Dunia akhir-akhir ini memanas. Panas karena global warming, panas karena situasi pemilu, ataupun karena konflik Iran-Israel. Sepanas-panasnya keadaan sekarang, tetap waras aja lah pokoknya, jangan sampai kena efek panasnya
Hampir seminggu perhitungan suara PEMILU dilakukan. 14 Februari 2024 jadi penanda hari kasih sayang suara yang hasilnya akan menentukan masa depan Indonesia 5 tahun kedepan.
Untuk hasilnya? Belum bisa ditentukan hasil real count nya yang 100%. Hasil perhitungannya kan sejak 15 Februari sampai 20 Maret, jadi sabar-sabar aja.
Sampai sekarang, demokrasi belum mati kok. Kita cukup tau aja kalau demokrasi negeri ini sedang tidak baik-baik saja.
"kamu tidak bisa menyenangkan semua orang. Kamu lakukan usaha semaksimal mungkin untuk bertindak tapi keputusan akhir berkata lain, beberapa pihak tersakiti, yaa tidak apa-apa, kamu sudah berusaha"
Kamu harus terlihat lebih kuat dari orang sekitarmu. Ketika mereka bersemangat, semangatnya akan mengikutimu. Saat mereka melemah, kamu yang menguatkan mereka.
Namun saat kamu melemah, jangan pernah tampakkan itu, mereka bisa melemah karenamu.
kalau kamu sibuk, berarti banyak hal penting yang kamu kerjakan. Kalau banyak hal penting yang kamu kerjakan, berarti kamu tidak punya waktu untuk hal yang tidak berguna. Kalau kamu tidak punya waktu untuk hal yang tidak berguna, berarti hari mu tidak sia-sia.
Terima kasih proses, rasanya seperti mendaki gunung. Awalnya seneng, setelah jalan jauh berubah panik, jengkel, marah sampai pengen balik pulang. Tapi tetep aja jalan terus walau jalannya terjal dan berbatu. Pas sampai di atas pengen nangis karena terharu. Pulangnya semua terasa jadi mudah karena paham track nya.
Pernahkah kalian berpikir kenapa IQ rata-rata orang-orang di Indonesia berada di angka 78,49 (70-79 merupakan Borderline, batas fungsi intelektual) ?
Banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya karena pendidikan. Coba deh telaah, di keluarga kamu, kamu generasi ke berapa yang sudah sarjana? Keluargaku aja, Aku baru generasi kedua yang sarjana. Kakek nenekku tamatan SD dan paling banter tamatan SMA. Kalau kamu baru generasi pertama, kedua, atau ketiga yang berkuliah, tetap semangat buat nyelesaiin sampai sarjana yaa.
Kuliah itu privilege. Di Indonesia sendiri, hanya 10,15% penduduk usia 15 tahun ke atas yang menamatkan pendidikannya sampai perguruan tinggi. Negara kita masih butuh sarjana.
Tahu nggak, di negara barat, mereka udah generasi ke berapa yang sarjana? Mungkin lebih dari 10 generasi! Kakek dari kakek kakek kakek kakek kakek mereka udah sarjana. Hal itulah yang menjadi salah satu penopang inteligensia negara-negara mereka itu tinggi, karena pendidikan itu sudah mendarah daging. Tantangan buat kita yang masih generasi awal adalah, berusaha buat menanamkan semangat belajar ke generasi selanjutnya dengan memberikan contoh kuliah sampai sarjana. Gender juga tidak menjadi batasan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Terlepas dari pemikiran orang-orang terkenal yang berpikir 'kuliah itu tidak penting', kita nggak boleh telan mentah-mentah pernyataan itu. Ada banyak perspektif mengapa mereka sampai membuat pernyataan seperti itu.
Buat yang masih ragu untuk lanjut kuliah lagi ngerasain perjuangan kuliah yang nyesek sampai hampir nyerah, kamu nggak sendiri kok. Nonton aja video Mata Najwa : Kenapa Perlu Kuliah ala Maudy,Amanda,Andhika di youtube
Walaupun di dalam ruang yang sama dalam hierarki kebutuhan manusia yaitu "Safety", moralitas seharusnya tetap dikedepankan biar nggak ada kasus-kasus durhaka seperti nyuruh orang tua nya mandi lumpur biar dapat cuan. Kamu manusia lho, jiwa kemanusiaannya dipakai.
Dewasa itu melelahkan, bikin sesak malah. Tanggung jawab yang besar, tanggungan yang mulai banyak, sampai tuntutan work-life balance.
Kalau dewasa dianalogikan seperti cuaca, seharian harus tetap cerah walaupun di pagi harinya terjadi hujan badai angin kencang plus petir.
Seperti baterai hp, harus tetap terlihat full charge meskipun saat itu dalam keadaan lowbat dan nggak ada cas-an di sekeliling.
Dan yang tersulitnya, tetap tersenyum dalam duka dan tertawa di atas luka.
Karena kecenderungan menekan mental, makanya marak lah pembahasan soal mental health, perasaan itu jangan ditekan. And That's true. Kalau mau senang, boleh. Mau marah? Dipersilahkan. Dan kalau sedih? itu hak tiap orang. Tapi, jangan sampai emosi yang berlebihan merugikan orang lain. Control it.
Yuk belajar berdamai dengan diri sendiri dan mulai menerapkan mindfulness biar tetap bernapas, tetap hidup, dan tetap bahagia.
Kesibukan kadang jadi penyebab kita kurang memaknai hal-hal yang terjadi di sekitar, salah satunya tentang perubahan cuaca. Aku ngerasain ada hal yang luar biasa tentang hujan yang suka turun sesuai keadaanku. Pas lagi sedih-sedihnya karena seseorang, di perjalanan pulang dari kampus yang awalnya cuma mendung tiba-tiba hujan deras dan Aku sampai di rumah dengan basah kuyup walaupun pakai jas hujan. Dan di hari lain, pas lagi marah semarah-marahnya karena orang lain, cuaca yang cerah jadi mendung, tiba-tiba gerimis, dan akhirnya aku kehujanan lagi. Mungkin bagi orang lain ini biasa aja, tapi setelah Aku merenung ternyata hujan ini ada maknanya bagiku. "Sabar", mungkin itu pengingat yang mau Allah sampaikan untuk masalahku. Mau sedih dan marah karena orang lain, yaa sabar. Akunya emang ngeyel kalau dinasehatin soal kata sabar, jadi mesti disiram air hujan dulu supaya sadar.