Tumgik
#Kaffah
rinaam-sblog · 10 months
Text
NEGARA WAJIB MENJAGA AKIDAH UMAT
Sekularisme Pangkal Kesesatan | NEGARA WAJIB MENJAGA AKIDAH UMAT
Sekularisme (aqidah yang memisahkan agama dan kehidupan) yang dianut dan diterapkan di negeri ini sesungguhnya adalah pangkal kesesatan. Dari aqidah ini lahir sistem demokrasi yang menjamin kebebasan (liberalisme). Di antaranya kebebasan beragama. Ini tidak ada masalah. Sebabnya, dalam Islam pun setiap orang bebas memeluk agama. Setiap orang tidak boleh dipaksa untuk memeluk agama Islam. Allah SWT berfirman:
لاَ إَكْرَاهَ فِي الدِّيْنِ
Tidak ada paksaan dalam memasuki agama (Islam) (TQS al-Baqarah [2]: 256).
Masalahnya, dalam demokrasi, kebebasan beragama tak hanya dipahami sebagai kebebasan untuk memeluk agama tertentu. Namun faktanya, demokrasi juga menjamin kebebasan orang untuk gonta-ganti agama, termasuk murtad dari agama Islam. Ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ بَدَّلَ دِيْنَهُ فَاقْتُلُوْهُ
Siapa saja yang mengganti agamanya (murtad dari Islam) maka bunuhlah (HR al-Bukhari).
Demokrasi juga menjamin kebebasan bagi siapapun untuk menyelewengkan ajaran agamanya. Buktinya, munculnya ratusan aliran sesat, termasuk yang menistakan ajaran Islam, terkesan seolah dibiarkan. Belum lagi munculnya beragam pemikiran liberal yang juga sesat dan menyesatkan. Misalnya saja pemikiran tentang pluralisme agama, yang memandang semua agama sama. Juga pemikiran tentang toleransi beragama yang kebablasan, yang melahirkan sinkretisme (campur-aduk) agama seperti doa bersama lintas agama, dll. Semua seolah dibiarkan oleh negara atas nama demokrasi dan kebebasan.
Di sisi lain, sikap untuk berpegang teguh pada akidah Islam yang lurus, termasuk pada identitas Islam, keinginan untuk hidup diatur oleh syariah Islam secara kâffah, termasuk mengkaji dan mengajarkan ajaran Islam tentang Khilafah, acapkali dicap sebagai radikal, atau dikaitkan dengan radikalisme, bahkan dengan terorisme.
Alhasil, sekularisme yang melahirkan kebebasan (liberalisme) justru merupakan pangkal kesesatan. ========++++========
NEGARA WAJIB MENJAGA AKIDAH UMAT
Buletin Kaffah No. 299 (12 Dzulhijjah 1444 H/30 Juni 2023 M)
Akhir-akhir ini publik sedang dihebohkan oleh berita tentang Pondok Pesantren Al-Zaitun pimpinan Panji Gumilang yang berlokasi di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Banyak pihak menilai Al-Zaytun dan Panji Gumilang telah menyimpang dari ajaran Islam. Berita heboh dimulai saat beredar video pelaksanaan Shalat Idul Fitri di Al-Zaytun yang memperlihatkan adanya sosok wanita di shaf paling depan yang sejajar dengan shaf laki-laki. Video lainnya memperlihatkan Panji Gumilang mengucapkan salam di hadapan jamaahnya dengan ucapan salam yang diduga khas Yahudi. Ada pula cuplikan video ceramah Panji Gumilang yang mengklaim bahwa al-Quran bukanlah firman Allah SWT, tetapi ucapan Nabi Muhammad saw. yang berasal dari wahyu Allah SWT. Klaim ini terkonfirmasi juga saat wawancara eksklusif Panji Gumilang dengan SCTV baru-baru ini. Selain itu, dari berita yang beredar, Al-Zaytun dan Panji Gumilang disinyalir terafilisasi dengan NII KW-9 yang juga dianggap gerakan yang menyimpang.
Aliran Sesat di Indonesia
Di Indonesia, aliran sesat memang cukup banyak bermunculan. Sebagian ada yang hilang, namun kemudian muncul lagi dengan nama baru. Berdasarkan catatan MUI pada tahun 2016 saja sudah ada lebih dari 300 aliran sesat di Indonesia (Cnnindonesia.com, 2/1/2016). Di antaranya yang sudah resmi difatwakan sesat oleh MUI adalah: Ahmadiyah yang mentahbiskan pendirinya (Mirza Ghulam Ahmad) sebagai nabi; Lia Eden atau Salamullah yang didirikan oleh Lia Aminuddin, yang mengaku pernah bertemu dengan Malaikat Jibril; Al-Qiyadah al-Islamiyah pimpinan Ahmad Moshaddeq yang mengaku sebagai nabi; Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dianggap meneruskan ajaran Al-Qiyadah al-Islamiyah; Kerajaan Ubur-ubur di Serang Banten; Puang Larang/Tarekat Tajul Khalwatiyah Syekh Yusuf Gowa. Adapun Al-Zaytun, meski sudah berdiri lebih dari 20 tahun, belum secara resmi dinyatakan sesat oleh MUI.
Pertanyaannya: apa kriterianya sebuah aliran dianggap sesat? Pada tahun 2007 MUI Pusat mengeluarkan rekomendasi/fatwa tentang 10 kriteria sebuah aliran dianggap sesat/menyimpang. Kesepuluh kriteria tersebut adalah: 1. Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6; 2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah; 3. Meyakini turunnya wahyu setelah al-Quran; 4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi al-Quran; 5. Melakukan penafsiran al-Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir; 6. Mengingkari kedudukan Hadis Nabi saw. sebagai sumber ajaran Islam; 7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul; 8. Mengingkari Nabi Muhammad saw. sebagai nabi dan rasul terakhir; 9. Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke Baitullah, salat wajib tidak 5 waktu; 10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i seperti mengkafirkan Muslim hanya karena bukan kelompoknya (Republika.co.id, 26/10/2017).
Melindungi Aqidah Umat
Salah satu peran negara yang paling utama dalam pandangan Islam adalah menjaga dan melindungi aqidah/keyakinan umat Islam. Munculnya banyak aliran sesat di Indonesia jelas menunjukkan bahwa negara saat ini tidak hadir dalam menjaga dan melindungi aqidah umat Islam. Padahal aliran-aliran sesat itu telah memakan banyak korban dari kalangan umat Islam. Mereka banyak yang akhirnya tersesat/menyimpang dari aqidah Islam yang lurus, bahkan murtad dari Islam.
Mengapa negara terkesan tidak hadir untuk menjaga dan melindungi aqidah umat Islam? Tidak lain karena negara saat ini menganut dan menerapkan aqidah sekularisme. Sekularisme hakikatnya adalah aqidah sesat. Pasalnya, sekularisme adalah aqidah yang meyakini agama harus dipisahkan dari urusan negara. Dalam negara sekuler, negara tidak boleh campur-tangan dalam urusan keyakinan warga negaranya. Andai ada warga negara yang gonti-ganti agama/keyakinan, negara tak peduli. Negara pun tak akan peduli andai banyak Muslim yang murtad dari Islam, termasuk menganut aliran sesat.
Padahal dulu Rasulullah saw.—sebagai kepala negara—sangat tegas terhadap aliran yang menyimpang. Sebagaimana diketahui, dalam sejarah Islam, pernah muncul seorang yang mengklaim sebagai nabi (nabi palsu). Dia adalah Musailamah al-Kadzdzab (Musailamah Sang Pendusta). Nama aslinya Musailamah bin Habib dari Bani Hanifah. Berbagai cara dilakukan Musailamah untuk mengukuhkan posisinya. Salah satunya mengirimkan surat kepada Nabi Muhammad saw. Dalam surat itu, Musailamah meyakinkan bahwa dirinya adalah seorang nabi dan rasul Allah juga, sama seperti Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw. kemudian mengirimkan surat balasan untuk Musailamah. Sebagaimana dikutip dalam Sirah Ibnu Ishaq, berikut surat balasan Nabi Muhammad saw.: “Dari Muhammad Rasulullah kepada Musailamah sang Pendusta. Keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk (QS Thaha: 47). Sungguh bumi ini adalah milik Allah. Allah mewariskan bumi ini kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (Ibnu Hisyam, Sîrah Ibnu Hisyâm, 2/601).
Peristiwa itu diperkirakan terjadi pada akhir tahun ke-10 Hijrah. Namun demikian, balasan surat Nabi Muhammad saw. itu sedikitpun tidak mengubah keyakinan dan semangat Musailamah untuk menyebarkan ajarannya. Bahkan ‘dakwah’ Musailamah semakin aktif setelah Nabi Muhammad saw. wafat. Akibatnya, propaganda yang disebarluaskan Musailamah itu mempengaruhi stabilitas pemerintahan Islam pasca Rasulullah saw., yakni pemerintahan Islam di bawah Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq ra. Karena itu di bawah komando Khalifah Abu Bakar ra., pasukan kaum Muslim kemudian menumpas Musailamah dan pengikutnya dalam Perang Yamamah (12 H) (Al-Mubarakfuri, Ar-Rahîq al-Makhtûm, hlm. 416).
Sebetulnya, selain Musailamah, di era pemerintahan Islam, khususnya masa Khulafaur Rasyidin dan era setelahnya, masih banyak orang yang menyebarkan aliran sesat/menyimpang. Rata-rata mengklaim sebagai nabi. Mereka sebelumnya adalah Muslim, lalu menyimpang dari ajaran Islam. Disebutkan dalam Nihâyat al-'Alam karya Muhammad al-'Arifi bahwa selain Musailamah, ada beberapa nabi palsu yang hidup pada zaman Rasulullah saw. dan para khalifah sepeninggal beliau. Semuanya diperangi oleh negara, tentu setelah sebelumnya mereka diminta untuk bertobat dan kembali ke dalam pangkuan Islam, tetapi mereka menolak.
Sekularisme Pangkal Kesesatan
Sekularisme (aqidah yang memisahkan agama dan kehidupan) yang dianut dan diterapkan di negeri ini sesungguhnya adalah pangkal kesesatan. Dari aqidah ini lahir sistem demokrasi yang menjamin kebebasan (liberalisme). Di antaranya kebebasan beragama. Ini tidak ada masalah. Sebabnya, dalam Islam pun setiap orang bebas memeluk agama. Setiap orang tidak boleh dipaksa untuk memeluk agama Islam. Allah SWT berfirman:
لاَ إَكْرَاهَ فِي الدِّيْنِ
Tidak ada paksaan dalam memasuki agama (Islam) (TQS al-Baqarah [2]: 256).
Masalahnya, dalam demokrasi, kebebasan beragama tak hanya dipahami sebagai kebebasan untuk memeluk agama tertentu. Namun faktanya, demokrasi juga menjamin kebebasan orang untuk gonta-ganti agama, termasuk murtad dari agama Islam. Ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ بَدَّلَ دِيْنَهُ فَاقْتُلُوْهُ
Siapa saja yang mengganti agamanya (murtad dari Islam) maka bunuhlah (HR al-Bukhari).
Demokrasi juga menjamin kebebasan bagi siapapun untuk menyelewengkan ajaran agamanya. Buktinya, munculnya ratusan aliran sesat, termasuk yang menistakan ajaran Islam, terkesan seolah dibiarkan. Belum lagi munculnya beragam pemikiran liberal yang juga sesat dan menyesatkan. Misalnya saja pemikiran tentang pluralisme agama, yang memandang semua agama sama. Juga pemikiran tentang toleransi beragama yang kebablasan, yang melahirkan sinkretisme (campur-aduk) agama seperti doa bersama lintas agama, dll. Semua seolah dibiarkan oleh negara atas nama demokrasi dan kebebasan.
Di sisi lain, sikap untuk berpegang teguh pada akidah Islam yang lurus, termasuk pada identitas Islam, keinginan untuk hidup diatur oleh syariah Islam secara kâffah, termasuk mengkaji dan mengajarkan ajaran Islam tentang Khilafah, acapkali dicap sebagai radikal, atau dikaitkan dengan radikalisme, bahkan dengan terorisme.
Alhasil, sekularisme yang melahirkan kebebasan (liberalisme) justru merupakan pangkal kesesatan.
Pentingnya Berpegang Teguh pada al-Quran dan as-Sunnah
Di antara dampak buruk sekularisme yang diterapkan di negeri ini adalah menjadikan banyak kaum Muslim tidak lagi berpegang teguh pada agamanya. Mereka tidak lagi berpegang teguh pada al-Quran dan as-Sunnah. Akibatnya, banyak kaum Muslim mudah tersesatkan dari agamanya. Padahal Rasulullah saw. telah menegaskan, saat berkhutbah pada Haji Wada’:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوا أَبَدًا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Wahai manusia, sungguh telah aku tinggalkan di tengah-tengah kalian suatu perkara yang jika kalian pegang teguh niscaya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya: Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya (HR al-Hakim dan al-Baihaqi).
Berpegang teguh pada al-Quran bermakna menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai pedoman hidup. Sikap ini meniscayakan antara lain: Pertama, menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai rujukan (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 59). Kedua, menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai standar halal-haram, benar-salah, dan baik-buruk. Artinya, yang wajib dijadikan tolok ukur adalah apa saja yang diputuskan dan dinyatakan oleh al-Quran dan as-Sunnah (Lihat: QS asy-Syura [42]: 10). Ketiga, mengamalkan seluruh kandungan al-Quran dan as-Sunnah dalam seluruh aspek kehidupan (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 208).
WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []
---*---
Hikmah:
Allah SWT berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Siapa saja yang mencari agama selain Islam tidak akan diterima dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi. (TQS Ali ‘Imran [3]: 85). []
4 notes · View notes
amipertiwis · 1 year
Photo
Tumblr media
أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَسَنِ، عَنْ حَجَّاجٍ، قَالَ قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، أَنَّ أَبَا الْمِنْهَالِ، أَخْبَرَهُ أَنَّ إِيَاسَ بْنَ عَبْدٍ صَاحِبَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لاَ تَبِيعُوا فَضْلَ الْمَاءِ فَإِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم نَهَى عَنْ بَيْعِ فَضْلِ الْمَاءِ ‏. 
Iya bin 'Abd, sahabat Rasulullah berkata: “jangan menjual kelebihan air, karena Nabi melarang penjualan kelebihan air.”
-Illustration from Agim Sulaj-
2 notes · View notes
theartismi · 3 months
Text
Demokrasi Mati, Umat Islam Harus Bangga
@theartismi | Markibas(Mari Kita Bahas)
Demokrasi Mati maka Umat Muslim harus bangga. Tau gak kita sudah berapa kali ganti pemimpin toh gitu2 aja, utang indo juga makin banyak. Dan di pesta demokrasi ini para pencari kekuasaan mudah menjanjikan sesuatu tanpa dipikir bagaimana caranya. Pokok modal yakin iso iso hahaha. Pernah liat salah satu paslon menjanjikan sesuatu yang baru terlontar di masyarakat trus lgsg mengiyakan, itu adalah bukti akal tidak digunakan dengan benar, kenapa? Seseorang ketika memutuskan segalansesuatu jika menggunakan akalnya maka akan melalui proses verpikir, tentu akan memikirkan cara mendapatkannya gimana daripada lgsg meng iyakan. Jelas kan kalo pencitraan memang setiap 5 tahun sekali di sistem ini.
Sampai pemilu nanti pro rakyat habis itu yaudah lupa lagi sama rakyatnya, ini sudah biasa terjadi di sistem demokrasi. (Haduh kamu suudzon mulu) kalo melihat dari fakta dan guru b. Indo ku jaman SD bahwa pengalaman adalah guru terbaik maka justru aneh melihat seseorang tidak belajar dari apa yang udah terjadi mereka tidak upgrade diri karena masih berkutat pada kelemahan diri yang gak dibenahi. Maka jika dilihat dari fakta yang ada selamanya Demokrasi tak pernah mencetak pemimpin yang amanah, justru dari demokrasi lah tercetak manusia2 iblis, itulah sebabnya politik di sistem ini sangatlah kotor.
Kartu2 an, makanan gratis, internet gratis, pendidikan gratis, Dp rumah 0, dan buanyak janji2 manis banget dah kayak makan gula 1 ton. Siapa coba yang gak pingin. Tapi coba deh, dapet uang dari maneeee bozzz, katanya hidup ini realistis yah liat aja lagi2 dari pajak kita2 aja, hadeuh ini yang dimaksud janji hanyalah slogan pas pemilu. Sampai ngakak klimaks itu pas di lampu merah arif rahman hakim ada banner tulisannya gini " pilih (nama partai) kuliah gratis" Buatinnn ya allah " Uang darimane boz, gampang benerrr" Trus disaat ngeliat fakta ITB pake pinjol, bayangin tambah bingung gak dadi rakyat.
Lalu gimana dong solusinya ngatasi semua yang udah rusak. Aku bicara gini itu karena melihat banyaknya problem dan juga melihat kondisi ideal. Maka membandingkan itu mudah, kondisi idealnya seperti apa? Coba deh cari peradaban yg pendidikannya gratis, kesehatannya gratis, dan banyak kesejahteraan lainnya. Cari Skrg
Memberikan janji itu ya harus realistis, uangnya dari mana, cara ngelolanya gimana, hingga bisa terdistribusi tuh gimana. Gk kok asal buat kata2 slogan yang buat orang kepincut.
Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.(Al Baqarah 208). Rukun iman i gak mek diapal ges, tapi diaplikasikan iman itu percaya, yakin 100℅.
Aku mukmin dan janji paling pasti adalah Tuhanku, Allah Swt. Dialah yang menciptakan dan juga mengatur semua yang diciptakan. Maka bukan hanya meminta kesejahteraan tapi ini bentuk ketaatan, kesejahteraan tuh bonus hanya bonus. Terlebih itu kita taat dan tunduk kpd syariatNya. Maka dari ayat diatas bisa disimpulkan bahwa islam itu agama yang sempurna dan praktis islam adalah ideologi yang mana sudah lengkap semua pengaturannya, coba lihat agama lain ada ta yg ngatur sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem sosial, sistem pertahanan? Gak ada kan? Itulah bukti bahwa islam bukan hanya sekedar agama. Konsep islam dalam mengatasi kemiskinan, pelecehan, korupsi dan semua masalah sudah gamblang dan jelas. Tinggal nerapin dan contohnya pun juga ada kurang apa lagi say? Kurang diterapin lah. Makanya ayat tadi tuh kita disuruh berislam secara keseluruhan karena kalo prasmanan tuh dihotel2 aja ges ahaha, gak bisa kita ambil cuman parsial aja. Semua konsep ini jelas, dan umat muslim harus sangat senang jika demokrasi mati
Untuk menjalankan semua konsep islam perlu adanya negara, karena itu menyangkut sistem. Apakah dalam islam sudah ada struktur pemerintahannya ? Ya jelas adaaa, semuanya ada ini tuh tinggal nerapin, cuman problemnya umat harus sadar bahwa mereka butuh diatur oleh Allah Swt, lah manusia mau diatur sama Allah Swt ketika dia yakin bahwa Allah Swt maha pencipta dan pengatur nah keyakinan dan keimanan berarti harus dicari dari proses berpikir. Karena dari keyakinan itulah akan tunduk pada syariat Allah Swt. Orang kalo gk yakin ya mana bisa percaya makanya timbul pertanyaan2 dan pernyataan bahwa demokrasi itu jalan untuk menerapkan syariat islam, manaa adaa ges? Konsepnya aja udh beda.
Jadi Demokrasilah yang menyebabkan ini semua rusak, karena didalam demokrasi tak akan pernah relevan dengan syariat Allah Swt, tak akan pernah bisa. Maka umat islam harus bangga ketika mendengar demokrasi mati, karena kita punya solusi lain. Memilih untuk tidak memilih itu bagi sebagain orang dikatakan masyarakat yang apatis, namun tidak jika kamu cinta pada indonesia ini, bukan hanya slogan "NKRI HARGA MATI" Tapi juga diperjuangkan. Bilangnya nkri harga mati tapi pas kasus Rempang diem bae, kan aneh slogan apa yang disuarakan. Apalagi meninggikan HAM , sudah banyak yg dibungkam atas nama HAM ( kalo gk tau banyak kok faktanya di berita) kalo mau tau lebih lagi ya berhadapan lgsg dengan umat.
Maka dari itu untuk mewujudkan syariat islam kembali dalam naungan khilafah maka kita perlu tau dulu konsepnya, lalu kita perjuangkan dengan dakwah, dari sinilah akan ada orang2 yang menyerahkan kekuasaannya karena Allah Swt. Ini semua perlu dikaji secara keseluruhan biar kegambar. Karena banyak yg bilang utopis tapi gak mau belajar dulu, tapi gak mau terjun lgsg ke umat kan aneh, maunya perubahan tapi cuman nyoblos 1 hari, ya mana bisa. Rugi donggg
1 note · View note
saudarimu · 5 years
Text
Aku ingin dakwah melalui skripsi
Saat ini aku sedang membaca buku berjudul Art of Dakwah yang ditulis oleh seorang pengemban dakwah yang sudah banyak tulisan dan buku beliau sangat menginspirasiku. Buku ini termasuk salah satu di antara beberapa buku visual ditulis oleh ustad Felix Siauw dan didesain oleh Emeralda Noor Achni.
Tampilan luar dan dalam buku ini menarik dan lucu banget. Nuansa merah jambu yang manis dan eye catching banget buat manusia visual seperti aku. Tidak ada alasan untuk melewatkan buku ini dalam list bacaanmu. Sama seperti beberapa buku beliau yang sudah kubaca sebelumnya, tulisannya ringan, bahasa yang santai, memunculkan kata “oh iya ya” secara otomatis, penuh dengan ilustrasi, berwarna, sangat tidak membosankan dan mengajakku untuk membalikkan lembar ke halaman selanjutnya, selanjutnya lagi, kemudian seterusnya sampai selesai.
Sebenarnya tujuan aku menulis tulisan ini bukan untuk mereview buku itu secara keseluruhan sih. Tulisan di atas sekadar mengungkapkan kesanku ketika membaca buku Art of Dakwah ini dan kesanku dengan buku-buku Ustad Felix yang lain.
Aku sudah membaca sampai bab 6 tentang tata cara berdakwah. Ketika bacaanku tiba pada penghujung halaman, aku tetiba teringat dengan judul usulan skripsi yang kuajukan pertama kali. Judul itu sampai saat ini belum diterima oleh dosenku. Entah karena susunan penulisanku kurang meyakinkan beliau atau karena menurut beliau penelitian itu lumayan sulit untuk dilakukan. Usulan skripsiku yang pertama itu berjudul “Efektivitas pelatihan Islamic parenting terhadap penurunan perilaku kekerasan orangtua pada anak.” Lalu apa hubungan antara bab 6 tata cara berdakwah dan judul usulan skripsiku?
Mungkin dalam tulisan ini aku hanya sekadar menghubung-hubungkan sesuatu yang penting juga tidak penting, sekaligus menyisipkan sedikit curhatanku tentang judul skripsi yang dua bulan belakangan ini membuatku galau dan jadi tidak bersemangat. Hampir putus asa kalau saja aku tidak mengingat ada Allah satu-satunya penguat dan penolongku. Tapi aku benar-benar menemukan ide menulis tulisan ini dari menghubungkan bab 6 dan judul skripsi itu.
Judul skripsi itu aku niatkan sebagai dakwahku. Aku sangat mencintai Islam dan sangat tertarik pada bidang psikologi perkembangan, terutama parenting. Sebab keinginanku sebagai seorang ibu di masa depan insyaAllah adalah membimbing anak menjadi shalih dan shalihah serta membentuk peradaban Islam yang dimulai dari ruang lingkup kecil yaitu keluarga. Ketinggian banget ya bahasaku. Aku berharap besar dengan diterimanya pengajuan judul itu, sembari aku melakukan penelitian sebagai syarat kelulusan, aku juga dapat mendakwahkan Islam kepada ibu-ibu tentang metode parenting Islam sesuai tuntunan Rasulullah. Namun, sampai saat ini Allah belum berkehendak untuk mengabulkan harapanku. Maka tidak ada yang dapat kulakukan kecuali bersabar, tawakkal, dan tetap berikhtiar.
Pertama-tama mungkin aku akan sedikit mereview dan mengutip tulisan dari bab 6 buku Art of Dakwah. Kita sebagai ummat Islam sudah sangat paham bahwa Rasulullah saw adalah individu yang kepadanya setiap manusia layak mengalamatkan panduan dan tuntunan dalam berperilaku, termasuk berdakwah. Sebagaimana Allah berfirman :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Terjemahan QS. Al-Ahzab: 21)
Ustad Felix dalam bukunya mengemukakan bahwa tata cara dakwah yang benar dan diridhoi oleh Allah telah dicontohkan oleh Rasulullah. Yaitu dakwah yang akan menghasilkan. Sebab ketika kamu sudah berniat berdakwah, bukan berarti kamu bisa berdakwah semaumu. Tentu harus mengikuti cara yang sudah ditempuh Rasulullah. Dan tiga ciri utama dakwah Rasul, yaitu 1) tidak menggunakan kekerasan, 2) mengubah pemikiran, dan 3) menyentuh wilayah politis.
Di halaman selanjutnya, beliau memaparkan 3 tahapan dakwah. Tahap pertama, ketika Islam belum dikenal dan masih sedikit pengikutnya, Rasulullah membina para sahabat di rumah Arqam bin Abi Arqam. Rasulullah menanamkan akidah Islam yang kokoh sebagai prinsip para sahabat. Menjadikan tauhid sebagai inti dari hidup mereka, serta halal dan haram sebagai penentu hidup mereka.
Tahap kedua, Rasulullah menjadikan sahabat sebagai agen-agen perubahan. Menjadi pengemban dakwah kepada kaum Arab jahiliyah. Kemudian mulai berdakwah secara terang-terangan, sehingga menimbulkan reaksi yang bertentangan.
Tahap ketiga, yaitu berdakwah dengan kekuasaan setelah Madinah menjadi negeri kaum muslim. Negara pertama yang menerapkan syariat Islam secara keseluruhan. Menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai asasnya serta Rasulullah sebagai pemimpinnya.
Ada satu paragraf dalam bab itu yang kemudian kukoneksikan dengan judul usulan skripsi, revisi, dan beberapa masukan dari dosenku.
“Begitulah dakwah kebenaran, memang senantiasa melawan sesuatu yang salah dan telah lama berakar. Namun ini dilakukan Rasulullah, untuk menunjukkan yang mana yang haq dan yang mana yang bathil. Menyampaikan rusaknnya sistem jahiliyah Arab, seperti menganggap remeh perempuan, praktek riba yang menguntungkan yang kaya dan mematikan yang miskin, keyakinan-keyakinan akan sesembahan selain Allah dan takhayul di Masyarakat, sampai sistem pemerintahan yang zalim, semua ditunjukkan kesalahannya, dan menawarkan kepada mereka sebuah pengganti yang jauh lebih adil dan baik, solusi Islam atas semuanya.” (Hal. 66)
Dalam latar belakang usulan skripsiku, aku memaparkan fenomena kekerasan orangtua pada anak yang hingga pada saat ini masih menjadi perhatian dan pembicaraan di masyarakat. Aku tentu sepakat dan paham betul bahwa tidak mudah mengubah perilaku yang sudah mendarah daging dalam diri sekelompok individu, yang bahkan sudah menjadi budaya dalam satu wilayah dan standar benar atau salahnya perilaku mereka menggunakan pemahaman mereka, sementara tuntunan memperlakukan anak menurut Islam sudah tidak dihiraukan lagi. Termasuk perilaku kekerasan yang secara tidak sadar dilakukan dan dibenarkan oleh sebagian besar orangtua pada anak.
Mungkin ada orangtua yang menganggap bahwa perilaku seperti memukul, menjitak, mencubit, menjewer, memerahi secara berlebihan, membentak, memaksa, mengekang, dan mencela anak merupakan perilaku salah yang dianggap sebagai kekerasan. Apalagi di waktu dan tempat serta dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan. Namun yang sangat memprihatinkan adalah masih ada sebagian besar orangtua menganggap perilaku di atas tidak termasuk ke dalam perilaku kekerasan pada anak. Bahkan perilaku itu dianggap wajar dan dibenarkan sebagai pemberian hukuman pada anak agar tidak melakukan perbuatan yang dilarang atau tidak mematuhi keinginan orangtua.
Nah, sebagaimana Rasulullah ketika berdakwah beliau hendak mengubah pikiran kaum Arab jahiliyah yang salah, telah lama berakar dan menjadi budaya turun temurun dari nenek moyang mereka, aku pun berniat meluruskan pemahaman dan pola pikir orangtua mengenai perilaku salah yang dibenarkan pada anak melalui pelatihan Islamic parenting ini.
Sayang sekali sang penentu diterima atau tidaknya judulku berkeyakinan bahwa kecenderungan perilaku kekerasan orangtua pada anak mustahil untuk diturunkan hanya dengan pelatihan. Kalau pun bisa kemungkinannya akan sangat kecil. Teori-teori dan hasil penelitian terdahulu telah kupaparkan tentang bagaimana Islam begitu sempurna dan rinci mengatur metode pengasuhan orang tua, bagaimana cara memperlakukan anak, bagaimana cara menghukum anak, pada saat usia berapa dan dengan alasan apa orangtua dapat menghukum anak. Bahkan ada pemaparan bukti bahwa hingga saat ini di zaman ini masih ada orangtua yang melakukan kekerasan pada anaknya sebagai hukuman. Tapi tetap saja beliau memiliki dalih untuk tidak menerima judulku. Beliau bilang, aku tidak akan bisa mengubah perilaku seseorang. Kalau pun bisa akan memakan waktu yang lama. Aku juga tidak bisa memungkiri hal itu sih.
Tapi aku tetap percaya, seburuk apa pun perilaku seseorang, berapa lama pun perilaku salah itu telah mendarah daging dan turun temurun dari orangtua-orangtua mereka sebelumnnya, sebagaimana perilaku kaum Arab jahiliyah yang diturunkan dari nenek moyang mereka, dengan mengubah akar dari pemahaman mereka yaitu pemikiran atau pola berpikir sebagaimana tata cara dakwah yang Rasul ajarkan, maka perilaku kekerasan itu pun dapat berubah.
Lalu dijelaskan oleh Ustad Felix dalam bukunya, ada dua cara yang dapat digunakan untuk mengubah perilaku seseorang yaitu melalui pembiasaan dan melalui cara berpikir. Mengubah perilaku melalui pembiasaan membutuhkan waktu yang tidak cepat, cukup berat, usaha yang besar dan perlu istiqamah. Sedangkan, perubahan melalui pemikiran tidak membutuhkan usaha yang berat bagi individu yang diubah pikirannya, tapi membutuhkan keahlian bagi si pengubah pemikiran, kabar baiknya perubahan melalui pemikiran ini akan bertahan lebih lama. Aku mengutip satu lagi paragraf di bawah ini.
“Bila kita ingin mengubah perbuatan seseorang maka kita harus mengubah pemikirannya terlebih dahulu. Karena perbuatan itu sangat dipengaruhi oleh kecenderungan. Sedangkan kecenderungan dipengaruhi oleh pemahaman yang diyakini. Pemahaman dipengaruhi oleh cara berpikir, dan cara berpikir ditentukan oleh informasi yang tersimpan di dalam benak manusia. Jadi, mengubah informasi bisa mengubah perbuatan seseorang. Ini perubahan yang datang dari dalam diri, dan biasanya bertahan lama dan berdampak lebih besar.” (Hal. 86)
Mungkin Allah belum memberikanku kesempatan untuk mendakwahkan tentang pengasuhan secara Islam kepada orangtua yang ada di sekitarku. Selain karena keterbatasan ilmuku, masih ada banyak sekali faktor penghambat dalam diriku. Meskipun bukan aku yang mendapatkan kesempatan mendakwahkannya saat ini, aku tidak akan berhenti sampai di sini. Sebab menyampaikan kebenaran adalah bukti cintaku kepada Allah, cintaku kepada Rasul, cintaku kepada Islam dan cintaku kepada ummat Muslim. Aku tetap ingin membawa Islam kepada orang-orang di sekitarku agar mereka turut merasakan keindahan Islam yang kurasakan. Termasuk pada ranah kecil seperti pengasuhan yang dampaknya akan begitu besar dalam membentuk anak-anak menjadi generasi selanjutnya yang berakhlak mulia dan berideologi Islam.
Kalimat penutup tulisan ini dariku, jangan pernah berputus asa dalam menyampaikan kebenaran. Sebab beratnya mempertahankan bab 1 untuk kemudian didakwahkan dan diterapkan pada masyarakat mungkin tidak sama beratnya ketika Rasulullah mendakwahkan dan menerapkan Islam kepada masyarakat. Tetap kibarkan benderamu di langit wahai pengemban dakwah.
Ditulis di Gowa tanggal 12 Januari 2019
2 notes · View notes
gaulislam · 1 year
Text
Totalitas Bersama Islam
gaulislam edisi 794/tahun ke-16 (16 Jumadil Akhir 1444 H/ 9 Januari 2023) Kamu perlu tahu juga bahwa saat ini, ada upaya pihak tertentu yang mengarahkan umat Islam agar tampil moderat. Sebenarnya ini udah dari dulu, sih. Proyek liberalisasi terhadap Islam. Kini yang digembar-gemborkan adalah moderasi beragama. Jadi, umat Islam digiring agar tidak berlebihan dalam menjalankan syariat Islam, nggak…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
Text
Perduli, BEM Dewantara, MBKM Kemanusiaan dan UKM LDK Kaffah Salurkan Donasi untuk Korban Gempa di Cianjur 
Perduli, BEM Dewantara, MBKM Kemanusiaan dan UKM LDK Kaffah Salurkan Donasi untuk Korban Gempa di Cianjur (more…)
View On WordPress
0 notes
sufimuda · 2 years
Text
HATI, AKAL DAN RASA
HATI, AKAL DAN RASA
Hati, tentu yang dimaksud bukanlah dalam wujud fisik sebagai salah satu organ tubuh manusia, walaupun hati fisik itu begitu penting juga di dalam tubuh manusia. Nabi memudahkan manusia memahami dengan menyebut hati sebagai segumpal daging, lebih mengarah kepada hati fisik, juga agar manusia lebih mudah memahami. (more…)
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
peredapilu · 7 months
Text
Tumblr media
Tepat satu tahun lalu, sebuah tangis menyeruak pada setiap sudut ruang. Bayi mungil itu seperti obat yang melarutkan rangkaian kepedihan. Seorang perempuan mungil tidak berhenti takjub dengan bukti kuasa penciptanya. Sampai dimana hari ke-7, bayi mungil itu diberi nama;
Syamil Yaqdhan Emirhan.
(Seorang pemimpin yang ber-Islam secara kaffah serta terjaga dari perbuatan-perbuatan munkar.)
Selamat hidup satu tahun di Buminya Allah, Syamil. Terimakasih sudah mau sama-sama belajar menjalankan peran. Kelak, tumbuhlah menjadi manusia bermanfaat, yang hadirnya dirindukan oleh banyak orang. Jelajahilah setiap sudut bumi Allah dengan menebarkan kebaikan, menggemakan ayat suci Al-Qur'an, serta menghangatkan dengan hatimu yang luas itu.
Terimakasih Allaah, untuk satu tahunnya Syamil bersama kami; Ibu dan Aba yang akan terus belajar.
-Bandung, 02 Oktober 2023
16 notes · View notes
manifestasi-rasa · 1 year
Text
Qadarullah Walhamdulillah
Beberapa bulan belakangan ini aku banyak belajar tentang menerima. Kali ini bener-bener pelajaran tentang penerimaan yang bikin aku yakin bahwa memang demikianlah yang harus terjadi. Kalau ngomongin jalan hidup, tentu ngga semuanya mulus sesuai rencana. Beberapa ada yang berubah haluan, beberapa ada yang tertunda dan ditunda, beberapa ada yang patah di tengah jalan. Ndak apa. Dua kata yang semakin familiar terdengar sebab kuucapkan sendiri, ataupun terucap dari orang lain.
Qadarullahi wa maa syaa a fa’ala, demikian ucap salah seorang temanku setiap kali aku bercerita tentang hal-hal yang yang menurutku tidak berjalan sesuai rencana. Mengingatkan bahwa rencana-rencana manusia tidak ada yang sempurna, dan ketentuan Allah adalah sebaik-baik ketetapan. Awalnya ngga mudah, tapi karena sering dikasih respon begitu tiap bertukar cerita, lambat laun aku pun jadi tertular untuk mengucapkan kalimat ini ketika mendapati hal tidak sesuai rencana. Qadarullah, kita adalah manusia dengan segala batasnya, sedangkan Allah adalah pemilik segalanya. Qadarullah, satu kalimat yang mampu menghantarkanku pada keyakinan bahwa sebaik-baik ketetapan adalah yang datang dari Allah, dan kita sama sekali tidak tahu bagaimana bentuknya.
Lain waktu saat aku melontarkan cerita lain tentang hasil yang kurang memuaskan, temanku merespon dengan ‘Alhamdulillah ‘alaa kulli haal’. Respon yang sama ketika aku bertanya bagaimana hasil dari apa yang telah ia upayakan namun tidak berbuah seperti yang dibayangkan. Segala Puji Bagi Allah atas setiap keadaan, kalimat sakti lain yang merupakan pembelajaran besarku sejak akhir tahun lalu. Tentang bersyukur. Gratitude. Kepada Allah.
Alhamdulillah dulu, Alhamdulillah lagi, Alhamdulillah terus.
Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmush sholihaat, demikian kita berucap saat mendapati kebaikan.
Alhamdulillah ‘alaa kulli haal, demikian kita berucap saat mendapati atau menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan. 
Kayaknya sepele, tapi dua kalimat ini bener-bener bisa bikin aku legowo atas ketentuan-ketentuan Allah (tentu setelah beberapa waktu memahaminya). Saat kita menerima dengan penerimaan yang kaffah, maka hati emang rasanya lebih ringan dan kita ngga gampang mengutuki keadaan. Menerima, dalam psikologi adalah fase terakhir saat seseorang berduka (stages of grief - Kubler Ross), yang diawali dengan denial-anger-bargaining-depression. Tapi dalam Islam kita diperkenalkan dengan konsep penerimaan bahwa Allah adalah sebaik-baik pemberi ketentuan. Dan mari kita simak kembali bagaimana kisah Ummu Sulaim ra saat anaknya meninggal.
Ummu Sulaim, salah satu shahabiyah yang bersuamikan Abu Thalhah suatu waktu mendapati bahwa putranya sakit, sedangkan suaminya tidak berada dalam rumah. Hingga didapatinya putranya meninggal, namun Abu Thalhah belum juga kembali ke rumah. Saat Abu Tholhah kembali ke rumah, bertanyalah ia bagaimana kabar putra mereka, dan dijawab oleh Ummu Sulaim bahwa putranya dalam keadaan sehat. Pada malam itu Ummu Sulaim menjamu dan melayani Abu Tholhah, dan ketika telah menyelesaikan hajatnya, barulah ia menyampaikan jika putra mereka telah meninggal dunia. Ah, tentu kita pernah membaca kisah ini dengan narasi yang lebih apik. Tapi yang ingin aku sampaikan adalah, lihatlah bagaimana Ummu Sulaim tidak melewati fase denial dst, ia menerima kematian putranya sebagai ketentuan yang diberikan oleh Allah. Dan baru aja kemarin aku pun baca postingan Instagram Dena Haura menceritakan anaknya yang sakit jantung bawaan dan harus segera operasi. Apa yang ia lakukan kurang lebih sama dengan bagaimana Ummu Sulaim menerima kenyataan bahwa putranya meninggal. 
Atau kita kerapkali mendengar pula ‘legowo’, satu konsep yang sama tentang menerima dari tanah Jawa. Legowo berasal dari kata lego yang artinya luas dan dowo yang berarti panjang. Maksudnya adalah manusia bisa menerima suatu keadaan dengan lapang dada, ikhlas, serta sabar. Well, menjadi manungso ingkang legowo adalah perjalanan panjang, sebab ia tidak hanya menerima apa yang terjadi, namun juga menjadikannya pelajaran hidup. Dan semoga tiap-tiap kita dapat menjadi manusia yang legowo, yang menerima ketentuan-ketentuan yang ada bersebab yakin bahwa itulah yang terbaik dari Allah, serta dapat menjadikannya pelajaran kehidupan. 
Di akhir tulisan ini, aku sertakan kutipan dari novel Teman Imaji - Muthia Prawitasari (best novel i ever read!)
Hidup adalah pilihan. Tapi bukan memilih, bukan juga dipilihkan. Hidup adalah soal pilihan yang dipilihkan. Dipilihkan Tuhan.
21 notes · View notes
calmmay · 5 months
Text
Berislam dg kaffah itu memang bukan perihal mudah, tapi yaAllah izinkan dan mampukan kami untuk terus mengimani dan memperbaiki diri
hingga kami berpulang ke haribaan-Mu nanti
hingga Engkau pertemukan kami kembali
4 notes · View notes
rinaam-sblog · 7 months
Text
Penguasa yang Menolak Dikritisi oleh Rakyatnya Adalah Ciri Penguasa Totaliter
HARAM MENGAWASI DAN MENCURIGAI MASJID! Buletin Kaffah No. 310 (29 Safar 1445 H/15 September 2023)
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Rycko Amelza mengusulkan adanya mekanisme kontrol rumah ibadah. Tujuannya untuk mencegah penyebaran paham radikalisme. Usulan tersebut muncul saat menanggapi pernyataan anggota Komisi III DPR RI Irjen Pol (Purn) Drs. H. Safaruddin, M.I.Kom. Saat itu ia menyinggung adanya masjid di instansi Pemerintah di Kalimantan Timur yang menurut dia setiap hari isi ceramahnya mengkritik Pemerintah. Selanjutnya BNPT juga akan melibatkan masyarakat agar turut mengawasi ceramah-ceramah di masjid. Harapannya, tokoh agama dan warga yang akan mencegah dan menegur ujaran yang menyebarkan rasa kebencian, kekerasan dan permusuhan. Namun, rencana ini langsung menuai reaksi keras dari kalangan Muslim, bahkan juga dari Persatuan Gereja Indonesia (PGI). Wakil Ketua MUI Anwar Abbas menyatakan bahwa cara berpikir dan bersikap BNPT ini menunjukkan corak kepemimpinan yang tiranic dan despotisme. Ketua Muhammadiyah Haedar Nashir menilai usulan BNPT ini akan menimbulkan konflik antar golongan di masyarakat. Tajassus Haram! Mengawasi masjid dan aktivitas kaum Muslim di dalamnya adalah bentuk tajassus yang secara jelas hukumnya haram. Allah SWT berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Janganlah kalian mencari-cari keburukan orang. Jangan pula kalian menggunjingkan satu sama lain (TQS al-Hujurat [49]: 12). Maknanya, kata Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahulLâh, “Janganlah sebagian dari kalian mencari-cari keburukan orang lain. Jangan pula menyelidiki rahasia-rahasianya untuk mencari keburukan-keburukannya. Hendaklah kalian menerima urusannya yang tampak bagi kalian. Dengan yang tampak itu hendaknya kalian memuji atau mencela, bukan dengan rahasia-rahasianya yang tidak kalian ketahui.” (Tafsîr ath-Thabari, 7/85). Larangan memata-matai sesama Muslim juga dipertegas oleh Nabi saw.: إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا، وَلاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا Jauhilah oleh kalian prasangka karena sungguh prasangka itu ujaran yang paling dusta. Jangan pula kalian melakukan tahassus, tajassus (mematai-matai), saling hasad, saling membelakangi dan saling membenci (HR al-Bukhari). Para ulama memasukkan perbuatan memata-matai orang lain ke dalam dosa besar. Hal ini karena kerasnya ancaman bagi para pelakunya. Rasulullah saw. bersabda: وَمَنِ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ، وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ، أَوْ يَفِرُّونَ مِنْهُ، صُبَّ فِي أُذُنِهِ الآنُكُ يَوْمَ القِيَامَةِ Siapa saja yang berusaha mendengarkan pembicaraan orang-orang, sedangkan mereka tidak suka (didengarkan), atau mereka menjauh dari dirinya, maka pada telinganya akan dituangkan cairan tembaga pada Hari Kiamat (HR al-Bukhari). Ibnu Hajar al-Haitami rahimahulLâh berkata, “Perbuatan tajassus dikategorikan dosa besar tampak jelas di dalam hadis ini walaupun aku tidak melihat ulama menyebutkan demikian. Pasalnya, dituangkan cairan tembaga pada dua telinga pada Hari Kiamat merupakan ancaman yang sangat keras.” (Az-Zawâjir ‘an Iqtirâf al-Kabâ-ir, 2/268. Maktabah Syamilah). Keharaman memata-matai orang lain juga dipertegas dalam hadis Nabi saw. berikut: لَوْ أَنَّ امْرَأً اطَّلَعَ عَلَيْكَ بِغَيْرِ إِذْنٍ فَخَذَفْتَهُ بِعَصَاةٍ فَفَقَأْتَ عَيْنَهُ، لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ جُنَاحٌ Andai seseorang mengintip dirimu tanpa izin, lalu engkau melempar dia dengan kerikil hingga engkau mencongkel matanya, maka engkau tidak berdosa (HR al-Bukhari dan Muslim). Larangan memata-matai ini bersifat umum meliputi semua bentuk seperti: mengawasi dari kejauhan, menguping pembicaraan, memasang alat penyadap atau kamera; termasuk menyadap pembicaraan, email, whatsapp, atau meminta warga, untuk saling memata-matai tetangganya atau orang lain.
Keharaman tajassus juga berlaku baik atas individu rakyat, organisasi, perusahaan juga negara. Ini karena nas-nya bersifat umum. Obyek yang dimata-matai juga berlaku umum, baik terhadap warga Muslim maupun ahludz-dzimmah. Keharaman penguasa melakukan tindakan memata-matai warga disampaikan oleh Baginda Nabi saw.: إِنَّ ‌الْأَمِيرَ إِذَا ‌ابْتَغَى الرِّيبَةَ فِي النَّاسِ أَفْسَدَهُمْ Sungguh seorang penguasa itu, jika mencurigai rakyatnya, berarti ia telah merusak mereka (HR Ahmad). Jadi jelas sudah, haram hukumnya mengawasi atau memata-matai masjid dan aktivitas dakwah di dalamnya. Penguasa Wajib Dikoreksi Mengoreksi penguasa adalah salah satu bentuk amar makruf nahi mungkar yang diperintahkan agama. Baginda Nabi saw. bersabda: لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ ‌الْمُنْكَرِ ‌أَوْ ‌لَيُسَلِّطَنَّ ‌اللَّهُ ‌عَلَيْكُمْ ‌شِرَارَكُمْ فَيَدْعُو خِيَارُكُمْ فَلَا يُسْتَجَابُ لَهُمْ Hendaklah kalian melakukan amar makruf nahi mungkar atau (jika tidak) Allah akan menjadikan orang yang berkuasa atas diri kalian adalah yang paling jahat di antara kalian, kemudian orang-orang terkemuka di antara kalian berdoa, tetapi doa mereka tidak dikabulkan (HR al-Bazzar). Demikian agungnya amal mengoreksi penguasa hingga Nabi saw. menyebut amal ini sebagai jihad yang paling utama. أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ Jihad yang paling utama ialah menyatakan kebenaran di hadapan penguasa zalim (HR Abu Dawud). Karena itu mengoreksi penguasa bukanlah menjelek-jelekkan penguasa atau ujaran kebencian (hate speech). Ini adalah kewajiban setiap muslim yang menyaksikan kemungkaran di hadapannya, terutama yang dilakukan penguasa. Nabi saw. bersabda: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ Siapa saja di antara kalian yang melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman (HR Muslim). Penguasa yang menolak dikritisi oleh rakyatnya adalah ciri penguasa totaliter. Lebih mengherankan lagi jika ada wakil rakyat yang tidak mengkritik penguasa, atau malah marah dan menolak kritik dari rakyatnya. Padahal mereka adalah wakil rakyat dan digaji oleh rakyat untuk membela kepentingan rakyat. Lebih tepat bila hari ini aparat keamanan mengawasi dan menindak setiap kebijakan pemerintah yang sudah banyak merugikan negara dan rakyat seperti sengketa lahan di kawasan Rempang, meninggalnya ratusan warga dalam Tragedi Kanjuruhan, penyelundupan jutaan ton nikel ke luar negeri, pengesahan UU Cipta Kerja, IKN, mangkrak dan tekornya banyak proyek yang dibangun pemerintah, seperti kereta cepat Jakarta-Bandung, dsb. Bukan malah memata-matai dan menindak rakyat yang melakukan koreksi pada penguasa. Itu ibarat pepatah; buruk muka cermin dibelah. Padahal mencurigai apalagi menghalangi amar makruf nahi mungkar adalah tindakan kemungkaran. Apalagi sampai menghalang-halangi orang yang berdakwah menyampaikan kalimatullah di masjid. Allah SWT berfirman: أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ . الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang zalim, (yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan menghendaki (supaya) jalan itu bengkok. Mereka itulah orang-orang yang mengingkari adanya Hari Akhirat (TQS Hud [11]: 18-19). Islamofobia Pengawasan masjid dengan dalih pencegahan radikalisme adalah bentuk islamofobia. Takut dan benci pada ajaran agama seperti mencurigai aktivitas dakwah di masjid. Sebagaimana takut dan benci pada penerapan syariat Islam yang sebenarnya itu adalah kewajiban kaum muslimin.
Label radikalisme sendiri produk dari Barat untuk menyudutkan dan menyerang Islam. Barat menggunakan istilah radikalisme pada kelompok-kelompok Islam yang menolak tunduk pada kepentingan mereka dan menolak ajaran sekularisme-liberalisme yang mereka propagandakan. Kepentingan Barat itu adalah melestarikan imperialisme gaya baru mereka berupa penjajahan ekonomi, politik, sosial, budaya juga militer. Lalu Barat memuji-muji kelompok Islam yang akomodatif terhadap kepentingan mereka dan menerima ajaran-ajaran mereka dengan nama Islam moderat. Padahal nilai-nilai sekularisme dan liberalisme yang dibungkus dengan demokrasi sudah terbukti mengandung mafsadat seperti: mengesahkan LGBT, melegalkan minuman keras, perzinaan dan pelacuran, muamalah ribawi, bahkan sekarang muncul wacana dari Pemerintah untuk memungut pajak dari judi online. Belum lagi penjarahan SDA dengan mengatasnamakan investasi yang hanya memberikan keuntungan pada para pengusaha asing dan aseng. Wahai umat Muslim, mereka yang mencintai agamanya dan negerinya pasti tidak akan mau melihat negeri ini terseret menuju kehancuran. Mereka akan berusaha keras menyelamatkan umat dan negeri ini agar menjadi negeri yang penuh berkah. Untuk itulah dakwah harus digiatkan agar kalamullah menjadi tinggi dan syariah Islam dalam naungan Khilafah tegak di muka bumi. ‌لَا ‌يَزَالُ مِنْ ‌أُمَّتِي أُمَّةٌ قَائِمَةٌ ‌بِأَمْرِ ‌اللَّهِ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ، وَلَا مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ Selalu ada dari umatku senantiasa yang menegakkan perintah Allah. Tidak dapat mencelakai mereka orang yang menghina mereka dan menyelisihi mereka hingga datang pertolongan Allah kepada mereka, sedangkan mereka tetap dalam kondisi demikian (HR al-Bukhari). [] —*— Hikmah: Nabi saw. bersabda: اِذَا رَاَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوْا لَهُ باِلإِيْمَانِ “Apabila kamu sekalian melihat seseorang biasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman.” (HR. Tirmidzi dari Abu Sa’id Al Khudri).[]
0 notes
theartismi · 5 months
Text
Wahai pendaki gunung
Jika engkau berupaya untuk mendaki agar tau bahwa untuk melihat keindahan harus penuh perjuangan. Maka tak perlu harus mendaki cukup engkau tau gambaran surga yang indah lalu engkau perjuangkan di dunia. Maka itu cukup membuat mu berlatih tentang perjuangan, keindahannya di surga kelak. Tak perlu membuat2 perjuangan hanya ingin dianggap berjuang. Tau kok mendaki itu effort banget, berat banget dll. Tapi lebih baik kalau perjuangan mu diarahkan untuk menegakkan syariatNya, mengibarkan panji2 rasulullah saw, melawan berbagai pemikiran kufur. Lakukan langkah itu sebagai bentuk perjuangan, mencintai umat layaknya rasulullah Saw mencintai umat dengan ketulusan.
0 notes
saudarimu · 5 years
Text
Lelah
Terlalu lelah berkutat dengan prasangka yang tidak lain hanya berisi kumpulan ketidakmungkinan.
Tapi bukankah menjadi mungkin adalah kumpuluan ketidakmungkinan yang mungkin bisa terjadi?
Memang berserah diri menjadi pilihan paling aman.
Namun pikiranku masih belum mampu untuk membedakan.
Apakah pasrah dan putus asa adalah hal sama?
2 Januari 2019
0 notes
retorikadyf · 2 years
Text
Islam "Sebagai Ideologi"
Dan Politik
"Alat Perjuangan"
Sedikitnya ada 3 ideologi di dunia seperti kapitalis, liberal dan islam.
Ideologi digunakan oleh manusia sebagai pedoman dalam setiap lini kehidupan baik dari berfikir, beraktivitas dan sebagainya.
Banyak narasi dan paradigma yang timbul dimasyarakat indonesia seperti berikut,
Kata si fulan : " dakwah kok politik ? kalo dakwah ya dakwah saja ndak usah berpolitik
" Ah ngapain sih sok ikut-ikut politik? Politikan kotor "
" Kalo beragama ya beragama saja ndak usah sok ngatur-ngatur kehidupan orang, jangan sok suci"
Ohh, tentu dakwah politik, islam agama yang paling sempurna, agama yang mengatur semua lini kehidupan dari seluruh aspek yang ada. islam menjadi ideologi bagi pengikutnya dalam menjalani kehidupan dimuka bumi ini.
Kalo dilihat agama lain tidak seperti itu, ya biarin dan tentu saja hal ini dikarenakan agama lain bukanlah ideologi dikarenakan agama lain membahas hanya tentang urusan pribadi pengikutnya dan tuhannya saja.
Islam mempunyai sistem yang detail dan kaffah untuk umatnya dan teman-teman pasti pernah mendengar istilah ini "sistem ekonomi islam, sistem masyarakat islam, hukum islam dan bahkan sistem yang terkecil pun ada saat tidur, makan, ke wc dan sistem detail lainnya.
Seumur-umur hidup saya, tak pernah mendengar ada agama lain yang memiliki sistem yang sedetail itu.
Umat islam dituntut untuk berislam secara kaffah dimana umatnya melaksanakan semua lini kegiatan aktivitas dimuka bumi ini mengikuti semua yang ada pada islam itu sendiri termasuk juga dalam berpolitik jadi, umat islam tentu saja sangat dibolehkan dalam dakwahnya berpolitik jikalau, agama lain tidak berpolitik ya tidak apa-apa dikarenakan agama lain tak sesempurna agama islam.
"Jikalau ada diantara kita yang mengatakan dirinya islam tapi anti akan politik islam maka harus di pertanyakan keislamannya"
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agamamu.
(QS. Al-Ma'idah Ayat 3)
22 notes · View notes
Text
Perduli, BEM Dewantara, MBKM Kemanusiaan dan UKM LDK Kaffah Salurkan Donasi untuk Korban Gempa di Cianjur 
Perduli, BEM Dewantara, MBKM Kemanusiaan dan UKM LDK Kaffah Salurkan Donasi untuk Korban Gempa di Cianjur (more…)
View On WordPress
0 notes
alfaalna · 2 years
Text
ISLAM SUKA SUKA
Didalam kitabnya Allah berfirman untuk masukilah islam secara kaffah(menyeluruh), kenapa?
Karena ada sebagian orang yang suka-suka didalam beragama islam. Dia mengambil syariat agama ini sesuai keinginan hawa nafsunya saja. Tetapi menolak sebagian syariat agama inipun karena keinginan hawa nafsunya bukan karena patuh kepada Allah dan Rasulullah.
Bukankah itu termasuk dari mengolok-ngolok agam?
Dia menjadikan hawa nafsunya lebih tinggi kedudukannya untuk memilih suatu syariat agama islam dibanding Allah dan Rasulnya, bukankah ini syirik?
Padahal agam islam adalah agama yang paling mudah, karena semua sudah ada tuntunannya yaitu Al-Quran dan As-sunnah. Kita tinggal ngikut.
Bukalah hati untuk menerima kebenaran islam secara kaffah. Minta ampulah kepada Allah. Allah itu Maha-baik, jika kita mendekat padanya satu langkah Dia akan mendekat pada kita Beribu langkah, maknanya dia akan tunjuki kita kejalan yg lurus, walau jalan itu terjal tapi, ada ketenangan hati disana, apalah hidup didunia ini tanpa ketenangan hati?
Kamu pergi kesegala penjuru dunia untuk cari ketangan?, maka sadarlah bahwa ketenangan itu disini ❤️ yang selalu mengingati Allah, dihati yang selalu ingat untuk kembali kepada Allah. Hanya itu jalan untuk dapatkan ketenangan hati.
Dan ketahuilah bahwa Allah sangat berat siksanya, maka janganlah kamu jadikan syariat Allah sebagai bahan olok-olokan. Takutlah kepada Allah!
Wallahu A'lam
12 notes · View notes