Tumgik
#money Politik
iffanf · 3 months
Text
Money Politic itu Ngga Normal
Kalau mau yang bener2 bersih, idealis, mah, susah. Wong voters nya aja, yang begitu berharga suaranya, dikasih serangan aja diterima. Ya, kita artinya masih dalam kendali sistem kotor para penguasa berduit. Yang eksekutif dengan kekuasaan dan kebijakan, yang legislatif dengan bagi2 duit, sembako, bantuan sosial lainnya. Kebiasaanya sih begitu. Sudah rahasia umum, bukan?
Jadi jangan terlalu berekspektasi tinggi, sampai bela mati, tutup mata. Mau itu tentang pribadinya, partainya, mau eksekutif ataupun legislatif. Susah mah politik siapa yang mau dipercaya.
Sekarang kita yang millenial ini yang harus siapin generasi alpa dengan sebaik mungkin dan memutus pola2 curang, kotor tak beradab, tak sesuai norma. Susah sih. Butuh banyak orang. Tinggal mau berubah atau nggak. Dari diri sendiri, ke lingkungan terkecil keluarga, saudara, tetangga, RT, desa, dst. Yang paling berat ya dimulai dari diri sendiri.
Politik itu kan seni. Seni merayu dan mememengaruhi orang lain untuk mendapatkan legitimasi. Bisa memengaruhi keluarga aja, kita sudah berpolitik. Nah dimulai dengan politik yang bersih dan baik.
Belajar mulai dari diri sendiri untuk tidak menormalisasikan hal-hal yang memang ngga normal. Jangan hanya sekadar dilakukan banyak orang jadi dinormalkan, padahal tidak sesuai dengan hukum dan norma. Berani berbeda untuk hal yang benar memang challenging.
Semangat diri menormalisasikan yg benar. Bukan menormalisasikan yang banyak dilakukan mayoritas orang.
4 notes · View notes
bantennewscoid-blog · 3 months
Text
PPK dan Panwascam di Lebak Dilaporkan ke Bawaslu
LEBAK – Diduga telah melakukan penggelembungan suara Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) Gunungkencana dilaporkan oleh warga ke Bawaslu Lebak. Dede Kodir, pelapor kecurangan Pemilu mengatakan, jika pelaporan ini dilakukan karena 4 orang PPK dan 2 orang Panwascam Gunungkencana diduga telah melakukan kecurangan dan tindak pidana Pemilu secara terstruktur,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hargo-news · 3 months
Text
Sawaludin Diterpa Isu Money Politik, Begini Tanggapan Ketua Tim Sukses
Hargo.co.id, GORONTALO – Calon anggota legislatif (Caleg) DPR RI dari PPP, Sawaludin diterpa isu money politik. Hal ini diakui Meys Kiraman, ketua tim sukses Sawaludin. Menurutnya, isu money politik sengaja dihembuskan lawan Sawaludin, karena caleg nomor urut tiga itu, semakin dicintai oleh masyarakat. “Saat ini, banyak yang mengatakan jika memilih Sawaludin akan mendapatkan uang Rp 100 ribu…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hidayatuna · 3 months
Text
Politik Gagasan Lebih Utama dari Politik Uang
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Dalam hiruk pikuknya pesta demokrasi, kita disuguhkan dengan berbagai tontonan, entah itu sekedar gimik atau yang dipertontonkan itu keseriusan. Namun, apa yang kita dapatkan dari tahun politik ini? Apakah hanya sekedar candaan? Atau hanya sekedar menjadi objek ekspolitasi oleh kaum siyasah picik? Tentu dengan adanya momentum tahun politik ini kita harus memikirkan…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
writ-large · 1 year
Text
if activists grow up
#east palestine, ohio  #crime labs frame thousands  #multi-story collapse in NY City
OK, I’m an old hag. I walk with a cane, but I can also plant myself and wield it when I have to. I am fed to death on whining Pretty Girls that can’t face what they’re up against. The world is in Deep Shit. The Money Men and Rich Bitches can always body-slam the rest of us and keep us running around squawking like chickens. They don’t care shit about urban blight or hungry children. It’s all about short-term gain and screwing everybody else, and they can hole up in their bunkers with their piles of loot when it comes to that. I’m not saying take up arms, I’m saying arm yourselves with a little Real-Politik!! This is the final Battle for the Planet and that’s what you came here for!!! Relish the life of the trenches. Forget that business internship, stop shmoosing for startup money. TIME TO ACT NOW!!!
(EPA won’t test residents, Status Coup; Crime Labs falsify tests, Business Reform; death toll may rise, ABC news)
0 notes
hellopersimmonpie · 3 months
Text
Pemilu ini adalah pemilu kedua gue nggak berafiliasi ke partai manapun. Tahun 2014, gue masih bergabung dengan harakah yang mengarah ke partai. Tahun 2019 gue sudah berhenti mengikuti harakah tapi gue ngikutin pemilu dengan rasa trauma ke partai berhaluan islam. Mungkin karena komunikasi publiknya partai islam waktu itu kurang baik. Jadi gue ngerasa pengambilan keputusan politik partai tersebut tidak akuntabel dan cenderung memaksakan taklid buta.
Tahun ini, semuanya dimulai dengan sikap netral, lebih tenang dan lebih objektif. Udah nggak ada rasa trauma ataupun rasa fanatik ke pihak manapun. Lebih ke ngerasa lega karena udah pelan-pelan mengenal diri sendiri. Semacam:
"Oh ini toh value yang gue pegang ketika sendirian?"
Tahun 2014, circle gue adalah orang-orang yang mendukung Prabowo. Tapi gue milih menggunakan hak suara tanpa memilih presiden dan nggak berkoar-koar karena menghormati orang-orang di sekitar gue. Meskipun pada waktu itu, gue juga sempat membantu mengawal suara. Tapi rasanya masih nggak sreg dan mengalami kebingungan untuk mengambil keputusan. Konon prinsip dasar fiqih memang mengajarkan memilih yang mudharatnya paling rendah. Akan tetapi waktu itu gue merasa semuanya satu toko cuma beda pintu aja. Jadi bagi gue, milih yang manapun akan sama. Tahun 2019, masih sama. Masih bingung juga. Nggak mantep buat milih. Hari ini, gue udah nggak merasa bingung karena dua hal:
Para capres – cawapres menggunakan pendekatan kampanye yang berbeda. Gue punya banyak chanel untuk mempelajari visi dan misi cawapres. Jadi meskipun visi – misinya tidak sempurna, setidaknya arahnya bisa dibaca.
Ada banyak chanel dari lembaga independent yang membedah visi dan misi capres sesuai dengan kepakarannya. Contohnya Green Peace yang berfokus membahas isu lingkungan. Dari situ gue jadi paham capres mana yang menjaga lingkungan dan capres mana yang visi-misinya sangat ekstraktif.
Meskipun di belakang dua hal yang gue sebut tadi masih ada gerbong oligarki yang perlu dianalisa lagi, tapi setidaknya asas yang gue pakai bukan lagi asas lesser evil atau yang mudhorotnya paling minim. Dalam pemilu kali ini, gue memilih paslon karena keinget hadist:
"Jika kiamat hendak terjadi dan di tangan kalian ada biji tumbuhan, maka jika kalian sanggup menanamnya sebelum benar-benar terjadi kiamat, lakukanlah”. HR. Ahmad No. 12981
Segelap apapun sistem yang kita hadapi, jika kita melihat potensi kebaikan di depan mata, mari kita rawat potensi tersebut sambil banyak berdoa. Semoga kebaikan tersebut tumbuh dengan baik. Gue nggak melihat pemilu ini sebagai satu momen saja. Sebagai bagian dari masyarakat, gue melihat pemilu sebagai tolak ukur kecerdasan komunal kita. Mana celah yang perlu banget kita perbaiki. Mana kebaikan yang perlu kita syukuri.
Ketika bicara kecerdasan komunal, gue nggak mengacu pada secanggih apa teknologi yang kita punya. Tapi lebih pada bagaimana kita punya perangkat budaya yang menumbuhkan sekaligus memberi rasa aman kepada semua orang termasuk masyarakat lemah dan rentan hingga manusia yang paling miskin pun tetap bisa hidup dan bertumbuh dengan baik sebagai manusia. Punya waktu untuk berpikir. Bisa belajar untuk menjadi lebih baik.
Gue nggak bilang orang-orang miskin nggak bisa bertumbuh jadi manusia dan orang kaya pasti bisa jadi manusia yang baik. Tapi tiap gue ngelihat kehidupan kita sekarang, ada banyak skenario yang memungkinkan manusia tidak bisa bertumbuh dengan baik. Contoh sederhana:
Ada masyarakat menengah yang terjebak kemacetan setiap hari cukup lama sehingga waktu bersama keluarga mereka berkurang. Setiap harinya diberatkan dengan urusan-urusan keuangan. Boro-boro upgrade diri. Otak nggak pernah tenang dan semuanya dihadapi dengan survival mode.
Sama halnya dengan yang miskin. Pendidikan tinggi nggak aksesibel. Ruang hidupnyapun bisa terancam sewaktu-waktu. Belum lagi jika kita melakukan gaslighting dan menertawakan orang-orang yang saking lamanya hidup di survival mode sampai money politics pun kerasa gampang banget masuk ke mereka.
Ini celah peradaban kita. Setiap kali mendesain dunia dalam game, gue selalu berpikir masyarakat seperti apa yang ada di sana? Disiplin ilmu seperti apa yang tumbuh di dalamnya? Apakah mereka punya sistem pemerintahan yang egaliter dan stabil? Jika kita ingin sistem yang egaliter dan stabil, kita harus bagaimana?
Sama halnya dengan dunia nyata. Meskipun variabel bebasnya jauh lebih banyak ketimbang di game, tapi gue belajar juga buat berpikir secara sistem. Let’s say gue muslim yang pengen berkontribusi ke masyarakat dengan warna keislaman gue, gue harus belajar apa agar tidak terjebak ke fanatik buta? Waktu baca buku The Art of Thinking Clearly, gue jadi nyadar bahwa skeptis sama keadaan itu tidak buruk. Justeru kita harus terus menerus skeptis dan kritis sampai kita bisa berpikir dengan jernih. Membedakan mana kekhawatiran yang beneran khawatir, mana kekhawatiran yang dipicu trauma. Lalu menganalisa kekhawatiran tersebut sampai nemu akar masalahnya.
Yang gue khawatirkan hari ini ada banyak. Utamanya karena gue akademisi. Gue khawatir kalau pendidikan tinggi makin susah dijangkau. Kita tahu dengan berubahnya perguruan tinggi jadi PTN-BH, perguruan tinggi seperti punya dua peran sekaligus. Punya peran sosial dengan meringankan UKT Masyarakat miskin sekaligus jadi perusahaan yang dituntut banyak cuan. Padahal skill set dosen atau leader di setiap kampus tuh nggak banyak yang mengarah ke entrepreneurship. Lagi pula membangun Perusahaan itu ya nggak semudah yang kita bayangkan. Pada akhirnya, ada banyak kampus yang masih bergantung pada UKT sebagai sumber pendapatan utama.
Kedua? Gue khawatir kalau ruang hidup Masyarakat rentan tergerus. Pengen menulis ini lebih panjang tapi kok nggak nyaman wkwk. Sebenarnya kekalahan paslon yang gue pilih tuh udah terlintas di benak gue setelah membaca banyak prediksi dan melihat data demografi di Indonesia. Gue nggak pengen nyalahin masyarakat rentan. Nggak pengen menyalahkan akademisi yang dianggap hanya duduk di menara gading.
Akademisi kita sebenarnya sudah banyak yang berjuang. Kalau dibilang “bahasa yang digunakan terlalu intelek dan ndakik-ndakik”, gue sendiri nggak sependapat. Kita kadang-kadang perlu belajar mencerna informasi yang kompleks. Nggak boleh juga kita merendahkan: “Masyarakat kelas bawah pasti nggak mampu ngerti”
Arah jangan begitu. Kalau pakar menjelaskan dengan bahasa yang kompleks, jurnalis yang perlu mengolah biar bahasanya lebih dipahami khalayak. Salah satu hal yang perlu diperbaiki di peradaban kita hari ini adalah jurnalismenya. Keberpihakan kepada Masyarakat rentan belum menjadi arus utama di media.
Meskipun hari ini pola kampanye dialogis masih belum bisa membuat para paslon menang, gue tetap bersyukur. Bagaimanapun pemaparan visi dan misi adalah sesuatu yang perlu diapresiasi.
Sisanya?
Hidayah itu ada yang tiba-tiba datang ke hati manusia. Ada yang datangnya memang perlu dijemput atau dikondisikan. Dengan menata pola pikir Masyarakat, berarti kita membantu memudahkan banyak orang untuk mendapatkan hidayah. Menata pola pikir masyarakat itu bukan memaksakan mereka mengikuti pola pikir kita. Tetapi lebih ke bagaimana kita mengembangkan instrument budaya yang memberi ruang untuk berpikir, membantu masyarakat untuk memperkecil bias, hingga orang yang bisa berpikir jernih semakin banyak. Kita tidak akan bisa sampai pada ketaatan selevel nabi Ayyub A.S. Tapi gue berharap seberapapun miskinnya kita, semoga Allah tetap mendekatkan kita pada kebenaran dan memampukan kita untuk memperjuangkan hal-hal baik.
Gue paham banget bahwa kemiskinan itu membatasi banyak hal. Termasuk imajinasi. Di negara kita, kemiskinan bahkan menghambat manusia meraih pendidikan dan pekerjaan yang layak. Maka jihad-jihad kita tuh selain bikin kajian tentang hal dasar beragama, kita juga perlu membentuk masyarakat yang melek undang-undang dan hak mereka. Paham negara ini harus diarahkan kemana. Paham betapa dampak kota car-centric terhadap kemanusiaan. Paham gimana dampaknya RUU Ciptaker. Beneran. Pemahaman tentang hal-hal semacam ini tuh juga bis akita sebut hidayah. Karena apapun yang bisa memberi kita inspirasi untuk menjauhkan manusia dari keburukan dan mendekatkan manusia pada kebaikan, bisa kita sebut hidayah.
Mungkin kita akan menghadapi musim dingin beberapa waktu. Tapi semoga Allah menjaga kita semua. Semoga kelak kita bisa bernegara dengan lebih baik. Bertumbuh, sejahtera dan punya banyak resource untuk berbuat baik :")
112 notes · View notes
dinisuciyanti · 3 months
Text
Dinasti
Di belahan dunia mana pun, untuk bidang apapun, pasti ada "dinasti" nya sih. Bukan cuma politik yang bapaknya jadi presiden, anak-anaknya ngikut jadi walikota/bupati/gubernur/capres/cawapres. Bahkan satu keluarga besar sudah jadi penguasa di Banten, gak aneh.
Di dunia kedokteran, dinasti dokter sangat menentukan masa depan para cucu-cicit dokter selanjutnya. Ketika pure blood bisa dapat privilege ina inu, muggle harus bekerja keras melebihi siapapun.
Begitupun dinasti hukum, entah bapaknya jadi hakim, anaknya pengacara/jaksa, atau sebaliknya.
Dinasti guru, seringkali ditemukan, ibu bapaknya guru, satu keluarga besar guru semua, sangat dihormati di desa/kecamatan sekitar, sebagai tokoh yang cukup dipandang.
Dinasti dosen. Ada juga. Yang saat ini ramai diperbincangkan di X, kalau mau jadi dosen, minimal old money (keturunan orang kaya), yang tidak memikirkan gaji yang sedikit itu. Jadi ingat, seorang yang sedang s3, ternyata ibunya profesor. Dalam hati ku bergumam, "ya pantes s3".
Dinasti toko. Bapak ibunya punya warung/toko, anaknya yang melanjutkan. Turun temurun.
Dinasti itu enggak salah. Asal capable, asal mampu. Gak maksa nabrak sana sini.
22 Februari 2024
44 notes · View notes
beningtirta · 3 months
Text
Untuk Apa Pemilu [Part 3/END]
Untuk melihat agresi Israel kepada Palestina, kita bisa merujuk pada perang Rusia-Ukraina. Semacam sudah dikasih fakta untuk pembanding.
Untuk melihat bagaimana Zionjing bekerja, kita bisa lihat kaitan menteri-menteri, anggota parlemen/ senat, dan kepala negara di negara barat "tersandera" oleh lobby Yahudi seperti AIPAC dan blabla Friends of Israel. MANY politicians do not represent the voices of their people because they OWE zionjing money or have an affair (spouse, investor, etc).
Nah, masuk ke Pemilu Indonesia. Pertama, silakan tonton Dirty Vote dan Bocor Alus Tempo. Indonesia dikelola dengan mentalitas yang sama. Politisi tidak melayani masyarakat yang telah memberi mandat, tapi jadi pelayan pemilik uang sebagai balas budi mereka sudah bantu ada di posisi. Yang terparah tentunya rezim mukidi yang culas dan tidak tahu malu, mengobok-obok demokrasi yang susah diperjuangkan saat reformasi.
Negara, oleh mukidi, dikelola gaya mafia. Mementingkan garis darah/besan, menempatkan orang yang bisa "dipegang", dan menggunakan cara-cara kotor lain untuk mendukung 02.
Politik itu kotor. Tapi, kita tidak bisa menunggu dewa/malaikat untuk menyelesaikan ini. Yang bisa kita perbuat adalah mencegah kemungkaran merajalela. Sayangnya, yang jahat dan culas pakai topeng muka polos (tertipu kita 10 tahun ini gaaan). Sekarang penerus keculasan pakai topeng gemoy.
Padahal saat debat kelihatan ini orang otoriter, ga bisa berargumen, tidak dialogis. Wakilnya anak haram konstitusi yang tidak capable--hanya korban nafsu kuasa bapaknya. Satu lagi anaknya jadi Ketum PSI--blacklist lah ini partaj anak muda transaksional.
Well, political campaign ya memang butuh strategi jitu. Kamu akan miris kalo anak-anak muda dan orang menengah ke bawah tergiur goyang lucu dan bansos pakai APBN. Tapi, mungkin ya itu tugas kita orang yang sudah melihat that there is something not right about this.
Terakhir ya gua kasihan dengan anak-anak muda berbakat yang milih gerbong 02. Satu gerbong ya jadi korup semua, mendukung kekorupan. Tokoh-tokoh yang berkualitas terpaksa pasang badan ikut atasan karena sudah ada kontrak politik.
Tapi, kita masih bisa berjuang, dengan mengajak ngobrol adik-adik kita agar tidak termakan goyang gemoy. Karena aslinya otoriter dan punya banyak catatan hitam dan merah.
Umur panjang perjuangan!
9 notes · View notes
jeannereames · 3 months
Note
Hello Dr. Reames!
Like many of us who follow you on this Hell-site we call home, I started watching Netflix's Alexander: The Making of a God. I'm an awfully shy person, and have been meaning to say hello, but a deadly concoction of anxiety and imposter syndrome has kept me away until a part of the docuseries lit a burning fire of a question.
I'm an Early Modern historian (18th century France), and although I have an obsession with Alexander the Great (going as far as begging my parents from around age 10 to 18 to legally change my name to Alexander) I never took a deep academic dive into the ancient Mediterranean world.
I think it was episode 2 where Alexander and Darius finally face each other at Issus, and after the battle Alexander has the captured "Greeks" (I can't remember now if he said Greeks or Macedonians) from Darius' army killed for fighting on the "wrong side." This kind of rubbed me the wrong way, especially when they switch to the talking heads and they kind of touch on it being known that people from the Greek poleis were mercenaries and were throughout the known Mediterranean world. That scene had a sort of 'Alexander as a Macedonian Nationalist' feel, and I assumed that Alexander was more open to the blending of cultures or at least there wasn't a single correct way to live and rule. That whole sequence of scenes felt contradictory: the mercenary system is well known yet a betrayal against "blood brothers"? Would Alexander actually have mercenaries executed for being hired by Persia?
Thank you for your time!
I'm glad you decided to finally step forward and ask a question! Nice to "meet" you.
Ah, yes, this is a matter of Real Politik.
After Granikos, a number of Greek mercenaries were captured, although their commander, Memnon, got away himself as he’d have been on horseback. Alexander had the men executed.
Greeks had served as mercenaries in Asia as far back as the Assyrian Sargonids. In fact, arguably, the archaic full hoplite panoply developed to fight on the broad plains of the middle east, not in Greece. (See John Hale’s chapter “Not Patriots, Not Farmers, Not Amateurs” in Men of Bronze, Kagan and Viggiano, eds., from Princeton; I find his argument convincing.) And, of course, Xenophon’s famous Anabasis told about the flight west of Greek mercenaries who’d served under Cyrus the Younger in his disastrous clash with his brother Artaxerxes for the throne.
For Alexander, the problem was that he—or really his father—had positioned this campaign as retribution against Persia for Persia’s earlier invasion of Greece, especially that under Xerxes. The invasion was, officially, under the aegis of the Corinthian League, with the Macedonian king just the hegemon. That made it a “Greek” campaign. This was all propaganda of course, but important for Philip, then Alexander, to maintain as it gave a patina of acceptability, not a naked power grab for more territory. While conquest wasn’t looked on then nearly as badly as it is now, it helped to have at least a plausible excuse.
His own troops included a number of Greek allies. After Chaironeia, they didn’t really have a choice. But a lot of Greeks were not happy to be in the Corinthian League. Sparta outright refused and would later be the center of an anti-Macedonian revolt.
At Granikos, the Persians had more Greek mercenaries than Alexander had Greek allies! (If one doesn’t count the Thessalian horse.) The optics were really bad. Ergo, as I think it was Carolyn who pointed out, Alexander had to send a clear message that fighting for the Persians against “the Greeks” wasn’t an option. In the Greek mind, mercenaries had always occupied a liminal status: not fully trusted because they fought for pay, but typically better than citizen troops, so used extensively post-Peloponnesian War. It was easy for Alexander to cast them as “just in it for the money” and as traitors to the Greek Cause. Like Thebes in the earlier Greco-Persian Wars, they’d “Medized,” which had a similar force to calling an American a “commie” in the 1950s.
The executions weren’t well-received in the rest of Greece, and resistance continued until it came to a head a couple years later with Agis’s Revolt (Agis III was the Spartan king who led it.). But Alexander was never afraid to send a harsh message when he needed to: Thebes, Tyre, Persepolis…. Philip did too. He could be just as brutal (Potidaia, Amphipolis, Stagiera), and Alexander learned well from him how to use carrot and stick.
So that’s what was going on there. Alexander was trying to turn Darius’ Greek mercenaries (who were some of the best troops in Asia Minor), and to send a message back HOME not to unite behind him and cut his supply lines. This was not successful; in fact, if Curtius can be believed, the Greek mercenaries were more loyal to Darius after Gaugamela than Bessus and friends. They figured they couldn’t go over to ATG, so they stuck with Darius who’d treated them well. Ironically, these same guys later did surrender after Darius’ death and were pardoned because, by then, showing clemency worked better for him than punishment.
Due to time constraints, and the desire of the showrunner to focus on Alexander and Darius, a lot of the details behind the campaign weren’t explored. So to the average reader, it looks like it was just Macedonians deciding to invade Persia because Persia killed Philip, although Philip says before he’s murdered that he wanted Alexander back for the Persian expedition. Not sure the casual viewer caught that. But this isn’t entirely wrong, as it really WAS a Macedonian campaign covered in the sheep’s skin of “Greek revenge.” Nothing is shown of ATG’s Greek campaigns, not even the infamous siege of Thebes because, again, the creators wanted it to be a clash of Macedon and Persia.
Alexander’s career is just so sprawling it’s really impossible to cover everything in limited time. But I hope that helps to contextualize why the Greek mercenaries were killed, and why it was presented as being traitors to the cause.
18 notes · View notes
jejakpikiran · 6 months
Text
Catatan Harian 7
SUDAH sekitar tiga bulan ini, Surabaya begitu panas; suhu mencapai 36°-37° celcius. Empat hari lalu, sempat mendung dan gerimis. Namun, angin segar itu tidak bertahan lama, sebelum kemudian kota ini menjadi panas lagi. Warkop Moro Seneng di Ketintang, memasang kipas angin tambahan agar tidak semakin banyak keringat yang membasahi baju.
Aku ingin mengatakan: kondisi bumi sedang kacau. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang sarat konflik kepentingan; membantu Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden RI Joko Widodo, agar lolos menjadi Cawapers 2024. Megawati menghina pekerjaan tukang bakso, diikuti petugas partai PDIP Ganjar Pranowo menghina profesi jurnalis di interview Mata Najwa, hingga konflik pembangunan Bendungan Bener di Jawa Tengah yang menjadi borok.
Serta, fenomena bunuh diri atau suicide siswa SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi yang ditemukan di banyak daerah di Indonesia; Unnes, Unair, dan lain-lain. Mengenai korupsi Base Transceiver Station (BTS) yang melibatkan rombongan pejabat, KPK sebagai lembaga independen yang mulai melemah, kasus-kasus pelanggaran HAM Berat yang tidak diusut tuntas, serta nihilnya keadilan atas 135 korban tragedi di Stadion Kanjuruhan. Ditambah, kabar mengenai 24 orang meninggal akibat kelaparan di Papua.
Di sisi lain, Represi terhadap jurnalis masih mengerikan. Berbagai media mengabarkan sekitar 36 jurnalis telah gugur di Palestina dalam kurun 1 bulan terakhir. Sebagian jurnalis kehilangan anggota keluarga mereka, rumahnya ambruk dihantam bom milik Israel. PBB dan NATO justru memasok dukungan untuk Israel dalam bentuk kebijakan yang memiliki standar ganda, hingga menyediakan anggaran/peralatan perang untuk meratakan Palestina.
Lebih baru, Trio Pakel terkena vonis 5,5 tahun penjara akibat membela ruang hidupnya yang dirampas perkebunan skala besar, yaitu PT. Bumi Sari di Banyuwangi. Di tempat lain, kasus Rempang menyakiti ribuan warga yang tinggal puluhan tahun di sana, lahan mereka direbut dengan dalih-dalih pembangunan Rempang Eco City. Semua itu, untuk memudahkan investor China membangun usahanya di sini.
Terbang ke isu-isu Pemilihan Umum (Pemilu). Menurut temuan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) terdapat 3.002 pelanggaran yang terjadi di Jawa Timur pada Pemilu tahun 2019. Sekitar 11 kasus terkait politik uang atau money politic, dari kasus itu tidak ada yang diproses ke jalur hukum atau Gakkumdu Provinsi. Hingga pada suatu tahap, kita melihat berbagai kebusukan penguasa terpampang jelas di depan mata! Namun, kita tidak bisa berbuat apa-apa selain melawan dengan berujung kekalahan. (*)
2 notes · View notes
nbasis-blog · 1 month
Text
Kualitas Suara Dalam Pemilu
Jika dalam pilpres dan pileg seolah tiada hukum dan institusi kepemiluan yang tersedia dan yang telah dibangun dengan niat sungguh-sungguh untuk berkapasitas mencegah, menindak dan menghukum pelaku kejahatan struktural dan kultural untuk mempengaruhi hasil, terutama money politik, intimidasi, politik gentong babi dan lai-lain, maka akan dinamai apa pemilu dengan karakter yang diwarnai kental oleh…
View On WordPress
0 notes
spirofanbel1973 · 2 months
Text
money train 4 demo
🎰🎲✨ Erhalten Sie 500 Euro und 200 Freispiele, plus einen zusätzlichen Bonus, um Casinospiele mit nur einem Klick zu spielen! ✨🎲🎰
money train 4 demo
Der Geldzug 4 Demo (auch bekannt als Geldzug 4 Demonstration) ist eine jährliche Veranstaltung, die sich mit dem Thema Geld, Banken und die Finanzwelt beschäftigt. Diese Demo hat zum Ziel, das Bewusstsein für die Rolle des Geldes in unserer Gesellschaft zu schärfen und auf mögliche Missstände in der Finanzwelt aufmerksam zu machen.
Der Geldzug 4 Demo bietet eine Plattform für Menschen, die sich aktiv mit den Fragen rund um Geld und Finanzen auseinandersetzen möchten. Die Teilnehmer haben die Möglichkeit, sich über verschiedene Aspekte des Geldes zu informieren und sich mit anderen Gleichgesinnten auszutauschen. Die Veranstaltung umfasst Diskussionsrunden, Vorträge und Workshops zu Themen wie Bankenregulierung, nachhaltige Finanzierung und alternative Währungen.
Die Demo zieht jedes Jahr Menschen aus verschiedenen Bereichen an, darunter Aktivisten, Politiker, Wissenschaftler und Experten aus der Finanzbranche. Die Vielfalt der Teilnehmer trägt dazu bei, dass ein breites Spektrum an Perspektiven und Meinungen zum Thema Geld vertreten ist.
Der Geldzug 4 Demo ist nicht nur eine Plattform für Diskussionen und Wissensaustausch, sondern dient auch als Sprungbrett für verschiedene Initiativen und Projekte zur Reformierung des Finanzsystems. Durch die Vernetzung von Menschen und Organisationen, die nach alternativen Lösungen suchen, wird versucht, Veränderungen in der Finanzwelt voranzutreiben.
Diese Demo ist jedoch nicht nur für Experten und Aktivisten gedacht. Jeder, der Interesse an Geldangelegenheiten hat und mehr darüber erfahren möchte, ist herzlich eingeladen, an der Geldzug 4 Demo teilzunehmen. Es ist eine einzigartige Gelegenheit, sich über finanzielle Themen zu informieren, neue Ansätze kennenzulernen und möglicherweise sogar eigene Ideen einzubringen.
Die Geldzug 4 Demo findet jährlich an einem festgelegten Ort statt und erstreckt sich über mehrere Tage. Es ist ratsam, sich im Voraus über das Programm und die Teilnahmebedingungen zu informieren. Bitte beachten Sie, dass die Geldzug 4 Demo eine friedliche und informative Veranstaltung ist, die dazu dient, einen offenen Dialog über das Thema Geld zu fördern.
Geldzug 4 Spielgeld: Ein unterhaltsames Spielerlebnis für alle
Der 2. Geldzug 4 Spielgeld ist ein aufregendes und unterhaltsames Spiel, das sowohl Kindern als auch Erwachsenen Spaß macht. In diesem Spiel geht es darum, Geld zu verdienen, indem man verschiedene Aufgaben erfüllt und geschickt mit seinem Geld umgeht.
Das Spiel bietet eine realistische Erfahrung, bei der die Spieler lernen, wie man Geld verdienen und investieren kann. Es hilft, grundlegende Finanzkonzepte zu verstehen und zu üben, wie man mit Geld umgeht. Das Spiel kann dabei helfen, finanzielle Verantwortung zu fördern und die Spieler zu befähigen, kluge finanzielle Entscheidungen zu treffen.
Der Geldzug 4 Spielgeld bietet verschiedene Herausforderungen und Möglichkeiten, Geld zu verdienen. Die Spieler können beispielsweise Aufgaben erledigen, Geschäfte betreiben oder Aktien kaufen. Dabei müssen sie strategisch denken und ihre Entscheidungen sorgfältig abwägen, um das meiste Geld zu verdienen.
Das Spiel ist einfach zu erlernen und bietet stundenlangen Spaß für die ganze Familie. Es fördert den Wettbewerb und das strategische Denken, während es gleichzeitig lehrreich ist. Kinder können lernen, wie man finanzielle Ziele setzt, spart und investiert, während Erwachsene ihre Fähigkeiten im Umgang mit Geld verbessern können.
Der Geldzug 4 Spielgeld ist ein großartiges Spiel, um spielerisch den Umgang mit Geld zu erlernen und zu üben. Es bietet eine unterhaltsame Möglichkeit, grundlegende finanzielle Konzepte zu verstehen und Finanzfähigkeiten zu entwickeln. Egal ob jung oder alt, dieses Spiel bietet eine spannende Spielerfahrung für alle.
Geldzug 4 Demo kostenlos spielen
Der 3. Geldzug 4 Demo-Slot ist ein aufregendes Casinospiel, das Sie kostenlos spielen können. Mit diesem Spiel können Sie sich in die Welt der Zugräuber und reichen Schätze eintauchen. Die Grafiken und Soundeffekte sind beeindruckend und bieten ein realistisches Spielerlebnis.
Bei der Demo-Version handelt es sich um eine kostenlose Version des Spiels, die Ihnen ermöglicht, den Slot ohne Einsatz von echtem Geld auszuprobieren. Dies ist eine großartige Möglichkeit, sich mit den Spielmechanismen, Gewinnlinien und Bonusfunktionen vertraut zu machen, bevor Sie sich entscheiden, um echtes Geld zu spielen.
Der 3. Geldzug 4 Demo-Slot bietet zahlreiche Funktionen, die Ihr Spielerlebnis spannend machen. Zu den Funktionen gehören Wild-Symbole, Scatter-Symbole und Freispielrunden. Das Wild-Symbol ersetzt andere Symbole und hilft Ihnen, Gewinnkombinationen zu bilden. Die Scatter lösen Bonusrunden aus, in denen Sie zusätzliche Gewinne erzielen können. Darüber hinaus können Sie in den Freispielrunden weitere kostenlose Spins gewinnen.
Um den 3. Geldzug 4 Demo-Slot kostenlos zu spielen, müssen Sie kein Konto erstellen oder persönliche Informationen eingeben. Besuchen Sie einfach eine Online-Casinoseite, die das Spiel anbietet, und wählen Sie die Demo-Version aus. Sie erhalten Spielgeld, mit dem Sie den Slot ausprobieren können. Bitte beachten Sie, dass Gewinne in der Demo-Version nicht ausgezahlt werden können, da es sich um eine kostenlose Version handelt.
Der 3. Geldzug 4 Demo-Slot ist ein unterhaltsames Spiel, das Sie kostenlos ausprobieren können. Nutzen Sie diese Gelegenheit, um die aufregende Welt der Zugräuber und Schätze zu erkunden und sich mit den verschiedenen Funktionen des Spiels vertraut zu machen. Wenn Ihnen das Spiel gefällt, können Sie später entscheiden, ob Sie um echtes Geld spielen möchten. Viel Glück beim Spielen des 3. Geldzug 4 Demo-Slots und viel Spaß!
Geldzug 4 kostenlose Demo
Die Welt des Online-Glücksspiels bietet eine Vielzahl von Optionen, um Spaß zu haben und gleichzeitig Gewinne zu erzielen. Eine solche Option ist der 4. Geldzug 4, eine aufregende und spannende Online-Glücksspielplattform. Bevor Sie sich jedoch entscheiden, um echtes Geld zu spielen, ist es ratsam, die kostenlose Demo-Version auszuprobieren, um sich mit dem Spiel vertraut zu machen.
Eine kostenlose Demo-Version ermöglicht es Ihnen, 4. Geldzug 4 ganz ohne finanzielles Risiko auszuprobieren. Sie erhalten eine virtuelle Währung, mit der Sie Wetten platzieren und das Gameplay erleben können, ohne echtes Geld zu investieren. Diese Demo-Version ist ideal für Anfänger, die das Spiel verstehen und testen möchten, bevor sie echtes Geld einsetzen.
Die kostenlose Demo bietet Ihnen die Möglichkeit, verschiedene Funktionen des Spiels kennenzulernen, einschließlich der verschiedenen Wettmöglichkeiten, Bonusrunden und Gewinnchancen. Sie können verschiedene Strategien ausprobieren, um herauszufinden, welche für Sie am besten geeignet ist. Dies stellt sicher, dass Sie bestens vorbereitet sind, wenn Sie sich entscheiden, um echtes Geld zu spielen.
Darüber hinaus bietet die kostenlose Demo-Version auch erfahrenen Spielern die Möglichkeit, ihre Fähigkeiten zu verbessern und neue Strategien zu testen. Sie können Ihre Spielmethoden perfektionieren und Ihre Gewinnchancen maximieren, indem Sie verschiedene Ansätze ausprobieren, ohne Ihr hart verdientes Geld riskieren zu müssen.
Die kostenlose Demo-Version von 4. Geldzug 4 ist auch eine großartige Möglichkeit, sich einfach zu entspannen und Spaß zu haben. Sie können die aufregende Atmosphäre des Spiels genießen, ohne Druck oder finanzielles Risiko. Obwohl Sie keine echten Gewinne erzielen können, bietet Ihnen die Demo-Version die Möglichkeit, einige unterhaltsame Stunden zu verbringen.
Insgesamt ist die kostenlose Demo-Version von 4. Geldzug 4 eine großartige Möglichkeit, das Spiel kennenzulernen, sich mit den Funktionen vertraut zu machen und Ihre Fähigkeiten zu verbessern, ohne echtes Geld riskieren zu müssen. Ganz gleich, ob Sie ein Anfänger oder erfahrener Spieler sind, probieren Sie die kostenlose Demo aus und erleben Sie den Nervenkitzel von 4. Geldzug 4 ohne finanzielle Verpflichtungen.
Geldzug 4 Demoversion
Die Welt der Online-Casinos hat eine Vielzahl von Spielen zu bieten, darunter auch eine große Auswahl an Slot-Spielen. Eines der beliebtesten und aufregendsten Spiele ist zweifelsohne der "5. Geldzug 4 Demoversion".
Der "5. Geldzug 4 Demoversion" ist ein modernes und hochwertiges Slot-Spiel, das von vielen Spielern weltweit geschätzt wird. Das Spiel zeichnet sich durch seine hochauflösende Grafik, spannende Soundeffekte und eine fesselnde Spielmechanik aus.
Bei diesem Slot-Spiel dreht sich alles um einen Zugraub, bei dem es darum geht, wertvolle Schätze zu erbeuten. Die Symbole auf den Walzen repräsentieren dabei verschiedene Elemente des Raubs, wie beispielsweise Taschen voller Geld, Juwelen und Goldbarren. Die Grafik ist detailreich gestaltet und schafft es, eine realistische und immersive Atmosphäre zu schaffen.
Die Demoversion des "5. Geldzug 4" ermöglicht es Spielern, das Spiel kostenlos auszuprobieren, ohne dabei echtes Geld einsetzen zu müssen. Dies ist optimal für Spieler, die das Spiel erst kennenlernen möchten oder einfach nur aus Spaß am Spielen ohne finanzielles Risiko spielen wollen.
Das Spiel bietet eine Vielzahl von Funktionen und Boni, die das Spielerlebnis noch spannender gestalten. Dazu gehören Freispielrunden, Scatter-Symbole und Wild-Symbole, die die Gewinnchancen erhöhen und zu großen Gewinnen führen können. Es gibt auch progressive Jackpots, bei denen die Gewinnsumme kontinuierlich ansteigt, bis ein glücklicher Spieler den Jackpot knackt.
Die Demoversion des "5. Geldzug 4" ist sowohl für Anfänger als auch für erfahrene Spieler geeignet. Anfänger können die verschiedenen Funktionen kennenlernen und Strategien ausprobieren, während erfahrene Spieler ihre Fähigkeiten verbessern und neue Taktiken entwickeln können.
Insgesamt bietet der "5. Geldzug 4 Demoversion" ein spannendes Spielerlebnis mit hochwertiger Grafik, vielen Funktionen und großartigen Gewinnchancen. Egal, ob Sie ein erfahrener Spieler oder Neuling sind, dieses Spiel ist definitiv einen Versuch wert. Probieren Sie es aus und erleben Sie den Nervenkitzel des "5. Geldzug 4 Demoversion"!
0 notes
bantennewscoid-blog · 3 months
Text
Pandeglang dan Lebak Rawan Politik Uang, Pelaku Bisa Dipenjara 4 tahun
PANDEGLANG – Wilayah Lebak dan Pandeglang masuk dalam daerah rawan terhadap money politik. Hal itu berdasarkan hasil analisis tematis isu strategis dalam Indek Kerawanan Pemilu (IKP). Koordiantor Presedium Koalisi Masyarakat Sipil Banten (KMSB) Uday Suhada meminta pengawas dan Gakkumdu maksimal menekan potensi terjadinya money politik. “Harus berupaya menekan, agar tidak terjadi money politik,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hargo-news · 3 months
Text
Dugaan Money Politik Aleg NasDem di Gorut Tidak Terbukti
Hargo.co.id, GORONTALO – Dugaan money politik aleg dari partai Nasional Demokrat (NasDem) di Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut) berinisial MY tak terbukti. Ini sebagaimana penyampaian Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut) secara tertulis yang diterima redaksi Hargo.co.id, Jumat (9/2/2024). “Berdasarkan hasil penulusuran yang dilakukan oleh tim, tidak ditemukan peristiwa…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
suhariete · 3 months
Text
Politik Uang : Ketika Caleg Hanya Ingin Menang Tapi Tidak Punya Program
Praktik politik uang menjadi salah satu ancaman yang nyata pada pemilihan umum serentak 2024 kemarin. Sebab, politik uang atau money politic tidak hanya menyasar antara peserta dan pemilih, tetapi merambah ke penyelenggara pemilu. Temuan kami di lapangan menunjukkan bahwa para caleg dengan modal besar sudah secara terang terangan melakukan serangan fajar, bahkan memberikan “uang lelah” kepada…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
realita-lampung · 3 months
Text
Serangan Senyap Sore Hari, Amplop Berisi Uang 50 Ribu Gemparkan Waway Karya
Tumblr media
Masyarakat Kecamatan Waway Karya, Kabupaten Lampung Timur, digemparkan oleh sebuah kabar adanya serbuan amplop Caleg berisi uang Rp.50 ribu. Kabar ini tersiar dalam sebuah rekaman video, dan sudah di laporkan ke Bawaslu Kabupaten Lampung Timur. Video Streaming: Serangan Senyap Sore Hari, Amplop Berisi Uang 50 Ribu Gemparkan Waway Karya Seorang ibu rumah tangga, warga Desa Sido Rahayu, Kecamatan Waway Karya, Kabupaten Lampung Timur, beberapa waktu lalu mengaku, ditemui seseorang yang dia panggil dengan sebutan Ibu Sul. Pada saat itu Ibu Sul mengatakan, kalau mau milih Caleg pilih saja Caleg berinisial HP. Ibu Sul menjanjikan, jika dia mau memilih Caleg berinisial HP akan diberikan hadiah. Dan benar saja, pada keesokan sore harinya, dia diberikan 2 lembar amplop berisi uang tunai Rp.50 ribu. Peristiwa itu terjadi pada 12 Februari 2024. Pengakuan warga itu terungkap dalam sebuah rekaman video yang berdurasi 2 menit 17 detik. Dalam rekaman tersebut, ibu rumah itu itu mengakui selain diberikan 2 lembar amplop yang berisikan uang tunai Rp.50 ribu, dia juga diberikan brosur yang bergambar foto Caleg HP. Adanya dugaan politik uang itu sudah dilaporkan oleh Heri Taryono, Warga Desa Sido Rahayu, pada 13 Februari 2024, ke Panwaslu Kecamatan Waway Karya. Dia juga melampirkan bukti berupa 2 lembar uang tunai Rp.50 ribu, 3 stiker Caleg, dan sebuah file video. Ditempat terpisah, Panwas Desa Desa Sido Rahayu, Kecamatan Waway Karya, Samsuri, yang dikonfirmasi terkait dugaan politik uang seorang Caleg mengatakan, bahwa dia sudah menerima laporan dari warga terkait adanya dugaan politik uang. Menurut dia, pemberi uang dan penerima uang berdomisili di desa yang sama hanya berbeda dusun. Dia berpandangan, selaku panwas hal ini sudah jelas melanggar aturan, dan masuk kategori pelanggaran mengarah kepada politik uang. Samsuri mengatakan, bahwa laporan tersebut sudah dinaikkan ke tingkat Kecamatan, atau ke Panwas Kecamatan Waway Karya. Ketua Panwas Kecamatan Waway Karya, Sarip, yang dikonfirmasi via pesan singkat di whats app ke nomor pribadinya mengatakan, bahwa laporan adanya dugaan praktik money politik seorang Caleg sudah dia naikkan ke Bawaslu Kabupaten Lampung Timur. Kabar adanya dugaan amplop Rp.50 untuk mengajak memilih seorang Caleg DPRD Kabupaten Lampung Timur mendapat perhatian khusus banyak pihak. Seorang tokoh masyarakat setempat mengatakan, di Desa Sido Rahayu dia mendengar adanya serbuan amplop Caleg berisi uang Rp.50 ribu. Dari info yang didengar, ada 500 amplop Caleg yang beredar di Desa Sido Rahayu dan sekitarnya. Kendati demikian, dia tidak bisa memastikan kebenaran informasi tersebut. Tokoh masyarakat berharap pihak berwenang untuk menyelediki, dan menindak jika ditemukan pelanggaran. (Harun Al Rasyid) Read the full article
0 notes