Tumgik
#ketidaktahuanku
sitihannahsekarwati · 11 months
Text
Sudah lama tidak menulis di Tumblr. Halo, Tumblr! Hari ini aku mau mencoba menceritakan hidupku yg penuh hikmah ini. 😆
Beberapa bulan lalu, aku bertanya kepada teman kantorku, “Lo pakai pensil alis apa?” karena aku beli pensil alis dan sudah mau habis.
Lalu, dia menjawab, “Aku mah suka beli yg murah aja, Mba. Yang harga 5–6 ribuan.”
Sontak aku kaget ada pensil alis harga segitu. Kayanya aku mainnya kurang luas ya. Ngga tahu ada pensil alis harga segitu. Wkwkwk.
“Serius ada pensil alis harga segitu? Mereknya apa?” tanya aku lagi.
“Ada, Mba. Im**o**,” jawabnya.
Kemudian, aku cek e-commerce. Bener dong, ada pensil alis segitu.
Terus, beberapa hari kemudian, aku pergi ke mall. Masuklah ke toko belanja make up/skincare, sebutlah So**ol**. Lalu, aku carilah pensil alis merek yg disebut teman kantorku itu. Aku lebih suka belanja barang yg belum aku ketahui itu secara langsung. Kalau sudah tahu beli barang apa dan tahu itu bagus, baru beli online. Eh, ternyata pensil alis itu ngga ada dong.
Ketika sudah hari masuk kantor, aku ngobrol dong sama temanku di kantor.
“Eh, weekend kemarin gue ke So**ol**. Ngga ada merek pensil alis lo.”
Teman kantorku dan temanku lain yg mendengar malah menertawakanku. Wkwkwk.
“Hanooyy.. Lo ngga akan mungkin nemuin pensil alis Im**o** di So**ol**. Lo cari di toko kosmetik pinggir jalan atau kaya Dandan gitu, baru ada.”
Huahahaha.. Ya Allah..
Benar-benar aku masih buta ya ternyata tentang hal-hal kehidupan ini. Di usia 32 tahun, baru tahu ada pensil alis 5ribuan dan ngga dijual di mall. 😩
Beberapa hari lalu, aku cerita sama Akang tentang ketidaktahuan aku ini.
Kemudian, Akang menasihati begini.
“Sekarang perspektif kamu tentang hal-hal materiel dalam hidup lebih luas ya. Setiap orang, setiap keluarga, kebutuhan hidupnya sama. Sama-sama butuh makan, sama-sama butuh make up. Cuma bedanya, nilai kebutuhan antara satu orang dengan orang lainnya berbeda. Misalnya, nilai 100ribu di hidup keluarga kita hanya untuk makan satu hari, sedangkan di hidup keluarga orang lain mungkin 100ribu bisa untuk 2–3 hari makan. Yang sama apa sih antara kita dan mereka? Waktu. Waktunya sama, tapi cara hidup kita dan mereka berbeda-beda. Maka dari itu, ada agama yg menyamakan cara hidup manusia. Agama mengajarkan manusia untuk hidup merasa cukup dan bersyukur. Sabar kalau belum mendapatkan suatu hal.”
Ya Allah.. Terima kasih telah memberikanku hikmah terhadap kehidupan yg sangat luas ini. Manusia itu ilmunya terbatas. Teruslah belajar, teruslah menuai makna dalam hidup.
3 notes · View notes
isnahidayatifauziah · 10 months
Text
"Ya Allah, aku memang sedang tidak mampu memahami mengapa Engkau tempatkan aku di titik saat ini. Tapi, semoga ketidaktahuanku tak lantas menjadikan aku tidak ridha atas apa yang menjadi takdir-Mu"
494 notes · View notes
andromedanisa · 6 months
Text
Sebuah jalan; kepulangan..
Kadang kala memang kita merasa bahwa ujian kitalah yang paling berat. Dunia terasa begitu sempur, dada terasa begitu sesak, hingga tidak tahu bagaimana akan menjalani kehidupan yang begitu gelap.
Namun pernahkah dalam keadaan yang demikian, tiba-tiba saja kita menemukan bagaimana pertolongan Allaah hadir dalam ujian kita?
Tiba-tiba datang seseorang menawarkan bantuan, menawarkan waktu dan telinganya untuk sekadar mendengarkan kesulitan kita, atau hal-hal yang mungkin kita sendiri untuk sekadar menulis atau menceritakannya saja kita kehilangan kata-kata.
Ujian kita satu persatu terselesaikan, permasalahan yang kita anggap berat dan nggak ada solusinya, satu persatu terurai dan menemukan jalan keluarnya. Itu semua bukanlah datang dengan tiba-tiba atau kebetulan semata. Melainkan itu adalah salah satu pertolongan Allaah kepada kita.
Jadi, jangan pernah beranggapan bahwa kita akan dibiarkan berjalan sendiri menghadapi ujian tersebut. Allaah memberikan ujian Danu cobaan, pastilah Allaah memberikan jalan keluarnya. Seperti saat kita sakit, Allaah pula yang menyembuhkannya. Meski itu mungkin bukan raga kita yang sakit, melainkan hati kita.
Pertolongan Allaah akan datang disaat dimana harapan kita kepada makhluk terputus. Pertolongan Allaah hadir saat kita telah berputus asa dari manusia. Harapan akan selalu ada bahkan disebuah tempat yang gelap sekalipun.
Allaah hanya butuh kita kembali kepadaNya dengan tidak melibatkan harapan kepada selainNya. Namun memang logika kita sering merasa tinggi seolah-olah bisa terselesaikan dengan kepintaran dan kerja keras. Padahal tidak demikian cara kerja takdir.
Allaah, jangan hukum diri ini. Atas ketidaktahuanku akan Engkau membuat diriku tidak mengetahui seberapa Maha Kuasanya Engkau atas sesuatu. Padahal sesungguhnya Engkau sangatlah dekat, Engkau hanya ingin aku kembali dengan penuh kesadaran betapa hina dinanya diriku ini. Allaah, jangan Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri meski itu sekejap mata sekalipun. Sebab aku tak mampu, aku tak mampu akan hal itu.
115 notes · View notes
coklatjingga · 1 year
Text
Sepanjang sisa usiaku, telah sering ku lihat perihnya kehilangan, mengiringi orang-orang menghadapi perpisahan.
Yang kemudian membuatku sadar, ketika kelak kehilangan itu datang dalam hidupku, aku tahu aku akan tumbang di pembaringan. Mataku akan banjir oleh tangisan sedang aku tak tahu kapan ia bisa kuhentikan.
Tidak ada yang bisa mengukur dalamnya luka dari ditinggalkan. Aku dengar dari isak yang jatuh di atas pemakaman. Aku lihat dari peluk yang rapuh di sepanjang jalan pengantaran.
Tidak. Kau tidak akan tahu. Sebelum luka itu bersarang di hatimu.
Sama halnya dengan ketidaktahuanku akan waktu kepulangan yang telah ditetapkan. Saat bukan aku yang ditinggalkan namun meninggalkan.
Akan seperti apa kulepas napas dari tenggorokan? Akan seperti apa keranda membawaku ke akhir pembaringan?
Iring-iringan di belakangku, isak tangis melepasku, akankah meringankan balasan yang menantiku? Akankah rasa kehilangan dari yang kutinggalkan bisa menambah berat timbangan amalku?
Seluas apa kuburku? Senyaman apa lelapku? Seterang apa masa-masa penantianku? Siapakan yang akan menemaniku?
Tuhan, sungguh besar harapku atas ridaMu. Jadikanlah aku hamba yang mendapat ampunan dan kasih sayangMu.
35 notes · View notes
cawanasa · 6 months
Text
Ternyata, menjadi dewasa tak bisa menghentikan tangisku.
Usiaku enam tahun saat itu. Sore-sore di mana aku kerap menangis karena ketidaktahuanku sebagai anak kecil. Entahlah, rasanya menyesakkan ketika kembali mengais kenangan di waktu sore dulu. Saat aku menangis akibat ulahku sendiri, saat itulah aku ingin melompat ke masa depan, menjadi seorang dewasa yang tak pernah terlihat menangis bahkan hanya sekadar bersedih.
Duhai gadis manis yang kuat, bukannya orang dewasa tak pernah merasa sedih dan menangis. Mereka hanya lebih pandai berpura-pura terlihat bahagia.
#memorimasakecil #desembermenulis #jejaringbiru
9 notes · View notes
dillangit · 6 months
Text
Mencintai dengan seluruh
Ketidaksempurnaanku,
Ketidakmampuanku,
Ketidakbisaanku,
Ketidaktahuanku,
Mencintai segala apapun yang ada dalam diriku.
Terimakasih jika kamu sudah dan akan melakukan itu semua.
________
Kamu tahu? Banyak hal yang sudah aku lalui hingga sampai di titik ini, begitupun denganmu. Bila tiba masanya, aku yakin kamu sudah mengorbankan banyak hal untuk sampai pada titik temu itu. Dalam megah dan luasnya bumi ini beserta milyaran orang di dalamnya, kelak menemukanmu adalah hal yang akan paling aku syukuri.
Menambal kurangku dengan lebihmu, menghadapi cerewetku dengan sabarmu, dan menggenapkan ganjilku.
Bagian daripada doa-doaku untuk masa depan yang entah bagaimana bentuknya. Semoga hati ini jatuh pada hati yang menyambutnya dengan hangat.
__________
Bersambung...
9 notes · View notes
lamyaasfaraini · 4 months
Text
Weekend cooking
Taa-daa! *kaged ngga? Engga ya tentu b aja wkwk
Tumblr media
Seperti biasa weekend selalu mikirin momasak apaaaa? Karena mager td abis pulang dari luar plus olahraga, nyari deh di grabmart siapa tau ada inspirasi. Eh skrg ada Yogya Online, coba ah kita liat yang masakan yg fresh dan meat gitu kan.
Kemarin dikasih sambel pecel kesukaanku dari Ngawi, dikasih bibiku kan sepupuku alm. Bapaknya org ngawi dan si sambel pecel selalu ada, bbrp kali kalo mreka pny stoknya aku suka dikasih, kemarin dikasih yeaaayy! Mikir dong bikin apa? Sayurannya berarti kaya kangkung, toge, labu siam oke masukin list, proteinnya apa? Beli deh ikan kembung, eeh nemu ati sapi lagi tp harus beli 500gr, oke masukin list si bapak mau bikin lg katanya kan minggu kmrn ati ayam krn ketidaktahuanku wkwk. Udah deh ordered, ngga lama kurinya dtg.
Masak lah kami berdua bahu membahu, sebelumnya aku bikinin makan nemo dulu, bikin bb booster lagi lah euy semenjak sakit bbnya turun lagi udah seneng2 naik, ehh turunnn.. Patah hati ibuuuu! Misoa slice ayam plus essence lemak kaldu bb booster bismillah naik lg yuu bb nya. Aamiinn
Setelah itu aku dan bapak suami masak deh, sambil rebus ini itu, masak ini itu, nyicil gegeroh biar ngga berantakan bgt jadi pas slesei masak dapur kondusif dan bersih uwuw~
Kata bapak kita masak ati sapi sama pecel aja, ikan kembung buat besok yodah.. Masak segitu aja lama dan berdua pula yaa begitulah masak tuh ngga gampang ya coyyyy.
Alhamdulillah untuk hari ini makanan sederhana nan niqmadh atuh masaknya jg duaan meni romantizzzz awww
4 notes · View notes
ruanguntukku · 5 months
Text
Aku sedang merasa kehilangan jati diri. Ombak keras yang telah menerpa kehidupanku di masa itu, ternyata membawa perubahan padaku.
Aku yang merasa asing dengan banyak teman.
Aku yang mulai menyadari bahwa orang-orang di dekatku ternyata mereka bisa menghunuskan belati yang tajam kepada hatiku.
Orang-orang yang aku percaya ternyata tidak sepenuhnya setia dengan kepercayaan yang sama. Mereka bisa mengkhianatiku kapan saja.
Ketika kenyataan pahit yang aku rasakan dirasa tidak realistis bagi mereka, maka dengan mudahnya mereka menyematkan label pendusta kepadaku.
Ya, inilah risiko yang harus dihadapi ketika kita mempercayakan potongan kisah krusial kita kepada manusia.
Mau seterang apapun fakta yang ada, mereka akan tetap dibutakan dengan rasa. Dan percikan hasad yang selama ini diredam atau tersembunyi bisa menjadi bara api yang gampang tersulut prasangka hingga akhirnya api khianat pun membara.
Akhirnya aku harus menyadari. Bahwa kesepianku di dalam ranah pertemanan dengan sesama wanita adalah lebih baik, daripada aku harus merasa nyaman dengan rasa percaya yang ternyata telah tercabik-cabik di belakangku.
Aku mulai merindukan masa-masa sepi itu. Sepi dari pesan-pesan masuk yang datang dari sesamaku.
Rindu dengan kesendirian dengan buku atau anak-anakku.
Rindu dengan segala ketidaktahuanku tentang potongan-potongan kisah hidup orang lain yang memang tidak perlu aku ketahui.
Ternyata rasa kesepian yang dahulu aku benci, menjadi momen yang bisa aku dambakan lagi.
Tak apa merasa sepi di tengah kerumunan manusia yang asing di kota perantauan ini.
Daripada aku mengenal banyak orang, yang dengan mudahnya mengkhianatiku di belakang.
Lagi, hanyalah kepada Allah tempat yang paling mulia untuk menaruh rasa yakin akan cinta, harapan dan rasa takut. Bukan mempercayakan kepada makhluk yang sibuk dengan kepenatan hidupnya masing-masing.
Lagi, aku merindukan diriku yang tidak haus akan validasi dan semangat dari orang lain.
Mungkin memang sebaiknya untuk tidak punya opsi ruang bercerita kepada sesama wanita. Karena kebengkokan wanita itu pasti. Menemukan yang tetap setia kawan itu sulit.
Kembali lagi teringat bahwa teman seperjuangan yang terbaik di dalam perjalanan menuju Allah adalah suami dan anak-anak. Semoga keluarga kecilku bisa menjadi Rofiq yang baik dan selalu dalam penjagaan Allah. Aamiin Allahumma aamiin.
—SNA, Ruang Untukku #126
Rabu, 06-12-2023 | 23.34
Venetie Van Java,
Dengan terus belajar untuk bisa berdamai dengan keadaan yang tidak bisa aku ubah sesuai apa yang aku mau.
5 notes · View notes
ingarbingar · 5 months
Text
#EdiEdisiBelajarNgaji: Perihal Bersabar dan Berdoa
Allah berfirman dua kali dalam surah Al-Baqoroh ayat 45 dan 153 bahwa "jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu."
Bila diperhatikan, kata sabar diucapkan terlebih dahulu dibanding sholat.
Kadang, kalo kita sedang ditimpa musibah atau dalam situasi yang tidak nyaman dan mendapat nasehat, "sabar ya." rasanya tuh kek mau memporak-porandakan dunia beserta isinya ga siii?? Kek DIEM DEH??
Aku ga tau kamu gimana, tapi buat aku bersabar itu susah bangetttt! Apalagi bersabar dengan cara yang baik.
Iya lah susah, orang Allah sendiri yang mengatakan demikian dilanjutan ayat 45: "dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu."
Tapi Allah berfirman kembali di ayat 153 bahwa "sesungguhhya Allah bersama orang-orang yang bersabar."
Jadi sebenarnya, tugas kita sesederhana sami'naa wa atha'naa (kami dengar dan kami taat.) Meski pada praktiknya lebih sering kek gini yaaa:
Tumblr media
Mungkin, bersabar (dengan cara yang baik) sulit dilakukan karena kita ada di situasi "ketidaktahuan."
Semisal, kita berdoa minta A, tapi kita tidak kunjung melihat hilalnya atau bahkan gagal mendapatkan hal tersebut. Kita jadi bertanya-tanya, "loh kenapa?" "Terus gimana?", "ini doa gue nyampe ga sih?" Atau bahkan "does pray actually work?"
Padahal, Allah berfirman (masih dalam surah yang sama) :
laa yukallifullohu nafsan illaa wus'ahaa (Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.)
So basically, bersabar merupakan cara untuk melatih iman kita kepada Allah. Beriman bahwa Firman Allah benar adanya dan janji Allah pun nyata.
Dan kadang hal itu sulit karena kita tidak tahu firman-firman Allah tersebut. Padahal firman-firman tersebut ada di Al-Qur'an.
Kadang merasa, sungguh celaka diriku Tuhan menjadi sesat karena ketidaktahuanku padahal telah Kau turunkan Al-Qur'an untuk kami. Kitab panduan bagi manusia agar selamat dunia dan akherat.
Sudah tau bahwa tidak tau, tidak mau cari tau pula.
Dan turunlah pula surah Al-Insyirah ayat 5-6. Selama ini aku mengintepretasikan ayat tersebut bahwa sesudah kesulitan ADA kemudahan.
Padahal sebenarnya, BERSAMA kesulitan ada kemudahan.
It's not after. But within. It means, sebuah keniscayaan.
Setelah kita tau firman-firman tersebut adalah manusiawi jika kita masih kesulitan atau mengeluh dalam prosesnya. That's why ya kita ga punya gelar as-siddiq seberti Abu Bakar hahahaha nangiz.
Aku bahkan pernah menulis di jurnal harianku, “kesabaranku sudah berada di tepi. Digeser lagi, jadikan saja aku Ulul Azmi." YA ALLAH EKA DIAN!😂😭👎
Namun kemudian ada satu ceramah ustad yang sangat menyentuh hatiku. Membuatku malu mempertanyakan kuasa Allah ketika aku ada di situasi yang mengharuskanku untuk bersabar. Dan ceramah beliau aku temukan di Surah Ar-Ra’ad ayat 22-24:
Dan orang yang sabar karena mengharap keridaan Tuhannya, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),
(yaitu) surga-surga 'Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya dan anak cucunya, sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
(sambil mengucapkan), "Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu." Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.
Bukankah sesungguhnya itu merupakan tujuan kita sebagai manusia?
Mungkin selama ini aku (dan mungkin juga kamu) masih kesulitan bersabar karena niat hati ini belum lurus.
inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin (Q.S Al-An'am: 162).
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanya untuk Tuhan Semesta Alam.
Bukan keinginan hati ini yang dikejar, tapi ridho Allah. Tuhan semesta alam.
Dan mungkin salah satu caranya adalah dengan menghidupi doa iftitah yang senantiasa kita ulang ketika sholat:
la syarika lahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin (tiada sekutu bagi-Nya. Dan begitulah aku diperintahkan dan aku dari golongan orang muslim.)
Dan baru aku tahu bahwa muslimin artinya berserah diri.
Sepertinya, itu inti dari berdoa.
Pengakuan bahwa kita hanyalah seorang hamba.
5 notes · View notes
aksarasembunyi · 1 year
Text
CAPEK
dunia itu tempatnya capek va, mau kamu melarikan diri kemanapun bakal terus ketemu capek. ya gitu kira-kira cara aku memotivasi diri sendiri. kadang ngerasa gak kuat dan pengen udahan aja, tapi kalo ditanya mau lari kemana aku juga engga tau. emangnya udah siap kalo pergi dari dunia dengan amalan seadanya? jadi yaudah, jalanin aja.
yaAllah, aku cuma pengen bisa fokus mengejar mimpi-mimpi aku. apakah itu dzolim? :") bantu aku, kasih aku petunjuk Rabb atas segala ketidaktahuanku ini, termasuk atas segala keputusan terbaik dalam hidupku. kalau bukan karena petunjuk dan arahan-Mu, aku mungkin engga sanggup dan engga bisa memilih yg terbaik :"
48 notes · View notes
chocohazel · 4 months
Text
Pindah Rumah (2)
Mengawali 2024 dengan “pindah rumah”, rumah ini sudah delapan tahun menaungiku. Menjadi tempat berlindung ketika badai emosi berkali-kali memaksaku sembunyi. Merayakan tumbuh, patah, gagal dan gagal berkali-kali. Menumpahkan segala hal melebihi apa yang seharusnya manusia lain ketahui.
Entah apa yang terjadi jika sewindu lalu aku tidak mengiyakan tawaran untuk menemuimu di sebuah tempat yang akhirnya menjadi tempat favoritku sepanjang perjalanan ini.
Terus terang, pagi itu diatas segala ketidakpastian, perasangka burukku berkecamuk. Apakah sebab kekuranganku yang banyak sekali sehingga aku tidak lagi layak didampingi. Apakah sebab pertanyaan-pertanyaanku yang melelahkanmu sebab ketidaktahuanku banyak sekali. Ataukah sebab dosaku yang lain, yang telah rapat kusembunyikan namun akhirnya kau ketahui dan membuatmu kecewa hingga tak sudi ingin menerimaku lagi. Namun sekuat tenaga kutepis prasangka burukku, sebab saat ini aku sedang membicarkanmu; manusia yang tenang dan lapang hatinya menerimaku selalu.
“jadilah matahari, bergeraklah tanpa perlu penggerak. lalu bercahayalah, bersinarlah dengan sinarmu yang terang. kau lebih terang daripada yang kau tahu”— katamu, menutup pertemuan pagiku untuk kali terakhir.
“Aku tidak mau jadi matahari. Tidak juga ingin terangnya, aku hanya ingin terus bersamamu” — teriakku dalam hati. Tapi aku hanya terus menangis, sebab tiada satu katapun bisa sepadan dengan perkataanmu.
Lebih-lebih sebab; penolakanku bisa jadi melukai hatimu.
Hingga hari ini aku masih menangis, berkali-kali kukuatkan orang lain saat mereka menghadapi hal serupa; lalu disinilah aku diuji oleh ucapanku sendiri.
“Masih sama, kau akan terus kubersamai selamanya” — katamu.
Maka atas izinNya, teriring restumu, aku beranjak. Walau kita berdua sama-sama tahu betapa sering kenyataan di hidupku tak berpihak.
Palembang | 20 Januari 2024
4 notes · View notes
milaalkhansah · 2 years
Text
Kok Iso?
Jadi gini....
Beberapa waktu yang lalu, ada seorang bapak—yang merupakan kenalanku datang menemuiku dengan maksud untuk menjodohkanku dengan anaknya. Aku kaget, tentu. Karena, hei. Rutinitasku selama ini ya cuman pulang pergi tempat kerja-kossan. Kok bisa ada orang yang tertarik untuk suka hingga berniat memasangkan aku dengan anaknya. Apa yang mereka lihat sebenarnya?
Well, terlepas dari ketidaktahuanku akan apa yang mereka lihat dariku. Aku mengenal putra beliau—hanya sebatas bentuk fisik dia seperti apa. Aku bahkan nggak tahu namanya. Karena ya juga buat apa aku tahu? Dan aku sudah cukup mengenal keluarganya, sehingga aku menyimpulkan bahwa dia anak baik-baik mengingat kedua orang tuanya juga adalah orang yang baik.
Namun. Di umurku yang saat ini masih 21, keinginan menikah itu masih timbul tenggelam aku rasakan. Ada banyak perasaan khawatir dan juga ragu, yang membuat aku menolak sekian banyak pinangan yang datang, termasuk dari pinangan beliau. Dan lagian, dengan aku yang sudah cukup mengenal keluarganya, tidak bisa menjadi cukup alasan untukku menerima ia sebagai pasangan.
After long short story..., hari ini aku mendapat kabar, bahwa laki-laki itu akan segera menikah bulan depan, dengan perempuan lain pilihan bapaknya. Aku lumayan tertegun mendapat kabar itu, sekaligus sedikit merasa sedih—yang di mana aku nggak tahu kenapa aku merasa sedih dan kecewa mendapat kabar itu? Apa mungkin karena aku juga tahu..., bahwa aku memang tidak seharusnya merasakan perasaan tersebut, karena aku nggak punya perasaan apa-apa padanya.
Tapi kok iso yo?
I mean, ini bahkan belum cukup beberapa bulan dari aku menerima tawaran itu, sedang bulan depan ia udah akan menikah. Ada perasaan tak rela ketika melihat bahwa mengapa proses orang lain menuju pernikahan begitu mudah dan sederhana. Mengenal, berpasangan, lalu setelah itu menikah. Apa mereka nggak punya sekian banyak pertimbangan yang membuat mereka harus menunda? Apa proses mereka menuju ke sana nggak diwarnai oleh sekian banyak drama? Aku membandingkan proses mereka dengan apa yang selama ini terjadi dalam hidupku.
Namun, setelah seharian kemarin merenung..., aku jadi sadar kembali. Memangnya aku siapa—untuk membuat laki-laki itu menunggu sampai aku siap menerima? Jika ada opsi lain, yang lebih baik dan tentunya lebih mudah, mengapa harus menunggu untuk bisa berpasangan dengan perempuan berpemikiran dan berkehidupan rumit ini? Lagian, di awal pas pinangan itu datang. Aku secara sadar menyadari bahwa jika seandainya aku menerima pinangan itu, aku nggak yakin prosesnya akan mudah, sedang untuk saat ini aku sudah teralu lelah untuk menambah kerumitan dalam hidup. Well, keluargaku dan keluarganya amat jauh berbeda dari segala hal. Dia dan keluarganya mungkin mampu menerimaku, tapi bagaimana dengan keluargaku? Aku nggak yakin itu. Belum lagi soal perbedaan prinsip dan nilai yang kita pegang masing-masing. Mikir apa sih aku sampe bisa-bisanya merasa sedih karena dia menikah?
Setelah melihat begitu mudahnya perasaanku goyah atau sedikit terguncang, melewati hal-hal bertemakan pernikahan seperti ini. Aku kembali menyadari bahwa atas semua keputusan, nilai, atau prinsip yang sudah lama kubuat dan kutekankan terkait pernikahan dan juga pasangan pada diriku sendiri, ternyata....aku belum cukup kuat untuk memegang itu semua. Bahwa ternyata, ada saat-saat di mana aku merasa lemah, jika diuji oleh perasaan. Bahwa pada akhirnya, aku hanya manusia biasa yang ternyata juga bisa goyah dan hilang arah.
Huf.
Tapi setelah drama bercampur aduknya perasaanku saat ini. Satu-satunya kalimat yang kembali kuucapkan ketika merasa tidak berdaya : yaudahsih. Wkwk
Yaudahsih, berarti emang bukan jodohnya.
Yaudahsih, berarti setiap orang prosesnya beda-beda.
Yaudahsih, berarti sabar aja dulu, belum waktunya.
Hem. Sedih sendiri, bingung sendiri, galau sendiri, nyadarin diri sendiri, nasihatin diri sendiri, semangatin diri sendiri. Hebat banget akuni.
Nggak papa. Aku cinta diriku sendiri...
28 notes · View notes
galeritumbang · 5 months
Text
Tumblr media
Beberapa bulan terakhir ini aku belajar menerima. Meskipun rasanya sama sekali tidak mudah, tapi dgn berat hati harus ku coba. Aku mencoba tidak banyak bertanya dan meminta ketika dia tidak lagi menghubungiku melalui telegram. Aku berusaha menerima kalau memang pada akhirnya mungkin aku akan menjadi seorang yg biasa saja untuknya.
Aku juga menerima kalau selama ini dia menjalin hubungan denganku, mungkin memang aku yg banyak membuat kesalahan berulang. Aku yg tak kunjung belajar berbenah menjadi pribadi yg lebih baik. Aku juga tersadar, bahwa mungkin selama ini sikapku jauh dari kata baik untuknya. Sehingga wajar saja jika dia memang berniat meninggalkanku.
Dari terbentuknya jarak dan ketidaktahuanku akan dirinya selama beberapa bulan terakhir, membuatku tersadar bagaimana buruknya diriku selama ini. Maka dari itu, aku sudah benar² mengurangi egoku untuk berusaha mengetahui apapun tentangnya. Padahal sudah pasti rasanya ingin sekali menanyakan perihal kabarnya selama ini. Tapi aku yakin, dgn tanpa adanya aku lagi.. pasti keadaan dia akan baik² saja. Mungkin juga dia jauh lebih bahagia daripada sebelumnya.
Sebenarnya ada hal² yg cukup menggangguku, namun rasanya berat sekali untuk menuliskannya. Semoga nanti ada waktu dan keberanian untukku menumpahkannya di ruang ini.
Jogja, 16 Desember 2023 | 23.57
4 notes · View notes
gizantara · 9 months
Text
Ya Rabbi
Jauh sekali.. perjalananku melupakan-Mu.
Maaf, aku jadi canggung begini seolah-olah kita tidak pernah kenal. Seolah-olah Engkau tidak pernah berjasa dalam hidupku. Seolah-olah surat cinta dan panggilan-Mu tidak pernah masuk ke dalam jiwa.
Seharusnya pernah, namun maaf jika aku lupa kapan terakhir aku menangis dan bergetar saat membaca surat-Mu dan memenuhi panggilan itu. Maaf karena belakangan ini keduanya aku lakukan tanpa perasaan yang berarti.
Engkau paling kenal aku dan aku paling sok tahu tentang Engkau dan diriku sendiri. Pernah aku kecewa pada manusia, lalu yang kujauhi dan kuhujani prasangka buruk adalah Engkau, yang Maha Suci.
Sebagai yang Maha Penyayang, aku tahu Engkau tidak ada sedikitpun kehendak untuk berlaku tidak adil apalagi aniaya terhadapku. Jadi pada dasarnya, atas ketidaktahuanku, serta atas kurangnya aku mengenal Engkau, aku jadi bertingkah seperti korban atas semua takdir yang Engkau atur.
"Aku yang paling sakit dan Engkau yang paling jahat,"
begitulah pernah terbesit di benakku; di benak orang yang tidak begitu mengenal-Mu dengan baik.
Namun terus menjauhi-Mu adalah keputusan yang mendatangkan sakit-sakit berikutnya oleh sebab kebersandaran pada manusia. Sebelum lebih jauh lagi.. sebelum lebih sakit lagi..
Bolehkah kita berkenalan lagi dari awal?
Karena bagaimanapun caranya, kali ini aku ingin punya mata yang terbuka mendahului datangnya cahaya; begitulah ucap Salim A. Filah tentang iman kepada-Mu. Aku ingin percaya Engkau selalu baik dan sayang aku, bahkan meskipun (karena keterbatasanku) aku belum menemukan letak kebaikan dari ketentuan-Mu.
Aku mau jatuh cinta lagi..
Lebih dalam daripada yang pernah aku rasa sebelumnya..
Lebih hebat daripada jatuh yang dulu kepada yang bukan Engkau..
Dan Engkau kemudian akan menguji aku lagi. Saat momen itu tiba, aku ingin menghadapinya dengan melibatkan Engkau sambil menyadari bahwa Engkaulah yang sejak awal dan sampai akhir paling berjasa atas semua pencapaian.
Dua dekade lebih aku banyak melewatkan kesempatan untuk lebih mengenal-Mu dan lebih dekat dengan-Mu. Pernah karena aku yang tidak peka, pernah karena aku masih lebih memilih kenal dekat dengan selain Engkau, pernah karena aku berlagak sibuk dengan urusan yang tidak penting-penting amat, dan seringnya karena aku menutup-nutupi uluran rahmat darimu dengan kaca pandangku yang buram. Ya, kesalahpahaman memang seringkali terjadi kalau seseorang belum mengenal dengan baik pihak yang disalahpahaminya.
Aku yakin Engkau juga tidak mau disalahpahami. Banyak tanda-tanda yang Engkau tunjukkan agar itu tidak terjadi. Maka untuk yang sekarang, aku mau mengenalmu sebagaimana Engkau ingin dikenali. Sebagaimana Engkau memperkenalkan dirimu di awal. Sebagai Rabb-ku, pemeliharaku. Sebagai Sang Cinta, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sebagai sandaran, Yang Maha Kuat. Dan Yang Maha Benar, satu-satunya yang pantas aku percayai.
Aku tidak mau menyia-nyiakan sinyal dari-Mu meski harus menjalaninya dengan ketidaksukaan dulu. Meski harus jauh dari yang sudah pernah aku kenal dekat. Meski harus membiasakan diri lagi dengan yang Engkau suka.
Aku mau Engkau sukai. Aku mau disayang Engkau.
— Dari aku yang sangat ingin disentuh hatinya lebih dalam lagi dengan kemahabaikan-Mu.
Blaze
4 notes · View notes
agnita · 8 months
Text
[Mengenang Tulisan 24 September 2022]
Dalam hidup, tidak ada yang bisa menjadi senderan kecuali Gusti Allah.
"Jangan Kau ambil tangisan ini, jika hanya ini yang kau bagi, jangan keringkan air mataku, jika dengannya ku bisa membaca-Mu.."
— Tafsir Cinta, Panji Sakti
Seraya meresapi larik lagu yang indah itu, seraya aku mengadu pada-Mu.
"Teruntuk diri, maaf jika seraya kau hidup dalam diri saya, saya terlampau sering mementingkan perasaan orang lain dibandingkan perasaanmu. Tapi, apakah ada orang lain yang juga mementingkan perasaan saya? Jika ada, tolong bantu saya untuk merasakan hal itu, Tuhan. Namun, jika memang tidak ada, tolong bantu saya untuk tetap kuat dan tegar menjalaninya sendirian."
— Lirihku dalam benak.
Aku ingin tenang dan bahagia dengan diriku sendiri. Kenapa proses mencapai ini sulit sekali?
Mudahkanlah, ya Allah.. aku milik-Mu seutuhnya.
Sebab, kepada siapa aku harus pulang selain pada-Mu?
Aku menerima, bahwa tidak semua orang harus selaras denganku, aku ingin nyaman dengan diriku sendiri. Agar bisa memberikan rasa nyaman itu untuk orang-orang di sekitarku.
Tuhan..
Sudahkah aku ikhlas? Sudahkah aku tulus? Dalam berbagi, dalam memberi, dalam mementingkan hidup orang lain selain diriku. Sudahkah aku bersabar setiap menghadapi apa-apa yang membuatku sedih, sakit, dan rapuh ?
Aku hanya mencoba melatih diriku untuk itu. Namun, jika aku masih memikirkan tingkat kadar tulus, ikhlas, dan sabar dalam diriku, agaknya aku belum mencapai tingkat ketulusan dan keikhlasan dalam hidup.
Aku mencintai diriku dan segala ketidaktahuanku.
Engkau yang Maha tahu, segalanya, dan segala yang ada dalam aku.
Bimbinglah aku dalam setiap langkahku, baik itu menuju dewasa, menuju tua, renta, menuju mati, pun nanti menuju hidup kembali.
Aku membutuhkan-Mu, itu akan selalu.
5 notes · View notes
thecassiopeias · 11 months
Text
Tidak ada aku (?)
Aku hanya mencoba mengenalimu kembali setelah keterasingan kita pada apa-apa yang sudah berlalu.
Pada waktu-waktu yang entah mungkin kamu sesali, aku hanya berupaya memperkenalkan aku yang pernah mati.
Aku janji tidak akan melewati batas. Aku akan berperan sebagai aku, bukan sebagai yang berhak atau memilikimu.
Yakinnya aku, hanya menjadi bagian dari rencanamu. Bukan tujuanmu. Tujuanmu, bukan aku. Maka biarkanlah waktu ini berjalan tanpa direncanakan.
Pergilah pada apa-apa saja keinginanmu yang belum sempat di wujudkan. Pergilah pada apa-apa saja yang selama ini kamu tahan.
Sampai jumpa di suatu tempat sampai tahun ini berakhir, jika semesta merestui. Karena waktu akan terus berjalan tanpa peduli jatuhnya duniamu, atau duniaku dan ketidaktahuanku atas keputusanmu. Pada waktu yang berjalan ini mungkin justru kamu memilih untuk pergi.
2 notes · View notes