Tumgik
#menangkap ikan
milaalkhansah · 9 months
Text
‘bapak’
Tumblr media
Mas, aku 5 bersaudara. aku anak ketiga, dengan dua orang kakak, dan dua orang adik. ayahku meninggal dunia saat aku masih kelas 3 SD. aku ingin kamu mengetahui bagaimana aku memandang mereka semua, yang akan kumulai dengan menceritakan bagaimana sosok yang kupanggil ‘bapak’ ini... 
aku sebenarnya nggak punya banyak memori tentangnya, semenjak ia meninggalkan keluarga kami ketika kami masih dalam usia yang sangat belia.tetapi sebagian memori tentangnya masih terekam jelas diingatanku....
bapak adalah seorang yang tinggi besar, tetapi perawakan tinggi itu sepertinya hanya diturunkan untuk kedua adikku, sebab aku dan kedua kakakku bertubuh mungil (aku tidak mau menyebutnya pendek, karena itu tidak terdengar mengemaskan ^^). aku ingat sekali, karena tubuh tingginya itu, bapak nselalu menaikkanku ke atas bahunya dan mengajakku berkeliling desa. aku tidak tahu, apakah karena tubuh bapak yang terlampau tinggi, atau karena atap-atap warga yang teralu rendah, aku sering mengaduh ketika tak sengaja kepalaku terpentok atap rumah warga. bapak hanya tertawa dan langsung menundukkan kepalanya agar kepalaku terhindar dari hantaman selanjutnya.
bapak suka memancing. hobinya itu didukung dengan keberadaan empang besar di depan rumah kami, sewaktu bapak masih sehat, kondisi empang itu sangat bersih dan terawat, kegiatan rutin bapak setiap sore adalah memangkas rumput-rumput di sekitarnya. kami bahkan sempat memelihara beberapa ekor ikan mas, dua di antaranya kunamai ‘putih’ dan ‘manis’ kegiatan favoritku di pagi hari adalah memanggil nama mereka dari atas jendela kamarku yang langsung berhadapan dengan empang rumahku. aku selalu kegirangan ketika mereka seolah menyambut panggilanku dengan menampakkan kepala mereka di permukaan air.
sayang, ikan mas kesayanganku berakhir menjadi santapan keluarga besarku. ketika keluarga mamaku datang berkunjung dan memutuskan untuk menangkap ikan itu. aku menangis histeris. tak terima ‘putih’ dan ‘manis’ berakhir menjadi ikan kuah kuning. aku meronta-ronta dalam gendongan mama, tak terima hewan peliharaanku masuk ke dalam perut mereka.
ketika sedang kangen sama bapak, aku biasanya ke empang dan iseng-iseng memanggil nama ‘putih’ dan ‘manis’ padahal aku sudah tahu mereka sudah lama jadi kotoran manusia, anehnya, beberapa ikan kecil berwarna keemasan tiba-tiba muncul seakan menyahuti panggilan itu, aku rasa, sebelum meninggal dalam cara yang tragis, satu di antara mereka sedang mengandung buah hati.
bahasaku teralu lebay ya, Mas? hehe, soalnya ketika aku menyayangi sesuatu, aku tidak pernah setengah-setengah. mereka lebih dari sekedar hewan peliharan untukku. mereka kuanggap adalah temanku. seorang manusia yang bisa mendengar dan juga merasa.
di antara semua saudaraku, aku yang paling dekat dengan bapak. ketika beliau sakit keras, aku yang menemani beliau tidur berdua di kamar yang terpisah dari mama dan saudara-saudaraku. aku juga yang menemani beliau menjalani pengobatan di berbagai macam tempat dan rumah sakit. memandikan, bahkan membersihkan tubuh beliau selepas bapak buang air besar dan kecil,  serta aku juga yang menjadi saksi, saat beliau menghembuskan nafas terakhir. 
bapak adalah seorang yang berwibawa. hal itu didukung dengan postur badannya yang tegak, kumis lebat, dan juga wajahnya yang sangat kebapakkan. bapak adalah lelaki tertampan dalam hidupku.
beliau juga seorang yang sangat sabar. dengan kondisi stroke yang dideritanya selama 2 tahun, juga kaki lumpuh yang terancam diamputasi karena pengaruh terapi yang beliau lakukan membuat kondisi kaki beliau membusuk tetapi beliau tetap berusaha melakukan pengobatan, sudah cukup mengambarkan betapa sabarnya beliau.
sepertinya aku hanya mampu mengambarkan sosok beliau dengan beberapa kalimat saja ..., karena aku tidak mampu lagi menahan rasa sedih dan juga rindu ketika menuliskan ini. aku khawatir, laptopku tiba-tiba berhenti berfungsi, sebab kejatuhan banyak air mata.
aku tidak mau berandai-andai, karena kutahu itu takan mengubah apa yang sudah terjadi. penyesalan juga tidak akan membuat segalanya menjadi lebih baik.
aku hanya berharap. di sisa hidupku kini, aku bisa menjadi seorang anak yang lebih tahu diri.
tahu diri, bahwa jika bukan karena perjuangan dan juga kesabaran kedua orang tuaku untuk membesarkanku, aku mungkin tidak akan mampu bertahan hidup lebih lama di dunia yang sangat menyeramkan ini.
kelak, saat engkau memutuskan untuk mencintaiku, tolong cintai kedua orangtuaku juga ya, Mas? bisakan?
Surat Keenam, Kamis, 20 Juli 2023
35 notes · View notes
jemala · 4 months
Text
Tumblr media
Pagi setelah semalam hujan tuh rasanya sejuk sekali. Udaranya masih bersih sampai menghantarkan ketenangan (asekkkk).
Tumblr media
Aku juga pagi ini melihat siput. Untung kamu siput ya, kalau kamu manusia, kamu akan sering dimaki-maki karena jalannya lamban.
Tumblr media
Hari ini kembali lari pagi dan aku baru sadar kalau selama aku memutari waduk sebanyak 3 kali, maka sama saja aku lari sepanjang 3 km. Rasanya mengatur nafas setelah lari itu membuat pikiranku lost. Aku hanya akan sibuk mengatur nafasku tanpa meladeni pikiranku yang setiap saat berisik. Itu kenapa dalam kurun waktu 2 bulan ini, aku suka lari sendirian maupun ditemani teman.
Tumblr media Tumblr media
Setelah lari, aku melipir duduk di pinggiran waduk sambil melihat para bocil main di bendungan waduk. Aku mau ikut join, tapi malas repot lepas sepatu hahaha. Lihat mereka yang ketawa sama teman-temannya, aku jadi ikutan ketawa. Masa kecil memang semembahagiakan itu lewat momen-momen sederhana.
Tumblr media
Sebenarnya aku mau ikut mencelupkan kaki ke dalam air, sekalian menangkap ikan-ikan kecil, sepertinya sangat seru hahahaha. Tapi ah next time saja aku bergabungnya.
Tumblr media
Selfieku terbantu oleh cahaya matahari ihiyyyy.
Tumblr media
Sekian cerita lari hari ini~~
- 7 Januari 2024
10 notes · View notes
seperduaarutala · 2 months
Text
Kepalaku yang banyak omong kembali mengusik ketenangan. Ia bertanya, "Bagaimana jika manusia dilarang menangis? Aku kebingungan menanggapi.
Beberapa ingatan kini beramai-ramai mendatangi seolah siap mengamuk, menuntut agar aku menoleh ke belakang memperhatikan. Aku, seperti biasa, tidak kuasa menolak desakan itu dan berpaling. Hanya saja, kuperintahkan mereka berbaris rapi memanjang ke belakang.
Ingatan pertama maju mendekat dengan tangan yang berayun ke depan dan belakang berulangkali. Belum sempat aku membuka mulut, ia berlari ke segala arah lalu menghantamkan badan mungil itu ke lantai. Darah berceceran membasahi hidungnya. "Astaga! Kau ini kenapa?" tanyaku resah. Ia tersenyum sembari menangis dan nampaklah gigi ompong di depan mataku, "Aku hanya senang berlari. Saat berlari orang banyak peduli padaku. Namun, saat aku diam seolah-olah aku ini tidak terlihat. Barusan aku mengulangi kejadian saat aku tertabrak motor lalu jatuh ke aspal. Sakit sekali."
Ingatan kedua kini bergerak mendekatiku. Ia bahkan terlalu lemah untuk melangkah. "Bisakah kita duduk di lantai saja?" bisiknya. Aku mengiyakan, memegang lengannya agar ia duduk perlahan. Setelah duduk aku mulai memeriksa raut wajahnya. Tidak ada apa-apa di sana. Itu seperti kota yang ditinggalkan penduduk berabad-abad lamanya. Mulutnya mengatup, tapi telingaku menangkap suara tangis dari dalam sana. "Kau butuh istirahat," bujukku. "Kau benar-benar butuh istirahat." Kami hanya saling memandangi. Ruang yang ramai terasa kosong karena sosok di depanku kehilangan sesuatu yang besar dalam hidupnya.
Tiba-tiba ingatan ketiga berseru memanggil namaku. Dibandingkan kedua ingatan tadi yang satu ini kelihatan tangguh. Aku langsung menyadari bahwa ingatan ketiga disegani sosok-sosok lain, terlihat kuat, berwibawa, dan sangat bertanggungjawab. Tak ingin kalah, aku menatapnya tajam. "Silakan duduk di sini!" perintahku sambil menunjuk tepat di samping. Tak seperti yang kelihatan di awal, sosok ini begitu patuh. "Aku datang ke sini hanya untuk memastikan semua baik-baik saja. Itu saja." Ia berbicara tanpa dipersilakan lalu menatap lama sekali. Tanganku menyambut ujarannya dengan mengusap pelan punggung kokoh itu, menepuknya beberapa kali. "Aku berbohong. Badanku memang tak sakit, tapi sesuatu menggerogoti jiwaku. Aku lelah dan enggan bercerita pada siapapun." Air matanya jatuh satu demi satu memenuhi ruangan. Kami seperti dua ikan dalam akuarium.
"Bagaimana jika manusia dilarang menangis?"
Sesaat setelah mereka pergi aku pun menemukan jawabannya. Bila ingatan pertama tak boleh menangis, ia akan menganggap terluka itu pengalaman yang menyenangkan. Selanjutnya, apabila si ingatan kedua juga dilarang, besar kemungkinan kekosongan itu tidak bergema sampai pada orang lain. Dan jika si ingatan ketiga dilarang menangis, ia akan terus meyakini sepanjang hidup bahwa ia tidak butuh bercerita.
Lantas bagaimana jika kau yang dilarang menangis?
Leonny Eudia La Jemi, 27 Februari 2024
4 notes · View notes
abbasalharik · 2 years
Text
Penyakit Materialisme di Mimbar-Mimbar Masjid
Tumblr media
Khatib jumat di dekat asrama adalah khatib terbaik menurut saya setelah Syekh Makki di Masjid Sahabah, Bawwabat. Selain teknik (intonasi, gerakan tangan, mimik wajah), materi khutbahnya juga bernas. Dari khutbahnya nampak kalau dia adalah orang yang banyak baca.
Dan khutbah hari ini adalah salah satu khutbah terbaik. khatib bicara 3 bahaya yang mengancam umat hari ini dan di masa depan. Tiga hal itu adalah: ateisme, penyimpangan seksual dan narkoba. Materi yang esensial dan menyentuh problematika umat.
Tapi, saya punya sedikit kritik terkait khutbah jumat hari ini. Sedikit sekali. Sakin sedikitnya mungkin yang baca tulisan ini agak kesulitan menangkap bagian mana yang dikritik.
Khatib jumat mengisahkan satu kisah yang dirawayatkan oleh Ahmad Syakir (w. 1958 M) dalam bukunya Kalimah Al-Haq. Begini cerita ringkasnya:
Seorang alim dan khatib di Mesir berkhutbah. Kebetulan di antara jamaat waktu itu ada Raja Husein dan Sastrawan Mesir Taha Husein.
Alim tadi melontarkan sebuah syair yang menyanjung Raja Husein dan terkesan merendahkan nabi. Muhammad Syakir (ayah Ahmad Syakir) yang kebetulan hadir waktu itu langsung menyanggah khutbah tersebut. Berita ini sampai ke telinga Raja Husein. Akibatnya, si khatib langsung dicopot dari jabatannya dan dilarang khutbah di berbagai tempat.
Ahmad Syakir sebagai perawi kisah bertutur kalau si khatib ini akhirnya jatuh miskin dan ditemukan gelandangan di pintu-pintu masjid. Kemudian Ahmad Syakir bilang kalau inilah akibat dari merendahkan nabi.
Khatib jumat hari ini sebenarnya mendengar kisah ini dari syekhnya di majelis Muwattho. Khatib bercerita, setelah syekh menceritakan kisah itu, syekh meminta tanggapan murid-muridnya. Maka salah satu yang hadir saat itu angkat tangan dan berkomentar,
"Masalahnya si alim ini kenapa ia tak berbisnis atau membuka usaha saja dan tak hanya bergantung dengan gajinya sebagai khatib.!?"
Syekh yang mendengar itu langsung berseloroh,
"Sungguh Barat telah menjajah bahkan sampai ke majelis ilmu kita".
Khatib jumat melalui kisah di majelis muwattho ingin mengingatkan penyakit materialisme yang menjangkit umat. Buktinya jawaban yang terlontar di majelis tadi.
Tapi kalau kita perhatikan lagi, sebenarnya yang mengajarkan materialisme terlebih dahulu adalah syekh itu sendiri melalui kisahnya. Jelas sekali di kisah itu dampak materi (jatuh miskin) digaris bawahi dengan spidol merah. Syekh, Ahmad Syakir, dan Khatib jumat seolah ingin mengatakan, "lihatlah azab orang-orang yang menghina nabi, mereka jatuh miskin!".
Model berpikir inilah yang memenuhi mimbar-mimbar masjid, diajarkan guru agama dan orang tua sejak dahulu. Nilai dan ajaran agama selalu dipromosikan dengan dampak materi.
Misal, kena longsor gara-gara banyak perzinaan, anak durhaka nanti matinya jadi ikan pari, orang yang makan harta haram nanti matinya dengan perut buncit penuh nanah atau baca surat tertentu buat kaya, rajin salat malam buat tubuh sehat dan bugar. Gaya ceramah model ini yang mengisi mimbar masjid umat dan indonesia (terkhususnya). Dan saya menyaksikannya sendiri waktu pulang ke Indonesia kemaren.
Padahal, Al-Quran ketika mensyariatkan salat, puasa, zakat dan haji selalu menjelaskan hikmah nya secara maknawi.
Salat:
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَاۤءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
[Al-Ankabut 45]
Puasa:
لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
[Al-Baqarah 183]
Zakat:
خُذۡ مِنۡ أَمۡوَ ٰ⁠لِهِمۡ صَدَقَةࣰ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّیهِم بِهَا
[At-Taubah 103]
Haji:
لِّیَشۡهَدُوا۟ مَنَـٰفِعَ لَهُمۡ وَیَذۡكُرُوا۟ ٱسۡمَ ٱللَّهِ فِیۤ أَیَّامࣲ مَّعۡلُومَـٰتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِیمَةِ ٱلۡأَنۡعَـٰمِۖ
[Al-Hajj 28]
Agar jiwa bersih. Bukan badan sehat. Agar mengingat Allah. Bukan biar kaya.
Respon yang terlontar di majelis Muwatto adalah respon yang wajar. Sekaligus kritis. Ya, agar tak jatuh miskin caranya belajar perencanaan finansial, bisnis, investasi, kerja. Kalau ingin dapat nilai bagus adalah dengan belajar. Rasanya tak ada orang berakal yang menolak kaedah ini.
Trus Allah kamu kamu letakkan dimana?
Allah selalu kita ingat selama kita terus melaksanakan salat lima kali sehari semalam. Selama dua kalimat syahadat terus kita pegang erat.
Kita ingat Allah dengan cara memperhatikan aturan-aturan-Nya. Ketika bekerja, bekerja dengan jujur dan tak zalim. Ketika berbisnis, berbisnis dengan yang halal. Ketika ujian tak curang. Ketika sudah mengerahkan seluruh usaha tapi tetap gagal, maka ingat qadha dan qadar Allah. Beginilah makna hakiki dari mengingat Allah. Itulah mengapa disyariatkan salat lima kali sehari semalam. Agar hati manusia terus terpaut dengan Sang Pencipta. Ketika hati terpaut dengan-Nya, ia akan terdorong untuk meninggalkan larangan-Nya dan bersegera melakukan perintahnya-Nya.
Itulah beda orang yang ingat Allah dan tidak. Antara beriman dan yang tidak beriman. Mereka yang tidak ingat Allah mungkin dalam bekerja bisa saja menghalalkan segala cara. Ketika mereka gagal dalam usaha, mereka akan putus asa. Pikiran mereka terbatas pada materi. Karena bagi mereka hidup itu cuma satu kali. Dan kebaikan itu cuma materi. Mereka tak mengenal istilah pahala, berkah, rahmat, dan ampunan Allah.
Setiap manusia berkesempatan menjadi kaya raya. Setiap manusia berkesempatan jadi orang sukses. Tapi yang membedakan seorang muslim adalah mereka punya prinsip-prinsip yang tak terima kompromi (tsawabit). Selain itu mereka punya pandangan jauh melampaui hal-hal materi. Karena mereka beriman pada Allah dan hari akhir serta mereka memiliki syariat yang mengatur kehidupan mereka. Oleh sebab itu dalam Al-Quran orang yang tak beriman memiliki hidup yang sempit,
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِی فَإِنَّ لَهُۥ مَعِیشَةࣰ ضَنكࣰا وَنَحۡشُرُهُۥ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِ أَعۡمَىٰ
[Tha-Ha 124]
Hal-hal maknawi mengambil porsi besar dalam agama. Agama ada agar mendidik sisi ruhiyyah dan mengikis kotoran-kotoran materialisme dari jiwa manusia. Dalam Al Quran sediri dikatakan,
قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ۝ وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا
[Asy-Syams 9 - 10]
Dua ayat ini kata para ulama menjadi salah satu tujuan utama penciptaan manusia. Yaitu mensucikan diri. Dan agama ada untuk merealisasikan tujuan-tujuan penciptaan manusia.
Masalahnya, kebanyakan orang adalah hamba oportunis. Mengingat Allah ketika susah saja. Berdoa ketika ada maunya saja. Allah baginya hanya di masjid dan di tikar sajadah. Baginya agama adalah jembatannya meraih dunia. Agama malah menyuburkan benih-benih materialisme dalam dirinya.
Kalau kita resah dengan penyakit materialisme yang menjangkiti umat, mungkin salah satu yang berkontribusi menebar penyakit ini secara tak sadar adalah para penceramah yang banyak tahu tapi kurang hikmah.
Kairo, 30 September 2022
7 notes · View notes
Text
Jalan menemukanmu part 2
Setelah selama seminggu kami survey tempat di desa yang ingin dijadikan objek. Bolak balik kabupaten ke kota ternyata membuat salah satu diantara kami jatuh sakit.
Akhirnya kami tau apa yang dibutuhkan mereka. Pelan-pelan mencoba aku dan teman-teman mencari solusi. Dan ternyata kendala dari mereka adalah orang tua mereka sendiri yang tidak menghiraukan pendidikan mereka dan hanya beberapa orang tua saja yang mau mensekolahkan anaknya ke kota selebihnya selepas sekolah menengah pertama mereka sudah diajarkan untuk mencari uang ke pesisir untuk mencari  ikan dikampung sebelah dan anak-anaknya membantu orang tuanya bersawah. Keseharian mereka hanya bekerja. Bagi mereka asal ada uang untuk makan esok hari bagi mereka itu cukup. Dan dorongan dari orang tua juga minim sekali bahkan tidak ada.
            Hati kami saat mencoba melebur ke mereka untuk mencari sejumlah informasi, sungguh benar-benar tercubit atas segala problem yang mereka alami. Bahkan dijaman yang sudah serba internet ini, saat dimana segala informasi dengan mudahnya untuk kita gali dan kita cari mereka di desanya dan masih jauh dari dunia internet tersebut, jaringannya saat susah untuk mereka jangkau sedangkan kuota internet masih sangat sulit untuk mereka jangkau harganya untuk  makan sehari hari saja masih sulit mba keluh mereka. Apalagi harga beras sudah 11 ribu perkilonya sedangkan apa apa sekarang mahal. Gimana mau sekolah ke kota toh mba, belum lagi biaya beli baju seragam, alat tulis, biaya spp, biaya angkotnya lagi mba. Cukuplah mereka sekolah impress didesa ini aja yang segala sesuatunya masih ditanggung pemerintah. Selepas itu mereka kerja saja mba meneruskan bercocok tanam di sawah dan lading-ladang kami mba.
Aku dan raja saling pandang penuh miris mendengar informasi ibu ati perihal anak-anak muda didesa ini. Tanpa ibu itu sadari ada beban besar di pundak para remaja desa ini yang nantinya akan menggantikan tonggak kepemimpinan para pejabat di kota provinsi.
Air mataku sembunyi-sembunyi kuseka dengan profesionalnya agar ibu ati dan raja yang kini berada didekatku tak mengetahuinya.
Sedangkan kawa dan keyra yang bertugas dikampung sebelah pun sama dengan kami mirisnya, anak-anak sekolah dasar sudah mengenal zat nikotin, yang buat mereka itu hal biasa dan orang tuanya pun tidak ada tindakan tegas untuk itu. Bagi mereka asal itu hasil jerih payah mereka membelinya bebas saja mau beli apa saja.
Mereka sejak kecil sudah dilatih untuk bekerja dengan otot bukan pikiran. Tapi aku bisa menangkap mimpi besar dari sorot mata mereka, saat kami berusaha membaur bermain bersama mereka di lapangan desa mereka sangat antusias dengan kedatangan kami, kami sungguh bahagia. Semangat mereka belajar ternyata sangat besar, tapi mereka tidak tau harus mengadu pada siapa, tidak tau harus bertukaran pada siapa. Mereka butuh dukungan dan motivasi dari orang terdekat seharusnya tapi itu tidak mereka dapatkan bagi mereka. Bagi mereka hidup untuk makan bukan makan untuk hidup.
-----------------
Sejak status kami bukanlah mahasiswa/mahasiswi jadwal bertemu kami pada malam hari, terkadang kami lakukan sampai dini hari.
“aku usul kita buat dulu flayer-flayer yang dapat kita share di akun-akun media sosial, trus kita minta bantuan akun promosi di instragram. Gimana? Usul kawa
Oke lanjut, sahut keyra.
Walaupun kuakui kami berada dalam kondisi tidak dalam kondisi baik, karena semuanya pada kondisi lelah dari rutinitas kerja seharian. Tapi semangat bung tomo seakan saat itu berada dijiwa kami.
“gimana kalau kita juga sebar iklan dimedia cetak usul dhea, yakan dil ucap dhea sambil mengisyaratkan pada dilan sebagai salah satu redaktur pada salah satu media cetak di kota provinsi.
“tapi media cetak bukannya sudah kurang diminati masyarakat, sekarang ini uda serba digital sanggah andi, dengan semangat yang berapi-api dia utarakan pendapatnya.
“apa salah nya kita coba di dhea berusaha tetap mempertahankan usulannya.
Tapi..
Andi berusaha memberi pengertiannya lagi, tapi raja berusaha menengahin peraduan argument diantara mereka.
“sudah, semua pendapat kalian bagus walaupun sekarang sudah masanya digital, tapi apa salahnya kita  pasang iklan di media cetak, untuk hasil kita serahkan saja sama yang kuasa. Yakinlah gak ada yang sia-sia optimis buat kita semua ya.
Wajah dea kembali tegak senyumannya mengisyaratkan dia menang malam itu.
-----
Publikasinya harus kita matangin ni sahut keyra
“kita gak bisa berharap sama postingan saja, ucap keyra sambil menepuk-nepuk meja bundar kami seolah ada jawaban setelah itu.
Sepakat sahut dilan dengan antusias.
Akhirnya kami memutuskan untuk membuat website untuk membantu penyaluran donasi kami isi website kami berisi tentang visi misi project kami lalu kegiatan yang nantinya akan kami lakukan. Serta lokasi lengkap penyaluran donasi yang akan disumbangkan semua jelas kami kami cantumkan di dalam website.
 Tidak sampai disitu saja kami gencar mengirimkan proposal  serta audensi ke instansi serta  ke dinas-dinas sosial di kota provinsi serta kota kabupaten,
Kami membagi tugas sama rata satu sama lain, salin merangkul dalam misi dan visi,  tidak ada aku kamu tapi semua sudah menjadi kita.
Kami percaya semua didunia berproses tidak ada yang instan dan kami sungguh menikmati segala bentuk proses dan tahapan yang semesta gariskan. Kadang kedatangan kami walaupun baik dan tulus untuk adinda tercinta di pelosok desa. Tetap saja ada penguasa yang tak menghiraukan kami. Jika ada walaupun tidak semuanya mereka masih ingin menyisipkan unsur politik didalamnya membuat banyak-banyak mengeluskan dada.
      ��     Sejak awal memutuskan untuk bersatu dalam satu komunitas, kami terapkan untuk saling bahu-mambahu, memaknai filosofi satu tubuh, karena kami tau efek yang dilahirkan dari keegoisan kami jika nantinya itu terjadi pada komunitas kami.
Sungguh mudah mencari pemuda cerdas dijaman ini, tapi mencari yang peduli dengan setulus hati untuk mengabdi pada negri sungguh sukar kutemui, ucap kepala desa setempat,
Kami saling memandang satu sama lain, saling memberi isyarat lewat senyum dan tatapan kami,
Mungkin si bapak sudah terdoktrin oleh citra pemuda ditelevisi yang semakin semarak dengan tema koruptor, semakin diberi kekuasaan semakin merajala batinku.
Hampir dua jam kami berdialog dengan pak kasim selaku kepala desa, 2 orang pegawai di balai desa, serta 2 orang bapak polisi kota setempat, serta tak lupa kepala adat setempat, untuk memastikan keamanan pondok belajar yang nantinya akan kami dirikan.
2 jam kami diberi kesempatan untuk memaparkan alasan kami kenapa memutuskan membuat pondok belajar di kampung duren, kami juga member penjelasan tentang peran pemuda dalam membantu pembangunan didesa serta pentingnya pendidikan untuk para remaja dan anak-anak pemuda desa kampung duren tersebut, pelan-pelan kami beri pemahaman luas kepada bapak kepala desa dan terutama kepala adat didesa untuk memperlancar kegiatan.
Alhamdulillah dana kita cukup untuk awal pembangunan ini sahut raja.
Alhamdulillah ucap ku penuh syukur,
Sebulan ini kami semua sibuk membangun pondok belajar yang lokasinya tidak jauh dari sawah padi bapak-bapak di kampung harapan kami agar selesai membantu disawah mereka bisa langsung belajar, paling enggak mereka  bisa baca buku gratis di pondok.
Sangking semangatnya dilan sampai resign dari kantor, karena jujur personil kami yng masih minim membuat kami sedikit kewalahan untuk membagi waktu yang aku ingat dari kata kata kalau kita menolong orang lain yakin aja Allah gak tidur kok, selagi masih tinggal dibumi nya allah apa yang harus kita resahkan. Kuncinya percaya saja uda itu aja celetuknya.
Mulai pukul 07.00- 12.00 siang mereka belajar disekolah dengan fasilitator guru yang sangat terbatas, karena yang mau mengajar didesa tersebut juga para relawan yang tergabung dalam komunitas sosial juga yang dibayar dengan seikhlas hati, terkadang kepala desa tidak membayar mereka dengan uang tapi dengan hasil panen orang tua mereka.
            Beberapa kesempatan kami juga sempat mewawancari beberapa orang relawan dari kota itu. Kami mencoba bertanya apa motivasi mereka sehingga mau untuk bersukarela mengajar didesa terpencil ini yang  mencari jaringan internet saja harus manjat ketinggian genting atau pohon kelapa.
“kita tidak berbeda dengan mereka dik sambil menepuk lembut pundak kami, mereka saudara kita seibu pertiwi suara mulai serak dan tangannya cekatan menyeka air matanya.
Suasana itu hikmat sekali.
“semesta masih memberikan kita kesempatan yang lebih untuk kita dari mereka, tapi mereka tidak pernah menghardik takdir, paras lugu mereka mencerminkan rasa syukur itu dengan tidak pernah mengeluh, tapi tetap selalu merasa cukup dan penuh syukur.
“saya malu jika tidak berbuat apa-apa untuk mereka dik. Sambil menunduk mengusap air mata yang tak sempat terbendungkan lagi dengan ujung kerudungnya.
“cukup mereka saja yang tetap terus meningkatkan eksistensi nya tanpa menghiraukan kabar disekitarnya, tapi kakak yakin kalian adalah pemuda yang penuh dengan kontribusi nyata untuk negri. Pesan nya sambil membelai lembut pundak kami, kemudian berlalu pamit untuk lanjut masuk kekelas.
Selepas pulang sekolah pukul 12.00 biasanya mereka langsung lari menuju sawah  menemui orang tua mereka masih lengkap dengan buku pelajaran dan seragam di sekolah impress. Pukul 4 sore mereka baru diizinkan ke pondok langit untuk belajar tambahan jika kami datang dan  jika kami lama datang mereka dengan setia menunggu dengan membaca buku.
Sungguh mereka adalah pengobat letih kami, tawa dan antusias mereka adalah bayaran yang lebih dari cukup untuk kami.
“kak kami sudah baca buku ini berulang kali, kalau ada cerita yang lain, gak harus baru kok kak, kami baca ya kak, dengan lugunya salah satu anak kelas  5 sd itu utarakan pada kami,
ada yang menggelitik jiwa kami kala itu, untuk berbuat lebih untuk mereka.
Akhirnya kami putuskan untuk membuat project menulis buku antologi dengan tema anak-anak, yang kami beri judul sejuta mimpi, hasil seluruh royalti penjualan buku ini kami sumbangkan semua untuk peduli pondok pelangi. Dan beberapa ekslampar buku, kami sumbangkan kesuluruh penjuruh pondo-pondok belajar dari komunitas lain yang sudah tersebar di beberapa desa kabupaten. Karena kami sadar jika kami memaksakan untuk berjalan sendiri kami yakin kami pasti akan sampai ke  garis finish tapi dengan jangka waktu lama pastinya.
Hingga akhirnya kami memutuskan untuk banyak menyambung relasi antar komunitas sosial kesukarelawanan untuk mempercepat  gerak sampai tujuan yang sevisi dan semisi.
Di tahun kedua pondok pelangi, aku, raja, viola, andi, keyra, kawa, dea, dilan,  bersepakat membuka perekrutan anggota baru yang dengan sasaran pemuda dengan usia yang produktif untuk menjadi bagian dari kami.
             Harapan terbesar kami adalah agar lebih banyak lagi, pemuda-pemuda yang cerdas tapi juga berjiwa sosial tinggi dengan mau ikut serta  berkontribusi nyata untuk ibu pertiwi terutama  untuk tanah kelahirannya.
Saat pelatihan kami selalu tekankan pada peserta ilmu itu tidak berguna jika kamu tidak bergerak tidak action percuma.
Aku coba memberikan motivasi pada mereka, membagikan apa yang dulu pernah aku dapatkan saat pelatihan seperti mereka,
“ bahwa hidup ini sejatinya diberi lalu memberi lagi,
Aku dan teman-teman selalu member energy magic dari indahnya member dan berbagi tanpa harus, takut kekurangan, kami berusaha menanamkan sikap rasa syukur serta selalu merasa cukup atas apa yang telah tuhan berikan dengan terus mencari lalu berbagi lagi dalam kebaikan.
Setiap tahunnya kami Alhamdulillah merutinkan diri untuk membuat project menulis bertema sosial dan anak-anak yang nantinya menjadi salah satu sumber pendanaan kami,
Karena kami yakin kalau nantinya kami karya sendiri-sendiri kami akan lama gerak ke penerbitnya tapi jika itu kami lakukan dengan bersama kami tidak perlu setahun untuk untuk menyelesaikan tapi  dalam jangka sebulan kami bisa menyelsaikan satu naskah dan satu bulannya lagi diproses oleh penerbit.
Dan pada akhirnya kami dapat duduk setengah lega karena pondok pelangi sudah dapat berjalan lancar memasuki tahun ketiga, dari tanggal berdirinya.
Kami saling ucap terima kasih satu sama lain, dan tidak ada yang merasa paling merasa berjasa, karena kami memulai sama-sama dan hasil yang dicapai adalah hasil bersama, tidak ada yang paling hebat paling berkontribusi semua hasil atas kerja bersama itu yang kami tanamkan sedari awal.
Dalam keanggotaan kami berusaha menanamkan 3 hal saling sapa, saling memaafkan dan saling tolong menolong. kita disini semuanya saudara walaupun banyak perbedaan diantara kita semoga kita sama-sama bisa saling melerai menjadi satu ucap raja.
Dan satu lagi jangan mudah berasumsi sebelum kita bertanya, kita team dan harapannya kita selalu solid dengan tidak adanya prasangka –prasangka tidak baik diantara kita tetap saling menghargai satu sama lain, semuanya bisa dibicarakan dan diselesaikan secara baik dan kekeluargaan sambung andi.
Nikmatilah setiap proses yang semesta hadirkan untukmu, jangan terburu-buru mencela takdir, karena tuhan maha baik, pasti  dia akan kasih terbaik, hanya saja caranya sulit diterjemahkan oleh pirasat, setiap proses yang kau lewati ibarat mata kuliah yang tak mungkin pernah kau dapatkan dalam sks perkuliahanmu.
Yura haura.
2 notes · View notes
prhndini · 1 year
Text
Rumah Teguh (1)
Mesin cetak digital yang ukurannya hampir sepanjang tempat tidur baru saja selesai bertugas setelah seharian ini harus bekerja keras. Memasuki masa-masa kampanye pemilu, membuat usaha percetakan digital Teguh ramai. Berbagai wajah dan bendera partai disertai rencana program kerja anggota DPR tergambar apik di poster, banner, spanduk, dan baliho. Tidak ada yang tahu apakah program-program kerja gemilang tersebut menjadi nyata ataukah berakhir sebagai janji manis saja. Tapi Teguh tidak ambil pusing. Toh ia tidak menggandruingi dunia politik--tidak apatis, tidak juga fanatik. Yang jelas ia bersyukur karena dana-dana kampanye politikus itu turut memberikan sumbangsih pada perekonomiannya dalam mencapai salah satu tujuan finansial: membangun rumah di Solo.
Teguh si pekerja keras dan kreatif dalam mencari nafkah. Walaupun saat ini baru tiga pegawai yang harus ia gaji ditambah dirinya dan ikan cupang dalam toples di kosannya yang harus ia hidupi, tapi Teguh juga bekerja dengan giat untuk menghidupi mimpinya. Tentu saja di usianya yang baru saja melewati angka tiga puluh tahun, ingin juga menafkahi pasangan hidup. Tapi apa daya, ia tak punya.
"Alhamduillah selesai juga. Makasih Jo" Teguh menerima gulungan poster dari Jojo, karyawannya.
,“Oke bos! Rame bener ini tadi. Bisa nih bulan depan nambah karyawan baru?” Ucap Jo.
“Pinginnya gitu sih. Doain deh”
Setahun yang lalu ia membangun usaha ini. Menghabiskan tabungan hasil side hustling sebagai web designer ditambah pinjaman modal dari orangtuanya. Teguh bersyukur karena sejauh ini hasilnya cukup memuaskan. Walaupun progresnya belum begitu fantastis, yang penting tetap optimis. Teguh memberi nama “Landscape Digital Printing and Advertising”. Memang namanya sangat kental dengan dunia arsitektur. Bukan tidak ada maksud, sesungguhnya ia dulu adalah mahasiswa arsitektur universitas negeri di kota Solo. Tidak peduli gelar yang disandangnya, panggilan jiwa entrepreneur lah yang membawanya melangkah kesini.
Dikuncinya rolling door setelah semua orang di dalam kembali pulang. Rasanya capek, tapi Bahagia. Ingin ia segera pulang dan mandi air hangat. Teguh baru saja turun dari motor lalu hendak membuka gerbang kos-kos an tempatnya tinggal, hingga pelupuk matanya menangkap sebuah mobil yang parkir di sebrang.
Tumben ada mobil disini? Tamu kali ya?. Sulit mengetahui dengan jelas di gelapnya malam tanpa penerangan lampu jalan. Hanya lampu teras kosannya yang agak enggan bersinar terpaksa menerangi.
Namun sepertinya mobil ini tak asing, Eh, mobil ayah ibu? Kenapa malam-malam kesini?
"Lho, ayah, ibu, kesini malam-malam gini, ada apa?" Disalaminya ayah dan ibu yang duduk di kursi taman. Teguh penasaran karena orangtuanya jauh-jauh dari Wonosobo menemuinya.
"Enggak ada. Mampir aja, tadi ayah dan ibu dari rumah teman, ada reuni SMA" jawab ibunya
"Oohh.. kirain kenapa bu. Nginep sini aja ya yah, bu? Ada kamar kosong kok bisa disewa. Pagi aja baliknya"
Ibu menoleh ke arah ayah, "Gimana, mas?"
"Iya wes. Lama nggak nyetir jauh capek juga badanku. Kamu bilangkan Bapak kos ya le kalo kami nginep sini"
"Siap yah. Tunggu sini bentar, aku bilang pak Hendri. Aku naik dulu ya"
Setelah menemui Pak Hendri, Teguh bergegas ke kamar mandi. Badannya lengket, kaos yang dipakainya terasa kumal. Sangat tidak nyaman. Ingin segera ia hempaskan keringat, debu, kuman, dan bau kecut pada tubuhnya.
Selesai mandi badannya terasa kembali segar tapi perutnya lapar. Ia baru ingat kalau belum makan malam. Setelah solat Isya, segera dihampirinya kamar yang ditempati ayah ibunya.
"Yah, Bu, belum tidur?" Dilihatnya ke balik pintu yang tidak tertutup rapat. Ayah dan ibu sedang asyik dengan handphonenya masing-masing.
"Belum nih. Udah makan kamu?" Tanya ibu
"Belum bu, belum sempat makan tadi sibuk terus. Lagi rame bu, alhamdulillah. Mau nggak temani aku makan?"
"Ayo, le. Sekalian jalan-jalan di Kota. Nostalgia waktu kami dulu kuliah disini. Iya nggak, bu?" ayahnya menyahut.
Ibu hanya tersenyum seraya bersiap untuk jalan-jalan malam.
"Sip. Aku setirin ya yah" Teguh mengendarai mobil. Ayahnya duduk disamping dan ibu duduk di jok belakang.  Senang rasanya jalan-jalan bertiga saja dengan orangtuanya. Sebuah momen yang langka. Biasanya selalu pergi berlima dengan dua adiknya. Mungkin begini ya rasanya waktu dia masih jadi anak tunggal.
"Kangen juga ya, yah bu, jalan-jalan bertiga gini"
"Iya. Dulu waktu kamu masih bocah, kita bertiga jalan jalannya kalau nggak naik motor ya naik mobil cerry. Inget ga kamu?" Tanya ayah dari kursi depan.
"Hahaha. Iya yah. Cerry hijau legenda"
"Kalo jalan2 jauh kayak ke Solo kamu dulu mesti minum obat biar ga mabuk le" Ibu menggoda Teguh yang sedang serius menyetir.
"Hahaha.Untung sekerang udah nggak ya buk. Sudah kebal. " Teguh tertawa lagi mengenang masa kecilnya.
Rasanya syahdu berkendara di kota Solo malam hari. Jalanan masih ramai dengan motor dan mobil juga orang-orang yang sedang nongkrong di pinggir jalan. Temaram lampu kota turut menghiasi pemandangan. Di pinggir jalan banyak sekali pedagang penjual makanan yang masih buka. Segala macam makanan  ada di sana. Teguh memilih nasi goreng sebagai menu makan malamnya.
“Aku beli nasi goreng langgananku disini yah. Dijamin uenak” Teguh membuat isyarat jempol dengan tangannya. “Banyak makanan lain juga itu disekitarnya. Barangkali ayah dan ibu ingin makan lagi”. Mereka menuju tenda hijau dengan gerobag berwajan besar. Api menyala-nyala di dasar wajan. Penjual nasi goreng dengan lihai mengaduk-aduk masakannya dengan spatula yang tak kalah besar. Bau sedap segera memenuhi indra penciuman. Teguh menjadi semakin lapar saja. Tanpa melihat menu ia memilih nasi mawut dan jeruk hangat.
Mereka bertiga memilih duduk di bawah alias lesehan. Baru sebentar duduk, jeruk hangat pesanan Teguh sudah datang. Dicamilnya kacang godog untuk mengganjal perutnya yang keroncongan.
“Ibu jadi teringat Nindya. Dia apa masih di Solo, Guh?” Tanya ibu tiba-tiba.
Nindya adik kelas SMA-nya adalah orang yang dimaksud ibu. Seseorang yang mengisi hatinya sejak masih di bangku sekolah hingga beberapa waktu lalu.
 (Bersambung)
2 notes · View notes
mandalawangii · 1 year
Text
Gladi Bersih Berumah Tangga
Tumblr media
Setelah meletakkan tas di bangku tepi sungai, ia sudah ilang dari pandangan. Kusisir pandanganku sampai tepi lapangan dan sudut-sudut nylempit demi tau keberadaannya. Setiti dan hati-hati, teliti menyensor anak berbaju putih. Semua indera kuoptimalkan. Dan mataku menangkap objek putih bergerak menuju tengah sungai dengan senyum sumringah di wajahnya. Sesumringah air merambat naik lewat medium kain celananya, seperti minyak tanah yang merambati sumbu lampu teplok, hampir separuh basah.
Kupanggil ia untuk naik ke tepi sungai, sembari kusodorkan celana pendek. Hanya itu bekalnya, dan selembar kaos polo berwarna merah.
Ia lantas cekatan mengganti kostum untuk tampil di antara ikan-ikan cethol dan batu kali. Melenggang kangkung mencicipi tiap morfologi sungai. Memindahkan batu-batu dan menyusun bertingkat. Seperti ingin menyaingi menara Eifel, atau bendungan Kariba.
Anak itu gigih mengumpulkan batu-batu. O, tapi jangan pernah lupa, Ferguso: kita sedang di Indonesia yang proyek-proyek serupa kerap dibiarkan mangkrak dan paling banter dikorupsi. Sebab, terakhir kali nenek moyang mereka, Si Bandung Bondowoso, nggarap proyek seribu candi dalam semalam malah dikibuli bos-nya, Roro Jonggrang. Wkwkwkw.
Jadi kita warisi saja semangat memangkrak-kan susunan batu-batu dan berciblon ria. Sementara aku pacaran dengan Mbak Ira, kakak tertuamu, sembari senyam-senyum menerawang masa depan anak kami yang kelak berciblon ria pula di sungai kecil di Ledok Sambi. Seperti dirimu hari ini. Dan kalau dirimu ikut, akan dipanggil "om" oleh si Lantang atau Lintang atau keduanya.
Saat hujan mulai turun dan di atas sana awan terlihat mendung hebat, lekas-lekas kakakmu menyelamatkanmu dari banjir bandang, sekaligus menyelamatkan dari masuk angin. Apa yang lebih menyenangkan bebersih diri di bawah air keran dan menikmati teh hangat setelahnya (?) Iya, sayang seribu sayang, kentang goreng dan pisang kemul kita datang terlambat. Amat sangat. Atas nama "tadi sudah jalan dan nggak ketemu", pramusaji itu bersembunyi di baliknya. Padahal tak pernah diider orderan snack kita ke titik seperti teh poci diantarkan. Belakangan, pramusaji terakhir mengaku nota dan label nama pemesannya ketlingsut. :))
Tapi hujan tak kunjung mereda. Hari mulai gelap, lampu-lampu sudah dinyalakan, dan matahari berangsur tergelincir ke barat. Kita harus pulang sebelum benar-benar gelap. Jadilah kita membelah badai. Saling dekap di bawah selembar jas hujan kepunyaan kakakmu.
Kakakmu kuyup, pun wajahku seperti mendapat terapi akupuntur geratis. Nampani hujan deras yang turunnya keroyokan. Sementara kepalamu teklak-tekluk kesana kemari lunglai tak terkendali. Ya, enak bukan tertidur di tengah-tengah kami yang kehujanan (?) wkwkwkw. Demikian aku takzim, barangkali di luar sana banyak anak-anak seumuranmu yang jika kehujanan menerjang badai banyak mengeluh. Tapi Fazar tidur dong :)) sampai tak sekata keluh pun keluar terucap. Sebaik-baik bersyukur atas keadaan.
Semoga kelak jadi orang sukses multisektor ya, Le.
6 notes · View notes
annisa-mu · 1 year
Text
Tumblr media
Agenda kami selesai lebih cepat, kami sudah bisa pulang. Jarum di jam tangan menunjukkan 14.43, pasti beberapa menit lagi adzan. Mendung membuat aku ragu, akan sampai rumah pukul berapa kalau terjebak hujan di jalan. Akhirnya kami mampir ke masjid terdekat sebelum pulang.
“Duduk sana, yok!” ajakku sambil menujuk arah pilar besar dekat kolam ikan.
“Duluan sana, aku mau mindah sepatu dulu ke loker, mendung soalnya. Khawatir nanti jadi perahu” celetuknya. Omongannya kadang suka ngelantur, tapi sering benar juga.
Beberapa saat kemudian dia kembali. Duduk bersandar di pilar besar. Sementara aku disampingnya asik melihat-lihat Ikan Koi di kolam. Masjid sore ini belum begitu ramai. Kami juga bersantai – santai disini sembari melemaskan otot – otot yang tegang.
“Eh, liat deh, Ikan Koinya bagus ya?” kataku mencoba membangun obrolan.
“Hmm.. suasana enak banget disini…” jawabnya tidak nyambung.
“Apa ikan – ikan itu bisa berbicara ya?” tanyaku iseng.
“Gawat sih kalo mereka bisa bicara, nanti mereka engga mau barengan lagi,” tuturnya sambil merem.
“Kok gitu?” Aku terpancing jawabannya.
“Liat tuh, corak mereka beda-beda tho.. Entar mereka ngeributin perbedaan corak itu lagi,” jawabnya masih sambil merem.
“Serius amat sih jawabanmu. Masa iya gitu?” Aku menggerutu.
“Lhooh, iya thoo bener, perbedaan corak mereka yang bikin lebih menarik. Ada yang corak hitamnya lebih banyak, corak putihnya dominan. Bahkan, corak merah mereka kadarnya juga engga sama. Kalo mereka sama semua coraknya, bukan Ikan Koi sih namanya,” balasnya agak kesal.
“Iya sih yaa..” balasku.
“Tapi aku pernah denger atau baca kisah gitu, ikan-ikan itu meskipun berbeda-beda, mereka selalu bertasbih ke penciptanya lho..” tutur dia.
“Oh ya? ini kamu gak lagi mau nyindir aku kan?” jawabku curiga.
Tidak ada suaranya lagi menjawab kecurigaanku itu. Pandanganku teralihkan ke arahnya. Ternyata gelombang otaknya telah berubah menjadi Beta, alias tertidur. Agak kesal, tapi bagaimana lagi. Ubin masjid yang sejuk, suara murottal jelang adzan dan gemercik air kolam membuatnya tak bisa mempertahankan kesadaran.
Sesungguhnya aku tersindir ucapannya tadi. Entah kenapa. Sepertinya teman sambatku ini menangkap kegelisahanku. Belakangan ini, aku sering sekali membanding-bandingkan diri. ‘Rumput tentangga terlihat sangat-sangat lebih hijau daripada rumputku.’ Pandangan diriku jadi negatif terus-menerus. Aku menyadari sesuatu. Membanding-bandingkan diri ini kadang jadi kecenderungan pada sebagian manusia, kan ya? Kecenderungan ini sedang sering mampir di diriku. Rasanya, kok jadi semakin sulit saja mencintai diri sendiri ya? Aku memandangi lagi kolam sambil merenung.
“Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah…” Tiba-tiba mulutku mengeluarkan suara itu, hatiku merasa ada sikapku yang kurang pas.
Aku mencoba untuk membuang perbandingan-perbandingan yang sempat menguasai pikiran. Khawatir semakin membawa dampak yang tidak baik. Seketika aku ingin jadi seperti ikan-ikan itu saja. Mereka tetap bertasbih pada Sang Pencipta. Terlihat tidak terlalu memperdulikan perbedaan diantara mereka. Tidak terlampau silau melihat yang lainnya memiliki ini, dan diri sendiri memiliki itu. Mencoba menerima, bagaimanapun kondisi, bagaimanapun bentuk saat ini. Lalu muncul pertanyaan kembali dalam hati. Kira-kira kenapa ya, Sang Pencipta menciptakan aku begini, seperti ini? Tanda tanya besar dalam hidup.
3 notes · View notes
linkfomototo · 22 hours
Text
Tips Bermain Tangkap Ikan di Fomototo Online: Strategi untuk Meraih Kemenangan
Tangkap ikan adalah salah satu permainan yang populer di Fomototo, menghadirkan pengalaman yang menyenangkan dan menghibur bagi para pemain. Untuk membantu Anda meraih kemenangan dalam bermain tangkap ikan di Fomototo, berikut adalah beberapa tips dan strategi yang dapat Anda terapkan.
1. Pilih Senjata dengan Bijak
Saat bermain tangkap ikan di Fomototo, pilihlah senjata dengan bijak. Setiap senjata memiliki kekuatan dan kecepatan tembakan yang berbeda-beda. Senjata yang lebih kuat cenderung menghasilkan kerusakan yang lebih besar pada ikan besar, tetapi sering kali membutuhkan koin yang lebih banyak untuk digunakan. Pertimbangkan keseimbangan antara efektivitas senjata dan biaya penggunaannya.
2. Fokus pada Ikan Besar
Untuk meningkatkan koin dan poin yang Anda dapatkan, fokuslah untuk menangkap ikan yang lebih besar. Ikan besar memiliki nilai koin yang lebih tinggi dan dapat memberikan poin tambahan. Hindari terlalu banyak menembaki ikan kecil yang memberikan nilai koin rendah.
3. Perhatikan Power-Ups dan Fitur Spesial
Selama permainan, perhatikan kemunculan power-ups dan fitur spesial yang dapat membantu Anda dalam menangkap ikan. Misalnya, ada power-up yang mempercepat laju tembakan, meningkatkan kekuatan senjata, atau memberikan perlindungan sementara. Manfaatkan dengan baik setiap power-up yang Anda dapatkan untuk meningkatkan efisiensi menangkap ikan.
4. Tetap Fokus dan Terkoordinasi
Pertahankan fokus saat bermain tangkap ikan di Fomototo. Jangan terburu-buru menembaki ikan tanpa strategi yang jelas. Cobalah untuk berkoordinasi dengan pemain lain jika bermain dalam mode multiplayer untuk mencapai hasil yang lebih baik.
5. Kelola Koin dengan Bijaksana
Penting untuk mengelola koin dengan bijaksana saat bermain tangkap ikan. Jangan menghabiskan semua koin Anda dalam satu putaran, terutama jika hasil tangkapan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Pertimbangkan taruhan yang sesuai dengan jumlah koin yang Anda miliki dan tetap waspada terhadap keseimbangan antara risiko dan potensi hasil.
6. Bermain Secara Teratur dan Bertanggung Jawab
Terakhir, bermainlah tangkap ikan secara teratur dan bertanggung jawab. Tetapkan batasan waktu dan anggaran untuk bermain, dan patuhi batasan tersebut. Hindari terlalu terbawa emosi saat berjudi dan nikmatilah pengalaman bermain dengan santai.
Kesimpulan
Dengan menerapkan tips dan strategi di atas, Anda dapat meningkatkan peluang Anda meraih kemenangan dalam bermain tangkap ikan di Fomototo. Jangan lupa untuk tetap bersenang-senang dan berjudi secara bertanggung jawab. Selamat bermain dan semoga berhasil meraih hasil yang memuaskan!
0 notes
saifbd2047 · 2 days
Text
Dewi Hindu
Maat adalah personifikasi kebenaran, kebenaran, realitas, keaslian, kejujuran dan kebenaran. Dia juga merupakan esensi Tuhan dan Ciptaan.
Dia menemani Ra di Barque-Nya ketika Dia pertama kali muncul ke alam semesta. Maat adalah prinsip keteraturan – dasar dari segala sesuatu.
Maat mencakup ajaran Karma dan Reinkarnasi. Memahami prinsip-prinsip ini membebaskan seseorang dari siklus penderitaan dan kesakitan dalam kehidupan manusia.
Chinnamasta Devi
Chinnamasta Devi, juga dikenal sebagai Chhinnamastika dan Prachanda Chandika adalah salah satu dari sepuluh Mahavidya (dewi misterius) dari tradisi esoterik Tantra. Dia adalah aspek ganas dari Bunda Ilahi. Dia digambarkan telanjang dan meminum darah yang mengalir dari kepalanya yang terpenggal.
Dia selalu digambarkan menginjak-injak Kamdev dan Rati. Ini melambangkan kekuatan untuk menekan hasrat seksual. Dia menyerap dan menyublimkan semua suka, duka, harapan dan kekecewaan hidup. Hal ini dia lakukan tanpa melupakan hakikat keilahiannya. Dia adalah simbol kepahlawanan dan pengendalian diri spiritual. Dia adalah perwujudan energi spiritual dan kebangkitan kundalini.
Durga
Durga adalah Dewi pejuang yang tak kenal takut dan tak terkalahkan yang menghancurkan kejahatan dan merupakan pelindung semuanya. Dia sering terlihat menunggangi singa dan memegang banyak senjata. Dia adalah tokoh sentral Shaktisme, sebuah aliran sesat Hindu yang berpusat pada dewi.
Devi Mahatmya menyatakan bahwa Durga adalah pelindung dharma (kebenaran dan tatanan kosmis). Dia mengambil bentuk yang berbeda untuk menjaga keseimbangan ini.
Tidak seperti kebanyakan dewa, dia bukanlah gadis remaja – dia diciptakan sebagai kekuatan. Kecantikannya tidak menggoda, melainkan memikat. Trishulnya adalah simbol melampaui tiga guna atau kualitas: tamas (ketumpulan dan kelembaman), rajas, dan sattva (kemurnian, cahaya, harmoni, dan kecerdasan). Kombinasi ini membuatnya mampu melawan apapun yang ditemuinya.
Saraswati
Dewi Saraswati adalah perwujudan ilmu dan kebijaksanaan. Dia dikenal dengan banyak nama dan julukan, masing-masing menonjolkan aspek keilahiannya. Bharati menekankan hubungannya dengan kefasihan dan ucapan, Vidya menekankan perannya sebagai pemberi pengetahuan, Sharada menyoroti hubungannya dengan musim gugur dan pematangan kecerdasan, dan Brahmi menunjuk pada kebersamaannya dengan Dewa Brahma.
Dia digambarkan dengan veena-nya, alat musik. Dia adalah guru para Gandharva, musisi surgawi yang menciptakan lagu-lagu yang mempesona.
Dalam narasi mitologi, dia memiliki kemampuan untuk menaklukkan binatang buas menakutkan yang diciptakan oleh mata ketiga Dewa Siwa, sehingga mencegah kehancuran global.
Ganesa
Ganesha adalah salah satu dewa yang paling dihormati dalam agama Hindu. Kualitas dan simbolismenya yang unik menjadikannya sosok tercinta yang melampaui batas budaya dan agama.
Bentuk gabungan Ganesha, dengan tubuh manusia dan kepala gajah, melambangkan kesatuan dan keselarasan unsur-unsur yang tampak kontras. Gadingnya yang patah menunjukkan bahwa kita harus menerima dualitas kehidupan dan menemukan kegembiraan baik dalam tantangan maupun berkah.
Ia sering digambarkan dengan tali dan tongkat di tangannya, simbol kekuatan untuk menangkap dan mengendalikan keinginan negatif. Ia juga digambarkan mengendarai seekor tikus, yang melambangkan kerendahan hati dan kemampuan mengendalikan ego. Untuk lebih jelasnya silakan kunjungi matahitam login
Wisnu
Wisnu adalah salah satu dari tiga dewa yang membentuk trinitas suci agama Hindu bersama dengan Brahma dan Siwa. Dia dianggap sebagai pemelihara dan penjaga ketertiban, dan dia turun ke bumi dalam berbagai inkarnasi (avatar) untuk melawan iblis dan menjaga keharmonisan kosmis.
Wisnu digambarkan dalam wujud babi hutan atau singa dan juga sebagai ikan berkepala banyak Matsya. Yang terakhir mewakili permohonan orang bijak Manu agar seekor ikan tidak tumbuh terlalu besar untuk dimakan monster. Teratai di tangan Wisnu melambangkan kekasihnya, Lakshmi. Dialah yang mengaktifkan kekuatan kreatif Wisnu.
Siwa
Dewa Siwa, yang dikenal sebagai Adiyogi atau Ardhanarishvara, mewakili keseimbangan yang berlawanan. Ia sering ditampilkan dalam pose yoga, atau digambarkan sebagai dewa meditasi dan asketisme. Siwa seringkali berkulit putih (dari bhasma atau abu pembakaran yang menutupi tubuhnya), dengan tenggorokan biru (melambangkan racun yang muncul selama pengadukan lautan kosmik), dan dia memakai simpul rambut kusut, tengkorak menghiasi tubuhnya. leher (salah satu dari lima kepala Brahma yang dipotong Siwa) dan kalung ular.
Ia juga kadang-kadang ditampilkan berkeliaran di tempat kremasi, mengolesi tubuhnya dengan abu dan menari di dalam api. Dia dikaitkan dengan Lingga – simbol falus batu yang dihormati di kuil Hindu.
0 notes
transpublikid · 7 days
Text
Unit Reskrim Polsek Sukaramai Polres Pakpak Bharat Menangkap Dua Pelaku Diduga Curanmor
PAKPAK BHARAT – Personel Unit Reskrim Polsek Salak Polres Pakpak Bharat menangkap tersangka K (23) & D (24) Pelaku dugaan Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor). Korban AP (35) Alamat Desa Lae Ikan, Kec. Penanggalan, Kota Subulussalam, Prov Aceh. Pada hari Minggu (21/4/2024), sekira pukul 05.00 Wib, Kanit Reskrim Polsek Sukaramai mendapat informasi dari masyarakat bahwasannya telah terjadi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
larat-hati · 20 days
Text
Tumblr media
SERIBU MATAHARI BERSINAR.
️️ ️️
Kerbau turun berendam, Najandra sudah tidak tampak batang hidungnya lagi. Dia sudah mengindahkan lawang yang tertutup bahwa pria paruh baya itu sudah pergi dari hunian. Sudah waktunya rencana yang diutarakan kemarin, dia eksekusikan. Meski harus menantang matahari.
Kahwa sudah mengirim beberapa bait pesan kepada Kamari untuk bertandang segera. Dia menunggu di dalam kamar sembari menjeramah tas ranselnya. Tidak lupa berdo'a kepada Tuhan dan mohon untuk lancarkan rencananya kali ini. Setelah enam tahun merasakan neraka, dia harus setidaknya memijak surga dunia.
Daki dunia hasil upahnya, dia simpan di atas meja kayu ruang tengah. Dia lambat-lambat ambil langkah agar tidak terdengar suara yang merebak. Ada pesan lagi dari pemuda Bachtiar dengan menyatakan bahwa sudah tiba di titik jemput yang biasa. Dengan takut-takut berani, dia membuka lawang dan menutup dengan pelan-pelan.
Syahdan, dia memugar berjalan agar lekas tiba ke titik yang dimaksud. Nona surai pendek ini gelak senyum manakala bersobok pandang dengan handai. Tidak lupa melambaikan tangan sebagai tanda menyapa.
“Hai.”
“Langsung berangkat sekarang.”
Kahwa naik ke atas kuda besi dengan tas yang cukup berat bertengger di punggungnya. Diminta langsung oleh Kamari untuk disimpan di depan saja. Dia hanya manut dan lagipula pundak sudah agak sakit. Jam-jam juga mendekati waktu berbuka puasa, dua anak manusia ini sempatkan singgah di minimarket.
Namun, dia mendapati aral gendala untuk berhimpun di rumah komunitas. Mau tidak mau, dia harus menghadiri sebab masih berstatus sebagai anggota disana.
“Kayaknya, gue harus ke tempat komunitas dulu deh. Soalnya disuruh kumpul.”
Awa tunjukkan isi pesan dari grup komunitas. Kamari mengangguk mafhum dan sudah pasti manut atas permintaan dia. Mereka ini sudah seperti api dengan asap. Kemana-mana berdua dan hanya Kamari lah yang tidak ketahuan, atau barang mungkin Najandra pura-pura tidak tahu? Entahlah.
Usai berbuka, mereka mencari langgar untuk beribadah lebih dulu. Setengah jam mereka habiskan untuk ibadah, lanjutkan perjalanan dengan Kamari meracak kuda besi.
️️ ️️
BEBERAPA JAM KEMUDIAN. . .
️️ ️️
Pertembungan yang sia-sia dia sambangi. Isi dari sarwa pertembungan itu hanyalah utarakan ego masing-masing. Dia yang meloka dan mengindahkan saja sudah kepalang muak. Belum lagi dengan keputusan impulsif ingin membubarkan, dia jengah sendiri.
Sudah kabari Kamari dan Naima untuk jemput dan akan lekas datang kesana. Tas ransel penuh tadi, tidak dia bawa ke jumpa temu. Sengaja dititipkan sebab tidak ingin menjawab pertanyaan dengan tingkat kuriositas berbeda.
Sepuluh menit berlalu, Kamari hadir ke rumah komunitas untuk menjemput. Dia ikuti titah Kamari untuk berada di dalam sampai adam itu tiba. Raba-rubu dia datangi handai. Amat tidak kusdi bila buat tuan netra sipit itu menunggu.
Melenggang maherat mereka tinggalkan pekarangan rumah komunitas dan memilih makan angin keliling bilangan Jakarta. Malam ini terbilang ramai meski sebagian penduduk di sini sudah pergi untuk kembali ke kampung halaman. Kendati ditinggalkan, Jakarta tetaplah Jakarta yang tidak pernah mati bila ditinggalkan penduduk.
Mereka mendekati keramaian untuk hindarkan bersobok langkah dengan Najandra dan para anjing-anjing peliharaan. Keduanya berhenti di tempat di mana agak mirip pasar. Banyak yang jual pakaian untuk lebaran, banyak juga yang menjual panganan dan ada kawasan bermain.
Dua manusia ini bermain beberapa permainan untuk sekadar menghibur diri. Sepulang dari bermain, mereka dapatkan boneka bebek hadiah hasil menangkap ikan. Syahdan, di parkiran yang sunyi Kamari hentikan jangkah dan berbalik daksa.
“Ada yang mau aku omongin, Wa.”
“Ngomong aja, Ma. Gue dengerin.”
Selain daripada suara hewan malam yang mendominasi, dan bilamana mereka fokuskan rungu pada satu suara. Yakin betul akan dengar irama detak jantung satu sama lain. Sebab ritme kedua insan ini tidak teratur terkesan cepat. Sebenarnya ada apa?
“Rasanya aku nggak gentar ya begini terus. Tapi, ini kali terakhir aku akan bilang begini. Aku suka sama kamu, Wa. Sampai kapanpun juga aku akan tetap suka. Nggak ada sedikitpun rasa tiap harinya berkurang. Malah yang ada nambah. Aku mau sama kamu, kalau bisa selamanya. Mau buat kamu bisa senyum manis kalau tiap lihat kucing. Aku mau jadi alasan kamu bahagia juga. Mau bantu kamu juga lari dari rasa sakit dan merasa bebas. Ini aku serius, nggak bercanda.”
Kahwa tidak buta selama ini. Dia tahu bila Kamari sudah menyukainya sejak lama. Bahkan ini kali ketiga tuan tersebut menyatakan perasaan. Untuk sekarang, dia sudah tahu alasan untuk tetap hidup. Salah satunya, Kamari. Namun, dia mendua hati. Apa bisa? Dia takut kejadian masa lalu dengan hubungan terulang lagi. Nggak, dia harus yakin. Yakin bila akan melewati ini semua bersama Kamari.
“Kama.”
“Gue..”
Kamari gelak sumbing dan merasa akan kembali dapati penolakan untuk kali ketiga. Sekonyong-konyong si pemuda antap dengar tuturan dia.
“Kama, gue mau. Mau jadi pacar lo.”
Pemuda ini masih diam seribu bahasa. Meyakinkan diri bahwa bukan kebohongan belaka atas apa yang diindahkan tadi. Tanpa diduga, senyum paling lebar mengembang dan menular ke Kahwa. Dua insan merasa paling bahagia hari ini.
Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. Sebelum itu, Kahwa diantarkan ke kostan Naima Rusita. Waktu hendak berpisah, tiba-tiba dihinggapi firasat tidak enak. Dia adalah seorang pahit lidah, namun tidak yakin firasat ini dituju untuk siapa.
“Lo habis ini langsung pulang. Jangan mampir ya? Besok kita harus ketemu.”
️️ ️️
— RAMPUNG. —
0 notes
kisahpedia · 24 days
Text
Kalender Liturgi 05 Apr 2024
Jumat Oktaf Paskah
(Ditiadakan) PF S. Vinsensius Ferrer, Imam
Warna Liturgi: Putih
Bacaan I: Kis 4:1-12
Mazmur Tanggapan: Mzm 118:1-2.4.22-24.25-27a
Bait Pengantar Injil: Mzm 118:24
Bacaan Injil: Yoh 21:1-14
Bacaan I
Kis 4:1-12
Keselamatan hanya ada di dalam Yesus.
Bacaan dari Kisah Para Rasul:
Sekali peristiwa,
sesudah menyembuhkan seorang lumpuh,
Petrus dan Yohanes berbicara kepada orang banyak.
Tiba-tiba mereka didatangi imam-imam
dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki.
Mereka ini sangat marah,
karena Petrus dan Yohanes mengajar orang banyak
dan memberitakan bahwa dalam Yesus
ada kebangkitan dari antara orang mati.
Maka mereka ditangkap,
lalu diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya,
karena hari telah malam.
Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran itu
banyak yang menjadi percaya,
sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki.
Pada keesokan harinya
pemimpin-pemimpin Yahudi serta tua-tua dan para ahli Taurat
mengadakan sidang di Yerusalem
dengan Imam Besar Hanas dan Kayafas, Yohanes dan Aleksander
dan semua orang lain yang termasuk keturunan Imam Besar.
Lalu Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada sidang itu
dan mulai diperiksa dengan pertanyaan ini:
"Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah
kamu bertindak demikian itu?"
Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus,
"Hai pemimpin-pemimpin umat dan kaum tua-tua,
jika sekarang kami harus diperiksa
karena suatu kebajikan kepada seorang sakit,
dan harus menerangkan
dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan,
maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel,
bahwa semua itu kami lakukan dalam nama Yesus Kristus,
orang Nazaret, yang telah kamu salibkan,
tetapi dibangkitkan Allah dari antara orang mati;
Karena Yesus itulah
orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu.
Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan,
yaitu kamu sendiri,
namun Ia telah menjadi batu penjuru.
Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga
selain di dalam Dia,
sebab di bawah kolong langit ini
tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia
yang olehnya kita dapat diselamatkan."
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 118:1-2.4.22-24.25-27a
R:22
Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan
telah menjadi batu penjuru.
*Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik!
Kekal abadi kasih setia-Nya.
Biarlah Israel berkata,
"Kekal abadi kasih setia-Nya!"
Biarlah orang yang takwa pada Tuhan berkata,
"Kekal abadi kasih setia-Nya!"
*Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan
telah menjadi batu penjuru.
Hal itu terjadi pada pihak Tuhan,
suatu perbuatan ajaib di mata kita.
Inilah hari yang dijadikan Tuhan,
marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!
*Ya Tuhan, berilah kiranya keselamatan!
Ya Tuhan, berilah kiranya kemujuran!
Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan!
Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan.
Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita.
Bait Pengantar Injil
Mzm 118:24
Inilah hari yang dijadikan Tuhan.
Marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya.
Bacaan Injil
Yoh 21:1-14
Yesus mengambil roti dan memberikannya kepada para murid;
demikian juga ikan.
Inilah Injil Suci menurut Yohanes:
Sesudah bangkit dari antara orang mati,
Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya
di pantai danau Tiberias.
Ia menampakkan diri sebagai berikut:
Di pantai itu berkumpul Simon Petrus,
Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea,
anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.
Kata Simon Petrus kepada mereka, "Aku pergi menangkap ikan."
Kata mereka kepadanya, "Kami pergi juga dengan engkau."
Mereka berangkat lalu naik ke perahu,
tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.
Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai;
akan tetapi murid-murid itu tidak tahu,
bahwa itu adalah Yesus.
Kata Yesus kepada mereka,
"Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?"
Jawab mereka, "Tidak ada."
Maka kata Yesus kepada mereka,
"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu,
maka akan kamu peroleh."
Lalu mereka menebarkannya,
dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.
Maka murid yang dikasihi Yesus berkata kepada Petrus,
"Itu Tuhan!"
Ketika Petrus mendengar bahwa itu adalah Tuhan,
maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian,
lalu terjun ke dalam danau.
Murid-murid yang lain datang dengan perahu
karena mereka tidak jauh dari darat,
hanya kira-kira dua ratus hasta saja;
dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.
Ketika tiba di darat,
mereka melihat api arang, dan di atasnya ada ikan serta roti.
Kata Yesus kepada mereka,
"Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu angkat itu."
Simon Petrus naik ke perahu,
lalu menghela jala itu ke darat,
penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya;
dan sungguhpun sebanyak itu ikannya, jala tidak koyak.
Kata Yesus kepada mereka, "Marilah dan sarapanlah!"
Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani
bertanya kepada-Nya, "Siapakah Engkau?"
Sebab mereka tahu bahwa Ia adalah Tuhan.
Yesus maju ke depan,
mengambil roti dan memberikannya kepada mereka;
demikian juga ikan itu.
Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri
kepada murid-murid-Nya
sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.
Demikianlah sabda Tuhan.
Tumblr media Tumblr media
0 notes
saatrenungan · 24 days
Text
youtube
Renungan 5Apr2024
Bacaan Injil Yoh 21: 1-14
Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: ”Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya: ”Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: ”Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Jawab mereka: ”Tidak ada.” Maka kata Yesus kepada mereka: ”Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ”Itu Tuhan.” Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. Kata Yesus kepada mereka: ”Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka: ”Marilah dan sarapanlah.” Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: ”Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Dalam kisah penampakan Yesus kepada tujuh muridnya di danau Galilea, dikisahkan sesudah kebangkitanNya, Yesus telah tiga kali menampakkan diri kepada murid-Nya namun para murid masih merasa kehilangan sosok Guru dan Mesias sepeninggal Yesus meninggal dikayu salib dan kembali ke pekerjaan lama mereka sebagai nelayan, telah sepanjang malam mereka berusaha namun usaha mereka selalu gagal dalam menangkap ikan. Ketika mereka merasa terpuruk dan kehilangan harapan, Yesus datang berdiri di tepi pantai dan menanyakan kepada para murid “Anak-anak, apakah kamu memiliki ikan?”. Para murid yang sedang sedih dan frustasi tidak mengenali Yesus ketika Ia menyuruh mereka untuk menebarkan jala disebelah kanan perahu. Kedatangan Yesus kembali memberikan harapan kepada para murid dan ketika mereka mematuhi perintah-Nya maka mereka mendapatkan kelimpahan hasil yang tidak terduga bahkan sampai tidak sanggup mengangkat jala mereka karena banyaknya ikan didalam jala itu, ketika itulah mereka menyadari bahwa Dia adalah Yesus, sang Juru Selamat seperti dikatakan Petrus kepada pemimpin Yahudi serta ahli Taurat dalam bacaan pertama Kisah Para Rasul bahwa Yesus adalah batu penjuru dimana keselamatan tidak ada didalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita mendapatkan keselamatan"
Yesus datang kepada para murid saat mereka gagal dan putus asa, melalui kehadiran-Nya, Yesus menyatakan diri sebagai Tuhan yang selalu memperhatikan kehidupan dan memenuhi kebutuhan hidup mereka seperti tertulis dalam ayat 9 “ketika sampai di darat, mereka melihat bara api dengan ikan yang terletak di atasnya dan juga roti”. Yesus mengajarkan kita untuk selalu bergantung kepada-Nya dalam setiap situasi karena Ia adalah harapan dan sumber keberhasilan dalam hidup karena “Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11).
Berkah Dalem
0 notes
jangan-dicari · 28 days
Text
Seorang Ayah Rela Kehilangan Tangan Kanannya Demi Selamatkan Kedua Anak
Tumblr media
Foto: SAEED KHAN/AFP/File
Halo semuanya, Saya Edogawa si pembuat blog ini!
Pada artikel ini saya akan membahas kejadian mengerikan sekaligus heroik yang dilakukan seorang ayah yang melawan buaya demi menyelamatkan anaknya.
Berikut adalah kronologinya :
Mereka hanya ingin menangkap ikan
Pada hari Jumat tanggal 05/01/2024, Ada seorang ayah yang berprofesi sebagai nelayan bernama Harjo (31 atau 33) bersama anak dan ponakannya pergi mencari ikan di Sungai Nyirek sekitar pukul 13:00.
Mereka menggunakan jaring untuk menangkap ikan. Kemudian, Harjo turun dari kapal untuk mengangkat jaring ikan.
Tanpa peringatan, tiba-tiba seekor buaya muncul dan langsung menyerang Harjo. Harjo berusaha keras untuk melawan buaya itu dan mencoba menendang buaya yang ganas sedang menerkam tangan kanannya itu sambil perpegangan dengan sebuah pohon.
Kejadian itu di saksikan langsung oleh anaknya yang masih berusia 13 dan 9 tahun.
Sang anak berusaha berteriak agar buaya itu melepaskan ayahnya.
Akhirnya Harjo terlepas dari gigitan buaya. Namun sayangnya, ia harus kehilangan tangan kanannya.
Harjo naik perahu dan langsung menepi. Tidak ada orang di sekitar tempat mereka memancing karena lokasi mereka cukup jauh dari kampung.
Untungnya ada seorang warga yang lewat, Harjo bersama kedua anaknya langsung diantar menggunakan motor ke rumah warga yang menolong. Ia memberikan baju kepada Harjo lalu ia mencuci luka-luka pak Harjo agar terlihat bersih dan Harjo diberikan pakaian oleh warga yang menolong.
Kondisi Harjo setelah diterkam buaya
Kondisi Harjo saat dibawa ke rumah warga, Kondisi Harjo berlumuran banyak sekali darah. Namun, tampaknya buaya bukanlah alasan Harjo untuk mati. Ia tetap terlihat seperti orang yang sehat dan bugar padahal ia mengalami luka yang sangat serius.
Harjo dirawat di RSUD Bangka Tengah, Namun, rencananya Harjo akan dipindahkan ke RS di Pangkal Pinang untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Video
PERINGATAN!  Video ini adalah video tingkat IV (Cukup Berbahaya) Video ini berisi konten berdarah. Jadi perlu diingat bahwa video ini berisi konten berdarah tanpa mosaik sedikit pun. Harap berhati-hati saat menonton karena dapat menyebabkan trauma dan mual.
Di internet, tersebar sebuah video Harjo yang sedang berada di dalam rumah sakit. Video tersebut menunjukkan beberapa luka di tubuh Harjo dan tangan Harjo yang telah terputus.
Berikut isi dari videonya :
00:00 ~ 00:04 Diperlihatkan pundak kiri Harjo bolong yang sepertinya akibat dari luka gigitan buaya.
Tumblr media
00:05 ~ 00:07 Terlihat bahu di belakang punggung kanan atasnya terdapat luka cakaran
Tumblr media
00:08 ~ 00:14 Kamera berpindah ke depan dan terlihat tangan kanan Harjo ditutupi oleh selimut berwarna biru
Tumblr media
00:15 ~ 00:24 Selimut dibukan dan terlihat tangan kanan Harjo putus hingga tulangnya terlihat
Tumblr media
00:25 ~ 00:30 Kamera kembali ke posisi semula.
Tumblr media
Harjo dirawat di rumah sakit
Tumblr media
Foto : Harjo (31 atau 33), korban serangan buaya dirawat di RSUD Soekarno Bangka Belitung
Harjo melakukan perawatan intensif setelah tangannya diterkam buaya.
Ia ditemani oleh istri, anak, kerabatnya di rumah sakit.
Warga sekitar berusaha mencari buaya dan potongan tangan Harjo, namun belum membuahkan hasil.
Humas RSUD Soekarno Nevi Bachsin mengatakan, Harjo telah menjalani operasi untuk membersihkan bekas potongan tangannya. Kini Harjo dalam perawatan sampai bekas luka di tubuhnya benar-benar sembuh.
Kesimpulan
Kesimpulan dari kejadian tersebut adalah bahwa Harjo, seorang nelayan, bersama dengan anak dan ponakannya, mengalami serangan buaya saat sedang mencari ikan di Sungai Nyirek. Meskipun berusaha melawan, Harjo kehilangan tangan kanannya dalam serangan tersebut. Anaknya, yang menyaksikan kejadian itu, berusaha berteriak agar buaya melepaskan ayahnya. Untungnya, ada seorang warga yang lewat yang membantu mereka dan membawa mereka ke rumahnya untuk memberikan pertolongan dan memberikan bantuan kepada Harjo.
Harjo adalah sosok ayah yang tangguh dan pemberani. Ia adalah seorang pahlawan sampai rela jiwa dan raga demi anak tercintanya agar bisa selamat dari terkaman buaya yang ganas.
Saya salut dan respect kepada pak Harjo. Semoga lukanya cepat sembuh dan dimudahkan segala urusannya oleh Tuhan YME.
Sumber
Peringatan! Jangan menekan tautan merah jika Anda tidak tahan dengan konten berdarah !
Asyik Mancing, Harjo Diterkam Buaya hingga Tangan Kanan Putus (detik.com)
Kisah Arjo Diterkam Buaya, Kuat Berjalan 2 Km meski Kehilangan Satu Tangan Halaman all - Kompas.com
Asyik Mancing, Harjo Diterkam Buaya hingga Tangan Kanan Putus (detik.com)
PAK HARJO DI TERKAM BUAYA HINGGA LENGANNYA PUTUS - YouTube
【閲覧注意】巨大ワニに腕を食い千切られてしまった男がコチラ… | カルロ・グローチェ (carro-groce.com)
0 notes
naufal-portofolio · 3 months
Text
The Old Man and the Sea oleh Ernest Hemingway: Ulasan Buku
2011
Tumblr media
Senang bisa baca novel tipis ini. Meski bentuk fisik bukunya ringan, tapi ceritanya nggak seringan seperti yang terlihat. Konfliknya nggak bisa dibilang sederhana, tapi perjuangan (dan konflik batin) tokoh utamanya ini emang complicated banget. Gue suka novel Hemingway yang ini. Gue nggak heran deh, bisa dapet Nobel Sastra. Kudos!
Tapi, maap maap ya, kalau gue me-review-nya kurang bagus untuk karya sekelas Nobel kayak begini. Buku ini gue baca pas masih jadi mahasiswa semester... aduh, lupa. Pokoknya tahun 2011. Review-nya pun udah gue tulis di note FB saat itu ( https://www.facebook.com/notes/naufal-rm/novel-of-the-day-the-old-man-and-the-sea-belajar-kehidupan-dari-lelaki-tua-yang-/10150294058284554 ). Well, inilah review gue...
Novel of The Day: The Old Man and The Sea, Belajar Kehidupan dari Lelaki Tua yang Mencari Ikan di Laut
Selasa, 10 mei 2011
Review kali ini masih membahas buku—tepatnya novel. Kalau edisi terdahulu membahas tentang novel sastra (kontroversial pula), sekarang gue juga meresensi novel ber-gendre sastra (sok iye ya, gue? berat amat bahasannya sastra aja. hahaha). Tapi, novel yang satu ini nggak sembarang novel, loh. Karena eh, karena banyak mendapatkan banyak penghargaan bergengsi dunia. Asik, dah.
Kali ini, gue bakal me-review The Old Man and the Sea-nya Ernest Hemingway (btw, kita singkat TOMATS aja, ya. biar hemat kata. lagian unyu juga kan, singkatannya? hehehe). Yeah, ada yang udah tau? 
Sebenernya, banyak kalangan sastra yang berpendapat, kalau bukunya yang satu ini nggak sepenuhnya bisa diklasifikasi sebagai novel karena masalah jumlah halaman. Boleh percaya atau nggak, buku ini tebalnya "cuma" 148 halaman. Untuk jumlah halaman sebanyak itu emang susah banget menyebut karya kesembilannya ini sebagai novel. Ada juga kalangan yang beropini, kalau karya Hemingway yang satu ini cocoknya dibilang sebagai novela alias novel pendek. Namun, dalam penulisan ceritanya, penulis yang juga merupakan wartawan di Amerika ini menuangkannya seperti bentuk cerita pendek namun ditulis panjang. So, ada juga yang bilang, TOMATS ini sebagai cerpen panjang. Agak pusing ya, karena banyak penyebutannya? Ahey. Tetap semangat, malih!
Novel terbitan Serambi ini kurang lebih menceritakan perjuangan seorang lelaki tua yang berusaha untuk mendapatkan ikan di laut lepas. Tentu aja hal ini nggak mudah. Banyak halangan dan rintangan. Buat ukuran nelayan kayak tokoh utama di novel ini aja, mencari ikan di laut itu masih sulit. Apalagi buat kita yang masih awam banget masalah tangkap-menangkap ikan. Dijamin jiper kalo diajak ke tengah laut buat nangkep ikan. Hehehe.
Novel best seller ini intinya mengisahkan lelaki tua bernama Santiago yang bersahabat baik dengan remaja lelaki bernama Manolin. Sebagai seorang nelayan, Santiago emang udah dianggap sepuh oleh orang-orang di sebuah perkampungan nelayan di salah satu pinggir pantai Kuba. Yap, setting cerita di sini emang ada di Kuba yang kebetulan juga tempat di mana penulisnya menghabiskan waktu untuk menuliskan kisah ini.
Kemudian, Santiago juga banyak diejek oleh rekan nelayan lainnya di tempat tinggalnya itu karena kerap tak pernah membawa hasil ikan dari setiap usaha penangkapan ikannya di laut. Ya, Santiago kerap gagal menangkap ikan selama 84 hari berturut-turut sebelum penangkapan besarnya untuk mencari ikan raksasa. Lelaki tua itu memang terobsesi sekali untuk memburu Ikan Marlin Raksasa (ehem, nama ikannya mengingatkan gue sama salah seorang temen gue di kampus juga, nih). Di saat nelayan seusiannya yang udah sangat tua memutuskan untuk pensiun dan tidak melaut lagi, Santiago justru tetap melaut dan berusaha mencari ikan (walaupun jarang dapat). Sudah tua, namun masih saja macam-macam dalam berlaut. Untungnya, ada Manolin yang setia menyemangatinya dan sering membantunya melaut (meskipun anak muda ini jarang ikut Santiago melaut bersama. hanya sesekali di awal-awal dan itu pun langsung terhenti karena orangtuanya tidak mengizinkannya untuk berlayar kembali bersama lelaki tua itu agar tidak ketularan sial). 
Nah, perjuangan luar biasa lelaki tua itu dalam usaha menangkap ikan raksasa tersebut lah yang menjadi main story di buku ini. Masalahnya, doi berusaha seorang diri loh, dalam menangkap ikan tersebut di laut lepas.
Gue kagum dengan novel ini karena emang cara bertuturnya yang enak dan mudah dipahami. Mengalir dan seolah kita yang membaca diajak untuk tenggelam dalam kisahnya. Memukau dan penuh optimisme. Bahkan, jangan heran kalau kita seolah turut merasakan hawa asinnya pantai Kuba dan ikut terombang-ambing di kapal kecilnya Santiago. Ya, Hemingway memang juara sekali dalam membuat narasi yang melenakan dan memudahkan imajinasi pembaca mengikuti adegan demi adegan yang terjalin di cerita ini.
Banyak pakar sastra yang mengklaim bahwa ini adalah karya terbaik Hemingway semasa hidupnya. Yap, gue setuju banget. Penulis legendaris asal Amerika ini terbukti menyabet Hadiah Nobel Sastra 1954. TOMATS yang terbit pada 1953 itu emang memiliki keistimewaan tersendiri sehingga banyak yang memuja. Salah satunya lewat penuturan naratifnya yang keren banget. Hal ini membuat cerita yang satu ini nggak bosen untuk diikuti sebelum selesai dan menutup buku. Gue aja nggak butuh waktu lama untuk melahap cerita amazing ini. Sehari juga cukup. Believe it or not, nggak ada bab di buku ini (seperti yang lazim ditemui di novel-novel seperti biasanya). Gaya berceritanya beneran kayak cerpen. Langsung. Bahkan, nggak ada tuh, penanda yang menunjukkan pemotongan alur yang kerap menggunakan tanda bintang (*). Makanya, kisahnya emang nggak bakal bisa lepas sejak pertama kali baca sampai ending-nya. Seru banget, sih.
Selain itu, novel yang juga memenangkan Pulitzer Prize 1953 untuk kategori fiksi dan Award of Merit Medal for Novel dari American Academy of Letters ini emang diunggulkan karena kelihaian Hemingway dalam seni bercerita. Kelebihan lain dari TOMATS adalah filosofi di balik ceritanya. Perjuangan yang pantang menyerah dalam mencapai tujuannya itulah yang mengajarkan kita betapa kesabaran, ketabahan, dan kegigihan dalam mengarungi cobaan hidup tak akan berakhir sia-sia.
Well, seolah penulis yang juga pernah menjadi tentara saat Perang Dunia Pertama ini ingin mengungkapkan bahwa kita tidak boleh menyerah dalam menjalani hidup. Jangan cepat putus asa dalam menghadapi cobaan yang menimpa kita. Karena segalanya bisa kita lalui jika kita menghadapinya. Jika kita mau berjuang melawannya. Kemudian, penulis juga ingin berpesan, jangan pernah give up dalam berusaha mewujudkan impian dan cita-cita. Sebesar apa pun cobaan mengadang dalam pencapaian untuk menggapai impian tersebut, kita tidak boleh menyerah.
Bahkan, setelah kita mendapatkan impian kita. Ternyata mempertahankannya sangatlah sulit dan tidaklah mudah. Semua hal ini tergambar jelas dalam novel ini. Makanya, gue memberi perumpamaan bahwa novel ini emang sebagai contoh dari kehidupan kita. Perjuangan lelaki tua dalam mencapai tujuannya menangkap ikan raksasa yang penuh rintangan seakan-akan menggambarkan juga kehidupan kita sebagai manusia pada umumnya, bahwa hidup ini memang seperti laut nan luas. Tak selalu tenang. Tapi, juga ada terpaan ombak cobaan yang senantiasa menemani. Kita sebagai manusia atau pelaut yang mengarungi lautan kehidupan harus siap menghadapinya. Dan, jangan juga menyerah karena sulitnya meraih ikan impian kita. Sesulit apapun mendapatkannya, yakinlah segala halangan tersebut bisa kita lalui dengan usaha keras. Meskipun tak selalu tercapai, yang terpenting kita sudah berusaha. Ya, hidup memang ada bukan untuk menyerah begitu saja. Tapi, untuk tetap diarungi dan tetap berusaha. Kira-kira, seperti itulah filosofi atau cerminan dari kisah di buku ini dengan kehidupan sehari-hari kita. Sungguh sangat bijak, ya?
Well, pada penasaran kan, apakah si lelaki tua berhasil mendapatkan Ikan Marlin Raksasa? Makanya, pada baca, deh. Hehehe. Sekali lagi, buat anak Untirta yang penasaran, bisa nih, dipinjam di perpus pusat kampus kita.
Dan, untuk menutupi review ini, seperti biasa gue memberikan penilaian menggunakan bintang. Yap, dari lima bintang, gue menilai The Old Man and The Sea layak mendapatkan empat bintang. Nilai yang nyaris sempurna ini karena kekuatan narasinya yang keren. Mantep, deh. Buktikan sendiri. Hemingway emang cihuy.
Selamat membaca, teman-teman!
nb.
sebenernya, gue fobia banget sama laut, hiu, dan paus. makanya, selama baca novel ini, gue kadang bergidik sendiri karena banyak alur yang sedikit-banyak menceritakan hewan-hewan laut. padahal, gue nggak lagi ada di kapal atau even di deket pantai. tapi, gue hampir mabok laut sendiri karena mengikuti cerita ini. untung narasinya bagus. jadi, fobia gue pun gue tahan-tahan. hehehe.
0 notes