Tumgik
#tokoh bangsa
sumbartodaynews · 2 years
Text
Besok, Lintas Elemen Gelar Kirab Merah Putih untuk Menjunjung Persatuan
Besok, Lintas Elemen Gelar Kirab Merah Putih untuk Menjunjung Persatuan
Jakarta, Sumbartodaynews.com – Besok, Lintas Elemen Gelar Kirab Merah Putih untuk Menjunjung Persatuan. Lintas elemen mulai dari Pemerintah, tokoh agama, tokoh bangsa, Polri, pemuda hingga mahasiswa menggelar kegiatan kirab merah putih sebagai wujud untuk menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Kegiatan pembentangan bendera merah putih akan diselenggarakan di kawasan Bundaran…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
lampung7com · 2 years
Text
Buya Syafii Maarif Meninggal Dunia, Kapolri: Kita Kehilangan Tokoh dan Bapak Bangsa
Buya Syafii Maarif Meninggal Dunia, Kapolri: Kita Kehilangan Tokoh dan Bapak Bangsa
LAMPUNG7COM | Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mewakili keluarga besar institusi Polri menyampaikan duka cita dan belasungkawa yang mendalam atas  wafatnya mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau akrab disapa Buya Syafii. “Innalillahi wa innailaihi rajiun, tentunya dalam kesempatan ini kita semua mengucapkan turut berduka cita kepada seluruh keluarga,” kata Sigit saat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
wwwintinewscoid · 6 months
Text
Komisi Germasa GPIB Immanuel Batam, Polda Kepri, Lurah Kampung Seraya Batam Dalam Meningkatkan Persatuan Dan Kesatuan Bangsa di Kota Batam
INTINEWS.CO.ID, KOTA BATAM – Pelaksanaan seminar 4 pilar kebangsaan di Geraja GPIB Immanuel Batam. Komisi Germasa GPIB Immanuel Batam, Polda Kepri, Lurah Kampung SerayaBatam dalam Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa di Kota Batam. Foto oleh Ayub, (18/11). Pelaksanaan seminar 4 pilar kebangsaan di Geraja GPIB Immanuel Batam ini pada hari Sabtu, 18 November 2023, yang diikuti dari berbagai…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
mamadkhalik · 1 month
Text
Catatan Kemenangan : Syahadat Adalah Perlombaan!
Ingatkah kamu akan ambisi Umar untuk mengungguli Abu Bakar? 2 sahabat ini memiliki kisah yang berbeda dalam mendeklarasikan Syahadat. Pada akhirnya kita tahu siapa pemenangnya dan dari kedua tokoh ini kita juga tahu apa yang mereka persembahkan untuk dunia Islam.
Tumblr media
Tapi sekali lagi, kita harus bersepakat bahwa setiap memiliki latar belakang berbeda, pemahaman berbeda, dan juga pengalaman spiritualitas berbeda (proses memahami Islam).
Namun kita juga harus bersepakat dengan start yang berbeda, semua memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi terhadap Islam. Dengan syarat pemaknaaan syahadat yang baik sebagai titik tolak perubahan.
Syahadat itu adalah pemusnah belenggu kebodohan. Berapa banyak kebodohan zaman yang berulang, berapa banyak penyeru tauhid yang datang, dan berapa banyak orang-orang mereka seru jatuh dalam lubang yang sama dan menyekutukanNya? Sekali lagi, semua kembali atas pemaknaan syahadat.
Syahadat itu adalah kebersamaan. Kita ingat akan penaklukan Konstantinopel oleh Sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baiknya pasukan. Kita ingat bagaimana kisah Itsarnya para sahabat ketika dilanda kehausan saat perang. Kita juga ingat betapa bergantinya masa Pemerintahan Islam, dipergilirkan dari satu kaum ke kaum lainya untuk memegang amanah ini karena keyakinan dan amal jamai yang kuat.
Tapi ketika syahadat bermakna kebersamaan, dimana kaum muslimin ketika saudaranya dibantai? bahkan dari sebagian mereka ada yang bekerja sama dengan kaum kafir untuk membantai saudaranya sendiri.
Apa jawaban kaum beriman itu? "
Jangan sedih, Allah Bersama kita
"Hanya Allahlah sebaik-baiknya penolong"
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, "Kami telah beriman, sedangkan mereka tidak diuji? (QS Al-Ankabut: 2)
Kaum beriman ini adalah contoh yang nyata di tengah zaman yang penuh fitnah.
Rasullullah Shalallahu alaihi wassalam menjadikan syahadat, tauhid sebagai dasar pendidikan pertama untuk menyambut perubahan.
Tidak seperti seperti kaum barat akan kapitalismenya, tidak seperti kaum komunis sebagai antitesa kapitalis yang menyerukan revolusi, juga bukan Hitler dengan ideologi Fasisnya. Tapi sekali lagi, bukan itu solusinya.
Beliau hadir ditengah peradaban yang kehilangan akhlak dan melupakan fitrah sebagai manusia. Dengan penuh sabar dan keikhlasan, peradaban itu berubah menjadi peradaban yang besar dan menyebar ke seluruh dunia. Bahkan anak keturunan dari bangsa yang menghancurkan peradaban Islam setelahnya, ketika mereka melafalkan syahadat, mereka menjadi mulia dengan Islam. Sebut saja Bangsa Tatar, Mongol, dan Turki.
Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan Para Generasi Terbaik menjadi contoh realisasi syahadat untuk berlomba-lomba di jalan kebaikan. Fastabiqulkhairat.
Juga untuk generasi kita hari ini, jangan pernah merasa puas akan sebuah ilmu yang sedikit itu. Ingatlah sebaik-baiknya ilmu adalah yang diamalkan, untuk berlomba-lomba dalam kebaikan juga.
"Jalan Allah ini panjang sekali, untunglah kita tidak diwajibkan sampai ke ujungnya. Kita hanya diperintahkan untuk mati di atasbya." - Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
(Ditulis setelah membaca buku "Menggali Ke Puncak Hati" Karya Ust. Salim A. Fillah)
Surakarta, 6 Syawal 1445 H.
youtube
25 notes · View notes
kaktus-tajam · 2 months
Text
Menulis dan Mensitasi Karya Sendiri
Pagi tadi aku mengikuti kuliah intensif Islamic Worldview Dr. Adian Husaini di At Taqwa College Depok. Satu hal yang membuatku terkesima adalah betapa beliau sangat produktif melahirkan artikel, tulisan, dan buku. Tidak sekali dua kali, ketua Dewan Dakwah Islamiyah ini mereferensikan jamaah untuk membaca karyanya untuk pembahasan lebih lanjut.
“Saya sudah tulis di novel Kemi. Nanti baca dialognya di sana.”
“Lengkapnya nanti baca di buku saya 10 Kuliah Agama Islam.”
“Ketika Denny JA menulis buku bermuatan pluralisme, saya buat saja karya bantahannya.”
dan seterusnya.
Peneliti INSISTS ini di usia 58 tahun telah menulis sekitar 1800 artikel di websitenya, puluhan buku, dan karya tulis yang tak terhitung sitasinya. Menariknya, sebagai sarjana kedokteran hewan beliau pernah menekuni profesi jurnalis. Dan Allah memang memberikan beliau kemampuan dan taufiq untuk berdakwah lewat karya-karyanya.
“Lihatlah para pendiri bangsa ini, tokoh-tokoh ini luar biasa! Bahkan dari sebelum kemerdekaan itu Allah takdirkan.. Mereka sudah beradu gagasan-gagasan, dan ini dapat kita lihat di media massa pada saat itu yang memuat buah pikir tokoh nasional. Saling membantah, tapi ketika berjumpa sangat akrab dan hangat.”
Ujar beliau menceritakan tradisi keilmuan ulama, tokoh Indonesia mulai dari Soekarno, Hatta, Moh. Yamin, Natsir, dan seterusnya.. yang nampaknya tradisi intelektual ini beliau teladani betul.
Singkat cerita di akhir kelas, aku menghadap meminta nasihat beliau terkait menuntut ilmu di Barat. Beliau menyimak dan berpesan:
“Terus belajar.. dan biasakan untuk tuangkan lewat tulisan, ya.. Mana kamu sudah mulai menulis belum?”
MasyaAllah. Tertohok rasanya. Dari segi kualitas saja jauh, masa kuantitas juga jauh, Hab.
Semoga Allah jadikan kita wasilah dalam menyebarkan keindahan Diinul Islam, lewat lisan, tulisan, dan pancaran akhlaq kita. Semoga Allah pinjam diri kita untuk kebaikan dan kebermanfaatan ummat lewat pos masing-maaing. Semoga Allah tidak membiarkan kita wafat dengan tidak meninggalkan karya bermanfaat untuk ummat. Selamat menulis. Selamat berkarya.
-h.a.
Ditulis sebagai semangat untuk diri sendiri agar mulai menulis lagi, di hari di mana aku bersyukur seorang @fayzakamalia dilahirkan. Kata Dr. Adian, “wah iya kita butuh ahli di bidang psikologi, masih sedikit sekali (penjaga pos ummat di sana).” Semoga Allah kuatkan, barakallahu fii umriiki.
Tumblr media Tumblr media
27 notes · View notes
rupmoker · 18 days
Text
Tumblr media
Dirjen Pemasyarakatan Periode 2011-2013, Sihabudin, Tutup Usia
Jakarta - Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) periode 2011-2013, Sihabudin, tutup usia, Selasa (30/4) sore. Upacara pemakaman dilaksanakan di Karawang, Jawa Barat pada Rabu (1/5).
Pelaksana Tugas Dirjenpas, Reynhard Silitonga, selaku Inspektur Upacara pada prosesi pemakaman menyatakan rasa bela sungkawa mendalam. “Saya atas nama Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan yang hadir di sini mengucapkan duka cita sedalam-dalamnya atas wafatnya almarhum,” ujarnya.
Reynhard menyampaikan kepergian Almarhum telah meninggalkan kesan mendalam. Beliau adalah putra bangsa yang baik, tokoh yang selalu memegang teguh prinsip-prinsip kebenaran, setia kepada negara, dan bekerja keras mengemban setiap tugas negara yang menjadi tanggung jawabnya. Beliau juga pimpinan yang selalu tampil dalam setiap perubahan serta hamba Tuhan yang memiliki empati dan selalu membantu sesama tanpa pamrih.
“Semua yang dilakukan Almarhum semasa hidup, terutama saat beliau mengemban tugas dengan penuh semangat dan keikhlasan bersama kami sebagai Dirjenpas periode 2011-2013, sangat perlu diteladani bagi kita semua yang masih hidup, khususnya dalam melanjutkan tugas pengabdian kepada bangsa dan negara,” tegas Reynhard seraya mengajak pelayat yang datang dan seluruh pegawai untuk mendoakan Almarhum.
Selamat jalan, Bapak Sihabudin. Terima kasih atas sumbangsih baikmu kepada bangsa.
2 notes · View notes
rifkisyabani · 1 year
Photo
Tumblr media
Minangkabau Untuk Indonesia Tanpa mengecilkan dukungan dan sokongan beragam suku bangsa yang kemudian membentuk Indonesia hingga kini, agaknya kita perlu sebuah apresiasi yang tinggi bagi tanah Minangkabau atas kontribusinya sebagai modal pergerakan bangsa. Sejak dahulu saya penasaran kenapa banyak tokoh pergerakan dan bahkan 4 serangkai pembentuk Republik yang disusun oleh Tempo dalam Serial Bapak Bangsa, 3 tokohnya berasal dari tanah Minangkabau, sebut saja Tan Malaka, Sutan Sjahrir, dan Mohammad Hatta. Ketiganya mewakili ideologi yang berbeda, namun memperkaya bagaimana bangsa ini dibentuk. Belum lagi ada Mohammad Yamin dan KH. Agus Salim yang punya nama asli: Masyhudul Haq. Tidak cukup disitu, ada pula tokoh mosi integral yang melahirkan NKRI setelah KMB, dialah Natsir. Di abad 19 akhir bahkan salah satu imam dan guru di Masjidil Haram adalah tokoh ulama besar asal Minangkabau, Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi yang kemudian memiliki murid yang menjadi pendiri 3 gerakan dakwah besar di Nusantara: Nahdatul Ulama: KH. Hasyim Asyhari, Muhammadiyah: KH. Ahmad Dahlan, dan Sulaiman Ar Rasuli pendiri Persatuan Tarbiyah Indonesia. Bagaimana tanah di tengah pegunungan Barisan di pesisir Barat Sumatera ini bisa jadi "power house" yang menelurkan tokoh pembaharuan di zamannya? Maka jika menelisik di banyak literatur dan bahkan sejarah dunia pers Minangkabau agaknya pengaruh semangat pan-Islamisme (mengacu pada definisi dari Anthony Reid) yang kemudian mempengaruhi gerakan Padri, interfensi dan modernisasi ala Eropa yang di bawa oleh kolonial Belanda telah mampu memberi inspirasi yang tumbuh deras bersama budaya yang kuat dipegang teguh (salah satunya budaya rantau), telah membawa orang-orang Minangkabau lebih egaliter, terbuka dan progresif. Sementara tanah Jawa di sekitar abad 19, sebelum dan pasca Perang Diponegoro masih dilingkupi feodalisme dan takzim di bawah kekuasaan bangsawan dan kaum ningratnya yang tak sedikit justru kerap menggunting di dalam lipatan bersaing pengaruh satu sama lain hingga dimanfaatkan oleh pemerintah Hindia Belanda yang memusatkan pengaruh politiknya yang saling bersilangan. #sejarah #history #book #sketchnotes #coretanrifki https://www.instagram.com/p/CpZhmNZrP77/?igshid=NGJjMDIxMWI=
18 notes · View notes
mynameisfate · 10 months
Text
dinas kali ini bener-bener menohok dalam artian positif: aku merasa malu sebagai generasi muda tapi banyak ngeluh dan banyak mageran nya, sementara ada beberapa generasi boomer, bahkan yang udah tergolong sepuh karena usia udah di atas 60, tapi masih semangat dalam hal keilmuan.
dari teman sekamar yang merupakan seorang ibu namun juga seorang pekerja yang gigih yang masih semangat meluangkan waktu untuk mengikuti kursus online utk mengembangkan kemampuan di bidangnya. terus ada kenalan yang ternyata senior paling senior alumni SMA dan beliau seorang dosen di 3 univ di jakarta, saat mengikuti agenda dinas masih nyambi zoom berkaitan dg kegiatan kampus dan pengetahuan beliau bener2 luar biasa sih.
aduh malu betul aku di usia yang jauh lebih muda, dengan kapasitas kemampuan diri yang lebih besar untuk dikembangkan, tapi malah mageran dan baperan atas hal-hal yang sungguh ga perlu.
belum lagi ini lagi baca buku Buya Hamka yang ditulis oleh Ahmad Fuadi. malu banget sih dengan resource-ku saat ini yang jauh lebih banyak menjangkau segala macam ilmu dibandingkan jaman Buya Hamka, tapi aku malah seolah dengan sengaja mengkerdilkan kapasitas diri sebagai anak bangsa.
ya diambil leasson learnt aja, pelan-pelan bangkit, ga perlu jadi tokoh besar nasional, at least jadi tokoh yang bisa membesarkan kapasitas diri untuk kebaikan diri sendiri dan sekitar. bisa dimulai dengan mencintai kembali buku-buku dan kegiatan membaca. yokk bisaaa yookk!!
7 notes · View notes
o-agassy · 3 months
Text
Robbun Ghofur
Dalam satu kesempatan, Gus Baha' pernah menjelaskan bahwa keburukan akan selalu menjadi keburukan dan begitu pula kebaikan akan selalu menjadi kebaikan walaupun kebaikan itu dilakukan oleh orang yang jahat sekalipun.
Orang akan mengatakan bahwa warna putih adalah warna putih, tanpa harus diancam dengan senapan laras Panjang yang sudah diposisikan di kepalanya.
kebaikan akan menjadi kebaikan, keburukan ya keburukan. Dua hal ini akan terus berdampingan ila yaumil qiyamah
Seperti kata Cak Nun, Indonesia adalah bagian dari desa saya. Jadi ada apa-apa di desa kita, ya minimal harus terlibat. Terlibat untuk apa? Untuk mendamaikan keadaan Kembali, minimal di keluarga kita masing-masing. Meskipun sudah ada Pak Kades, ada Pak RW dan jajaran RT, peran kita masih sangat penting. Ketua tanpa anggota ya tidak akan jadi satu tim. Satu juta kurang 100 perak juga tak akan jadi satu juta.
Di desa itu pada umumnya hidupnya guyub rukun, Tata tentrem kerta raharjo, kalo Bahasa Quran nya ya "Baldatun Thoiyyibatun Wa Robbun Ghofur" - kalo dalam konteks negara, ya negara yang baik dengan Tuhan yang Maha Penyayang - . Atau dalam Bahasa gampangnya, ini negara yang nyaman dimana semua masyarakatnya dapat hidup baik, bisa makan semuanya, ayem ga ada yang sikut2an. Tinggi ya? iya karena Bahasa Quran, Bahasa yang ideal. dimana di negara kita masih diusahakan dan terus diusahakan oleh semua orang (harapnnya sih gitu).
Menilik tiga ungkapan tadi, sebenernya bangsa Indonesia sudah bisa damai dalam menjalankan kenegaraan dan kehidupan bermasyarakat ini. Ya rukun, ya damai, tapi kadang tidak thoyyib, bisa membuat Allah marah. Padahal itu berbahaya jika Allah marah kepada kita.
Gimana contohnya? Katakanlah, mereka yang gemar judi. Bandar sama pejudinya juga rukun, interaksinya damai. Tapi ngga thoyyib, bisa bikin Allah marah. Begitu pula mas-mas yang suka "njajan" dilokalisasi. Mas-mas dan mbak2 penyedia jasa juga cinta damai. mereka rukun, wong buktinya jasa nya juga bisa digunakan bahkan hingga beberapa malam. Tapi sayang, perbuatannya ngga baik, ini dibenci dan bisa membuat Allah murka.
mari kita coba sambungkan dengan konteks pemilu tahun ini. Ada tiga kandidat capres cawapres. Pada bingung milih siapa. Alhasil, kita ikut premis mari kita pilih yang kiranya "mudhorotnya" sedikit.
lalu apa hubungannya dengan narasi diatas tadi?
sebenarnya saya mau menghubungkan, bahwa masyarakt Indonesia itu juga pada pintar karena tokoh akademis dan tokoh agamanya juga banyak. Masyarakat juga sudah tau mana yang baik dan mana yang buruk. Namun kadang itu tertutupi oleh premis-premis yang lain.
Mereka yang terpilih, kemudian mengkhianati rakyat, menurut saya merupakan sebuah pengkhianatan seorang pemimpin kepada rakyatnya. Dan ini ngga baik, ngga thoyyib. Bisa jadi Allah marah nanti. Wallahu a'lam
Yang jelas, kami yang masih mencitai desa kami, kami ingin membuat Indonesia Kembali kepada negara yang baik dan damai. Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur.
3 notes · View notes
yunusaziz · 3 months
Note
Mas Yunus, kalau ada keinginan pas anak-anak dulu pengen di dongengin tentang apa?
Kalau mas yunus jadi orang tua, mau dongengin anaknya yang berkaitan dengan indonesia tentang apa? Bentang alam? Keanekaragaman orangnya atau apa mas?
Mmm apa ya... Ngga ada kayaknya. Aku merasa cukup atas semua hal yang orang tuaku kasih, apapun lebih kurangnya 😄
Kalau tentang Indonesia, apa yaa.. rada bingung juga, mungkin lebih ke cita-cita luhur tokoh-tokoh bangsa terdahulu mendirikan Indonesia. Karena buat anak-anak, ya paling nggak cerita-cerita tokohnya, dengan bahasa yang lebih sederhana.
Gatau kayaknya seru aja. Berangkat dari pengenalan dan perlahan memahami bagaimana mimpi dan harapan dari negeri ini, baru setelahnya upaya-upaya untuk mencintai Indonesia dengan cara yang benar.
Eh ngomong apasih, ya gitulah pokoknya. Gapaham, belum mikir sampai sejauh itu🙏🏻
3 notes · View notes
oktaalamsyah · 4 months
Text
Secarik Pesan Jangan Di Abaikan
“Para politikus partai dan pengamat bersaing nampak sangat bersemangat dalam menyajikan jamuan mereka di depan media. Para tamu undangan berpesta riang, semuanya gembira ria menyantap hidangan yang disajikanSementara aku, duduk termenung di pojok ruangan. Bagiku ini bukan pesta, tapi siksa. Tak ada satupun hidangan yang menarik perhatianku. Aku terlanjur kecewa dengan cara mereka menghidangkan sajian ini, sampai-sampai tidak sudi untuk sekedar mencicipinya. Aku lupa, bahwa lima tahun kedepan, suka atau tidak, salah satu dari mereka akan menentukan apa yang aku makan setiap paginya. Bodohnya aku”.
Negara Indonesia merupakan negara Demokrasi yang menganut sistem pemerintahan presidensial, yang mana sebagai salah satu sistem dari sistem pemerintahan yang kekuasaan utamanya berada di tangan seorang presiden dari lembaga eksekutif yang dipilih oleh rakyat melalui kegiatan pemilihan umum atau pemilu.
Sistem presidensial ini juga membagi kekuasaan secara terpisah yaitu di sebut dengan Tiras Politika yang mana kekuasaan di pisah menjadi tiga terdiri dari, Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif Masing-masing lembaga ini mempunyai peran dan fungsi yang berbeda-beda.
Secara umum Pemilihan Umum ialah bentuk perwujudan atas kedaulatan rakyat dan demokrasi dimana sebagai penentu wakil-wakil rakyat yang nanti nya akan duduk pada suatu lembaga perwakilan rakyat yang juga memilih presiden dan wakil presiden termasuk memilih pemimpin yang akan memimpin pemerintahan.
Di tahun 2024 ini merupakan tahun politik bagi Indonesia sendiri yang akan melaksanakan perhelatan politik yang besar, pemilihan umum nasional tahun ini di adakan secara serentak yang akan memilih Presiden, DPR, DPD, DPRD, dan juga Pilkada serentak.
Pemilu serentak ini akan menjadi ujian yang sesungguhnya bagi bangsa dan Seluruh elemen masyarakat Indonesia yang terlibat dalam proses menjalankan demokrasi di negara nya sendiri.
Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita dianjurkan dengan sangat dan untuk berpartisipasi aktif dalam aktivitas politik apalagi pemilihan umum (PEMILU).
Walapun hanya sekadar memberikan hak suara kita kepada calon yang dirasa paling sesuai. Sayangnya tidak semua dari kita sebagai rakyat memahami hal ini dengan koherensi yang baik.
Sebagian besar orang masih menganggap rutinitas mereka jauh lebih penting dibanding memikirkan hal rumit seperti politik dan lika-likunya.
“Lebih baik aku memikirkan masalah ku sendiri dan menjalankan kehidupan ku sehari — hari sebagaimana mesti nya, Karena itu lebih penting Dari pada aku harus memikirkan hal-hal Politik diluar sana seperti yang petontonkan di media yang tidak ada untung bagi kehidupan ku sama sekali”
Padahal nyatanya, kehidupan pribadi setiap masyarakat sangat bergantung kepada stakeholders yang memegang kendali pemerintahan.
Tentunya, para stakeholder ini tak lain merupakan hasil pilihan terbanyak yang dipilih oleh masyarakat ketika pemilu. Lantaran caleg yang akan menjadi stakeholders adalah peraih suara terbanyak, alangkah bijaknya apabila segenap masyarakat berperan aktif mengikuti dan turut mengawasi pelaksanaan pemilu.
Karena segala hal terkait pemilu dan politik ini bukan hanya tentang seorang individu atau kelompok tertentu. Bukan hanya untuk kepentingan suku, golongan, atau agama tertentu. Ini semua adalah tentang kita semua, segenap masyarakat Indonesia.
Yakin lah bahwa hal sederhana yang saat ini kita anggap sepele, mampu menjadi dampak besar terhadap kehidupan pribadi kita di masa depan.
Oleh sebab itulah, alangkah bijaknya jika mulai saat ini kita sebagai warga negara yang baik mulai memperhatikan permasalahan politik. Terlebih lagi pada pemilu serentak tahun ini.
Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Slogan itulah yang mesti kita ingat dan menjadikannya sebagai penyemangat. Mari singkirkan egoisme sesaat, demi Indonesia yang lebih bermartabat. Saya jadi teringat dengan pesan salah seorang tokoh aktivis, Soe Hok Gie yang mengatakan “Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah”.
4 notes · View notes
fiyafy · 1 year
Text
Seperti Bersepeda
Minggu ini dapat tontonan anime baru yaitu "Yowamushi Pedal". Sejujurnya aku meng-underestimate anime ini karena style posternya. Namun, setelah nonton episode pertama, ternyata animenya seru banget.
Tumblr media
Anime ini bertemakan olahraga balap sepeda. Dalam ceritanya, terdapat seorang tokoh anak SMA bernama Onoda yang merupakan seorang otaku dan outsider ternyata memiliki bakat terpendam dalam bersepeda yang tidak disadarinya. Awalnya aku pikir karakter Onoda akan menjadi karakter yang lemah dan membosankan. Namun, yang ada justru sebaliknya. Onoda menjadi tokoh yang cukup menginsipirasi karena ketulusan dan kemauan dia untuk berusaha keras.
Ada satu kutipan yang selalu teringat di kepalaku dari anime ini. Kutipan ini disampaikan oleh Naruko kepada Onoda ketika Onoda berpikir bahwa dirinya tidak memilki kemampuan dan mau menyerah ketika balapan
Jangan menyerah sebelum balapannya dimulai. Jika sulit, teruslah bertahan dan terus bertahan. Bertahanlah sampai kau kram dan berdarah. Lalu akan tiba waktumu untuk bersinar. Pasti ada hal yang bisa kau kuasai. Bertahanlan dan tunggu peluangmu. Selama kau melakukannya, kau akan bisa menyusul didepanmu.
- Naruko
Lagi-lagi perkataan yang bikin termenung mikirin masa depan. Sejujurnya, setelah pendidikan berakhir, aku sering merasa tertinggal dengan teman-temanku yang mempunyai tujuan dan perencanaan arah hidup yang jelas. Teman-temanku di pusat ilmu budaya bangsa kalo dipikir-pikir emang banyak yang pada high achiver dan punya mimpi yang besar. Kerasa minder banget kalo dengerin mereka cerita karena mimpiku ya gitu-gitu aja (gitu-gitu apaan coba wkwk). Dengerin kutipan itu memberikan comfort pada diriku sendiri.
Seperti bersepeda, terkadang ada kalanya kita harus bergerak lambat untuk menyimpan energi dan kemudian meningkatkan kecepatan ketika tujuan sudah didepan mata. Terkadang kita ketemu jalanan yang datar dengan angin kuat atau bisa bertemu dengan tanjakan yang tajam atau juga bertemu dengan jalanan yang berliku. Hal yang perlu diingat terkadang kita ga perlu untuk bisa segalanya.
Misal mungkin kita tidak terlalu ahli bersepeda dalam jalanan datar. Ketika kita melalui rintangan itu, orang-orang yang ahli dalam rintangan itu berbondong-bondong menyalip kita. Kita mungkin tertinggal dibandingkan yang lain. Namun, akan ada waktu dimana, kita akan menghadapi rintangan yang kita kuasai dan itu menjadi kesempatan kita untuk melaju lebih jauh.
Seperti yang naruko bilang,
Pasti ada hal yang bisa kau kuasai. Bertahanlan dan tunggu peluangmu.
9 notes · View notes
chocohazel · 2 years
Text
Aulia kepada Aulia
Tulisan ini sudah lama mengendap di pikiran dan beberapa poin telah lama pula tercatat di catatan. Namun, kerap kali setiap ingin menjahitnya secara lengkap aku dihantui keragu-raguan. Siapalah aku ini, apalah hak-ku untuk menuliskan hal-hal di luar kapasitas; tanpa latar belakang psikologi, pendidikan/keguruan, belum menjadi Ibu, bahkan tidak pernah memiliki keponakan atau adik yang kubersamai pertumbuhannya. Tapi, setiap kali menulis; apapun tulisannya adalah ikhtiarku mengingat apa-apa yang kudapat. Maka hari ini kuputuskan untuk menuliskannya saja.
Sebenarnya keresahan ini sudah ada sejak lama; sekitar 3 tahun lalu. Waktu itu di suatu sore aku bersama beberapa temanku mengunjungi rumah salah satu guru yang baru saja melahirkan, belum ada satu bulan usia bayinya kala itu. Guruku ini, adalah orang yang shalihah, taat, cerdas dan berilmu—semoga Allah jaga beliau dan keluarganya. Beliau adalah hafidzhah sebelum istri, magister sebelum ibu yang beberapa kali kuceritakan di laman ini. Sore itu aku bertanya tentang bagaimana adaptasinya sebagai seorang Ibu baru. Lalu beliau menjawab bahwa saat itu ia tengah berusaha sebaik mungkin untuk beradaptasi, salah satu yang diikhtiarkannya adalah menjaga indera anaknya untuk hanya terkoneksi dengan hal-hal yang baik saja.
Aku pulang dengan oleh-oleh ilmu yang lama untuk kucerna. Beberapa lama merenung, aku berpikir bahwa seorang seperti guruku pun—dengan rendah hati berkata bahwa beliau memerlukan adaptasi.
Maka bagaimana kelak nasibku?
Sejak itu, setiap membaca buku dan mempelajari sirah, aku turut meniatkan hal yang lain; bahwa suatu hari aku insyaa Allah biidznillah akan menjadi seorang Ibu. Seorang Ibu yang secara alami akan mengeluarkan >20.000 kata per hari yang nantinya sebagian besar akan didengar oleh anak-anakku; >20.000 kata per hari yang akan menjadi penentu benar-salahnya selama beberapa waktu, menjadi perkataan yang mereka percayai dan menjadi tempat mereka menemukan jawaban atas segala pertanyaan. Maka otakku harus menyimpan banyak informasi dan kosa kata yang baik dan berguna. Sebab suatu hari dengan izin Allah; aku akan menjadi semesta pertama bagi manusia lain.
Beberapa waktu lalu, hal ini diperkuat oleh buku Infinity Muslim Heroes, betapa buku ini menceritakan sejarah pahlawan muslim dengan cara yang unik yaitu dengan cara mengaitkannya dengan tokoh-tokoh fiksi yang populer. Menarik, agar kisah-kisah heroik orang-orang yang berjuang dalam membela agama Allah menjadi sama menariknya dengan kisah pahlawan fiksi yang seolah keren. Selain itu, beberapa hari lalu seorang terapis anak mengunggah kutipan hasil penelitian tentang bagaimana film/cerita Disney berdampak pada pertumbuhan psikis anak laki-laki di bawah usia 5 tahun. Dikabarkan bahwa anak laki-laki yang diteliti menunjukkan adanya perlakuan feminim setelah menyerap cerita-cerita Disney. Sementara hari ini sesuatu yang memantik untuk menuliskan tulisan ini adalah sebuah video dari perayaan Maulid Nabi—tentu saja kita tidak akan berdebat tentang hukum perayaan Maulid Nabi—namun, anak-anak usia PAUD/TK yang berada di dalam video itu lebih mengetahui lagu dewasa kekinian yang seharusnya sama sekali tidak ramah anak dibanding lagu yang memuat sejarah Rasulullah; terlepas dari hukum bernyanyi dan mendengarkan lagu, tentu lagu sejenis Kisah Sang Rasul diciptakan agar sejarah lebih mudah dipelajari, bukan?
Nevertheless, fenomena ini mengerikan, betapa hal-hal fiksi, hal-hal tanpa manfaat yang bermuara pada kesia-siaan begitu mudah mencuri perhatian dan kemudian diserap oleh anak. Lalu dalam beberapa tahun anak-anak (yang sebab kelalaian orang dewasa di sekitarnya) bertumbuh setelah kehilangan fitrah baiknya ini akan tumbuh sebagai pemuda yang bagaimana? Orang tua yang bagaimana? Membentuk keluarga yang bagaimana? Berkontribusi sebagai anak bangsa yang bagaimana?
Tulisan ini kubuat untuk mengancam diriku sendiri.
Aku harus berbenah lebih giat. Agar suatu hari nanti aku tidak merasa dikhianati oleh diri sendiri sebab ikhtiarku yang tidak maksimal dalam menuntut ilmu sebelum bertambah peran. Semoga Allah mengizinkan dan memampukan kita semua untuk menjadi panutan yang baik.
10 notes · View notes
mamadkhalik · 2 years
Note
Gimana tanggepan mas aba tentang issue ACT yang lagi anget ini
Pertama denger isu ini, saya langsung terpikirkan kawan-kawan ACT regional dan MRInya. Saya kenal beberapa kawan yang memang totalitas dalam penyaluran progam bahkan merogoh kocek sendiri. Sejauh kerjasama tak banyak masalah, paling ya satu dua saja. Saya memilih tak terlalu blowup isu ini di sosmed karena empati, lebih mencoba mengcounter isu-isu yang melebar oleh buzzer laknat itu.
Kalau dicermati laporan Tempo, ini memang konflik elit ACT, yang diakui juga dalam rilisnya. Soal penyelewengan dana dan lain-lain, ada auditor dan dewan syariah yang menyelesaiakan masalah itu,  Serahkan ahlinya saja, tak perlu berdebat di luar wawasan, toh rilis ACT secara normatif sudah menjawab dan mereka berbenah.
Di luar itu, dalam kasus yang menyangkut organ/tokoh Islam, saya selalu melihat sebab, akibat, dan fenomena yang mengelilinginya. Sejak kasus partai sapi, HTI, FPI, dan yang terakhir Khilafatul Muslim, ada isu-isu nasional yang secara tidak langsung tertutupi. Hal semacam ini sah-sah aja dalam ranah akademik dan banyak teori yang membahas ini, singkatnya kita perlu memposisikan diri seobjektif mungkin melihat plus minusnya dalam Islam, juga kehidupan bangsa ini. Isu kemiskinan struktural, pendidikan, kesehatan jadi tertutupi, penjahat negara itu tertawa diatas melihat rakyatnya berdebat satu sama lain, terutama umat muslim.
16 notes · View notes
rahmaanfsh · 1 year
Text
[ ANALISIS NOVEL RAPIJALI 1 : MENCARI ]
Disusun oleh :
Rahma Alya Nafisah
Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas Writing and Publishing Workshop #4 @.careerclass_id @.langitlangit.yk x @.bentangpustaka
Bandung
2023
Tumblr media
PENDAHULUAN
Halo, teman-teman! Sebuah kesempatan baik rasanya bisa berbagi sebuah dunia–baru–yang menurutku seru, apalagi jika kalian ingin belajar musik bukan hanya lewat suara, tapi lewat tutur cerita. Dunia ini ada dalam novel terbaru dari salah satu penulis novel fiksi Indonesia yaitu Dee Lestari. Kali ini, aku akan mencoba membagikannya pada kalian lewat sebuah analisis (yang semoga sederhana) terhadap beberapa unsur dalam novel tersebut.
Selamat berkenalan dengan Rapijali! 
Profil Buku
Judul               : Rapijali 1 : Mencari
Penulis            : Dee Lestari
Penerbit          : Bentang Pustaka
Tahun terbit   : 2021
ISBN                : 978-602-291-772-4
Halaman        : 352 hlm.
Genre              : Fiksi, Romance
HASIL
Sinopsis
“Rapijali 1 : Mencari” menceritakan perjalanan seorang tokoh bernama Ping yang telah lama tinggal di desa kelahirannya dan tiba-tiba mendapatkan sebuah kejutan untuk bisa keluar menuju kota besar yaitu Jakarta dengan lanskap kehidupan yang lebih luas. Kejutan ini menjadi pergolakan batin baginya, di satu sisi sering terbesit dalam benaknya untuk bisa berjalan lebih jauh untuk bermusik tapi di saat yang bersamaan rasanya berat meninggalkan rumah di Batu Karas. Kehilangan satu-satunya orang yang Ping punya sedari bayi, yaitu kakeknya, adalah titik balik seluruh jalan cerita hidupnya.
Tapi hidup tidak semulus itu buat Ping. Kepindahannya ke kota baru, bertemu dengan lingkungan, orang-orang, dan ritme kehidupan baru ternyata memberikan banyak warna baru. Pradipa Bangsa adalah sebuah privilege cuma-cuma yang ditawarkan padanya. Ping, dari Batu Karas, kini mulai menapaki jalan sebagai anak ibu kota. Bagaimanakah kehidupan Ping setelah ini? Akankah ia mewujudkan mimpinya sebagai musisi? Disinilah Ping akan “mencari”.
Premis
Seorang tokoh bernama Ping yang memiliki keinginan untuk bisa menjadikan musik sebagai sesuatu yang menavigasi hidupnya untuk menjadi lebih baik, lebih sukses, atau setidaknya bisa memberikan kehidupan baginya, namun ketika ada kesempatan untuk mewujudkan mimpinya untuk bisa mempelajari musik–lebih dari sebelumnya–ia ragu untuk mengambil kesempatan itu karena ia datang sembari membuka sebuah luka dan rahasia besar dalam hidupnya.
Tokoh Utama
Ping : seorang gadis desa berperawakan tinggi yang diberikan kemampuan cerdas dalam mengolah musik secara otodidak. Meski punya bakat unik, namun ia seringkali labil dan masih ragu dalam mengambil keputusan
Rakai : seorang anak laki-laki yang lahir di ibukota dengan warisan untuk bermusik yang mengalir dari orangtuanya. Rakai adalah orang yang berani mengambil resiko, namun seringkali egois
Oding : sahabat Ping sedari hari pertamanya datang ke dunia, seorang peselancar bertubuh tinggi yang berdarah Sunda murni, memiliki selera humor yang baik setidaknya dengan orang-orang sekitar. Punya sifat gigih
Inggit : teman sebangku Ping, keturunan Jawa dengan ciri khas punya rambut keriting. Dianugerahi wajah tidak ramah jika tidak kenal, tapi punya kecerdasan akademik diatas teman-temannya
Buto : teman akrab Rakai, bertubuh bongsor yang hobinya melempar panggilan-panggilan jenaka kepada orang di sekitarnya, punya cukup atau bahkan lebih uang untuk dirinya berbagi pada teman-temannya yang lain. Menjadi pemantik tawa
Lodeh : pengamen jalanan dengan perawakan semrawut namun punya suara berkelas yang memukai jika diterapkan untuk mendendangkan lirik di jenis musik apapun
Jemi : seorang gadis dengan paras dan fisik idaman banyak anak laki-laki sebayanya sepaket dengan kemampuan akademiknya yang menjadikannya pusat perhatian banyak orang, kecuali bakatnya dalam bernyanyi
Ritme
Ritme yang digunakan di hampir seluruh bagian cerita adalah ritme lambat. Banyak hal-hal yang dideskripsikan dengan detail, dilengkapi dengan perjalanan Ping ke masa lalu atau menceritakan renungan-renungan Oding, Rakai, Inggit dan tokoh lainnya terhadap kehidupannya masing-masing memperkaya penjelasan mengenai konflik antara Ping dan orang-orang di masa lalu yang terhubung dengan hidupnya saat ini, salah satunya ayah kandungnya sendiri.
Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pada keseluruhan cerita secara konsisten menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Alur
Alur Rapijali adalah campuran namun perpindahan tiap cerita dibuat dengan jelas dan cukup teratur. Banyak dari plot mundur adalah sebagai pelengkap cerita untuk menggenapkan informasi-informasi yang dibutuhkan pembaca yang penasaran dengan mengapa hidup dari tokoh Ping secara “tiba-tiba” memiliki kesempatan untuk pindah ke Jakarta. Sedangkan plot maju adalah petualangan Ping bersama dengan Rakai, Inggit, Jemi, Lodeh dan Buto untuk bersama mewujudkan kesamaan visi tentang apa yang mereka ingin raih dengan bermusik di usia SMA serta bagaimana akhirnya ia berkembang dari seorang “Ping anak Batu Karas” menjadi “Ping anak Ibu Kota”
SIMPULAN
Sampai sini, apakah kalian mau untuk mencoba menelusuri Rapijali berdasarkan pengalaman kalian sendiri? Dunia Ping bisa kalian nikmati dengan sajian dialog-dialog ringan ala-ala anak muda yang menggelitik dengan sisipan humor masa kini. Hanya saja, secara pengalaman pribadi, istilah-istilah tidak familiar tentang musik membuat beberapa bagian kubaca dua kali agar bisa lebih paham. Juga, perkenalan dengan banyak tokoh membuat kita harus bisa fokus dengan permasalahan masing-masing tokoh yang tidak jarang beririsan.
Namun tidak lupa, Dee Lestari juga menaburkan roman-roman percintaan masa SMA menuju dewasa diantara peliknya kehidupan Ping yang terjalin di lingkaran teman-temannya sendiri. Pemilihan diksi yang digunakan penulis terasa memukau dan menghidupkan suasana damai di pantai Batu Karas dan hiruk pikuk kota Jakarta menjadi begitu kental di dalam cerita.
Jika kalian mencari cerita perjuangan mempertahankan mimpi, cinta dan harapan, lengkap dengan buku suara dari lagu-lagu ciptaan : Ping, Rakai, dan kakeknya Ping, kurasa Rapijali bisa kalian masukkan ke dalam daftar tunggu untuk dibaca. Bonus, kalian bisa sambil belajar bahasa Sunda juga!
Kalian penasaran tidak Rapijali itu sebenarnya apa? Sila cari tau sendiri ya~ xixi. Pamit, guys.
Salam,
Yang masih otw baca Rapijali 3. :)
2 notes · View notes
kphpdraisme · 1 year
Text
Sakitnya tuh, disini.
Terbit 'ngilu' di hati bilamana mengingat film kita kemarin, namun sepi pengunjungnya. Padahal jelas cahaya agama, dan memang untuk anak anak, ia di buat. Tertera semua umur disana, dengan fakta memang benarlah ia. Terbit 'ngilu' di hati, ketika tampak bibit cinta itu kian mendalam pada tokoh fiktif buatan manusia. Yang pribadi tokohnya pun di'godok' sedemikian rupa, 'titipan pemikiran'nya dimasukkan serapih ia bisa, pula dibalut 'mainan emosi' seramping mata melihatnya, hingga semacam dunia baru tercipta disana. Lalu, terbawa pula ke dunia anak anak kita, hidup buatan manusia itu. Terbit 'sakit' di hati, ketika sadari anak kita yang sedari kecilnya tumbuh, dalam paparan memiliki pahlawan kasat usia, yang menembak jaring dari tangannya, atau berpalu besar selamatkan dunia, atau pemimpin pasukan namun egosentrisme basis hidupnya, atau sibuk urusi cinta tapi tiba-tiba keselamatan semesta ditangannya, atau atau atau yang entahlah berapa ia pahlawan yang lancar anak kita hari ini menyebutnya. Astaghfirullah, Ini menyesakkan sekali. Bukan kawan, aku bukan tengah menyalahkan kesukaanmu. Atau sengaja memperbandingkannya dengan kehidupan pemilik jiwa hebat yang jejaknya tercium di tanah-tanah kita, yang, Allahu, benarlah pernah menginjak kaki di atas bumi ini! Benarlah pernah bernapas di alam yang sama dengan kita, dengan strategi perbaikan dunia yang nyata, juga persiapan masa muda yang sesuai dengan realita. Yang pula sesak setiap harinya hadapi ujian hidup, namun berhasil buka mata lawan kezhaliman, tanpa harus diri sendiri dizhalimi. Kawan, ketahuilah, ada sekolompok orang yang kagetnya bukan kepalang manakala menyadari 'tak masuk akalnya' petunjuk kita ini dalam mencetak-bahkan-satu generasi di atas rata rata. Bukan, bukan one man show. Aih, bahkan bukan pula hanya satu generasi tercetak, bergenerasi generasi setelahnya, bukan satu orang yang terbentuk di atas rata rata! Tersebab apa lahirnya mereka semua? Petunjuk ini. Al Quran ini, kawan.
Once again, your favor isn't that wrong, Tapi, agaknya harus kita pupuk lagi ghirah ini, kawan. kecemburuan ini, lestarikanlah lagi. Cemburu ketika melihat mata anak kecil yang berbinar ketika menyaksikan kehebatan yang tak nyata. Cemburu ketika melihat mereka yang pura pura tertutup matanya ketika adegan tak beradab terpampang nyata pada film dengan kategori semua usia. Cemburu ketika menyaksikan pewaris bangsa ini, mendamba jadi mereka yang kita tahu, tak pernah ada hidupnya. yang bahkan bila hidup pun, manipulasi kisah hidup yang dikisahkannya.
Tumblr media
-----Tulisan tahun lalu, yang ditulis sambil bersungut sungut setelah menyaksikan kekosongan bioskop saat film kita ada. Padahal setelah sekian lama mager nonton apun, aku semangat 45 ngajakin manteman semuanya nonton itu. tapi gada yang mau wkwkwkwkw naha si ges! Itu teh juga potonya pemanis aja, karena deket mall ada pantai. aku sekarang rindu pantai. selalu rindu sih.
5 notes · View notes