Bila sepi mengajakmu lebih dekat dengan Allah lantas mengapa harus risau hanya karena merasa tak memiliki banyak teman? Bukankah sedikit lebih baik daripada beramai-ramai namun tak kau dapati Allah dekat di dalamnya?
Mungkin aku sedang memendam rasa sakit dan kecewa karena diperlakukan berbeda oleh orang-orang terdekatku. Atau ini hanya perasaan sensitifku saja?
Saat aku dibuat merasa asing karena berbeda dengan mereka. Tidak bisa mengendarai sepeda motor. Seperti mereka. Tidak bekerja di perusahaan atau PT dengan gaji jutaan. Seperti mereka. Tidak tertarik keluar rumah. Seperti mereka.
Hingga aku sampai pada berlapis-lapis tanya. Apakah aku yang menjadikan diriku asing atau memang aku ini yang terasing?
Ya, kali ini izinkan aku menyimpan semua rasa sakit dan kecewa itu di sini, di halaman pribadi yang terbuka untuk umum.
Kalau ditelaah, ditengok lagi ke dalam hati yang penuh noda ini, agaknya dibanding pernikahan dan kekayaan, ampunan Allah menjadi yang paling diri ini butuhkan dan inginkan.
Ya Allah tak ada satupun dosa yang luput dari pengetahuanMu 馃槥
Nyimak berita dan euforia kemenangan timnas kemarin, bahagianya nular juga ya. Sampai ada netizen yang komentar, jadi ikutan semangat buat berkarya untuk bangsa, termotivasi untuk melakukan hal-hal positif.
Kalau lihat kekompakan suporter timnas rasanya terharu. Ternyata olahraga bisa menyatukan bangsa yang beragam ini jadi satu, satu dalam mendukung, mendoakan dan memeriahkan. Dan bukan tidak mungkin kita bisa semakin satu dalam banyak hal bukan?
Terutama dalam membangun bangsa ini. Sesederhana meniadakan bully, dan memperbanyak saling menghargai.
Semoga sepakbola menjadi awal semakin eratnya persatuan dan kesatuan bangsa. Dan perbedaan tak lagi memicu perpecahan. Melainkan sebagai kekayaan dalam keberagaman.
Semoga di bidang lain pun bangsa ini tetap sejalan, meski tak selalu satu pandangan. Setidaknya kita punya satu tujuan, Indonesia bangkit dan penuh kedamaian.
Banyak doa yang kini kita langitkan, untuk timnas, untuk bangsa ini, tentu saja. Dan apapun hasilnya nanti semoga kita tak berbangga diri atau berkecil hati. Pun tak jadi saling menghakimi.
Tetaplah satu dalam suka dan duka, Indonesiaku. Indonesia bisa, timnas juara
Dari: bukan pencinta sepakbola 馃檹馃徎 tapi kucinta Indonesia鉂わ笍
THR terbaik di bulan Ramadan ini adalah rahmat dan ampunan Allah.
Sungguh, kita tidak pernah tahu apakah di ramadan mendatang kesempatan itu masih Allah sampaikan atau tidak. Sedang di ramadan ini amal ibadah belum bisa maksimal. :(
Ya Allah, mohon terimalah puasa dan ibadah kami selama bulan Ramadan ini. Dan sucikanlah kami dari dosa-dosa hingga Engkau ridho kami sebagai hambaMu yang akan pulang menghadapMu, membawa apa yang sudah Engkau amanahkan kepada kami 馃槶
Lastday Ramadan 1445H, di bawah hujan yang mengguyur seakan alam ikut sedih berpisah dengan bulan Ramadan
Ya Rasulullah, bagaimana bisa aku mengaku rindu sementara aku tak mengenalmu? Bagaimana bisa aku mengharap memimpikanmu sedang aku tak tahu apa-apa tentangmu?
Kini aku menyadari, ternyata senyaman itu berjalan tanpa ikatan yang tak punya kepastian. Kemana saja selama ini? Sampai sempat merasa bodoh dan tidak yakin kalau bisa tanpanya. Memang ya, penyesalan datang belakangan 馃槍 tetapi, mau seperti apapun akhirnya sebuah kisah, aku juga berterima kasih kepada masa lalu yang sudah mengajarkan banyak hal.
Ternyata pertemuan kita memang bukan untuk bergandengan, melainkan untuk saling memberi pelajaran.
Kini dengan sepenuh sadar aku mengakui, sendirian ternyata tak semengerikan itu. Sendirian ternyata tidak semenyedihkan anggapan orang-orang. Malah dengan sendiri aku bisa mengenal diriku lebih baik lagi. Hal yang selama ini aku abaikan.
Jadi, tak ada salahnya kan jika saat ini aku masih sendiri?
Syukur terbesar adalah ketika Allah buat hati ini tak lagi "mudah" jatuh cinta.
Ada sebab mengapa Allah belum menginginkanmu untuk menjalin cinta lagi, yaitu karena Allah tahu kamu masih lemah dalam mengendalikan perasaanmu sendiri dan hawa nafsumu.
Dan percayalah bahwa kesendirianmu itu Allah hanya ingin kamu istirahat dari cinta yang salah, sampai Allah mempertemukan kamu dengan seseorang yang membuatmu semakin dekat dengan-Nya.
Iya sih, apalagi pas lihat story temen-temen. mau nyapa takut dikacangin 馃槍
Postingan
Saya hanya mau bilang sedikit. Kalau lagi pakai media sosial, Instagram misalnya, selalu luangkan waktu untuk merespon postingan temanmu. Meski dengan sekadar celetukan lucu, pujian, doa, dan reply-reply random. Kadang kita tidak sadar telah menjadi zombie yang angkuh: hambar melihat aktivitas orang lain dan sentralistik egois terhadap diri sendiri. Ini yang menjadikan media sosial akhirnya penjara pikiran yang menyesatkan. Memuat jiwa-jiwa jadi kosong melompong.
Gunakan momen postingan tersebut untuk terlibat percakapan dengan mereka. Bahkan sekadar komentar receh pun tidak bermasalah. Kita bisa tetap jadi orang yang ramah tanpa perlu berpura-pura. Bukan buat siapa-siapa atau cari perhatian manusia. Bukan. Tapi untuk menjaga diri kita sendiri dari karakter yang tidak memanusiakan manusia.
Ambil bagian membentuk sirkel yang positif dan saling terhubung dengan kebaikan-kebaikan.
Hari itu air mata banjir menyisakan bengkak yang sulit kusembunyikan. Seakan dunia datang dari segala sisi, menghimpitku yang lemah sendiri. Dan seketika keinginan hidup menyusut dari hatiku. Berganti dengan tanya, 'Kenapa aku? Kenapa harus dengan cara ini? Tak pantaskah aku mendapat bahagia yang kumau?'
Segala rencana masa depan seolah runtuh di hadapku. Putus asa menjadi teman gelapku. Dan rasa tak pantas menyelimuti sekujur tubuhku. 'Dimana impian berlayar itu?' Aku menyesali segala kegagalan dan kekalahan diri yang tak berhasil pulang membawa keinginan hati.
Dan ayat ini seketika mengingatkanku kini, betapa bodohnya aku yang dulu. Yang lemah oleh dunia dan hampir menyalahkan Allah atas jalan hidup yang dihamparkan.
Membuatku sadar sepenuhnya. Ternyata kacamata dunia yang kugunakan tak cocok untuk memandang kejadian tersebut. Apa-apa yang aku ratapi ternyata lebih pantas untuk kusyukuri. Air mata yang jatuh karena merasa kehilangan ternyata telah salah kutempatkan.
Tidaklah Allah membiarkan sesuatu itu terjadi melainkan sebab tahu itulah yang terbaik untukku. Tidaklah perpisahan itu terjadi melainkan karena Allah cemburu atas kelalaianku.
Jika bukan karena Allah telah 'memaksaku' melepaskan keinginan hatiku, tentu takkan kudapatkan apa-apa yang kini terbaik untukku.
Ya Allah, tidak minta banyak bulan ini. Hanya mohon berikan aku tenang dan lapang dalam menjalani hari-hariku, jangan biarkan urusan remeh temeh dunia memalingkan perhatianku dariMu. Sungguh, aku hanya ingin dekat dan mengenalMu.
Ramadan datang membuka pintu-pintu kebaikan dan ketaatan. Pintu yang mungkin selama ini jarang kita ketuk, apalagi memasukinya. Sebagaimana kita berbahagia menyambut bulan ramadan, mungkin begitu juga dengan Allah Yang Maha Menyaksikan. Gegap gempita semangat beribadah terasa nyata di bulan ini. Jiwa-jiwa yang telah lama kerontang akhirnya mendapat kesejukan dengan siraman keberkahan yang Allah turunkan. Dan jalan pulang terasa lebih terang menujuNya.
Jalan pulang yang selama ini seakan hilang dari pandangan. Tertutupi kabut angan-angan akan dunia yang melenakan. Sedang Allah selalu menunggu kita kembali, meniti jalan yang telah disediakan dalam petunjuk kehidupan. Bahkan Allah terang-terangan menyampaikan dalam surat cintaNya, betapa Allah menyukai orang-orang yang berusaha menemukan jalan pulang dan memperbaiki segala perkara yang selama ini ternyata menjauhkan dariNya.
Maka, bulan ini kita bergerak menuju jalan yang sama, jalan keridoan dan ampunan Allah semata. Ketika kita dengan sadar mematuhi perintahNya untuk menahan diri dan memperbanyak ketaatan agar meraih kemenangan.
Bukankah sangat indah kebersamaan kita di bulan ini?