Tumgik
dianesstari · 9 months
Text
Ujian kesetiaan akan selalu datang dalam setiap rumah tangga. Menunjukkan bahwa pernikahan memang bukanlah ajang pamer kemesraan.
Foto-foto mesramu tak perlu diekspos di sosial media. Kebaikan-kebaikan pasanganmu pun tak perlu diumbar kemana-mana. Dunia tak perlu tahu perasaan kalian yang sedang berbunga-bunga. Sebab ada hati pasangan lain yang juga ingin dijaga. Bukankah setiap kita pun ingin agar hubungan bisa terus berada dalam keberkahan?
Cukup keromantisan itu dinikmati berdua saja. Karena akan ada saatnya setiap kenikmatan dan kesenangan yang sering ditampakkan Allah uji satu per satu.
Setiap pasangan bagaimanapun sempurnanya tetaplah manusia biasa yang sangat mungkin akan membuat kita kecewa.
Kita tidak pernah tahu dititik mana hatinya akan dipalingkan. Maka tak ada tempat menggantungkan segala harapan selain kepada Allah.
Semoga rumah tangga kita terus dijaga hingga ke JannahNya.
#selflove
#selfreminder
#pengingatdiri
#ujiankesetiaan
#ujianpernikahan
#dianesstariquotes
#islamicquotes
8 notes · View notes
dianesstari · 9 months
Text
Mencintai Takdir
Mencintai takdir tak selalu mudah bagi sebagian orang. Ada yang baru menerima setelah sekian tahun ia bergelut dengan lukanya sendiri bahkan ada yang sampai harus menghabiskan seluruh jatah hidupnya hanya untuk berdamai.
Sebab mencintai takdir adalah tentang pembelajaran iman dengan rasa berserah yang paling tinggi kepada-Nya. Tidak semua orang bisa lulus dari sini. Apalagi jika ketetapan itu tak sesuai dengan apa yang selama ini menjadi inginnya.
Perkara mencintai takdir bukanlah perkara remeh temeh yang hanya bisa selesai dengan satu kata cinta. Butuh hati yang lapang untuk menerima, butuh kesabaran yang tak berbatas, butuh keikhlasan yang tulus juga butuh iman dengan rasa berserah yang tak pernah putus.
Sehingga tak bisa setengah-setengah. Juga tak bisa ala kadarnya saja. Mencintai takdir memaksa kita untuk hanyut sedalam-dalamnya. Bahwa segala takdir itu terbaik. Bahkan sesuatu yang awalnya disangka buruk justru sebenarnya adalah yang terbaik.
Mencintai takdir akan membawa kita memahami bahwa puncak segala upaya dan doa sepenuhnya hanya milik Sang Maha Kuasa.
Bagiku, mencintai takdir adalah bagian dari upayaku mencintai-Mu.
Ketetapanmu boleh jadi membuatku patah tapi aku selalu yakin jika itu datangnya dari-Mu maka akan sembuh secara perlahan dengan cara-cara yang menakjubkan. Bahkan aku percaya jika yang patah akan tumbuh kembali dengan sesuatu yang jauh lebih indah dengan kuasa-Mu.
Lagi-lagi aku tak pernah kecewa dalam mencintai takdir-Mu. Bagaimana mungkin aku kecewa jika segala yang telah Engkau tetapkan pada akhirnya melahirkan sebuah kebaikan yang besar untuk hidupku?
Lalu bagaimana pula aku harus marah, menyerah dan kehilangan arah lalu sampai meneriaki dan mengutuki takdir-Mu tanpa tahu bahwa itu semua Kau lakukan justru untuk melepaskanku dari jeratan marabahaya yang jauh lebih hebat?
Makasih ya Rabb atas segala takdirMu yang begitu indah menyapa hidupku.
4 notes · View notes
dianesstari · 9 months
Text
#Cerpen
"Astaga kue Tar. benar-benar lu yah. Nggak habis pikir gue, kek jalinan syarafmu ada yang bengkok mesti dibenerin! Lu sebenarnya nyari sosok cowok kayak gimana lagi sih Mentari Savana?"
Si Bulan sahabat baikku yang cerewetnya minta ampun sedang menguliti habis-habisan isi perasaanku sampai ke akar-akarnya malam ini. Biji matanya seolah mau ikutan runtuh melototi tiap inci tubuhku dari ujung kepala hingga kaki. Sebab pilihanku katanya tak masuk akal lagi baginya.
Aku hanya mematung mendengar ocehan panjang lebarnya. Lalu membuang muka tak ingin menatap siapapun. Ahh malas sekali rasanya meladeninya malam ini. Isi kepala juga perasaanku begitu riuh. Sudah hampir penuh. Aku lelah. Lelah sekali.
"Ditanya seriusan kok malah diam. Kemasukan Jin apaan sih kamu barusan, hah? Sini gue Ruqyah sekalian! Tuh muka udah kayak pisang goreng yang nggak dibeli seharian. Came on! Mana sih Tari si muslimah berkekuatan matahari itu? Lagi mendung yah jantung hatinya? Curhat kali ama gue. Jangan disimpan-simpan."
Tapi si Bulan Safir Mahendra ini terus menyerocos tak karuan menghujaniku dengan petuah-petuah bijaknya tentang jodoh, cinta atau apalah sejenisnya. Membuatku makin muak menatapnya.
"Iiih apaaan sih... Udah tidur sana. Dah malam. Aku mau istirahat."
"Astaga, Tar. Lu Lagi PMS yah? Sensitif amat!"
"Astagfirullah, Bul. Nggak usah mancing-mancing deh."
"Ikan kali dipancing." Dia malah terkekeh melihat emosiku yang mulai nggak stabil.
"Tapi seriusan deh kue Tar. Lu tuh kenapa sih? Gue baru tahu dari Ustadza Humairah kalau dua pekan lalu luh tiba-tiba nggak mau lanjutin taarruf dengan Ustadz Fajar. Ya salam, kulit bening kayak oppa-oppa lu tinggalin. Apa coba yang kurang Tar? Ganteng iya, santun iya, kesolehan apalagi udah jangan dibilang. Dia juga anak pak kiyai pemilik pondok ini. Lu ama dia udah coupleable goals banget. Cocok. Tapi kok ditolak sih?
Aku yang ngejalanin taarruf si Bulan yang meradang. Bagaimana tidak. Ustadz Fajar memang dikenal sebagai lelaki idaman di antara pengajar-pengajar jomblo di pondok ini. Pesonanya menyaingi wajah perpaduan Refal Hadi dan Megantara. Kebaikan akhlak dan tajamnya ilmu agama yang dimilikinya tidak diragukan lagi. Dia juga anak dari kiyai yang di hormati di pondok ini. Dia memang laki-laki yang memikat tapi sama sekali tidak bagiku.
"Aduh please Bul-Bul. Jangan sampai aku panggil kamu burung Hud-Hud! Mohon maaf yah konser tausiyah cintanya di pause dulu deh. Aku ngantuk. Jangan sampai aku ngamuk beneran nih! " Sambil kertas yang ada ditanganku kuremuk tak beraturan.
Eh si Bulan nggak merasa bersalah. Dia malah menggodaku balik.
"Atau lagi nunggu seseorang yah?" Matanya menyipit-nyipit seperti bohlam yang mati-nyala- mati-nyala.
"Suit..suit..Cie.. Cie.. Makanya sekelas Ustadz Fajar lewat gitu aja yah. Tapi denger denger. Tahun lalu pas lebaran idul fitri juga ada yang datang ke rumah melamar kan? Yang punya warnet depan rumahmu itu. Si Bang Bintang. Nggak terlalu jauh sih umurnya. Masih keren buat jadi abang sayang. Hahaha. Mana udah mapan pula. Punya usaha, punya rumah ama mobil. Kelihatannya baik dan perhatian banget ama kamu tapi kok ditolak juga sih Tar?"
Dan satu lagi... Tentang si mahkluk frozen man kak Bumimu yang sampai malam ini masih misterius. Aku hanya bisa menerka sosoknya dari balik tulisan-tulisanmu yang acak. Dia bagaimana kabarnya, Tar? Benar-benar gue dibuat pusing ama teka teki perasaan lu.
Mulut Bulan malam ini tak henti-hentinya komat kamit seperti kehilangan remnya. Aku benar-benar risih dibuatnya. Mau ngamuk ku sudah nggak punya energi. Badan lemas. Akhirnya aku mengalah dan berterus terang padanya.
"Udah.. Cukup Bulan. Please. Aku akan jelasin semuanya satu per satu oke. Jadi gini yah. Dalam hidup kita punya prinsip masing-masing yah kan? Sampai hari ini ada prinsip yang aku pegang dan nggak semua orang bisa menerima. Boleh jadi itu salah satu alasan kenapa sampai hari ini gue gagal tarruf.
Tetapi balik lagi itu udah bagian dari takdir-Nya. Aku bisa apa coba. Aku nggak bisa maksain agar orang lain nerima prinsip aku kan? Tetapi aku selalu yakin dan percaya ama yang diatas. Ada rencana menakjubkan untukku nanti.
Akan ada laki-laki baik yang hatinya seluas samudera yang akan menerimaku utuh apa adanya lengkap dengan prinsip yang aku pegang suatu hari nanti. Mungkin memang bukan lelaki yang sempurna namun akan kupastikan bersamanya kelak dia akan menjadi laki-laki tersempurnaku."
Berlalu sekian purnama. Apa yang malam itu kusampaikan pada Bulan Allah kabulkan hari ini.
Hari ini aku seperti ratu dengan sebuah gaun anggun putih yang menjuntai di tubuhku. Juga kerudung dan niqab dengan warna senada sedada sederhana namun indah sekali kulihat dari pantulan cermin. Sebuah mahkota kecil putih dengan hiasan manik-manik bertengger diatas jilbab putihku. Tak ketinggalan seikat bunga tulip putih pun berada dalam genggamanku.
Tanganku hanya ditutupi kaos tangan putih tanpa lukisan henna kekinian. Tanpa make up menor apalagi lipstik tebal. Juga tanpa musik yang memekikkan telinga. Resepsi pernikahan ku sangat jauh dari kesan pesta yang mewah nan megah.
Hanya ada sebait nasyid senandung rindu yang menggema disudut ruangan ini. Sebab aku memang ingin konsepnya serba putih yang melambangkan kesucian dan kesederhanaan. Karena bagiku yang terpenting, perjalanan akad ini bisa berlangsung sakral dan berkah. Bukan pada gegap gempitanya pesta.
Di atas dua pelaminan yang terpisah. Sesekali mencuri pandang pada sosok lelaki yang ada dibalik tirai. Aku masih malu-malu mengeja namanya.
Kak LANGIT. Seorang lelaki biasa namun sangat istimewa dimataku. Seseorang yang sama sekali tak pernah kubayangkan sebelumnya, hanya sekali dua kali bertemu lalu mantap untuk melangkah sampai ke titik ini.
Seorang yang memperjuangkanku dengan cara-caranya yang mengangumkan. Seseorang yang menerima setiap kurangku lengkap dengan prinsip yang aku pegang.
Terima kasih kak sudah sejauh ini berjuang. Terima kasih sudah memilih dan menerimaku. Terima kasih sudah menjadi jawaban atas doa-doaku selama ini. Terima kasih telah menjadi rumah, tempat dimana aku tak perlu berpura-pura lagi dan menjadi utuh diriku sendiri. Terima kasih telah menjadi pelabuhan terakhirku dari sekian banyak perjalanan yang melelahkan.
3 notes · View notes
dianesstari · 9 months
Text
Orang Baik vs Orang tepat
Aku percaya dunia ini masih dikelilingi oleh orang-orang baik. Tetapi untuk dijadikan pasangan hidup, orang baik saja belumlah cukup. Sebab yang terbaik dalam pandanganmu nanti adalah orang yang tak hanya baik tapi yang paling tepat.
Nanti....
Setelah kamu menikah dan membangun rumah tanggamu, baru kamu akan menyadari seberapa penting ternyata orang yang tepat itu buatmu.
Ada banyak orang baik yang kemudian bertemu dengan orang yang sama baiknya tapi kemudian memilih berpisah bukan karena mereka melakukan kesalahan sebab setelah bersama mereka menjadi tak saling terhubung.
Ada saja masalahnya, ada saja kekacauan yang membuat salah satunya pada akhirnya menarik diri. Sebab lagi-lagi bukan persoalan baik tidaknya akan tetapi tepat tidaknya orang tersebut dalam kehidupan kita kelak.
Ada yang kemudian bertahan dalam hubungan yang sangat lama, merasa pertemuannya semakin hari semakin bermakna. Bukan karena seluruh rasa bahagia menetap didalamnya, namun juga ada sedih. Tetapi mereka benar-benar mensyukuri pertemuan itu. Masing-masing telah merasa cukup. Sebab apa? Sebab ternyata diantara mereka telah saling menemukan orang yang tepat.
Itu mengapa tidak semua orang akan cocok dengan pasangan orang lain meskipun kelihatan pasangan itu terbaik dari segala sisi.
"Bahagianya yah kalau punya suami kayak dia. Setianya juara. "
"Enak yah punya istri kayak dia. Jago masak dan pintar jagain anak-anak."
Alih-alih ingin memilikinya padahal belum tentu ketika bersama pasangan itu akan membuat hidupnya jauh lebih baik.
Cukup cari satu orang yang tepat untuk hadir dalam hidupmu. Orang baik belum tentu orang yang tepat. Namun orang tepat sudah tentu orang baik.
Kabar baiknya, orang-orang tepat itu hanya bisa dijangkau melalui sinyal dari langit. Kamu bisa mencarinya di sepertiga malam saat hampir semua penduduk bumi terlelap.
.
Saat perasaanmu tiba-tiba saja berpaling, saat langkahmu mendadak terhenti, saat yang kau inginkan tetiba berubah haluan maka mungkin saja orang yang sedang kau tujuh itu bukanlah orang tepat. Hanya baik.
.
Sebab saat kamu telah bertemu dengan orang yang tepat. Meski dia sangatlah asing di matamu. Meski jarak antara dirimu dan dia begitu lebar. Meski kau merasa mustahil itu akan terjadi. Titah dari langit akan memudahkan segalanya. Sehingga kau akan merasa takjub bagaimana Sang pemilik langit mengatur pertemuanmu.
.
Semangat berdoa, semangat mencari. Karena katanya hanya orang-orang yang mencarilah yang akan menemukan. Semoga segera dipertemukan dengan orang yang tepat.
21 notes · View notes
dianesstari · 9 months
Text
Kita tak pernah kalah, tapi menang dengan cara berbeda.
Nggak apa-apa, malam ini lagi-lagi ditutup dengan beberapa potong pencapaian yang belum semuanya terpenuhi.
Toh masih ada hari esok tempat dimana kita bisa leluasa memahat kembali puing-puing semangat yang sempat tercecer diantara tumpukan ketidakberdayaan dengan usaha yang dua kali lipat jauh lebih tangguh dari sebelumnya.
Asal tak menyerah, juga tak sampai kehilangan arah, apalagi putus asa. Sebab hidup ini dipergilirkan. Kadang melambung ke atas dan lebih seringnya terjerembab kedalam jurang paling bawah.
Saat hidup sedang ada di atas. Jangan sampai tak punya waktu menegok ke bawah. Bersyukur atas apa yang telah dilampaui. Bahwa sebagian besar yang membentuk kemenangan justru dari kejatuhan bahwa kita pernah ada di titik terendah dalam hidup. Lalu hal itu yang menggerakkan hingga kita sampai disini.
Begitu pun ketika berada di bawah. Rasa tak berdaya membuat kita mencari pertolongan. Bahwa ternyata kita memang tak bisa berbuat apa-apa tanpa-Nya.
Di keadaan hidup manapun. Entah di atas maupun di bawah. Tetap kuatkan hati dengan bergantung pada tali yang Maha Kuat. Sebab amunisi terbesar dalam hidup bukan ada pada kekuatan dan kehebatan diri sendiri. Akan tetapi rasa berserah dalam penyerahan seutuhnya kepada Sang Pemilik semesta.
Toh sejatinya. Kita tak pernah kalah. Kecuali kita kalah dengan pikiran kita sendiri. Sebab kemenangan tak diukur dari seberapa banyak pencapaian. Kemenangan ada pada tiap proses yang disyukuri. Kemenangan ada pada tiap kesabaran yang di lalui.
Tak harus dengan tropi, piagam, hadiah, atau apapun penghargaan yang diterima. Namun sesuatu yang jauh lebih berharga dari itu semua, hikmah yang terserak dibalik setiap perjalanan kita bertumbuh.
Kita tak pernah kalah, namun menang dengan cara yang berbeda. Ya! Kita semua adalah pemenang. Selamat merayakan akhir perjuangan. Semoga selalu ada hikmah yang membuat kita belajar dari perjalanan ini. Tetap semangat yah!
#30DJ
#30DJ6
#30DJ6RepostDay22C3
#mesTIGAspol
6 notes · View notes
dianesstari · 9 months
Text
Hidayah begitu mahal harganya. Tak bisa ditebus dengan harta ataupun tahta. Juga tak serta merta mengalir dalam darah yang sama. Sebab hidayah semata-mata hanya berada dalam kuasaNya.
.
Hidayah itu buah dari kelembutan hati. Hadiah bagi tiap jiwa yang mau bergegas menyambut seruanNya.
.
Hidayah itu kemauan. Kemauan Allah dan kemauan hambah. Allah selalu memberikan jalan namun hambahlah yang kadang enggan melaluinya.
.
"Jangan berkilah dengan mengatakan hidayah tak pernah menyapaku. "
Atau
"Sekarang saya sedang menunggu hidayah."
.
Sebab yang namanya hidayah itu diperjuangkan. Sungguh iya di jemput dan tidak di tunggu!
.
Untukmu yang telah menetap. Tetaplah istiqomah menjaganya hingga nanti. Meski dunia tak henti-hentinya melalaikanmu.
.
.
.
.
.
🌱Catatan pengingat jiwa
.
📝Yoursisterfillah
.
@dianesstari
.
#selflove
#selfreminder
#pengingatdiri
#dianesstariquotes
#islamicquotes
Tumblr media
4 notes · View notes
dianesstari · 10 months
Text
Surat untuk ibu
Ingin kutanya kepada semua ibu yang ada di dunia?
Seperti apa kira-kira pendapatmu?
Sekiranya seorang anak gadismu menginginkan sebuah kebaikan menetap pada dirinya dan juga orang-orang disekitarnya termasuk kamu sendiri sebagai ibunya. 
Gadismu itu perlahan memperbaiki inci demi inci dirinya. Mengubah penampilannya dengan balutan busana syar’i yang tertutup.
Dimana jiwanya kembali lebih dekat pada Tuhannya
Dimana ia justru menemukan hatinya yang baru, suci, bening, tenang lagi damai.
Dimana ia akhirnya merasakan indahnya sebuah kebebasan yang sesungguhnya.
Terjaga dari rasa malu.
Terlepas dari kungkungan liar mata para lelaki.
Dia berjuang menjalankan aturan-aturan Sang-Pencipta. Namun mengapa sebagai ibu kamu malah menuduhnya sebagai bentuk kejahatan paling akbar di bumi ini. Membuat jatuh harga dirimu. Hanya karena sebuah nama baik keluarga.
Gertakan, bahkan kecaman tak segan lagi engkau pekikan di balik telinganya. Kamu mulai membatasi jarak dengannya layaknya sebuah virus yang mematikan.
Pelukanmu telah berubah kaku lalu beku. Entah mengapa dinding-dinding hatimu begitu dingin tak sehangat yang dulu.
Kamu mulai acuhkan dia, bahkan tak lagi menganggapnya sebagai seorang anak yang lahir dari perutmu sendiri, yang tiap tetes asimu telah menjadi daging dalam tubuhnya, yang darahmu terikat dalam darahnya. 
Kata durhaka sudah menjadi bualan sehari-harimu.
Apakah dia yang kamu sebut anak durjana?
Apakah dia yang kamu sebut pembangkang?
Dimana rasa belas kasih sayangmu padanya?
Dimana rasa ibamu terhadapnya?
Tak tersisakah barang setetes saja nurani untuknya?
Nyatanya kasih sayangmu telah menguap dan lenyap oleh luapan nafsu amarahmu yang agung itu.
Wahai kamu yang mengaku sebagai seorang ibu!
Tidakkah kamu pahami dan mengerti jika kasihnya tak terbendung langit tak terbebang lautan. Meski kau tetap ingin meruntuhkan lalu mengoyaknya satu demi satu.
Tidakkah kamu sadar betapa besar cintanya anakmu ini. 
Lisannya selalu basah untuk memanjatkan doa di setiap sudut-sudut panjangnya.
Hatinya kian gelisah apakah keadaanmu akan baik-baik saja.
Matanya tak pernah buta memandangmu juga raganya tak pernah alpa menyegerakan kebaikan-kebaikan untuk dunia dan matimu.
Tidakkah engkau mengerti?
Apa yang sedang dia ikhtiarkan justru adalah jalan menuju kebahagianmu.
Apa yang dia semogakan tidak lain untuk menabungkan pahala pada sisa-sisa umurmu di dunia.
Wahai ibundaku,
Pandanglah wajah anak pendosamu ini.
Buka mata dan hatimu untuk memaafkan dan menerimanya dengan utuh.
Sebab boleh jadi anakmu ingin sekali berlari menujumu, mendekapmu, mencium keningmu lalu berkata, 
“Sungguh kulakukan semua ini untuk menghadiakanmu surga wahai ibundaku.”
4 notes · View notes
dianesstari · 10 months
Text
Rasanya Punya Anak Tiga
Dahulu sebelum menikah tidak pernah membayangkan akan memiliki anak tiga di usia pernikahan yang baru memasuki lima tahun.
Anak pertamaku waktu itu belum genap setahun tetapi sudah mempunyai adik di perut. Rasanya menceburkan diri ke dalam kelas akselerasi. Dua tahun berikutnya mendapat adik lagi. Serasa bumi berputar layaknya lari sprint tiap hari.
Zamannya masih anak gadis suka jagain anak punya saudara bahkan sampai anak tetangga suka dibawa-bawa pulang ke rumah. Lalu membatin sendiri,
"Enak kali yah kalau punya anak banyak."
Sekarang dikasih anak tiga bukannya enggak enak hanya saja pengasuhan anak sendiri menjadi lebih menantang. Kehidupan nyata dan praktik di lapangan jauh lebih menguji nyali kesabaran.
Sekarang apa-apa di rumah serba sat-set, sat-set. Masak nasi sambil menyusui sambil menulis pula. Lagi goreng ikan, sembari menyuapi anak, sembari mengayun si bayi sembari mengambil jemuran. Kalau lagi kalap tetiba lupa bisa-bisa nasi atau ikannya gosong.
Sekali waktu lagi mandi. Belum lima menit pintu sudah di gedor-gedor karena anak menangis mencari ibunya. Bonus kalau mandi bisa keramasan dan luluran ditengah gempuran anak-anak.
Sekali saja terlambat bangun, sudah sebentar lagi runyam tak karuan urusan rumah. Karena terlambat bangun berarti akan terlambat beres rumah, terlambat masak. Jadinya nggak kelar-kelar urusan karena pas anak-anak bangun pekerjaan rumah masih ada yang berantakan.
Tapi lain soal, kalau ibunya cepat bangun, urusan dapur dan rumah beres sebelum anak-anak bangun. Ruang jiwa ibunya lebih plong untuk fokus mengisi tangki cinta anak dengan sepenuhnya hadir menemani anak-anak. Emosi pun menjadi lebih stabil menghadapi anak-anak yang emosinya masih labil.
Pernah juga sementara makan tiba-tiba anak sudah eek di celana, mana tanggung pula makannya, anak satunya lagi menangis minta segera dibuatkan susu sementara suami kebetulan tidak ada di rumah. Lengkap sudah ujiannya.
Risiko tidak punya asisten rumah tangga. Tetapi alhamdulillah diberikan suami yang peka dan selalu sigap siaga. Itu mengapa momen pulangnya suami ke rumah selalu menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu. Sebab hanya bersama dia ibu tiga anak ini melepas penat barang sebentar dari anak-anak.
Suami yang selalu menjadi support system terbaikku di setiap keadaan. Papa panutan buat anak-anak. Kalau lagi kerempongan di rumah tak perlu menunggunya peka duluan.
Sebagian urusan rumah beliau yang membantu menyelesaikan. Tau-tau cucian sudah dijemur tanpa harus pakai kode-kodean apalagi sandi morse. Kalau istrinya lagi lelah seharian di rumah selalu punya ide lucu bikin guyonan apa gitu supaya muka kusutku kembali ceria.
Selama anak ada tiga juga merasa kok kayak dunia lebih cepat berputar dari sebelumnya. Bangun di subuh hari, beresin anak-anak dan rumah, tau-tau sudah masuk duhur. Siang boboin anak satu-satu, tiba-tiba sudah magrib saja. Sampai tengah malam dibangunin anak minta garuk, minta susu, eh tau-tau sudah mau subuh lagi.
Meski terkadang ada drama namun itu hanya sebagai bumbu penyedap untuk menambah nikmatnya saat-saat membersamai anak-anak.
Meski lelah dan tak mudah, menjadi ibu anak tiga adalah sesuatu yang sampai kapanpun akan terus aku syukuri.
4 notes · View notes
dianesstari · 10 months
Text
#cerpen
Aku tidak menyangka hari-hari terberat dalam hidupku ternyata mampu juga aku lampaui. Bahkan saat ini aku justru menikmati semua momen menakjubkan itu. Seperti ada kucuran semangat yang membanjiri setiap ruas hatiku yang nyaris mati rasa.
Hari ini semua yang tampak dulu begitu menyeramkan hingga membuatku muak memandangi dunia faktanya tak ada apa-apanya saat mulai kuhadapi. Ketakutan, ketidakpercayaan, bayang-bayang kegagalan juga kejatuhan akhirnya satu per satu menjelma keyakinan yang utuh. Keraguanku berangsur luruh. Kucoba langkah pertamaku lalu ia pun berubah menjadi candu.
Keputusan-keputusan yang dulu kuanggap keliru buktinya tak sepenuhnya salah bahkan justru membawaku pada sebuah titik kepasrahan paling tinggi. Bahwa semua terjadi karena semesta ingin aku belajar menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.
Kupikir upayaku berdamai untuk memaafkan orang-orang yang pernah menyakitiku hanya akan dan pasti berujung sia-sia. Sebab mereka tak pernah mau membuka hatinya untuk menerimaku. Padahal memaafkan sepaket dengan rasa tenang. Ketenangan dalam jiwa meskipun maaf tak berbalas sama sekali.
Perjalanan kisahku boleh saja tak lengkap. Tapi aku selalu punya nafas yang akan terus kusyukuri. Sesuatu yang sampai kapanpun akan memanggilku kembali saat aku mulai bingung akan menuju kemana dan kehilangan arah. Ini aku dalam bait paragraf yang tak pernah utuh.
7 notes · View notes
dianesstari · 10 months
Text
Surga sebelum Surga.
Sepenggal kata ini menggambarkan bagaimana perasaan juga perjuangan seorang perempuan mengantar sang buah hatinya ke dunia.
01/
Tentang kepayahan demi kepayahan yang dialami selama masa mengandung sembilan bulan. Saat janin masih berada di dalam perut seorang ibu.
Ketika memasuki trimester awal kehamilan sebagian ibu merasa kehilangan selera makan. Tak mengenal waktu pagi ataupun siang dan malam, selalu saja mengalami morning sickness.
Mual, muntah, pusing sudah seperti obat yang diminum tiga kali sehari. Tak bisa mencium bau-bauan yang menyengat. Entah itu hanya bau deodoran, odol, sabun, parfum jenis tertentu. Sehingga saat mau masuk WC aroma itu makin menambah intensitas mual dan muntah yang makin tak karuan. Juga bau masakan dari bumbu perbawangan. Ada pula yang tak bisa sama sekali mencium bau durian.
Belum lagi dorongan ngidam yang hanya ingin memakan jenis makanan tertentu. Parahnya, ada ibu hamil yang mengalami muntah darah hingga harus bedrest total di rumah.
Ada ibu yang baru bisa makan saat sudah diberi obat pereda mual. Ada ibu yang tidak bisa melihat cahaya matahari selama masa awal mengandungnya sehingga harus sepenuhnya mengurung diri di kamar.
Ada juga yang harus rela janinnya keguguran karena terlalu banyak gerak, kehamilan diluar rahim dan berbagai perjuangan ibu lainnya yang heroik.
02/
Lelah itu malah bertambah saat usia kandungan semakin menua, menjelang trimester ketiga. Ketika ukuran janin semakin besar, perut membuncit seperti membawa bola yang beratnya hampir sepadan dengan tabung gas elpiji.
Saat pagi maunya rebahan. Walaupun sudah bisa makan banyak tapi ketemu sembelit. Bicara saja, nafasnya sudah ngos-ngosan. Bahkan langganan setiap beberapa menit ke toilet untuk buang air kecil.
Malamnya, tidur makin tak nyenyak. Gaya apapun entah miring kanan ataupun ke kiri sudah tak nyaman lagi. Belum lagi beban pikiran mengahadapi persalinan yang dibayang-bayangi kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan yang berlebihan. Apalagi jika itu adalah persalinan pertama.
03/
Tentang keletihan yang makin menjadi-jadi saat menjelang persalinan. Tentang rasa nikmatnya menahan gelombang cinta kontraksi dari pembukaan satu menuju ke sepuluh.
Ada yang menjalaninya hanya dalam hitungan jam, adapula yang berhari-hari bahkan ada yang sampai berpekan-pekan lamanya.
Dimana semua cairan berbaur menjadi satu dalam tubuh ringkih nan rapuh sang ibu. Tangisan air mata haru dan bahagia yang menetes tak terbendung mengalahi rasa sakit.
Keringat yang meluncur satu persatu membanjiri setiap lekuk tubuh. Air ketuban dengan aromanya yang khas meledak seperti balon udara dalam rahim, keluar membasahi seisi ranjang persalinan. Ada pula yang ketubannya pecah dini sehingga mau tak mau harus segera di induksi.
Berkantung-kantung darah merah segar yang mengalir bagai air bah dari kedua tungkai sang ibu tak mampu lagi dilukiskan rasanya seperti apa. Mungkin seperti retaknya beberapa tulang dalam satu hentakan.
Ada yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi yang mengharuskannya dioperasi caesar secepatnya. Ada yang operasinya berhasil namun ada pula yang mengalami trauma yang hebat.
Ada yang berteriak meraung-raung karena sakitnya memang tak lagi tertahankan. Ada yang antara setengah sadar mengeja lirih doa-doa dalam pengharapan kepada Tuhannya karena tak sanggup lagi menahan derita yang begitu memilukan.
Namun ada pula yang tetap tenang, menaklukan semua rasa yang mengoyakkan seisi badannya. Merayu jiwa dan raganya agar tetap tenang dan tak begitu saja menyerah. Fokus mengatur ritme nafas sebaik-baiknya, meski perih dan pedihnya tak seketika berangsur lenyap.
Hanya bisa dilalui dengan keyakinan bahwa Tuhan maha Melihat segala perjuangan dan pengorbanan semasa melahirkan. Membujuk Tuhan agar mau menggantinya dengan senyum tawa kebahagiaan hadirnya seorang anak sebagai pelipur laranya selama ini.
04/
Tentang perjuangan di atas perjuangan sesaat setelah melahirkan. Tiga puluh menit pertama setelah persalinan adalah waktu yang sangat menentukan untuk keselamatan dan kehidupan sang ibu.
Karena bagi sebagian ibu yang melahirkan di saat itu, sangat rentan akan komplikasi dan berbagai penyulit persalinan. Bahkan ada yang sampai berujung pada kematian jika tidak ditangani sesigap dan secepat mungkin.
Plasenta yang harus segera menyusul saat bayinya lahir. Ada ibu yang mengalami pendarahan hebat karena sisa plasenta masih tertinggal dan berujung di korek. Ada pula yang harus di vakum. Semuanya memiliki resiko yang berat.
Seorang ibu mesti bersiap menyambut bayinya yang baru lahir. Memasuki babak baru kehidupan mengASIhi. Dimana perhatian utuh, pelukan hangat begitu dibutuhkan sang bayi saat sang ibu sendiri belumlah sepenuhnya pulih.
Ada ibu yang sudah lemah tubuhnya lagi payah jiwanya terpaksa merawat bayinya dengan sisa-sisa kekuatannya yang perlahan habis.
Ada yang sampai mengalami depresi hingga baby blues paska lahir karena belum menyesuaikan diri menerima status baru dari seorang istri menjadi ibu sepaket dengan segala tanggung jawabnya.
Bukan hanya soal menghadapi kehamilan dan persalinan saja, bertambah lemah ini juga meliputi kondisi saat menyapih dan mendidik anak yang sungguh luar biasa perjuangannya.
05/
Dari segala kesusahan, keletihan, kelelahan yang dialami seorang ibu justru menunjukkan bahwa seorang wanita bukanlah mahkluk yang lemah. Justru merekalah manusia-manusia kuat yang merasakan kepayahan demi kepayahan namun juga mampu menghalau semua rasa sakitnya bersamaan.
Lalu apakah seorang ibu marah dan putus asa dengan segala keletihannya melalui semua proses campur aduk dari mengandung, melahirkan dan membesarkan anak-anaknya? Jawabannya, tidak. Sebab semuanya dilalui karena luasnya cinta ibu pada sang anak.
Maka benarlah sabda Nabi kita Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ketika ditanya oleh para sahabat tentang siapa yang harus pertama kali dihormati dalam kehidupan ini. Jawaban beliau; Ummuka, Ummuka, Ummuka, tsumma Abuuka. (ibumu, ibumu, ibumu, kemudian ayahmu).
Semoga kita mampu mengambil hikmah yang terserak dibalik setiap perjalanan seorang ibu. Bahwa padanya diletakkan kemuliaan juga kehormatan yang agung. Jagalah baik-baik setiap perempuan sebab mereka yang akan menjadi ibu bagi anak-anak kelak.
Di dunia ini ternyata ada surga yang bisa kita upayakan. Surga sebelum surga yang diletakkan pada bakti seorang anak pada ibunya.
Selamat memberikan pelukan dan ciuman hangat pada ibunda tercinta. Kalaupun tak bisa lagi semoga rasa itu diterbangkan dalam khusyuknya doa-doa.
#parenting#keluarga#ibu#lahiran#hamil#persalinan#bakti#melahirkan#mengandung#perjuanganibu#
937
12 notes · View notes
dianesstari · 11 months
Text
Sebab mencintai takdir adalah bagian dari upayaku mencintai-Mu.
Ketetapanmu boleh jadi membuatku patah tapi aku selalu yakin jika itu datangnya dari-Mu maka akan sembuh dengan cara yang menakjubkan. Bahkan aku percaya jika yang patah akan tumbuh dengan kuasa-Mu.
Lagi-lagi aku tak pernah kecewa dalam mencintai takdir-mu. Bagaimana mungkin aku kecewa jika segala yang telah Engkau tetapkan adalah sebuah kebaikan yang besar untuk hidupku?
Syukran Ya Rabb, aku makin jatuh cinta kepada-Mu lewat takdir-takdirmu yang begitu indah...
@dianesstari
(Belajar) Mencintai Takdir
Ternyata mencintai memang bukan perkara kecil. Perlu hati selapang-lapangnya, perlu kesabaran yang tak terkira, perlu keikhlasan setulus-tulusnya. Dan perihal belajar mencintai segala takdir dalam hidup seringkali perlu upaya yang lebih besar dari biasanya.
Ada yang bilang "mencintai sekadarnya saja", tapi untuk satu hal ini mungkin tidak bisa jika sekadarnya. Mencintai takdir perlu sedalam-dalamnya. Mencintai dengan keyakinan bahwa segala takdir adalah yang terbaik, pun pada takdir yang dianggap buruk.
Belajar mencintai takdir, apapun bentuk hadirnya. Belajar mencintai takdir, bagaimanapun wujud ceritanya.
Boleh jadi, dengan mencintai takdir, akan hadir rasa cukup tanpa henti, akan senantiasa mengalir rasa syukur dalam hati.
Dan mencintai takdir bukan berarti hanya berdiam diri maupun berpangku tangan tanpa berusaha. Mencintai takdir artinya meletakkan pondasi kuat dalam diri, bahwa ujung kisah dari segala upaya dan doa yang telah dilakukan merupakan sepenuhnya milik Yang Maha Kuasa.
343 notes · View notes
dianesstari · 11 months
Text
Sebab bersama-Mu semua ujian terasa mudah untuk kutempuh.
Sebab bersama-Mu segala rasa menjadi lapang untuk kuterima.
Aku tak peduli akan kehilangan segalanya. Asal tidak kehilangan-Mu. Apalah arti memiliki segalanya tanpa memiliki-Mu?
Perjalanan ini memang sangat melelahkan tapi aku selalu yakin untuk terus melangkah sebab aku percaya diujung sana aku akan bertemu dengan-Mu.
@dianesstari
Ya Allah, aku baik-baik saja menjalani ini semua. Aku baik-baik saja menerima segala ketetapan. Aku baik-baik saja menghadapi setiap lika liku kehidupan. Pahit. Asam. Manis. Aku menerimanya dengan tabah.
Meskipun sesak melanda, meskipun berat terasa, meskipun sesekali berderai air mata, aku percaya atas hadiah terindah yang Engkau janjikan bagi orang-orang yang bersabar.
Satu pintaku ya Rabb. Tolong kuatkan kaki ini untuk tetap melangkah. Tolong mampukan diri ini untuk mengemban setiap amanah dalam kehidupan. Tolong temani aku selalu dalam segala keadaan.
Aku yakin bersamaMu; hidupku akan baik-baik saja.
245 notes · View notes
dianesstari · 11 months
Text
Orang-orang baik itu banyak. Tapi yakinlah orang baik saja belum cukup. Sebab yang terbaik dalam pandanganmu nanti adalah orang yang tak hanya baik tapi dia yang paling tepat.
Nanti...
Setelah kamu menikah dan membangun rumah tanggamu, baru kamu akan menyadari seberapa penting ternyata orang yang tepat itu buatmu.
Cukup cari satu orang yang tepat untuk hadir dalam hidupmu. Itu sudah cukup untuk dunia dan akhiratmu.
Semangat berdoa, semangat mencari. Karena katanya hanya orang-orang yang mencarilah yang akan menemukan.
@dianesstari
Ketika kamu berdoa agar dipertemukan dengan yang terbaik untuk dunia dan akhiratmu, bersiaplah kehilangan orang yang menurutmu baik. - anonim
Karna pada akhirnya, kita tau bahwa Allah maha mengetahui. Bahwa yang menurut kita baik belum tentu baik untuk kita dan menurut Allah.
247 notes · View notes
dianesstari · 11 months
Text
Sebab menikah juga tentang belajar.
Belajar untuk menerima segala yang ada pada pasangan, lebih dan kurangnya. Menerima utuh dirinya. Namun tetap saling memberikan ruang untuk terus bertumbuh bersama.
Sebab menikah bukan hanya tentang bagaimana menerima tapi lebih banyak tentang memberi. Bukan lagi tentang seberapa banyak yang sudah aku terima. Tapi seberapa banyak yang sudah aku berikan. Lalu memandangnya dalam bidikan kompas pahala untuk sasaran akhirat.
Belajar untuk menurunkan ego dan ekspektasi dalam berumah tangga.
Bahwa sebelum menikah kita harus sudah benar-benar telah selesai dengan diri sendiri. Tentang apa yang dulu diri ini ingin raih tapi belum terwujud. Ingin ketempat mana dan mau melakukan apa-apa sendiri. Sebab setelah menikah sesuatu yang dulunya serba keinginan diri sendiri harus berubah menjadi kemauan bersama.
Bahwa dalam pernikahan terkadang ada pencapaian yang harus direm. Bukan berarti tidak ada kesempatan lagi untuk bisa mendapatkannya. Namun semua punya waktu yang tepat untuk bersinar.
Belajar untuk saling memahami dan menghargai perasaan satu sama lain.
Sebab menikah pada akhirnya adalah tentang menyatukan dua kepala di dalam satu atap rumah. Dua kepala yang masing-masing punya mimpi dan ambisi yang berbeda. Untuk menjalaninya memang butuh waktu dan proses yang tak selalu mudah.
Semangat untuk terus belajar memperbaiki diri dan keluarga,
Selamat berjuang meramu rumah tangga syurganya di dunia.
Makassar | 23 Juni 2023
Karena menikah adalah tentang mengubah kebiasaan.
Menikah bukan hanya menyoal menyatukan persepsi. Atau membangun komunikasi.
Bukan pula menyoal maklum-memaklumi. Atau menerima segalanya dengan besar hati.
Menikah adalah perihal nafkah lahir dan batin yang diberikan oleh suami kepada istri. Juga perihal pengabdian dan ketaatan dari istri untuk suami.
Menikah adalah tentang mengubah kebiasaan, mengatur waktu, merencanakan masa depan, mengolah finansial, pun mengambil peran dalam pengasuhan.
Jika segala urusan rumah diberikan sepenuhnya kepada istri, maka bukan penampakan baru lagi. Jika di kemudian hari kita mendapatkan para istri yang hidupnya penuh dengan tekanan, penuh dengan derai air mata, penuh pembangkangan dan penolakan.
Sebab mentalnya rusak, fisiknya lemah akibat dari pekerjaan rumah yang dianggap - oleh hampir keseluruhan manusia - adalah tanggung jawabnya.
Padahal rumah adalah tentang bersama. Pekerjaan yang melingkupi di dalamnya adalah tanggung jawab anggota keluarga.
Pun sama ketika seorang suami hanya memposisikan diri sebagai tulang punggung keluarga, sebagai sumber dana, sebagai pencari nafkah. Sehingga mindset yang tertata hanyalah menyoal uang. Untuk kemudian lahirlah sifat dan sikap yang menggurat luka di dalam diri sang istri.
Tidak ingin berperan dalam urusan rumah dan mendidik anak. Tidak ingin meringankan beban istri, tidak ingin berusaha lebih untuk menyenangkan hati istri.
Karena tidak selalu perihal uang yang membuat seorang istri bahagia.
Adakalanya pelukan hangat, bantuan mengurus rumah dan menjaga anak, waktu-waktu yang dihabiskan berdua, janji-janji yang ditunaikan, perasaan-perasaan yang dihargai; adalah bentuk bahagia yang lain.
Karena menikah adalah upaya mengubah kebiasaan. Mengubah semua hal-hal yang pernah dilakukan seorang diri, menjadi kebiasaan yang harus dilakukan berdua bersama pasangan.
Karena menikah adalah upaya memberikan lebih banyak waktu kepada keluarga. Menomorsatukan mereka, menjadi peka terhadap perasaannya.
Karena menikah adalah perihal saling; saling meringankan beban pekerjaan rumah; saling menghargai dalam setiap keputusan; saling menghormati dalam berbagai keadaan.
Karena menikah adalah tentang mengubah kebiasaan. Menjadi tahu dan paham bahwa begitu banyak kebiasaan yang mesti diubah jika telah hidup berkeluarga.
Bukan malah berlaku seenaknya hanya karena dia adalah kepala rumah tangga. Dan bukan pula bertingkah semaunya hanya karena dia adalah seorang wanita yang mesti dimuliakan oleh suaminya.
Karena sungguh, menikah adalan tentang kesadaran untuk mengubah kebiasaan.
Kesadaran untuk mau memahami bahwa sebaik-baik waktu yang dihabiskan seorang laki-laki adalah bersama keluarga dan istri.
Kesadaran untuk mau mengerti bahwa sebaik-baik ketaatan yang mesti dilakukan oleh seorang perempuan adalah ketaatan kepada suami.
06.13 a.m || 13 Juni 2023
929 notes · View notes
dianesstari · 11 months
Text
Terima kasih untuk Hari ini.
Untuk papa yang sudah ngantar-jemput kami berempat ke perpus ibu dan anak hari ini yang jarak dari rumah jauuuuh banget.
Rela bantuin siapin 3 krucils dari ba'da subuh sampai jadi yang paling cepat datang ngalahin ibu-ibu pustakawannya.
Abis dari ngantar harus ke ujung Gowa nyelesain pekerjaannya abis itu balik lagi keperpus sebelum Dhuhur buat mastiin daku tetap Ok ngehandle nak-anak. Bantu jagain si tiga krucils biar akunya juga bisa makan siang dan sholat dhuhur.
Yang dari pagi tadi menunya Ayam Crispy sampai siang terus lanjut sore-malam makan bakso, semuanya beliau beli di luar supaya ku tak repot masak hari ini.
Syukran Jazakallah Abati, sehat-sehat terus yah.
0.23
20 June 2023
Terkantuk
5 notes · View notes
dianesstari · 11 months
Text
It's a right time for me to say "AHA moments". Thanks for writing this.
Let's break the rule of many things. Just three for a while. Three for make something near to be real.
Terlalu Banyak Keinginan, Ujungnya Nggak Mulai-mulai?
Mau sampai kapan?
...
Kalau mau berubah, yuk kenalan sama Prinsip Rule of Three
Tumblr media
Pernah dengar istilah 3 musketeer?
Kalau di bangjo, kenapa hanya ada 3 warna, yaitu merah, kuning, ijo?
Saat menulis, idealnya kenapa harus terdapat 3 aspek, yakni pendahuluan, isi dan penutup?
Dalam dunia design atau visual, 3 warna RGB (Red Green Blue) menjadi sumber dari berbagai warna.
Dan masih banyak lagi, dari kalo mau nikah harus mempertimbangkan 3 hal (bibit, bebet, bobot) sampai urusan lingkungan dengan istilah 3R nya (reduce, reuse, recyle). Menarik ya, ada apa dengan angka 3?
Apakah ini kebetulan, atau sebuah mantra?
Mari kita ke masa lalu..
Pada 1956, seorang profesor dari Harvard bernama George Miller, menemukan bahwa manusia memiliki kesulitan mengingat lebih dari tujuh sampai sembilan angka dalam ingatan jangka pendek.
Riset lebih lanjut menemukan bahwa ternyata jumlah informasi yang dapat kita ingat dalam memori jangka pendek lebih sedikit, maksimal tiga sampai empat potongan informasi.
Inilah yang mendasari adanya istilah Rule of Three.
Kekuatan Rule of Three adalah FOKUS dan KONSENTRASI
Kekuatan Rule of Three inilah yang diyakini dan dipraktikkan di Angkatan Laut Amerika. Dalam struktur organisasi, setiap sersan mempunyai 3 anggota, setiap letnan mempunyai 3 pleton, begitu seterusnya sampai ke jenderal.
Pengaplikasian Rule of Three dalam Mimpi, Target dan Impian Kita
Yuk kita mulai dari contoh resolusi tahunan kita. Dari daftar resolusi yang kita susun menggebu-gebu di awal tahun, sekarang sudah berapa list yang berjalan lancar? Atau jangan-jangan belum ada yang mulai?
Kalau terlalu banyak target resolusi dalam list kita, coba renungi lagi, tentukan dan rampingkan! Make it Worth it..
Apa 3 target besar yang ingin kamu capai tahun ini? Pastikan target yang benar-benar berpengaruh dan berdampak bagi diri kita kedepannya, baik jangka pendek (bulanan) sampai jangka panjang (bertahun-tahun).
Lalu untuk mencapai itu, tentukan 3 hal setiap harinya yang membantu mencapai ke target itu.
Kalau Dilihat..
Tiga hal memang terlihat sedikit. Tapi kalau bisa kerjakan dengan konsisten, dalam setahun, mungkin ratusan hingga ribuan hal bakal banyak yang bisa kita selesaikan.
Dalam praktiknya, boleh saja menambahkan atau mengurangi rule of three ini. Kamu yang lebih mengetahui dirimu sendiri.
Jika boleh memvisualisasikan, bisa jadi begini..
Misal, salah satu dari tiga resolusi kita katakanlah menulis 100 artikel dalam 1 tahun.
Terus Breakdown dengan Rule of Three:
-> Keseharian: Menulis min. 1 jam
-> Mingguan: Done 2-3 Artikel
-> Bulanan: Done 8-10 Artikel
Lalu terapkan juga di dua resolusi lainnya.
Cukup tiga aja, lebih terlihat simple bukan?
Kalau bisa menyelesaikan hal-hal tersebut secara konsisten dan tercapai, maka sudah cukup bagi kita untuk bersyukur dan bilang "i had a great year".
Sudah paham bukan? Kalau ingin kembangkan lebih lanjut, bisa jadi:
Three wins for the day
Three wins for the week
Three wins for the month
Three wins for the year
------------
"Inti dari Rule of Three ini adalah agar kita terbiasa fokus ke hal-hal yang berkontribusi terbesar untuk tujuan kita."
------------
Semangat dan selamat mencoba 😁
49 notes · View notes
dianesstari · 11 months
Text
Karir Akhirat
Kelak kau akan tahu,
Bahwa menjadi seorang ibu adalah pekerjaan yang setiap detiknya mengalirkan pahala. Setiap lelahnya akan diganjarkan surga. Hingga pekerjaan ini begitu dibanggakan dihadapan para penduduk langit.
Kelak kau akan paham,
Tiap tetes peluh keringat yang luruh dalam ragamu karena seharian menemani anak-anak adalah tabungan kebaikan demi kebaikan yang akan terus bertambah bahkan hingga kau tak lagi menjejaki dunia ini.
Kelak kau akan mengerti,
Kesabaranmu dalam berbakti pada seorang lelaki, menerima kekurangannya, menghargai setiap pemberiannya, melayani dan selalu ada mendampinginya dikala senang maupun susah adalah sebuah bentuk pengorbanan yang akan melahirkan keberkahan.
Hingga kau akhirnya menyadari,
Jika pekerjaan menjadi seorang ibu sungguh mulia. Hingga tak ada alasan lagi merasa rendah dan tak berharga hanya karena di dunia tak mendapat sorot tepuk tangan.
Bersabarlah...
Pada hati yang nyaris hancur karena apapun yang dilakukan tak ada ruang untuk dihargai,
Pada raga yang hampir patah karena kepayahan demi kepayahan seperti tak ada ujungnya,
Pada kata yang hampir membakar isi kepala karena umpatan yang tak berdalil,
Bersabarlah...
Dari mimpi-mimpi yang seolah hilang satu per satu,
Dari keinginan yang tak menemui tangga pencapaian,
Dari perhatian dan penghargaan yang tak bersambut,
Justru berbahagialah...
Sebab di akhirat sana, sebuah tempat yang begitu indah siap menyambutmu.
Makassar | 6 Juni 2023
Source: @dianesstari
170 notes · View notes