Tumgik
#pendengar baik
arioagio · 9 months
Text
Tumblr media
Warna-warni kehidupan sungguh luar biasa bukan? 😉
_
_
_
Sumber dari @farisandani
------------------
👉🏻 Follow @𝙖𝙧𝙞𝙤𝙖𝙜𝙞𝙤 untuk dapat 𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔𝒂𝒏-𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒓𝒊𝒌 𝒍𝒂𝒊𝒏𝒏𝒚𝒂.
🧒🏻 Jadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.
𝚆𝚒𝚝𝚑 𝚝𝚘𝚗𝚜 𝚘𝚏 𝚕𝚘𝚟𝚎,
ᗩᖇIO ᗩᘜIO
0 notes
thallashopile · 10 months
Text
Tumblr media
Cobalah sesekali untuk mendengar
Tidak semua yang bercerita minta solusi
Sebagian di antara mereka hanya butuh telinga
6 notes · View notes
maitsafatharani · 3 months
Text
Terimakasih, Pak Anies.
Barangkali, itu kalimat pertama yang ingin aku ungkapkan, jika ditanya tentang kesan di Pemilu 2024.
Terimakasih ya Pak, sudah berjuang untuk maju, menjadi salah satu calon presiden yang membuat kontestasi Pemilu terasa lebih ada 'ghirah'nya.
Jujur, di 2014 dan 2019, rasanya jengah sekali. Setiap membuka medsos, isu-isu SARA yang menjadi bahasan. Kampanye yang begitu-begitu saja, membuat bosan untukku pribadi melihat perjalanan kampanyenya. Karena paling ya, begitu saja tren-nya. Blusukan ke warga-warga, kampanye di atas pentas sembari bermonolog di bawah terik matahari, juga bagi-bagi amplop *eh.
Di 2024, Pak Anies dan tim menciptakan atmosfer yang berbeda. Desak Anies dan Slepet Imin, menjadi model kampanye yang berani tampil beda di sejarah pesta demokrasi Indonesia.
Dalam Desak Anies dan Slepet Imin, terjadi dialog antara capres-cawapres, dengan audiens. Audiens bisa menanyakan apa pun, bahkan mengadukan keresahan apa pun.
Ini menarik.
Melihat bagaimana para calon pemimpin kita berdialog dengan rakyat biasa maupun para mahasiswa, yang penuh dengan keluhan dan kritik yang beraneka ragam. Gaya kampanye ini meruntuhkan gaya konservatif, dan aku tidak bisa bilang tidak, gaya kampanye ini adalah gaya yang mendidik rakyat.
Buatku pribadi, ini mengagumkan. Bagaimana capres-cawapres bahkan memperhatikan bagaimana strategi dalam berkampanye. Memperhatikan bahwa proses pesta demokrasi, bukanlah sekedar pesta untuk yang akan maju mencalonkan diri. Tapi senyatanya, pesta demokrasi haruslah dirasakan sebagai 'pesta' oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Meski tidak bisa langsung mengikuti agenda Desak Anies, aku adalah salah satu pendengar setia rekamannya di Youtube. Pak Anies selalu menyampaikan di setiap dialog, bahwa Desak Anies adalah cara paslon 01 menawarkan 'cara berpikir' mereka. Menurut beliau, rakyat harus tahu bagaimana cara pemimpinnya membuat keputusan, dimana keputusan lahir dari cara berpikir. Menurut beliau lagi, pemimpin itu tugasnya membuat keputusan, maka sudah seharusnya rakyat memilih pemimpin dengan cara berpikir yang paling relevan. Aku semakin kagum dengan strategi beliau.
Terbayang, menghadiri berbagai dialog pasti adalah hal yang menguras pikiran dan tenaga. Belum lagi jika ada kritik-kritik yang perlu dijawab, betapa melelahkannya. Tapi Pak Anies dan segenap tim, tetap memilih proses yang 'out of the box' ini demi mendidik rakyat dalam proses pemilu. Selain juga pasti ada misi menjaring suara.
Pak Anies, kuakui adalah sosok yang memiliki kelebihan dalam public speaking nya. Beberapa pihak bersentimen negatif, menyebut kelebihan ini sebagai 'omon-omon' belaka, atau 'janji manis' tanpa eksekusi nyata. Beberapa juga berpandangan, orang yang ucapannya manis di mulut, tidak selalu baik dalam bekerja. Tapi, kurasa itu logika yang tidak selalu benar dan tidak bisa dipukul rata. Kecerdasan berbicara tidak berarti payah dalam kerja nyata. Tidak bisa dihakimi begitu saja. Dan lagi, rekam jejak selama Pak Anies menjabat Gubernur Jakarta pun dapat kita pelajari di berbagai platform media sosial.
Ada lagi yang menarik menurutku. Performa Pak Anies saat debat. Aku kebetulan menyimak debat ketiga secara live via Youtube. Disana, Pak Anies tampak begitu 'menyerang'. Jujur, sebagai orang yang tidak suka dengan konflik, aku agak jengah menonton serangan demi serangan tersebut. Tapi, secara jernih aku mencoba berpikir. Acaranya ini judulnya debat, lagipula saat itu temanya adalah pertahanan, dimana salah satu paslon adalah juga menteri pertahanan. Wajar kalau terjadi kritik yang pedas, dan harapannya yang bersangkutan piawai dalam menjawab. Namun, seperti yang kita lihat dan saksikan sendiri, yang terjadi justru sebaliknya. Ah, sepertinya tidak perlu kujelaskan, netizen bisa menilai sendiri dengan mindsetnya masing-masing :)
Aku tersadar, bahwa saat itu Pak Anies sedang menjalankan peran, sebagai seorang kontestan yang berdebat. Terimakasih Pak, sudah menjalankan peran sesuai dengan situasinya.
Lalu tentang visi-misi. Aku belum membaca dokumen visi-misi paslon secara lengkap. Tapi beberapa kali, aku melihat postingan yang mengutip visi-misi dari para paslon. Dan, aku melihat hampir di setiap aspek, Pak Anies selalu memiliki visi-misi yang digagas. Di isu kesehatan, ekonomi, sampai diaspora pun beliau tuangkan gagasan. Dokumen visi-misi yang lengkap ini amat membantu jika kita ingin mencari isu yang menjadi fokus kita. Dan rata-rata mostly isu-isu tersebut ada di dokumen paslon 01.
Tidak hanya itu, muncul juga berbagai gerakan organik seperti aniesbubble, humanies, senimanbersatu, dll yang mendukung perjalanan kampanye Pak Anies. Pak, rasanya saya susah membayangkan gerakan-gerakan seperti itu terbentuk jika tidak ada ketulusan (apalagi tanpa bayaran), karena satu tujuan menginginkan perubahan.
Oh ya, aku juga respect dengan para pendukungnya yang tetap objektif meski mendukung paslon AMIN. Contohnya, pada saat debat cawapres. Patut diakui Cak Imin masih sangat blunder ketika itu. Tapi, para pendukung mengkritik dan menasihati, bukan menutup mata atas kekurangan itu. Dan alhamdulillah, Cak Imin pun terbuka dan menerima kritik. Di debat berikutnya, performanya lebih baik daripada sebelumnya. Membayangkan Indonesia dengan pempimpin yang terbuka, berkepala dingin, mampu memproses (bukan hanya menampung lalu jadi angin lalu) kritikan, luar biasa sekali rasanya.
Pak Anies, aku berharap, apapun yang terjadi selepas Pemilu, Pak Anies tetaplah menjadi Pak Anies yang seperti ini. Pak Anies yang menginspirasi, dan terus menyuarakan suara rakyat, terlepas apa pun pilihan politik Pak Anies. Aku sudah di titik pasrah dengan hasil Pemilu. Pak Anies terpilih ataupun tidak, Allah sudah mengaturnya, bukan.
Namun, setidaknya rakyat mendapat pendidikan yang berharga sepanjang perjalanan pesta demokrasi ini. Dan semoga, terus terdidik dan naik kelas demokrasi di Indonesia.
Pak Anies, terimakasih karena banyak kalimat Pak Anies yang menggugah dan terngiang di banyak orang. Aku jadi teringat salah satu ayat Al Quran,
Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit (QS. Ibrahim ayat 24).
Salah satu kalimat yang aku ingat dari Pak Anies adalah saat Pak Anies membicarakan prinsip kebijakan. Kata beliau, "Membesarkan yang kecil, tanpa mengecilkan yang besar.". Maknanya, dalam sekali. Dan kalau itu menjadi basis dari setiap kebijakan, rasanya Indonesia Adil Makmur untuk semua bisa terlaksana.
And, the last. Terimakasih Pak Anies, sudah menggerakkan saya untuk menulis. Baru pertama ini, saya mendukung dan memilih calon pemimpin sampai dituangkan dalam sebentuk tulisan.
Semoga, Allah memberikan yang terbaik untuk Indonesia.
273 notes · View notes
sepertibumi · 5 months
Text
"Kalau kamu pengen beli martabak tapi di tengah jalan ternyata pengen cilok, yaudah beli cilok aja. Artinya kamu ga bener-bener pengen martabak."
Manusia seringkali dihadapkan dengan banyak pilihan. Kemampuan untuk memutuskan satu yang terbaik tentu bukan hal mudah. Yang harus disadari betul, bahwa semua hal memiliki konsekuensi dan resiko. Tentukan satu, lalu hadapi semuanya dengan yakin.
Beberapa kali bertukar cerita dengan teman sejawat. Asyiknya menjadi seorang pendengar, kau bisa mendapat banyak sudut pandang baru tanpa harus menghakimi. Kau bisa melatih kemampuan berpikir tanpa harus berdebat dengan siapapun.
Banyak yang gundah karena takut apa yang ia perjuangkan selama ini ternyata salah. Padahal sejatinya rasa takut itu akan selalu hadir, dimanapun, kapanpun. Ia seperti bayangan yang tak bisa kau hindari.
Pilihannya dua; berdamai atau berperang. Yang kedua jelas melelahkan, karena kau akan menghabiskan hidup untuk menyangkal kenyataan.
Tenang kawan, kau cukup berakal untuk menimang dan mempertimbangan resiko dari setiap tindakan. Selanjutnya, kau hanya perlu cukup berani untuk menjatuhkan pilihan. Menyemai prasangka baik pada setiap hal yang sedang kau perjuangkan.
Kalau gagal, tentu wajar. Ini hidup pertamamu dan kau belum pernah mendapat kisi-kisi sebelumnya. Toh mereka yang hebat bukan mereka yang tak pernah gagal, tapi yang selalu bangkit setiap kali terjatuh.
Ini hidupmu, kendalinya ada di tanganmu. Perjuangkan apa yang kau mau, dan lepas apa yang menghambatmu bernafas.
Percaya padaku, kau mampu. Dan kau selalu mampu untuk itu! :)
— @sepertibumi
118 notes · View notes
langitawaan · 6 months
Text
180.
Kalau kamu merasa dirimu tidak berharga dan tidak layak untuk dicintai maka kamu tidak sendiri, aku pun (pernah) merasakan itu. Perasaan yang sempat membuatku kehilangan kepercayaan diri, merendahkan diri dan rasanya ingin menghilang saja dari muka bumi.
Bertemu teman, karib dan mereka yang mengenal secara tidak langsung rasanya memalukan sebab tidak ada yang bisa dibanggakan dari pencapaian, merasa tertinggal jauh sekali di belakang dibandingkan dengan gemerlap prestasi yang mereka raih.
Puncaknya aku mengisolasi diri, memblokir semua akses komunikasi, memutuskan untuk tidak bersinggungan sama sekali, menghindari pertemuan dan menolak semua ajakan yang berisi reuni dan sebagainya. Melarikan diri adalah jurus andalan yang sering ku gunakan waktu itu.
Dan ternyata semua yang ku lakukan itu tidaklah benar. Mengurung diri dengan sedemikian rupa membuat diri sama sekali tidak berkembang dan kehilangan banyak kesempatan baik; bertemu orang baik, membangun hubungan baik, dan menjadi orang baik.
Coba lihat cermin. Kamu berharga. Kamu baik. Kamu hebat dengan segala pencapaianmu. Kamu tidak gagal walau kamu merasa tertinggal jauh di belakang. Kamu berhak untuk dicintai. Kamu layak untuk disayangi. Kamu sudah berjuang untuk sampai di puncak tertinggi.
Kamu dilahirkan dengan penuh cinta. Dibesarkan dan dirawat dengan doa tulus dari kedua orangtua. Kamu teman yang baik, pendengar yang baik terutama untuk dirimu sendiri. Kamu memiliki hati yang baik dan hangat. Kamu baik dengan semua kurang dan lebihmu.
Jangan merasa rendah diri~~~
Ditulis setelah mendengar cerita teman.
Hujan, 20.28 | 25 Oktober 2023.
142 notes · View notes
khoridohidayat · 1 year
Text
Lalu, apa alasanmu ingin menikahi anak puteriku, Nak?
Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari laki-laki paruh baya yang berada didepanku. Disampingnya, duduk seorang gadis teduh berdandan sederhana, ditemani oleh ibunya yang juga berpakaian rapi ketika itu. 
Aku yang sudah sedari tadi berbicara panjang lebar basa basi dengan dua orang paruh baya ini mulai memutar otak untuk menjawab pertanyaan ini dengan baik, tertata dan mengena. Aku menegakkan punggung, menghirup nafas dengan rileks, dan merapikan sedikit bajuku yang sudah cukup lusuh karena tebaran angin sore itu.
Di situasi itu, apa yang harus aku lakukan? Kamu sebagai pembaca, apa hal yang bakal kamu lakukan jika kamu berada di posisiku? Kalau aku, mungkin, aku akan cukup bingung menjawabnya.
Karena, kadang, apa yang kita lakukan sering kali tanpa alasan. Tentang makanan yang kita makan, apakah kita betul memikirkan nutrisinya? Tentang kebiasaan scrolling social media yang kita lakukan setiap hari, apakah kita membatasinya? Tentang mengerjakan tugas sekarang atau nanti, apakah kita memang sudah menghitungnya betul-betul agar tidak terlalu mepet deadline? Sepertinya banyak hal di dalam hidup kita yang dilakukan secara otomatis, tanpa sadar.
Tapi untuk ini, aku tak bisa melakukan secara otomatis, aku harus mempunyai alasan. Tapi apa. Aku masih mencarinya. Mungkin ini alasan Fathia menanyakan pertanyaan yang sama dua minggu lalu, agar aku siap ketika ditanya hal yang sama oleh Abinya. Sial, mana ketika itu aku tak menjawab pertanyaan dia dengan baik lagi. Aku hanya menggunakan analogi kampungan untuk menjelaskan mengapa aku memilih dia untuk menjadi pendamping hidupku nanti. Mampus, hari ini aku merasakan akibatnya.
Aku masih memikirkan jawabannya. Waktu seperti berhenti sejenak, sedangkan aku masih bisa memikirkan sesuatu secara leluasa. Aku melihat perempuan itu senyum manis malu-malu kepadaku, percaya bahwa aku bisa menjawab pertanyaan itu dengan baik. Sedangkan aku, masih bergulat dengan pikiranku, menelusuri ruang perasaan didalam hati, berharap aku bisa menemukan jawaban itu. 
Pikiranku menyelam ke dalam otakku dengan lebih dalam, ada hal yang harus aku jawab. Ada seseorang yang membutuhkan jawabannya. Kenapa ya aku memilih dia? Apakah karena cantik? Sepertinya bukan itu poin utamanya. Apakah karena dia pendengar? Iya memang, tapi hatiku berkata bahwa aku mempunyai alasan yang lebih tinggi daripada itu. Apakah karena pekerjaannya? Sebentar-sebentar, sepertinya aku tahu. Oke, aku menemukan alasannya!
“Saya ingin menyelamatkan diriku dan anak keturunanku, Abi.” Kataku
Sejenak ruangan tamu rumah ini menjadi hening. Suara detikan jam dinding terdengar lebih keras dari sebelumnya. Suara angin dari sebuah kipas di pojok ruangan juga menjadi terdengar lebih kencang. Waktu seperti berhenti ketika itu. Dan nampaknya perempuan itu juga tidak paham dengan apa yang baru saja aku sampaikan.
“Aku kurang paham dengan jawabanmu, bisa tolong jelaskan lebih lanjut?” Kata pria paruh baya itu
Baik, aku menghela nafas lebih dalam, mengatur intonasi dan ritme paragraf-paragraf panjang yang akan aku keluarkan. Tak lupa, aku juga membaca doa untuk memperlancar lisanku, yaitu doa yang sama ketika Nabi Musa diperintah oleh Allah untuk menghadap penguasa Mesir ketika itu .
“Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.”
Paragraf pertama aku buka dengan sebuah teori psikologi.
Jadi maksud saya seperti ini, Abi. Saya selalu percaya, bahwa baik buruknya seseorang sangat bergantung pada lingkungannya. Orang akan menjadi baik jika dia berkumpul dengan orang baik. Dan juga sebaliknya, orang akan menjadi “jahat” jika dia berkumpul dengan orang yang kurang baik. Iman juga seperti itu. Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda, bahwa hati manusia itu sangat lemah. Dia harus terus diikat dengan pertemanan yang baik.
Saat ini, dunia sudah tidak seaman dahulu. Banyak orang menganggap bahwa berpacaran adalah hal yang lumrah. Menonton tayangan tidak senonoh juga sepertinya sudah menjadi bagian hidup bagi beberapa orang diluar sana. Bahkan, beberapa waktu yang lalu, banyak anak SMP dan SMA di suatu kabupaten mengajukan pernikahan dini. Bukan karena memang sudah siap menikah, tetapi mereka telah hamil diluar nikah.
Kejadian seperti ini yang membuat saya takut. Bagaimana jika anak saya juga seperti itu. Bagaimana jika pada suatu saat nanti anak saya merengek untuk pergi satu malam bersama pacarnya. Apa jadinya jika dia pergi bersama pacarnya kemudian dengan rela pahanya dipegang-pegang oleh pacarnya dan dia tidak merasa risih sedikitpun. Mungkin terlihat klise, tapi saya benar-benar pernah melihatnya di jalan, dengan kedua mata kepala saya.
Disisi lain, orangtua juga tak kalah berzinanya. Ada istri yang selingkuh dengan rekan sekantornya karena dia lebih mendengarkan dan menerima apa adanya daripada suaminya. Ada juga suami yang mempunyai hubungan asmara lain dengan asistennya, yang lebih muda, yang lebih cantik, dan yang lebih sering bertemu di kantornya. Bahkan ada juga orang yang sampai sengaja check in di hotel bersama teman sekantor atau asistennya untuk melakukan hubungan haram itu.
Saya takut jika itu akan terjadi di keluarga saya. Saya boleh menerima cobaan apapun, asal jangan cobaan dalam keluarga dan agama. Karena konon itu adalah cobaan yang paling berat di dunia dan jarang ada orang yang bisa melewatinya dengan baik.
Oleh karena itu, saya harus memilih pasangan yang solehah. Orang yang telah menjaga dirinya. Perempuan yang juga telah berkomitmen lama untuk menjaga hawa nafsunya dengan tidak bermesraan dengan seseorang jika belum sah. Dan, aku melihat, bahwa puteri bapak adalah muslimah yang taat. 
Saya pernah mendengar dari sahabatnya bahwa dia selalu sholat hajat sebelum tidur, menjaga shalat tahajudnya seperti dia menjaga barang yang dicintainya, bahkan sahabatnya juga pernah melihat dia tak sengaja tertidur di atas sajadahnya dengan memeluk mushafnya akibat lelah menuntaskan target bacaan hariannya.
Saya mempercayakan hidupku untuk dilengkapi oleh dia.
Saya sangat selektif dalam memilih teman, maka saya juga berhak selektif dalam memilih pasangan.  --
Orang yang membeli sepatu mungkin hanya menyesal satu atau dua minggu ketika dia memilih barang yang salah. Orang hanya akan kesal selama satu atau dua tahun jika salah memilih pekerjaan. Tapi, soal pasangan, akan seberapa menyesal jika orang telah salah memilih pasangan?
Saya ingin menyelamatkan diri dari lingkungan yang tidak sehat. Saya ingin menyelamatkan anak dan isteriku dari zina yang telah dihiasi sedemikian rupa. Aku, juga ingin memilihkan ibu yang cerdas dan shalihah untuk anakku nanti. Itulah satu alasanku untuk memilih dia sebagai pasangan saya.
Satu paragraf gagasan ku telah terucap dengan lancar. Aku melihat orang tuanya mengangguk-angguk setuju dengan jawabanku. Hope it will be. Aku menghela nafas sejenak, menyadari ternyata keren juga ya aku bisa mempunyai gagasan yang kuat seperti itu. Ternyata berdebat dengan dosen ketika di kelas psikologi klinis di kampus bisa berguna juga ya untuk melamar perempuan yang aku cintai.
Semoga memang ayah dia bisa mencerna apa yang aku sampaikan, dan semoga apa yang aku harapkan bisa terwujud. Aku ingin segera menggenapkan separuh agamaku.
Bersambung (3/6)
Menjadi yang Kaucintai - Bagian 3
@careerclass @bentangpustaka-blog @langitlangit.yk
270 notes · View notes
atifadhilah · 6 months
Text
Do'a.
Duhai Rabbi, hajatku teramat banyak, tapi dosaku juga tak kalah banyaknya, seringkali hamba malu untuk meminta, tapi kepada siapa lagi hamba memohon pertolongan bila bukan hanya kepada Engkau wahai satu-satunya Rabbku.
Wahai Dzat Yang Maha Pengampun, ampunilah dosa-dosa hamba yang kian bertumpuk, yang barangkali menghalangi terwujudnya hajat-hajat hamba yang tiada habisnya.
Wahai Dzat Yang Maha Mendengar, rasanya dadaku penuh sesak merapal do'a yang banyak, meski bibir sulit berucap, tapi hamba tahu bahwa Engkau lah sebaik-baik pendengar dan pengabul do'a yang hamba rapalkan dan butuhkan.
Wahai Dzat Yang Maha Sempurna, Engkaulah pembuat sebaik-baik rencana, lapangkan hati ini untuk menerima segala ketetapan terbaik yang telah Engkau pilihkan, hamba hanya bisa berusaha dan bertawakal. Ikhlaskan dan pasrahkan hati ini ya Rabb.
55 notes · View notes
milaalkhansah · 1 month
Text
Ketersediaan Telinga
Semakin bertambahnya usia, kebutuhan untuk didengar semakin sama dengan kebutuhan makan dan minum. Sayangnya, berbanding terbalik dengan ketersediaan telinga atau orang yang bisa dipercaya untuk mendengarkan.
Orang-orang yang dulunya pernah menjadi tempat bercerita segala hal,kini telah semakin susah dihubungi. Mungkin prioritas yang kini berubah dan keadaan yang tak lagi sama yang menjadikannya sebuah alasan. Atau barangkali, kita yang semakin mengerti bahwa seringkali menyimpan segalanya sendiri terasa lebih baik.
Kebutuhan akan didengarkan inilah yang terkadang memicu seseorang mencari pelampiasan. Beberapa orang menemukannya pada kegiatan yang positif seperti olahraga, menekuni hobi, atau berteman dengan lebih banyak orang. Sebagian lainnya, melampiaskan kebutuhan tersebut pada hal yang sebagian orang menganggapnya adalah kegiatan yang negatif, tanpa benar-benar mengetahui alasan di balik itu adalah keinginan agar memiliki tempat di mana keresahannya di dengarkan.
Semakin dewasa kita, keadaan akan semakin menuntut kita untuk melakukan banyak hal sendirian. Termasuk menjadi pendengar bagi diri sendiri.
Menjadi seorang teman yang baik bagi diri sendiri adalah proses yang panjang. Kita memang butuh orang lain sebagai pendengar. Tetapi orang lain itu gak akan selalu ada. Namun , diri kita akan selalu ada— mengikuti kita sampai kapan pun. Oleh karena itu, saat kita tak lagi punya seseorang yang bisa mendengar, seseorang tempat kita berbagi banyak hal. Mari berusaha belajar untuk menjadi pendengar bagi diri sendiri.
Karena orang lain mungkin bisa menjadi pendengar. Tetapi orang lain belum tentu paham dengan apa yang kita ceritakan.
Sedangkan diri kita sendiri? Seorang yang ada saat kita merasakan semua perasaan itu, tentu paham bagaimana rasanya.
25 notes · View notes
gizantara · 3 months
Text
Ngobrol
Bulan kemarin ngobrol sama beberapa temen, salah satunya ada seorang cowok. Kupikir cewek doang yang suka ngobrol, ternyata dia bilang "salah satu kriteria urang sih yang ngobrolnya enak. Karena nikah mah 99% ngobrol."
Gaya betul bocah sekecil aku bahas nikah hahaha. Tapi menarik. Sebagai orang yang (sangat sangat sangat) suka ngobrol, aku bilang ke teman paling dekatku, si ENTP.
"Kalau emang boleh berharap ya, aku nge-setting pasanganku nanti standar ngobrolnya harus se-kamu."
Akhirnya aku mikir ulang, emang kenapa standar ngobrolnya tuh minimal harus kaya temenku yang itu? Akhirnya aku membagi jenis ngobrol jadi tiga (di luar easy convo yang basa-basi):
1. Deep Convo
Deep convo ini diperuntukkan membahas hal-hal terkait kedalaman perasaan, emosi, kesan, dan sebagainya. Perlu cognitive empathy dan emotional empathy dalam melakukannya. Saat emotional empathy-ku masih belum sepenuhnya matang, kami pernah berkonflik soal ini dan dari deep convo kemudian tensi makin naik menjadi hard convo.
2. Hard Convo
Hard convo ini diperuntukkan membahas masalah-masalah beserta problem solving-nya, especially masalah yang benar-benar harus mengesampingkan ego ketika membicarakannya. Harus berani tidak lari dari pembicaraan dan bertanggung jawab dalam menghadapinya. Aku dan temanku (proudly) berhasil menyelesaikan konflik kami dengan clear kurang dari 3 hari.
3. Heavy convo
Heavy convo ini diperuntukkan membahas hal-hal informatif, terkait bagaimana informasi tersebut terinput, menjadi banyak titik di kepala, lalu diolah, connecting dot by dot, sekaligus gimana output-nya atau how to deliver-nya ke orang lain. Butuh kapasitas dan ketahanan baca serta kemampuan kontemplasi yang mendalam. Perlu juga keinginan memahami apa yang lawan bicara kita sedang hype.
Dan dengan menyadari bahwa aku dan teman ENTP-ku punya fungsi kognitif yang sama (intuiting extrovert), jadi pemrosesan informasi yang kami lakukan kurang lebih sama. Tidak susah bagi kami saling excited terhadap topik yang tengah dibahas, baik itu tentang sejarah, politik, keluarga, pertemanan, hikmah, ilmu pengetahuan baru, role model, dsb. Kami juga punya dimensi toleransi yang lumayan, jadi cenderung less judgemental terhadap isu-isu, mau melihatnya dari berbagai point of view, dan membuka opsi kemungkinan seluas-luasnya.
Kami punya ketahanan baca dan keinginan memahami juga. Kami tidak akan segera menutup percakapan sebelum satu sama lain puas mengeluarkan seluruh isi kepalanya. Ah, I love how each other being convo-builder. Dan kuncinya satu. Kepercayaan alias trust. Aku percaya dia dengan kapasitasnya bisa menangani seluruh isi kepalaku. Dia pun sebaliknya, percaya kalo aku bisa menangani isi kepalanya. Jadi kalo ada orang yang komplain, "ih kamu jarang cerita" atau "ih kamu mah pendiem" ya sebenernya sederhana aja, aku belum percaya dia bisa handle isi kepalaku. Atau simply aku gak butuh responnya yang cuma satu-dua kalimat aja.
Setelah tadi meninjau kembali chat kami, ternyata satu sama lain tidak pernah menggunakan "wkwkwk" atau dry text sejenis untuk menutup percakapan. Artinya apa? Kami tahu kapan obrolan harus berhenti dan tidak perlu sungkan mengakhirinya. Tidak perlu ada "wkwkwk" sebagai bentuk rasa tidak enak di antara kami. Kami sudah tidak saling berprasangka atas satu sama lain. Tingkat kepercayaan yang sehat ini yang kelak ingin aku bangun juga dengan "teman ngobrol sepanjang hidupku".
Selain kurang suka dry text, ternyata orang yang jadi pendengar yang baik aja gak cukup buatku. Jadi pendengar mah semua orang bisa, tapi jadi pemberi feedback dan reviewer yang baik itu gak semua orang bisa. Karena gak semua orang punya resource informasi dan pengolahan informasi yang sama kaya kita. Atau bahkan, simply orang malas mengerti dengan yang sedang kita bahas/hype. Hahaha, sekiplah manusia seperti itu.
Aku baru aja nemu di twitter:
Tumblr media
Ya intinya, sebuah kebahagiaan tersendiri buatku ketika bertemu orang-orang yang convo-builder dan building-nya tidak hanya dengan dry texting. Tapi harus aku sadari bahwa aku dan temenku bisa sekompatibel sekarang pun merupakan hasil ngobrol 4 tahun dulu. Jadi aku harus menurunkan ekspektasi kepada teman ngobrol sepanjang hidupku kelak bahwa tidak apa-apa kalau belum bisa sepenuhnya saling memahami di awal. Tapi harus mau belajar. How to listening, understanding, put ourselves in each other's shoes, respect each other, and not underestimate other's stories, pain, wounds, experiences, and achievements. Bahasanya mah gini: "Aku bakal mencoba mendalami topik yang sedang kamu minati, dan aku harap kamu juga begitu terhadap topik yang aku passionate ngebahasnya."
Untuk malam ini, kepikirannya segini dulu. Ini juga hasil review dan mempelajari banyak orang. Tapi sejauh ini baru menemukan kurang dari 5 orang yang aku percaya untuk handle isi kepala serta isi hati. Emang gak harus banyak juga sih, yang jelas perasaan "dipahami" itu perasaan yang indah. Apalagi jika orang tersebut memang betulan ngeluarin effort dan ngeluangin waktu untuk mempelajari kita serta bagaimana kita menjalani hidup.
Ya soalnya kita gak mungkin bakal bisa adaptasi, kita gak akan bisa nge-shape ke orang lain, kalau kitanya sendiri belum tau "bentuk" hidup orang lain yang akan kita masuki itu seperti apa. Pun sama, kita sendiri harus mempermudah orang yang nantinya hadir ke hidup kita. Jangan buat mereka sulit beradaptasi misalnya dengan komunikasi yang nggak clear dan susah dipahami. Sederhanakanlah, kurangi gengsi, kode-kodean, nyindir-nyindir, atau bahkan silent treatment. Rasanya sebagai manusia dewasa, hal-hal kaya gitu malah bikin hubungan jadi gak sehat. Berikan orang lain penjelasan atas apa yang kita lakukan.
Next-nya, aku kepikiran mau bahas tentang empati. Tinggal nunggu mood nulisnya aja.
— Giza, lagi lumayan luang untuk review perjalanan sebagai manusia yang suka ngobrol
20 notes · View notes
kuumiw · 28 days
Text
Pelukan yang Hilang
Beberapa hari belakangan banyak yang meminta waktu untuk bisa didengarkan. Mereka cukup banyak bercerita tentang apa yang mereka temukan.
Meskipun masih belajar buat jadi seorang konselor, tapi aku rasa untuk menjadi pendengar yang baik memang berlaku untuk semua orang. Aku cukup banyak menemukan cerita yang garis besarnya hanya soal butuh perhatian, validasi perasaan, pengakuan, dan lain hal semacam itu.
Mereka butuh didengarkan dengan khidmat, disentuh hatinya untuk sesuatu yang dirasa sulit. Terlebih untuk mereka yang cukup keras akan sesuatu, pendengar yang baik akan menjadi ruang tenang bagi segala yang seolah sempit diperjalanan. Tuntutan yang beragam, kepala yang penuh dengan banyak keinginan orang lain hingga bertarung dengan ego diri sendiri, mereka kebingungan mana yang perlu didahulukan.
Kebahagian mereka yang sederhana dan kewajiban akan tanggung jawab yang mewah harganya jelas sulit sekali untuk disetarakan. Akan ada yang menjadi prioritas, perlu didahulukan. Sebab jika tidak, maka keduanya tak akan berhasil mereka dapatkan.
Kegagalan yang beberapa kali dilontarkan dari beberapa kisah menjadi gambaran dan pelajaran, bahwa memang benar adanya jika setiap manusia akan bertemu dengan apa-apa yang dia usakan tepat saat Allah rido dengan dia. Tidak akan ada yang dapat memaksa Allah untuk mengabulkan hajat seseorang jika nyali untuk mencapai keinginannya saja selalu urung untuk dilakukan. Aku belajar lagi tentang arti sebuah kepantasan.
Kebahagian yang sering diinginkan banyak orang ternyata bisa menjadi pelajaran yang paling berharga. Bahwa ternyata memang benar jika yang bahagia tidak akan ada yang selamanya, syukur yang harus selalu menjadi patokan untuk segala keadaan dan tak perlu senang hati yang terlalu karena semua memang bukan kepunyaan manusia. Allah yang memberi, maka Ia juga yang akan mengambilnya sewaktu-waktu.
Kita yang selalu ingin dipeluk dengan ketenangan ternyata sedang kehilangan.
Bandung, 30 Maret 2024. 22.47 WIB
13 notes · View notes
arioagio · 10 months
Text
Sudah terjadi, tak perlu disesali.
Sudah terjadi, tak perlu ditangisi.
Saatnya maju. Bangkit dan berserah.
Yang sudah lewat, biarkanlah itu jadi bagian kehidupan.
Ingat kembali segala tangis dan kecewa yang ada. Jangan sia-siakan kembali ya kamu. Semangat terus.
Tumblr media
0 notes
ruanguntukkita · 1 year
Text
Dear, My Future Husband
Aku menuliskan ini dalam keadaan tidak memikirkan siapa pun. Teruntuk seseorang yang bahkan belum aku ketahui sosoknya seperti apa. Hai, perkenalkan, aku anak pertama dari dua orang bersaudara. Aku tumbuh dan besar dari keluarga yang utuh dan sepertinya normal layaknya keluarga lainnya. Saat menuliskan ini, usiaku 26 tahun 4 bulan 4 hari. Orang-orang mengenalku sebagai sesosok yang ceria, hangat, dan pendengar yang baik. Tapi mungkin nantinya, semakin kau mengenalku, justru kau menemukan aku berbeda dari apa yang orang-orang sampaikan.
Impian terbesarku dalam pernikahan hanya satu. Kita bisa “saling”. Aku selalu memimpikan pernikahan yang di dalamnya terdapat kerja sama. Kita adalah dua orang yang sedang berjuang untuk mendapatkan tujuan yang sama, bukan dua orang yang sedang bersaing untuk mendapatkan pemenang.
Aku adalah orang yang memiliki banyak trauma. Salah satu trauma yang aku punya adalah soal rasa percaya. Mungkin toxic yang aku punya adalah; aku tau bagaimana caranya mencintai, tapi aku gak tau gimana bisa percaya kalau orang lain mencintaiku. Aku tau, trauma ini adalah tanggung jawabku untuk mnyembuhkannya. Tapi kalau boleh aku minta bantuan, tolong yakinkan aku setiap harinya bahwa kau mencintaiku. Aku butuh kalimat yang tersampaikan.
Aku bukan wanita yang senang mengekang. Kau boleh bertemu dengan teman-temanmu. Bahkan mungkin aku juga bukan wanita yang pencemburu. Kau boleh memiliki rekan kerja perempuan. Aku menghargai apa pun yang kau lakukan, selama kau tidak menutupi apa pun yang memang seharusnya aku ketahui dan kau tau batasan.
Aku senang mempelajari hal baru, aku senang bertanya tentang banyak hal. Aku harap kau adalah orang yang bisa aku ajak berdiskusi tentang banyak hal di dunia ini. Tidak perlu berdebat, cukup sampaikan apa yang ingin kau sampaikan atau hal yang kau ketahui, dan aku akan melakukan hal yang sama. Di akhir diskusi, mari kita tutup dengan pelukan yang hangat dan tertawa bersama.
Aku menyukai hal-hal sederhana, sesederhana menikmati teh hangat di kala hujan, menertawakan hal-hal konyol, atau bahkan bernyanyi di atas motor. Kau boleh untuk ikut serta, akan aku kenalkan kau pada hal-hal indah nan sederhana yang ada di dunia ini.
Terakhir, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih. Dari banyaknya wanita di dunia ini, terima kasih sudah memilih aku dan membuat aku yakin untuk memilihmu. Mari sama-sama kita wujudkan hubungan sehat dan terus bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik lagi kedepannya. Mari kita saling berbahagia hingga ke syugra, suamiku..
 - Pekanbaru, 17 Desember 2022
162 notes · View notes
ruanguntukku · 1 year
Text
Hari ini aku belajar untuk memahami bahwa hakikat hati manusia itu guncang. Mudah berbolak-balik.
Dan seseorang yang satu suara dengan kita bisa kapan saja bersebrangan bahkan bertentangan.
Dan sebuah kisah pilu bisa berubah menjadi lapang tanpa kita ketahui, yang bisa jadi kita sebagai pendengar masih terjebak dalam rasa pilu itu. Seakan sampah emosi yang dikeluarkan orang yang bercerita masih kita simpan rapi, padahal baginya itu sudah jadi kisah usang yang tidak terjamah lagi.
Dari situlah aku belajar untuk melupakan luka orang lain. Belajar untuk tidak menaruh ruang di dalam hati dan pikiranku untuk menyimpan luka orang lain.
Dari situ aku belajar dampak buruk dari terlalu berlebihan di dalam berempati. Bukan artinya rasa peduli ini tidak baik, tapi segala sesuatu yang diberikan porsi berlebihan akan menjadi tidak baik pada akhirnya.
Dari situ aku belajar untuk lebih menata hatiku, tidak mudah percaya dan bercerita dengan orang lain.
Bisa jadi di hari ini kita menemukan seseorang yang punya luka serupa yang telah disebabkan oleh orang yang sama. Ya, kita mungkin merasa lega ketika menemukannya. Tapi, yang perlu dicamkan baik-baik, bahwa ada tipe manusia yang di suatu hari dia berkeluh-kesah tentang seseorang, bisa jadi di kemudian hari ia memuji orang tersebut setinggi langit.
Di saat itulah kita harus berkaca diri. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Bagaimana kedudukan diri kita yang sejati? Jangan merasa aman dan nyaman dalam sebuah hubungan yang dibangun dari rasa sakit hati yang sama.
Ya, karena kehidupan itu dinamis, proses kehidupan kita dengan orang lain pun tidak sama. Bisa jadi kita masih merasa kecewa, tapi orang yang punya luka yang sama sudah pulih bahkan berhubungan baik kembali dengan pihak yang menorehkan luka.
Jadi, mulai sekarang jangan terlalu cinta dan jangan terlalu membenci orang lain. Kita tidak tahu akan berakhir seperti apa hubungan kita dengan orang yang kita cintai dan dengan orang yang kita benci.
Bersihkan hati dari segala rasa yang berlebihan. Baik berlebihan di dalam rasa sayang, cinta maupun sakit hati.
Mintalah selalu hati yang selamat. Jangan sampai kita mati membawa sampah-sampah perasaan dan prasangka yang akan menggelincirkan kita ke dalam siksa.
Jika kita temukan ada seseorang yang bercerita tentang keluhannya pada orang lain, yang orang itu juga pernah mengecewakan kita, maka tutup rapat ceritamu dan simpanlah sendiri.
Nasihati dia agar bisa membersihkan hati, kembali berdamai atau setidaknya bisa mengambil jeda agar bisa melangkah dalam kehidupan yang sehat lahir dan batin.
Jangan buka luka kita kepada orang lain hanya karena orang itu punya luka yang disebabkan oleh orang yang sama.
Jangan sampai kita tertipu dengan hawa nafsu dan rasa percaya kita pada orang yang salah.
Jaga lisan kita. Jika tidak mampu berkata baik, maka diamlah. Semakin dewasa kita, semakin dekat dengan kematian, maka kita harus belajar untuk lebih banyak diam daripada berbicara. Karena keselamatan lisan didapat dari bisa mengerem lisan kita.
Jangan sampai komedi kehidupan membuat kita menjadi pecundang di dalam setiap rasa yang membara. Berikan ruang yang lebih besar untuk sami'na wa atho'na. Tunduk pada kebenaran. Tunduk pada aturan Allah dan Rasul-Nya. Jangan sampai perasaan dan prasangka menjadi raja.
—SNA, Ruang Untukku #97
Ahad, 05-03-2023 | 19.38
Venetie Van Java,
Dengan kembali disadarkan.
116 notes · View notes
Text
Doaku.
Semoga aku menjadi sebaik-baik anak untuk ibu dan ayahku, menjadi sebaik-baik wanita seperti para wanita pada umumnya, menjadi sebaik-baik sahabat bagi sahabat-sahabatku, menjadi sebaik-baik pendengar tatkala telingaku benar dibutuhkan, menjadi sebaik-baik penolong tatkala ada yang menginginkan uluran tangan.
Semoga aku menjadi sebaik-baik adik untuk kakakku, menjadi sebaik-baik ipar untuk kakak iparku, menjadi sebaik-baik bibi untuk keponakanku, menjadi sebaik-baik teladan bagi usia muda yang berada dibawahku, menjadi sebaik-baik beradab bagi yang berada diatas usiaku.
Semoga aku menjadi sebaik-baik mahasiswa, menjadi sebaik-baik penuntut ilmu-Nya, menjadi sebaik-baik yang hormat terhadap pendidik, menjadi sebaik-baik pendidik kelak dan dihari ini, menjadi sebaik-baik manusia yang dapat memanfaatkan sisa waktu yang barangkali tidak begitu banyak.
Semoga aku menjadi sebaik-baik tempat pulang, menjadi sebaik-baik rumah tempat menghilangkan keluh, menjadi sebaik-baik pengobat rapuh, menjadi sebaik-baik istri untuk suami, menjadi sebaik-baik menantu untuk mertua, menjadi sebaik-baik wanita cerdas yang bisa menempatkan diri pada setiap situasi dan segala kondisinya.
Semoga aku menjadi sebaik-baik Ibu untuk anak-anakku, menjadi sebaik-baik teladan bagi mereka, menjadi sebaik-baik yang berusaha meneruskan dan melanjutkan generasi salaful ummah, menjadi sebaik-baik yang mengenalkan sunnah.
Semoga aku menjadi sebaik-baik perhiasan dunia, menjadi sebaik-baik yang pandai bersyukur dan selalu mengejar surga melalui yang telah Nabi kabarkan didalam haditsnya yang shahih. Masuklah ke surga manapun.
Aamiin yaa Rabb..
129 notes · View notes
herricahyadi · 11 months
Note
Tanggapan Mas Herri tentang konser Coldplay di Jakarta !!
Coldplay sudah menjadi band internasional yang basis fansnya sangat luas. Dari yang berkelas, sampai abang tukang parkir mendengarkan lagu mereka. Jadi, kalau mereka mengadakan konser di Jakarta, menurut saya bagus. Bukti mereka menghargai.
Saran saya untuk kalian yang punya uang untuk beli tiket konsernya, entah Ultimate, My Universe, atau sekadar CAT 8, jangan dibeli. Buang-buang uang. Toh, lagu-lagunya mudah didengar secara gratis di banyak platform. Nonton konser juga lagunya itu-itu aja. Bisa konser virtual di YouTube secara mandiri, kok. Nuansa konsernya yang tidak bisa terganti? Terlalu mahal untuk sekadar mendapatkan pengalaman yang tidak membawa manfaat untuk kehidupan. Menonton konser adalah kebutuhan tersier yang bahkan termasuk hal yang tidak terlalu perlu. Lebih baik uangnya dialokasikan ke hal yang bermanfaat. Tiket CAT 8 seharga Rp. 800.000 itu bisa jadi beasiswa anak yatim selama satu tahun; beli seragam baru anak dari keluarga miskin 10 pasang; atau itu bisa beli 15 sak semen untuk wakaf pembangunan masjid atau sekolah. Atau, hal-hal lain yang bermanfaat untuk kita dan bahkan orang lain.
Sementara untuk kalian yang tidak punya uang untuk beli tiket konser, bersyukurlah. Karena dengan cara itu Tuhan memberikan pencerahan ke kalian bahwa ada hal yang lebih penting yang harus kalian tuntaskan, yaitu mencari uang. Uang susah untuk didapat, masa malah dihamburkan untuk menonton konser. Apalagi sekadar nonton dari tribun yang penyanyinya cuma seukuran kelingking. Tidak rasional.
Ya, ini sih pendapat saya pribadi ya. Karena saya rasional dan punya opsi untuk berpikir jernih. Saya pendengar setia Coldplay. Saya hafal beberapa lagu populernya. Tapi tidak menjadikan saya merasa harus mengeluarkan uang banyak untuk menikmati lagu-lagu yang sudah saya tahu. Meski saya punya cukup uang untuk itu, tetap tidak akan saya lakukan. Tapi, itu saya lho ya. Kita boleh berbeda pendapat, silakan.
49 notes · View notes
khoridohidayat · 1 year
Text
“Kemudian, apa alasamu untuk menikahi anak putriku Nak?”
Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari laki-laki paruh baya yang berada didepanku. Disampingnya, duduk seorang gadis teduh berdandan sederhana, ditemani oleh ibunya yang juga berpakaian rapi ketika itu.
Aku yang sudah sedari tadi berbicara panjang lebar basa basi dengan dua orang paruh baya ini mulai memutar otak untuk menjawab pertanyaan ini dengan baik, tertata dan mengena.
Aku menegakkan punggungku, menghirup nafas dengan rileks, dan merapikan sedikit bajuku yang sudah cukup lusuh karena tebaran angin sore itu.
Disituasi itu, apa yang harus aku lakukan? Kamu sebagai pembaca, apa hal yang bakal kamu lakukan jika kamu berada disituasi itu? Kalau aku, mungkin, aku akan cukup bingung menjawabnya.
Karena, kadang, apa yang kita lakukan sering kali tanpa alasan. Tentang makanan yang kita makan, apakah kita betul memikirkan nutrisinya? Tentang kebiasaan scrolling social media yang kita lakukan setiap hari, apakah kita membatasinya? Tentang mengerjakan tugas sekarang atau nanti, apakah kita memang sudah menghitungnya betul-betul? Sepertinya banyak hal didalam hidup kita yang dilakukan secara otomatis, tanpa sadar.
Tapi untuk ini, aku tak bisa melakukan secara otomatis, aku harus mempunyai alasan. Tapi apa. Aku masih mencarinya.
Aku berhenti sejenak, menghidup nafas cukup dalam dan melepaskannya dengan perlahan. Pikiranku menelusuri ruang perasaan didalam hati, berharap aku bisa menemukan jawaban itu. Aku menyelam kedalam diriku dengan serius, ada hal yang harus aku jawab. Ada seseorang yang membutuhkan jawabannya. Kenapa ya aku memilih dia? Apakah karena cantik? Sepertinya bukan itu poin utamanya. Apakah karena dia pendengar? Iya memang, tapi hatiku berkata bahwa aku mempunyai alasan yang lebih tinggi daripada itu. Apakah karena pekerjaannya? Sebentar-sebentar, sepertinya aku tahu. Oke, aku menemukan alasannya!
“Saya ingin menyelamatkan diriku dan anak keturunanku, Ayah.” Kataku
Sejenak ruangan tamu rumah ini menjadi hening. Suara detikan jam dinding terdengar lebih keras dari sebelumnya. Suara angin dari sebuah kipas di pojok ruangan juga menjadi terdengar lebih kencang. Waktu seperti berhenti ketika itu. Dan nampaknya perempuan itu juga tidak paham dengan apa yang baru saja aku sampaikan.
“Aku kurang paham dengan jawabanmu, bisa tolong jelaskan lebih lanjut?” Kata pria paruh baya itu
Baik, aku menghela nafas lebih dalam, mengatur intonasi dan ritme paragraf-paragraf panjang yang akan aku keluarkan. Tak lupa, aku juga membaca doa untuk memperlancar lisanku, yaitu doa yang sama ketika Nabi Musa diperintah oleh Allah untuk menghadap penguasa Mesir ketika itu .
“Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.”
Paragraf pertama aku buka dengan sebuah teori psikologi
Jadi maksud saya seperti ini, Ayah. Saya selalu percaya, bahwa baik buruknya seseorang sangat bergantung pada lingkungannya. Orang akan menjadi baik jika dia berkumpul dengan orang baik. Dan juga sebaliknya, orang akan menjadi “jahat” jika dia berkumpul dengan orang yang kurang baik. Iman juga seperti itu. Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda, bahwa hati manusia itu sangat lemah. Dia harus terus diikat dengan pertemanan yang baik.
Saat ini, dunia sudah tidak seaman dahulu. Banyak orang menganggap bahwa berpacaran adalah hal yang lumrah. Menonton tayangan tidak senonoh juga sepertinya sudah menjadi bagian hidup bagi beberapa orang diluar sana. Bahkan, beberapa waktu yang lalu, banyak anak SMP dan SMA di suatu kabupaten mengajukan pernikahan dini. Bukan karena memang sudah siap menikah, tetapi mereka telah hamil diluar nikah.
Kejadian seperti ini yang membuat saya takut. Bagaimana jika anak saya juga seperti itu. Bagaimana jika pada suatu saat nanti anak saya merengek untuk pergi satu malam bersama pacarnya. Apa jadinya jika dia pergi bersama pacarnya kemudian dengan rela pahanya dipegang-pegang oleh pacarnya dan dia tidak merasa risih sedikitpun. Mungkin terlihat klise, tapi saya benar-benar pernah melihatnya di jalan, dengan kedua mata kepala saya.
Disisi lain, orangtua juga tak kalah berzinanya. Ada isteri yang selingkuh dengan rekan sekantornya karena dia lebih mendengarkan dan menerima apa adanya daripada suaminya. Ada juga suami yang mempunyai hubungan asmara lain dengan asistennya, yang lebih muda, yang lebih cantik, dan yang lebih sering bertemu dikantornya. Bahkan ada juga orang yang sampai sengaja check in di hotel bersama teman sekantor atau asistennya untuk melakukan hubungan haram itu.
Saya takut jika itu akan terjadi di keluarga saya. Saya boleh menerima cobaan apapun, asal jangan cobaan dalam keluarga dan agama. Karena konon itu adalah cobaan yang paling berat di dunia dan jarang ada orang yang bisa melewatinya dengan baik.
Oleh karena itu, saya harus memilih pasangan yang salihah. Orang yang telah menjaga dirinya. Perempuan yang juga telah berkomitmen lama untuk menjaga hawa nafsunya dengan tidak bermesraan dengan seseorang jika belum sah. Dan, aku melihat, bahwa puteri bapak adalah muslimah yang taat.
Saya pernah mendengar dari sahabatnya bahwa dia selalu shalat hajat sebelum tidur, menjaga shalat tahajjudnya seperti dia menjaga barang yang dicintainya, bahkan sahabatnya juga pernah melihat dia tak sengaja tertidur diatas sajadahnya dengan memeluk mushafnya akibat lelah menuntaskan target bacaan hariannya.
Saya mempercayakan hidupku untuk dilengkapi oleh dia.
Saya sangat selektif dalam memilih teman, maka saya juga berhak selektif dalam memilih pasangan.
Orang yang membeli sepatu mungkin hanya menyesal satu atau dua minggu ketika dia memilih barang yang salah. Orang hanya akan kesal selama satu atau dua tahun jika salah memilih pekerjaan. Tapi, soal pasangan, akan seberapa menyesal jika orang telah salah memilih pasangan?
Saya ingin menyelamatkan diri dari lingkungan yang tidak sehat. Saya ingin menyelamatkan anak dan isteriku dari zina yang telah dihiasi sedemikian rupa. Aku, juga ingin memilihkan ibu yang cerdas dan salihah untuk anakku nanti. Itulah satu alasanku untuk memilih dia sebagai pasangan saya.
Satu paragraf gagasanku telah terucap dengan lancar. Aku melihat orang tuanya mengangguk-angguk setuju dengan jawabanku. Hope it will be. Aku menghela nafas sejenak, menyadari ternyata keren juga ya aku bisa mempunyai gagasan yang kuat seperti itu. Ternyata berdebat di kelas tentang teori psikologi ketika S1 ada gunanya juga hari ini.
173 notes · View notes