#lafrida | Explore Tumblr Posts and Blogs

aanay22-blog · 5 years

Text

PERAN GURU DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING GUNA MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK USIA REMAJA

Pengampu : Dr. Sigit Mangun Wardoyo, S. Pd, M. Pd Disusun oleh:

Nama : Anayoperta Lafrida Oktaviana

NIM : C1L017040

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Angkatan : 2017

KEMENTRIAN RISET TEKHNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

TAHUN 2018

A. PENDAHULUAN

Guru berperan dalam memberikan penguasaan diri dalam rangka pembentukan kepribadian peserta didik, perencanaan masa depan dan membantu mengatasi kesulitan yang dialami peserta didik. Tanggung jawab guru adalah membantu peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara maksimal. Potensi peserta didik yang harus dikembangkan bukan hanya menyangkut masalah intelektual dan keterampilan, melainkan menyangkut seluruh aspek kepribadian. Sehubungan dengan itu, guru tidak hanya dituntut untuk memiliki pemahaman atau kemampuan dalam bidang akademik tetapi juga dalam bidang bimbingan dan konseling.

Seperti yang di sebutkan oleh Sanjaya (2006) bahwa salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing yang baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Dengan memahami konsep-konsep bimbingan dan konseling, guru diharapkan mampu berfungsi sebagai fasilitator perkembangan peserta didik, baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional, sosial, maupun mental spiritual.

Kehadiran dan peran guru dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat diperlukan agar layanan bimbingan konseling itu dapat berlangsung dengan baik dan dapat membuahkan hasil maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perkembangan emosi peserta didik usia remaja (SMA) ?

2. Seberapa penting kecerdasan emosional bagi peserta didik ?

3. Apa saja peran guru dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling ?

C. KAJIAN TEORI

1. Guru

a. Pengertian Guru

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 377), yang dimaksud dengan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Mulyasa (2003 : 53) berpendapat bahwa, pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Ahmad Tafsir, dalam bukunya “Ilmu pendidikan dalam perspektif Islam” (1994 : 74) mengartikan guru ialah pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid, biasanya guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran di sekolah.

Jadi dapat disimpulkan bawa guru adalah profesi seseorang sebagai pendidik yang memberikan pelajaran kepada peserta didik dengan memaksimalkan seluruh kemampuannya untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional.

b. Peran Guru

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Peserta didik memerlukan peran seorang guru untuk membantunya dalam proses perkembangan diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Mulyasa (2007 : 37) mengidentifikasikan sedikitnya sembilan belas peran guru dalam pembelajaran. Kesembilan belas peran guru dalam pembelajaran yaitu, guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansivator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator.

2. Bimbingan Konseling

Menurut Prayetno, dkk (2004:2), bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi,bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Menurut Azzet (2013:11), bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan kepada anak didik agar dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertindak dengan baik sesuai dengan perkembangan jiwanya. Upaya ini dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.

Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan bagi peserta didik, baik perorangan maupun kelompok agar mereka bisa mandiri dan berkembang secara optimal, baik dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan jenis kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif, sistemik, dan sistematik dalam memfasilitasi dan menginisiasi peserta didik untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat peserta didik dalam lingkungannya.

3. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.

Goleman (2000:180) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan. Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000:50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.

Menurut Goleman (2002:512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

D. PEMBAHASAN

1. Perkembangan Emosi Peserta Didik Usia Remaja (SMA)

Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan atau masa transisi antara masa anak ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perkembangan yang pesat mencapai kematangan fisik, sosial, dan emosi. Pada masa ini dipercaya merupakan masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingkungannya. Perubahan-perubahan fisik yang dialami remaja juga menyebabkan adanya perubahan psikologis. Hurlock (1973: 17) disebut sebagai periode heightened emotionality, yaitu suatu keadaan dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi atau tampak lebih intens dibandingkan dengan keadaan normal. Emosi yang tinggi dapat termanifestasikan dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti bingung, emosi berkobar-kobar atau mudah meledak, bertengkar, tak bergairah, pemalas, membentuk mekanisme pertahanan diri. Emosi yang tinggi ini tidak berlangsung terus-menerus selama masa remaja. Dengan bertambahnya umur maka emosi yang tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil.

Masa remaja di anggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun, antara lain :

1. Pemberontakan remaja merupakan pernyataan-pernyataan / ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak ke dewasa

2. Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tua mereka.

3. Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak di antara mereka terlalu tinggi menafsir kemampuan mereka sendiri dan merasa berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu

2. Pengembangan Kecerdasan Emosional

Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada factor kematangan dan factor belajar (Hurlock, 1960: 266). Selain kedua hal tersebut, perkembangan emosi juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kehidupan atau kultur.

Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media masa atau keseluruhan latar belakang pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.

Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan factor-faktor eksternal yang seringkali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. Pelakuan saudara serumah, orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosioanal anak.

Hal penting dari kecedasan emosional yaitu kecerdasan emosional akan melahirkan seseorang menjadi pribadi yang bijaksana, mampu mengontrol diri dan peka terhadap lingkungan sekitar. Oleh sebab itu merupakan suatu hal yang aneh jika orang tua hanya memperhatikan kecerdasan anak dilihat dari nilai prestasi belajarnya saja. Tak sedikit orang tua yang memiliki anak yang cerdas secara intelegensia, prestasi akademik yang tinggi, tetapi tidak hormat pada orang tua. Kesehariannya dihabiskan hanya untuk membaca buku saja, tanpa mampu membaca lingkungan sekitar. Bisa jadi anak seperti itu menjadi kutu buku bagi kecerdasannya, tetapi jadi kutu loncat bagi masyarakat.

Ciri anak yang memiliki kecerdasan emosianal yang baik adalah :

1. Anak yang memeiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengontrol emosi, mengendalikan diri.

2. Bijaksana dalam mengungkapkan perasaan kepada orang lain.

3. Dapat mengatur suasana hati sehingga tidak mengganggu orang lain.

4. Lebih berempati terhadap orang lain

5. Optimis dan mampu mengatasi masalah dalam dirinya dengan baik

6. Memiliki jiwa kemandirian yang kuat

Kecerdasan emosional memegang peranan penting dalam kesuksesan anak. Anak yang penyabar, santun, menghargai orang lain, akan lebih disukai dan teman dan lebih mudah berteman dibandingkan dengan anak yang cerdas tetapi sombong dan tidak menghargai orang lain.

Goleman (1955) dan Saphiro (1977) mengatakan bahwa sesungguhnya IQ dan EQ itu tidak saling berlawanan namun keduanya menggambarkan konsep yang berbeda. Dalam kehidupan nyata secara dinamis keduanya saling berhubungan, namun kecerdasan kognitif tidak berhubungan dengan pemantauan emosi seseorang.kecerdasan kognitif bukan jaminan keberhasilan social seseorang. Banyak yang pandai memiliki gelar yang panjang, tetapi tidak ditunjang sikap yang terpuji. Kehidupan emosi banyak mempengaruhi kecerdasan kognitif. Semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang maka sikapnya terhadap lingkungan akan semakin peduli dan tentu saja semakin menguntungkan bagi lingkungannya.

Alasan mengapa anak yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi akan berhasil dalam belajar adalah sebagai berikut :

1. Anak mampu memotivasi sendiri. Anak tidak perlu diatur karena sudah mapu mengatur sendiri jadwalnya. Menyadari pentingnya belajar bukan karena orang lain, tetapi karena dirinya sendiri

2. Pandai. Umumnya anak yang secara emosi cerdas, juga mampu mengoptimalkan potensinya karena didorong oleh motivasi yang besar. Tidak akan berarti jika kecerdasan kognitif yang tinggi tetapi malas belajar dan tidak konsentrasi.

3. Memiliki minat. Anak yang cerdas secara emosional, sejak dini sudah mengerti keinginannya dan lebih terarah dalam melakukan tuga-tuganya.

4. Mampu membaur diri di lingkungannya. Terampil dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

3. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Membantu Mengembangkan Kecerdasan Emosional Peserta didik

Pelaksanaan bimbingan dan konseling dilakukan oleh konselor. Merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru pembimbing sepertinya tela dinobatkan sebagai “konselor”. Posisi konselor secara profesional dinyatakan “setara” dengan guru, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaswara, fasilitator dan instruktur. Memang, dalam realitasnya aktivitas konseling dilakukan oleh guru BK. Bukan tidak mungkin, secara pragmatis fungsi konseling ini bisa dilakukan oleh guru atau kepala sekolah, meski dalam kinerja sangat mungkin tidak seperti konselor sesungguhnya.

Dalam mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik, peran guru sangatlah penting karena guru adalah orang tua peserta didik di sekolah. Adapun peran guru dalam mengembangkan kecerdsan emosional anak tersebut adalah :

1. Mengajarkan anak untuk mengenali perasaannyasendiridan membiarkan mereka mengungkapkan perasaannya secara sehat, misalnya bukan menunjukan marah yang ditahan tetapi tunjukan marah yang perlu dipelajari pengendaliannya.

2. Melatih anak mengekspresikan perasannya dengan baik.

3. Melatih anak mengenali perasaan orang lain

4. Melatih naka untuk selalu bersabar tidak mengikuti dorongan emosi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melatih mengembangkan emosi anak :

1. Hindari kritik dan komentar yang mengolok-olok

2. Perhatikan sikap anak yang positif bukan yang negatifnya saja

3. Berempati

4. Jangan mencoba mamaksakan pemecahan kita pada masalah anak

5. Sebanyak mungkin memberikan pilihan yang konkret sambil menghormati keinginan anak sehingga anak akan lebih dapat memutuskan dengan lebih tenang

6. Bersabar, hindari sikap selalu marah dan tidak sabar.

E. PENUTUP

Tingkat kecerdasan emosional tiap individu bervariasi, namun pada dasarnya kemampuan emosional seseorang dapat di tingkatkan melalui proses dan tindakan tertentu. Emosi merupakan keadaan psikologis yang cukup sulit untuk dikontrol, namun tetap perlu di organisir dengan baik sehingga tidak terjadi gangguan yang berbahaya dalam proses perkembangan peserta didik. Orang tua maupun pendidik tidak mungkin selalu mengawasi perkembangan dan tingkah laku peserta didik setiap waktu, selain itu peserta didik pasti akan merasa terganggu dan merasa terbelenggu jika terus menerus diawasi. Mengingat hal tersebut, maka perlu di berikan pemahaman tentang kondisi psikologis dirinya sendiri, serta perlu di berikan arahan dalam menanggapi suatu permasalahan tanpa harus memaksakan kehendak pribadi. Keterbukaan dalam mendengarkan keluhan siswa dan memberikan dukungan moril yang cukup, akan membantu siswa dalam menghadapi transisi sehingga mampu mencapai kondisi emosional yang stabil.

F. DAFTAR PUSTAKA

Azzet, & Akhmad, M. (2013). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Danim, S. (2007). PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (5 ed.). Bandung: Alfabeta CV.

Depdiknas. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia (3 ed.). Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Djumhur, I. (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV Ilmu.

Goleman, D. (2000). Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, D. (2002). Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional (Mengapa E lebih penting daripada IQ). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hurlock, E. B. (1973). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (1960). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetans; Konsep, Karakteristik dan implementasi. Bandung: Remaja Rosada Karya.

Mulyasa, E. (2007). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosada Karya.

Prayetno, d. (2004). Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdiknas.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tafsir, A. (1994). Ilmu Pendidikan Prespektif Islam. Bandung: Remaja Rosada Karya.

1 note · View note

virginiaovers · 6 years

Text

5 All-Inclusive Mexican Hotels and Resorts Ideal for Foodies

Mexico is a great holiday destination. Whether you’re looking for an adventure-filled vacation through the jungle, a culture trip visiting ancient archaeological sites or a romantic honeymoon in its paradisiacal beaches, Mexico has a touristic offer fit for everyone. But let’s not forget one of the best things Mexico has: its food. In fact, since 2010 Mexican cuisine is considered an Intangible Cultural Heritage of Humanity by UNESCO. So if you want to enjoy some of its local specialties while vacationing, stay at one of these all-inclusive Mexican hotels and resorts ideal for foodies.

Pueblo Bonito Pacifica Golf & Spa Resort

Una publicación compartida de PuebloBonito Golf & Spa Resort (@pueblobonito) el 16 Mar, 2018 a las 8:18 PDT

This adults-only resort located in Cabo San Lucas is the perfect retreat for foodies. You can satisfy any of your cravings all day long at The Market at Quivira. This great food hall holds restaurants from diverse cuisines as well as on-the-go food stalls. If, on the other hand, you prefer a more elegant setting inside Pueblo Bonito Pacifica resort, go dine at the awarded LaFrida restaurant for some gourmet Mexican food. Furthermore, you can participate every Wednesday in the new Hook & Cook activity alongside Chef Octavio Hernandez. You will be able to fish your own food and then see the Chef prepare a ceviche table just in front of you. And then eat it, of course!

Grand Velas Los Cabos

Una publicación compartida de Ocean Blue Magazine (@oceanbluemagazine) el 14 Jun, 2017 a las 8:05 PDT

The Grand Velas resort in Los Cabos is also a nice destination for food-lovers. In fact, you might already know about this hotel thanks to their $25K taco. Yes, you’ve read correctly.

TAKEAWAY: In February 2017, Grand Velas’ Mexican restaurant created the world’s most expensive taco. To get to this price, the taco was filled with premium ingredients like Kobe beef, Almas Beluga caviar, and black truffles. Then, it was served in a gold flake infused tortilla. Finally, if you were feeling generous, you could accompany it with a special tequila for a mere additional $150K.

You can also eat at this resort (without being a millionaire) at their contemporary Mexican food restaurant called Frida. Finally, visit their Tequila & Mezcal tasting room for some amazing drinks or for a tequila and mezcal tasting class.

Moon Palace Cancun

Located in the northernmost part of the Riviera Maya the Moon Palace welcomes guests looking for a calm beachside complex not too far from the city of Cancun. Honoring the ancient Mayan heritage of this area, their main Mexican food restaurant is called Riviera Maya. It is specialized in traditional Mayan cuisine, and you can have a bite there for breakfast, lunch or dinner. Their dishes are based in simple yet delicious ingredients used by the Maya civilization such as chocolate, avocado, corn tortillas and tamales. Both their food and their decoration will immerse you into this legendary local culture.

Beloved Playa Mujeres

Una publicación compartida de Beloved Hotels (@belovedhotels) el 11 Sep, 2015 a las 4:58 PDT

Beloved Playa Mujeres is an adults-only boutique hotel north of Cancun, just in front of Isla Mujeres. The Lupita restaurant is the star of their culinary offer. It serves a variety of traditional Mexican flavors with a contemporary touch. The uniqueness of this restaurant is that they offer several set menus based on the local food of different Mexican states. This way, you can have a taste of the specialties from all corners of Mexico in just one place. Taste de mole poblano from the Puebla menu, try the enchiladas from Guadalajara or get transported to Mexico DF with the best chili. You can accompany it all with a selection of the best local wines.

El Dorado Maroma by Karisma

El Dorado resort at Maroma Beach can be found near Playa del Carmen, the heart of the Riviera Maya. The key selling point of this resort is the Gourmet Inclusive Experience by Karisma. This package includes foodie-oriented services like special gluten-free, vegan, or special allergic diets. Moreover, you can try fresh vegetables and spices from their own 70,000 ft2 greenhouse, and, of course, eat and drink at their various restaurants. Visit El Dorado’s Caribbean Grill restaurant for some Mexican-Caribbean cuisine, the Sabores restaurant for the freshest Mexican seafood dishes or join a cooking lesson with their world-class chefs and learn to prepare exclusive recipes.

While you can always head out and look for a local restaurant, having a fine-dining Mexican restaurant in your vacation resort can be very convenient. It will allow you to taste traditional local food with a modern twist inside your resort. The world-class chefs and the fresh local ingredients will make any dish an outstanding feast for your palate. Moreover, you can look for the special foodie-oriented activities that your resort offers and enjoy a show-cooking or a tequila tasting class.

Notice: JavaScript is required for this content.

The post 5 All-Inclusive Mexican Hotels and Resorts Ideal for Foodies appeared first on Travel for Food Hub.

5 All-Inclusive Mexican Hotels and Resorts Ideal for Foodies published first on https://zenramensushi.tumblr.com/

0 notes