Tumgik
#Tengku Iman
tiaramania · 2 years
Text
Tumblr media
TIARA ALERT: Princess (Tengku) Alana Iman Shahirah binti Tengku Ahmad Shah wore a diamond tiara for the reception following her wedding to Faiz Dhiyaulhaq bin Suffian at the Shangri-La Hotel in Kuala Lumpur, Malaysia on 10 June 2022.
75 notes · View notes
anjaleeweiling · 1 month
Text
Abang TMJ and abang Tengku Iman & abang Tengku Abdul Rahman monitor la. Bazar Ramadhan Tmn Medan.All reports must be send by email to Margaret brother the Ahli Majlis or my brother Tony Puah, DAP Damansara Utama Ahli Parliment. Margaret malas bcoz the guy that I scold yesterday want to hug ME. So you Gaiss know what to do right?
0 notes
royal-confessions · 3 years
Photo
Tumblr media
“I wonder why the media doesn’t pay attention to the Malaysian royal family,most of them have public accounts and most of them are hardworking ,queen azizah is very natural and humble,prince hassanal is an excellent crown prince,princess iman does great work for mental health issues.” - Submitted by Anonymous
“Queen azizah of Malaysia is fabulous and so down to earth” - Submitted by Anonymous
40 notes · View notes
muhammadikmalfahmi · 3 years
Photo
Tumblr media
In conjunction with World Bipolar Day today, it is a commendable effort by Tengku Puteri Raja Tengku Puteri Iman Afzan Al-Sultan Abdullah, who recently founded the @greenribbongroup.my that aims to raise the awareness of mental health issues while creating viable solutions through advocacy, fundraising and collaboration. I do believe that the more we learn and talk about mental health, it will allow us to provide helpful support to those affected be it individually, within their families or communities. Mental health issues could arise due to the misalignment of our body, mind and soul. Being in the wellness and mindfulness space, I believe that meditation helps tremendously with mental health issues by guiding one to re-align with their True Self. As I always shared with my students, the biggest roadblock to one’s self-realization arise from ignorance of our true nature and polarization of mind. The aim of meditation is not to push aside stress or block out negative thinking, but rather to be mindful of those thoughts and feelings, while understanding that you don’t have to act upon them. This could be as simple as closing your eyes and taking deep breaths. Just as with incorporating proper diet and exercise, it takes consistent practice to feel the results from meditation. As a start, you may read my blog entitled “Yoga and Depression” to delve deeper into the correlation and the practice of mindful yoga that will eventually lead you into a meditative state. #timetochange #greenribbon #mentalhealth #greenribbongroup #mentalhealthadvocate #mentalawareness #breakthestigma #mentalillness #bernama #bernamanews #nst #newstraitstimes #malaysia #kualalumpur #Repost @iammichaelteh • • • • • • Kuala Lumpur, Malaysia (at BERNAMA) https://www.instagram.com/p/CNHerNUhGGe/?igshid=193ytclva7u56
2 notes · View notes
myanuary · 4 years
Video
"SHOLAT TAPI BOKEPAN, HAI TAPI PELIT ? MUNAFIK LO ! PERCUMA SHOLAT/HAJI LO" Pernah dengar kalimat di atas, ternyata kalimat di atas itu salah kaprah banget ! . Orang maksiat itu belum tentu munafik, simak berikut . Reposted from @salingsapaid . Tidak Ada Manusia Yang Tidak Berbuat Salah - KH. Tengku Zukarnain - . Orang baik bukan yang tidak pernah salah. . Jangan jadi makhluk tekor di akherat. Rugi banget pastinya. Apalagi yang suka memvonis sepihak yang hanya melihat sisi kesalahan manusia saja. Simak tausyah buya Tengku Zulkarnain yang satu ini . Tag teman dan saudaramu yang hobi suudzhon . Barakallahu fiik Buya @tengkuzulkarnain.id . 🕌 Dukung gerakan #sedekahkuota bersama SalingSapa TV. Hanya dengan menonton, mensubscribe, like, comment dan share link Youtube kami. Juga follow,like dan komen di Instagram juga facebook kami @salingsapaid. Insyaallah anda sudah menjadi penggerak #sedekahkuota yang insyaallah menjadi amal sholeh untuk bekal di akherat. . #SalingSapa #SalingSapaID #1minutebooster #oneminutebooster #booster #dakwah #newnormal #IslamRahmatanlilAlamin . #islam #instaislam #iman #Sunnah #taat #motivation #hijrah #dakwah #taat #taqwa #yukngaji #istiqomah #penduduklangit #myan #pemuda #khtengkuzulkarnain #khilafah #syariah #ilmu #nafsiyah #quotes #quran #qolbu https://www.instagram.com/p/CFRZ6xLhOEn/?igshid=mdac4t3w6f8x
2 notes · View notes
ilhamf08 · 5 years
Text
Krisis Umat Muslim Dalam Menghadapi Tantangan Zaman
Tumblr media
*Disalin sepenuhnya -karena kesamaan perspektif dan pandangan- dari hasil pemikiran Muhammad Ridlo Aulia. ​ .. Pertama-tama, izinkan saya secara bangga menyatakan bahwa saya seorang muslim dan teramat merindukan serta memimpikan apa yang disebut sebagai masa keemasan islam. Bukan hanya tatanan masyarakat yang ​disesuaikan dengan apa yang seharusnya dilakukan sebagai para penghamba (‘abid) atas tuhannya, namun juga suatu masa yang mampu membuat islam bersinar karena kontribusinya terhadap peradaban baik dari segi ilmu pengetahuan maupun gaya hidupnya. Selanjutnya, melalui artikel ini anda akan membaca tulisan yang sangat subjektif yang salah satunya mungkin saya representasikan dari keberpihakan saya terhadap posisi-posisi tertentu yang sedikitnya memiliki sentiment tinggi di beberapa kalangan apabila dibicarakan di khalayak umum. Pembaca yang terhormat, izinkan saya mencurahkan betapa tragisnya kondisi umat islam saat ini. Saya menjadi saksi atas keringnya pemahaman islam di kalangan muda serta semangat untuk hidup sesuai dengan sesuatu yang sudah seharusnya menjadi pedoman dalam hidup. Saya hidup, tumbuh, dan dikelilingi oleh banyak orang beridentitas islam, namun kiranya masih segan untuk hanya sekadar menunaikan ibadah shalat di masjid, duduk untuk mendengarkan ceramah, dan berbincang untuk saling menasihati dalam beribadah. Tanpa perlu berpanjang lebar mendefinisikan seperti apa gaya hidup pemuda yang berstatus muslim saat ini, saya berasumsi anda bisa melihat seperti apa keadaan mereka. Pun saya, bukan orang yang sudah mampu secara sempurna melaksanakan seluruh perintah-Nya. Namun kiranya anda mengizikan saya untuk menulis suatu gagasan yang merupakan semangat untuk bersama-sama menjadi lebih baik. Saya mengutip dari buku Filsafat Umum karangan Ahmad Tafsir yang secara garis besar membicarakan tentang bagaimana akal/rasionalitas dan hati/iman saling bergantian satu sama lain dalam menjadi penentu suatu peradaban. Kita sama–sama mengetahui, dahulu Yunani kuno berjaya atas akal nya sampai kemudian lahirnya kaum sofis yang membawa akal justru menjadi suatu kehancuran. Kemudian munculah hati/iman dibawah Plotinus dan Agustinus sebagai penanding atas akal, berjaya, namun justru membawa Eropa masuk kedalam abad kegalapan (The Dark Age), mundur atas ilmu pengetahuan. Lalu akal kembali bangkit dibawah tangan para pemikir positivis, salah satunya Auguste Comte. Pertanyaan yang muncul adalah, berkaitan dengan saat ini, siapakah yang berjaya? Akal? ataukah hati? Jika anda bertanya pada saya, saya akan menjawab akal. Membicarakan mitos atau berdebat dengan ayat suci akan ditertawakan saat ini. Berkembangnya filsafat barat mengenai nilai-nilai liberalisme, equality dll yang sarat akan pemuasan rasio manusia jauh lebih mudah diterima ketimbang aturan-aturan klerik atau ‘suci’ yang bersumber dari tuhan. Dan inilah fakta yang kita hadapi. Saya, melihat betul bagaimana orang memilih suatu nilai atau paham atas dasar alasan logis dan rasional. Saya pun tak mempermasalahkan jika saat ini adalah ronde akal untuk berkuasa, yo wis. Namun pertanyaannya, bagaimana islam bisa tetap ada, berjaya, sementara rasionalitas serta akal manusia yang rapuh kadang menyerempet dan justru menantang beberapa bagian dari syariat? Lahirnya partai-partai baru di Indonesia dengan nafas yang lebih berani untuk menunjukan rasionalitasnya sampai bahkan menyentuh masalah syariat, sebut saja PSI dengan aturan ‘Larangan Berpoligami’, menjadi salah satu fenomena yang dapat kita refleksikan bahwa akal luar biasa hebatnya sehingga mampu muncul kepermukaan dan menjadi masalah serius bagi seorang muslim yang seharusnya berpegang teguh atas syariat. Sedangkan kita tidak mampu berbuat banyak dengan fenomena tersebut. Kita berusaha menentang hal tersebut dengan alasan-alasan syar’i menggunakan ayat, hadist, serta fatwa ulama, masalahnya, sedikit akhirnya yang berpihak pada kita. Siapa yang menang? Mereka. Siapa yang salah? Kita, umat muslim.  Alasan singkatnya mengapa mereka menang dan kita salah adalah karena, kita berada pada masa akal (sebagaimana disebutkan diatas), sementara kita tidak melawan mereka dengan apa yang dapat memenangkan kita di masa ini, akal pula. Umat islam saat ini nampaknya belum bisa menjawab tantangan zaman untuk melawan akal dengan akal. Kita masih disibukan dengan narasi ‘iman’ yang tampaknya tidak bisa kita bawa dalam ringpertarungan dengan akal. Dengan tegas, sekaligus pemantik diskusi, saya ingin mengatakan Umat islam sedang krisis akan tokoh yang dapat mengartikulasikan cahaya islam ke dalam argumen yang rasional sehingga dapat mengalahkan musuh rasional. Ini sangat penting, karena sebagaimana disebutkan diatas, syarat untuk menang di masa ini adalah bagaimana kita bisa membangun argumen yang dapat memuaskan akal, sehingga dapat diterima. Contoh lain yang menjadi bukti krisis tersebut adalah fenomena yang akhir-akhir ini terjadi dimana saat Tengku Zulkarnain, seorang tokoh islam, berdiri sebagai kontra atas RUU-PKS, berpendapat dengan alasan yang menurut saya sangat tidak memuaskan akal. Dampaknya luar biasa, justru islam semakin dicaci, dianggap tidak manusiawi, serta penuh akan nafsu. Padahal yang beliau perjuangankan adalah kemurnian syariat islam. Tapi dimasa akal ini, modal penjelasan ‘Yasudahlah, kita terima syariat hanya dengan hati saja.’ Tampaknya sudah tidak relevan dan semakin lama akan ditinggalkan, digantikan oleh argumen-argumen akal yang jauh lebih lezat. Melalui tulisan ini, saya berusaha menyadarkan umat islam, terutama generasi muda, untuk sadar dimana kita bertarung, dan apa yang perlu kita siapkan untuk menghadapinya. Saya sadar sepenuhnya, bahwa tidak semua syariat dapat kita ‘rasionalkan’ karena memang begitu adanya dan tidak perlu penjelasan akaliah. Maka disini kita perlu pandai menganalisis hal apa saja dalam syariat yang tampaknya rentan ‘diserang’ oleh musuh dan perlu kita diskusikan bagaimana menjelaskan syariat tersebut dengan akal tanpa harus mengurangi kemurnian syariatnya. Terakhir, saya mengajak untuk generasi muda islam, mari kita bersama-sama kobarkan semangat untuk menjadi seorang muslim yang unggul selain di bidang keagamaan, namun juga dalam urusan dunia. Karena ini adalah masa akal, modal rajin ngaji dan jago bahasa arab saja sepertinya tidak cukup untuk memperlihatkan cahaya islam. Jadilah pemuda yang pintar, kreatif, disiplin, aktif berbicara, rajin dan ulet, sehingga orang-orang kagum pada islam dan mempermudahkan kita dalam berdakwah. Jadilah muslim yang ramah, jujur, penolong, berbicara dengan penuh kelembutan, serta bersikaplah dengan mulia.  Akhlak kita lah yang akhirnya menentukan wajah islam. Karena sesungguhnya, umat islam itu sendiri yang membuat islam menjadi terlihat buruk, Al-Islamu mahjubu bi l muslimin. Terimakasih sudah membaca sampai akhir. Kalian pembaca yang baik. Kolom dibawah selalu tersedia bagi siapa saja yang ingin berdiskusi dan berdialektika. Kritik yang membangun sangat diharapkan agar kualitas serta substansi dari tulisan ini lebih baik kedepannya. ​ .. Note: Jika anda muslim yang pro terhadap antipoligami, pro liberalisme dalam arti khusus, equality dalam arti khusus, RUU-PKS pada poin tertentu, dan bertentangan dengan segala perspektif yang saya tuliskan di artikel ini, tak mengapa, tak masalah pula untuk saya. Selama pembenaran yang anda gunakan menggunakan akal rasio, saya ingin mengatakan bahwa anda adalah salah satu bukti menangnya argumen yang sarat akan pemuasan logika di masa akal ini. ​ writer, ridloaulia.
1 note · View note
ridloaulia · 5 years
Text
KRISIS UMAT MUSLIM DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN
Pertama-tama, izinkan saya secara bangga menyatakan bahwa saya seorang muslim dan teramat merindukan serta memimpikan apa yang disebut sebagai masa keemasan islam. Bukan hanya tatanan masyarakat yang disesuaikan dengan apa yang seharusnya dilakukan sebagai para penghamba (‘abid) atas tuhannya, namun juga suatu masa yang mampu membuat islam bersinar karena kontribusinya terhadap peradaban baik dari segi ilmu pengetahuan maupun gaya hidupnya. Selanjutnya, melalui artikel ini anda akan membaca tulisan yang sangat subjektif yang salah satunya mungkin saya representasikan dari keberpihakan saya terhadap posisi-posisi tertentu yang sedikitnya memiliki sentiment tinggi di beberapa kalangan apabila dibicarakan di khalayak umum.
Pembaca yang terhormat, izinkan saya mencurahkan betapa tragisnya kondisi umat islam saat ini. Saya menjadi saksi atas keringnya pemahaman islam di kalangan muda serta semangat untuk hidup sesuai dengan sesuatu yang sudah seharusnya menjadi pedoman dalam hidup. Saya hidup, tumbuh, dan dikelilingi oleh banyak orang beridentitas islam, namun kiranya masih segan untuk hanya sekadar menunaikan ibadah shalat di masjid, duduk untuk mendengarkan ceramah, dan berbincang untuk saling menasihati dalam beribadah. Tanpa perlu berpanjang lebar mendefinisikan seperti apa gaya hidup pemuda yang berstatus muslim saat ini, saya berasumsi anda bisa melihat seperti apa keadaan mereka. Pun saya, bukan orang yang sudah mampu secara sempurna melaksanakan seluruh perintah-Nya. Namun kiranya anda mengizikan saya untuk menulis suatu gagasan yang merupakan semangat untuk bersama-sama menjadi lebih baik.
Saya mengutip dari buku Filsafat Umum karangan Ahmad Tafsir yang secara garis besar membicarakan tentang bagaimana akal/rasionalitas dan hati/iman saling bergantian satu sama lain dalam menjadi penentu suatu peradaban. Kita sama –sama mengetahui, dahulu Yunani kuno berjaya atas akal nya sampai kemudian lahirnya kaum sofis yang membawa akal justru menjadi suatu kehancuran. Kemudian munculah hati/iman dibawah Plotinus dan Agustinus sebagai penanding atas akal, berjaya, namun justru membawa Eropa masuk kedalam abad kegalapan (The Dark Age), mundur atas ilmu pengetahuan. Lalu akal kembali bangkit dibawah tangan para pemikir positivis, salah satunya Auguste Comte. Pertanyaan yang muncul adalah, berkaitan dengan saat ini, siapakah yang berjaya? Akal? ataukah hati? Jika anda bertanya pada saya, saya akan menjawab akal. Membicarakan mitos atau berdebat dengan ayat suci akan ditertawakan saat ini. Berkembangnya filsafat barat mengenai nilai-nilai liberalisme, equality dll yang sarat akan pemuasan rasio manusia jauh lebih mudah diterima ketimbang aturan-aturan klerik atau ‘suci’ yang bersumber dari tuhan. Dan inilah fakta yang kita hadapi. Saya, melihat betul bagaimana orang memilih suatu nilai atau paham atas dasar alasan logis dan rasional. Saya pun tak mempermasalahkan jika saat ini adalah ronde akal untuk berkuasa, yo wis. Namun pertanyaannya, bagaimana islam bisa tetap ada, berjaya, sementara rasionalitas serta akal manusia yang rapuh kadang menyerempet dan justru menantang beberapa bagian dari syariat?
Lahirnya partai-partai baru di Indonesia dengan nafas yang lebih berani untuk menunjukan rasionalitasnya sampai bahkan menyentuh masalah syariat, sebut saja PSI dengan aturan ‘Larangan Berpoligami’, menjadi salah satu fenomena yang dapat kita refleksikan bahwa akal luar biasa hebatnya sehingga mampu muncul kepermukaan dan menjadi masalah serius bagi seorang muslim yang seharusnya berpegang teguh atas syariat. Sedangkan kita tidak mampu berbuat banyak dengan fenomena tersebut. Kita berusaha menentang hal tersebut dengan alasan-alasan syar’i menggunakan ayat, hadist, serta fatwa ulama, masalahnya, sedikit akhirnya yang berpihak pada kita. Siapa yang menang? Mereka. Siapa yang salah? Kita, umat muslim.  Alasan singkatnya mengapa mereka menang dan kita salah adalah karena, kita berada pada masa akal (sebagaimana disebutkan diatas), sementara kita tidak melawan mereka dengan apa yang dapat memenangkan kita di masa ini, akal pula.
Umat islam saat ini nampaknya belum bisa menjawab tantangan zaman untuk melawan akal dengan akal. Kita masih disibukan dengan narasi ‘iman’ yang tampaknya tidak bisa kita bawa dalam ring pertarungan dengan akal. Dengan tegas, sekaligus pemantik diskusi, saya ingin mengatakan Umat islam sedang krisis akan tokoh yang dapat mengartikulasikan cahaya islam ke dalam argumen yang rasional sehingga dapat mengalahkan musuh rasional. Ini sangat penting, karena sebagaimana disebutkan diatas, syarat untuk menang di masa ini adalah bagaimana kita bisa membangun argumen yang dapat memuaskan akal, sehingga dapat diterima. Contoh lain yang menjadi bukti krisis tersebut adalah fenomena yang akhir-akhir ini terjadi dimana saat Tengku Zulkarnain, seorang tokoh islam, berdiri sebagai kontra atas RUU-PKS, berpendapat dengan alasan yang menurut saya sangat tidak memuaskan akal. Dampaknya luar biasa, justru islam semakin dicaci, dianggap tidak manusiawi, serta penuh akan nafsu. Padahal yang beliau perjuangankan adalah kemurnian syariat islam. Tapi dimasa akal ini, modal penjelasan ‘Yasudahlah, kita terima syariat hanya dengan hati saja.’ Tampaknya sudah tidak relevan dan semakin lama akan ditinggalkan, digantikan oleh argumen-argumen akal yang jauh lebih lezat.
Melalui tulisan ini, saya berusaha menyadarkan umat islam, terutama generasi muda, untuk sadar dimana kita bertarung, dan apa yang perlu kita siapkan untuk menghadapinya. Saya sadar sepenuhnya, bahwa tidak semua syariat dapat kita ‘rasionalkan’ karena memang begitu adanya dan tidak perlu penjelasan akaliah. Maka disini kita perlu pandai menganalisis hal apa saja dalam syariat yang tampaknya rentan ‘diserang’ oleh musuh dan perlu kita diskusikan bagaimana menjelaskan syariat tersebut dengan akal tanpa harus mengurangi kemurnian syariatnya.
Terakhir, saya mengajak untuk generasi muda islam, mari kita bersama-sama kobarkan semangat untuk menjadi seorang muslim yang unggul selain di bidang keagamaan, namun juga dalam urusan dunia. Karena ini adalah masa akal, modal rajin ngaji dan jago bahasa arab saja sepertinya tidak cukup untuk memperlihatkan cahaya islam. Jadilah pemuda yang pintar, kreatif, disiplin, aktif berbicara, rajin dan ulet, sehingga orang-orang kagum pada islam dan mempermudahkan kita dalam berdakwah. Jadilah muslim yang ramah, jujur, penolong, berbicara dengan penuh kelembutan, serta bersikaplah dengan mulia.  Akhlak kita lah yang akhirnya menentukan wajah islam. Karena sesungguhnya, umat islam itu sendiri yang membuat islam menjadi terlihat buruk, Al-Islamu mahjubu bi l muslimin.
Terimakasih sudah membaca sampai akhir. Kalian pembaca yang baik. Kolom dibawah selalu tersedia bagi siapa saja yang ingin berdiskusi dan berdialektika. Kritik yang membangun sangat diharapkan agar kualitas serta substansi dari tulisan ini lebih baik kedepannya.
Note: Jika anda muslim yang pro terhadap antipoligami, pro liberalisme dalam arti khusus, equality dalam arti khusus, RUU-PKS pada poin tertentu, dan bertentangan dengan segala perspektif yang saya tuliskan di artikel ini, tak mengapa, tak masalah pula untuk saya. Selama pembenaran yang anda gunakan menggunakan akal rasio, saya ingin mengatakan bahwa anda adalah salah satu bukti menangnya argumen yang sarat akan pemuasan logika di masa akal ini. 
writer, ridloaulia.
1 note · View note
dailystraitsdotcom · 2 years
Photo
Tumblr media
Kuala Lumpur, April 7: The Green Ribbon Group (GRG) held a roundtable with students and staff of Heriot-Watt University Malaysia (HWUM) recently. Moderated by Marsya Shamshul Bahari, Advocacy & Programmes Executive at GRG, the roundtable gathered opinions and experiences on three topics such as COVID-19 pandemic and its disruptions to daily life, mental health awareness and the experience of stigma amongst university students, and peer support and the importance of having a strong support system. In her welcoming remarks, GRG Founder and President YAM Tengku Puteri Raja Tengku Puteri Iman Afzan Al-Sultan Abdullah (pictured) stated that open discussions on youth mental health is very much needed, especially from the youth themselves, given the challenges of the pandemic and the transition towards the endemic phase of COVID-19. “If the pandemic has taught us anything it is that we must learn to manage disruptions to our everyday lives; mental health is the foundation that we must get right, and positive attitudes towards mental health should be cultivated from young,” YAM Tengku Puteri said. #mentalhealth #Malaysia (at Kuala Lumpur, Malaysia) https://www.instagram.com/p/Cch4vaehRvN/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
fhproperties · 3 years
Photo
Tumblr media
WTS45 Rumah 1 Tgkt 1/2 untuk dijual di Ujong Tanjong Bukit Besar Kuala Terengganu Daerah : Kuala Terengganu Mukim : Bukit Besar Lokasi : Ujong Tanjong Keluasan Tanah : 5338 sqft Keluasan Rumah : 2600sqft Design : 1 Tgkt 1/2 Ruangan : 5 Bilik 4 Bilik Air Ruang Solat untuk Tetamu Kemudahan berdekatan:- + 500m ke SRK Tengku Bariah + 700m ke Pasar Pasir Panjang + 3km ke IPK Polis Terengganu + 3-4km, Pusat Bandar KT + 4km ke Wisma Darul Iman + 4km ke Wisma Negeri & Persekutuan + 4km ke Stadium Sultan Ismail Nasirudin Shah + 5km ke Stesen Bas KT + 5km ke Bank (Maybank, CIMB, Agrobank, Affin Bank, RHB, Ambank, Bank Muamalat, Public Bank, Bank Islam, MBSB Bank) + 4km ke Hospital Pakar Salam Medical Centre + 3km ke Hospital Pakar KTS + 4km ke Hospital Besar Kuala Terengganu + 4km ke Pantai Batu Burok + 6km ke KTCC Mall + 7km ke Drawbridge + 8km ke Mayang Mall (Under Construction) + 8km ke Pasar Payang 1 & 2 Harga Tawaran Rm750,000 Hubungi Encik Fadzil Nombor Telefon 011-23072362 Perunding Hartanah Berdaftar (REN33586) Nasir Sabaruddin Associates Sdn Bhd-azlan WTS45 MORE INFO> https://t.me/FHproperties/958 WHATSAPPS> wasap.my/601123072362/WTS45 (at Bukit Besar, K.TRG) https://www.instagram.com/p/CQWO9gojDcd/?utm_medium=tumblr
0 notes
tiaramania · 2 years
Text
Tumblr media
TIARA ALERT: Princess (Tengku) Alana Iman Shahirah binti Tengku Ahmad Shah wore a diamond tiara for her wedding to Faiz Dhiyaulhaq bin Suffian at the Istana Alam Shah in Klang, Selangor on 5 June 2022.
59 notes · View notes
anjaleeweiling · 2 months
Text
Abang Ya, abang Lekk, abang Mizi, abang Yusry, Abang Norman,Abang Rahman(Tengku Iman) Abang Tengku Mahkota Johor, Pakcik Tan Sri Norman Mai, Pakcik Tan Sri Musa Hasan, Pakcik Syed Mokhtar Al Bukhari.The Indonesian guy,gay partner to Ruslan Bin Harun. Two of them said.Aku bayar ko RM550 setiap kali aku tidur dengan KO. Just now when he passed by Anja house. Tadi ada betina pelacur Indonesia baru lalu Anja house. She is wearing. white T Shirt and jeans skirt. Dia mahu maa. RM 550 darab 2 jadi berapa Rupiah? Lu bayar sama dia LA. Kita Cina tak mau maa low class munya olang. Anja olang putih munya blood Ooo. Sebab itu nama Anja Margaret Anja Lee Wei Ling Binti Lee Kuan Yew Goh Chok Tong from Lee Singapore woo. Itu Niut mau maa. Dia munya PUKI kasi SEWA juga. Okay aaa. Bye2.
0 notes
kerahlekung · 4 years
Text
TNB - Terberak Nak Bayaq...
TNB - Terberak Nak Bayaq....
youtube
Pasai nak bayaq gaji pengerusi TNB,depa kena korek dari rakyat, caranya 
naikkan bil letrik.Bila bil letrik bulanan naik habih Terberak Nak Bayaq...
Kami satu family balik berPKP kat kampung dari 18/3 sampai 25/5. So rumah memang kosong. Balik KL lepas raya, tengok bill lebih 2000.00. Camna kitorg pakai sampai 2000 lebih? Mungkin jin atau syaiton kot yang masuk melalui pintu belakang...
Bil TNB naik zaman PH: Menteri terus siasat, Suruhanjaya Tenaga (ST) ambil tindakan dan TNB kena denda RM3.6 juta.
Bil TNB naik zaman PN: Menteri kata bukan salah TNB, tapi salah pengguna yang keliru.Eh, kebetulan geng dia pengerusi TNB lah.Tahniah kerajaan Melayu-Islang tebuk atap...
Percubaan Jadikan PNB "Gravy Train"...
Cerita Tan Sri Wan Zulkiflee Wan Ariffin dinyahkan daripada jawatan Presiden dan Ketua Pegawai Eksekutif Petronas dan Abdul Jalil Rasheed daripada kerusi yang sama di Permodalan Nasional Berhad (PNB) adalah petanda kehilangan budi dan iman orang Melayu. Orang Melayu yang diuar-uarkan sebagai sabar dan bertolak ansur sedang dihasut supaya mengamuk atas nama maruah Melayu dan pemerintahan Melayu-Islam. Dendam Neo-Kleptokrasi Maka ahli profesional dan eksekutif Melayu taraf dunia yang dilantik oleh kerajaan Pakatan Harapan (PH) – yang ada DAP di dalamnya – untuk membersihkan syarikat pelaburan berkaitan kerajaan (GLIC) dan syarikat berkaitan kerajaan (GLC) daripada korupsi elit politik era kleptokrasi Umno-Barisan Nasional telah dan sedang dibuang secara sistematik. Kalau kerajaan Umno-BN zaman kleptokrasi Datuk Seri Mohd Najib Abdul Razak korup dan hegemonik, kerajaan Perikatan Nasional (PN) pimpinan Tan Sri Muhyiddin Mohd Yassin adalah semberono (reckless) dan pendendam (vengeful). Lebih malang bagi ahli profesional Melayu, kaki pukul (hatchetman) yang dihantar untuk membelasah mereka adalah teknokrat Melayu sendiri. Maaf cakaplah kalau saya kata bahawa dalam konteks ini, Menteri Kewangan, Senator Tengku Zafrul Abdul Aziz, perlu menilai dirinya sendiri kerana besar kemungkinan beliau kini menjalankan peranan itu. Ini adalah kerana sebagai Menteri Kewangan beliau mempunyai kuasa yang amat luas ke atas GLIC dan GLC. Siapa lagi kalau bukan beliau yang memecat ahli profesional Melayu dan membawa masuk ahli politik sebagai pengerusi dan ahli lembaga pengarah?
CEO Petronas...
Wan Zulkiflee ditunjukkan pintu keluar kerana mempertahankan hak Petronas daripada dijadikan pertaruhan dalam perjudian politik Muhyiddin untuk mendapat sokongan elit politik Sarawak dan mungkin juga selepas ini, Sabah.  Dua buah negeri Borneo ini adalah pengeluar utama minyak dan gas di mana peranan Petronas adalah besar. Abdul Jalil, anak pegawai imigresen dari Raub, Pahang telah berjaya dihambat keluar daripada PNB atas alasan keraguan mengenai persekolahannya – beza di antara London School of Economics and Politics (LSE) dan University of London. Beliau meletakkan jawatan hari ini. Isu persekolahan beliau hanyalah alasan. Kalau pihak berkuasa pasaran modal di Singapura, Hong Kong dan United Kingdom yang lebih tinggi piawaiannya boleh memberi lesen kepada Abdul Jalil mengapakah tiba-tiba persekolahan beliau menjadi isu kepada Muhyiddin dan Zafrul serta budak-budak mereka? Mengapa ia menjadi isu kepada Suruhanjaya Sekuriti (SC) sekarang apabila ia telah meluluskan permohonan beliau pada bulan September lalu?
CEO PNB...
Jumpa Najis Jawapannya adalah Abdul Jalil dan Pengerusi baru PNB, Tan Sri Zeti Akhtar Aziz, telah mula menemui dan mengambil tindakan ke atas pelaburan-pelaburan PNB yang meragukan dan bermasalah. Di sini, saya mengutuk sekeras-kerasnya usahawan Melayu yang berjaya kerana bantuan kerajaan, termasuk melalui Dasar Ekonomi Baru (DEB) tetapi masih bergantung kepada kerajaan dan menjadikan PNB “gravy train” mereka. Saya kenal ramai daripada mereka. Malah saya kenal ibu bapa mereka. Saya menulis seawal tahun 1980-an tentang bagaimana ibu bapa mereka mendapat kontrak dan konsesi di bawah DEB. Sehingga ini, saya telah berjaya mendapat maklumat mengenai dua atau tiga kes yang mungkin menjadi punca tercetusnya usaha untuk menyingkirkan Abdul Jalil. Satu mengenai pembelian tanah dan satu lagi mengenai pelaburan dalam kegiatan minyak dan gas. Saya akan menyebut hanya satu kes dulu kerana ia sudah pun dibincangkan secara meluas sejak 2017 lagi. Yang lain itu, tunggu dulu. Kita tengok apa pengganti Abdul Jalil akan buat. Kes ini adalah berkaitan penjualan sebidang tanah kerajaan seluas 19.14 ekar berhampiran Istana Negara kepada Jakel Land Sdn Bhd dengan harga RM646 juta atau 22 peratus di bawah harga yang diiklankan. Kita semua tahu bahawa Jakel adalah syarikat anak emas zaman Mohd Najib. Baru-baru ini ia menjadi berita besar apabila salah seorang adik beradiknya menuduh “orang Melayu tak pandai baca”. Apa kena mengena Jakel dengan PNB? Jakel Land Sdn Bhd adalah perkongsian sama rata di antara Jbiz Development Sdn Bhd (mewakili Jakel) dengan Symphony Life Bhd dan PNB. Yang menjadi masalah dan persoalan adalah mengapa hanya PNB yang mengeluarkan lebih banyak duit untuk bayar harga tanah tersebut sedangkan nisbah pegangan saham sama iaitu masing-masing 33.3 peratus. Nampak seolah-oleh peranan Jakel cuma mendapatkan kebenaran membeli tanah dan Symphony menjadi pemaju. Saya dimaklumkan yang PNB telah memberi “pinjaman” RM225 juta kepada syarikat usaha sama itu. Keseluruhan jumlah yang ditanggung oleh PNB adalah RM250 juta manakala Symphony dan Jakel hanya mengeluarkan RM25 juta setiap satu. Jakel mendakwa dirinya 100 peratus Bumiputera. Kepala empayar adik-beradik ini ialah Datuk Mohamed Faroz Mohamed Jakel.
Mohamed Feroz saudagar nombor satu Jakel
Symphony pula adalah syarikat senaraian Bursa Malaysia yang dimiliki oleh Tan Sri Azman Yahya yang terkenal sebagai Pengarah Urusan Danaharta zaman krisis ekonomi Asia 1997-98. Diura-urakan yang Ahmad Zulqarnain dari Khazanah Nasional Berhad akan mengambil tempat Abdul Jalil. Beliau pernah bekerja di bawah Azman di Symphony (dulunya Bolton Bhd) dan Danaharta. Azman adalah salah seorang ahli lembaga Pengarah Khazanah yang dilantik oleh Datuk Seri Mohd Najib Abdul Razak ketika menjadi Perdana Menteri merangkap Pengerusi Khazanah. Peralat PNB Bagi usahawan Bumiputera yang cuba memperalatkan PNB dengan melobi Muhyiddin dan Zafrul supaya memecat Abdul Jalil atau bertindak dengan cara yang menguntungkan mereka, saya kata "sialan kamu". Tidak cukup lagikah apa yang kamu dan ibu bapa kamu dapat daripada kerajaan sehingga mahu memperkudakan PNB? PNB adalah instrumen DEB yang bertujuan memberi peluang kepada Bumiputera miskin memiliki sebahagian kecil kekayaan negara. Itu pun mereka hendak “pelekoh” juga? Kesimpulannya, kalau inilah cara kerajaan Melayu-Islam PN mempolitikkan GLIC dan GLC, kesudahannya hanya profesional dan eksekutif yang tidak berjiwa rakyat dan “mediocre” saja akan bersedia bekerja dengannya. Dewan Bahasa mentakrifkan “mediocre” sebagai “tidak berapa baik”. Cuma satu saja. Kita bernasib kerana keadaan tidak seperti dahulu lagi. Kerajaan dan pesekongkolnya tidak selamat lagi bersembunyi di belakang tembok kuasa, undang-undang dan kerahsiaan. Media sosial telah memberikan rakyat jelata kuasa untuk memperkasakan mahkamah pendapat umum – the court of public opinion – untuk melawan kerajaan kleptokrasi baru ini. Namun saya masih ada sedikit keyakinan bahawa masih ada sebilangan kecil melayu profesional yang tidak sanggup menjadi tali barut kepada pencuri dan penyangak kerana di sanubadi mereka tersemat nilai murni untuk melakukan kebaikan kepada negara dan rakyat jelata. - A.Kadir Jasin
Goodbye letter from Abdul Jalil to his colleagues and staff at PNB. (Saya dibagi tahu gaji Abdul Jalil masa di Singapura RM320,000 sebulan. Dengan PNB RM100,000 sebulan.) Dear Colleagues, I’m writing to you personally this time, on a sombre note to inform you that I have resigned as your PGCE, effective today. There were many rumours going around about my impending departure over the weekend, please allow me to clarify. When I took this role on, I told myself I will never waver in my principles in performing my duties. Oftentimes, making the right decisions is riddled with difficulties and some will be unpopular. The easy route would be to continue enjoying the perks of the office, whilst battling with your own good conscience. I have always believed that no individual is larger than an institution. I have no intention to drag PNB into this. PNB must be safeguarded at all costs. Hence I have chosen the difficult path, one that is lonely and devastating for my family and I. The last straw for me was the harassment I had to endure from hate calls from unknown numbers, hacking of my other corporate email account and my LinkedIn profile. This made me increasingly worry for the wellbeing of my family. In the end, I decided that it would be unfair to my family should matters escalate. We made a big financial and family sacrifice to relocate back to KL from Singapore because I truly wanted to contribute to nation building. I’m disappointed this has to come to an abrupt end. I do not regret at all my decision to join PNB. The past 9 months have been rewarding for me. I’ve learnt so much and had the privilege to know you all better. You all have been welcoming, showing me great hospitality and displaying genuine dedication and desire to make PNB a better place. I’m so very proud of all of you for embracing the many changes that came your way; workplace transformation, flexible work arrangement, reorganisation of the firm, Focus-4, stewardship framework and embracing technology. Thank you for your commitment and never ending support. Thank you to the PNB Board for the wonderful and unwavering support. It’s the best board any CEO can hope for. Special mention to Tan Sri chairman for giving me the opportunity to serve PNB and taking the plunge with an ‘unknown’. I have learnt greatly under her guidance and will have fond memories of our weekly discussions and advice Tan Sri has always given me. I hope one day Tan Sri will write her memoirs so everybody would benefit from her wisdom as I have. To my leadership team, thank you for believing in me and being supportive of my initiatives. I have tried very hard to be inclusive and widening the decision making process. I apologise I am not able to see this journey through with you till the end. Please continue your initiatives and give the incoming PGCE the same support you have extended me. To the PGCE office. Dena, who’s always looking out for me and family. Yusri who never allows me to walk anywhere and whom my children adore. Hasni, for always being the glue that keeps Balai Level 3 a cohesive unit. Thank you all for taking care of me. The Strategy team for all the hours you’ve spent with me carving out my vision for PNB. Abbas, my rock who from day one has been on call anytime of the day to co-ordinate the organisation and offer me the sounding board I need. I will miss you all dearly. Last but not least, my family who throughout last few days have rallied together to give me the confidence and support. My wife especially, who sacrificed her own aspiration in order to allow me to forge ahead in my career. When we moved back to KL, I told her it will be worth it. I’m sorry it did not work out as planned. We celebrate our 10th wedding anniversary on Thursday, a milestone that will have a lot of meaning this time around, as we ponder our next step in life. We take solace that Allah knows best and always with the righteous. I‘m sorry that I am not able to say goodbye to everybody given the circumstances. I hope I have made a positive contribution to PNB and you as employees feel the change. I wanted to make PNB cool again, and feel we have achieved that somewhat. You can stay in touch with me through Twitter @jalilpnb (I will change my handle) but I will be deactivating my @jalilpnb Instagram account. I plan on taking some time off with my family, to gather my thoughts and decide on my next step. I would like to apologise if I have offended anyone during my time as PGCE. Please always stay the course, never waver in integrity and always be guided by principles. Always remember we have 14m unitholders that depend on you to give them returns on their hard earned money. It is an Amanah that has been entrusted upon you, and ultimately we are only answerable to One. Take care of yourselves, take care of PNB. It has been my privilege to be your PGCE. I am signing off for the last time. Terima kasih dan good-bye. JR [email protected]
Will Mahathir and Anwar unite again?...
The intense negotiations within the Pakatan Harapan (PH) leadership to decide on who will lead the coalition have reached a make-or-break point. Amanah and DAP (together with Dr Mahathir Mohamad’s loyalists in Bersatu) are now firmly in favour of uniting behind Mahathir once more with Anwar Ibrahim as his deputy. What’s more, they also seem to have agreed that Mahathir would be the best person to lead them into GE15 should early elections, now a distinct possibility, be called. Anwar and a number of PKR parliamentarians, however, remain adamant that Mahathir cannot be trusted, and who can blame them. Nevertheless, with his own party still in disarray and bleeding members – thanks to the relentless efforts of Mohamed Azmin Ali to entice PKR members to abandon Anwar – and his ability to win Malay support increasingly in doubt, it is going to be hard for Anwar to resist the pressure. If it comes to pass, Mahathir would have pulled off another miracle of sorts – with no political party of his own and with only a handful of MPs in his stable, he has managed to leverage his persona and gravitas to claim the leadership of PH once more. Supporters of the Mahathir-Anwar proposition, including DAP, are now going into overdrive to convince Anwar that it is the best option available. They argue that with Mahathir as head, there’s a better chance of tempting a few more MPs to cross over and perhaps even persuading Gabungan Parti Sarawak to switch sides. Warisan’s support is also contingent on Mahathir heading the ticket. In the end, it’s a numbers game, they point out, and the odds favour Mahathir rather than Anwar. The same logic they suggest would hold true in the event Muhyiddin triggers an early general election: a Mahathir-Anwar ticket would have a better chance of taking on the combined might of Muhyiddin, Najib Razak and Hadi Awang than a ticket without Mahathir. Both Mahathir and Anwar have their relative strengths and weaknesses as well as their core supporters; if they work together, so the thinking goes, they can maximise their strengths and minimise their weaknesses. Referencing a Merdeka Centre poll taken last November, they point out that Mahathir is still more popular with Malay voters than Anwar, with 58% of Malay voters picking Mahathir to lead the country compared to only 13% for Anwar. When it came to non-Malay voters, however, Anwar fared much better. Whatever it is, there is now a palpable sense of urgency within the PH leadership to close ranks given the alarming situation in the country. They feel that if Muhyiddin is not stopped, and stopped soon, he could do irreparable damage to the nation. It is by no means an overstatement. Many feel that Muhyiddin’s reckless and intemperate policies – all predicated upon a desire to stay in office no matter the cost – are driving the country to the brink of catastrophe.
Tumblr media
The successful prosecution of high-profile corruption cases involving former Umno politicians is now in doubt. Crony appointments have compromised the integrity of GLCs and statutory bodies. Massive new borrowings (RM35 bil according to the finance minister) to fund pandemic-related recovery programmes will push the nation even further into debt. And the absence of a competent economic team is creating uncertainty. The Najib factor is also weighing heavily on PH leaders. After rather brilliantly manipulating events, he is now set to rise phoenix-like from the ashes of his GE14 defeat. He is today arguably the most influential Malay leader; he enjoys strong support within Umno and his grassroots appeal remains intact despite the 1Malaysia Development Bhd scandal. If he can leverage his influence and power to shake free from the corruption charges against him, there’ll be no stopping him. In the light of these developments, a compelling case can certainly be made for PH leaders to put aside their differences, stop the blame game and act quickly. It would be nice if there was someone other than Mahathir to lead them, but there is none, and they don’t have the luxury of time on their side to wait for a less controversial leader to emerge. The decision to unite behind Mahathir, according to them, is premised not upon any particular devotion to the man but upon political necessity, given the urgency of the situation. Stopping Muhyiddin, they insist, must take precedence over everything else. Such is the gravity of the situation that they have even agreed to put aside discussion on the kind of policies a PH 2.0 administration would pursue; all that, they say, must be left to another time. It’s hard to disagree, of course, with the argument that the situation in the country is dire. The prospect of corrupt former leaders not only shaking off the charges against them but returning to power once more is deeply distressing. No doubt, a not inconsiderable number of Malaysians might well conclude that if Mahathir is the only one who can bring down the PN government, then so be it. They may not like him but the alternatives are worse. It is a long shot to be sure, but it might be the only shot left for PH. If they can unseat Muhyiddin without triggering early elections, they might get a second chance to set things right; if it ends in fresh elections, all bets are off. Despite Mahathir’s much-touted ability to bring in the Malay vote, it must be remembered that he fared poorly the last time around with his party winning only 13 of the 52 seats it contested. He also failed to bring in the Malay vote in almost every by-election since. With the Umno-PAS alliance holding steady, it is unlikely that Mahathir will be able to do better. Even the non-Malay vote is by no means certain. Many non-Malays are jaded and jilted, disappointed and despondent; they might not even make the effort to vote in another general election, given the choices before them. However this plays out, one thing is certain: many voters have lost faith in their leaders and perhaps even in the future of the country. The system is now so corrupt, the malaise so deep, that many are convinced it is beyond repair. How terrible that after some six decades of nation-building, we have come to this, that the future of the nation now rests in the hands of a clutch of unprincipled and untrustworthy leaders. - Dennis Ignatius
Tumblr media
cheers.
Sumber asal: TNB - Terberak Nak Bayaq... Baca selebihnya di TNB - Terberak Nak Bayaq...
0 notes
khalidsworld · 4 years
Photo
Tumblr media
‘New Normal’ mental health lessons **The following article is co-written by Tengku Puteri Iman Afzan Al-Sultan Abdullah.MALAYSIA is now in the third phase of the Movement Control Order (MCO).
0 notes
Photo
Tumblr media
Hasil Musyawarah MUI berkenaan dgn pelaksanaan Shalat Gerhana Matahari (SGM) yg dihimbau dari Kemenag Pusat : 1. MUI Kab. Melawi akan menyelenggarakan SGM bekerja sama dengan Pengurus Masjid Besar Nurul Iman Nanga Pinoh dan Kemenag Melawi pada Hari Kamis tanggal 26 Des 2019 di Masjid Besar Nurul Iman. 2. Waktu pelaksanaan dimulai dengan Shalat Zuhur Berjamaah dan dilanjutkan SGM berjamaah dan Khutbah Gerhana. 3. Petugas SGM, Imam = Tengku Buya Helmiza (Imam Besar Masjid Nurul Iman), Khatib = Habib Zein Alaydrus (Ketua Umum MUI Melawi). 4. MUI Melawi menghimbau kepada seluruh Masjid se Kabupaten Melawi utk dapat melaksanakan SGM ditempat masing2 dengan melibatkan organisasi islam yg ada dan instansi pemerintah seperti KUA. . . Informasi selengkapnya baca di www.radarkapuas.id . . Sumber Berita Terpercaya https://www.instagram.com/p/B6efmEuJ6Rp/?igshid=89vujb96dyel
0 notes
Photo
Tumblr media
Hidup itu bagai Oli, akal,ilmu dan iman islam itu adalah saringannya mereka ada komposisi yg tak terpisahkan jika oli berdiri sendirian maka akan pendek namun Hidup itu bagai Oli, akal,ilmu dan iman islam itu adalah saringannya mereka ada komposisi yg tak terpisahkan jika oli berdiri sendirian maka akan pendek namun jika saringan tanpa Oli tak berguna. Jadi ingat ya mereka tak terpisahkan (TLC) @longdraincorner (at Tengku Longdrain Corner TLC) https://www.instagram.com/p/B0l_gdaAAMH/?igshid=2uyvgtcn9597
0 notes
ragil-hasali-blog · 5 years
Text
ASAL MUASAL PENGGUNAAN KATA DEPAN LA DAN WA UNTUK NAMA MASYARAKAT DI JAZIRAH MUNA DAN BUTON
(Suatu pemikiran komparatif)
Oleh
Salnuddin
Prolog
Pada kesempatan ini saya akan menguraikan sedikit tentang asal muasal penggunaan kata depan dari nama masyarakat di dua Jazirah (Muna dan Buton). Tulisan ini semata-mata hanya mau menyampaikan apa yang seharusnya generasi sekarang ketahui, meskipun tulisan ini adalah bagian dari rahasia sistem penamaan di negeri Muna dan Buton. Rahasia dimaksud bahwa pemaknaan sebenarnya mempunyai tanggungjawab bathin yang tinggi bagi yang menggunakannya akibat pesan “ilmu” yang terkandung dalam kata depan nama tersebut. Saya mencoba kemas uraian ini dengan menggunakan pendektan ilmiah, meskipun dasar penerapannya menggunakan pendekatan rahasia (tarekat) namun alur pikir mengaplikasikan metode justifikasi sejarah.
Sudah lama informasi ini terkumpul sedikit demi sedikit dari berbagai sumber tentang kata depan nama dari suku di Jazirah Muna dan Buton. Informasi lisan yang cenderung terungkap melalui kalimat rahasia (kabanthi) sekaligus menjadi sejarah lisan masyarakat secara bertahap terungkap melalui diskusi sampai pada prosesi debat ditingkat para solihin. Para solihin tersebut merupakan keturunan dari orang muna dan atau buton namun lahir dan besar di negeri orang. Mulanya saya menjadikannya sebagai bentuk informasi biasa, namun pada kondisi sekarang banyak “orang negeri” yang tidak memahaminya. Dengan penuh rasa hormat dan senantiasa berserah diri dan mohon ampunan dariNya saya mencoba menyusun ulang upaya pencarian asal muasal nama depan tersebut dengan kerangka berpikir yang relatif ilmiah. Relatif ilmiah saya maksud adalah penggunaan justifikasi dalam penarikan kesimpulan. Adapun jika ada dari orang muna dan buton yang terbuka waktu dan akal pikiran (ilmi) yang berlapis keimanan untuk membuktikan secara akurat dari rangkaian kerangka berpikir saya, maka hal tersebut menjadi khasanah yang lebih baik.
Tulisan ini saya sengaja buat beberapa bagian dengan harapan adanya tanggapan dari orang muna dan buton atau dari pihak manapun dalam pelurusan pemahaman makna katanya. Untuk admin for muna, tolong diedit hal hal dari tulisan ini yang sifatnya (berpotensi) menyinggung sara. Semoga apa yang saudara sampaikan dan lakukan ini dijadikan amal jariah oleh Allah SWT sekaligus diberi kesempatan untuk menyampaikan hal-hal yang lebih mengenal diri kita. Amin
1. Kandungan Makna ‘La’ Untuk Laki-laki Dan ‘Wa’ Untuk Perempuan Pada Awal Nama Suku Muna Dan Buton
Kita masih mengingat apa yang dikatakan oleh Shacespeare “Apa Arti Sebuah nama”, ungkapan tersebut tidak berlaku bagi kita yang menyatakan diri mengakui Allah SWT sebagai rabbi dan Muhammad SAW sebagai rasulnya. Hal tersebut diperlihatkan pada hadist Rasulullah Muhammad SAW tentang pentingnya pemberian nama yang baik bagi anak-anak muslimin. Dengan hal tersebut maka penyebutan nama untuk penduduk/keturunan masyarakat yang berdiam di Jazirah Muna dan Buton menjadi bermakna lebih ganda dengan menyimpan makna tertentu. Makna yang dimaksud adalah pesan dari tujuan yang diharapkan orang tua mereka dalam menggapai hikmah dalam kehidupan. Setiap kata adalah doa begitu ungkapan yang sering kita dengar. Jadi apa makna ‘La’ dan ‘Wa’ pada suku Muna dan Buton? Berikut uraiannya :
A. Ungkapan kata La dan Wa untuk masyarakat Muna dan Buton telah dipahami oleh sebagian besar masyarakat berasal dari kata “syahadat thain” (Laillaha Illallah) dan diartikan La sebagai kesatuan dari kalimat sahadat (bukan penggalan kata) dan untuk Wa bermakna yang sama untuk kalimat sahadat rasul (Washaduanna Muhammad Darasulullah).
Dengan pemahaman tersebut menyebabkan RASA BANGGA melekat bagi mereka yang menggunakan kata depan nama (La/Wa). Pemahaman konsep tersebut dapat bernilai wajar manakala memang demikian adanya, namun minimal penggunaan kata depan La/Wa menjadi pembeda dengan masyarakat lain di nusantara ini bahkan pada skala dunia. Namun serangkain pemikiran tersebut mengarahkan kita untuk berpikir (akal) dengan mempertimbangkan rasa (bathin) untuk beberapa hal sebagai berikut :
1 Mengapa tingkatan kultural penyandang nama La/Wa berada pada tingkatan lebih rendah dibandingkan dengan pengguna nama depan La/Wa+ode ??? Ada makna esistensi kalimat sahadat menjadi kecil???,
2 Kenapa tingkatan kultural dengan nama depan La/Wa+ode yang dilekatkan (satu kesatuan) dengan kalimat sahadat bukan kata La/Wa ???. Kalau demikian darimana penambahan kata “Ode” (pengadopsian kata) dengan menggunakan pemaknaan kalimat sahadat???.
3 Bagiamana pula nahu kata La (tidak/tiada) dalam kalimat sahadat ? Yang mana kata La/Wa yang ditulis tersambung pada kalimat sahadat? Sedangkan aplikasi kata La/Wa dalam penggunaannya nama masyarakat muna dan buton dibuat terpisah atau tersambung dengan nama aslinya (misalnya La Umar/Wa Ike atau Laumar/Waike)
Tiga pertanyaan diatas memberi rana berpikir kita untuk beranalisis, bukankah ilmu tanpa agama menjadikan kita “goyang” sedangkan agama tanpa ilmu menyebabkan kita menjadi “ambruk”. Semoga saja dua hal diatas membuat kita menjadi manusia yang sebenarnya (memiliki ilmu dan iman).
Terkait dengan hal tersebut, pada aplikasinya penggunaan kata La/Wa menujukkan fenomena yang lebih rancu, beberapa fenomena yang penulis jumpai antara lain;
Kata La/Wa digunakan juga oleh masyarakat diwilayah lain di luar Jazirah Muna dan Buton sebagaimana oleh Masyarakat Sangir Talaud, NTT/NTB dan Kalimantan dan masih banyak lagi suku lain di Nusantara ini yang menggunakan nama mereka dengan kata depan La/Wa. Bukti tersebut dapat dilihat dari penggunaan marga dari tiap keluarga, kisah (epik) sejarah, makam leluhur dll.
Hal yang unik lagi nama La/Wa khususnya kata depan La banyak digunakan sebagai kata depan nama mereka yang berada di Piliphina, Thailand bahkan orang-oarang di Italia dengan bukti yang sama dengan point sebelumnya.
Dengan mencermati kondisi demikian apakah hal yang spesifik dari kata La/Wa bagi orang Muna dan Buton???. Kalau mereka dikaitkan dengan keagamaan yang mereka anut, mungkin saja dapat digeneralisasi bahwa bagi yang beragama islam dapat disandangkan kata La/Wa pada mereka, dan bagimana jika mereka tidak beraga islam ?.
2. Kajian dengan Pendekatan sejarah
Untuk mahami fenomena diatas maka perlu dilakukan denga pendekatan sejarah. dari beberapa kajian tentang penggunaan nama depan nama penduduk, memberi kesan yang sama bahwa keakrabatan dengan penuh rasa hormat/takzim. Nilai-nilai tersebut menjadi dasar penggunaan kata depan, baik yang bersifat sementara ataupun bersifat tetap. Bersifat sementara seperti sapaan “Mas” bagi orang Suku Jawa yang sebenarnya hanya sapaan (bukan nama aslinya), sedangkan yang tetap seperti sapaan La/Wa (Muna dan Buton), Cut/Tengku/Teuku (Aceh), Daeng/Andi (Makassar/Bugis).
Berdasarkan uraian sejarah dari beberapa sumber maka secara umum sapaan La/Wa merupakan sapaan umum sebagaimana dengan kata “Abu” untuk sapaan bagi anak orang–orang arab. Lebih jauh lagi, kata depan La/Wa yang melekat pada nama mereka menggambarkan bahwa mereka bagian dari pengaruh budaya suku daratan yang didominasi oleh pengaruh Kerajaan Majapahit. Ini dapat terbukti pada akhir masa keemasan Kerajaan Majapahit, dimana Pati Gajah Mada melakukan pelayaran ke wilayah timur.
Pada bagian lain sapaan yang bermakna sama untuk suku pelaut menggunakan kata depan “Si”, Sapaan yang melekat pada nama mereka banyak digunakan oleh suku sama (suku bajo). Berdasarkan sejarah suku pelaut di negeri ini didominasi oleh kerajaan Sriwijaya. Dengan uraian ini maka terbayanglah karakter masyarakat yang mendiami jazirah Muna dan Buton termasuk bagaimana proses imperium dua kerajaan besar tersebut termasuk peletakaan budaya di negeri baru (simak nama para raja sebelum islam masuk di jazirah muna/buton).
3. Kenapa kata La dan Wa pada nama depan keturunan masyarakat Muna dan Buton masih digunakan?
Pada kenyataan sekarang telah banyak dari keturunan Orang Muna dan Buton tidak lagi menggunakan nama depan mereka dengan kata La/Wa, sedangkan kata depan dengan nama La/Wa + Ode makin dimunculkan. Tendensi ini bagi penulis merupakan pemahaman masyarakat di jazirah Muna dan Buton tentang kata tersebut tidak dipahami secara mendalam ataupun dalam pemahaman lain bermakna sakrar (memang sakrar) dan cenderung “buta”.
Untuk hal diatas, terdapat makna bahwa kata La/Wa bukanlah satu kesatuan dari kalimat sahadat, memang demikian yang penulis ingin sampaikan tapi “Warisan Majapihit”. Namun keberlanjutan penggunaan kata La/Wa bermakna lain sejak siar islam masuk. Pengadopsian kata La/Wa oleh islam puncaknya terjadi saat kata depan La/Wa bersambung dengan kata “ode”. Dengan memasukkan kata “ode” tersebut maka makna kata La/Wa tidak bisa terlepas dengan sendi kehidupan di jazirah Muna dan Buton sekaligus menghilangkan makna kata depan La/Wa sebagai warisan Majapahit (budaya baru).
4. Kapan kata ode menjadi bagian dari nama depan orang Muna dan Buton.
LA Ode terbentuk dari dua kata dari filologi huruf arab. La adalah singkatan kata Laillaha Illallah (jadi La bukan penggalan tapi simbolik dari Lailallaha Ilallah) dengankan ODE adalah berarti bangsawan yang ditemukan dalam literatur bahasa arab yang tua. La Ode artinya adalah orang yang mulia atau terpuji di Depan Allah. Berangkat dari kata ini maka hendaknya laah para bangsawan buton (anak-anakku) menjaga lidah, dan semua indera. Karena awalnya La Ode itu tidak diberikan kepada anak turunan HANYA DIBERIKAN KEPADA SULTAN TERPILIH. Kemudian terjadi perubahan policy oleh siolimbona (sebelumnya 8 orang, kemudian untuk mempermudah voting ditambah 1 orang lagi jadi 9/sio). Keputusan untuk memberikan nama La Ode untuk anak turunan bangsawan buton adalah UNTUK MELAKUKAN INDENTIFIKASI KEPADA ANAK TURUNAN PARA ANAK2 INI SIAPA TAU DIKEMUDIAN HARI DITEMUKAN BIBIT KEPEMIMPINAN PADA DIRI MEREKA.
nulisan La Ode dgn Laode perlu saya tegaskan jelas berbeda. Kalau La ODe artinya darah kebangsawanannya masih dianggap pantas. kalo laode maka sesungguhnya garis turunannnya sudah dicoret dari daftar terpilih untuk menjadi pemimpin di buton. Bisa juga gelar ini dicabut oleh Siolimbona bila dianggap “si anak” ini telah durhaka terhadap kerajaannya.
Pada jaman dahulu ada suatu aturan tersndiri dalam lingkungan Kesultanan Buton dimaa bila 3 turunan berturut2 kaum La Ode tidak melapor ke Buton maka secara Otomatis kebangsawanannya dianggap dicoret atau dengan kata lain tidak berhak memakai kata la Ode lagi tapi laode.
La Ode dalam proses identifikasi turunan ini menggunakan pakem garis patrilineal (garis ayah) bukan matrineal (garis ibu).
Penutup
Semoga apa yang ada ini menjadi pembuka hati kita untuk lebih tau diri, silahkan ambil makna tersirat dan tersurat dan kita dapatkan makna dan pesan dari para leluhur kita, bukankah orang baik dan ahli surga itu didasrkan pada ilmu dan amal mereka dan bukan dari nama yang mereka sandang???.
Ata dengan kata lain, pemaknaan kata La dan Wa dapat dipahami lebih bijak sekaligus semakin mempererat kebersamaan yang utuh masyarakat suku Muna dan Buton dalam lingkungan sosial yang heterogen. Marilah kita menghargai budaya kita dengan tetap merasa bangga menjadi orang Muna dan Buton yang tetap menggunakan nama depan La dan Wa.
Tumblr media
“KEBINGUNAGAN ADALAH AWAL UNTUK MENCERMATI KEBENARAN”
Tumblr media
0 notes