Tumgik
#soca sobhita
redagaudiamowrites · 9 days
Text
My Very First Tattoo: My Daughter's Name
Tattoo pertama saya adalah tulisan yang berbunyi: Soca Sobhita. Nama anak satu-satunya. Setelah menghabiskan 12 hari bersamanya di Jepang, membahas rencananya ke depan, saya memutuskan menorehkan namanya, menjadikannya tattoo pertama saya. Entah bagaimana, saya bahkan sudah tahu mau dipasang di mana: melingkar di tangan. nama anak satu-satunya. Bentuknya berupa tulisan tangan saya. Di tengah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
menkybook · 7 years
Photo
Tumblr media
AKU, MEPS, DAN BEPS
Penulis: Soca Sobhita & Reda Gaudiamo
Ilustrasi: Cecillia Hidayat
Penerbit: POST Press
Halaman: 89 halaman
Cetakan: II
Tahun: 2017
ISBN: 978-6-02-603040-5
Sebuah karya yang manis yang pernah saya baca. Kolaborasi ibu dan anak yang unyu. Sederhana saja isinya. Dikemas dalam sudut pandang Soca kecil tentang Meps dan Beps nya.
Melihat bagaimana seorang anak mendeskripsikan ayah dan ibunya dengan begitu polos. Dan juga melihat betapa imajinasi anak-anak itu luar biasa ajaib. Gemas membayangkan perilaku Soca saat masih kanak-kanak.
Hal-hal di keseharian Soca yang ia tuliskan juga membuat saya kembali memainkan ulang rekaman masa kecil saya. Masa-masa sekolah, masa-masa bermain bersama teman, saat-saat orangtua sibuk, dan pengalaman bersama hewan peliharaan.
Dari kacamata Soca kecil terlihat pula bagaimana peran orangtua Soca dalam mengasuh anaknya. Bahwa seorang ibu tidak harus selalu tinggal di rumah dan merawat anak. Juga seorang ayah pun tidak harus pergi ke kantor untuk bekerja. Meps dan Beps punya caranya sendiri dalam menjalankan kehidupan rumah tanggan dan juga dalam mendidik anaknya.
Kalau menghendaki bacaan yang ringan, buku ini bisa jadi pilihan. Saya sendiri belakangan cenderung memilih buku bacaan yang ringan dan tipis. Lumayan buat melarikan diri dari ke-embuh-an kenyataan. Hehe. Paling tidak bisa cengar-cengir sendiri membaca kisah Soca kecil dalam buku ini.
Dan selalu, buku dengan ilustrasi unyu menjadi pilihan saya karena lebih memanjakan mata. Dalam buku ini gambar-gambar gemas bikinan Mbak Cecillia Hidayat menyita perhatian saya. Suka aja gitu dengan cara Mbak Cecillia memvisualisasikan kisah-kisah Soca. Kuku dan Ruyu jadi favorit saya setelah gambar Sawi ‘Aku suka kamu’.
....
Ya, begitulah istrimu, Beps.
....
Bagaimana sih suamimu ini, Meps?
0 notes
redagaudiamowrites · 9 days
Text
My First Tattoo(s) part 1
Betul, tidak salah baca: saya punya tattoo. Akhirnya 🙂 Ditorehkan tanggal 26 Maret 2024 yang lalu, oleh Mas Munir Kusranto MK Tattoo Art, di Jogja. Yang tahu saya akan melakukan ini adalah Soca Sobhita. Dan sesungguh-sungguhnya, karena dia juga saya jadi punya ide bikin tattoo ini. Jadi, ceritanya, ketika ke Jepang pada bulan Februari lalu, saya tersadar bahwa Soca adalah satu-satunya milik…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
redagaudiamowrites · 12 days
Text
My First Tattoo: My Daughter's Name
Tumblr media
Tattoo pertama saya adalah tulisan yang berbunyi: Soca Sobhita. Nama anak satu-satunya.
Setelah menghabiskan 12 hari bersamanya di Jepang, membahas rencananya ke depan, saya memutuskan menorehkan namanya, menjadikannya tattoo pertama saya.
Entah bagaimana, saya bahkan sudah tahu mau dipasang di mana: melingkar di tangan. nama anak satu-satunya. Bentuknya berupa tulisan tangan saya. Di tengah jalan, tergoda untuk memakai aksara Jepang, bertuliskan namanya. Saya minta Soca menuliskannya, saya bereskan pakai photoshop.
Sejak masih dalam perjalanan menuju Jogja, tulisan dalam aksara Jepang itu sudah saya kirim ke Mas Munir. Sorenya, sehabis bekerja, saya jalan kaki ke studionya. Ah, rasanya sangat semangat. Tak terpikir bakal seberapa sakit, yang ada rasa senang yang begitu penuh.
Buat Mas Munir, ini kejutan. Karena dia pasti masih ingat reaksi saya 6 tahun sebelumnya, ketika kami berkenalan. Tak tertarik bertattoo. Tiba-tiba hari ini datang sendiri!
Sesampai di studio MK Tattoo Art, Mas Munir sudah menyiapkan desain yang saya kirim siang tadi, di kereta.  
Melihat karakter tulisannya yang agak kaku dan pendek, ia menawarkan posisinya di bagian dalam tangan, memanjang. Saya setuju saja, karena memang tampaknya di situ pas.
Sambil menunggu Mas Munir menyiapkan Ketika kami mengobrol, iseng saya mengeluarkan tulisan tangan ssaya di buku catatan, “Awalnya sih saya mau buat ini…” Mas Munir langsung menyambar, “Ini lebih bagus. Dipasang melingkar di bawah siku.”
Whoaaa! Kok bisa tahu itu tulisan yang saya buat beserta posisi yang saya incer sejak awal?
Maka tulisan aksara Jepang rontok. Tulisan tangan saya yang dipakai. Seperti yang saya bayangkan (padahal saya nggak bilang sama sekali), Mas Munir mau membuat tulisan itu menyatu dalam satu garis. Bukan main!
Proses dimulai. Heran, saya merasa santai saja. Bahkan sangat tenang, menikmati proses, mengamati jarum yang menuliskan nama Soca. Sakit? Nggak! Cuma terasa seperti ada gigitan semut yang baik hati. Bukan semut rangrang yang pedes itu.
Tak sampai 30 menit, selesai. Oh, saya senang sekali. Memandangnya berkali-kali, memutar-mutar lengan, saya suka.  
Yang punya nama saya beri foto dan video, dia bilang cakep dan suka banget.
Malam itu saya pulang dengan hati riang.
1 note · View note
redagaudiamowrites · 12 days
Text
My First Tattoo #1
Tumblr media
Betul, tidak salah baca: saya punya tattoo. Akhirnya :)
Ditorehkan tanggal 26 Maret 2024 yang lalu, oleh Mas Munir Kusranto MK Tattoo Art, di Jogja.
Yang tahu saya akan melakukan ini adalah Soca Sobhita. Dan sesungguh-sungguhnya, karena dia juga saya jadi punya ide bikin tattoo ini.
Jadi, ceritanya, ketika ke Jepang pada bulan Februari lalu, saya tersadar bahwa Soca adalah satu-satunya milik saya, yang pada saat bersamaan juga menjadi milik seseorang yang amat mencintainya juga.  Saya begitu ingin bersamanya, tetapi pada saat yang sama saya ingin dia tetap jauh di negeri orang, gembira menjadi dirinya sendiri, mengarungi lautan hidupnya (bersama orang yang mencintainya dengan sangat itu).
Tiba-tiba saya menyadari bahwa meski dia milik saya, tetapi di saat yang sama, dia tidak lagi milik saya semata. Saya harus berbagi dengan orang lain yang jadi pasangan hidupnya. Seorang teman bilang saya terlalu sentimental. Mungkin. Tetapi terus kenapa kalau saya memang sentimental dengan hal yang satu ini?
Berangkat dari “terlalu sentimental” itulah, saya jadi ingin melakukan sesuatu, punya sesuatu yang bisa selalu mendekatkan saya dengan Soca. Saya ingin sesuatu yang selalu menempel, menjadi bagian tubuh, sehingga tak usah dilepas, bahkan ketika mandi sekali pun. Dan saat itulah terpikir pada tattoo. Saya ceritakan ini kepada Soca, dan dia serta merta mendukung. SETUJU! Wah senang. Horeee!
Ini sesuatu yang baru juga.
Duluuuuuu sekali, ketika dia masih SMP atau SMA, saya pernah bilang mau buat tattoo. Oh, dia langsung bilang tidak. Bahkan agak marah, mengapa saya bisa-bisanya beride punya tattoo. Ayahnya, sama juga. Dia bahkan pake aksi bisu selama seminggu. Ya ampun, padahal itu baru ide, baru kepingin, lho!  
Tapi apa memang dari dulu ingin punya tattoo?
Tidak sama sekali. Meski senang melihat orang dengan tattoo bagus-bagus di tubuhnya, saya tidak mengerti mengapa orang pakai tattoo. Buat apa? Terus kalau bosan bagaimana? Saya ini pembosan sekali. Sedemikian gampang bosannya sampai tempelan stiker tattoo saja cuma tahan belasan menit di tangan. Ya, tattoo memang bisa dihapus tapi tetap berbekas dan kabarnya sakit bianget. Jadi, buat apa?
Tak kurang teman berupaya meyakinkan saya, bahwa saya pasti suka tattoo. Yogi Sumule, misalnya, empat tahun lalu sudah mengenalkan saya kepada Mas Munir. “Siapa tahu sehabis manggung jadi pengen punya tattoo.”
Tidak berhasil. Apalagi ditambah ucapan Mas Munir pada waktu kami berkenalan.
“Jangan gambar itu, nanti semakin panas,” katanya ketika saya bilang seandainya bertattoo mau pakai gambar macan atau singa.
Makin tidak jadi. Dan ide bertattoo lenyap dari pikiran.
Sampai muncul kembali sepulang dari Jepang itu.
Keinginan segera membuatnya begitu mendesak. Saya sendiri sampai heran, kenapa bisa ngotot banget gini, ya?
Tetapi mungkin memang sudah waktunya dibuat, karena tiba-tiba ada pekerjaan di Jogja. Tanpa menunggu, saya mencolek Mas Munir, dan sepulang bekerja di hari pertama, saya menemuinya. 
Sore hari, selepas jam buka puasa, tattoo pertama lahir. Dan besoknya disusul tattoo kedua. Lusa, tattoo ketiga dan keempat. Dan sebelum pulang, tattoo kelima.
Demikianlah. My first tattos(s): 5 dalam tempo 4 hari.
Terima kasih, Mas Munir.
1 note · View note