang penuh drama tangisan serta jatuh-bangun kini membuatmu bisa bermain perosotan sendirian. Bahkan, kamu berani menaiki perosotan yang lebih tinggi dengan tingkat kesulitan di level berbeda. Mungkin hingga hari ini kamu akan selalu takut dan meminta ditemani bermain perosotan jikalau saat itu ayah memilih tidak tega membiarkan keberanianmu tumbuh perlahan-lahan. Semua itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan peran ayah adalah menyediakan ruang untukmu terus bertumbuh. Ayah harus melawan rasa cemas, khawatir dan takut di dalam diri untuk membiarkanmu belajar menghadapi masalahmu sendiri.
Ini hanyalah satu contoh kecil yang menjelaskan mengapa kamu nanti akan ayah biarkan tumbuh dewasa dengan segala kesulitan. Mungkin terkadang ayah akan melakukan intervensi, secara bertahap membantumu dengan kadar seperlunya. Namun, jangan harap ayah untuk membantumu dengan cuma-cuma dan terus-menerus.
Apakah ayah jahat karena tega melihatmu menangis, berkeluh kesah, jatuh dan kesakitan? Mungkin kamu akan menilai hari ini ayah sangat kejam. Namun, percayalah ayah tidak ada niat sedikitpun menyusahkanmu. Suatu hari nanti kamu akan tahu mengapa ayah melakukannya. Sebab, suatu saat ayah akan pergi dan tidak kembali. Sebab, ayah tidak akan selalu berada di dekatmu dan membantumu setiap waktu. Kelak ada masa di mana kamu akan berjalan sendirian, seorang diri tanpa ada siapapun yang mengenal bahkan menolongmu.
Ayah justru sangat jahat apabila terus-menerus mengambil alih kesempatanmu untuk tumbuh dewasa dengan selalu ikut campur menyelesaikan masalahmu. Suatu saat kamu akan bertanggungjawab atas seluruh pilihan hidupmu sendiri dengan segala konsekuensinya. Maka dari itu, kewajiban ayah adalah melatihmu sedini mungkin untuk terbiasa bergelut dan menemukan jawaban dari segala pertanyaan yang hidup berikan atas dirimu sendiri.
Satu lagi, jikalau nanti kamu terbiasa menghadapi kesulitan seorang diri, dirimu akan lebih menghargai setiap proses yang ada. Kamu akan lebih bijaksana memandang segala sesuatu karena hidup memang tidak pernah mudah. Kemampuan bersimpati dan berempati terhadap situasi serta kondisi orang lain akan terus terpupuk seiring kesusahan demi kesusahan yang kamu lewati.
Percayalah nak, orang di luar sana yang nihil moral, bersikap semena-mena dan seenaknya sendiri muncul karena mereka tidak pernah atau jarang sekali menyelesaikan masalah atas dirinya sendiri. Mereka kerap dibantu, dipermudah dan dimanja oleh lingkungannya. Jalan mereka mulus sekali, hampir tiada onak dan duri yang merintangi. Setiap ada kesulitan mereka merengek untuk ditolong dan dipermudah urusannya. Ayah tidak ingin kamu tumbuh dewasa menjadi manusia yang seperti itu.
Namamu adalah Andhira, seorang perempuan yang tangguh. Nama itu adalah manifestasi doa ayah yang mewujud ke dalam dirimu. Jadilah kuat, berdirilah di atas kakimu sendiri. Kelak ketika ayah pergi untuk selamanya, pastikan dirimu tetap bisa hidup dan menghidupi.
"Seorang pelaut yang handal tidak diciptakan dari arus lautan yang tenang"
Surakarta, 29 Mei 2023
@menujusenja
21 notes · View notes
Text
Tumblr media
𝗝𝗮𝗱𝗶 𝗽𝗲𝗿𝗲𝗺𝗽𝘂𝗮𝗻 𝗵𝗮𝗿𝘂𝘀 𝘀𝗶𝗮𝗽 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗽𝗼𝘀𝗶𝘀𝗶 𝘀𝗲𝗿𝗯𝗮 𝘀𝗮𝗹𝗮𝗵 💔
Perempuan dituntut untuk memeluk kekurangan dan aib keluarga.
Perempuan dituntut sholehah, cerdas dan selalu menarik.
Perempuan dituntut sempurna menjadi bidadari suami dan madrasah pertama keturunannya.
Sepertinya semua hal tersebut masuk akal berlaku ideal bila suami pun telah sempurna tahu dan faham menempatkan dirinya.
Ketika laki-laki telah absolut mumpuni sebagai imam, pembimbing dan kepala keluarga yang bertanggung jawab.
Tidak hanya bertanggung jawab soal materi, tapi juga soal religi, psikologi, emosional dan fasilitas seluruh anggota keluarga.
Sering kah dengar dan melihat perempuan sakit jiwanya?
Tubuh nampak sehat tapi jelas nampak ada tidak kestabilan psikologis dan emosional??
Atau akhlaknya menyejukkan tapi fisiknya ringkih sakit-sakitan??
Sering ya
Perempuan
Kalau berkoar kesengsaraan di umum, dikata tak pandai jaga rahasia.
Kalau dipendam, lama-lama jadi gila.
Lalu tidak jarang akhirnya makhluk terdekat lah yang jadi pelampiasan kekesalannya.
Yaitu anak-anaknya 😔😢🥀
Suami main tangan, ada
Suami lalai nafkah, ada
Suami abai kebutuhan keluarga, ada
Suami gila perempuan, ada
Suami tidak peka kewajiban, ada
Suami tak faham memimpin, ada
Suami jauh agama, ada
Tapi ketika suami selingkuh... perempuan dikata isteri tak luwes menyenangkan suami
Ketika suami KDRT...
Perempuan dikata tak pandai jaga sikap
Ketika suami marah...
Perempuan dikata tak cerdas jaga mulut
Perempuan terluka dalam diam, lalu semua hancur, ia dibodoh-bodohkan banyak orang.
Perempuan curhat dan berbicara, berbagi kesah mengurangi derita,
Dianggap tak punya iman dan tidak tahu malu.
Anak-anak kacau, yang disalahkan asuhan ibunya.
Anak-anak menonjol, yang dikenal dia anaknya bapak siapa.
Wanita dituntut untuk menjaga keseimbangan keluarga.
Sudahlah rusak badan karena hamil, melahirkan, dan suaminya.
Masih pula jungkir balik kaki jadi kepala, kepala jadi keset keluarga.
Namun bila terpaksa ada tuntutan karena kondisi yang belum layak....
Seringnya wanita juga terhakimi sebagai makhluk kurang bersyukur.
Ahh ibu, perempuan, wanita.
Pantas kau lebih cepat terlihat tua.
Surga dijanjikan di telapak kakinya,
Namun ancaman neraka juga ditakdirkan banyak dipenuhi oleh kaumnya.
Perempuan oh perempuan, semilyar yang harus kau taklukkan dengan segala paradoksal-nya.....
Iya atau bukan pengalaman pribadi saya,
tapi semoga dapat sedikit menguatkan sesama perempuan-perempuan kuat dimanapun berada.
#Muhasabahdiri
bismillaah perempuan2 wonder woman yg baca postingan ini sehat,bahagia,dan sukses selalu ...aamiin aamiin yaa robbal aalaamiin💪💪🤲
Penyejuk Hati
4 notes · View notes
hawaii-mrsgrey · 10 months
Text
Aku berpijak pada keraguan.
Aku berdiri di atas jurang kehancuran.
Terasa berat, lelah, hampa, dan penuh kekosongan.
Demi Tuhan, aku hanya butuh di yakinkan.
Kamu sakit?
Lalu ku sebut diriku ini apa? Sekarat?
Jika sakitmu harus selalu kucarikan obat.
Bagaimana denganku?
Kenapa saat aku sekarat, kamu seolah tak melihat.
Luka...
Sudah sejauh mana engkau?
Sudah cukup dalam kah?
Kenapa aku tidak bisa merasakan apa-apa?
Kau pikir menyenangkan berdiri dengan satu kaki?
Kau pikir menyenangkan terbang dengan satu sayap?
Rasanya seperti hidup, tapi kau tidak hidup.
Rasanya seperti bernafas, tapi nyawamu seolah lepas.
Pernahkah kau merasa seperti sedang dimana-mana sekaligus tidak dimana-mana?
Iya, sangat membingungkan.
Inilah aku saat ini, telah berubah menjadi makhluk ringkih terbentuk dari sakit hati dan janji yang teringkari.
14 notes · View notes
dianesstari · 11 months
Text
Surga sebelum Surga.
Sepenggal kata ini menggambarkan bagaimana perasaan juga perjuangan seorang perempuan mengantar sang buah hatinya ke dunia.
01/
Tentang kepayahan demi kepayahan yang dialami selama masa mengandung sembilan bulan. Saat janin masih berada di dalam perut seorang ibu.
Ketika memasuki trimester awal kehamilan sebagian ibu merasa kehilangan selera makan. Tak mengenal waktu pagi ataupun siang dan malam, selalu saja mengalami morning sickness.
Mual, muntah, pusing sudah seperti obat yang diminum tiga kali sehari. Tak bisa mencium bau-bauan yang menyengat. Entah itu hanya bau deodoran, odol, sabun, parfum jenis tertentu. Sehingga saat mau masuk WC aroma itu makin menambah intensitas mual dan muntah yang makin tak karuan. Juga bau masakan dari bumbu perbawangan. Ada pula yang tak bisa sama sekali mencium bau durian.
Belum lagi dorongan ngidam yang hanya ingin memakan jenis makanan tertentu. Parahnya, ada ibu hamil yang mengalami muntah darah hingga harus bedrest total di rumah.
Ada ibu yang baru bisa makan saat sudah diberi obat pereda mual. Ada ibu yang tidak bisa melihat cahaya matahari selama masa awal mengandungnya sehingga harus sepenuhnya mengurung diri di kamar.
Ada juga yang harus rela janinnya keguguran karena terlalu banyak gerak, kehamilan diluar rahim dan berbagai perjuangan ibu lainnya yang heroik.
02/
Lelah itu malah bertambah saat usia kandungan semakin menua, menjelang trimester ketiga. Ketika ukuran janin semakin besar, perut membuncit seperti membawa bola yang beratnya hampir sepadan dengan tabung gas elpiji.
Saat pagi maunya rebahan. Walaupun sudah bisa makan banyak tapi ketemu sembelit. Bicara saja, nafasnya sudah ngos-ngosan. Bahkan langganan setiap beberapa menit ke toilet untuk buang air kecil.
Malamnya, tidur makin tak nyenyak. Gaya apapun entah miring kanan ataupun ke kiri sudah tak nyaman lagi. Belum lagi beban pikiran mengahadapi persalinan yang dibayang-bayangi kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan yang berlebihan. Apalagi jika itu adalah persalinan pertama.
03/
Tentang keletihan yang makin menjadi-jadi saat menjelang persalinan. Tentang rasa nikmatnya menahan gelombang cinta kontraksi dari pembukaan satu menuju ke sepuluh.
Ada yang menjalaninya hanya dalam hitungan jam, adapula yang berhari-hari bahkan ada yang sampai berpekan-pekan lamanya.
Dimana semua cairan berbaur menjadi satu dalam tubuh ringkih nan rapuh sang ibu. Tangisan air mata haru dan bahagia yang menetes tak terbendung mengalahi rasa sakit.
Keringat yang meluncur satu persatu membanjiri setiap lekuk tubuh. Air ketuban dengan aromanya yang khas meledak seperti balon udara dalam rahim, keluar membasahi seisi ranjang persalinan. Ada pula yang ketubannya pecah dini sehingga mau tak mau harus segera di induksi.
Berkantung-kantung darah merah segar yang mengalir bagai air bah dari kedua tungkai sang ibu tak mampu lagi dilukiskan rasanya seperti apa. Mungkin seperti retaknya beberapa tulang dalam satu hentakan.
Ada yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi yang mengharuskannya dioperasi caesar secepatnya. Ada yang operasinya berhasil namun ada pula yang mengalami trauma yang hebat.
Ada yang berteriak meraung-raung karena sakitnya memang tak lagi tertahankan. Ada yang antara setengah sadar mengeja lirih doa-doa dalam pengharapan kepada Tuhannya karena tak sanggup lagi menahan derita yang begitu memilukan.
Namun ada pula yang tetap tenang, menaklukan semua rasa yang mengoyakkan seisi badannya. Merayu jiwa dan raganya agar tetap tenang dan tak begitu saja menyerah. Fokus mengatur ritme nafas sebaik-baiknya, meski perih dan pedihnya tak seketika berangsur lenyap.
Hanya bisa dilalui dengan keyakinan bahwa Tuhan maha Melihat segala perjuangan dan pengorbanan semasa melahirkan. Membujuk Tuhan agar mau menggantinya dengan senyum tawa kebahagiaan hadirnya seorang anak sebagai pelipur laranya selama ini.
04/
Tentang perjuangan di atas perjuangan sesaat setelah melahirkan. Tiga puluh menit pertama setelah persalinan adalah waktu yang sangat menentukan untuk keselamatan dan kehidupan sang ibu.
Karena bagi sebagian ibu yang melahirkan di saat itu, sangat rentan akan komplikasi dan berbagai penyulit persalinan. Bahkan ada yang sampai berujung pada kematian jika tidak ditangani sesigap dan secepat mungkin.
Plasenta yang harus segera menyusul saat bayinya lahir. Ada ibu yang mengalami pendarahan hebat karena sisa plasenta masih tertinggal dan berujung di korek. Ada pula yang harus di vakum. Semuanya memiliki resiko yang berat.
Seorang ibu mesti bersiap menyambut bayinya yang baru lahir. Memasuki babak baru kehidupan mengASIhi. Dimana perhatian utuh, pelukan hangat begitu dibutuhkan sang bayi saat sang ibu sendiri belumlah sepenuhnya pulih.
Ada ibu yang sudah lemah tubuhnya lagi payah jiwanya terpaksa merawat bayinya dengan sisa-sisa kekuatannya yang perlahan habis.
Ada yang sampai mengalami depresi hingga baby blues paska lahir karena belum menyesuaikan diri menerima status baru dari seorang istri menjadi ibu sepaket dengan segala tanggung jawabnya.
Bukan hanya soal menghadapi kehamilan dan persalinan saja, bertambah lemah ini juga meliputi kondisi saat menyapih dan mendidik anak yang sungguh luar biasa perjuangannya.
05/
Dari segala kesusahan, keletihan, kelelahan yang dialami seorang ibu justru menunjukkan bahwa seorang wanita bukanlah mahkluk yang lemah. Justru merekalah manusia-manusia kuat yang merasakan kepayahan demi kepayahan namun juga mampu menghalau semua rasa sakitnya bersamaan.
Lalu apakah seorang ibu marah dan putus asa dengan segala keletihannya melalui semua proses campur aduk dari mengandung, melahirkan dan membesarkan anak-anaknya? Jawabannya, tidak. Sebab semuanya dilalui karena luasnya cinta ibu pada sang anak.
Maka benarlah sabda Nabi kita Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ketika ditanya oleh para sahabat tentang siapa yang harus pertama kali dihormati dalam kehidupan ini. Jawaban beliau; Ummuka, Ummuka, Ummuka, tsumma Abuuka. (ibumu, ibumu, ibumu, kemudian ayahmu).
Semoga kita mampu mengambil hikmah yang terserak dibalik setiap perjalanan seorang ibu. Bahwa padanya diletakkan kemuliaan juga kehormatan yang agung. Jagalah baik-baik setiap perempuan sebab mereka yang akan menjadi ibu bagi anak-anak kelak.
Di dunia ini ternyata ada surga yang bisa kita upayakan. Surga sebelum surga yang diletakkan pada bakti seorang anak pada ibunya.
Selamat memberikan pelukan dan ciuman hangat pada ibunda tercinta. Kalaupun tak bisa lagi semoga rasa itu diterbangkan dalam khusyuknya doa-doa.
#parenting#keluarga#ibu#lahiran#hamil#persalinan#bakti#melahirkan#mengandung#perjuanganibu#
937
13 notes · View notes
khodijaturrohimah · 1 year
Photo
Tumblr media
MASALAH DAN MASALAH
“Kamu yakin mau lanjut sekolah lagi? Kalau iya setidaknya kita baru bisa sama-sama 4 tahun lagi lo. I need you.” Suara Arman terdengar di ujung telepon. Arman telah berusaha mendukung Sarah dan mimpi-mimpinya, tapi ia tidak menyangka akan seberat ini. Usia pernikahan mereka sudah memasuki 3 tahun, tapi ⅔ waktu itu dihabiskan dalam kondisi berjauhan.
“Boleh nggak kalau aku coba 1 kali lagi? Aku janji ini percobaan terkahir.” Suara Sarah terdengar lirih, ia menyayangi suaminya tapi ia juga punya mimpi yang ingin dikejar.
“Terus kalau keterima kita akan lanjut kayak gini selama 4 tahun selanjutnya?” Sarah hanya diam, tidak berani menjawab pertanyaan Arman.
“Tolong pikirkan ulang tentang hubungan ini maupun keinginan-keinginanmu.” Arman putus asa, istrinya memang keras kepala, sulit sekali dibujuk. Telepon diakhiri dengan diskusi yang tidak berjalan mulus. 
Bagi Sarah mimpi adalah penggerak hidupnya, sejak koas ia telah menetapkan hati ingin menjadi spesialis penyakit dalam, dan hal ini yang terus ia pegang sampai saat ini. Apa yang ia kerjakan selalu berfokus pada jalan menuju mimpinya itu. Saat awal menikah dengan Arman ia tidak menyangka bahwa hubungan ini akan menjadi salah satu penghalang besar antara ia dan mimpinya. Belum lagi mertuanya yang ingin segera mendapatkan cucu. Bukan Sarah tidak ingin punya anak, tetapi ia merasa belum siap jika harus membagi waktu dengan segala kesibukannya saat ini. Ia tidak mau jika anaknya kelak menjadi korban karena keegoisan sesaat. Sarah ingin semua sesuai dengan timeline yang telah ia buat, ia akan punya anak ketika menjadi residen senior. 
Akhir minggu ini Sarah akan menghadiri acara keluarga Arman sendirian, karena suaminya masih belum bisa pulang. Membayangkan saja sudah membuat kepala Sarah pusing, ia butuh persiapan ekstra untuk menghadapi setiap pertanyaan dan tuntutan yang akan muncul nanti, terutama dari ibu mertuanya.
Ibu, tidak lain adalah sosok wanita paling dihormati dalam sebuah rumah, bukan karena sifatnya yang semena-mena tapi kasih sayangnya yang tiada tara membuat setiap anggota keluarga begitu terikat kepadanya. Sama halnya dengan Alfi dan ibunya, rasa sayang di antara keduanya membuat Alfi memutuskan untuk fokus kepada ibunya, ia tidak ingin menyesal jika kelak ibunya pergi meninggalkannya.
Sebagai seorang dokter Alfi paham betul saat ini kondisi ibunya tidaklah baik, kasarnya “hanya menunggu waktu”. Meski sudah melalui operasi, kemoterapi dan dinyatakan bersih rupanya kanker ibu muncul kembali. Kali ini kanker nya telah menyebar ke organ lain, salah satunya adalah penyebaran ke tulang. Hanya karena hantaman kecil ketika jatuh sudah menyebabkan patah tulang kaki, dan kini ibunya harus dibantu ketika beraktivitas. Radit maupun kisah cintanya telah ia buang jauh-jauh, saat ini hanya ada ibu di pikiran Alfi.
“Radit kok sudah nggak pernah ke sini Fi?” Pertanyaan yang sudah dipersiapkan jawabannya oleh Alfi.
“Alfi sudah putus bu, udah lama malah, ibu kok baru sadar.” Alfi menjawab sambil tertawa kecil, ia tidak boleh nampak sedih di depan wanita kesayangannya itu.
“Karena ibu?”
“Ya enggaklah bu, kok ibu ge-er sih. Karena memang nggak cocok aja.” Masih dengan candaan Alfi menjawab pertanyaan ibunya.
“Padahal ibu pingin lihat kamu menikah sebelum pergi, kok ternyata malah putus.” Alfi hanya tersenyum mendengar perkataan ibunya. Dipijatnya pelan-pelan tangan ibu, begitu ringkih, hanya tersisa tulang dan kulit. Seandainya ibu tahu alasan sebenarnya mungkin akan membuat ibu sedih, dan Alfi tidak mau itu terjadi. Hanya ada keheningan di antara mereka sampai akhirnya ibu tertidur dan tak lama Alfi ikut tertidur di sebelah ibunya.
“Kalau aku menghubungi Prasetya duluan aneh nggak menurut kalian?”
Chat Riani di grup siang ini membuat geger semua sahabatnya. Setelah beberapa hari menimbang-nimbang akhirnya ia memutuskan untuk bertanya.
“Kamu gila ya?” - Sarah
“Ada masalah apa Ri?” - Alfi
“Are you okay?” - Tasya
Ketiga sahabatnya ini adalah saksi hidup bagaimana hancurnya Riani setelah kepergian Prasetya. Laki-laki itu memberikan rasa benci tersendiri di hati mereka. Bagaimana bisa seorang laki-laki bisa begitu jahat terhadap wanita yang telah memberikan segala yang dia miliki. Iblis mungkin lebih tepat untuk mendeskripsikan sosoknya. 
“Aruni tanya tentang papanya.” Hanya itu jawaban yang bisa ia berikan.
Jika bukan karena Aruni sudah pasti Riani tidak akan melakukan itu. Setiap malam putrinya selalu menuntut jawaban terkait pertanyaannya malam itu, dan ia tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang ia mau. 
Bukankah tidak pernah menghubungi atau mencari anaknya selama 5 tahun sama saja dengan tidak sayang? Meski memberi jawaban bahwa Prasetya tidak menyayangi anaknya mungkin akan memuaskan rasa ingin tahu Aruni, tapi Riani takut jawaban itu akan menjadi luka tersendiri untuk putrinya. 
Keputusan Riani untuk tidak menjelekkan Prasetya di depan Aruni membuat tiga sahabatnya kagum. Orang tua Riani juga sama hebatnya, meski kecewa luar biasa mereka tetap bisa mengendalikan diri untuk tidak mencaci maki Prasetya di depan orang lain. Sebagai catatan bahwa Prasetya adalah anak dari sahabat ibu Riani.
"Let's discuss about it later. Jangan lupa nanti ke Ambrosia." Alfi membalas chat sambil bersiap untuk pergi.
Hari ini kesempatan terakhir Alfi untuk berada di luar lebih lama, karena besok mas Alif waktunya pulang ke istri dan anaknya. Keberadaan kembarannya dua minggu terakhir memberikan tambahan sedikit ruang gerak untuk Alfi. Tanpa menyia-nyiakan waktu Alfi ingin segera sampai ke Ambrosia dan menikmati waktu sendiri sebelum bertemu sahabat-sahabatnya.
"ALFI!" Suara yang begitu familiar terdengar dari belakang, tapi Alfi terus berjalan pura-pura tak mendengar.
"Alfi." Kali ini suaranya begitu dekat, di sebelah kanannya. Mau tidak mau Alfi harus menoleh.
"Hai Dit, tumben ke sini, ada perlu apa?" 
"Mau bicara sama kamu." Jawaban Radit membungkam mulut Alfi.
Meski sudah 3 bulan berpisah tapi Alfi masih belum siap jika harus bertemu kembali dengan Radit. Alfi sadar memutuskan hubungan secara sepihak adalah hal yang salah dan menyakitkan. Tapi Alfi juga tidak ingin jika menjadikan ibunya sebagai alasan kepada Radit.
"Mau bicara dimana?" Alfi tidak ingin ada yang mendengar percakapan mereka. Di sini kabar apapun bisa menyebar lebih cepat dari api yang tertiup angin di ladang gambus.
"Mau ngobrol sambil makan?"
"Nggak usah, kita bicara di mobilmu aja, aku habis ini ada janji." Alfi ingin percakapan ini cepat selesai, ia segera berjalan ke arah mobil Radit.
"Fi maaf kalau aku ganggu kamu, tapi jujur aku masih nggak ngerti kenapa kamu tiba-tiba mutusin aku. Kasih aku penjelasan supaya aku tahu apa salahku." Radit berbicara langsung ke inti tanpa basa-basi.
"Kita sudah nggak cocok Dit, itu alasannya." Alfi menatap lurus ke depan.
"Tapi itu nggak menjelaskan apa-apa Fi, beri tahu salahku dimana?"
"Kamu nggak salah apa-apa, aku cuma ngerasa nggak cocok aja." 
"Kalau memang nggak salah, setidaknya bales chatku Fi, kita putus bukan berarti jadi musuh kan?" Alfi mengangguk dan segera keluar dari mobil, jika terlalu lama bisa-bisa perasaannya akan goyah. 
Salah satu alasan kenapa ia tidak pernah membalas chat atau telepon dari Radit adalah takut benteng pertahanannya akan ambruk. Alfi memutuskan hubungan dengan Radit bukan karena perasaannya telah berubah, bukan juga karena Radit melakukan kesalahan besar kepadanya. Ia ingin menjaga ibu yang kondisinya semakin menurun. Waktu yang bisa Alfi bagi dengan orang lain semakin sedikit dan ia enggan jika ini menjadi masalah untuk hubungannya dengan Radit. Lebih baik memutuskannya lebih dulu sebelum muncul masalah baru.
Tak terasa Alfi sudah sampai di Ambrosia, ia tiba kedua setelah Riani yang telah duduk di tempat biasa. Riani melihat keluar jendela sambil melamun, tidak menyadari kedatangan Alfi. Dahinya berkerut dan bibirnya rapat terkatup, tampaknya Aruni dan Prasetya memenuhi pikirannya saat ini.
“Udah pesen belum Ri?” Alfi duduk di seberang Riani.
“Sudah, aku pesen yang seperti biasa.” Pandangannya tetap keluar jendela, ada banyak skenario yang sedang bermain di kepalanya. Ia bingung cerita mana yang akan ia pilih untuk dirinya, Aruni dan Prasetya. Egonya masih bersikeras untuk tidak menghubungi Prasetya lebih dulu. Dia ingin membuktikan bahwa hidupnya baik-baik saja tanpa kehadiran laki-laki itu. 
“Jadi gimana Ri?” Suara Sarah mengagetkan Alfi dan Riani.
Sarah datang bersama Tasya dan segera ikut duduk di tempat yang masih kosong. Agenda pertama mereka adalah membicarakan tentang masalah Riani. 
“Aruni pingin ketemu papanya.” Tatapan mata Riani tak juga bergeser dari jendela.
“Terus kamu sudah menghubungi Prasetya?”
“Belum Sar, aku sebenarnya juga nggak mau menghubungi dia duluan, toh dia yang pergi.” air mata mulai menggenang di pelupuk Riani, mengingat kembali kejadian 5 tahun yang lalu sama dengan membuka kembali luka yang hampir sembuh. Riani sudah bisa hidup dengan bahagia tanpa laki-laki itu, tapi kenangan pahit mereka masih saja terasa perih.
“Harus banget ya Ri?” Alfi tak tega melihat sahabatnya yang nampak kembali kalut karena iblis bernama Prasetya.
“Aruni berhak ketemu papanya Fi, aku salah kalau menghalangi pertemuan mereka.”
“Tapi kan Prasetya nggak pernah menghubungi kamu lagi Ri. Bukannya itu bisa jadi jawaban untuk Aruni?”
“Aku nggak mau Aruni kecewa dengan sosok laki-laki, aku berharap kelak dia bisa membina hubungan tanpa rasa takut atau kecewa terhadap lawan jenis.” 
Jawaban Riani terasa begitu menusuk bagi Tasya. Hal itu yang ia rasakan sekarang. Salah satu yang membuat hubungannya berliku-liku adalah kekecewaan terhadap ayahnya. Orang yang begitu ia sayangi tega meninggalkannya dan ibunya hanya karena perempuan yang lebih muda. Dan saat ini ia takut untuk melanjutkan ke jenjang yang  lebih serius karena tak mau jika kelak ditinggalkan begitu saja oleh Haris.
“You are a good mom Ri, I’m so proud of you.” Tasya memeluk Riani yang duduk di sebelahnya.
Riani membuka laptop dan menunjukkan draft email yang telah dibuatnya sejak semalam. Ia sudah menghapus seluruh kontak Prasetya dan hanya menyisakan alamat email saja, berjaga-jaga jika suatu hari muncul kondisi darurat seperti saat ini.
12 notes · View notes
mutiasha · 5 months
Text
Ku hanya ingin menuliskan..
Betapa semakin hari, kian kusadari bahwa dunia itu benar-benar berat tuk dijalani, benar-benar penuh dengan ujian tuk dilewati, benar-benar penuh dengan peluh, tangis, ragu, takut tuk dihadapi.
Nyatanya, dunia yang dulu kukira hanya cukup dilewati tak pernah benar-benar "hanya" dilewati.
Iya, dilewati, tapi dengan tangis
Iya, dilewati, tapi dengan ringkih
Iya, dilewati, tapi dengan pedih
Kukira, dunia yang hanya bercanda dan senda gurau ini pun bisa dilewati dengan bercanda pula. Tapi, rasanya, bagi sebagian orang, dunia terlalu serius untuk dibercandain
Bagi mereka yang selalu diuji, bagi mereka yang selalu dihadapkan pada perkara sulit, bagi mereka yang bahkan untuk mendapat tidur pulas pun harus meringkih sakit
Dunia tak sebercanda itu, untuk hanya dilewati..
Aku tak tau, aku atau dikau termasuk pada mereka yang mudah berjuang atau tidak, tapi, memiliki rasa kepedulian ini rasanya adalah humanisme paling dasar, menghargai orang lain.
Kita tidak tau sebesar apa perjuangan mereka, kita tidak tau seberat apa hidup mereka, kita tidak tau seberapa besar pengorbanan yang mereka beri untuk bisa tetap menjalani setiap harinya.
Maka, tidak bisakah kita, paling tidak menghargai itu semua? Berterimakasih pada mereka yang sudah berbuat baik pada kita, memberikan bantuan terbaik pada mereka yang sudah berjasa pada kita, tidak meremehkan setiap hal yang kita terima.
At least, we know that everyone is suffering for their own life..
In the end..
Hmm.. Aku cuman mau bilang kalau, please hargai mereka yang ada di sekitar kita, setiap orang sedang berjuang untuk mempertahankan hidup mereka masing-masing..
Please hargai mereka, berbuat baiklah pada sesama, laksanakan amanah kita sebaik-baiknya, jangan remehkan mereka, jangan rendahkan mereka, jangan menganggap hanya kita yang paling menderita, we never know, apalagi mengatakan orang lain lemah di tengah perjuangannya.. That's hurt :"
Kita ingin dunia lebih damai dan tenang untuk kita huni, jadi mulailah untuk membuat tenang diri ini dengan memberikan kontribusi terkecil pada orang lain terdekat di lingkup kita sendiri..
#self-reminder
2 notes · View notes