Tumgik
indastory · 4 years
Text
Yang Kita Lewatkan
Entah sudah berapa banyak kita melewatkan kesempatan untuk berbuat baik kepada sesama. Di kesempatan yang lalu atau mungkin juga yang hadir saat ini di hadapan kita
Sedang orang-orang diluar sana tidak peduli seberapa hebat, pintar dan kayanya kita. Mereka hanya peduli pada satu hal, apakah keberadaan kita memberi manfaat untuk mereka? Padahal dari merekalah, bisa jadi, pintu-pintu langit sedang diketuk. Kemudian dari doa-doa mereka, atas seizin-Nya, Allah bukakan pintu-pintu itu untuk kita. Bukankah kita menginginkannya? Maka tebarkanlah kebaikan, jangan berhenti berbagi kebahagiaan dengan apa yang kita miliki saat ini, yang Allah titipkan dan amanahkan pada kita. Sebab dengan menebarkan kebaikan, menolong orang lain, sejatinya kita telah menolong diri sendiri. Bukankah kebaikan-kebaikan itu akhirnya akan kembali pada kita yang melakukannya? Dan Allah pun mengukuhkan pada salah satu firman-Nya, ’In ahsantum ahsantum li anfusikum, wa in asa’ tum falaha..’ Artinya, ‘Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri..’ Jadi, apakah kita sekarang masih ingin menahan-nahan apa yang kita punya untuk menebar banyak kebaikan dengan berbagi? Setinggi itukah kedudukan dunia di hati kita? Lalu bagaimana dengan kedudukan Allah? Bumi Allah, 7 Dzulhijjah 1441 H © Rasyid Al Fauzan
26 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media
Kalau ada ibu-ibu yang curhat pada saya tentang kesulitan mendidik anaknya, saya pasti sering tanya tentang hubungan dengan suaminya. Karena ternyata seringkali akar masalahnya adalah karena hubungan yang kurang baik antara suami dan istri. . Ibu merasa tidak diperhatikan, tidak dicintai, tidak didukung secara emosional, psikologis, dan fisik. Kondisi ini yang seringkali membuat ibu mengalami tekanan mental saat semua soal pengasuhan anak seolah menjadi tanggung jawabnya sendirian, hingga ibu menjadi jauh lebih sensitif dan kesal jika anaknya tak sesuai harapan semua orang. . Saya merasakan sendiri kok buibu, saat saya kesal pada suami, saya merasa jadi jauuh lebih sensitif saat anak menangis atau aktif eksplorasi rumah sana sini. Beda halnya saat saya merasa happy dengan suami, urusan dengan anak apapun itu tetap bisa saya jalani dengan sumringah dan happy juga. Emosi kita, seringkali juga menular pada anak, hingga saat ayah ibunya berkonflik, anak biasanya justru malah jadi lebih rewel bahkan mengalami kesulitan untuk tidur. . . Tapi tahukah Ayah, tekanan mental seberat apapun dari pihak ketiga untuk ibu, tidak akan berpengaruh banyak jika Ayah menjadi tameng terdepan bagi perasaan ibu. Ibu yang seharian bersama anak-anak di rumah, harus baik kondisi hatinya, harus didukung perasaannya, harus dilindungi harga dirinya, oleh orang yang seharusnya paling dekat dengannya: suaminya, ayah dari anak-anaknya. . Maka ayah, cintailah ibu dari anak-anakmu itu, maka ia akan memberikan cinta yang berlipat untuk anak-anakmu. Karena untuk membentuk anak-anak yang bahagia, perlu ibu yang bahagia pula. Bentuk dukungan dan cinta ini tentu bukan hanya terkait nafkah lahir, namun lebih pada dukungan emosional dan psikologis ibu. Kenalilah bahasa cinta ibu, cintai dengan caranya ingin dicintai. Sungguh mengisi penuh tanki cinta ibu adalah modal awal terbaik untuk membesarkan anak yang penuh cinta pula. . © Yulinda Ashari
69 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
Bismillaah.. Ibu-ibu yang sedang butuh ilmu atau sedang berikhtiar untuk bisa VBAC (Vaginal Birth After Caesarian) a.k.a melahirkan normal setelah sebelumnya caesar, boleh ikut kulwap ini. Atau bantu sebarkan untuk yang membutuhkan infonya ya.. Pembicaranya Ma Syaa Allah, pengalaman melahirkan ke-8 anaknya membuat saya merinding, begitu luar biasa perjuangan melahirkan beliau, hingga pernah melahirkan normal dengan IUFD/janin sudah meninggal di dalam rahim. Kebayang gimana rasanya berjuang melahirkan secara normal janin yang kita tau ia sudah tidak bernyawa? Allahu, Semoga Allah limpahkan pahala yang banyak... Saat ini dokter Dea juga seorang doula AMANI Birth, Coach VBAC, Konselor Menyusui dan Konsultan Menggendong. Cek infonya di bawah ini yaa ----------------------------------------------------------------------------- Kemarin habis sesar nih, pengen lahiran normal 🥺
Bisa nggak ya? Gimana caranya? Syaratnya apa aja? Persiapannya apa aja? Luka bekas operasi vertikal bisa atau harus horizontal?
Yuk belajar bareng HaPpy di kulwap
🔰🔰🔰🔰
Koentji Keberhasilan VBAC (Vaginal Birth After Cesarean)
🧕🏼Bersama : Dea Revania, drg,. M.Si., AMANI ✅Chapter Leader ICAN (International Cesarean Awareness Network) Indonesia ✅Certified VBAC Coach
📆 Hari, Tanggal : Selasa, 16 Juni 2020 ⏰ Pukul : 19.30 WIB
▶️ Investasi ✅ 50.000
⏬ KUOTA TERBATAS⏬ amankan kursimu ke wa.me/6287776122123
🔰🔰🔰🔰🔰
Healthcarepedia Indonesia (HaPpy) Partner for Your Health and Taqwa
3 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media
Sering nonton edukasi tumbuh kembang di youtube, membuat saya tersadar bahwa kolom komentarnya sering jadi ajang pamer tumbang anak masing-masing, tak jarang juga malah membuat orang tua lain merasa insecure: anaknya kok udah bisa begini dan begitu, kok anakku belum, padahal usianya sama. . Atau ada yang berkomentar kocak karena kesal: "Alhamdulillah ya anak saya usia 2 bulan udah bisa cari uang sendiri, udah bisa disuruh ke warung beli sembako, udah bisa disuruh benerin genteng bocor." wkwkwkwk . Buibu pakbapak, kalau bandingin anak itu jangan sama anaknya tetangga, tapi bandingin sama standar tumbang yang berlaku, kalau masih dalam batas normal, it's okay kok. Jangan sampai kita fokus membandingkan tumbuh kembang anak kita dengan anak orang lain, hingga kita lupa mencintai dan menerima anak kita dengan apa adanya dia. . Ini cerita kita bersama si kecil, nikmati, fokus padanya, dan berbahagialah ❤
41 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media
Bila saat itu kamu bisa merasakan betapa tersiksanya hatimu tatkala menjadikan selain-Nya tujuan, namun mengapa kamu tak bergegas meninggalkannya lalu menuju kenikmatan dalam sebuah ketaatan kepada-Nya? Mari menata niat dan tujuan sebaik-baiknya, sebab perkara menjaganya selama hidupmu, adalah sesuatu yang jauh lebih besar lagi perjuangannya..  
21 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Waaa, nice info. Keren bangeet ini ternyata setelah nyobain, mudah bangeets. Cobain giih
Tumblr media
PERBANYAKLAH SEDEKAH DI HARI JUM'AT
Ibnul Qayyim berkata, ”Bersedekah pada hari Jum’at dibandingkan hari-hari lainnya dalam sepekan, seperti bersedekah pada bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan lainnya.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda:
والصدقة فيه أعظم من الصدقة في سائر الأيام
”Bersedekah di dalamnya lebih besar (pahalanya) daripada bersedekah pada hari lainnya.” (hadits mauquf shahih namun memiliki hukum marfu’).
Sahabat, di hari Jumat yang penuh barokah ini mari perbanyak amalan dan sedekah agar mendapatkan kemuliaan dan pahala.
Sedekah mudah mulai dari Rp 1.000 pakai saldo LinkAja, Gopay, OVO, DANA dan ShopeePay
Atau bisa juga dengan transfer bank, mulai dari Rp 20.000
Caranya mudah banget, nggak sampai 1 menit. Langsung aja klik: bit.ly/sedekahseribu
13 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media
Is He/She The One?
. Tidak lama setelah menikah, saya dihadapkan dengan "kasus" perceraian seseorang beberapa bulan setelah mereka taaruf. Iya memang, taaruf tak menjamin hubungan suami istri akan langgeng. . Waktu itu, saya nanya ke suami, "Padahal prosesnya sudah benar lewat taaruf, kenapa bisa cerai ya?" Jawabannya, "Wallahu a'lam, barangkali ada niat yang keliru di awal, atau ada proses dalam taaruf yang tidak terjaga, atau memang itu ujian saja untuk beliau. Banyak yang harus diintrospeksi." . Whuaaah jleb! Tak semuanya yang katanya taaruf, menjalani proses sesuai syariat Allah :"" . Kalau ada yang tanya ke saya, "Gimana ya caranya kita bisa yakin bahwa dia pasangan yang benar-benar baik dan tepat untuk kita?", jawabannya: wallahu a'lam, tugas kita hanya berusaha melalui prosesnya sesuai tuntunan Allah dan RasulNya. . Kita mungkin tidak akan pernah benar-benar yakin bahwa she/he is the one, tapi bagi saya yang terpenting adalah prosesnya harus benar. Ibarat penelitian, gimana biar hasilnya valid? Asalkan prosedur penelitian ditempuh dengan benar, maka hasil penelitian akan dianggap valid dan benar. . Maka dalam langkah menuju pernikahan, perhatikan dan jaga setiap prosesnya, jangan sampai ada hal yang tidak Allah ridhai dan akan mengurangi keberkahan pernikahan. Teruuus mendekat ke Allah, minta pada Allah, "Jika dia memang baik untuk masa depanku, baik untuk agamaku, baik untuk dunia dan akhiratku, maka mudahkan kami untuk bersatu ya Allaah... Tapi jika dia tidak baik menurutMu, maka jauhkan ya Allah, gagalkan dengan cara-Mu ya Allah.." . Kalau di tengah jalan Allah tunjukkan keburukannya, ya jangan diteruskan, itu juga salah satu bentuk ketaatan kan? Jangan ngeyel thoo.. . Masa-masa pemilihan pasangan, harus netral, harus berserah, harus taat. Katanya mau membangun pernikahan yang Allah ridhai dan berkahi, tapi melalui proses yang Allah tidak ridha, atau dinodai hal-hal yang mengurangi keberkahan, ya terus gimana kita mengharap berkahnya dong?
101 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Lombrosso dan Coppenhaur mengenalkan teori pesimisme/nativisme, bahwa perkembangan tingkah laku manusia sepenuhnya ditentukan oleh hereditas, kecil sekali kemungkinan lingkungan akan berpengaruh. . John Locke mengenalkan teori optimisme/empirisme atau lebih dikenal dengan teori tabula rasa, yakni manusia terlahir sebagai kertas putih yang kosong, lingkunganlah yang akan sepenuhnya mempengaruhi perkembangan tingkah lakunya. . William Stern menggagas teori konvergensi, bahwa perkembangan tingkah laku manusia ditentukan oleh faktor hereditas dan faktor lingkungan (kombinasi). . Sedangkan Islam, mengenalkan kita pada konsep fitrah, bahwa setiap manusia terlahir dengan "isi", yaitu iman, tauhid, dan Islam. . Dalam Al-Mu'jamul Wasith, fitrah diartikan sebagai "tabiat/pembawaan yang selamat tidak dicela karena aib". Jadi, fitrah itu sudah menjadi tabiat yang bersih, suci, dan tidak mengandung keburukan. . Lalu apa tugas pendidikan kita pada anak? Memelihara, menjaga, menumbuhkan, dan menyuburkan fitrah ini agar tidak rusak, tertutupi, atau terpalingkan. Ya, yang perlu kita lakukan "hanya" menjaganya. . Semoga Allah mampukan kita 🍂
115 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media
. Sering nonton edukasi tumbuh kembang di youtube, membuat saya tersadar bahwa kolom komentarnya sering jadi ajang pamer tumbang anak masing-masing, tak jarang juga malah membuat orang tua lain merasa insecure: anaknya kok udah bisa begini dan begitu, kok anakku belum, padahal usianya sama. . Atau ada yang berkomentar kocak karena kesal: "Alhamdulillah ya anak saya usia 2 bulan udah bisa cari uang sendiri, udah bisa disuruh ke warung beli sembako, udah bisa disuruh benerin genteng bocor." wkwkwkwk . Buibu, pakbapak, kalau bandingin anak itu jangan sama anaknya tetangga, tapi bandingin sama standar tumbang yang berlaku, kalau masih dalam batas normal, it's okay kok. Jangan sampai kita fokus membandingkan tumbuh kembang anak kita dengan anak orang lain, hingga kita lupa mencintai dan menerima anak kita dengan apa adanya dia. . Ini cerita kita bersama si kecil, nikmati, fokus padanya, dan berbahagialah ❤
16 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media
Kata suami, mendampingi istri melahirkan itu rasanya seperti pengalaman spiritual tersendiri. Melihat istri tercintanya (uhuy) kesakitan dan terluka berdarah-darah demi memperjuangkan kehidupan darah dagingnya itu bukan main-main campur aduk rasanya. Jadi lebih memahami juga perjuangan ibunya dan istrinya sehingga bisa lebih berempati. Bahkan beliau sempat sangat kecewa karena tidak diperbolehkan mendampingi saya saat proses persalinan berlangsung, alasannya karena saya akan melahirkan sungsang pervaginam dan ada treatment khusus, khawatir beliau tidak akan tega melihat saya (dan emang pasti gak tega kayaknya 😅). . Kata beliau setelah saya melahirkan, "Aku kecewa karena disuruh keluar ruangan, kalau qadarullaah kamu wafat saat melahirkan, itu artinya aku gak ada di samping kamu saat itu, dan momen saat aku keluar ruangan akan jadi momen terakhir aku melihat kamu hidup." Ih waw, ngeri ngeri so sweet yah 🙃 . Baik cuss ini sedikit tipsnya sesuai pengalaman kami ditambah baca-baca buku: . 1. Persiapkan hal-hal teknis sebelumnya seperti baju bayi, baju ibu, baju ayah, handuk, selimut dll, persyaratan administrasi RS/bidan (KTP, KK, BPJS), uang, snack, kurma, tumbler air minum, alat transportasi dsb. . 2. Belajar dan baca-baca ilmu persalinan ya Ayaah, apa itu kontraksi dan interval, pembukaan, induksi, risiko-risiko persalinan, pijat endorfin & oksitosin, alasan harus operasi caesar dsb. Jangan hanya ibunya saja yang belajar yaa, saat ibunya sangat kesakitan udah ambyar segala macem, Ayah yang take control dan harus ambil keputusan lhoo. Jangan hanya manut-manut saja nanti tanpa ilmu. Hiks :" . 3. Banyak-banyak ngobrol juga dengan istri tentang harapan persalinannya. Nanti kira-kira maunya gimana, dampingi dengan penuh cinta dan ketulusan #tsaah. Dukung dan percaya bahwa istrimu bisa 💪 . 4. Fokus pada ibu dan bayi yaa, jangan main game, nonton anime, ngurusin kerjaan, atau sibuk hapean, nanti dulu pleaseee~ 5. Saat istri mulai meracau karena kesakitan kontraksi, jangan terlalu banyak bicara, bahkan lebih baik diam saja, cukup genggam erat tangannya dan elus-elus punggungnya, cium keningnya. Karena satu kata saja keluar semisal, "Sabar..", mungkin akan berbalas, "Sabar! Sabar! Kamu gak ngerasain siiih, ini sakiiiit!", terus berlanjut, "Jangan sentuh aku!" 🙃 Jadi diem aja yaa, atau istighfar, atau baca Al-Qur'an lirih, atau ajari istri cara bernafas yang benar (hayoo gimana seharusnya nafas saat melahirkan? Belajar ya!). Siap-siap juga jika istri mulai mengeluarkan kata-kata, "Aku gak kuat", bahkan, "Aku mau meninggal aja", terus elus-elus sambil istighfar saja. . 6. Stay cool, jangan menampakan kepanikan karena akan sangat berpengaruh pada psikologis ibu. 7. Bantu ibu melakukan hal-hal yang ia mau, misal ingin makan, minum, ubah posisi, dll. Biasanya suaranya jadi lirih sekali seperti berbisik, siap-siap dekatkan telinga~ . 8. Ibu jadi sangat sensitif dengan bau, maka pastikan diri ayah bersih, wangi, pakai deodoran dan parfum, dan nafas yang segar karena seringkali harus ngobrol dekat sekali. Bau badan atau bau mulut akan cukup mengganggu si ibu. . 9. Kalau rasanya tidak kuat untuk menangis, panik atau stres, minta izin pada istri untuk keluar ruangan sebentar dan menyegarkan pikiran. . 10. Setelah istri melahirkan, beri makan dan minum (disuapin ajaa hehe) karena sudah mengeluarkan banyak tenaga. Puji bahwa istrimu hebat dan berterima kasihlah dengan tulus karena sudah berjuang melahirkan. . Sejak awal sebelum waktu melahirkan, tanyakan kesiapan suami untuk mendampingi, jika dirasa tidak kuat misalnya, lebih baik minta didampingi yang lain. Karena tidak semua suami mampu buibu, kalau dipaksakan khawatir justru pasiennya jadi nambah juga sama suami 🙃 *serius Saat melahirkan, kita perlu pendamping dengan tipe tenang & motivator, bukan yang panikan, karena akan sangat mempengaruhi kondisi psikologis ibu juga kata bidannyaa... . Jadiii suamii...siapkan ilmu, siapkan mental, siapkan dana, dan tentu saja perbanyak doa dan keridhaan untuk istri ya. Terima kasih sudah mau sama-sama berjuang! . Buibu ada yang mau nambahin lagi? Monggo 🤗
69 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media
Bukan Sekedar Ingin...
"Siapa di sini yang ingin anak-anaknya menjadi hafiz dan hafizah?", tanya ustazah Ida. . Semua peserta yang hadir mengangkat tangan. . "Siapa yang sampai saat ini sudah istiqomah mentalqin anaknya 1-3 ayat setiap harinya?", tanya ustazah lagi. . Dari ratusan orang yang hadir, hanya 3 orang yang mengangkat tangan. . "Mendidik anak menjadi hafiz dan hafizah itu bukan hanya sekadar kepengen saja pak bu, tapi juga harus action." . . Begitu kata ustazah Ida, ibunda dari Ahmad Fawwaz Hafiz Indonesia 2016, di seminar Qur'anic Parenting tadi. . Ah, mungkinkah kita salah satunya, yang bercita-cita menjadi hafiz hafizah dan memiliki anak hafiz hafizah, tapi tidak istiqomah belajar dan mengajarkan Al-Qur'an? Mungkinkah kita orangnya, yang berharap anaknya tumbuh menjadi salih dan salihah, tetapi tidak berusaha untuk mensalihkan dan mensalihahkan diri? Ataukah kita orangnya, yang tidak mau repot terkait mendidik anak, dan menyerahkan semuanya kepada lembaga pendidikan? . "Sayang sekali pak bu, kalau anak pintar, anak menghafal Al-Qur'an, tapi semuanya berkat gurunya di luar, sedangkan kita sebagai orang tua hanya terima jadi saja.", kata beliau melanjutkan. . Ah, saya jadi ingat salah satu teladan dari ibu Wirianingsih, "Saya pastikan, perkara baca tulis hitung dan belajar membaca Al-Qur'an, itu selesai di tangan saya sebagai ibunya, bukan oleh orang lain." . Lho, kalau kita sendiri masih terbata-bata membaca Al-Qur'annya bagaimana? Ayo sama-sama belajar. Sudah diberikan waktu oleh Allah sekian puluh tahun, kemana saja?
38 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media
AYAH ADA, AYAH TIADA @yulindaashari . Setelah viralnya kasus Reynhard Sinaga, beberapa praktisi psikologi mulai mengaitkannya kembali dengan ketiadaan peran ayah dalam pengasuhan atau biasa disebut fatherless. Meski tentu tak sepenuhnya benar, tapi fatherless ini memang perlu menjadi concern kita karena berdampak cukup banyak pada psikologis anak di kemudian hari. . Dulu saat saya mengobrol dengan anak-anak di bawah umur yang melakukan tindak kriminal (pembegalan, pemerkosaan, bahkan pembunuhan) di Panti Sosial Anak Berhadapan Hukum, hampir semuanya mengaku tidak dekat dengan ayahnya. Entah itu karena ayahnya telah meninggal, ayahnya bersikap kasar, atau jarang sekali mengobrol dengan ayah di rumah. . Sejak bertahun lalu, fatherless memang menjadi salah satu masalah yang cukup besar di negara ini, dengan atau tanpa disadari. Bahkan, Indonesia digadang-gadang sebagai salah satu fatherless country di dunia. Hal ini banyak terjadi karena anggapan yang sudah cukup mengakar di negara kita, bahwa tugas ayah hanyalah bekerja dan mencari nafkah, sedangkan tugas pengasuhan sepenuhnya dilakukan ibu. Akhirnya, banyak anak menjadi "yatim" sebelum waktunya, ayahnya ada, tapi seolah tak ada dan tak berperan banyak dalam pengasuhan. . Padahal kelak, ayahlah yang akan pertama kali dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah terkait pengasuhan anak. Padahal, percakapan ayah dan anak di dalam Al-Qur'anpun jauh lebih banyak disebutkan dibanding percakapan ibu dan anak. . Jika ayah masih bingung harus melakukan apa, beberapa hal sederhana ini bisa dilakukan. Saat anak masih bayi, terlibatlah dalam hal memandikan bayi, mengganti popok, menyuapi, menggendong dan membantu menenangkan saat menangis, mengajak bermain, bercanda, mengobrol, atau sekadar membaca Al-Qur'an di depan bayi. Saat anak sudah cukup besar, milikilah waktu khusus setiap harinya untuk mengobrol dengan anak-anak, atau bisa jadwalkan setidaknya satu kali sehari untuk makan bersama keluarga, lalu ciptakan suasana yang hidup dan hangat bersama istri dan anak-anak. . Tentu para ayah bisa berteladan pada sebaik-baik teladan, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Beliau yang memiliki agenda dakwah luar biasa padat bahkan harus berperang, adalah sosok yang sangat dekat dan dicintai oleh anak-anak serta cucunya. Lalu jika ada ayah yang mengatakan bahwa ia sangat sibuk bekerja untuk menafkahi anak istri, tapi tidak memiliki waktu untuk bersama mereka, maka ada hal keliru yang harus diluruskan kembali. . Ayah, pulanglah. Anak-anak dan istrimu bukan hanya sekadar butuh harta, mereka juga butuh dirimu untuk bercengkrama dan bercanda ria. Sungguh kehidupan yang sederhana namun hangat penuh canda, jauh lebih berharga bagi jiwa, dibanding memaksakan untuk bermewah-mewah namun jadi menghilangkan peranmu di rumah..
29 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media
"Teh, saya berencana menikah dalam waktu dekat, tapi ternyata calon suami ada masalah di pekerjaannya dan berencana resign. Saya bingung teh mikirin ini, gimana nanti kehidupan rumah tangga kami kalau suami gak kerja?" . . Masalah finansial, tak dipungkiri menjadi salah satu masalah yang krusial dalam rumah tangga. Kita sering mendengar, suami itu tidak harus punya pekerjaan tetap, tapi tetap harus bekerja. Prinsip ini, tergantung masing-masing calon istri, mau diterapkan atau tidak. . Tapi dalam kasus di atas, yang saya tekankan pada si perempuan adalah, "Apakah kamu yakin bahwa calon suamimu adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan bisa diandalkan? Jika jawabannya iya, maka tidak perlu khawatir, dia akan melakukan segala cara untuk bisa tetap menafkahi keluarganya." Saya memintanya untuk menjawab dalam hati, pilihan ini benar-benar terserah pada mereka yang akan menjalani. . Bertanggung jawab, adalah salah satu kriteria mutlak yang harus ada dalam diri calon suami. Mapan, tak jadi jaminan. Yang bekerja tetap, bisa sewaktu-waktu kena PHK. Yang punya perusahaan, bisa sewaktu-waktu bangkrut. Tapi yang bertanggung jawab, selalu bisa melihat peluang dan tak perlu kita khawatirkan. . Bapak-bapak yang berjualan cobek batu meski sudah sepuh, berjualan cermin, menjadi tukang becak meski sudah renta, menjadi petugas kebersihan, atau kakek-kakek yang bekerja sebagai driver gojek, bagi saya adalah para suami dan ayah yang bertanggung jawab pada keluarganya. Tentu saja berbeda dengan mereka yang lebih memilih diam di rumah menganggur dengan alasan mencari kerja itu susah. . Zaman sekarang, asalkan mau, sirup dicampur air dimasukan kulkas menjadi es mambo saja, kalau dijual bisa menghasilkan uang. Apalagi milenial sekarang yang jauh lebih banyak peluangnya jika mau berusaha. . Bekerja kalau hanya untuk hidup, In Syaa Allah selalu bisa. Tapi kalau untuk membeli gaya hidup, lain lagi ceritanya.
25 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media
Benarkah Pekerjaan Rumah Tangga Menurunkan Wibawa Suami?
Beberapa waktu lalu, saya membaca IG story teman yang meminta pendapat mengenai suami yang melakukan pekerjaan rumah tangga. Katanya, kebanyakan orang menganggap bahwa hal tersebut dapat menurunkan wibawa suami. . Sejak kecil, saya sudah terbiasa melihat bapak mengerjakan pekerjaan rumah, saling membantu dengan mamah. Seringkali, mamah yang mencuci baju, bapak yang menjemur; mamah yang menyapu lantai, bapak yang mengepel; mamah yang memasak, bapak yang cuci piring. Bapak juga kadang memasak, juga bisa menjahit sendiri jika ada bajunya yang robek atau kancingnya yang copot. . Apa itu menurunkan wibawa bapak di depan kami? Tentu saja tidak. Saya malah jadi ingin sekali memiliki suami seperti bapak, yang sangat "helpful" kepada istrinya terkait pekerjaan rumah tangga. . Sekarang, saya hanya tinggal bertiga di rumah (saya-suami-anak) tanpa khadimat/ART. Terkait pekerjaan rumah tangga, tentu kami berbagi peran, mengingat saat ini kami juga punya bayi. . Karena suami tidak bisa menyusui, maka itu menjadi tugas utama saya saat ini 😁. Sisanya? Suami yang handle. Huehehe . Pagi ini, baju kami berdua sudah dicuci dan dijemur di luar oleh suami. Saya tinggal cuci bajunya Hilal. Nasi juga sudah tersedia, dimasakin suami. Tadi jam istirahat kantor, suami pulang bawa lauk pauk, sekaligus buang sampah. Hilal main dengan ayahnya, giliran saya yang beberes rumah. Pas saya mau cuci piring, katanya, "Ngapain cuci piring, Bun? Biar aku aja." Saya cuma mesem-mesem bahagia. Meski ternyata beliau lupa nyuci piring dan langsung berangkat ke kantor lagi. Wkwkwkwk gapapaaa yang penting udah niat kan yaa. . Semua hal itu, tidak menurunkan wibawa dan harga diri suami di depan saya, malah tambah cinta. Uhuy~ Kelak, Hilal juga bisa berteladan pada ayahnya secara langsung, bagaimana ia harus memperlakukan dan memuliakan istrinya. . Bagi saya, di balik istri dan ibu yang bahagia, ada suami yang selalu support: support dalam urusan pekerjaan rumah tangga, support dalam momong anak, support dalam ibadah, dan support dalam aktualisasi diri istri. Jangan lupa bahagia ya, aku, kamu & kita 😁
23 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media
Saya membaca artikel ini di aplikasi Chai's Play beberapa hari yang lalu, sekaligus mengingatkan saya pada seorang ibu muda yang bercerita bahwa ia dilarang sering-sering menggendong bayinya karena khawatir ketergantungan. Bau tangan, begitu katanya. Akhirnya asalkan si bayi sudah disusui dan diganti popoknya, ia akan dibiarkan begitu saja meskipun masih menangis kencang, hingga si bayi kelelahan sendiri dan tertidur. Padahal, usianya masih beberapa hari. Kasihan sekali kamu, nak 💔 . Kebutuhan bayi, tentu saja tak hanya biologis dan fisik, tapi juga psikisnya. Ia butuh untuk merasa aman, nyaman, disayangi dan dicintai. Kita perlu paham, bahwa dunia masih menjadi tempat yang asing dan menakutkan bagi bayi setelah sebelumnya berada di alam rahim. Jika ia boleh memilih, mungkin ia akan lebih memilih untuk tetap tinggal di rahim dibanding terlahir ke dunia ini. Lalu bayangkan bagaimana perasaannya, saat tangisan ketakutan dan keasingannya itu justru kita abaikan? . Berempati pada perasaan anak, perlu dilakukan sejak ia terlahir ke dunia. Kemampuan berkomunikasinya yang hanya bisa sebatas menangis untuk menyampaikan segala kebutuhan fisik, psikis, dan biologisnya, harus direspon aktif oleh orang tuanya. Jika tidak, tentu efeknya juga bisa jangka panjang. Para remaja dan dewasa yang tidak terlalu dekat dengan orang tuanya, berontak, atau bahkan mengobrol saja menjadi hal yang sulit, kemungkinan karena perasaannya sering diabaikan saat ia masih kecil. Dan tentu saja, pengabaian perasaan dan tangisan bayi ini juga bisa menjadi cikal bakal tantrum pada anak di kemudian hari. . Berempati pada anak sejak dini, juga akan membuat anak mudah berempati terhadap perasaan orang lain, mudah untuk bersosialisasi, dan tentu saja lekat secara emosional dengan orang tuanya. Saat anak menangis, datanglah, tanyakan perasaannya, dan apa yang kita bisa bantu untuknya. . Jika kita saja senang dipahami perasaannya, dibantu saat ada masalah, dan dipeluk saat butuh ketenangan, maka hal itu pula yang dibutuhkan anak dari kita.
23 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media
Haruskah Bayi Diajak Bicara?
"Emangnya anak harus diajak ngobrol sejak masih bayi ya?", begitu kata beberapa orang. . Jawabannya... Tidak. Karena seharusnya dia sudah diajak ngobrol sejak masih di dalam kandungan 🙊 . "Tapi kan dia belum ngerti apa-apa?" . Hey, Anda jangan meremehkan kemampuan janin dan bayi ya! Mereka sangat jenius lhoo! huehehee . Mengajak ngobrol bayi, selain untuk memperkenalkan bahasa kita, mengoptimalkan pendengaran dan kemampuan berbahasanya, membuat bayi nyaman, memupuk kecerdasan, juga tentu saja untuk membangun kedekatan emosi antara bayi dan ayah bunda. 🤗 . "Kesel akutu bun dicuekin terus gak diajak ngobrol.", begitu kata si bayi (ngaraaang 😝) . Jadi, jangan ragu untuk mengajak ngobrol dan membacakan cerita pada janin serta bayinya yaaa. Berkatalah yang baik-baik saja, gunakan bahasa yang baik dan benar (jangan dicadel-cadelkan), menggunakan bahasa yang baku dan ilmiah lebih baik lagi. Hehe . Tapiii, jangan curhat tentang keburukan orang lain pada bayi, apalagi misal kalau lagi marah sama suami, "Duh naak, ayahmu tuh nyebelin banget blablabla." Jangan ya buuuk jangaaan. Tetep difilter obrolannya! . Selamat mengobrol! . (image by bady qb)
14 notes · View notes
indastory · 4 years
Photo
Tumblr media
Duluuu sekali saat awal-awal kuliah psikologi, teman-teman yang curhat bilang, "Nda, aku mau curhat, tapi jawabnya dari sisi ilmu psikologi ya jangan dari sisi agama plis!" . Beberapa lama setelah saya belajar psikologi, teman-teman berkomentar, "Aku seneng deh sekarang kamu bener-bener bisa misahin peran kapan jadi psikolog dan kapan jadi ustazah." . Setelah menikah dan banyak ngobrol dengan suami, ternyataa...ilmu apapun itu tetap tidak bisa terlepas dari ilmu agama, apalagi terkait psikologis kita, yang sejatinya memang hanya bisa tenang saat kita mengingat dan mendekat pada Sang Pencipta. Mau curhat sebanyak apapun, terapi selama apapun, selama jiwanya hampa akan Tuhan, maka tidak akan mendapatkan ketenangan yang sebenarnya. . Salafush shalih terdahulu, seberat apapun masalahnya, tak pernah terdengar cerita ada yang terganggu jiwanya. Pun, saya teringat kisah Al-Khansa radiyallahu anha, wanita yang begitu meratapi kematian kakaknya dengan membuat syair duka cita yang menyayat hati, namun setelah masuk Islam, ia bahkan menyerahkan seluruh anaknya untuk syahid di jalan Allah. . Betapa, keimanan yang mengakar itu amat sangat menguatkan jiwa kita. Komitmen kita sebagai seorang muslim untuk senantiasa bersyukur, bersabar, beribadah, dan mencari hikmah atas setiap kejadian, adalah hal yang sangat menyehatkan mental kita. Lebih kuat efeknya dibanding terapi-terapi psikologis yang dibalut dengan nama ilmiah oleh pihak Barat sana. Masalahnya barangkali, karena kita tidak terlalu percaya, betapa hebatnya ajaran agama ini
35 notes · View notes