Tumgik
#kata sederhana
ansopiy · 6 months
Text
Tidak perlu gembar-gembor ketika ada yang berubah dari kamu. Tumbuh saja seperti pepohonan, mekar seperti bunga: tidak perlu berisik!
189 notes · View notes
sederhanasaja · 1 month
Text
tuliskan saja, apapun..
tentang rasa, cerita, cinta, bahkan luka..
sesakit apapun, luka adalah bagian dari kehidupan
tidak ada cerita yang selalu indah alurnya
yang ada hanya cerita yang diperankan baik oleh tokohnya, sekalipun pada episode yang tidak menyenangkan..
28 notes · View notes
esbatubulet · 8 days
Text
Aku masih, dan akan selalu, menitipkanmu dalam doa sederhana. Sebentar memang, tapi tulus..
55 notes · View notes
Text
Tumblr media
115 notes · View notes
rainydreamsublime · 10 months
Text
Salah satu cara mengingatkan diri untuk kembali berjuang adalah melihat video atau konten dari para motivator atau ilmuwan dunia. dengan kita menonton video mereka tentang proses perjuangan mereka, lika-liku perjalanan hidup yang harus dilalui dan seperti apa mereka dulu sebelum akhirnya sekarang menjadi publik figur yang telah menginspirasi banyak orang. kita akan sadar bahwa usaha kita masih sangat kurang.
Dan.. jika dibandingkan dengan realita kita saat ini, pasti kita akan sangat tertampar. karena bagaimana kita ingin sukses dan bisa menjadi seperti mereka yang bisa bangkit dari keterpurukan, jika kita saja usahanya hanya sekedarnya.
mari bersama-sama kita bangkit dari kenyamanan yang setia menemani dari kecil. zona nyaman sulit membuatmu bertumbuh tetapi zona yang sebelumnya belum kau rasakan itulah yang akan memberimu pengalaman yang berbeda.
Jangan pernah takut untuk memulainya, karena kita tidak pernah tahu hal yang benar2 kita sukai sebelum mencobanya.
14 Juli 2023, 16.32
0 notes
ibnufir · 4 months
Text
Menikah itu nambah masalah
Menuju lima tahun pernikahan, tau-tau sudah mau berempat. Begitu cepat sekali waktu berlalu.
Dulu sebelum menikah, ada begitu banyak sekali kekhawatiran sehingga bisa mikir beribu kali untuk memutuskan menikah.
Memang benar kata seorang kawan "menikah itu nambah masalah"
Tapi ketenangannya juga bertambah, keberkahannya bertambah, rasa syukurnya bertambah dan kebahagiaannya pun bertambah.
Kadang bingung, waktu masih sendiri keresahannya banyak banget. Kok setelah menikah engga tau mau meresahkan apa lagi.
Mikirnya makin sederhana; jalani, jalani, jalani. Udah cuma gitu aja.
Yang mencukupi Allah, kenapa jadi kita yang bingung.
Satu ditambah satu logika manusia jawabannya dua. Tapi matematikanya Allah, jawabannya tak terhingga.
Memang benar, banyak tidak masuk akalnya. Tau-tau ada, tau-tau cukup, tau-tau bisa, tau-tau mampu melewatinya.
Kalau ada yang bilang menikah itu melelahkan, iya memang engga salah. Betul melelahkan.
Tapi ketika sudah sampai di rumah, capeknya hilang dan lupa sama lelahnya.
Menikah itu menjalani kesadaran.
Sadar sama-sama saling membutuhkan. Sadar sama-sama punya kekurangan. Sadar sama-sama punya kesalahan.
Kuncinya, jangan keluar jalur.
Ibarat melakukan sebuah perjalanan. Jika suami itu sopir, fokus dan pegang kendali. Karena penumpang di belakang engga peduli ngantuknya kamu.
Mereka cuma mau tau sampai di tujuan. Melencengnya kamu sana sini, membahayakan mereka.
Kamu ke luar jalur, celaka mereka.
Begitupun penumpang, tetap tenang. Jangan melompat atau pindah kendaraan lain, karena ada kendaraan yang lebih bagus.
Karena percuma sopir sampai di tujuan sendiri.
Dan belum tentu juga dengan pindah kendaraan yang lebih bagus, bisa bikin kamu lebih cepat sampai di tujuanmu.
Iya kalau sampai, kalau malah tersesat?
Karena tujuannya dari menikah ya cuma satu, yaitu membawa pernikahanmu selamat.
—ibnufir
555 notes · View notes
edgarhamas · 7 months
Text
Emang Boleh Sepeka Itu?
(Tadabbur Surat At Taubah 40)
@edgarhamas
Salah satu momen yang barangkali akan meruntuhkan 'sok kuatnya' kita, adalah ketika seseorang tanpa ada angin dan badai tiba-tiba bertanya, "kamu lagi nggak baik-baik aja ya?"
Kita seperti dibaca olehnya, tepat di halaman terpenting; saat orang-orang sama sekali tak peduli.
Ketika yang lain membaca kita sebagai orang kuat dan tangguh, selalu tersenyum dan teguh padahal di dalamnya terseok-seok; lalu kita terbaca bahwa kita tak baik-baik saja.
Saya pun pernah akhirnya menangis sesenggukan karena pertanyaan sederhana itu, "kamu ga baik-baik aja ya?"
Seseorang yang mampu membaca kita, biasanya ia pun pernah melalui badai hidup yang sama, cobaan yang sama bahkan lebih berat.
Maka ia melihat cukup dari menunduk lesunya kita, atau dari helaan napas yang berat sambil duduk terkulai di kursi. Dari mata sayu yang kurang tidur itu.
Dan kau tahu? Ada kisah manusia paling tajam kepekaannya pada seseorang terabadikan dalam Al Qur'an. Di saat harus melakukan misi berat antara hidup dan mati, dikejar oleh pembunuh dengan janji upah sangat tinggi.
Kalimat itu terucap di gelap gua nan sempit, "jangan bersedih..."
Ialah baginda Rasulullah. Gua Tsur nan sempit dan gelap itu beliau jadikan tempat bersembunyi bersama sahabatnya, Abu Bakr.
Padahal beliau sendiri sedang terancam, tegang dalam kejaran musuh. Tapi beliau tenangkan Abu Bakr, "Jangan engkau bersedih, sungguh Allah bersama kita.” (QS At Taubah 40)
Bagaimana rasanya menjadi Abu Bakr dalam situasi itu?
Bisa saja Rasul tak berkata apa-apa, tak melakukan dan menasihati apa-apa. Tapi, Rasul tenangkan sahabatnya; karena Rasul peduli. Beliau peduli pada keadaan orang lain bahkan di saat paling berat. Shalallahu alaihi wasallam.
Jika bertemu orang yang mampu membaca bahwa dirimu sedang tak baik-baik saja saat yang lain tak peduli, pasti kau akan mengenangnya dalam memori teristimewa.
Dan, begitulah Abu Bakr menjadi perisai dan pembela Rasul paling perkasa. Karena Rasul peduli pada sahabat-sahabatnya.
"Kala itu Rasul sedang berhadapan pada tugas besar bernama hijrah yang dirongrong kaum musyrikin" kata Syaikh Abdullah Balqasim, "tapi, beliau tidak lupa untuk menghibur sahabatnya yang bersedih. Maka tak ada alasan bagi kita untuk tidak peduli pada sahabat kita."
masyaAllah!
Aku tahu kita seringkali tak baik-baik saja. Kamu bisa saja tak peduli, bisa saja tak pakai hati, karena kamu sendiri sudah remuk redam.
Tapi percayalah, salah satu hal yang kau butuhkan untuk mengobati kusamnya hidup itu adalah peduli. Dunia sudah kejam, kita jangan ikut-ikutan.
572 notes · View notes
nonaabuabu · 18 days
Text
Surat Untuk Mas
20 Maret 2023
Mas, tak ada bintang malam ini, terlebih purnama. Jadi kau bisa menebak bahwa ini bukan surat merah jambu yang akan membuat hatimu berdegup. Jika harus kuwarnai ini berwana abu-abu, mewakili warnaku.
Aku sudah selesai Mas, memilah dari semua tanda dan menyimpulkan dari semua kesempatan yang sudah dihadirkan garis waktu antara kita. Selesai yang kumaksud tak hanya sebagai waktu untuk memahami, namun juga selesai sebagai usaha untuk berjuang lebih.
Aku tahu, banyak hal yang belum sampai pada titik yang jelas, mungkin beberapa masih samar dan lebih cocok dijadikan tanya daripada menjadi jawaban, namun untuk kisah panjang yang kulalui, itu semua cukup.
Terima kasih untuk waktu singkat yang sebenarnya cukup panjang antara kita, untuk semua kesempatan yang kau buka lebar untuk aku melihat lebih jauh, untuk semua kata yang membuat aku berpikir lebih dalam, dan semuanya sudah cukup hari ini.
Aku tak akan menjelaskan lebih detail apa yang tidak, hanya saja akan aku beri satu saja yang paling sederhana, aku tidak berlari pada medan yang kuketahui akan membuatku mempertanyakan diri sendiri, terlepas itu caramu atau cara yang tak sengaja terjadi.
Aku pecundang untuk bersaing, apalagi harus diadu dengan masalalu dan pilihan lain. Jadi biar kupermudah, jika bukan aku satu-satunya yang ada dalam pilhanmu, aku pergi agar kau tak begitu repot lagi untuk memilih.
Sampai bertemu, di keadaan yang lebih baik.
212 notes · View notes
fuzzymoonfun · 1 year
Text
Ustazah Dayana 8 : Kembali ke Sekolah
SPM telah berlalu dan sekolah pun menjadi lengang tanpa kehadiran pelajar yang kini sedang bercuti. Aku kini termenung sendiri mengenangkan kisahku dengan Leman kekasihku yang kini berada di kampung.
Sedang aku mengimbas kembali kenanganku, tiba tiba telefonku berdering. “Oh awak Leman, apa khabar?” “Khabar baik Ustazah..ustazah sihat ke?” balas Leman.
“Sihat, bila awak akan balik ke sini?” tanyaku lanjut. “Owh..dalam masa dekat buka sekolah nanti ustazah, kan nak ambil keputusan SPM” tambahnya lagi. “Baiklah..jaga diri baik baik ya di kampung” dan talian diputuskan setelah berbalas ciuman dan salam.
Memandangkan cuti masih berbaki 2 minggu lagi, Aku mengambil keputusan untuk menyibukkan diri dengan mengikuti aktiviti senaman yoga bersama sama cikgu Suraya.
“Ustazah Yana..petang esok ambil saya di rumah ya!” Cikgu Suraya seperti biasa mengingatkan ku setiap kali selepas aktiviti senaman itu. “Baiklah, jumpa esok!”
Hari demi hari, aku semakin akrab dengan Cikgu Suraya, dan memandangkan rumahnya tidak jauh dari rumah sewaku, selalu juga aku bertandang ke rumahnya.
Rumah Cikgu Suraya ini sederhana saja, dan baru ku tahu yang dia ini telah kematian suami sejak 5 tahun lalu akibat kemalangan jalanraya. Dia mempunyai 2 orang anak perempuan yang berada di kampung bersama orang tuanya.
Satu hari sambal ku bertandang ke rumahnya selepas aktiviti kami, dengan tiba tiba Cikgu Suraya membuka perbualan berkenaan Leman. “Yana, saya nak tanya sikit boleh? Berkenaan pelajar awak Leman tu..makin ceria saya nampak dia tu. Terapi apa yang awak gunakan? Boleh kongsikan ke?” tanya dia kepadaku.
“Alaa..teknik biasa biasa je Su..tu pun ambil dari internet, saya ni kan ada basic je..mana tau teknik teknik ni” jawabku. Tak puas dengan jawapanku, dia bertanya lagi. “Alaa Yana..orang tanya taknak kongsi. Bukan apa, saya tengok Leman tu lain benar perubahannya. Saya taulah sebab pernah menjadi pelajar kelas saya selama dua tahun. Teknik apa yang awak guna tu..cerita lah”pintanya.
Muka ku merah padam. “Nak beritahu atau tidak ya?” kataku dalam hati. “Macam ni lah Su. Nanti saya ceritakan bila tiba masanya ya?” “Yelah yelah” kata Su seakan merajuk dan meneruskan perbualan berkenaan topik memasak pula.
Disebabkan oleh pertanyaan Cikgu Suraya petang tadi, Aku menjadi serba salah. Satu sebab tak beritahu kawan karibku, satu lagi akan membuka aibku nanti sebagai seorang ustazah. Dayana..Dayana…apa lagi yang awak buat ni…
Tanpa ku sedar..tanganku mencapai telefon ku dan mencari nama cikgu Suraya dan mendail nombor tersebut. Tuttt..tutt..”Assalamualaikum Yana..ada apa call malam malam ni? Selalu tunggu esok je?” ejeknya. “Takdelah, teringat soalan awak petang tadi berkenaan Leman. Awak betul nak tau ke?” tanyaku berharap supaya topik ini dapat diselesaikan..tetapi harapanku meleset sama sekali. “Eh Yana..mestilah nak tau..sebab bulan depan lepas buka sekolah saya kena hadiri kursus kaunseling juga. Mana tau teknik awak dapat membantu saya jadi penuntut terbaik ke..hehe” katanya.
“Kalau awak nak tahu..esok jumpa awak di rumah boleh?” tanyaku. “Eh boleh je..pukul berapa nak datang?” “Pagilah..sebelum ke aktiviti kita tu” kataku. “OK!”
Pagi esoknya aku bersiap siap untuk ke rumah cikgu Suraya. Sambil ku memandu dan memikirkan apa yang harus ku beritahu cikgu Suraya, tiba tiba telefon ku berbunyi tandanya ada mesej masuk. LEMAN tertera pada skrin telefonku.
“Ustazah..saya dah ada di rumah ni. Baru sampai dari kampung. Lusa kan kena pergi sekolah ambil keputusan” mesej Leman. “Tunggu di parking kereta boleh? Kejap lagi saya ambil awak” mesej aku dan terus menuju ke rumahnya. Dari skrin telefonku dapat kulihat smiley dan perkataan “Baiklah ustazahku sayang”
Hampir tak keruan rasanya sepanjang pemanduanku kerana asyik memikirkan apa yang harus ku katakan pada cikgu Suraya. Lebih kurang 15 minit memandu, akhirnya sampai juga ke tempat letak kereta berbumbung ayah Leman, tempatku pertama kali merasai tangan lelaki atas cipapku.
“Assalamualaikum Ustazah..apa khabar? Kenapa Ustazah menjemput saya ni?” tanya Leman ingin tahu. “Saya rindu awak Leman..dan ada perkara lain yang Leman kena bantu saya” kataku dan teruskan memandu ke rumah cikgu Suraya.
“Saya pun rindu ustazah..ustazah tau tak..lepas kita main di sekolah hari tu..sampai hari ni saya dah tak melancap atau tengok cerita lucah” kata Leman memulakan bicara.
Membulat mataku seakan tidak percaya. “Betul ke ustazah dengar ni Leman? Macam tak percaya je” kataku lagi. “Betul ustazah…sumpah betul ni..kan ustazah sendiri cakap taknak Leman bazirkan air Leman lagi” katanya dengan panjang lebar.
Merah mukaku menahan malu, sebab memang aku yang menyuruhnya berbuat demikian. Aku tersenyum dan mengangguk kepadanya, dan dapat ku lihat bondolan pada seluarnya yang memang tak asing lagi bila berdua denganku.
“Kita nak kemana ni ustazah?” tanya Leman bila melihatku memandu ke arah taman perumahan. “Kita nak ke rumah cikgu Suraya sayang..” kataku sambal tersenyum. Mula lah akal nakal ku berfikir..hehe
Terkejut dengan kataku, Leman terus memegang tanganku sambil berkata “Tak nak lah ustazah..cikgu Suraya garang” Aku meneruskan pemanduan seperti tiada apa yang berlaku.
Sampainya di rumah cikgu Suraya, aku memakir terus ke dalam kawasan berpagarnya dan mematikan enjin kereta. “Jom Leman” kataku dan terus keluar dari kereta. Agaknya seperti cikgu Suraya menjangkakan kehadiranku, terus membuka pintu rumahnya dan menekan kunci pagarnya supaya tutup semula. Oh ya, pintu pagarnya dilengkapi sistem auto.
“Eh…Yana..Leman pun ada sekali ke?” cikgu Suraya terus kedalam untuk mengambil tuala menutup rambutnya. Leman terkedu sebentar kerana selama ini tak menjangkakan cikgu Suraya mempunyai rambut yang lurus dan panjang sampai ke pinggang. Pertama kali Leman dapat tengok cikgu garangnya tanpa tudung.
“Masuklah Yana..haa Leman..tunggu apa lagi tu..masuk lah ke dalam” katanya lagi. Sekali lagi Leman meneguk air liurnya kerana berada di dalam rumah bersama dua orang cikgu yang cantik, dan matanya tak berkelip melihat cikgu Suraya hanya mengenakan baju kaftan sutera dan kain batik.
“Leman..maaflah cikgu sebab tak kemas rumah, sebab ingat ustazah Yana je yang datang sorang” katanya. “Tak mengapa cikgu, ni pun kebetulan je sebab ustazah Dayana yang jemput saya di rumah” kata Leman.
“Oh ya..kalau Leman nak nonton TV di depan tu..buatlah macam rumah sendiri ya..cikgu ada hal nak bincang dengan ustazah Yana” “Baiklah cikgu”
“Yana..kata nak datang sorang je..ni berdua pulak..ada apa apa ke yang saya tak tahu ni..”tanya cikgu Suraya.”Su kan nak tahu teknik yang saya gunakan. Kan saya kata saya tak reti teknik teknik tu..pasal tu ajak Leman datang..lagipun kebetulan hari ni dia balik dari kampung” kataku.
“Kejapp..Leman! datang sini jap” “Kenapa cikgu?” “Cikgu nak tanya ni..kamu ikut sesi kaunseling dengan ustazah Dayana kan? Ada perubahan tak?”
Merah padam muka Leman. Dengan perlahan Leman berkata “Ada cikgu..banyak perubahan dari dulu”. “Haa..ni lah yang saya nak tau macam mana Yana buat” katanya pada ku.
“Errr…..macam mana ni ye” kataku gugup. Leman tiba tiba berkata “Cikgu, apa kata kita ke sekolah, nak tak? Sebab kesian ustazah..rasanya nota semua tertinggal di sana tu” “Haa..betul jugak tu..kejap biar saya bersiap” kata cikgu Suraya sambil terus ke biliknya di atas.
“Leman..apa ni….eeeeee….”sambil mencubit pehanya dengan kuat.”Nanti dah sampai apa saya nak buat haa?” “Alaa..kita pergi lah bilik kaunseling tu ustazah..boleh lakon semula..rindu pulak nak ke sekolah ni” pancingnya, yang sememangnya sudah mengena.
Tak sampai 10 minit, cikgu Suraya turun mendapatkan kami berdua. “Wah cikgu..lawa cikgu pakai baju ni” kata Leman. Cikgu Suraya mengenakan tudung biru gelap, kena dengan baju T lepasnya dan seluar yoga hitam.
“Biasa je ni..nanti petang nak keluar dengan ustazah Yana pulak..Jom naik satu kereta. Kereta saya di luar sana tu. Yana kereta awak biarkan je dalam ni ya”
Kami bertiga pun menaiki kereta cikgu Suraya menuju ke sekolah. Yelah, waktu cuti persekolahan kan, memang tiada sesiapa di situ. Sampainya di sekolah, cikgu Suraya membuka pintu utama dan kami pun bergerak masuk menuju ke bilik guru.
Sampainya di sana, cikgu Suraya membuka pintu bilik guru dan berkata “Yana..ambillah nota awak tu..saya dengan Leman tunggu je di sini”
Aku pun terus menuju ke mejaku dan mengambil fail Leman dan nota yang tak seberapa itu dan terus keluar. “Nah Su..ni je yang ada” kataku. “Eh…sikit je notanya, mana yang lain?” katanya dengan nada kecewa.
Leman seperti biasa memerhati je terus bersuara “Cikgu, teknik ustazah Dayana ni lain sedikit, kerana banyak nasihat motivasi dan dorongan. Kalau cikgu nak tahu macam mana, jomlah ke bilik kaunseling”. “Eh sini pun boleh” “Tak sama cikgu, lagipun suasana bilik kaunseling tu lebih nyaman”
“Yelah” kata cikgu Suraya dan kami bertiga pun menuju ke bilik kaunseling 2. Sampainya di situ, kami pun masuk dan mengunci pintu. Seperti biasa, bilik itu dilengkapi cermin tinggi dan 2 kerusi berbentuk L.
“Haaa…cepatlah. Saya akan duduk disini je sebagai pemerhati” kata cikgu Suraya sambil duduk di atas lantai berkarpet.
Aku berasa amat malu kerana dalam beberapa saat lagi semua aibku akan terbuka dihadapan kawan karibku.
Aku pun mengambil tempatku di kerusi dan sebelum meneruskan, ku menyuruh Leman menutup semua lampu, kecuali lampu di belakang cermin tinggi.
“Aik..kenapa tutup lampu Yana?” tanya cikgu Suraya sedikit bingung. Aku menyuruhnya diam dan perhatikan sahaja, dengan berjanji takkan beritahu sesiapa tentang apa yang bakal berlaku. “Baiklah” jawabnya ringkas.
Aku pun memulakan seperti sesi kaunseling biasa, tetapi kali ini meminta Leman memberitahu masalah yang dihadapi semuanya dari awal supaya pemerhati kami dapat menangkap dan memahami adegan seterusnya.
Leman pun memulakan ceritanya macam awalnya..menonton video lucah..onani..kekerapan nya sehingga di amula berdiri dan berkata “saya kalau tak onani nanti batang saya sakit” dan mula membuka seluarnya sehingga menampakkan batangnya menegak dan berkilat dihujungnya, kerana sememangnya terlalu ghairah dengan kehadiran dua cikgu cantik dalam bilik ini.
Cikgu Suraya yang asyik dengan adegan ini dapat ku lihat mulutnya melopong apabila Leman menanggalkan seluarnya dan mula mengurut. “Ustazah..boleh tolong saya tak? Kalau tak nanti lambat” Aku tahu semuanya ini berlakon sahaja, kerana aku pun mahukannya! “Baiklah, ustazah tolong awak”. Tapi kali ini tak ada lagi tudung berlapik, tak ada lagi sarung tangan. Terus ku berlutut didepannya, menggenggam batangnya dan terus masukkan ke dalam mulutku. Bagai bayi kelaparan susu, aku tidak menghiraukan lagi pemerhati kami yang berada di sudut bilik.
“Ummphhh..umphhh…slurp..slurppp” bunyi itu yang kedengaran memenuhi bilik kaunseling 2. Sambil aku menghisap batang kesayanganku itu, Leman bertindak membuka semua bajunya, dan membantuku membuka zip bajuku dari depan. Leman kemudiannya melepaskan cangkuk baju dalam ku membiarkan buah dada ku membuai mengikut rentak hisapanku.
Tanganku yang sebelah lagi menuruni melepasi perut menuju ke arah cipapku yang sememangnya telah basah menunggu diteroka. Aku menghentikan hisapanku dan terus berdiri menanggalkan semua pakaianku di hadapan Leman. Kini aku dan Leman telah berbogel sepenuhnya disebalik sinar malap lampu.
Aku melutut dan mula menghisap batang Leman semula. Sambil tanganku yang sebelah lagi bermain dengan cipapku yang berair dan berlendir. Selesai 10 minit menghisap Leman, aku membaringkan diriku di atas lantai, dan Leman seperti tahu apa yang hendak dibuat, terus membenamkan mukanya ke cipapku dengan lahapnya menjilat semua air berahiku. “Arrgghhhhhhhh sedapnya Leman…” Jilatan demi jilatan sehingga aku mencapai klimaks ku yang pertama.
Dalam samar samar lampu, aku melihat ke arah cikgu Suraya yang dilihat merah matanya kerana terlalu lama tidak berkelip dan berkali kali menelan air liurnya. Dapat kulihat juga yang tangan kanannya telah masuk ke dalam seluar yoganya dan sedang menggosok cipapnya.
“Su…datanglah dekat sini..tak perlu nak malu” kataku lemah kerana baru melepasi klimaks ku tadi. Cikgu Suraya mulai dekat dengan kami dan terus duduk bersebelahan ku. “Tak sangka Yana guna teknik ni ya…tak terfikir pula..patutlah budak paling diam pun boleh bercakap” sambil mencubit ku.
Sambil bercakap dengan cikgu Suraya, aku mendapat sensasi lain secara tiba tiba, iaitu semasa Leman sedang memasukkan batangnya ke dalam cipapku dan mula mendayung. “Ah..Ah..Ah..Le..Man..Se..Dapppp….” Plapp lap plap bunyi telurnya berlanggar dengan daging bontotku.
Cikgu Suraya yang duduk bersebelahan ku nampaknya tidak keruan dan dapat ku hidu bau yang tak asing lagi iaitu bau cipap yang basah. “Su..kalau dah tak tahan tu..buka je semua baring sebelah saya ye” “Alaaaa Yana..saya dah lama tak macam ni..malu lah” Ah…Ahhh….Ahhh….Suuuuuu…Le…Man….aku mencapai klimaks ku yang kedua.
Cikgu Suraya makin tidak tahan melihat seorang kawan nya dihenjut oleh pelajarnya sampai berdecit decit bunyi dalam bilik tu. Dia terus meluruskan tangannya dan menanggalkan baju serta seluarnya semuanya dan berbogel sebelah ku.”Sini..saya tolong Su ya..”kataku sambil meraba buah dadanya sambil turun ke cipapnya yang basah.
“ahhhhhhhhhh….”desisnya apabila jari ku bermain dengan cipapnya yang dah becak dengan airnya. Aku menariknya ke arahku dan memeluknya. Akibat diperlakukan demikian, bontotnya ternaik seumpama sujud, dengan pemandangan air cipap berair yang menitik ke lantai. Leman seperti mengerti terus mencabut batangnya dari cipapku dan terus melutut di belakang cikgu Suraya dan terus menekan batangnya ke dalam cipap cikgu Suraya. “Ahhhhhhhhhhhhhhhhh……pelan pelan Leman…Sakit cikgu” sebelum dapat meneruskan lagi percakapannya tiba tiba cikgu Suraya mengejang dan mengeluh “Ughhhhh…Ughhhh…..Leman….” belum apa apa lagi cikgu Suraya mengalami klimaks yang pertama. Maklumlah dah lama ditinggalkan. Leman membiarkan terendam dulu sebelum memulakan dayungan. Dayung demi dayung, semakin lama semakin laju dan dalam sehingga akhirnya terpancut cruuuttt…cruuuttt…cruuutttt…jauh ke dalam Rahim cikgu Suraya. “Lemaaaaaannnnnn….”jerit cikgu Suraya kemudian menangis. “Kenapa lepas dalam Leman?” “Maafkan saya cikgu, sebab dengan ustazah memang Leman lepas dalam” kata Leman. Cikgu Suraya memandang mataku seakan tidak percaya.
Cikgu rehat dulu ya..giliran ustazah Dayana pula. Kali ini aku menonggeng menghadap Leman. Leman melutut belakangku dan menjilat lurah bontotku dan cipapku seketika, dan kemudiannya meliwatku. Aku yang pernah merasai semuanya kini menerimanya dengan ghairah yang amat hebat.
Dari belakang lubang bontotku menjadi santapan batang Leman sehingga dia memancutkan benihya ke dalam bontotku.
Kami kemudiannya bergilir gilir bersetubuh bagaikan pasangan yang secocok. Cikgu Suraya pun sudah tidak malu untuk menghisap batang Leman, serta berkongsi air mani dalam mulutnya kepadaku.
Hampir setiap kali kami akan mengalami klimaks dan akhirnya tertidur keletihan di atas lantai diterangi lampu samar belakang cermin.
Kami terbangun melihat jam sudah 9.00malam. Cepat cepat kami mengemaskan diri dan meninggalkan kawasan sekolah. Setibanya di rumah cikgu Suraya, kami bertiga mandi dan tidur bersama dan mengulangi persetubuhan kami bagai tiada kesudahan.
Dayana…apakah akan terjadi nanti…..
1K notes · View notes
nalza73 · 8 months
Text
Kak Jan
Category Archives: Teruna – Janda
Kak Jan
APR 9
Posted by mrselampit
Aku berasal dari sebuah kampong yang jauh dari bandar, hiburan kami ketika itu hanyalah lepak-lepak di jambatan sambil berbual-bual kosong. Maklumlah tak ada yang nak buat terutama pada waktu malam. Keputusan SPM masih lagi belum diumumkan jadi perkara yang best sekali lepak dan tidur sampai tengah hari. Kawan-kawan memangil aku M, berpewatakan sederhana, dan aku rasa aku salah seorang pelajar yang agak glamour[ glamour ala kampong] ketika itu. Semasa tingkatan 4/5 aku selalu digosipkan dengan beberapa orang pelajar, walaupun aku sendiri tidak berminat untuk bermain cinta semasa di sekolah. Ramai kawan-kawan perempuan mengaku yang aku adalah mereka punya. Sedangkan aku sedikit pun tidak berminat dengan mereka.
Cerita yang aku paparkan disini adalah kejadian yang benar-benar berlaku. Cuma aku bukan penulis yang baik untuk memberi keyakinan kepada pembaca. Tapi ini adalah benar-benar FIRST TIME yang aku alami. Ingat.. cerita ini tak pernah aku ceritakan pada sesiapa. Aku yakin jika kawan-kawan aku membacanya…. mereka akan ingat kembali. Aku cuba sorokkan nama aku dan orang kedua bagi megelakkan rasa malu jika beliau sendiri atu kawan-kawan aku yang membacanya.
Jika ada duit lebih biasanya aku dan kawan-kawan minum teh ais dekat restoran mak janda, aku cerita sedikit tentang mak janda ini [selepas ini aku panggil kakak sahaja] . Orangnya rendah sahaja 5′ 2″ lebih kurang tapi memiliki raut muka yang menarik dengan bibir atasnya yang nipis, kulitnya sawo matang dengan buah dada yang sederhana besar dan pinggulnya sedap-sedap tengok kata orang. Kawan-kawan aku kata, orang macan ini kuat nafsu entah ya entah tidak aku tak tahu. Pelajaranya hingga keperingkat MCE. Umurnya ketika itu sudah hampir 30 tahun. Kakak ini telah berkahwin dua kali, yang pertama dapat seorang anak berumur 6 tahun dan dari suami yang kedua dapat seorang anak berumur 3 tahun. Kira-kira seorang laki seorang anaklah. Suami pertama beliau seorang Eksekutif di sebuah jabatan kerajaan aku tak ingat doh jabatan mana dan seorang yang loaded, pakai BMW dan memiliki rumah Bunglow mewah di bandar.
Suami kedua juga seorang yang berkedudukan di sebuah firma swasta, jadi hasil perceraian dengan kedua-dua suami ini beliau dapat memiliki sejumlah wang dan harta yang agak banyak, cerita ini aku tahu dari kawan-kawan aku. Aku rasa ada betul juga cerita ini, kerana mak janda ini masih lagi mengekalkan kemewahannya, dengan kereta Honda Accord dan pakaiannya yang berjenama. Restoran yang dijalankan, seolah-olah menghilangkan rasa bosanya sahaja. Apabila aku dan kawan-kawan aku minum biasanya kakak ini buat layan tak layan saja maklumlan budak budak, jadi yang hantar minuman hanyalah pekerjanya sahaja. Aku tidak begitu rapat atau kenal sangat dengan dia sebab sebelum ini dia tinggal di bandar bersama suaminya. Lebih-lebih lagi umurnya juga terlalu jauh dari umurku.
Nak dijadikan cerita, pada suatu malam kakak ini sendiri yang menghidangkan minuman, jadi kami tertanya-tanya juga maklumlah tauke sendiri yang layan bukan senang nak dapat. Rupa-rupanya ada udang disebalik nasi.
Mak janda tanya kumpulan kami ada sesiapa nak ke bandar besok, kami tanya pasal apa, dia kata dia nak minta tolong bayar perabut dapor yang telah ditempah di sebuah kedai di bandar dan minta tolong bawa balik sekali.
Memandangkan kami memang tak ada duit, kami jawab serentak tidak ada. Mungkin dia faham kami semua ini pokai masih budak sekolah duit pun harap dari mak bapak. Dia mengeluarkan satu tawaran baru..
Okay……katanya sesiapa yang nak ke bandar…dengan tanggungan sepenuhnya janji barang perabut tersebut sampai ke restorannya sebelah malam besoknya, kerana perabut tersebut amat diperlukan pada malam hari yang berikutnya. Kami apa lagi nak…….serentak, free katakan siap dengan duit poket lagi, siapa nak bagi. Okay lah..katanya jika semua nak pergi saya terpaksalah guna kuasa Veto. Saya pilih M yang pergi. Apa lagi suka sakanlah aku. Aku hairan kenapa dia memilih aku sedangkan aku tidak begitu rapat dengannya.
Besok pagi-pagi lagi aku ke bandar berbekal Wang RM 1,500.00 di tangan. Sebelum pergi aku beritahu mak aku, akan ke bandar jadi kalau lambat balik atau tak balik janganlah risau.
Selepas tolak bayaran perabot dan tambang dan sebagainya wang masih lagi berbaki RM 50.00. Nilai itu sunguh besar bagi murid sekolah macam aku. Disebabkan ketiadaan lori untuk menghantar perabut, aku terpaksa tunggu hingga malam di kedai perabut tersebut. Untuk mengelakkan rasa risau mak Janda, aku talipon beritahu dia mungkin akan sampai jam 10.00 atau 11.00 malam.
Aku tiba di restoranya lebih kurang jam 10.45 kalau tak silap ingatan yang pastinya restoranya telah di tutup. Hanya lampu sahaja masih terpasang. Mungkin dia tunggu aku…..kerana apabila lori menghampiri restoranya tiba-tiba pintu terbuka. Tersengeh dia kat muka pintu . Padam muka dia lambat balik malam ini kerana ke biasaanya restoranya ditutup jam 9.30 malam.
Apabila semua sudah selesai dan lori sudah pulang semula kebandar dia minta tolong setting balik perabut tersebut seperti yang dikehendaki. Aku kata takkan kita berdua saja, kerja ni banyak tah pukul berapa boleh siap. Dia kata tak apalah, kamu bukannya ada kerja besok. Balik rumah nanti tidurlah sampai kepetang. Kerana sayangkan RM 50 takut dia minta bakinya terpaksa aku jadi kuli.
Kerja tersebut siap beberapa jam kemudian. Aku tak ingat dah jam berapa sebab cerita ini dah lama sangat. Badan aku berpeluh-peluh begitu juga dengan mak janda. Selepas minum air coke aku minta nak guna tandas untuk mandi sekejap. Dia kata tunggu dulu kakak nak kencing.
Bila aku rasa dah lama tunggu, aku fikir mak janda dan siap kencing aku pun tak fikir panjang aku terus ke tandas dan buka pintu, terkejut besar aku. Rupa-rupanya mak janda tengah menerang nak berak…..”hei aku tak siap lagi ni”…. Katanya. Tah apa sebab aku jadi tergaman kerana apa yang aku lihat tak pernah aku lihat sebelum ini. Buritnya terbuka, penuh dengan bulu-bulu hitam dan basah …..aku terpaku antara 2 ke 3 saat begitu juga mak janda. Sehigga aku terkejut bila dia kata “dah…dah….dah” lalu menolak daun pintu dan menutupnya. Aku jadi kelu terdiam seketika kote aku tiba-tiba saja naik terhinggup-hinggup tak tahu apa nak buat.
Pass tu dia pun keluar, “hmn …. Masuk…. Tak sabar-sabar” dia berleter. Aku pun mandi, lepas mandi ambil tuala yang ada dalam bilik air buat lap badan, aku tak tahu tuala sapa, mana aku peduli.
Keluar bilik air aku masih lagi pakai tuala lusuh tu. Mak janda tengah minum air di meja makan restoran. Bila lihat mak janda aku rasa malu yang amat sangat, mak janda hanya jeling saja.
Untuk menghilangkan rasa malu, aku ambil duit RM 50 baki duit tadi dari seluar di tangan dan hulur padanya, aku kata.. ini baki duit tadi [saja acah]. Dia kata.. tak apalah guna buat belanja. Lega….
“M……apa yang kamu lihat tadi” [inilah soalan yang paling aku takut]. “Saya minta maaf ingatkan kakak dah keluar… lama sangat”. “Tak apalah silap kakak juga tak kunci pintu”. “Pernahkah M …tengok sebelum ini”. “Tak pernah yang budak kecil pernahlah”. Dia ketawa terkekek.kekek. “Budak kecil tak sama”. “Lebih kurang je kak…..cuma tak ada bulu”. Dia ketawa lagi sampai air yang dia minum keluar dari mulutnya dan tersembur kemuka aku. Aku angkat tuala untuk mengesat muka……..tak sedar pula…..kotel aku terbuka luas. “Ha….tu dah keluar dah…..nanti terbang pula susah nanti” katanya. sekali lagi aku malu sakam……. “Tak apalah kakak dah biasa tengok…. Kalu M.. buka terus pun kakak tak rasa apa-apa”.
Dalam hati aku mak janda ni boleh tahan juga gatalnya.
“M….pernah ada girlfriend”. “Dulu ada juga”. “habis tu takkan tak pernah tengok”. “tak adalah kak…..setakat pegang-pegang tangan tu adalah” “mengintai….[istilah ini aku biasa sebut perkataan lain]. “saya jenis orang yang penakut kak…. Belum sampai tempat nya…lutut saya dah mengigil”.
“M….datang dekat kakak sekejap”. Aku menghampirinya dalam jarak 1 kaki darinya. Tiba-tiba dia sentap tuala yang aku pakai dan sehinngga telanjang bulat. Secara tak sengaja aku tutup kotel aku dengan tangan. ” alahhh…. malu sangat…..bukalah…..disini antara kita berdua saja”. “Saya boleh buka…dengan syarat kakak pun buka juga” “okay…M..buka dulu” “okaylah…… Dia pegang kotel aku sambil ditimang-timang..”boleh tahan juga…tapi taklah besar sangat”. Kotel aku mula mengeras dan mengeras, tanganya mengusap-usap kepala kotel aku….ngilu amat . Secara sedar tak sadar aku memegang buah dadanya dari luar, lembut dan enak… “jangan kasar sangat sakit….pegang slow-slow”….tangan aku mula masuk melalu celahan T-shirtnya dari atas. Lembik saja aku rasa. “kenapa lembik sangat ni kak “…. “belum syok lagi..bila dah syok nanti keraslah tu”. Sambil aku main-main buah dadanya, Tangannya masih meramas-ramas kotel ku sekali-sekali dia surun tarik. Terus terang aku katakan aku tak pernah buat kerja macam ini lebih-lebih lagi dengan perempuan, kepala kotel aku kembang dan berdenyut-denyut, tiba-tiba dia picit kepala kotel aku dengan kuat. “kenapa kak buat gitu….sakit “. “kalau tak buat nanti airnya keluar”. “cukuplah kak sakit sangat” dia mula mengurangkan picitannya dan keenakkan mula dirasai. Aku teringin sangat untuk memegang buritnya, tapi jauh kebawah sekali-sekali tangan kiri aku meramas-ramas punggungnya. “kak bukalah kain tu teringin saya nak pegang sekali” “Bukalah sendiri” aku cuba membuka kainnya dengan menurunkan zip disebelah tepi dan membuka hooknya. Tapi benda tu masih tak nampak. Sebab dia sedang duduk dan aku berdiri. “kak saya main yang kakak pula…kakak berdiri saya duduk”. “Hm…okaylah….tapi jangan juluk dengan jari…sakit” bila dia berdiri dan aku duduk di kerusi yang sama, aku mula memainkan buritnya. Rupa buritnya jelas kelihatan, dan inilah pertama kali dalam hidupku melihat dari dekat rupa burit seorang dewasa yan penuh dengan bulu. Bulunya agak kasar dan panjangnya tidak sekata, ditengah-tengah buritnya bulu agak panjang dan di kiri kananya pendek. Aku terpaksa menyelak bulu-bulunya untuk melihat rekahannya. Warna sebelah dalam kurang jelas mungkin kemerahan, kelopaknya kehitam-hitaman. Apabila jari-jari ku memainkan di situ terasa melekit.
Setelah beberapa minit jari-jari ku bermain disitu,mak janda mula meringet-meringet dan tanganya mengusap-megusap rambut ku. Teringin aku untuk mejolokkan jari-jari ku kedalam, tapi Takut pula dia marah.
“M…boleh ke masukkan kotel M.. kedalam…” “Boleh…ke” “boleh…..tapi airnya jangan pancut kedalam…benda kakak ni subur sangat…lambat masuk air..jawabnya mengandunglah kakak”. “bagaimana nak masuk tempat macam ini”. “Okaylah kakak yang masukkan.. M…relax saja”. Kainnya diselak ke atas t-shirtnya tidak dibuka, perlahan-lahan ia menurunkan buritnya kebawah mukanya memandang kearah aku. Bila saja kepala kotelku bertemu dengan buritnya. Dia memegang kotel aku dan di tenyeh-tenyehnyanya keburit…..ngilu dan sedap. Diturun lagi kebawah dan sedikit-dikit kotel aku mula memasuki buritnya. Terasa kasar, dan kepala kotel aku pedih sedikit.”masih kurang air” katanya. Ia mula mengerak-gerakkannya turun dan naik sambil aku memegang punggungnya. Sesekali ia menjatuhkan pungungnya dengan memasuki buritnya sepenuh dan berehat seketika di atas peha aku. Berat nak mampus.[kami tidak melakukan adegan cium, aku sendiri tidak tahu sebab]
Aku tak tahu berapa stroke yang dah dibuat aku rasa tak lebih dari sepuluh kali. “kak air saya nak keluar”. Ia mengangkat segera buritnya dan memegang kuat kepala pelir aku… sakit sangat sehingga aku mengeliat. Hilang syok aku dan air tak jadi keluar. Ia memulakan semula dengan menurunkan buritnya kepelir aku dan acara turun naik dilanjutkan. Tapi kali ini aku benar-benar tak tahan. “Kak saya dah tak boleh control….” tiba-tiba saja air mani aku memancut kedalam buritnya. Dan lubang burit tiba-tiba menjadi licin dan tak rasa apa-apa lagi. Proses turun naik kali kedua juga aku rasa tak sampai 10 kali dan jumlah masa persetubuhan, aku rasa tak sampai 2 minit. “Kenapa pancut dalam” “tak tahanlah kak….langsung tak boleh control.” “kenapa cepat sangat” “mana saya tahu tiba-tiba je keluar” ” M….kakak belum puas lagi”. “lain kali je lah kak sudah tengah malam ni….nanti mak saya marah”. “okay…..M..mesti janji…M…masih ada lagi hutang satu kali dengan kakak”. Sebelum pulang mak janda menyerahkan RM 50 kepada aku. Aku kata duit tadi ada lagi RM 50. Jawabnya tak apalah, gunalah buat belanja.
Dalam perjalanan pulang, banyak perkara bermain dalam fikiran aku, kesal, rasa bersalah dan takut. Bagaimana kalau mak janda termengandung. Kenapalah aku tak boleh control sangat sehigga terpancut kedalam.
Sampai dirumah jam sudah pukul 3 pagi. Mak aku bising…kerana lambat balik. Aku tak dapat tidur sehigga pagi, kerana rasa bersalah dan kesal yang amat sangat. Teruna aku hilang hanya kerana sedikit wang, kenapa aku tak terus pulang selepas siap kerja, kenapa aku susa-susah sangat nak mandi dulu dan bermacam-macam lagi aku fikirkan. Pelir aku terasa gatal-gatal dan lubangnya terasa geli-geli. Dua tiga kali aku ke bilik air cuba nak kencing tapi tak keluar.
RM 100 di dalam poket aku, apakah itu bayaran atas kerja yang aku lakukan atau bayaran sex yang aku beri. Jika bayaran kerja, mustahil sebegitu banyak. Untuk menghilangkan rasa bersalah aku katakan pada diri aku yang aku di rogol. Bermakna aku tidak perlu menanggung apa-apa.
Selepas peristiwa itu, aku jadi malu sendiri. Aku tidak lagi kerestorannya untuk minum tea ais. Bila kawan-kawan aku mengajak kesana, aku beri berbagai-bagai alasan. Sekali-sekali terfikir oleh aku untuk keluar mencari kerja kelain-lain tempat. Asalkan jangan tinggal di Kampong aku. Tapi nak kemana!!!!!
Apabila keputusan SPM di keluarkan, aku ditawarkan untuk melanjutkan pelajaran ku di sebuah bandar yang jauhnya 300km dari kampong aku. Lega sungguh…..
Sesekali aku pulang, aku tidak pernah kerestorannya, sehiggalah aku bekerja. Apa yang aku tahu selepas beberapa bulan peristiwa itu Mak janda kawin sekali lagi, dengan seorang tokoh korprat yang berjaya [isteri kedua].
Kesan dari apa yang berlaku, minat aku lebih kepada perempuan yang berumur. Under 20 langsung tak minat yang paling aku suka Over 30 – 45. Aku cepat terangsang apabila melihat perempuan jenis ini
434 notes · View notes
andromedanisa · 4 months
Text
Bagian dari cinta..
Ini tentang pernikahan. Dua orang yang Allaah tetapkan menjadi satu ikatan bernama pernikahan. Allaah pasangkan dua orang dalam kebaikan dan menjalani hari demi hari dengan berpasang-pasangan.
Namun teruslah ingat, bahwa Allaah menyatukan kedua hati tak lantas keduanya harus terus sempurna tidak ada cela. Tidak, tidak demikian. Rumah tangga Rasulullaah Shallaahu alaihi wassalam pun tak luput dari ketidaksempurnaan.
Oleh karenanya jika setiap rumah tangga nanti engkau menemukan kekurangan ada pada pasanganmu. Nasihat Al-Quran begitu tinggi, yaitu "Sabar". Jangan mudah marah, jangan membesarkan hal-hal sepele. sebab boleh jadi dibalik apa yang tidak engkau sukai, Allaah telah menyiapkan hikmah besar yang tidak pernah engkau sangka-sangka untuk melengkapi kekurangan yang didapatkan di setiap pasanganmu, dan itu bagian dari "taqwa".
Nasihat Syaikh Utsman Al-khamis hafidzhahullaah ta'ala :
"Demi Allaah, ada banyak nasihat tentang rumah tangga. Tapi saya katakan, nasihat terbaik untuk para pasangan suami istri adalah mengabaikan hal-hal sepele. Tidak perlu mempermasalahkan hal-hal sepele. Abaikan dan jalani saja. Tidak ada manusia yang sempurna. Jikalau dalam segala hal engkau selalu menyalahkan pasanganmu. Maka semua yang dia lakukan akan selalu salah dimatamu. Dan siapalah yang hanya memiliki kebaikan saja? Tidak ada sama sekali. Kecuali Rasulullah Shallaahu alaihi wassalam."
Barangkali memang benar ya, dalam rumah tangga itu hal yang kita kira besar akan menjadi ringan bila meminta pertolongan Allaah. Dan hal kita kira kecil, bisa menjadi rumit dan besar tanpa meminta pertolongan Allaah. Maka rumah tangga yang bahagia adalah keduanya saling memberi udzur untuk satu sama lain. Bahwa keduanya adalah manusia biasa yang jauh dari kata sempurna.
Dijadikan menjadi satu sama lain tidak lain tidak bukan untuk melengkapi kekurangan dan kelebihan yang telah dimiliki. Memahami bahwasanya rumah tangga adalah ibadah terlama yang mana untuk menjalankannya dibutuhkan sabar. Sabar tidak hanya dilakukan ketika ditempat ujian, namun juga kala menjalankan ibadah kepada Allaah. Itulah mengapa sabar tidak hanya berdiam diri saja tidak melakukan apapun. Sabar ridho dengan apapun yang telah ditetapkan namun terus berikhtiar hingga selesai.
Sabar itu adalah upaya, jika hari ini engkau menemukan sabar itu ada pada pasanganmu. Maka banyaklah bersyukur. Bersyukurlah kepada Allaah bila hari ini pasanganmu begitu berupaya ingin membahagiakan mu dengan cara-caranya yang untuk ukuranmu mungkin terlihat sederhana. Sebab kau tidak akan pernah tahu semaksimal apa upaya yang telah ia lakukan untuk memberikanmu sebuah kebahagiaan.
Tidak ada pasangan yang saling bertemu karena Allaah yang tidak saling berupaya untuk memberikan yang terbaik. Maka bila hari ini kau mendapati pasanganmu begitu berupaya sekali untuk memberikanmu kehidupan yang layak. Maka cara terbaik untuk membalas kebaikannya adalah dengan mendoakan kebaikan untuknya, bersyukur kepadaNya dan berupaya semaksimal mungkin untuk mengupayakan hal yang sama kepadanya. Dengan cara melakukan yang terbaik pada perannya masing-masing.
Sabar, saling memberi udzur dan memaafkan pada hal-hal sepele. Akan mendatangkan ketenangan dan kebahagian bagi satu sama lain. Allaah akan hadirkan rasa itu kepada rumah tangga yang menahan dirinya untuk marah sekalipun ia sangat mampu untuk melakukannya namun ia tahan dan bersabar sebab Allaah yang perintahkan.
Tidak pernah ku lihat sebuah cinta yang lebih indah dari sebuah pernikahan yang dilandasi rasa takut dan cinta karena Allaah. Sebab sekecil apapun yang diupayakan dalam sebuah biduk rumah tangga akan selalu bernilai ibadah disisiNya.
Ya Allaah berkahilah setiap rumah tangga yang didalamnya saling mengupayakan kebahagian satu sama lain. Labuhkanlah cinta diantara keduanya di surgaMu nanti. Sebuah tempat yang tidak lagi menemukan rasa sakit dan sedih. Aamiin..
Mendoakan bagian dari cinta, dalam perjalanan menuju rumah || 10.45
302 notes · View notes
ansopiy · 4 months
Text
Ini jalanmu dan milikmu sendiri, orang lain mungkin berjalan bersamamu, tapi tidak ada yang bisa berjalan untukmu.
65 notes · View notes
sederhanasaja · 17 days
Text
aku manusia,
jangan menuntut yang sempurna.
11 notes · View notes
esbatubulet · 2 months
Text
Impianku sederhana, orang yg selama ini kudoakan menjadi orang yg berdoa bersamaku..
10 notes · View notes
maitsafatharani · 10 months
Text
Ridha
Dulu, jauh sebelum menikah, aku punya banyak keinginan. Melihat berbagai teori idealnya rumah tangga bersliweran di media sosial, tak urung juga memunculkan bersit-bersit imajinasi.
"Ah semoga nanti aku dan pasanganku bisa..."
Titik-titik yg diisi dengan berbagai idealisme pernikahan.
Bukan, bukan hal seperti: harus sering keluar bareng, gandengan tangan terus, mengucapkan cinta setiap hari, dll. Aku sadar diri juga aku bukan tipe orang yg seperti itu hehe.
Aku kira, rumah tangga yg baik harus punya visi misi pernikahan dan menuliskannya. Aku kira, rumah tangga yg baik harus punya target keluarga yg tercatat rapi. Dan banyak aku kira aku kira lainnya.
Namun semakin mendekati hari pernikahan, kesemua ingin itu tidak lagi terasa begitu menggebu. Sebelum hari H pernikahan, doaku semakin sederhana.
Semoga kami menjadi pasangan yang ridha satu sama lain. Membangun keluarga yg di dalamnya dipenuhi keridhaan dan kebersyukuran.
Entah berapa kali aku termenung-menung sendiri saat berdoa. Kadangkala meneteskan air mata. Ada rasa takut, kuatir diri ini tidak bisa memerankan peran barunya dengan baik. Apalagi dengan kekurangan yg berserakan disana-sini.
Apakah suamiku, mertuaku nanti bisa dengan mudah ridha atasku?
Pertanyaan yg seringkali mengganggu pikiranku saat itu. Terlebih kata orang, 5 tahun pertama adalah yg tersulit. Sesulit apa kira-kira?
Dan tanpa terasa, sekarang sudah hampir 1 tahun usia pernikahan kami.
Satu tahun yg bagi satu sama lain adalah satu tahun penuh pembelajaran baru. Saling menyesuaikan diri, membenahi diri, saling menambal kurang satu sama lain.
Sampai hari ini, aku tidak pernah benar-benar tahu apa jawaban pasti dari pertanyaanku. Apakah suamiku ridha? Apakah mertuaku ridha? Dan seluruh keluarganya pun ridha?
Namun yang pasti, satu tahun yg berlalu telah mengurangi banyak ketakutanku. Satu tahun yg berlalu ini telah membuatku begitu banyak bersyukur. Satu tahun yg membuatku tahu, pasangan dan keluargaku memiliki hati yg lapang untuk menerimaku dalam kehidupannya.
Dan aku pun, menemukan apa yang aku cari.
"Semoga Allah mempertemukanku, dg siapa pun yg saat aku melihatnya, hanya doa-doa baik yg terbesit dalam hati."
Semoga keluarga kecil ini, senantiasa dilimpahi keridhaan Allah di sepanjang jalannya.
Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shaalihaat.
411 notes · View notes
ibnufir · 10 months
Text
Jangan-jangan diri kita, memang tidak pantas?
Sekarang aku jadi tau kenapa dulu aku gampang nyerah, gampang kalah, dan mudah gagal. 
Ternyata jawabanya sederhana, karena aku memang banyak engga siapnya. Aku banyak engga pantasnya.
Salah satu alasan kenapa jadi punya tubuh yang lamban dan mudah tumbang alias sakit. 
Karena ya kurang gerak, engga pernah olahraga. Engga jaga dan pilih makanan yang pantas diterima oleh tubuh. 
Salah satu alasan juga kenapa malas ketika bangun pagi dan memulai hari. Karena buat bangun subuh aja emang susah. 
Apalagi buat bisa datang lebih awal menuju masjid sebelum adzan berkumandang. 
Dari situ aja udah engga pantas. Udah kalah duluan. Dan memang jauh dari kata pantas buat jadi pemenang. 
Gimana mau pantas punya duit banyak, kalau ngelolanya aja engga pernah belajar. Berapapun dapetnya, pasti habis. 
Gimana mau pantas jadi pemecah masalah, menjadi pemberi solusi. Kalau ilmunya aja engga punya. 
Nihil pengalaman, engga pernah baca buku.
Jadi ya wajar, kalau gampang kalah kan. Karena memang daya tahan buat berjuangnya engga ada. 
Udah daya tahan berjuangnya engga ada. Alat perang buat melawannyapun engga punya. 
Ya modyarrrr bosss
Ternyata memantaskan diri itu memang penting. 
Dan buat bisa menjadi pantas dalam segala hal, awalnya memang perlu banyak yang disiapin.
Banyak yang bikin engga nyamannya. 
Biasa makan enak, lalu tiba-tiba ngatur pola makan. Ngurangin konsumsi gula, ngurangin konsumsi minyak. Beuh...susah bro. 
Biasa rebahan, lalu tiba-tiba diajak lari. Ya jelas ngosngosan. 
Biasa tidur sampe siang, lalu tiba-tiba diajak bangun sepertiga malam. Ya merem melek. 
Tapi sebenarnya beratnya itu hanya ketika memulainya aja. Berat di langkah pertamanya. 
Berbulan-bulan berikutnya sudah menjadi kebiasaan yang kalau engga dikerjaain, seperti kaya ada yang kurang. 
Rebahan jadi aneh, makan junk food kok ya jadi eman-eman.  
Jadi kalau diri kitanya engga siap, mau sehebat dan sebanyak apapun kesempatan, ya percuma. 
Dan untuk bisa mengambil kesempatan, diri kitanya harus siap lebih dulu. 
Jangan nunggu sakit dulu baru mau olahraga. Jangan nunggu boncos dulu baru mau belajar mengelola uang. 
Jangan nunggu sulit jalan dulu, baru mikirin gimana caranya berangkat ke masjid. 
Atau jangan-jangan, diri kita memang tidak pernah pantas?
—ibnufir
408 notes · View notes