Tumgik
abbasalharik · 5 months
Text
Pemantik Api
Tumblr media
Minggu kemaren, sebelum pemboman Rumah Sakit Al-Ahli Al-Arabi oleh Israel, warga negara Arab di Yordania, Lebanon, Qatar, Kuwait, Maroko sudah banyak yang turun ke jalan. Dengan jumlah massa yang fantastis. Bahkan, warga negara Eropa, dan beberapa kota di Amerika juga keluar untuk demo membela rakyat Palestina.
Anehnya, di Mesir belum ada pergerakan apapun. Walau Jumat kemaren (13/10), jamaah Masjid Al-Azhar sudah melakukan aksi dari dalam Masjid. Tidak seperti sekarang, hari itu polisi masih menutup gerbang agar masa tak tumpah ke jalan.
Bagi yang salat Jumat di Azhar hari itu pasti heran kenapa tema khotbahnya bukan Palestina??? Sampai di ujung khotbah, oknum warga Mesir yang duduk dekat mimbar berteriak ke khatib lantaran tidak membahas Palestina.
Mesir berbatasan langsung dengan Gaza. Mereka memikul kewajiban yang lebih besar untuk melakukan segala cara untuk membela tetangga Arab dan Muslim mereka. Dan massa mereka harusnya berkali-kali lipat lebih banyak daripada massa negara lain.
Maka, demi menghilangkan rasa heran, saya tanyakan hal ini ke teman kamar yang warga Mesir,
"Kenapa kalian tidak demo juga kayak warga-warga Arab lain?"
Dia bilang,
"Orang takut. Di sini kalau ada perkumpulan gitu bisa dicurigai pemerintah sebagai pemberontak".
Begitu menurutnya.
Sampai terjadilah apa yang terjadi di Malam Selasa (17/10) kemaren. Rumah Sakit Al-Ahly Al-Araby dibom oleh Israel. Sontak membuat dunia marah. Rencana Presiden Palestina Mahmud Abbas untuk bertemu Presiden AS Joe Bieden lansung batal. Warga Arab di Lebanon misalnya dan warga Turki sampai berdemo secara brutal di depan Kedutaan Amerika dan Israel.
Sejak peristiwa itu, Parlemen Mesir ikut mengutuk Israel. Rakyat Mesir mulai turun ke Jalan. Khotbah di Masjid Al-Azhar jumat ini (20/10) sudah membahas Palestina. Massa sudah dibiarkan berdemo di jalan umum. Bahkan di Medan Tahrir.
Saya jadi berpikir, walau pahit, peristiwa berdarah terkadang adalah cara satu-satunya untuk menggerakkan dunia. Buktinya, aksi bakar diri yang dilakukan oleh Bouazizi di Tunis tahun 2011 berhasil memantik revolusi Musim Semi Arab.
Hari itu, setelah salat jumat, saya chat teman saya yang asal Mesir sambil guyon,
"Akhirnya, rakyat Mesir turun ke jalan. Kita perlu membom Rumah Sakit dulu agar mereka mau bergerak"
Dia jawab dengan emot senyum sambil bersedih.
Rakyat Mesir memang memprihatinkan. Ekonomi mereka ambruk dan kebebesan berpendapat tak terjamin. Sekarang, tetangga mereka kena bombardir. "Ghalban" kata mereka.
Kairo, 21 Oktober 2023
0 notes
abbasalharik · 5 months
Text
Al-Azhar Milik Umat
Tumblr media
Al-Azhar sejak hari pertama Tufan Al-Aqsha (7/10) sudah menyatakan dukungan terhadap rakyat Palestina. Sebelum rakyat sipil di Gaza berjatuhan, sebelum apa yang terjadi di Gaza menjadi tragedi kemanusiaan, sebelum lembaga kemanusiaan dan negara dunia mengutuk kejahatan Israel lantaran menyerang sipil, wartawan, dan tenaga medis.
Di sosial media, Al-Azhar dengan lantang mengucapkan kalimat yang bersejarahnya:
ويشدُّ الأزهر على قلوب الشعب الفلسطيني الأبي وأياديهم، الذي أعاد لنا الثقة، وبثَّ فينا الروح، وأعاد لنا الحياة بعد أن ظننا أنها لن تعود مرة أخرى، ويدعو الله أن يرزقهم الصبر والصمود والسكينة والقوة، مؤكدًا أن كل احتلال إلى زوال إن آجلًا أم عاجلًا، طال الأمد أو قصُر
"ِAl-Azhar menguatkan hati dan tangan rakyat Palestina. Yang mana mereka telah menengembalikan harapan dan menebar ruh kehidupan pada umat setelah kita menyangka itu tak mungkin lagi kembali. Al-Azhar berdoa agar Allah memberi mereka kesabaran, ketabahan dan ketenangan. Al-Azhar juga menegaskan bahwa penjajahan akan lenyap cepat atau lambat"
Ini respon yang luar biasa dari Al-Azhar, mengingat aksi Tufan Al-Aqsha sendiri dipelopori oleh Hamas. Dan Hamas adalah organisasi yang masuk dalam daftar teroris di beberapa negara seperti; Mesir, AS, Kanada, dan Jepang. Bahkan, PBB dan Uni Eropa juga menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
Menurut saya, ini menunjukkan Al-Azhar milik umat. Bukan milik Mesir. Qadhiyyah umat adalah qadhiyyah Al-Azhar. Dan kemerdekaan rakyat Palestina adalah hutang lama yang sampai sekarang belum berhasil tertunaikan. Maka, selama itu memperjuangkan kemerdekaan Palestina, tak peduli dari kelompok manapun, Al-Azhar akan berdiri bersama mereka.
Perjuangan rakyat Palestina dan pembebesan Baitul Maqdis sudah menjadi DNA Al-Azhar. Bukti kecilnya, masa diktat masih dicetak, sampul diktat mahasiswa Al-Azhar selalu ada gambar Masjid Al-Azhar.
Semoga Al-Azhar selamanya menjadi lambang persatuan umat. Ulama-ulamanya menjadi penerang dunia. Sering dikatakan, jikalau Ka'bah adalah kiblat salat umat islam, maka Al-Azhar adalah kiblat ilmu mereka.
Tumblr media Tumblr media
Kairo, 21 Oktober 2023
1 note · View note
abbasalharik · 1 year
Text
ربانية المصدر
كانت أمريكا في عام ١٩٢٠ أصدرت قانون منع إصدار الخمر والتناولها. ولكن هذا القانون ألغي في عام ١٩٣٣ للأسباب منها رفض الجمهور على هذا القانون.
لو نظرنا إلى الأمة الإسلامية، لوجدنا أن الخمر حرمته قطعي لا خلاف فيه، ولا أحد قام بالمظاهرة طلبا لإباحة شرب الخمر، ثم وجدنا في شهر رمضان الأمر أعظم من ذلك، أن الأمة الإسلامية هم لا يتركون المحرمات فقط بل المباحات كالأكل والشرب والجماع للزوجان.
من هنا نتساءل: لماذا في أمركيا تحريم الشيء كالخمر البين ضرره فاشل، بينما نحن الأمة الإسلامية منقادون على ترك الخمر بل أكلنا وشربنا في شهر رمضان؟؟؟
فالجواب لأن عندنا ما ليس عندهم ألا وهو ربانية المصدر.
القاهرة، ٣ رمضان ١٤٤٤ للهجرة
0 notes
abbasalharik · 1 year
Text
Menulis bukan cita-cita
Kalau ditanya, aku tak akan menjawab bahwa cita-citaku adalah menjadi penulis. Karena bagiku menulis cuma alat. Aku menulis bukan karena aku ingin menjadi penulis. Tapi aku menulis karena aku berpikir. Jadi selama aku berpikir maka aku akan terus menulis.
Filsafat
Filsafat adalah alat yang diperlukan manusia untuk terus hidup. Hidup disini bukan bernafas. Kalau itu hewanpun hidup. Dan yang dibutuhkan cuma makan dan minum. Tapi yang membedakan manusia adalah akal pikiran. Kata pujangga arab Zuhair bin Abi Salma,
لسان الفتى نصف ونصف فؤاده
فلم يبقى إلا صورة اللحم والدم
Tanpa filsafat kata Fazlur Rahman seorang akan akan jatuh pada bunuh diri intelektual (intellectual suicide).
Mempelajari filsafat dan ragam pemikirannya harus dari si pemilik pemikiran langsung. Ketika mempelajari eksistensialisme, seorang harus berdialog langsung dengan Sartre. Bahkan harus sampai pada tahap ia mampu melihat dengan kaca mata dan berdiri di atas sepatunya Sartre. Ia harus menjadi eksistensialis ketika eksistensialisme. Ia juga harus menjadi marxis ketika mempelajari marxisme. Begitu seterusnya agar ia kaya dengan bentukan diri. Jika begini, maka ia telah mencapai tujuan dari filsafat.
Orang tua
Aku pikir orang tua harus merancang peta pendidikan anaknya dan tak menyarahkan jalan pendidikan anaknya begitu saja pada sekolah formal. Tak ada yang lebih membekas daripada pendidikan seorang ayah atau ibu.
Oleh karena itu aku merasa heran dengan orang tua yang ketika ditanya oleh anaknya jurusan apa yang harus ia ambil, ia cuma menjawab "terserah kamu". Orang tua yang menjawab ini memiliki dua kemungkinan:
1. Ia tahu anaknya sudah punya prospek sendiri.
2. Ia sama sekali tak tahu menahu tentang pendidikan dan tak tahu minat bakat anaknya.
Sangat menyedihkan jika jawaban itu karena kemungkinan kedua.
Kairo, 31 Desember 2022
5 notes · View notes
abbasalharik · 1 year
Text
Krisis budaya berpikir
Prof. Mahmud Taufiq Saad adalah sosok yang memiliki watak yang kuat. Pribadi beliau mengingatkanku dengan penyair arab As-Syanfariy ketika ia mensifati dirinya,
ولا خرق هيق كأن فؤاده يظل به المكاء يعلو ويسفل
Beliau pernah menasehati kami para pelajar Asia Timur di salah satu ceramahnya,
"Saya menasehati kalian terkhusus pelajar asia agar kalian biasakan berdiri tegap. Jangan biasakan menunduk-nunduk di depan orang. Termasuk di depan guru-guru kalian!".
Sehabis ceramah, di antara kami ada yang menyeletuk, "duh, bahaya ini nasehatnya" dia terkejut karena nasehat beliau ini bertentangan dengan budaya yang marak di tengah azhar dan juga pendapat fiqh yang mashur.
Sebenarnya, gumamnya itu menunjukkan suatu cara berpikir kebanyakan mayoritas mahasiswa azhar. Budaya belajar kita mencetak manusia-manusia yang bisanya menerima sesuatu dan kemudian dianut begitu saja. Kita terbiasa dengan pola pikir "perkataan guru adalah kebenaran".
Sehingga, ketika mereka menemukan pendapat yang bertentangan, mereka langsung gundah, protes. Padahal kalau mereka diajarkan berpikir, mereka seharusnya bisa membedakan mana yang pendapat pribadi, mana yang ilmu, dan mana yang harus diamalkan atau dianut. Dan nasehat Prof. Mahmud Taufik Saad hanyalah pendapat pribadi. Kalau kita menganggapnya begitu kita tak perlu gundah atau protes.
Dari sini aku rasa, mahasiswa azhar sudah krisis budaya berpikir. Budaya belajar mahasiswa selama ini harus diperbaiki. Karena tujuan pendidikan adalah mencetak manusia bukan hewan gembala.
Kairo, 29 Oktober 2022
1 note · View note
abbasalharik · 1 year
Text
Bukan untuk surga
Aku lama memikirkan ini, sebenarnya untuk apa kita -manusia- bekerja, beramal, dan beribadah? Apakah untuk surga? Untuk kenikmatan perut dan selangkangan lagi?
Akalku menolak tujuan ini. Aku rasa orang-orang yang akalnya matang, sudah meninggalkan dunia materi untuk terbang ke dunia ide. Kenikmatan tertinggi mereka bukan lagi pada lezatnya buah-buahan, nyamannya kasur atau eloknya bidadari surga. Tapi kenikmatan mereka ada pada makna dan ide.
Ketika membayangkan kenikmatan surga, jiwaku merasa kurang puas. Jiwaku seperti tak bersemangat kalau amalku di dunia ini hanya sebagai cara aku mendapatkan kenikmatan surga.
Jiwaku lebih rindu akan indahnya jejak yang akan aku tinggalkan untuk kebaikan alam dan umat manusia.
Jiwaku lebih rindu perjumpaan dengan Nabi, para sahabat dan orang salih. Dan tentunya kenikmatan tertinggi adalah perjumpaan dengan Tuhan dan mendengar ikrar ridha-Nya.
Kata baginda nabi, di surga nanti Tuhan berkata kepada para penduduknya,
"Apakah mau aku tunjukkan kenikmatan yang lebih besar daripada ini?"
"Apakah ada kenikmatan yang lebih besar dari wahai Tuhan kami?" Heran orang beriman.
"Aku meridai kalian dan takkan ada murkaku terhadap kalian selama-lamanya".
Setiap nabi mempunyai satu doa yang takkan tertolak. Dan baginda nabi menyimpan doanya di dunia demi syafaat untuk umatmya di akhirat nanti. Dia berdiri mengantarkan umatnya masuk surga sebelum dirinya.
Di detik terakhir ajal, kepalanya berada di pangkuan Ibunda Aisyah, kemudian sambil mengarahkan telunjuknya ke langit ia berkata,
"Menuju teman tertinggi..."
Setelah itu ia menghembuskan nafas terakhir.
Begitulah cita-cita nabi. Cita-cita setiap insan yang memiliki kematangan akal.
Kairo, 28 Desember 2022
6 notes · View notes
abbasalharik · 1 year
Text
[Bagian 1] Zikir dan Iman
Tumblr media
Saya tiba-tiba teringat dengan hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim dimana Sayyidah Fatimah meminta pembantu pada ayahnya baginda Nabi sallallahu alaihi wa sallam agar pekerjaan-pekerjaan rumahnya menjadi ringan. Tapi, nabi menolak. Kemudian beliau bilang,
أدلك على ما هو أفضل من خادم: تسبحين الله عند النوم ثلاثا وثلاثين، وتحمدين الله عند النوم ثلاثا وثلاثين، وتكبيرينه عند النوم أربعا وثلاثين، فهذا خير لك من خادم
Sebagai gantinya, Nabi sallallahu alaihi wa sallam menyuruh Sayidah Fatimah untuk berzikir sebelum tidur. Setelah mengamalkannya, Sayidah Fatimah tak lagi merasakan letih.
Kita (atau saya saja) pasti bertanya-tanya, masalah yang dihadapi Sayidah Fatimah adalah masalah pekerjaan ('amaliy). Tapi, solusi yang diberikan Nabi malah solusi yang tak ada kaitannya dengan pekerjaan. Bagaimana mungkin hanya dengan menggerakkan mulut rasa letih setelah kerja seharian bisa hilang? Kita mungkin bisa mengerti kalau misalnya Nabi menyarankan agar merutinkan olahraga atau konsumsi makanan tertentu agar stamina tubuh bertambah. Ini kenapa malah zikir?
Setelah sedikit merenung, saya sadar kalau zikir itu bukan sekedar menggerakkan mulut. Tasbih, tahmid, takbir, tahlil, istirja', hauqolah, dan semua zikir punya makna. Dan makna itu adalah makna iman. Imanlah yang memberikan energi.
Iman letaknya di hati. Pemilik iman dalam sejarah selalu menciptakan peristiwa-peristiwa hebat. Seperti kisah peperangan antara pasukan Thalut dan Jalut di Surat Al-Baqarah,
فَلَمَّا جَاوَزَهُۥ هُوَ وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ قَالُوا۟ لَا طَاقَةَ لَنَا ٱلۡیَوۡمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِۦۚ قَالَ ٱلَّذِینَ یَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَـٰقُوا۟ ٱللَّهِ كَم مِّن فِئَةࣲ قَلِیلَةٍ غَلَبَتۡ فِئَةࣰ كَثِیرَةَۢ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِینَ
Walau dari segi logistik pasukan Thalut lemah, tapi kekuatan iman menjadikan mereka kuat. Pasukan Thalut berhasil mengalahkan pasukan Jalut.
Keimanan memberikan suntikan energi pada pemiliknya. Pemilik iman kuat walau secara materi terlihat kurang.
Sedangkan orang yang tak hidup dalam hatinya makna-makna iman akan merasakan kesempitan dan pesimisme dalam hidup. Walau ia kaya secara materi. Dalam Sunan At-Tirmdzi, Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda,
من كانتِ الآخرةُ هَمَّهُ جعلَ اللَّهُ غناهُ في قلبِهِ وجمعَ لَه شملَهُ وأتتهُ الدُّنيا وَهيَ راغمةٌ ، ومن كانتِ الدُّنيا همَّهُ جعلَ اللَّهُ فقرَهُ بينَ عينيهِ وفرَّقَ عليهِ شملَهُ ، ولم يأتِهِ منَ الدُّنيا إلَّا ما قُدِّرَ لَهُ
Dalam Surat Taha,
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِی فَإِنَّ لَهُۥ مَعِیشَةࣰ ضَنكࣰا وَنَحۡشُرُهُۥ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِ أَعۡمَىٰ
Dalam banyak ayat disebut salah satu ciri khas org kafir adalah pesimisme. Di Surat Yusuf,
إِنَّهُۥ لَا یَا۟یۡـَٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَـٰفِرُونَ
Kekuatan Iman yang membuat Nabi Ibrahim berani dilempar ke dalam Api. Kekuatan iman yang membuat Baginda Nabi sallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat bertahan di tengah siksaan bertahun-tahun lamanya di Makkah. Kekuatan iman juga yang membuat seorang Bilal bin Rabah bertahan di bawah terik matahari, di atas pasir panas, dan di bawah himpitan batu.
Kalau pengaruh iman sebesar ini, lalu bagaimana untuk hal sekedar pekerjaan rumah?
Baginda Nabi sallallahu alaihi wa sallam ketika menyuruh Sayidah Fatimah berzikir, sebenarnya beliau bukan tak memberikan solusi. Beliau memberikan solusi yaitu solusi kejiwaan.
[Bagian 2] Keimanan Adalah Energi Terbesar Umat Islam
Semakin hari saya semakin yakin bahwa keimanan adalah energi terbesar umat. Dan energi ini tak dimiliki umat-umat lain.
Setiap orang dari berbagai etnis, ras, dan agama bisa menjadi kaya raya, terkenal, pakar di bidang tertentu, dan meraih kesuksesan materi lainnya. Tapi, satu hal yang membedakan seorang muslim sukses dan seorang non muslim sukses adalah keimanan.
Seorang muslim punya tujuan yang melampaui hal-hal materi. Karena ia beriman pada Allah dan akhirat.
Seorang muslim ketika mengalami kegagalan ia takkan tenggelam dalam kesedihan. Karena ia beriman dengan qada dan qadar.
Seorang muslim ketika ia tak mendapat pujian atau apresiasi atas pekerjaannya ia tak perlu risau. Karena ia bekerja karena Allah. Ada pujian atau tidak itu semua tak mempengaruhi kerjanya.
Kemudian makna-makna iman tadi selalu dicas dengan salat. Sebanyak lima kali sehari semalam seorang muslim diingatkan akan Rab-nya.
Ketika ia mengucapkan takbiratulihram, ia diingatkan bahwa Rabb-nya Maha Besar dari apapun.
Ketika ia membaca surat Al-Fatihah ia diingatkan bahwa setelah kehidupan dunia ada kehidupan akhirat. Ia juga diingatkan bahwa tak ada yang layak dijadikan tempat bergantung dan pertolongan selain-Nya.
Ketika membaca dua kalimat syahadat ia dingatkan lagi dengan identitasnya sebagai seorang muslim pengikut risalah Nabi terakhir Muhammad sallallahu alaihi wa sallam.
Salat itu punya tujuan yang sama dengan zikir. Dalam Surat Taha,
إِنَّنِیۤ أَنَا ٱللَّهُ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّاۤ أَنَا۠ فَٱعۡبُدۡنِی وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِیۤ
Seandainya seorang muslim memahami bacaan-bacaan salatnya, maka itu sudah cukup untuk jadi bekal imannya seharian.
Terkahir, setiap ritual yang disyariatkan dalam islam (salat, zikir, haji, dll) mewujudkan makna iman dan ubudiyah dalam diri manusia. Kemudian dalam bingkai iman dan ubudiyah tadi manusia merealisasikan tujuan utama penciptaanya yaitu memakmurkan bumi. Seperti yang diistilahkan oleh Dr. Abdul Majid An-Najjar: khilafat al ard ala minhaj al ubudiyyah. Dalam Surat Al-Anbiya,
وَلَقَدۡ كَتَبۡنَا فِی ٱلزَّبُورِ مِنۢ بَعۡدِ ٱلذِّكۡرِ أَنَّ ٱلۡأَرۡضَ یَرِثُهَا عِبَادِیَ ٱلصَّـٰلِحُونَ
"Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Aż-Żikr (Lauḥ Maḥfūẓ), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang salih."
Kairo, 2 Desember 2022
2 notes · View notes
abbasalharik · 1 year
Text
Maratib Al-Idrak
Paham tingkatan pengetahuan (maratib al idrak) itu ternyata penting buat kehidupan sehari-hari. Terkhusus di era kemajuan teknologi informasi saat ini.
Misalnya, kemaren ketika berangkat ke kampus, saya bilang ke orang yang kebetulan duduk di sebelah saya,
"Menurut aplikasi perkiraan cuaca, hari ini akan ada hujan badai".
Dia jawab,
"Halah...itu masih ihtimal (mungkin benar, mungkin salah)."
Sekilas perkataannya benar, tapi sebenarnya kurang tepat. Karena tidak semua Ihtimal itu satu tingkat dalam pengetahuan. Ihtimal ada 3 tingkat:
1- kemungkinan salahnya lebih besar (wahm)
2- Kemungkinan benarnya lebih besar (dzonn)
3- Kemungkinan salah dan benarnya seimbang (syak)
Dan perkiraan cuaca di aplikasi memiliki ihtimal: mungkin benar dan mungkin salah. Tapi kemungkinan benarnya lebih besar (dzonn).
Selain itu, kalau kita menganggap segala sesuatu adalah ihtimal dengan arti tak bisa dianggap kebenaran, maka hampir tak ada kebenaran yang bisa kita pegang di dunia ini. Segala sesuatu di dunia akan jadi relatif. Karena kebanyakan nilai-nilai, penelitian sains dan teori-teori pengetahuan punya ihtimal. Tapi, ihtimal nya berada di tingkat dzonn.
Contohya teori bumi bulat. Dulu kita sering dengar di medsos banyak teori yang membantah teori bumi bulat dan menegaskan bahwa bumi itu datar. Bagi orang yang menganggap pengetahuan/informasi itu satu tingkat semua, maka pasti cepat-cepat mengamini teori bumi datar dan membantah teori bumi bulat.
Kemudian, dengan mengetahui tingkatan pengetahuan kita bisa memilah argumen atau bantahan mana yang bisa diperhitungkan dan mana yang tidak. Misal, argumen eksistensi Tuhan. Sejak dulu sampai sekarang dua kubu: teis dan ateis terus saling lempar argumen yang mendukung keyakinan mereka masing-masing. Setiap argumen dibantah dengan argumen lain. Kita sebagai orang yang bertuhan (teis) kalau tak paham tingkatan pengetahuan, mungkin melihat perdebataan tak berujung itu membuat jiwa jadi penuh keraguan. Tapi, dengan mengetahui tingkatan pengetahuan, kita tahu mana argumen/bantahan yang lemah (marjuh) dan mana yang kuat (rajih). Adanya bantahan tak menjadikan sesuatu serta merta salah atau tak layak dianggap sebagai kebenaran.
Memahami tingkatan pengetahuan juga membantu kita bebas dari overthinking. Dalam sehari infomasi yang kita terima bisa lebih dari puluhan. Bahkan berita yang mengisukan satu orang (misalnya) bisa lebih dari hitungan jari dengan berbagai versinya. Tanpa tahu tingkatan ini kita pasti sudah dibuat bingung harus menerima atau menanggapi berita yang mana. Oleh karena itu, memahami maratib al idrak penting bagi kita yang hidup di zaman modern ini.
Kairo, 26 Oktober 2022
5 notes · View notes
abbasalharik · 1 year
Text
Penyakit Materialisme di Mimbar-Mimbar Masjid
Tumblr media
Khatib jumat di dekat asrama adalah khatib terbaik menurut saya setelah Syekh Makki di Masjid Sahabah, Bawwabat. Selain teknik (intonasi, gerakan tangan, mimik wajah), materi khutbahnya juga bernas. Dari khutbahnya nampak kalau dia adalah orang yang banyak baca.
Dan khutbah hari ini adalah salah satu khutbah terbaik. khatib bicara 3 bahaya yang mengancam umat hari ini dan di masa depan. Tiga hal itu adalah: ateisme, penyimpangan seksual dan narkoba. Materi yang esensial dan menyentuh problematika umat.
Tapi, saya punya sedikit kritik terkait khutbah jumat hari ini. Sedikit sekali. Sakin sedikitnya mungkin yang baca tulisan ini agak kesulitan menangkap bagian mana yang dikritik.
Khatib jumat mengisahkan satu kisah yang dirawayatkan oleh Ahmad Syakir (w. 1958 M) dalam bukunya Kalimah Al-Haq. Begini cerita ringkasnya:
Seorang alim dan khatib di Mesir berkhutbah. Kebetulan di antara jamaat waktu itu ada Raja Husein dan Sastrawan Mesir Taha Husein.
Alim tadi melontarkan sebuah syair yang menyanjung Raja Husein dan terkesan merendahkan nabi. Muhammad Syakir (ayah Ahmad Syakir) yang kebetulan hadir waktu itu langsung menyanggah khutbah tersebut. Berita ini sampai ke telinga Raja Husein. Akibatnya, si khatib langsung dicopot dari jabatannya dan dilarang khutbah di berbagai tempat.
Ahmad Syakir sebagai perawi kisah bertutur kalau si khatib ini akhirnya jatuh miskin dan ditemukan gelandangan di pintu-pintu masjid. Kemudian Ahmad Syakir bilang kalau inilah akibat dari merendahkan nabi.
Khatib jumat hari ini sebenarnya mendengar kisah ini dari syekhnya di majelis Muwattho. Khatib bercerita, setelah syekh menceritakan kisah itu, syekh meminta tanggapan murid-muridnya. Maka salah satu yang hadir saat itu angkat tangan dan berkomentar,
"Masalahnya si alim ini kenapa ia tak berbisnis atau membuka usaha saja dan tak hanya bergantung dengan gajinya sebagai khatib.!?"
Syekh yang mendengar itu langsung berseloroh,
"Sungguh Barat telah menjajah bahkan sampai ke majelis ilmu kita".
Khatib jumat melalui kisah di majelis muwattho ingin mengingatkan penyakit materialisme yang menjangkit umat. Buktinya jawaban yang terlontar di majelis tadi.
Tapi kalau kita perhatikan lagi, sebenarnya yang mengajarkan materialisme terlebih dahulu adalah syekh itu sendiri melalui kisahnya. Jelas sekali di kisah itu dampak materi (jatuh miskin) digaris bawahi dengan spidol merah. Syekh, Ahmad Syakir, dan Khatib jumat seolah ingin mengatakan, "lihatlah azab orang-orang yang menghina nabi, mereka jatuh miskin!".
Model berpikir inilah yang memenuhi mimbar-mimbar masjid, diajarkan guru agama dan orang tua sejak dahulu. Nilai dan ajaran agama selalu dipromosikan dengan dampak materi.
Misal, kena longsor gara-gara banyak perzinaan, anak durhaka nanti matinya jadi ikan pari, orang yang makan harta haram nanti matinya dengan perut buncit penuh nanah atau baca surat tertentu buat kaya, rajin salat malam buat tubuh sehat dan bugar. Gaya ceramah model ini yang mengisi mimbar masjid umat dan indonesia (terkhususnya). Dan saya menyaksikannya sendiri waktu pulang ke Indonesia kemaren.
Padahal, Al-Quran ketika mensyariatkan salat, puasa, zakat dan haji selalu menjelaskan hikmah nya secara maknawi.
Salat:
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَاۤءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
[Al-Ankabut 45]
Puasa:
لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
[Al-Baqarah 183]
Zakat:
خُذۡ مِنۡ أَمۡوَ ٰ⁠لِهِمۡ صَدَقَةࣰ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّیهِم بِهَا
[At-Taubah 103]
Haji:
لِّیَشۡهَدُوا۟ مَنَـٰفِعَ لَهُمۡ وَیَذۡكُرُوا۟ ٱسۡمَ ٱللَّهِ فِیۤ أَیَّامࣲ مَّعۡلُومَـٰتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِیمَةِ ٱلۡأَنۡعَـٰمِۖ
[Al-Hajj 28]
Agar jiwa bersih. Bukan badan sehat. Agar mengingat Allah. Bukan biar kaya.
Respon yang terlontar di majelis Muwatto adalah respon yang wajar. Sekaligus kritis. Ya, agar tak jatuh miskin caranya belajar perencanaan finansial, bisnis, investasi, kerja. Kalau ingin dapat nilai bagus adalah dengan belajar. Rasanya tak ada orang berakal yang menolak kaedah ini.
Trus Allah kamu kamu letakkan dimana?
Allah selalu kita ingat selama kita terus melaksanakan salat lima kali sehari semalam. Selama dua kalimat syahadat terus kita pegang erat.
Kita ingat Allah dengan cara memperhatikan aturan-aturan-Nya. Ketika bekerja, bekerja dengan jujur dan tak zalim. Ketika berbisnis, berbisnis dengan yang halal. Ketika ujian tak curang. Ketika sudah mengerahkan seluruh usaha tapi tetap gagal, maka ingat qadha dan qadar Allah. Beginilah makna hakiki dari mengingat Allah. Itulah mengapa disyariatkan salat lima kali sehari semalam. Agar hati manusia terus terpaut dengan Sang Pencipta. Ketika hati terpaut dengan-Nya, ia akan terdorong untuk meninggalkan larangan-Nya dan bersegera melakukan perintahnya-Nya.
Itulah beda orang yang ingat Allah dan tidak. Antara beriman dan yang tidak beriman. Mereka yang tidak ingat Allah mungkin dalam bekerja bisa saja menghalalkan segala cara. Ketika mereka gagal dalam usaha, mereka akan putus asa. Pikiran mereka terbatas pada materi. Karena bagi mereka hidup itu cuma satu kali. Dan kebaikan itu cuma materi. Mereka tak mengenal istilah pahala, berkah, rahmat, dan ampunan Allah.
Setiap manusia berkesempatan menjadi kaya raya. Setiap manusia berkesempatan jadi orang sukses. Tapi yang membedakan seorang muslim adalah mereka punya prinsip-prinsip yang tak terima kompromi (tsawabit). Selain itu mereka punya pandangan jauh melampaui hal-hal materi. Karena mereka beriman pada Allah dan hari akhir serta mereka memiliki syariat yang mengatur kehidupan mereka. Oleh sebab itu dalam Al-Quran orang yang tak beriman memiliki hidup yang sempit,
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِی فَإِنَّ لَهُۥ مَعِیشَةࣰ ضَنكࣰا وَنَحۡشُرُهُۥ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِ أَعۡمَىٰ
[Tha-Ha 124]
Hal-hal maknawi mengambil porsi besar dalam agama. Agama ada agar mendidik sisi ruhiyyah dan mengikis kotoran-kotoran materialisme dari jiwa manusia. Dalam Al Quran sediri dikatakan,
قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ۝ وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا
[Asy-Syams 9 - 10]
Dua ayat ini kata para ulama menjadi salah satu tujuan utama penciptaan manusia. Yaitu mensucikan diri. Dan agama ada untuk merealisasikan tujuan-tujuan penciptaan manusia.
Masalahnya, kebanyakan orang adalah hamba oportunis. Mengingat Allah ketika susah saja. Berdoa ketika ada maunya saja. Allah baginya hanya di masjid dan di tikar sajadah. Baginya agama adalah jembatannya meraih dunia. Agama malah menyuburkan benih-benih materialisme dalam dirinya.
Kalau kita resah dengan penyakit materialisme yang menjangkiti umat, mungkin salah satu yang berkontribusi menebar penyakit ini secara tak sadar adalah para penceramah yang banyak tahu tapi kurang hikmah.
Kairo, 30 September 2022
7 notes · View notes
abbasalharik · 2 years
Text
Adil Sejak Dalam Pikiran
Imam Abu Hamid Al-Ghazali salah satu intelektual islam yang menjunjung tinggi nilai inshaf. Beliau paling pantang terhadap sikap hantam kromo.
Itu terbukti di banyak tulisan beliau. Berikut saya nukil di antaranya:
1- Dari Al-Munqiz ketika beliau mengkritik filsafat dan pelakunya. Beliau menyebut dua penyakit ketika seorang berhadapan dengan filsafat: menerima secara buta dan menolak secara buta.
Yang tepat kata beliau adalah sikap pertengahan (kritis).
"...وتحتم تعريفه ان قرب الجوار بين الزيف والجيد لا يجعل الجيد زيفاً، كما لا يجعل الزيف جيدا، فكذلك قرب الجوار بين الحق الباطل، لا يجعل الحق باطلاً، كما لا يجعل الباطل حقا، فهذا مقدار ما أردنا ذكره من آفة الفلسفة وغائلتها "
2- Dari Al-Iqtisad fi Al-I'tiqad. Beliau menunjukkan gimana menimbang antara akal dan syariat.
"إن من ظن من الحشوية وجوب الجمود على التقليد، واتباع الظواهر ما اتوا به إلا من ضعف العقول وقلة البصائر، وإن من تشغل من الفلاسفة وغلاة المعتزلة في تصرف العقل حتى صادموا به قواطع الشرع، ما أتوا به إلا من خبث الضمائر، فميل أولئك إلى التفريط وميل هؤلاء إلى الإفراط، وكلاهما بعيد عن الحزم والاحتياط، بل الواجب المحتوم في قواعد الاعتقاد ملازمة الاقتصاد والاعتماد على الصراط المستقيم..."
Ini baru sebagian dari tulisan-tulisan beliau. Kalau mau kita riset, mungkin bisa ketemu banyak sampai bisa jadi tulisan tersendiri. Mungkin nanti judulnya:
"Prinsip-prinsip yang harus dimiliki seorang intelektual menurut Imam Al-Ghazali"
Kairo, 6 Juli 2022
1 note · View note
abbasalharik · 2 years
Text
Meneladani Fakhr Ad-Din Ar-Razi
Imam Fakhr Ad-Din Ar-Razi adalah ulama yang patut dijadikan teladan bagi setiap akademisi, intelektual, dan semua orang yang bergumul dalam dunia pemikiran. Dia memberikan kita prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang akademisi.
Salah satu prinsip itu adalah:
Hendaknya seorang akademisi sebelum menghukumi sebuah kelompok atau pemikiran, ia mempelajari argumen kelompok itu sampai tuntas.
Imam Fakhr Ad-Din Ar-Razi dalam banyak karyanya menerapkan ini. Sebut saja kitab tafsirnya Mafatih Al-Ghaib. Dalam kitab ini beliau sering sekali membantah pemikiran suatu kelompok setelah membeberkan argumen mereka dengan detail. Bahkan, beliau sendiri berujar bahwa ia membeberkan seluruh argumen lawan sampai lawan sendiri tak sanggup untuk menambahkan argumennya. Akibatnya manhaj beliau ini, Imam Sirajuddin As-Sirmiyahi Al-Maghribi mengkritik:
"...ويقول : يورد شبه المخالفين في المذهب والدين على غاية ما يكون من التحقيق، ثم يورد مذهب أهل السنة والحـق على غاية من الوهاء..."
(At-Tafsir wal Mufassirun, Prof. Husein Adz-Dzahabi)
Mencoba menyelamatkan Ar-Razi, Imam An-Najm At-Thufi menyebutkan alasan Imam Ar-Razi melakukan itu:
"...قال الطوفي: ولعمري، إن هذا دأبه في كتبه الكلامية والحكمة، حتى اتهمـه بعض الناس، ولكنه خلاف ظاهر حاله؛ لأنه لو كان اختار قولا أو مذهبا ما كان عنده من يخاف منه حتى يستر عنه، ولعل سببه أنه كان يستفرغ أقوالا في تقرير دليل الخصم، فإذا انتهى إلى تقرير دليل نفسه لا يبقى عنده شيء من القوى، ولا شك أن القوى النفسانية تابعة للقوى البدنية، وقد صرح في مقدمة نهاية العقول : أنه مقرر مذهب خصمه تقريراً لو أراد خصمه تقريره لم يقدر على الزيادة على ذلك.اهـ."
(At-Tafsir wal Mufassirun, Prof. Husein Adz-Dzahabi)
Ya, karena jika seorang merasa berada dalam kebenaran maka ia tak perlu segan apalagi takut menghadapi lawannya. Keyakinan yang takut untuk diuji bukanlah keyakinan. Tapi, kepura-puraan (baca: pura-pura yakin).
Dari Ar-Razi kita belajar bahwa di antara sikap yang harus dihindari seorang akademisi adalah sikap apriori. Apriori adalah sikap menghukumi sesuatu sebelum mempelajarinya. Sikap ini yang membuat banyak akademisi jatuh dalam kekeliruan.
Kairo, 3 Juli 2022
0 notes
abbasalharik · 2 years
Text
Sumber Primer
Membaca sumber primer itu penting, terutama bagi seorang akademisi. Karena itu yang membedakan pakar dan non pakar. Selain itu, misalkan saya mencukupkan diri d buku-buku Yusuf Al-Qaradhawy, maka pengetahuan saya akan berada di bawah beliau. Tak akan sama apalagi lebih. Apa yang saya pahami takkan melebihi apa yang beliau pahami. Takkan ada pembacaan kritis dan pengembangan dari informasi-informasi yang saya terima dari buku-buku beliau.
Jadi, jika Anda ingin memiliki akal seorang penulis buku, tokoh intelektual/pakar tertentu, maka baca apa yang mereka baca.
Saya menemukan para intelektual klasik islam seperti Imam Al-Asnawi (772 H) mampu mensyarah sekaligus mengkritik Minhajul Wusul karya Imam Al-Baidhawi (685 H) karena ia membaca apa yang dibaca Imam Al-Baidhawi.
Itu nampak sekali ketika beliau menyebut kitab-kitab seperti Al-Mustasfa , Al-Hasil, Al-Mahsul, Al-Ihkam, Al-Mukhtasar, dll.
Katika Anda mampu membaca apa yang dibaca para intelektual, saat itu Anda menggenggam akal mereka.
Tips: Kalo baca buku, kitab, bahkan diktat kuliah usahakan selalu cek mawaridul musannif atau referensi penulis.
Kairo, 24 Juni 2022
2 notes · View notes
abbasalharik · 2 years
Note
Gimana sih buat maksa diri biar bisa lebih tersusun dan terarah, apakah sejatinya manusia butuh keterpaksaan atas segala permulaan? Dan bagaimana cara memaksa diri yg baik?
Perlu dipaksa, karena kita ga tahu apa2 sebelum melakukan sesuatu. Misal, saya ingin belajar sejarah. Tapi, saya ga tahu apakah mempelajari sejarah seru atau bermanfaat bagi saya. Oleh karena itu, satu2nya cara adalah memaksakan diri. Paksaan cuma sebagai pemantik di awal.
Salh satu metode "memaksakan diri" y baik itu adalah metode Mel Robbins. Namanya 5 Seconds Rules. Bukunya ada n video2 beliau di yt juga.
0 notes
abbasalharik · 2 years
Text
Bangunan sebuah karya
Kita semua belajar dari pertualangan intelektual manusia selama berabad-abad. Iterasi, inovasi hingga disrupsi saat ini adalah hasil dari tangga penemuan-penemuan pendahulu. Para seniman dunia sebagian besar berkarya dengan melihat karya-karya yg ada sebelumnya lalu menjadikannya lebih baik.
Jika pemikiran filsuf Islam Al-Farabi dipengaruhi oleh plato, maka plato dipengaruhi oleh Socrates, Socrates oleh kaum Sofis, kaum Sofis oleh Heraklitus.
Manusia saling mempengaruhi antar lintas generasi di segala bidang. China saling mempengaruhi dalam perkembangan bisnis mereka, Jepang saling mempengaruhi kedisiplinan mereka, dan Indonesia saling mempengaruhi membentuk budaya gotong royongnya. Elon Musk bersama Tesla dan X-Spacenya, harus berterima kasih pada Toyota, Suzuki, Mercedes Benz, Pekerja Aspal, Thales sebagai penemu aktivitas listrik, dan masyarakat Amerika yang memaksa jiwa kompetisinya terus berinovasi dan mendisrupsi.
Pemikiran semacam ini sudah lama dibahas seperti Erich From dalam bukunya “ Memiliki dan Mengada”, juga seniman Salvador Dali pernah berkata “ Mereka yang tidak ingin meniru sesuatu, tidak akan menghasilkan apa-apa ”. Olehnya itu, kata “ Memiliki ” sudah agak pantas untuk manusia; yang berarti bersifat tidak murni dan sementara. Sebaliknya, “ Menciptakan ” hanya untuk Tuhan.
Melalui tulisan ini, aku mengobati diriku yang berusaha memunculkan rasa sombong atas kepemilikan sebuah karya.
10 notes · View notes
abbasalharik · 2 years
Text
Ilmu dan hikmah
Muhammad Al-Ghazali adalah salah satu ulama yang berhasil memadukan ilmu dan hikmah. Ia tahu bagaimana ilmu seharusnya diletakkan. Misalnya, ketika ia ditanya seorang,
"Apa hukum orang yang sengaja meninggalkan salat?"
Dalam ilmu fiqh jelas haram. Dan pelakunya berdosa besar. Tapi, beliau menjawab,
"Hukumnya ialah kamu menarik tangannya untuk kemudian membawanya bersamamu ke masjid".
Suatu hari seorang bertanya pada Ibnu Abbas,
"Apakah ada taubat untuk pelaku pembunuhan?"
Beliau jawab,
"Tidak"
Tak lama, datang orang lain yang bertanya dengan pertanyaan yang sama,
"Apakah ada taubat untuk pelaku pembunuhan?"
"Ada" jawab Ibnu Abbas.
Orang yang duduk bersama Ibnu Abbas saat itu heran dengan jawaban beliau yang berbeda. Kemudian ia bertanya kenapa beliau menjawab dengan jawaban yang berbeda. Ibnu Abbas berkata,
"Aku melihat orang pertama datang dengan niat membunuh, maka akupun menghalangi niatnya. Adapun orang kedua datang dengan penyesalan karena ia telah membunuh, maka aku tak ingin dia berputus asa."
Riwayat Ibnu Abbas ini saya temukan di Al-Majmu' karya Imam An-Nawawi.
Kairo, 24 Mei 2022
0 notes
abbasalharik · 2 years
Text
Tugas Menulis Bagi Mahasiswa
Tumblr media
Hari ini munaqasyah kecil-kecilan sama Dr. Jad Makhluf, dosen Nahwu kami.
"Amburadul..."
"Bahst itu ga sekedar nukil perkataan orang lain..."
"Nulis bahst perlu usaha yang besar..."
"Kamu mah pengen enaknya aja..."
"Muqoddimahnya udah bagus..."
Itu sebagian catatan yang beliau berikan terhadap bahst yang ku kebut kurang dari sehari.
Beliau pernah bilang, saya kasih kalian tugas bahst biar kalian tahu cara bermuamalah dengan kitab-kitab turast, memberikan komentar, dan mengumpulkan pendapat-pendapat dari berbagai sumber. Bahst juga buat kalian membaca. Ketika kalian membaca, kalian akan merasa sedikit ilmu. Akhirnya, kalian terus mencari dan mencari
Menurut saya bahst ini yang membedakan pembelajaran di kuliah dan talaqqi. Tanpa bahst, memang hadir kuliah kurang berguna. Konsep belajar satu arah sudah digantikan oleh majelis talaqqi. Bahkan, lebih unggul. Ga heran kalau mahasiswa lebih memilih tak hadir kuliah.
Ketika guru memberikan tugas karya tulis ilmiah yang kita sebut bahst/makalah/paper, sebenarnya mereka sedang mengajarkan kita menggunakan alat pancing. Dengan itu, kita ga terlalu bergantung dengan guru di kelas. Tapi, kita bisa mencari sendiri, mutolaah lebih banyak.
Judul-judul bahst tak perlu terlalu fantastis seperti judul skripsi anak-anak PTN agama sana. Cukup comot bab tertentu di matkul tertentu. Misal, seperti bahst yang baru saja saya tulis. Judulnya beliau pilihkan dari salah satu bab di muqorror kami yaitu hukm al-'atf ala adh-dhomir al-majrur.
Beliau juga kasih bocoran rujukan-rujukan yang perlu kami baca. Seperti Al-Bahr Al-Muhith karya Abu Hayyan, Al-Insaf fi Masail Al-Khilaf karya Ibn Al-Anbary. Selebihnya, beliau persilahkan cari sendiri.
Perlu di tekankan, satu hal yang tak kalah penting dari bahst itu sendiri yaitu munaqasyah dari dosen. Kalau sekedar nulis trus kumpul, dapat nilai, ga ada gunanya nulis bahst. Karena kita ga belajar apa-apa.
Oleh karena itu, saya juga ga setuju dengan tugas bahst yang cuma jadi penambah nilai semester. Persis seperti bahst masa-masa awal pandemi kemaren.
Hal ini perlu dibiasakan kalau kampus ingin mengubah budaya belajar selama ini. Karena sampai hari ini budaya belajar di kelas saya bikin elus-elus dada. Di hari pertama term dua, salah satu dosen sudah ngomongin soal ujian. Dan Ramadhan ini, teman-teman di kelas, terutama teman-teman pribumi mengasut mahasiswa sekelas buat ga usah hadir sampai habis ied nanti. Selain karena berat hadir kuliah sambil puasa, mereka bilang agar tahdid-an muqorror ga terlalu banyak. Mereka ga tahu aja kalau di fakultas pertanian Azhar (kebetulan punya teman yang sedang kuliah di sana), mereka ada 4 tugas bahst. Jumlah halamannya pun ga 5 atau 7 halaman. Tapi, 20, 30, 40 halaman. Bahkan, mereka ada ujian juga di Ramadhan ini. Kita aja yang lemah dan terlalu manja. Dan ngapain kuliah kalau cuma buat ujian?
Kairo, 17 April 2022
1 note · View note
abbasalharik · 2 years
Text
Gimana Membaca Al-Quran Dengan Benar?
Tumblr media
(ٱلَّذِینَ ءَاتَیۡنَـٰهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ یَتۡلُونَهُۥ حَقَّ تِلَاوَتِهِۦۤ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ یُؤۡمِنُونَ بِهِۦۗ وَمَن یَكۡفُرۡ بِهِۦ فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡخَـٰسِرُونَ)
"Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." [Surat Al-Baqarah 121]
Para ulama tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan "haqut tilawah" (bacaan yang banar) dalam ayat ini adalah menghalalkan apa yang dihalalkan Quran dan mengharamkan apa yang diharamkannya. Atau singkatnya mengamalkan kandungannya.
Tapi, kita kan sebagai orang awam ga paham bahasa arab dan usul fiqh, lalu gimana kah caranya?
Caranya adalah belajar fiqh, aqidah, dan akhlaq. Kita ga perlu capek-capek mencari apa saja yang dihalalkan dan diharamkan di Al-Quran. Karena ulama dengan kapasitas mereka yang luar biasa sudah memberikan kita produk instan. Mereka sudah mengeluarkan sari-sari Al-Quran dalam disiplin-disiplin ilmu tiga tadi. Oleh karena itu, belajar fiqh, belajar aqidah, dan akhlaq adalah cara kita membaca Al-Quran dengan benar.
Saya tahu, di benak orang-orang yang mengkampanyekan tahfiz, pengajaran ilmu yang 3 ini sudah diwakilkan oleh institusi-institusi pendidikan islam (madrasah negri atau swasta). Tapi, saya ingin cerewet atau semangatnya kita menyuruh anak-anak untuk belajar fiqh (misalnya) sama atau lebih dari semangat kita menyuruh anak-anak ngafal Quran.
Ga terbayang kalau ada orang yang hafal quran 10 juz, 20 juz, 30 juz tapi ga paham rukun-rukun salat. Saya katakan paham ya, bukan tahu. Karena beda paham dengan tahu. Misal, kita sama-sama tahu kalau niat itu rukun salat. Tapi niat yang seperti apa dulu. Dalam salat misalnya, di Mazhab Syafii niat itu sah ketika mengandung 3 hal: niat salat, jenis salatnya, dan kewajiban salat tersebut. Kemudian 3 hal ini harus dihadirkan bersamaan dengan takbiratul ihram.
Dalam realita, mungkin banyak yang lalai dengan perkara niat ini. Terutama masa-masa Ramadhan yang di sana kita banyak melakukan salat. Saking seringnya salat sampai lupa bedain antara Salat Isya dan Tarawih. Dan baru ingat di tengah salat kalo ternyata salat yang ia sangka salat tarawih ternyata adalah Salat Isya. Nah, salat seperti ini ga sah. Karena ia meninggalkan satu rukun terpenting dalam salat yaitu niat. Kalau begini dia wajib mengulang salatnya.
Menurut saya pengajaran fiqh, aqidah dan akhlaq ini semakin penting bagi orang-orang yang sudah tamat jenjang SLTA. Karena anak-anak seusia ini biasanya mulai hidup mandiri, punya pikiran sendiri, mulai mengeksplor dunia lebih luas dan tentu tantangan-tangan hidup mereka lebih banyak. Dan di saat itulah pondasi-pondasi islam semakin diperlukan.
Kita semua mungkin dari kecil sudah diajarkan rukun-rukun salat, rukun islam, rukun iman, akhlaq, dll. Bahkan kita di Indonesia punya tradisi ngaji yang menarik yaitu didikan subuh. Di sana materi-materi fiqh, aqidah dan akhlaq diulang-ulang.
Tapi, jujur saja itu semua tak memberikan efek mendalam pada anak-anak karena berbagai faktor. Di antara faktornya adalah di usia segitu anak-anak belum memiliki kesadaran tinggi dalam beragama. Berbeda ketika sudah dewasa nanti. Cara pikir mereka lebih dewasa dan mereka juga memiliki kesadaran yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pengajaran dasar-dasar islam perlu diulang dan menjadi begitu penting ketika anak-anak beranjak dewasa.
Jadi, apakah kita sudah membaca al-quran dengan benar?
Kairo, 28 April 2022
2 notes · View notes