Tumgik
arikasaputra · 3 years
Text
"Kadang, lemahnya kita dalam menerima nasihat bukan karena logika kita tidak mampu mengiyakan. Tetapi lebih kepada disaat itu ego kitalah yang lebih mengambil peran sehingga sebuah nasihat kebaikan tak ubahnya terlihat bagaikan sebuah sindiran."
111 notes · View notes
arikasaputra · 3 years
Text
Algoritma Rezeki
"Sesungguhnya Rezeki memburu hamba lebih banyak dari kejaran ajal kepadanya."
Adalah perempuan suci, lemah tak berdaya setelah mengemban amanah yang tak pernah diberi kepada siapapun sebelumnya. Hamil tanpa pernah tersentuh laki-laki atas perintah tuhannya.
Di perutnya ada bayi yang terkandung, terbawa hingga di tengah tengah gurun pasir nan tandus. Gersang, tak ada makanan mudah diraih. Ditambah lagi tubuh lemah yang terpaksa melangkah karena diusir dari tempat tinggalnya.
Dia adalah Maryam binti Imran, salah satu wanita paling suci di muka bumi. Sebagaimana insan yang pasti diuji, Dia (Maryam) harus pergi lalu melahirkan seorang diri. Tanpa siapapun menemani, kecuali Allah yang melindungi.
Setelah melahirkan, dengan keadaan lemah tak berdaya. Allah kirimkan rezekinya. Pohon Kurma tempatnya berteduh dari terik matahari, menyimpan buah yang cukup banyak untuk dimakan. Tapi apakah mungkin bisa diterima logika? Perempuan lemah, berdarah, habis melahirkan diminta untuk menggoyangkan Pohon kuat dan Kokoh seperti kurma?
Rasanya akal manusia tidak akan mampu menerimannya. Namun Algoritma Rezekinya bahwa Kurma itu miliknya, rezeki bagi dirinya dan buah hatinya. Digerakan segenap tenaga sisanya, lalu Allah runtuhkan buah buah kurma segar di hadapanya.
Belajar tentang rezeki, belajarlah dari cabang bayi di dalam perut. Tidak punya cukup upaya, tapi Allah senantiasa kirimkan rezekinya melalui sang Ibu.
Bahkan ketika lahirnya kedunia, hanya bermodal tangis agar terdengar kedua orang tuanya. Allah segera berikan Rezeki melalui ASI yang dititipkan pada Ibunya. Inilah Konsepnya, Inilah Algoritma Rezekinya. Allah yang mengatur semuannya.
Belajar Tentang Rezeki, liatlah burung-burung yang terbang bebas di pagi hari untuk mencari rezeki dalam rasa lapar. Lalu pulang di terbenamnnya matahari, dalam perasaan cukup kenyang dengan rezekinya.
Hari ini, banyak diantara kita yang Sibuk dengan Perihal rezeki. Hingga lupa diri kemana ia harus mencari. Padahal Algoritma Rezeki ada pada Tuhan yang mengaturnya. Yang menghendaki setiap hal bahkan pada setitik kecilpun yang tak lupa dari-Nya.
Maka benarlah Pesan Imam Al-Ghazali ;
"Boleh jadi kita tak tahu di mana rezekimu, tapi Rezekimu tahu dimana dirimu. Jika ia ada di langit, Allah akan perintahkannya tuk turun dan mencurahimu. Jika ia ada di bumi, Allah akan memintanya muncul dan menjumpaimu. Dan jika ia berada di lautan, makan Allah akan menitahkannya untuk menemuimu."
162 notes · View notes
arikasaputra · 3 years
Text
"Sadarlah, sekecil apapun masalah dalam hidupmu jika ruang maafmu tak pernah terbuka lebar, maka ia akan tetap jadi masalah yang besar. Begitupun seberapa besar masalahmu. Jika ruang maafmu jauh lebih luas, maka ia akan menjadi hal kecil dan menguatkanmu pada akhirnya."
514 notes · View notes
arikasaputra · 3 years
Text
"Dunia tak pernah lupa bagaimana perjuangan seorang ibu dalam merawat anaknya. Namun anak sering lupa merawat seorang ibu karena dunianya."
Semoga kita terhindarkan dari hal demikian. Aamiin
131 notes · View notes
arikasaputra · 3 years
Text
"Perempuan yang hebat bukanlah yang bisa melakukan semuanya sendiri. Tapi yang bisa membuat laki-lakinya menemukan jati diri."
- Arika Saputra
130 notes · View notes
arikasaputra · 3 years
Text
"Dekatnya manusia boleh jadi terlihat oleh mata. Dekatnya kamu pada Tuhanmu boleh jadi tak terlihat banyak mata, tapi terasa tenang di dalam dada."
Arika Saputra
55 notes · View notes
arikasaputra · 3 years
Text
"Seringkali uang yang mudah kurang keberkahannya."
Adalah Adam AS yang diberi tempat mulia. Semua tersedia serba ada. Apapun yang ia mau, tersedia di tempat paling sempurna. Surga namanya.
Namun sayang dengan syarat yang begitu sederhana dari Tuhannya. Ia tak mampu menahan goda dari musuhnya. "Silakan kamu makan apapun di surga ini, kecuali satu (Pohon yang dilarang).
Namun Adam tergoda dengan 'keinstanan' agar abadi di surga. Padahal hanya tipu daya iblis yang berkata "Buah keabadian" agar terpenjara dalam perkataannya. Akibatnya Adam beserta istrinya, diturunkan ke dunia atas perintah-Nya.
Banyak dari kita yang tergoda dengan hal instan. Penyebab korupsi misalnya. Tidak tahan dengan lamanya waktu. Padahal tak jarang harta di tangan sudah terlampau penuh. Masih saja terjerumus nafsu, yang bukan haknya pun dirampas tanpa ragu.
Kebodohanpun nyatanya adalah efek instan. Tak tahan dengan lelahnya belajar, tubuh & otak dimanja sehingga menganggur dan tak tahu kapan bekerja. Namun sialnya pengen Instan jadi pandai tanpa usaha.
Padahal Imam Syafi'i sendiri sudah dengan tegasnya berkata "Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perinhnya kebodohan."
Coba saja tengok makanan yang serba instan. Mie instan, fast food dan semacamnya. Tak ada satupun yang direkomendasikan untuk dikonsumsi berlebihan. Malah dianjurkan untuk dihindari. Tujuannya apa, tak lain karena alasan kesehatan.
Hari ini banyak dari kita yang tak sabar berproses. Inginnya cepat tercapai. Segera berhasil. Cepat pintar memahami sesuatu. Padahal peristiwa Zam-zam sendiri adalah peristiwa proses(7 kali berjalan dari safa ke marwah). Bukan semata-mata hasil.
Terlebih lagi dekatnya pengaruh sosial media. Yang seperti tidak ada lagi hijab antar kehidupan dengan orang lain.
"Hidup ini tak semata-mata bicara tentang hasil. Tentang berapa banyak pencapaian yang bisa kita peroleh di dunia. Melainkan seberapa jauh kita berproses agar apa yang kita upayakan menjadi manfaat bagi semesta."
Wallahu a'lam bishawab
65 notes · View notes
arikasaputra · 3 years
Text
"Doamu mungkin hanya tergiang di telinga, namun getarnya melintasi atap dunia."
Arika Putra
91 notes · View notes
arikasaputra · 3 years
Text
"Miskin boleh jadi pertanda kekurangan. Namun kaya tak serta merta menjanjikan kecukupan. Tak elak memang, jika 'syukur' adalah kata yang teramat dibutuhkan."
74 notes · View notes
arikasaputra · 3 years
Text
Tumblr media
29 notes · View notes
arikasaputra · 3 years
Text
"Lebih Baik Terlihat Bodoh Dengan Menutup Mulut. Daripada Membuka Mulut dan Membodohkan orang Lain."
Ustad Luqmanulhakim Ashabul Yamin
82 notes · View notes
arikasaputra · 3 years
Text
"Laki-laki itu dihargai karena perjuangannya.
Perempuan dihargai karena penjagaannya."
- arikaputra
237 notes · View notes
arikasaputra · 3 years
Text
"Setiap kita akan diminta menjadi dewasa, entah oleh buah pemikiran ataupun dipaksa oleh keadaan."
- arikaputra
4/365
67 notes · View notes
arikasaputra · 3 years
Text
"Jika umurmu tak sepanjang umur dunia, maka sambunglah dengan tulisan"
- Pramoedya Ananta Toer
159 notes · View notes
arikasaputra · 4 years
Text
"Khawatirmu akan dosa jauh lebih baik daripada takaburmu akan pahala"
- Arika Putra
150 notes · View notes
arikasaputra · 4 years
Text
Enyahkan 'Payung' disaat Hujan
Beberapa dari kita mengira bahwa rezeki kita tertunda, sedangkan yang lain sedang panen berlimpah ruah.
Beberapa dari kita sibuk mengerutui takdir, atas ikhtiar yang tak sesuai hasil. Sedangkan disisi lain, ada yang sedang dianugerahi limpahan hasil.
Terkadang, kita merasa bahwa Allah tidak memberikan rezekiNya kepada kita. Usaha ini, tutup. Bisnis itu, bangkrut dan lain sebagainya. Seolah-olah meminta kita berprasangka " kenapa ya Allah tak memberikan rezeki kepada kita?"
Pernah mengalami? Jika iya, maka pertanyaannya akan diubah jadi "BENARKAH DEMIKIAN?"
"Benarkah Allah tidak memberikan Rezekinya untuk kita?"
Mari kita analogikan rezeki dengan Hujan yang Allah turunkan. Jika Allah menurunkan hujan di tempat kita, dan saat itu kita sedang berada di sana. Apakah kita akan kehujanan (read : ditimpa rezeki)?
Jawabannya tentu Iya. Mengapa? Karena air yang Allah turunkan akan langsung membahasi kita.
Namun berbeda halnya jika ketika hujan. Kita mengambil payung, menggunakannya sehingga tidak terkena hujan. Maka hanya sedikit sekali air yang akan membahasi. Hanya Percikan-percikan air saja.
Maka seperti itulah halnya tentang rezeki. Bukan Allah yang tidak menurukan hujan (rezeki), tapi kitanya yang menutupi diri dengan payung. Sehingga Rezeki yang Allah berikan tidak mengenai/diterima oleh kita.
"Kita menyangka Allah yang membatasi rezeki, padahal kita sendirilah yang menutupinya."
Lalu jika hujan adalah Rezeki, maka apa yang menjadi Payungnya (penghalang)?
"Sesungguhnya seseorang dihalangi dari rezekinya dikarenakan dosa yang dilakukannya." (HR. AHMAD)
Wallahu a'lam bishawab
77 notes · View notes
arikasaputra · 4 years
Text
"Setiap kita mungkin bisa berbohong tentang apapun, namun tidak akan pernah bisa menjaganya sampai kapanpun."
Karena hakikatnya 'bangkai' itu akan berbau dan bertambah baunya jika dalam waktu yang lama.
Maka bersyukurlah jika lisan terbiasa berucap jujur, karena tak ditemukan 'bau tak sedap' yang bisa membuat orang menjauh darinya.
Wallahua'lam bishawab
87 notes · View notes