Tumgik
#Keadilan Sosial
kbanews · 8 months
Text
Milenial dari Maluku Ini Berharap Anies Tegakkan Sila ke-5 Pancasila
JAKARTA | KBA – Indra Surendra, anak muda dari Maluku yang merantau ke Bogor, Jawa Barat berharap bacapres Anies Rasyid Baswedan benar-benar menegakkan nilai-nilai Pancasila, khususnya sila ke-5, yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. “Saya yakin orang yang mau jadi presiden pasti punya tujuan untuk memajukan Negeri ini dan pastinya mengetahui nilai-nilai Pancasila yang begitu…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kawanseo · 1 year
Text
read more
1 note · View note
lasealwin · 2 years
Text
Hari Kelam Tidak Gelap Gulita Diterangi Standar Kehidupan
Hari Kelam Tidak Gelap Gulita Diterangi Standar Kehidupan
Hari-hari kelam tidak segelap malam selama kita punya standar yang menjadi sisi terang pedoman kehidupan di dalam Tuhan dan dalam bermasyarakat.Cerita singkat. Waktu yang damai, waktu yang tenang, waktu yang menyenangkan: adalah terang. Waktu kesusahan, waktu khawatir dan waktu bersedih: adalah kelam. Tanpa kita sadari, sesungguhnya hidup kita seperti hari-hari siang dan malam yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
wwwintinewscoid · 9 months
Text
Mengingatkan APH Pentingnya Keadilan Yang Berlandaskan Hati Nurani
INTINEWS.CO.ID, PETI ES – Tidak dipungkiri era kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi saat ini acapkali publik dapat mengetahui berbagai macam kinerja APH ada yang bagus dan ada yang kurang bagus. Bahkan mau tak mau ada yang sampai viral di media sosial (Medsos). Mengingatkan APH pentingnya keadilan yang berlandaskan hati nurani. Bukankah sebagai Aparat Penegak Hukum (APH) dan dalam konteks…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
infokombanser · 2 years
Text
Mampukah Pemerintah Menangkap Bjorka!
Mampukah Pemerintah Menangkap Bjorka!
sorbansantri.com – Bjorka! Nama ini semakin tenar saja akhir-akhir ini karena sukses membuat para politisi ketar-ketir. Hingga saat ini tak ada yang tahu pasti siapa sosok Bjorka ini, apakah benar di luar negeri atau tinggal di dalam negeri. Ini menunjukkan betapa lemahnya data yang ada di Indonesia, namun yang akan redaksi  bahas bukan hal itu tapi sanggupkah pemerintah menangkap…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
lejel-labs-global · 5 months
Text
Hal yang Membuat Masa Depan Menyenangkan!
Tumblr media
Dalam era yang penuh dengan tantangan, manusia terus menapaki perjalanan menuju masa depan yang cerah dan penuh harapan. Inovasi teknologi, perubahan sosial, dan kesadaran global telah membuka pintu menuju kemungkinan-kemungkinan baru yang memancarkan optimisme dan kegembiraan.
1. Inovasi Teknologi Membuka Pintu Menuju Perubahan Positif
Dengan percepatan teknologi, manusia mengalami lonjakan inovasi dalam berbagai sektor. Dari kecerdasan buatan yang mengubah cara kita bekerja hingga penemuan medis yang merevolusi pengobatan, inovasi membawa perubahan positif yang dapat membentuk masa depan yang lebih baik.
2. Peningkatan Kesadaran Lingkungan dan Keberlanjutan
Masyarakat semakin sadar akan dampak lingkungan dan pentingnya keberlanjutan. Inisiatif global untuk mengatasi perubahan iklim, menggunakan energi terbarukan, dan melindungi keanekaragaman hayati menandai langkah-langkah positif menuju masa depan yang berkelanjutan.
3. Perubahan Sosial yang Membawa Kesetaraan dan Keadilan
Perubahan sosial yang mendukung kesetaraan gender, hak asasi manusia, dan keadilan telah memberikan fondasi yang kuat bagi masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Masa depan yang menyenangkan adalah masa depan di mana semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
4. Pendidikan dan Akses Informasi yang Luas
Dengan teknologi informasi yang semakin merata, akses terhadap pendidikan dan informasi menjadi lebih mudah. Masyarakat yang teredukasi adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang cerdas, kreatif, dan berkembang.
Melalui inovasi, kesadaran lingkungan, perubahan sosial, dan pendidikan yang luas, masa depan menjanjikan kemungkinan-kemungkinan baru yang dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi semua. Dengan kerja sama global dan tekad untuk mencapai perubahan positif, kita dapat bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih baik dan menyenangkan.
Bersama dengan Lejel Labs Global, kami mengajak kamu untuk bisa maju dalam tujuan yang sama. Dengan bersama kita akan lebih menikmati perjalanan yang tidak akan kita lupakan. Mari sambut masa depan dengan penuh suka cita dan banyak uang!
17 notes · View notes
dearmme · 7 months
Text
Palestina, Iman dan Kemerdekaan🇵🇸
Sedih sekali mendengar kembali kabar duka dari tanah Para Nabi--tanah yang diberkahi--, Palestina, bersliweran di timeline sosial media.
Rasanya geram bukan main melihat bagaimana perbuatan (yang katanya) manusia itu, zionis laknatullah, mengagresi secara militer tanah Gaza berikut dengan mudahnya merenggut hak hidup manusia, menghancurkan masa depan anak-anak hingga fasilitas umum (rumah sakit, masjid) di dalamnya. Sungguh, berapa sebenarnya harga nyawa satu manusia di mata mereka?!!
Lebih geram lagi pada pasukan kera--para budak zionis-- yang membuat berita penuh pengaburan fakta dengan tujuan mencari simpati dunia. Seolah Israel adalah korban atas konflik antar negara, dan perlawanan yang saat ini inang mereka (zionis) lakukan adalah sebagai bentuk pertahanan. Lantas, lebih dari 75 tahun penjarahan, penyiksaan, pembantaian sampai pembunuhan yang mereka perbuat terhadap tanah dan penduduk Palestina itu apa?!!
Melihat itu semua, sungguh, dada ini terasa sesak.
Dimanakah kemanusiaan yang (katanya) para pemimpin kedamaian dunia teriakan itu, sedang masih ada sebagian dari kita yang hidup dalam kesulitan mendapat makanan hanya tuk sekadar menegakkan punggungnya?
Dimanakah keadilan pun kemerdekaan yang (katanya) pemimpin paling HAM gaungkan itu, sedang masih ada sebagian dari kita hidup dalam bayangan rudal lagi bidikan senjata yang siap merenggut hak hidup dimanapun dan kapanpun?
...
Dalam kegeraman ini, ada pula tanda tanya yang diselimuti rasa malu.
Mengapa di tengah serangan-gempuran itu, jiwa mereka begitu tsiqah (teguh) dalam memperjuangkan Baitul Maqdis; iman, Islam dan tanah air mereka?
Mengapa di tengah agresi yang tak sedikit pun berbelas kasih itu, mereka tak sedikitpun menunjukkan ketakutan, keraguan dan kelemahan di setiap tarikan nafas juang mereka?
(Yaa Rabb, jaga dan lindungi kaum muslimin dimanapun mereka berada, aamiin..)
Sungguh, ini refleksi bagi kita;
Apa itu merdeka? Apakah merdeka adalah ketika kita bisa duduk manis sambil scrolling sosial media? Atau menjalani rutinitas harian tanpa peduli terhadap sesama?
Jika merdeka adalah hidup dalam kemanusiaan yang berkeadilan, sudahkah kita benar-benar merdeka? Jika benar demikian, mengapa masih banyak negeri (yang mengaku) merdeka yang memilih menutup mata dari kebenaran, kepedulian dan keadilan?
...
Sungguh, bukankah kemerdekaan yang sejati adalah ketika iman dalam jiwa manusia itu hidup dan mengobarkan api ruh perjuangan? Api yang dapat menghangatkan-menerangi sesama sekaligus membakar kezaliman di sekitarnya; amar ma'ruf nahi munkar.
Dan, ya, saudara-saudara kita di Palestina menunjukkan kepada kita; mungkin secara kedaulatan, mereka belum (dan pasti akan) merdeka. Namun, langit menjadi saksi bahwa mereka adalah umat yang telah merdeka dari hati yang tak mengimani Tuhannya dan dari waktu yang tak berguna. Dan jika iman dalam dada mereka mampu bersuara,
"Kita telah dan akan selalu menjadi umat yang merdeka!"
Semoga kita tak lupa bahwa,
Keterjajahan terbesar adalah ketika tak ada lagi empati, akal-nurani pun perjuangan (read: iman) yang hidup dan mengalir dalam darah kita.
Allahummaghfirlana..
11 notes · View notes
unimiff · 6 months
Text
REFLEKSI OKTOBER 2023: BULAN PALING PENUH AIR MATA
Tak terasa, hari ini kita sudah berada di penghujung bulan Oktober 2023. Tahun 2023 tinggal 2 bulan lagi. Bagiku sendiri, bulan ini merupakan bulan yang menguras energi, emosi dan bulan yang paling penuh air mata. Rasanya, terakhir kali menangis yang seintens ini adalah tahun 2021. Namun,  jika dibandingkan, tetap saja Oktober 2023 adalah bulan paling penuh air mata. Kesamaannya antara 2021 dan 2023 adalah menangisnya sama-sama diam-diam, di tengah kesendirian, wkwk. Kalau di depan orang lain bisa jadi semacam orang yang kuat dan seolah-olah semuanya baik-baik saja. Perbedaannya, tahun 2021 aku belum belajar meregulasi emosi dengan baik. Kini, baru kusadari bahwa efeknya sungguh tidak baik. Semuanya qadarullah, tetapi mungkin itu juga berefek sampai ke kesehatan fisik, di mana waktu itu aku jadi tidak merasa lapar, sehingga menunda-nunda makan. Efeknya baru berasa sekarang, menjadi GERDian of the galaxy. Perbedaan lainnya, dan ini yang paling utama, tentu saja, penyebabnya, dan pelajaran yang bisa kuambil dari refleksi bulan ini. Oktober 2023 telah melalui perjalanan panjang mengenal diri sendiri, sehingga meskipun rasa sedihnya lebih besar, alhamdulillah regulasi emosinya sudah jauh lebih baik.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga hari ini, linimasa media sosial kita dipenuhi oleh kabar yang membuat hati miris. Tidak, ini bukan konflik. Ini adalah penjajahan di era modern dan perjuangan bangsa yang mempertahankan tanah airnya agar si penjajah bisa hengkang. Ya, ini tentang Israel dan Palestina. Perkara inilah yang membuat entah sudah berapa volume air mata yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal ini keluar. Ada rasa sedih, rasa marah, kecewa, tetapi juga ada rasa haru, bangga, rindu dan perasaan lainnya campur aduk selama sebulan ini.
Sedih rasanya melihat anak-anak, perempuan dan masyarakat sipil menjadi korban kezaliman zionis. Fasilitas publik seperti masjid, rumah sakit, gereja, toko roti, tak luput dari serbuan bom mereka. Bahkan, bom fosfor putih yang jelas-jelas sudah dilarang oleh hukum internasional. Anak-anak tak berdosa itu berlumuran debu dan darah. Anak-anak yang seharusnya memiliki masa depan. Namun, ternyata Allah lebih sayang mereka.
Ada rasa marah dan tak berdaya juga, ini si zionis sudah melakukan berapa kejahatan perang, ya? Begitulah ternyata dunia. Kalau di belakangnya ada negara adidaya yang mendukung, zionis tenang-tenang saja. Ke mana perginya PBB? Oh, ternyata, selama hak veto di Dewan Keamanannya masih ada, tak akan ada keadilan kecuali untuk negara-negara yang mereka dukung. Life is unfair. Get used to it. Itulah makanya Allah, hakim yang Maha Adil, menyediakan hari akhir dengan peradilan yang seadil-adilnya nanti. Karena memang sulit mencari keadilan yang seutuhnya di dunia ini. Awas, ya, zionis, nanti kalian tidak akan bisa lari sedikit pun dari hisab dan mizannya Allah. Semuanya akan dihitung, diadili dan dibalas. Seadil-adilnya. Anak-anak yang kalian bunuh itu akan bersaksi. Tangan dan kaki kalian juga akan bersaksi. Sudah tidak bisa membayar influencer untuk memutarbalikkan fakta.
Selain itu, ada juga rasa kecewa. Kecewa kenapa negara-negara Islam, terlebih lagi negara-negara Arab, tidak bisa bersatu. Padahal, dalam pemikiran sederhanaku dari dulu, Israel itu kan negara (kalau bisa disebut negara, padahal sih nggak ya) kecil. Kalau pada bersatu, tidak begitu sulit, bukan? Belum lagi negara-negara Arab itu menguasai sumber daya energi berupa minyak bumi yang tersimpan di bawah buminya itu. Sekali embargo, ketar-ketir juga negara-negara pro-zionis itu. Namun, ternyata perputaran dunia memang tidak sesederhana itu. Berbagai kepentingan, kondisi geopolitik, geoekonomi dan lain-lain, semuanya saling berkelindan. Huft, dunia memang tidak sesederhana pemikiran seorang anak kecil yang ingin dunia ini aman. Bahkan Resolusi Khartoum 1967 pun dilanggar sama mereka sendiri. Aku juga jadi ingat sabda Rasulullah.
Dari Tsauban, dia berkata bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya, ”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata, ”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, sahih kata Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud). Sumber https://rumaysho.com/3388-cinta-dunia-dan-takut-mati.html
Look, saat ini jadi semakin mengerti makna hadis ini. Namun, sudahlah sedih-sedihnya. Ada begitu banyak hikmah yang terserak dari peristiwa ini, jika kita mau memungutnya.
Guruku pernah mengatakan bahwa, jika kita masih memiliki rasa sedih ketika melihat saudara-saudara kita di Palestina sana dibantai, maka bersyukurlah, karena semoga saja itu merupakan tanda iman yang masih ada di dalam hati kita. Bukankah tidak sempurna iman seseorang hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri? Bukankah seorang mukmin dengan mukmin lainnya itu bagaikan satu tubuh, di mana jika yang satu sakit, maka yang lain pun merasakan hal yang sama? Dan mereka di Palestina sana adalah saudara-saudara kita. Saudara seiman yang menjaga tanah wakaf Baitul Maqdis, menjaga Masjidil Aqsa sebagai kiblat pertama kaum muslimin. Jika ada yang mengatakan “Ngapain ngurusin masalah Palestina yang jauh, sedangkan masalah di negeri sendiri saja masih begitu banyak?” Ingatlah, baca lagi sejarah Indonesia. Palestina merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, bahkan sebelum diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Maka, sebagai bangsa Indonesia, kita merupakan saudara dengan bangsa Palestina. Ingat juga pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan, jika mengaku sebagai manusia, tidakkah sisi kemanusiaan kita tersentuh saat melihat manusia lain dibantai? Maka bersyukurlah jika kita masih merasa sedih. Semoga air mata yang keluar atas dasar rasa cinta itu merupakan salah satu tanda keimanan. Semoga air mata itu nanti menjadi saksi di hadapan Allah, bahwa kita mencintai saudara-saudara kita di sana, atas dasar keimanan kepada-Nya. Justru, berhati-hatilah ketika kita mulai mati rasa. Jangan-jangan, perlahan nikmat iman itu tercerabut dari dalam hati kita.
Namun, jangan sampai rasa sedih itu paralyzing, melumpuhkan kita. Kita seharusnya menjadi lebih bersemangat dalam belajar, bekerja dan beribadah. Semangat mereka dalam mempertahankan tanah airnya dari penjajah, seharusnya menular ke kita. Semangat mereka dalam bertahan di tengah keterbatasan, seharusnya menjadi cambukan bagi kita yang suka rebahan dan bermalas-malasan. Kita punya PR besar. Masalah Palestina tidak hanya akan selesai sampai di sini saja. Kita perlu belajar lebih banyak, tadabur Al-Qur’an lebih banyak, terutama Surah Al-Isra’ dan mengajarkannya kepada anak-anak kelak.
Berbicara tentang Al-Qur’an, aku juga menjadi teringat sebuah peristiwa saat di asrama Qur’an dulu. Ketika mempelajari sebuah hadis dari kitab At-Tibyan karya Imam Nawawi rahimahullah, sebuah kisah begitu menancap dalam ingatan.
“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan, karena nanti tidak akan ada mushaf lagi) Al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam Sunannya no. 1464 dan imam Tirmidzi dalam sunan at-Tirmidzi, no. 2914, dan Ibnu Hibbân no. 1790 dari jalan ‘Âshim bin Abi  Najûd dari Zurrin dari Abdullah bin ‘Amru secara marfu’.
Referensi : https://almanhaj.or.id/4540-derajat-hadits-keutamaan-menghafal-alqurn.html
Dulu, waktu ngebahas hadis ini, Ustazah bilang "Anak-anak Palestina itu becandaannya next level. Mereka becandanya, 'Aku udah lebih banyak nih hafalannya. Ayo, kamu juga semangat, dong. Biar nanti kita sama tingkatannya di surga'."
Terheran-heran, kok bisa sih anak-anak itu memaknai hadis ini di usia belianya. Makin takjub saat tahu bahwa di tengah kondisi mereka yang jauh dari rasa aman & penuh keterbatasan, hafiz Qur'an terus tumbuh seperti jamur di musim hujan. Kamu boleh kehilangan segalanya, tapi saat masih ada harapan akan pertolongan Allah & Al-Qur'an di hati, kamu punya segalanya. Al-Qur'an sebagai ruh, benar-benar nyata dalam perjuangan Palestina. Tidakkah kita mengambil pelajaran? Saat ini, kita juga dapat melihat gambar-gambar dan video-video dari para jurnalis independen yang tersebar di dunia maya. Rumah diledakkan, tetapi yang pertama diselamatkan dan digenggam adalah Al-Qur’an. Di tengah reruntuhan, anak-anak tetap membaca dan murajaah Al-Qur’an. Ketika lelah, para dokter murajaah hafalan. Lebih dari itu, Al-Qur’an tidak hanya dibaca dan dihafalkan, tetapi diejawantahkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Betapa hati ini penuh keharuan dan kebanggaan ketika melihat wawancara seorang ayah yang kehilangan anak-anaknya dan beliau berkata “Alhamdulillah, mereka syahid di jalan-Nya.” Ucapan yang paling sering keluar dari mulut mereka juga “Hasbunallah wa ni’mal wakil”. Ya, cukuplah Allah sebagai penolong, sebagai pelindung. Cukuplah Allah. Kalian tidak akan bisa mengalahkan manusia yang bergantung sepenuhnya kepada Allah, karena Dialah yang Maha Kuat, sementara kalian adalah makhluk yang begitu lemah. Tidak hanya orang dewasa. Anak-anak Palestina juga memiliki keberanian yang luar biasa.
Maka, terbit pula kerinduan untuk melihat tanah yang diberkati itu. Tanah Baitul Maqdis. Semoga suatu saat kita bisa melihat Palestina merdeka, dengan kemerdekaan yang seutuhnya. Semoga kita bisa salat dengan penuh kedamaian dan kekhusyukan di Masjidil Aqsa. Semoga nanti kita bisa bercengkerama dengan para syuhada Palestina di surga, menghadiri halakah Qur’an yang sama di taman-taman surga, mendengarkan kisah mereka secara langsung, menyimak apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sebenarnya mereka alami, dari mulut harum mereka langsung, bukan dari media yang sudah dipelintir oleh negara-negara pro-zionis.
Oktober 2023 memang bulan penuh air mata. Namun, bulan ini juga penuh pelajaran berharga. Pelajaran yang membuat semakin bersyukur akan nikmat rasa aman. Pelajaran yang menampol bahwa ke mana itu semangat untuk menyelesaikan hafalan dan murajaah hafalan Qur’an? Pelajaran yang menyadarkan bahwa masalah kita ternyata belum ada apa-apanya. Masalah mereka di Palestina sana jauh kebih besar, tetapi masyaAllah keimanan mereka luar biasa. Terima kasih ya Allah, di tengah hadah hadeh perduniawian, Engkau bukakan mata kami bahwa ada masalah penting. Ada tugas besar yang perlu dijalankan. Semoga Allah berikan kita kekuatan, kesehatan dan sumber daya untuk menjalankan tugas kita dari sini, sesuai dengan posisi, fungsi dan profesi kita masing-masing. Sebelum jamaah salat subuh belum sama dengan salat Jumat, tugas kita masih jauh dari selesai. Sebelum Al-Qur’an dijadikan last seen paling sering, tugas kita masih jauh dari kata selesai. Kita perlu menjadi bagian dari generasi yang kuat fisik, jiwa dan keimanannya; bukan sibuk rebahan, bergalau ria dan merasa paling malang sedunia. Terima kasih Palestina. Semoga tulisan ini suatu saat menjadi pengingat, dan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa ada orang-orang dari jauh, yang meskipun terpisah batas-batas geografis, terpaut karena cinta kepada-Nya. Semoga nanti kita bisa reuni di surga-Nya.
Simpang Empat, penghujung Oktober 2023
6 notes · View notes
produsenbajumuslim · 9 months
Text
Memupuk Potensi: Membangun Didikan yang Baik Bagi Anak Remaja
Masa remaja adalah periode penting dalam perkembangan seseorang, di mana anak-anak memasuki tahap transisi menuju kedewasaan. Dalam menjalani fase ini, didikan yang baik memainkan peran krusial dalam membentuk karakter, nilai-nilai, dan keterampilan anak remaja. Berikut adalah beberapa prinsip penting untuk membangun didikan yang baik bagi anak remaja:
1. Komunikasi Terbuka
Didikan yang baik dimulai dengan komunikasi terbuka antara orang tua dan anak remaja. Buat lingkungan di mana mereka merasa nyaman untuk berbicara tentang perasaan, harapan, dan tantangan yang mereka hadapi. Mendengarkan dengan penuh perhatian adalah kunci untuk memahami dunia mereka.
2. Pemberian Contoh yang Baik
Orang tua dan tokoh penting lainnya dalam kehidupan remaja harus memberikan contoh perilaku yang positif dan etis. Tindakan dan nilai-nilai yang ditunjukkan oleh orang dewasa akan membentuk pola pikir anak remaja tentang bagaimana mereka seharusnya bertindak dan bersikap.
Tumblr media
3. Menghargai Perbedaan
Didikan yang baik mencakup menghormati perbedaan individual dan keunikan setiap anak remaja. Mendorong mereka untuk menjalani minat dan passion mereka, bahkan jika itu berbeda dari yang diharapkan, adalah cara untuk mendukung pengembangan diri mereka.
4. Mengembangkan Kemandirian
Bantu anak remaja mengembangkan kemandirian dengan memberi mereka tanggung jawab dan kesempatan untuk mengambil keputusan. Ini membantu mereka belajar menghadapi konsekuensi dari pilihan mereka sendiri dan membangun rasa tanggung jawab.
5. Pemahaman Emosi
Didikan yang baik mencakup mengajarkan anak remaja tentang pemahaman dan pengelolaan emosi mereka. Mereka perlu tahu cara mengatasi stres, kecemasan, dan tekanan dengan cara yang sehat.
6. Pendidikan Moral dan Etika
Didikan yang baik juga memasukkan pengajaran nilai-nilai moral dan etika yang kuat. Anak remaja perlu mengembangkan rasa keadilan, empati, dan integritas dalam interaksi mereka dengan orang lain.
7. Pendidikan Seksualitas yang Sehat
Masa remaja adalah waktu di mana pertanyaan tentang seksualitas muncul. Didikan yang baik mencakup memberikan informasi yang akurat dan penting tentang kesehatan reproduksi, seksualitas yang aman, dan hubungan antarpribadi.
8. Pengembangan Keterampilan Hidup
Anak remaja perlu diajarkan keterampilan hidup praktis, seperti mengelola uang, memasak, merawat diri, dan berkomunikasi secara efektif. Ini membantu mereka menjadi lebih siap menghadapi tantangan dunia nyata.
9. Mendorong Keterlibatan Sosial
Ajak anak remaja untuk terlibat dalam kegiatan sosial atau relawan. Ini membantu mereka merasakan rasa kepuasan dalam membantu orang lain dan mengembangkan rasa perspektif yang lebih luas.
10. Mengajarkan Kritis Berpikir
Didikan yang baik melibatkan pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Ajarkan mereka untuk bertanya, mengkaji informasi, dan merumuskan pendapat berdasarkan pemikiran yang mendalam.
Didikan yang baik bagi anak remaja adalah investasi dalam masa depan mereka. Melalui komunikasi terbuka, pengembangan nilai-nilai positif, dan pembelajaran keterampilan yang relevan, kita membantu mereka tumbuh menjadi individu yang mandiri, berempati, dan siap menghadapi dunia. Pendidikan yang seimbang antara aspek moral, emosional, sosial, dan kognitif adalah fondasi yang kokoh untuk membantu anak remaja mengatasi tantangan, meraih kesuksesan, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
7 notes · View notes
kbanews · 10 months
Text
Sosiolog: Jika Jadi Presiden, Anies Baswedan Akan Memberi Perhatian Pada Keadilan Sosial
JAKARTA | KBA – Sosiolog Prof Musni Umar mengatakan, Calon Presiden Indonesia Anies Baswedan diyakni akan memfokuskan pada keadilan sosial jika nanti diberikan amanah menjadi Kepala Negara di Pemilu 2024. “Dalam berbagai kesempatan, Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 selalu mengemukakan, jika diberi amanah memimpin Indonesia akan memberi titik perhatian pada pelaksanaan keadilan sosial,” katanya…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
coretan-sn · 3 months
Text
Pukul 06.35 tanggal 14 Februari 2024
Tanggal 14 Februari dikenal dengan hari kasih sayang yang asal muasalnya dari barat. Pada umumnya peringatan ini kerap kali di rayakan sepasang kekasih . Meskipun sudah seharusnya hari kasih sayang itu di rayakan setiap hari.
Di Negeriku, hari kasih sayang itu di peringati sangat meriah. Entah apa alasan pemerintah menetapkan tanggal ini sebagai pesta Rakyat, tapi harapannya pesta ini memang pesta kasih sayang yang merdeka. Pesta penuh kegembiraan namun tetap merdeka. Baik merdeka menentukan hak pilih sesuai hatinya atau merdeka dari segala paksaan. Terpenting lagi merdeka berfikir cerdas terhadap segala berita hoax atau masakan buzzer yang tidak bertanggung jawab.
Terlepas dari pesta rakyat yang mungkin memiliki kepentingan elit dan golongan. Tapi binar mata yang berharap, keberanian, dan keyakinan itu tetap tidak bisa di bohongi dari mata masyarakat kita. Bahwa mereka merindukan persatuan Indonesia. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Momen ini membuatku kembali mengingat selama 3 periode di kepanitiaan pemilu raya umum mahasiswa. Sekarang aku jadi panitia pemungutan suara, secara struktural tidak jauh berbeda, tapi sungguh secara rasa kali ini tidaklah sama. Sampai pada tulisan ini di tuliskan aku masih sesak, dan harus segera di rilis sekarang juga. Jangan sampai kerjaan hari ini kacau akibat perasaan yang tidak karuan.
Mulai dari saksi berdatangan lalu di lanjutkan upacara apel beserta sumpahnya. Di tambah pas kotak suara di buka, rasanya pengen segera pergi dari sini.
“Setulus-tulusnya, sehormat-hormatnya, dari lubuk hati terdalam mari kita selamatkan republik ini bersama-sama” Dengan air mata yang perlahan jatuh.
4 notes · View notes
lasealwin · 2 years
Text
Berliku Jalan Ditempuh Demi Kemuliaan Di Waktu Yang Tidak Dapat Ditentukan
Berliku Jalan Ditempuh Demi Kemuliaan Di Waktu Yang Tidak Dapat Ditentukan
Berliku-liku jalan yang ditempuh tetapi tidak sampai membuat nyasar apalagi salah jalan. Karena tujuan hati hanyalah Tuhan sehingga membuka jalan kepada kebahagiaan, ketenteraman dan kedamaian. Sikap hidup pun terbuka dalam jalan yang baik, benar dan adil. Semoga di penghujung jalan kelak, Tuhan menganugerahkan sekeping kemuliaan-Nya kepada mereka yang layak menerimanya.Singkat cerita. Secara…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
ameliazahara · 6 months
Text
Gue lagi belajar menjadi manusia di kehidupan sekarang: berhadapan dengan penduduk pribumi.
Gue menemukan istilah itu dari ibu meja sebelah—yang akhirnya memberi gue insight kalimat baru untuk menggambarkan kondisi yang terjadi—kalimat itu lebih bijaksana untuk disematkan.
Menjadi penduduk pribumi di mana pun berada tentulah suatu hal istimewa: yang gue ga akan pernah berksempatan untuk merasakannya dalam hidup. Karena hidup selalu mengajak dan membawa diri untuk berkelana, mengembara entah sampai di mana dan kemana. Berhadapan dengan kota baru, kebiasaan baru, dan tentu gue bukan penduduk pribumi di tempat yang ditapaki. Gue akan selalu berhadapan dengan adaptasi awal-awal memulai hidup, dan survive di manapun takdir membawa langkah kaki.
Tentu gue tidak iri dengan ketidak-adilan ini. Karena di sini segalanya sesuai dengan tupoksi kinerja. Gue yakin, ketika gue menerima ketidak-adilan di bagian ini, maka selebihnya di bagian lain berikutnya gue akan menerima banyak keadilan dan kebaikan. Karena gue telah menukarkan privilese yang tidak gue dapatkan dengan hal-hal lain yang memang menjadi hak diri. Hidup selalu adil.
Yang gue pelajari, sebagai penduduk pribumi, seringnya mereka punya kecemasan beda dengan seorang pengembara yang berkelana seperti gue. Mereka tidak punya kegundahan akan orang-orang, sebab merasa dikelilingi oleh sanak-famili. Berani ‘semena-mena’ atau tidak sungkan dengan siapa saja sebab mereka komunal, dengan perasaan tersemat merasa keluarganya dekat dan bisa diandalkan. Tidak ada yang berani mengkritik mereka habis-habisan sebab sadar bahwa keluarganya ada bersamanya. Mereka tertutup dengan penderitaan karena merasa orang lain juga bisa berlindung di balik jubah kekeluargaan.
Mereka hanya cemas anggapan dari keluarga sekitarnya. Cemas pada sanak-famili tertentu yang mungkin lebih dominan. Tentu mereka punya keterampilan sosial yang baik dalam bertetangga karena didikannya adalah di bagian ini, untuk tetap bisa mengandalkan dan diandalkan oleh sanak-famili.
Apalagi jika di tempat tersebut kebudayaan kekeluargaan adalah segalanya. Cara bertahan hidupnya akan menyeseuaikan dengan konteksnya juga.
Nah,
ada seorang ibu, yang sampai se-senior hari ini masih belum terjamah akan keterbukaan paradigma kehidupan. Beliau masih mempertahankan gaya klasikalnya dan tidak adaptif dengan perubahan zaman. Merasa budayanya paling baik. Merasa orang harus kenal dan menghargai beliau dengan ekstrem. Beliau sangat berani untuk menjaga kawasan teritori sebagai penduduk pribumi. Bahkan beliau tidak berniat akrab dengan gue—yang seorang pendatang dan sifat khasnya orang luar.
Jika kasus ini terjadi ketika gue masih berada di kota kemarin, mungkin gue akan tersinggung dan merasa tidak diterima oleh beliau dan keadaan. Tapi berhubung di sini adalah di rumah juga. Gue bisa lebih santai menyikapinya.
Dan,
….semakin gue bisa membaca pertanda, semakin gue bisa lebih lapang memaknai sudut pandang orang lain terhadap diri gue. Terkadang, mereka sadar potensi orang lain lebih besar dari potensi yang sudah ‘dia’ kerahkan untuk bertahan hidup. Orang-orang juga tau siapa ancaman baginya, dan gue juga sadar kalau dianggap masih muda dan ‘ternyata’ gue tidak sembarangan—tentu ini menjadikan sadar kalau tidak mampu menyaingi gue—pun bisa jadi dia juga sadar batas dirinya. Sebab itu dia menjaga jarak dari gue. Membatasi dirinya dari takutnya sendiri. Itu bukan salah gue, dan gue berusaha untuk tidak lagi menyalahkan diri sendiri atas apapun kasusnya.
Tentu ada faktor lain yang memengaruhi sikap seseorang. Jika itu bukan ancaman, bukan suatu yang perlu ditakutkan dan tidak perlu menganalisa lebih jauh. Sebaiknya biarkan saja, dengan mempelajari pertanda-pertanda.
Saat ini gue mulai bisa membaca bagaimana cara bertahan orang-orang di tempat yang ditapakinya. Ada beragam caranya masing-masing. Cara yang paling menonjol adalah, mereka berusaha membuat orang lain ‘takut’ padanya bukan ‘segan’ atau dihargai atas kebijaksanaan yang dimiliki dengan cara membuat batasan: yang membuat orang lain merasa bersalah atau takut terhadapnya.
Dia enggan menyapa—apalagi memperlakukanmu seperti yang lain. Kau pengecualian baginya.
Menghadapi orang demikian, apalagi beliau adalah pribumi, bisa bahasa khas daerah tersebut, senior pula. Adalah dengan tidak perlu dihadapi. Biarkan saja. Beri cermin: seperti dia memperlakukanmu. Karena apa? Tidak perlu menghabiskan energi untuk membuktikan apapun padanya. Tidak bermakna apapun, karena dia telah kalah pada dirinya sendiri.
Kau hanya perlu menjadi dirimu, menjadi seperti biasa dirimu tanpa berpura-pura atau tanpa perlu merasa diterima. Jangan merasa takut padanya. Jangan enggan. Jangan sungkan. Tetap beri sikap cermin padanya. Perilakunya padamu bukan sebab kau tidak diterima olehnya, tapi sebab dia yang tidak bisa menerima dirinya sendiri.
Pendatang itu lebih survive di manapun berada dengan merasa ini bukan situasi aman atau bukan zona nyaman. Sebab itu, hal ini mungkin menjadikan pendatang selalu lebih sukses dari pada penduduk pribumi—keseringan kasusnya begini. Pendatang lebih bisa melihat peluang dan menciptakannya. Sebab alasan harus bertahan hidup tanpa sandaran sanak-famili yang bersedia membantu.
Pendatang lebih ditentang, itu lumrah. Sebab penduduk pribumi terkadang tidak bisa melihat peluang karena terbiasa sejak kecil dengan apa yang dilihat dan pendatang lebih punya banyak sudut pandang.
Gue sekarang tidak lagi pusing untuk urusan menyesuaikan diri. Sekarang gue lebih percaya diri, percaya diri pada kemampuan gue, percaya diri kalau gue anak baik, percaya diri kalau gue telah melakukan hal terbaik sebagai karyawan baru. Percaya diri sama apapun yang gue pancarkan di setiap hari yang gue jalani.
Gue tidak lagi takut menghadapi orang-orang yang menjadikan gue saingan. Sekarang gue sudah bisa melihat mana saingan dan mana yang bukan saingan. Beruntungnya gue tidak terobses menjadi menang.
Untuk itu, di manapun gue berada, gue yakin gue diperhatikan. Gue berusaha elegant dan bijaksana menyikapinya dengan tidak perlu membuktikannya, gue hanya perlu tetap berjalan sebagai diri sendiri dengan bangga dan percaya diri. Gue tau lampu sorot terkadang mengarah ke gue dan tentu gue jangan minder, jangan cengegesan, dan nikmati saja segala sinar yang menerpa.
Bukan sombong. Atau bukan agar dipuja-puja—gue tidak memuja pujaan. Atau bukan agar gue dianggap penting. Melainkan gue sedang berperan untuk bersikap sebaik dan se-ideal mungkin sebagai karyawan baru, sebagai pendatang, yang bukan penduduk pribumi.
Tentu gue tidak boleh sedih jika dianggap tidak asik, tentu gue tidak boleh ‘baperan’ atas apapun rencana yang mungkin tidak melibatkan gue. Gue hanya perlu memberikan kinerja terbaik gue. Memperjelas prinsip gue. Membuat batasan kerjasama—yang sedang dibangun bersama rekan lainnya. Menjadi diri sendiri dengan tidak berpura-pura.
Tentu doa gue harus lebih kuat dalam meminta pertolongan dan kemudahan. Doa gue harus bekerja lebib kuat dari pada raga gue dalam meminta perlindungan, sebab jurangnya bisa jadi ada di mana-mana dan gue bisa terperosok kapanpun. Doa gue harus bekerja lebih kuat agar gue terbebas dari pandangan mata jahat yang mengintai diri yang lemah ini. Doa gue harus lebih kuat untuk meminta dijaga aib-aibnya sebab ujian diri jauh lebih berat, ada beban keluarga yang diemban dan ada beban ilmu dari panjangnya didikan yang telah diterima diri.
Sulit, nan berat. Sebab lagi-lagi gue bukan penduduk primbumi yang berselimutkan pertolongan sanak-famili yang dekat.
Sejauh ini, disepanjang perjalanan hidup, semua bisa berjalan dengan baik sebab kebaikan-Nya. Sejauh ini gue hanya berjalan, dan Allah selalu yang memudahkan langkahnya.
Tidak perlu diambil pusing selagi kau tidak berpura-pura menjalani hidup. Hadapilah jika pertarungan itu setara, jika tidak demikian, tidak perlu dilawan.
3 notes · View notes
afrianiriska · 1 year
Text
Menjadi guru itu TIDAK MUDAH?
Oleh: Riska Afriani, S. Pd. Pembangunan nasional negara Indonesia, berlandaskan tujuan nasional yang telah dimuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV, yaitu “…Melindungi segenap bangsa dan segenap tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Kalimat “Mencerdaskan kehidupan bangsa” menjadi tujuan utama nasional Pendidikan di Indonesia, yang menggambarkan cita-cita bangsa Indonesia untuk mendidik dan menyamaratakan pendidikan ke seluruh penjuru Indonesia agar tercapai kehidupan berbangsa yang cerdas. Dalam praktiknya, bagaimana Pendidikan ini membawa generasi muda, anak-anak Indonesia, perjuangan mengupayakan tujuan Pendidikan nasional, ada di tangan guru sebagai agen fasilitator pembelajaran. Lalu, apakah menjadi guru adalah hal mudah? Dalam praktik kependidikan, saya tumbuh dalam latarbelakang ilmu akuntansi. Sejak SMK, perguruan tinggi, hingga Pendidikan profesi guru, pengalaman mengajar di program studi akuntansi. Sempat berhenti selama dua tahun karena focus sebagai ibu baru, menjadikan saya merasa tak berdayaguna. Hingga awal tahun 2023, saya memutuskan untuk Kembali menjadi guru, di sekolah dekat tempat tinggal saya. Keluar dari zona nyaman sebagai guru akuntansi, saya meneguhkan diri untuk mengajar mapel IPS. Karakteristik matapelajaran yang berbeda, antara IPS dan akuntansi, menjadikan saya belajar dari nol. Sulit? Ya. Tapi, saat segalanya diniatkan untuk ibadah dan meningkatkan kapasitas diri, rasanya seperti mengalir tanpa ada kesulitan yang berarti. Bicara tentang mengajar, banyak cara mengajar yang dapat kita terapkan pada peserta didik. Sebuah tantangan tersendiri bagi saya dalam mengajar IPS yang Sebagian besar materinya adalah teori, hafalan. Minggu-minggu awal saya mengajar, terlihat kebosanan dari para peserta didik. Untungnya, anak terbuka mengutarakan kemauan belajarnya seperti apa. Pertama kali saya menerapkan model team games tournament, dimana saya membuat satu teka teki silang tentang Kehidupan Masyarakat Hindu Buddha dan Masa Islam, yang secara berlomba-lomba mereka jawab dalam kelompok. Ada satu respon yang banyak mereka ungkapkan, “Bu, permainan lagi ya!”, “Bu, ada lagi nggak bu yang kayak gini?”, rasanya senang sekali. Tapi memang, setiap hari otak dibuat berfikir akan mengajar dengan media apa lagi untuk memecah kebosanan siswa. Ini, salah satu hal yang tidak mudah bagi saya sebagai orangtua di rumah, dan guru di sekolah. Pada kesempatan lain, saya coba terapkan model pembelajaran serupa di kelas yang lebih tinggi. Ada satu kelompok yang paling lambat progress-nya, dan salah satu anggota memilih untuk menyalin jawaban kelompok lain. Selama berdiskusi pun, anak tersebut tak terlihat berpartisipasi sama sekali. Seringkali, dijumpai anak yang tidur saat jam pelajaran berlangsung. Dan ternyata, inilah kesulitan sesungguhnya menjadi guru. Saat mendapati anak yang benar-benar tidak peduli. Hingga rasanya, jika boleh, jika bisa, diri ini juga ingin bersikap sama, tidak peduli. Gaji tak seberapa, lelah fisik, lelah pikiran, yang rasanya tidak dihargai, dengan ketidakpedulian mereka. Perasaan-perasaan semacam ini, yang kadang muncul mengecilkan semangat mendidik pada diri saya, dan mungkin bagi sebagian orang lain yang berprofesi sebagai guru, terutama yang masih berstatus sebagai guru tidak tetap. Bagi kalian yang saat ini baru menjadi guru, sedang berjuang mendapatkan pekerjaan sebagai guru, atau masih menempuh Pendidikan keguruan, kiranya hal ini bisa menjadi gambaran nyata dalam praktik Pendidikan di sekolah. Masih mau melanjutkan cita-cita sebagai guru atau memilih jalan lain, sepenuhnya hak prerogatif masing-masing. Katanya, menjadi guru itu panggilan jiwa. Menjadi ibu rumah tangga atau menjadi ibu bekerja, juga keduanya sama-sama baik, kita masih sama-sama “Ibu” yang mengupayakan segalanya yang terbaik untuk anak-anak kita. Semangat untuk kita semua!
13 notes · View notes
azwaryusuf · 11 months
Text
Mengapa Negara Indonesia Menolak Keras Akan LGBT
LGBT (lesbian, gay, bisexual dan transgender) adalah sebuah akronim yang tidak lagi asing bagi masyarakat Indonesia dan topik tersebut mulai menjadi pusat perhatian tidak hanya bagi masyarakat tetapi juga bagi pemerintahan. Pada awal abad ke-21, Belanda menjadi negara pertama yang melegalisasikan pernikahan sesame jenis (gay marriage) dan di kemudian hari negara-negara lain mulai mengikuti jejak Belanda, sehingga pada tahun 2018 ada 27 negara yang telah melegalisasikan aksi tersebut. Selain fakta tersebut, tahukah anda bahwa sebenarnya LGBT telah dianggap sebagai hukum internasional berhubungan dengan hak asasi manusia, lebih tepatnya lagi, International Human Rights Law and Sexual Orientation & Gender Identity?
Secara garis besar, International Human Rights Law and Sexual Orientation & Gender Identity mempunyai dua prinsip utama yaitu adalah kesetaraan (equality) dan tidak adanya diskriminasi (non-discrimination). Selain dari prinsip tersebut, negara juga mempunyai peran untuk bisa mendukung aksi tersebut dengan cara 1) melindungi individu dari kekerasan homophobic dan transphobic 2) Mencegah perilaku tidak manusiawi (penyiksaan, penghinaan) terhadap kaum LGBT 3) mendekriminalisasi homosexualitas 4) Melarang diskriminasi berdasarkan orientasi sexual dan identitas gender 5) Menghormati kebebasan berekspresi.
Meskipun bersifat hukum internasional, Indonesia dan beberapa negara lain berdiri tegas dengan tidak dapat menerima LGBT di negara masing-masing. Hal tersebut dikarenakan Indonesia adalah negara hukum seperti yang tertulis dalam Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945. Apakah dengan alasan tersebut mengartikan bahwa negara yang lain tidak berhukum? Tidak, yang membedakan hukum Indonesia dan hukum negara lain adalah Indonesia mempunyai landasan hukum yaitu Pancasila. Pancasila seperti yang masyarakat Indonesia ketahui adalah sebuah landasan ideologi dasar bagi negara Indonesia yang terdiri dari lima sila yaitu 1) Ketuhanan Yang Maha Esa 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab 3) Persatuan Indonesia 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jika ditanya mengapa Indonesia tidak dapat menerima LGBT, mayoritas akan menjawab bahwa LGBT bertentangan dengan norma-norma dan nilai-nilai Indonesia terutama Pancasila yang pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila 1 secara tidak langsung menjelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara yang beragama dan secara garis besar agama manapun tidak memperbolehkan (mengharamkan) praktik LGBT tersebut. Justru malah sebaliknya, Indonesia akan melawan LGBT dengan merencanakan sebuah hukum pidana terhadap kaum LGBT jika diketahui terlibat dalam hubungan seks sesama jenis dibawah beberapa kondisi (draf RUU KUHP pasal 492).
Akhir kata, penulis berasumsi dan berpikir bahwa hukum internasional terutama yang berkaitan dengan LGBT tidak mempunyai pengaruh oleh negara Indonesia. Negara Indonesia akan berdiri tegas dengan keputusannya untuk tidak dapat menerima aksi LGBT di Indonesia dan hal tersebut dikarena LGBT secara garis besar bertentangan dengan sila pertama dalam Pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Referensi:
Born Free And Equal - Sexual Orientation and Gender Identity in International Human Rights Law. (2012). Retrieved April 5, 2018, from OHCHR.org: http://www.ohchr.org/Documents/Publications/BornFreeAndEqualLowRes.pdf
Damhuri, E. (2018, Januari 23). Mengawal Isu LGBT pada RUU KUHP. Retrieved April 5, 2018, from Republika.co.id: http://www.republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/01/23/p2zje0440-mengawal-isu-lgbt-pada-ruu-kuhp
Fact Sheet: International Human Rights Law and Sexual Orientation & Gender Identity. (n.d.). Retrieved April 5, 2018, from UNFE: https://www.unfe.org/system/unfe-6-UN_Fact_Sheets_v6_-_International_Human_Rights_Law__and_Sexual_Orientation___Gender_Identity.pdf
Fadhilah, U. N., & Ilham. (2016, January 29). Ini Alasan Hukum Kenapa LGBT Harus Ditolak. Retrieved April 5, 2018, from Republika.co.id: http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/01/29/o1pu46361-ini-alasan-hukum-kenapa-lgbt-harus-ditolak
Gay Marriage Around the World. (2017, August 8). Retrieved April 5, 2018, from Pew Research Center: http://www.pewforum.org/2017/08/08/gay-marriage-around-the-world-2013/
LGBT UN Resolutions. (n.d.). Retrieved April 5, 2018, from OHCHR.org: http://www.ohchr.org/EN/Issues/Discrimination/Pages/LGBTUNResolutions.aspx
2 notes · View notes
henratno · 11 months
Text
Selamat memperingati hari lahirnya Pancasila. 🇮🇩🤙🏼
*BUTIR-BUTIR PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA*
Lima asas dalam Pancasila dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan, sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.
Butir-butir Pancasila ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa.
*I. SILA PERTAMA : KETUHANAN YANG MAHA ESA*
1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama & penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling hormat-menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
*II. SILA KEDUA : KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB*
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3.Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu kembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
*III. SILA KETIGA : PERSATUAN INDONESIA*
1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan bertanah Air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
*IV. SILA KEEMPAT : KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN*
1.Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
*V. SILA KELIMA : KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA*
1.Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
4 notes · View notes