Tumgik
#mama tangkas
ranichann · 1 year
Text
Asikkk anak unpad habis wisudaan langsung throwback jaman2 kenapa ya aku di unpad :")
For information..
Aku dari sejak lulus SMP punya ambisi buat masuk sebuah kampus ternama dengan jurusannya itu. Bisa tebak??
Yupss ITB di fakultas FTTM, jurusan teknik metalurgi, atau ku pilih FTMD dengan jurusan teknik mesin
Ambisi ku sejak kelas x awal yang ga henti2 belajar² dan belajar latihan soal everyday every time sampe buku buat UN atau SBM itu ku lahap habis tuntas latihan soal 1 minggu untuk selesai ku tamatkan. Wawwws se ambisius itu buat gapai mimpinya yaaa
Selain belajar terus aku juga ikut lomba sana sini se nasional entah cerdas cermat kimia cerdas cermat biologi, cerdas tangkas matematik, dll
Dan karna ambisiusnya rani yha ada aja yg nyangkut di 3 besar :") ya allah
Pikirku masa itu, disaat org lain sedang asik2nya jatuh cinta pada lawan jenisnya tapi aku sibuk aja sama buku ku dan tujuan ku fokus tok tok tok
Ya aku punya tujuan itb yg ku raih dan its not easy, butuh perjuangan2 mimpi2 dan lelah yg dipertaruhkan ada malam yg slalu ku relakan untuk belajar terus, ada hari minggu yg org lain main aku bimbel lagi.. bosan???? Sama sekali enggak!!!! Aku senang menjalani rutinitas ku aku senang sekali bedah2 buku. Ga ada stress yg terlintas.. semua ku jalani ikhlas..
Ada perih yg dijalankan juga ketika SMA wkwkwk aku suruh dagang nasgor sayy sama ibuku krn saat itu ekonomi kami lagi turun dan mama ga kasih bekel jajan. Yaudah aku bantu jualan biar aku juga bisa jajan.. ya allah perih yaa..
Kembali ke topik wkwkw
Krn segudang prestasi dan nilai raport ku yg amazing akhirnya ikut lah jalur undangan buat masuk perguruan tinggi negri..
Btw pas kelas 2 harapan aku masuk itb menipis. Karna kaka tingkat ku nolak itb, aissshhhh
Yha masih ada jalur. Test sbm sihh aku lun aku rasa siap2 aja..
Tapiii kan raport ku bagus.. eman kalo ga dimanfaatkan dengan baik dan benar. Maka dari itu terpilihlah unpad is my lupp lupp dipikiran ku
Tapi kok jurusan unpad buat anak ipa sempit kaliii, hihh galau2 ria lah.. akhirnya yaudah aku matematika ajaaa..lalu di suggest lagi sama si ibuk2 guru bk niiiy kamu kan pengen teknik, kenapa si kok ga fisika aja?
Lhaaaaa anak piyik di suggest gitu. Cepet bgt kepengaruhnya lhaa. Ga deng wkt itunudh mepet juga buat submit snmptn nya :"))
Kayanya mei awal deh pengumuman lolos engga nya. Kalo gasalah ya aku habis2 ulang tahun ke 17 hiyayyyy.. darrr selamat kamu keterima :")
Senank???
Enggak!!!
Wkwkwkwk, kufur nikmat bgt chanya
Yha ambisi ke itb kok jebol unpad. Ambisinya dr smp lagi.. sedih sedih bgt..
...
Next to part 2~
1 note · View note
nydaafsari · 1 year
Text
Tumblr media
Ini sudah Sabtu lagi. Belakangan ini aku jarang keluar kamar. Kebingunganku semakin melanda. Saat sendiri, entah mengapa pemrosesan nama Rama dan segala kenangannya itu lebih cepat daripada saat aku tengah disibukkan dengan pekerjaanku. Aku terus mencari apa yang kurang dalam diriku. Pun aku terus mencari jawaban dari alasan logis mengapa Rama melakukannya. Ya, tak berselang lama setelah perpisahan kami, Rama dan perempuan itu resmi menjalin hubungan romantis. Sedang aku? Sama seperti aku saat ini, mengurung diriku di kamar dalam kegelapan.
Kamu tahu apa yang aku rasakan? Seperti sampah, dibuang begitu saja. Tak pernah diharapkan untuk kembali. Lantas kamu tahu apa yang aku lakukan? Anehnya, semarah apapun aku kepada Rama, aku masih bersikeras menghubunginya. Memastikan kabarnya baik-baik saja. Ikut memberikan selamat pada kelulusannya. Apa lagi ini kalau bukan cinta? Aku tak pernah sadar sampai detik ini aku baru memahaminya bahwa sebenarnya aku berharap Rama kembali kepadaku. Mengucap maaf dan meminta aku kembali dengannya, karena dia tak bisa hidup tanpaku. Aku ingin dihargai.
Tok tok tok.
“Ya?” jawabku pelan dari dalam kamar.
“Na, makan yuk,” itu suara serak khas milik Resha.
Kubuka kunci kamar dengan lunglai. Kembali duduk di kasur dan Resha mengikutinya. Resha menutup pintu dan menghidupkan lampu baca. Mengambil beberapa buku berserakan di lantai dan merapihkannya. Lalu duduk di sampingku.
“Lo kenapa lagi sih Na?” tanyanya langsung ke inti pembicaraan.
Yang ditanya hanya termenung.
Resha memelukku siang itu. Tangisku pecah.
“Tumpahin aja semuanya Na, nggak papa. Gue bisa terus peluk lo. Gue nggak akan kemana-mana.”
Mendengar kalimat menenangkannya saja membuatku semakin histeris. Dalam tangisku, Resha hanya menepuk punggung dan rambutku. Tak ada satupun kalimat meluncur dari mulutnya, pertanda ia memberikan ruang untukku.
“Sha.. ke-kena-napa Ra-Rama ja-jahat sa-sama gu-gue.”
Resha mengeratkan pelukannya. Tak menimpali satu kalimatpun.
“Kurang apa gue buat dia Sha?” ucapku setengah menjerit.
Tiga puluh menit berlalu dan suara yang tersisa hanyalah deru tangisku. Aku melepaskan pelukan Resha sambil mengusap air mata di kedua pipiku.
“Minum dulu ya Na,” dengan tangkas Resha langsung mengambil botol minumku di nakas.
Resha dengan telaten merawatku. Dia tak pernah menanyaiku satu pertanyaan, tidak juga menghakimiku atas kebebalanku ini.
“Sekarang tarik napas dulu pelan-pelan. Atur napas dulu,” Resha memanduku dengan penuh kesabaran. “Tenang Una sayang. You will be okay.”
Napasku sudah mulai teratur.
“Thanks, ya Sha. Kalo nggak ada lo dua tahun ini, gue nggak bisa jamin masih ada di sini.”
Resha hanya tersenyum simpul.
“That’s what friends are for, Na. Udah lebih tenang?”
Aku mengangguk. Menegak lagi air dalam botol minumku.
“Sekarang coba cerita sama gue. Lo lagi mikir apa sih Na belakangan ini?”
“Gue bingung Sha, sebenernya apa mau gue. Ini udah dua tahun tapi kenapa gue susah banget ngelupain Rama. Padahal Rama udah jahat banget sama gue. Tapi nggak bisa dipungkiri kalo sebenernya gue sayang sama dia, sama mama papanya. Gue terus mikir, sebenernya apa yang jadi kekurangan gue sampe Rama selingkuh dari gue. Dia bahkan gak mau merjuangin gue lagi.”
“Na, lo pernah mikir nggak? Selama kalian pisah, emang Rama mikirin lo? Coba lihat. Apa dia masih care sama lo?”
“Enggak sih Sha.”
“Lalu, apa yang lo harepin dari dia?”
“Ya gue jengkel aja kenapa Rama nggak mau cerita sama gue tiap dia ada masalah. Bawaannya kabur terus. Udah gue bilangin berkali-kali tapi tetep aja gitu. Dan kenapa dia berubahnya setelah udah nggak sama gue? Gue cuman pengen jadi rumahnya dia Sha, gak lebih.”
“Oke, lo pengen jadi tempat nyaman Rama buat cerita. Tapi masalahnya Rama mau nggak ngelakuinnya?”
“Hampir selalu enggak sih Sha. Terus gue salah apa ya Sha? Kenapa susah banget.”
“Aluna, lo mungkin nggak salah, harusnya nggak susah. Lo lagi nggak sama orang yang tepat aja. Percaya sama gue.”
“Terus gue harus gimana Sha? Rasanya pengen ngerengek ke Rama buat ngajakin dia balikan. Tapi responnya kayak ada benteng tinggi antara kami.”
“Na, sekarang gue tanya. Lo butuh pasangan yang kayak gimana sih?”
“Yang mau saling terbuka Sha, yang setia.”
“Terus, menurut lo Rama udah sesuai belom?”
“Hm..” aku bergumam lama. Sulit untuk mengakui bahwa memang Rama tak pernah bisa seterbuka aku padanya.
“See? Lo ragu buat jawab artinya ada keraguan lo ke dia.”
Aku hanya menunduk.
“Na, lihat gue!” Resha menyentuh daguku.
“Lo tahu apa yang Rama lakukan ke lo? Selingkuh, Na. Dimana-mana selingkuh itu gak bisa dibenerin. Kalopun lo emang nyumbang kesalahan, tapi kalo Rama mau merjuangin lo, harusnya dia balik ke lo. Ngapain? Ngobrolin apa yang dia mau. Bukan malah nyari ke cewek lain.”
Kupasang muka cemberut.
“Aluna, lo mungkin ngorbanin enam tahun yang lo kata itu investasi. Tapi lo akan lebih lama hidup sama Rama. Kira-kira lo bisa jamin nggak, kalo dia nggak akan ngulangin kesalahannya di masa depan?”
“Nggak bisa sih Sha. Itu kan ada di kendali dia.”
“Terus, bayangin kalo itu terjadi lagi saat kalian menikah. Gimana kondisi lo saat itu? Baru pertama kali aja lo sering ngurung diri di kamar. Apalagi nanti?”
Rasanya seperti ditusuk tetap di inti jantungku.
“Lo pengen punya suami kayak gitu? Emang itu hubungan yang lo harepin selama ini?”
“Enggak Sha,” aku tertunduk sambil sesenggukan.
“Gue yakin sebenernya lo udah tahu musti ngapain. Gue cuma bisa ngedukung lo. Mau lo sedih, seneng, gue akan ngedukung lo jalan ke impian lo.”
“Iya Sha, makasih banyak ya,” ucapku sambil menariknya dalam pelukanku.
“Siniin ponsel lo.”
“Buat apa Sha?”
“Udah, sini buruan.”
Kuserahkan ponselku tanpa perlawanan. Kulihat Resha sedang memblokir nomor Rama begitu juga semua media sosialnya.
“Na, lo pengen hapus semua chat sama foto kalian kan sejak lama?”
“Kok lo tau sih Sha?”
“Taulah, gue gitu. Calon cenayang hahaha” iya, dia anak psikologi. Pantas saja tahu gerak gerikku.
“Dasar lo! Hm… Ini udah waktunya ya Sha?” tanyaku ragu.
Yang ditanya hanya mengangguk mantap. “Gue temenin. Lagian lo mau sampe kapan sih meratapi nasib kayak begini? C’mon, mulai hidup baru Na.”
“Capek sih Sha gini terus. Kayak gak punya hidup baru rasanya.”
Kupandangi layar ponselku. “Oke, I’ll do it!”
Hanya butuh lima belas menit untuk menghapus semua kenangan indah bersama Rama. Tapi kuyakin tak semudah itu menghapusnya dalam ingatanku. Memangnya aku bisa melupakan orang ini?
“Yeyy! Selamat! Lo udah bebas dari jeratan masa lalu! Sekarang lo mau apa?” tantangnya. Agaknya Resha paham bahwa aku menyukai tantangan baru dalam hidupku.
“Hm, gue sebenernya udah kepikiran sih Sha, gue mau ngapain. Bener sih kata lo, deep down gue udah punya solusinya, tapi ragu aja ngelakuin.”
“So?”
“Gue pengen ke Bali Sha. Sendirian. Gue pengen ngabisin cuti akhir tahun gue bulan depan.”
“Go ahead Na! Bakal jadi perjalanan yang nyenengin selama lo bener-bener pengen ngelakuinnya. Inget Na, perjalanan menemukan pasangan itu sejatinya dimulai dari perjalanan menemukan diri lo sendiri. Aseeekk~”
Hanya gelak tawa yang tersisa di ruangan itu. Hatiku lega. Aku tahu apa yang harus kulakukan.
---
Di sini lah aku kini, memandang lautan sunyi dan jingga merona matahari tenggelam. Tepat satu bulan setelah pertengkaran batinku selesai. Apakah sudah benar-benar selesai? Jawabannya tentu tidak. Ada masa dimana hari-hariku teramat ringan untuk dijalani. Bertemu dengan banyak orang, membicarakan segala hal dengan mudah, menyantap kudapan yang kusuka, membaca novel sepuas yang kumau, dan kembali ke rumah untuk lebih dekat dengan ibu bapak.
Namun ada malam yang rasanya panjang sekali. Penuh sesak. Mimpi buruk tak berhenti silih berganti. Peluh keringat sudah jadi teman baikku setiap malamnya. Kantung mata juga ikut bergabung menjadi sahabatku. Pikiran-pikiran negatif tak mau berhenti saat aku begitu ingin terlelap. Mempertanyakan banyak hal yang ada di masa depan. Juga menyesali banyak hal di masa lampau.
“Perjalanan bertumbuh dari luka, tak pernah terasa mudah. Kadang naik, kadang memang harus turun. Supaya kamu memahami bahwa proses ini sulit dan lebih menghargai dirimu sendiri. Karena itu yang kau miliki satu-satunya. You are worthy, you are special, and you deserve happiness. Just remember it!”
Paling tidak itu adalah rentetan kalimat yang terus kuingat hingga kini. Kalimat menenangkan dari sebuah papan iklan di tepi jalan. Sedang menyuarakan kampanye self-love dan pentingnya mencari pertolongan professional. Aku jadi bisa memahami kalimat itu karena aku turut merasakannya sendiri.
Alih-alih memilih untuk mencari pengganti Rama, kupilih diriku sendiri. Kali ini, aku ingin memenangkannya. Sekalipun kadang rasanya sepi, ingin menyerah, namun aku tahu ini untuk diriku sendiri. Maka aku tak ingin menyerah begitu saja. Kamu pikir saat sendiri, aku tidak rindu Rama? Ah sudah ribuan kali aku merindukannya. Tapi belakangan aku bertanya kepada diriku. Apa yang sebetulnya aku rindukan dari Rama? Figurnya kah? Kebiasaannya kah? Atau apa? Ternyata jawabannya adalah kebiasaannya. Sekarang, bahkan sejak dua tahun lalu kami berpisah, aku masih merindukan kebiasaan kami. Kosong rasanya tanpa Rama.
Tenang Aluna. Kamu hanya belum terbiasa menghabiskan waktu dengan dirimu sendiri.
Afirmasi itu yang kutulis pada jurnal bersambul tulip sore itu. Ya, aku mulai menulis lagi, menulis banyak hal. Masa lalu, masa depan, apapun yang ada dalam kepalaku. Aku menulis bukan untuk orang lain, melainkan untuk diriku sendiri. Aku juga mulai menulis apa saja kesalahanku saat bersama Rama, apa yang perlu kuperbaiki, dan apa yang perlu kupertahankan. Begitu pula aku merumuskan figur pasangan seperti apa yang aku butuhkan. Agar aku bisa mencapai impianku, menjadi ‘rumah’ ternyaman dan teraman bagi pasanganku kelak.
Entah ini akan butuh waktu berapa lama, tapi satu hal yang kuyakini sejak keputusan ini kuambil. Aku tahu ini baik untuk diriku. Teruntuk aku yang dulu, memaafkannya. Teruntuk aku saat ini, memperjuangkannya. Serta teruntuk aku di masa depan, tak memadamkan impiannya.
Sendiri, bukan berarti aku kalah. Aku sedang memenangkan diriku atas segala hal lainnya. Paling tidak itu yang terbaik saat ini, sampai aku merasa benar-benar siap bersama orang lain. Toh aku juga sedang bergerak. Karena aku tak pernah percaya bahwa waktu akan menyembuhkan luka tanpa aku mengupayakan yang terbaik yang kumampu.
Hai Rama, mari berjalan bersama untuk diriku yang akan mekar suatu hari nanti. Terima kasih sudah hadir. Berkatmu, aku mendewasa.
Salam hangat, Aluna.
0 notes
satriamaulana · 4 years
Text
Orang Tua yang Sempurna
Memahami orang tua jadi bab esensial dari pendewasaan diri.
-
Awalnya gue gagal paham kenapa di setiap maaf-maafan, nyokap selalu bilang, "Maafin mama ya, nak. Maaf kalau belum jadi ibu yang baik".
Kalimat itu sering terulang, tapi gue masih ngerasain keharuan yang sama. Biar bahasanya nyokap begitu, gue sadar kalau beliau selalu berjuang untuk jadi sosok ibu terbaik bagi kami.
Tiba-tiba, kalimat itu relevan pas gue jadi orang tua baru. Pas merhatiin Bara & Emir di waktu tertentu, timbul kegelisahan serupa yang khas aja gitu.
Yakni keresahan kalau gue belum jadi ayah sempurna buat mereka berdua yang udah berkembang dengan luar biasa. Baru gue tersadar makna di balik permintaan maaf khas nyokap tadi.
Beliau meresapi keresahan itu sebagai orang tua lalu menyatakannya dalam bentuk permohonan maaf yang tulus, walau sayangnya kami gagal menyikapi hal tersebut dengan cukup sesuai.
Terlebih, selepas gue mendewasa dan berusaha hidup dengan lebih mandiri, muncul anggapan bahwa kita udah layak untuk "mendakwa" orang tua.
Merasa lebih unggul sebagai manusia dewasa yang belum mandiri-mandiri betul. Merasa lebih cerdas, modern, produktif & tangkas dibanding mereka.
Terbit penilaian tentang figur ibu-bapak kita. "Nyokap gue tuh ya kurangnya gini. Nah, kalau bokap tuh...". Semua hal dikritisi dan dijadikan amunisi untuk menghujat. Begitu kontra-produktif.
Kita yang awalnya tak berkuasa, dididik berpayah-payah. Setelah jadi lebih berdaya kemudian merasa layak memandang mereka sebelah mata?
Mestinya, kita bisa menjadikan kematangan diri sebagai modal untuk menerima & memaklumi semua kekurangan dari keduanya, sebagai manusia yang bercela - selayaknya kita.
Ketika kita mendapati kekurangan orang tua kita, di saat yang sama sebetulnya kita mendapatkan alasan tambahan untuk menjadi calon orang tua dalam versi yang lebih baik lagi.
"Karena bokap/nyokap gue begini, artinya nanti gue jangan berbuat hal yang sama ke anak-anak". Cenderung lebih konstruktif dan produktif bukan?
Pemaknaan yang adil tentang orang tua jadi landasan penting supaya kita bisa lebih utuh dalam menata diri. Kita memang enggak sempurna, tapi harus lebih baik dari kedua orang tua kita.
Atas nama perbaikan berkelanjutan, pergiliran generasi terjadi. Kita tidak dilahirkan untuk menjadi penggugat, melainkan pembawa perubahan :)
273 notes · View notes
handandnotes · 3 years
Text
Saat tiba
“hwwuuaaaaa..... sakit, Ma.... adek sakit, gamau ma.. pak dokter pergi! huaaa....” “ndapapa, adek, tahan sebentar ya. biar kita bisa pulang. pegang tangan mama, ya..” “yok, dikit lagi ya mas.. masnya kuat kok, sabar ya..”
sebuah pemandangan yang lazim terjadi saat ambil darah di ruang poli ini. seorang anak laki-laki yang terlihat kuat, pecah juga tangisnya. sedang sang mama, dengan pilu di hatinya, menguatkan anak lanangnya hingga proses selesai. petugas pun memberikan pengertian dan dengan telaten mengambil darah si anak lanang agar ia tak kesakitan. yang kutahu, sejak kemarin si anak laki dan mamanya melewati begitu banyak tes kesehatan. ronsen, EKG, ukur tekanan darah, suhu tubuh, saturasi oksigen, dan ambil darah. ya itu yang harus kami lakukan sebagai pasien COVID di Wisma ini.
sehari sebelumnya, pemandangan janggal tiba-tiba hadir di depanku: sebuah bis sekolah dialihfungsikan sebagai ‘ambulans’ darurat. tentu saja ini bukan karyawisata sekolah. aku beserta enam belas orang lainnya bergantian mengantri di bis sekolah ini atau ambulans di belakang kami. pukul empat tepat, kami dibawa menuju ruang isolasi milik Pemerintah hampir di ujung Jakarta.
sejenak, ku terhenyak. mencoba mencerna apa yang kulihat, dengar, dan rasa. begitu banyak ambulans datang dari Puskesmas lain. pasien-paseien berjalan dengan lunglai. mereka segera memenuhi ruang pendaftaran IGD yang sudah penuh! koper-koper berjejer di lorong ruangan, bantal, guling, tatapan mata lelah, petugas dalam balutan APD yang tak henti-hentinya berbicara pada pasien dan mondar-mandir sana-sini. oh!
semakin banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada para petugas kesehatan, petugas kebersihan, juru masak, tukang antar barang, dan bapak ibu TNI/Polisi yang sigap menjaga Wisma. di ujung kursi IGD, seorang kakek nenek berpegangan tangan. si kakek tak kuat lagi berjalan. rupanya, beliau menderita stroke dan harus menggunakan kursi roda. karena keterbatasan jumlah kursi roda, dokter pun mendatanginya dengan seperangkat alat tensi, termometer, dan oksimeter. bergantian, sang dokter memeriksa kakek nenek itu, sembari menanyakan beberapa hal. di ujung lain, ada segerumbulan keluarga, lengkap dengan nenek, kakek, dan mungkin cicitnya yang masih bayi. si ibu mengumpulkan barang-barang, sembari mengurus administrasi dengan tangkas. anaknya yang besar menjaga barang-barang dan kakek neneknya. sesekali ia menanyakan apakah mereka berdua kehausan atau kelelahan.
hatiku tertegun saat seorang dokter menghampiriku. hanya mata dan dahi yang terlihat. keringat membasahi mukanya. nafasnya tersengal-sengal. ku tahu, dia berusaha tenang ketika menanyaiku beberapa hal. lantas, dengan cekatan, ia melakukan beberapa pengecekan dan menawariku untuk menjadi sukarelawan dalam kajian yang sedang ia dan tim dokter lain kerjakan. tentu saja, jawabku iya! dan terdengar ungkapan lega darinya. aku pun menyelesaikan beberapa urusan administrasi, dan ia membawaku ke Tower dan lantai tempatku tinggal.
Maghrib itu rasanya begitu gerah. ku bisa merasakan keringat mengalir deras di dahi dan ketiakku. sembari berjalan menuju Tower, aku tak sadar menerawang panjang dokter yang berjalan di depanku. aku sama sekali tidak bisa membayangkan rasanya menggunakan balutan APD lengkap selama berjam-jam. di tambah beban kerja yang cukup membuat stres (paling tidak menurutku!). waktu kuutarakan pendapatku, sang dokter hanya tertawa ringkas seraya berujar, “tidak apa.. sudah biasa kok”. ku bisa melihat senyum di balik masker medisnya. oh Tuhan, ku merasa bersalah karena (akhirnya) menjadi beban mereka dan negara.
sesampainya di Poli yang menjadi rujukanku, suasananya sedikit berbeda. jauh lebih tenang dan ceria, kalau boleh kusebut ceria. perawat-perawat menyambutku dengan hangat dan senyum lebar. “Hai, Kak! dengan siapa kah? duduk sini kak.. istirahat dulu ya.. kak bisa ambil minum di dispenser itu.. bentar ya kak, kami pastikan dulu ruangannya.” kejadian itu begitu cepat dan setengah jam kemudian, aku sudah berada di kamarku yang dingin, bersih, dan nyaman. setelah mandi, solat, dan berbenah, aku kembali ke Poli, seperti yang diminta oleh perawat.
dengan ramah, mereka mengukur tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigenku lagi. mereka juga bertanya tentang gejala, perasaanku, dan menjelaskan bagaimana ‘kehidupan’ disini. “pokoknya harus semangat ya.. kita berjuang bersama,” ujarnya. hatiku meleleh, air semerbak menggenangi mataku, dan senyumku tersimpul dengan otomatis. sekejap, optimisme merasuki tubuhku. terima kasih, ya! 
dan dokter yang tadi membawaku ke Tower 7, aku belum sempat menyampaikannya padamu. kalau kau membaca ini, terima kasih atas kerja cepat dan tepatnya! semoga dokter terus sehat.
Jakarta, 12 Januari 2021
3 notes · View notes
miftahulrizkiafiah · 4 years
Text
Topeng Bahagia
Ketika orang lain senang melihat senja sambil menyeruput kopi pahit, aku malah lebih suka dengan pagi ditemani teh hangat dan beberapa kue pasar. Pagi telah memberiku kesempatan untuk membuka lembaran ku yang baru. Sedang senja mengajarkanku untuk mengikhlaskan lembaranku terisi dengan kesedihan setiap hari. Sebenarnya bukan masalah senja atau pagi. Tapi, ini sekelumit masalahku. Entah pagi atau senja sepertinya sama saja, aku harus menjalani hidupku dengan berbagai perasaan. 
Suatu ketika aku merasa aku adalah pembohong ulung. Aku menunjukkan senyumku, kebahagiaanku, ceriaku di depan banyak orang. Sementara hatiku sebenarnya berantakkan dan tidak baik-baik saja. Aku ingin didengarkan, setidaknya kalian tahu aku seperti apa. 
Namaku Sofia Laiffan, aku biasa dipanggil fia. Aku bekerja sebagai guru honor di dua sekolah. Aku tinggal di sebuah kota, yaitu ibu kota Lampung bersama mama dan kakakku. Bapak menceraikan mama ketika usiaku masih berumur sepuluh tahun. Aku masih berhubungan baik dengan bapak sampai sekarang. Sejak bapak menceraikan mama, mama tidak mau berbicara sepatah katapun. Tatapan matanya selalu kosong, tapi selalu menghadap halaman depan rumah kami. 
Setiap pagi aku membereskan rumah, menyiapkan makanan untuk mama, berangkat kerja, dan tidak lupa untuk menyapa pacarku. Ya, aku punya pacar, dia baik dan dia adalah laki-laki yang komitmen. Dia adalah kakak kelasku di SMA, kami bertemu melalui sosial media setelah kira-kira lima tahun tak mendengar kabarnya. Dia laki-laki spesial untukku, dia sangat mengerti keadaanku, mengerti keadaan keluargaku, dan dia berjanji akan menikahiku.
Aku telah menjalani hubungan dengan pacarku kira-kira satu tahun dua bulan. Menurutku ini bukan waktu yang singkat, banyak sekali pengalaman-pengalaman ku lalui pertama kali dengannya. Apalagi sebenarnya aku sudah mengenalnya sejak lama. Jadi, aku merasa kami tumbuh dewasa bersama. Walaupun sempat tak berkabar. 
Malam itu aku bertanya tentang janjinya untuk menikahiku. Dia bilang tenang saja dan sabar untuk tetap menunggu. Teduh cara bicaranya membuatku senang untuk menunggu walaupun dalam waktu yang lama. Dia mengerti keadaanku, mengerti keadaan keluargaku, dan pastinya dia selalu menyemangatiku di saat keadaanku tidak baik. Aku sangat memercayainya, menurutku laki-laki tidak semuanya seperti bapak. Berjanji sehidup semati untuk satu orang perempuan tapi malah meninggalkannya ketika bertemu dengan yang mungkin lebih baik menurut versinya. Semoga saja percayaku tak dihancurkannya seperti bapak menghancurkan percayaku, kakakku, dan terutama mamaku. 
Pagi itu, aku melakukan rutinitasku seperti biasa. Mengajar di satu sekolah dan siangnya aku beralih mengajar lagi di sekolah yang berbeda. Di sekolah ini aku berteman baik dengan salah seorang guru bernama Lia. Aku biasa memanggilnya mbak Lia. Usia kami terpaut jauh sekitar sepuluh tahun. Tapi jiwanya muda. Obrolan kami selalu nyambung, walaupun dia sudah punya tiga anak. Obrolan tentang keluarga, teman, cinta semuanya klop. Mungkin karena dia lahir terlebih dulu, jadi dia memiliki pengalaman yang lebih banyak dariku.
Seperti biasa, kami mengobrol banyak hal. Sampai di tengah obrolan Mbak Lia menatapku. 
“Fi, aku mau tanya tentang Rio” Rio adalah pacarku. Mukanya langsung berubah serius.
“Kenapa mbak ? tanya aja” jawabku sambil menerka apa yang akan dibicarakan.
“Rio jadi lamar kamu ?” 
“Jadi mbak InsyaAllah, tapi aku masih nunggu sih. Mungkin dia belum siap” jawabku.
“Maaf nih ya dek, mbak lia pernah denger kabar kalau rio itu pengen dijodohkan. tapi dek fia jangan gegabah dulu. Coba tanya dia baik-baik, siapa tau mbak salah” 
Ada apa ini ? Kak Rio dijodohkan ? Ya ga mungkin lah. Kak Rio itu orang yang sangat berkomitmen. Tapi, Mbak Lia juga orang yang kupercayai, ga mungkin mbak lia bikin berita bohong tentang Kak Rio. 
“Mbak kata siapa ?” tanyaku lirih dan berharap bukan dari orang tuanya. Mbak Lia lumayan dekat dengan orang tua kak Rio. Mbak Lia adalah tetangga Rio, rumahnya berdekatan dengan rumah orang tua Kak Rio. 
“Aku sih baru denger dari sepupunya Rio. Kamu tau kan Rio punya adik angkat ? nah, katanya sih Rio dijodohkan dengan adik angkatnya itu.” 
“Loh, bukannya Kak Rio udah anggep Mutia sebagai adiknya ya mbak ? kok dijodohkan ? ah, mbak salah dengar kali?” aku masih memercayai kak Rio ga akan mau dengan perjodohan itu.
“Fi, Mbak Lia udah ngomong dari awal. Jangan langsung percaya sama mbak Lia. Coba kamu tanyakan. Ga ada salahnya dek nanya kebenarannya. kalau ga ditanya kan kamu juga bingung”
“iya mbak, nanti ku tanyakan” 
Semoga mbak Lia salah dan sudah seharusnya berita ini salah. Kak Rio ga mungkin bohong sama aku. Kak Rio ga mungkin mau juga kalau dijodohkan dengan Mutia. 
Aku memegang ponselku, mencoba mengetik apa yang harusnya aku tanya. Tapi perasaanku takut, takut berita ini benar, takut kecewa, takut Kak Rio membenarkan berita ini. Aku tetap memberanikan diri.
“Kak, maaf ya kak. Aku mau tanya.” aku memulai percakapan ini.
“Tumben, biasanya langsung tanya aja. Kenapa dek ?” jawabnya selalu santai dan menenangkan.
“Kak, aku denger kakak mau dijodohkan dengan mutia. Bener kak ?” tanganku gemetar. Mencoba tenang.
Kak Rio tidak langsung menjawab. Padahal dia sedang online. Aku tetap menunggu dengan perasaan yang tidak enak. Triiing. Dering ponsel chat masuk. dengan tangkas ku buku chat dari Kak Rio.
Bersambung
1 note · View note
khzainularifin · 3 years
Video
Namanya Benn Yapari. Musisi muda serba bisa asal Tangerang kelahiran 1 Desember 2008 ini sejak kecil sudah aktif belajar musik. Orangtuanya bahkan memberinya pendidikan "Sekolah di Rumah" atau Homeschooling agar Benn bisa lebih fokus mendalami seni musik. Tidak tanggung, Benn yang belum genap 12 tahun ini sudah mahir memainkan gitar, contra bass dan terompet sebagai kemahiran utamanya. Masih ditambah lagi dengan piano, drum, harmonika, bass elektrik dan ukulele. Selain itu Benn juga bernyanyi. WOW... Tapi sebagai anak pra-remaja, Ben tidak melulu belajar dan bermusik, dia juga menyukai renang di kala senggang. Ditanya kenapa dia bercita-cita ingin jadi musisi, tangkas Ben menjawab, "Saya senang menciptakan musik dan berbagi dengan sesama lewat keindahan seni musik. Menyongsong HUT Kemerdekaan RI ke 76, Ben Yapari membawakan lagu Hari Merdeka Karya Haji Mutahar. Semoga suatu Saat nanti anak berbakat ini akan membawa keharuman mama bangsa dan negaranya di kancah internasional. Kunjungi IG nya: @bennyapari #anakberbakat #prodigy #guitarist #jazz #youngmusician #homeschooler #harimerdeka #musisiserbabisa #hutkemerdekaanri #hutkemerdekaanrike76 #bennyapari https://www.instagram.com/p/CSenMywBTXD/?utm_medium=tumblr
0 notes
arjeltalk · 3 years
Text
Refleksi 2020
Mengulas balik kisah-kisah yang terjadi selama tahun 2020. Tahun ini merupakan tahun yang unik, bagi yang mampu mengambil pelajaran dari semua intrik yang terjadi maka akan menyisahkan kisah-kisah yang menarik. Namun bagi mereka yang tak pandai mencari celah dan pelajaran maka hanya menyisahkan tahun yang pelik.
Aku akui bahwa tahun ini menyisahkan beberapa hal yang entahlah, sulit untuk dideskripsikan. Di awal tahun 2020, aku merasakan pengalaman pertama patah hati huahaha. Ternyata patah hati itu ngga enak loh saudara. Sebelum merasakannya sendiri, aku sering “ngenyek” teman-teman yang lemah karena persoalan cinta. Setelah merasakannya waduh mantap sekali. Disamperin ke Jakarta, terus diputusin didepan kantor di waktu office hour menjadi pengalaman yang tidak mau aku lupakan.
Di tahun yang sama, aku di diagnosa mengidap hipertiroid. Untungnya karena aku cepat tanggap dan tangkas alias nyadar diri kalo there is something wrong with my body. Jadi treatment untuk penyembuhan sebatas minum obat enam butir setiap hari selama dua tahun. Inshaallah gak butuh operasi atau terapi radiasi ntah apalah itu namanya, hanya perlu diambil sampel darahnya aja setiap bulan.
Btw patah hatinya dua kali loh tahun ini, dengan orang yang sama :p Ibarat kata balikan sama mantan itu sama halnya dengan membaca buku yang sama, udah ketebak endingnya. Dengan bodo dan bangganya tetap aku jalani dah tuh hubungan yang asdfghjlklk wkwk.
Tapi jangan dilihat dari satu sisi aja ya, koin aja punya dua sisi, kubus malah punya enam sisi kan. Punya hubungan yang fluktuatif malah menyenangkan lo, aku jadi merasakan berbagai macam perasaan dan emosi di antaranya; sedih, bahagia, kaget, senang, ketawa, ngakak dan lain-lain. Sampai nonton drakor serasa ga menarik karena persoalan cinta sendiri udah se-drama itu.
Alhamdulilah semakin kesini hubungan percintaan semakin baik, udah ngantongin restu juga dari Mama Bapaknya, mba-mba yang lain bisa apa?:p Dari hubungan kek tai ini aku belajar bahwa gak peduli seberapa lama adanya hubungan, yang terpenting adalah siapa yang tidak pernah meninggalkan dan bertahan hingga akhir. Kalo katanya Kahlil Gibran itu “.. adalah keliru mengira cinta berasal dari lamanya persahabatan dan gigihnya masa pendekatan. Cinta adalah hasil dari kekuatan tarik-menarik spiritual” Bagian tarik-menarik spiritual, mungkin bakal tak bahas pada tulisan lainnya aja ya.
Dari patah hati tahun ini aku belajar mencintai diri sendiri dan belajar menghargai perasaan orang lain karena dunia tidak berputar untuk aku seorang. Dan aku harus berbahagia, bukan karena segala sesuatu baik, melainkan karena sudah mampu melihat hal baik dari segala sesuatu.
Tahun ini aku bisa berkelana non-stop kurang lebih dua minggu, Jakarta – Surabaya – Madura – Surabaya – Mojokerto – Surabaya – Jakarta – Serang – Jakarta – Banyuwangi – Situbondo – Banyuwangi – Jakarta. Maka Tahun 2021 aku harus bisa berkelana lebih dari ini, minimal bisa mendaki bukit yang lebih tinggi dari gunung pundak 1585 mdpl.
Akhir 2020, ditutup dengan abangku kecelakaan yang merobekkan wajah sebelah kiri dan harus dioperasi. Aku nangis dong tapi gatau mau ngomong apa, Cuma bisa nelfon ibuku beberapa kali menanyakan perkembangan operasinya. Semoga abangku cepat sembuh dan ganteng lagi.
Itulah sebagian kecil cerita tentang 2020-ku, masih banyak sebenarnya tapi biarlah jadi kenangan manis dan pahit untuk dikenang sendiri saja hehe. Semoga 2021 ini kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi, lebih bahagia lagi, menjadi orang yang lebih pengasih dan penyayang, lebih produktif menghasilkan karya-karya, semoga 2021 ga nolep lagi, semoga semua terus diberi kesehatan. Semoga pandemic segera berakhir (aku udah swab hampir lima kali tahun ini), semoga kita dijauhkan dari perasaan iri dengki, Semangat untuk terus belajarrrrr!!!!
0 notes
reddysuzayzt · 4 years
Photo
Tumblr media
Bintang Film
Sore ini saya putuskan untuk pangkas rambut di dekat-dekat rumah saja. Sebelumnya saya tanya gaya rambut yang dipilih dua orang rekan kerja; Ian dan Duta. Ian membalas chat whatsapp saya, "French Crop," katanya.
Ternyata barber shop di dekat rumah tutup. Terpaksa saya meluncur ke arah barat menuju Jalan Kaliurang. Untungnya buka, meski harus mengantre. Tapi tak sampai makan waktu lama untuk giliran saya. Tidak sampai sepembacaan satu cerpen Kedaulatan Rakyat yang mini-mini itu.
Seorang laki-laki yang lebih muda dari saya menyilakan naik ke atas kursi eksekusi. Ia bertanya, apa yang saya inginkan atas kepala saya ini.
"Kalau potong French Crop, bisa, Mas?"
Sayangnya ia membalas pertanyaan saya dengan pertanyaan manuver; yang dirapikan yang bagian mana? katanya. Baiklah, batin saya, mau tidak mau saya mesti menerima kenyataan bahwa lelaki muda ini tak paham belaka apa itu French Crop.
"Rapikan saja rambut saya, Mas. Yang pinggir-pinggir ini terutama, dirapikan."
Akhirnya kami sepakat, dan selama pemangkasan itu, ia berkali-kali konfirmasi perihal tingkat ketipisan rambut yang saya kehendaki.
Ia menyelesaikan pekerjaannya lumayan tangkas dan cepat. Mungkin hanya lima belas menit kurang lebih. Dan saya lumayan puas dengan hasilnya.
Di rumah, adik saya Tata, bilang kalau model rambut saya mirip model potongan Kim Jong Un. Tentu itu penglihatan subjektifnya saja. Tapi di waktu itu juga, Mama menyetujui pernyataan Tata dengan bilang, "iya."
"Emang Mama ngerti Kim Jong Un?" tanya Tata. Menggoda lebih tepatnya.
"Ya tahulah, dia bintang film!" jawab Mama antara serius dan seloroh.
Saya dan Tata tertawa, Mama sepertinya memang tak tahu siapa Kim Jong Un. Saya merasa tak perlu menjelaskan latar belakang Kim Jong Un dan cerita-cerita tentangnya, apalagi bersusah payah memboyong Mama ke dalam penjelajahan paham komunisme.
Biarlah, kapan lagi Kim Jong Un bisa jadi bintang film Korea (Utara) selain malam ini. Meskipun cuma dalam benak Mama.
0 notes
uulsworld · 5 years
Text
Tumblr media
DARI PERKAKAS BUAT ASAH TANGKAS
Lagi lagi gabut pulang kerja, padahal besok harus presentasi depan rekan kerja😑, atau memang ini ciri ciri mama pengen dirumah nimang anak sampe lelah #upsss. Jadi karna seharian mikir kerjaan, ditambah masalah yang selalu datang, apalagi nasabah yang kadang bikin hati lelah, tapi tetaplah kudu senyum penuh ramah😂, jadi kupilihlah kesibukan bikin mainan yang nantinya bisa kumainkan bersama sikecil kesayangan, hmmm ternyata asyik, bayangin kira kira gimana ya reaksinya, suka atau malah biasa saja, semacam tantangan ,yang akan berhasil dimenangkan ketika ia masuk dalam permainan, hadiahnya niqmat tak tergantikan.
Kali ini, lagi ngumpulin botol bekas, tepatnya minta ibu kos, yang biasa ngumpulin perkakas, dapet nih, berbekal botol bekas ,lem, kardus ,dan gunting untuk memotong setengah, jadilahhhhhh. Hmmm, sepertinya biasa tak ada yang menarik untuk dirasa.kwkwkwkw, iyalah, secara mama rania,tak kreatif, apalagi sedikit inisiatip, bikin gini aja udah alhamdulillah, maklum pas sekolah nilai kesenian tak cukup memuaskan😂.
Jadi nihh besok pas sampai rumah, bakalan tak kasih ke ia, tapi kusertakan beras dengan warna warna menawan, terus? Beras yang berhasil diberi warna lalu ia harus memasukan nya lewat lubang botol sampai penuh dengan sendok kecilnya, hmmmm, kira kira gimana ya usaha ia?
0 notes
dibawahtangga · 5 years
Text
Tidurlah Barang Sejenak.
Sudah dua malam batuk Mama kambuh. Batuk yang menyiksa sebab disertai sesak. Bayangkan bagaimana susahnya mengatur napas di antara tarikan napas yang sesak disertai batuk yang berkelanjutan.
Juka sudah seperti ini, kami akan membawa mama ke rumah sakit. Tidak peduli sudah pukul berapa malam ini. Tidak terhitung seberapa tangkas kami dalam mengepak barang untuk dibawa ke rumah sakit, setiap kali kondisi mama seperti ini.
Aku, mama dan kakak sudah naik ke atas mobil yang melaju dengan cepat menuju rumah sakit. Jalanan lenggang malam itu berpayung langit cerah dengan bintang gemintang. Mama masih terus terbatuk, tapi ketika mobil sudah berjalan sekitar 15 menit, mama tertidur dengan sendirinya. Pulas, sangat pulas hingga ia mendengkur dengan keras.
Lama ku pandangi mama yang tertidur dengan tetap menggenggam alat nebulizer di tangannya. Dari kaca spion tengah kakak melihat kejadian itu. Kurang berapa meter lagi kami akan tiba di rumah sakit tetapi mama masih juga tertidur pulas. Kami tidak membangunkannya, hanya duduk di dalam mobil menunggu sekitar 5 menit tapi mama tetap tertidur. Kakak melanjutkan perjalanan entah ke mana. Aku pun tidak tertarik untuk bertanya. Di luar, hari sudah menjelang pagi.
Mobil memasuki kawasan Pantai Losari. Lurus melewati Tanjung Bayam, hingga kami tiba di satu tempat bernama Barombong. Sisi lain dari pantai Losari yang sepi pengunjung sehingga bebas polusi.
Mama belum bangun bahkan ketika mobil sudah terparkir persis di tepi pantai. Kakak keluar dari dalam mobil dan memilih merokok. Sementara aku menyelimuti mama dengan jaketnya dan membuka pintu mobil. Di depan ku terhampar lautan lepas, para nelayan sudah kembali menepi bersamaan dengan matahari yang mulai menampakan dirinya.
Suara debur ombak pagi ini begitu damai, mengiringi mama yang terjaga dalam mimpinya setlah hampir 2 hari tak mendapatkan jatah tidur.
Tidak ada percakapan antara aku dan kakak. Kami hanyut dalam nyanyian ombak pagi ini dan teduhnya ketenangan yang bertengger di wajah mama.
“Tidurlah barang sejenak, Ma.” Batinku.
(Barombong, 2016)
0 notes
inilah-aku · 7 years
Text
Cerbung: Menata Diri
Setelah kejadian hari itu, aku mulai berdamai dengan keadaan. Sebisa mungkin aku hilangkan nama Ryan dari pikiran. Memperbanyak dzikir, memohon ampun. Aku mulai melunak setelah kejadian dirumah Nita. Aku sadar bahwa selama ini, Ryan memang tidak membutuhkanku disampingnya. Ryan telah menemukan steamed milk-nya. Sudah saatnya aku menata hidupku sendiri, mengejar target hidup, memperbaiki diri, menetralkan hati  termasuk membuka hati untuk orang lain.
Aku bersyukur kegiatan semester 7 banyak menyita waktuku. Persiapan kerja lapangan dan skripsi cukup membuatku lupa dengan hal-hal yang “tidak terlalu berguna”, seperti maraton drama korea, melahap habis novel ataupun memikirkan Ryan. Kegiatan diluar urusan akademik pun sudah lama off. Jabatan di organisasi dakwah kampus sudah lama lengser. Walaupun masih harus memantau kinerja generasi selanjutnya tetapi Alhamdulillah kerjanya tidak terlalu banyak. Cukup untuk fokus dengan target semester akhir.
Selama seminggu, siang-malam aku mempersiapkan proposal skripsi untuk seminar proposal. Tiap malam hampir selalu begadang mencari jurnal-jurnal referensi. Hampir tidak pernah bertemu dengan teman-teman ataupun nongkrong di cafe sudirman. Aktifitas hanya sekitar ruang dosen pembimbing dan rumah, begitu selama seminggu.  Hari ini selepas shalat dhuhur aku sudah duduk di ruang dosen pembimbing skripsi mendiskusikan proposal yang sudah lebih dari 3 kali direvisi. Selama hampir 1 jam setengah aku berada disana. Alhamdulillah. Proposal skripsiku diterima!. Minggu depan aku sudah bisa semprop, seminar proposal.  
Dengan senyum merekah, langkah kaki yang seakan melayang-layang dan perasaan yang lega, aku segera menuju parkiran untuk pulang ke rumah. Kabar bahagia ini harus segera dibagi dengan Mama dirumah. Akhirnya lehalehatime-ku kembali. Selama menuju hari semprop, aktivitasku lumayan santai. Mungkin besok sore aku sudah bisa menikmati metime di cafe sudirman lagi. Senyumku bertambah merekah ketika memasuki area parkiran, aku melihat sosok yang aku kenal. Sosok tersebut mendekat kearahku dan memberi senyum.
“Masyallah nita, Assalammulaykum. Kok sampai disini, ada acara apa?”, sapaku ketika menyadari Nita ada di parkiran kampus dengan sedikit raut terkejut. Pasti ada janji atau acara hingga membuatnya sampai difakultasku ini.
“Waalaykumsalam, Alhamdulillah bisa ketemu kamu disini. Mumpung aku ada waktu kosong, jadi aku datang keacaramu. Lah kamu sendiri ngapain disini? Gak ikut nyiapin kajian habis ashar?,” Rautku pasti lebih bingung dari sebelumnya. Kajian habis ashar? Hampir seminggu aku jarang melihat group di WA, aku pasti ketinggalan banyak informasi. Organisasi dakwah kampusku pasti sedang menyelenggarakan kajian rutin. Salahku juga jarang mengunjungi sekretariat ataupun masjid kampus.
“Udah dari semester lalu, jabatanku disana lengser. Seminggu ini aku juga sibuk persiapan semprop, jadi kurang info. Hehe. Ya udah mumpung lumayan senggang, aku temenin yuk datang kekajiannya!,” tawarku. Nanti malam aja lah, membagi kabar bahagia ke Mama. Sudah seminggu lebih juga aku tidak datang Kajian. “ Emang kajian tentang apa si?, “  tambahku.
Pandangan Nita teralihkan dengan masuknya mobil sedan sederhana di area parkir. “Tuh yang ngisi acaranya udah datang!,” ucap Nita dengan memberikan kode untuk aku melihat mobil sedan biru yang terparkir di sisi sebrang posisi kami. Akupun mengalihkan perhatian ke arah mobil itu. Walaupun jaraknya agak jauh, aku bisa melihat dengan jelas. Pemilik mobil membuka pintu dan menampakan diri, keluar dari mobil. Aku mengenali  posture itu. Ryan?
“Kak Ryan bukan sih?”, tanyaku hati-hati dan sedang mengendalikan diri untuk berusaha tetap biasa saja.
Nita mengganggukan kepala. “Keren ya ra, mahasiswa yang baru aja lulus, udah punya mobil pribadi sendiri,” ucap Nita yang masih melihat kearah Ryan dan mobilnya. Aku hanya membalas pertanyaan ataupun pernyataan Nita itu dengan senyuman. 
Selepas jamaah salat Ashar, beberapa mahasiswa terlihat memenuhi area kajian yang telah dipersiapkan. Area kajian disiapkan di lantai atas, tempat yang biasa dipergunakan salat bagi perempuan. Ruangnya agak luas, hingga bisa menampung hingga 100-an orang. Antara ikhwan (laki-laki) dan akhwat (perempuan) dipisahkan oleh hijab atau kain yang digantungkan sebagai penyekat yang memisahkan tempat laki-laki dan perempuan. 
Ternyata mahasiswa yang datang cukup banyak. Alhamdulillah aku dan Nita mendapatkan tempat duduk lesehan di depan. Jelas sekali untuk melihat layar lcd ataupun pembicara. Dari awal kajian aku berusaha meluruskan niat. Berusaha menyimak dengan baik selama acara berlangsung dan meminimalisir untuk melihat pembicara ataupun MC. 
Ryan mengisi materi dengan suara yang berwibawa. Entah sejak kapan dia mempunyai suara yang penuh kharisma. Suaranya terdengar sudah biasa menjadi pembicara seperti itu. Jelas, cermat, tangkas, dan bersih, tidak  terdengar getaran grogi atau apapun. Kajian itu mengangkat tema “Sukses di Usia Muda dengan Menjadi Pengusaha Teladan”. Ryan bercerita mengenai awal mula menjadi pengusaha, kentungan dan kelebihan menjadi seorang pengusaha mandiri. Tentang kebebasan, tanggung jawab, perjuangan hingga kegagalan dan kesuksesan dia menjadi pengusaha. Menurutnya, menjadi seorang pengusaha harus senantiasa  bersabar, mendekatkan diri dengan Allah, dan tidak takut dengan kerugian, karena berbenturan dengan masalah dapat menjadi salah satu kunci pendewasaan pikiran sang pengusaha, dan mempercepat kesuksesan jika dibarengai dengan fokus. Dia juga menyampaikan bahwa pengusaha yang baik adalah pengusaha yang rutin menjalankan bisnis sesuai dengan syariat islam, memenuhi etika-etika dalam berbisnis, dan rutin melakukan tindakan sedekah. Aku mendengarkannya dengan teliti, mencatat apa yang perlu dicatat. Mungkin ilmu ini kelak bisa berguna.
Disela-sela kajian entah berapa kali aku mengucap istighfar dalam hati. Fokusku berkali-kali terdistact oleh ingatan masa laluku dengan Ryan. Dalam kajian ini  aku bisa mendengar langsung darinya tentang aktifitas dia selama 3 tahun belakang ini. Cerita hidupnya cukup membuatku ingat peristiwa 3 tahun yang lalu. Aku harus bisa mengendalikan diri. Semoga dengan mendengarkan cerita hidupnya, rasa penasaranku tentangnya terjawab dan lebih mudah untuk menetralisir hati. Semoga.
Ketika memasuki sesi tanya jawab, aku baru menyadari ternyata popularitas Ryan cukup besar hingga membuat peserta kajian membludak. Kain hijab hingga tidak mampu menjadi penyekat antara akhwat dan ikwan. Pada sesi ini, ternyata Nita yang duduk disebelahku mengajukan pertanyaan. Disini dengan otomatis pandanganku secara bergantian melihat Nita dan Moderator serta Ryan didepan. Begitupun moderator dan Ryan yang ada di depan,melihat sisi dimana sumber suara berasal. Hingga tanpa aku sadari, pandanganku bertemu dengan pandanganya. Entah Ryan menyadariku atau tidak, tatapan itu cukup membuatku salah tingkah hingga beberapa menit. Aku cukup kewalahan menata diri. Tatapan itu cukup kuat menggetarkan hati daripada sebelumnya. Berbeda denganku sosok itu terlihat biasa saja dan masih dengan kewibaannya. Apakah dia tidak menyadariku? Mungkin dia tidak mengenaliku dengan penampilanku yang sekarang. Aku memperbanyak istighar, kembali menata diri  hingga tidak menyimak bahwa kajian telah ditutup. Aku segera meminta ijin kepada Nita untuk pergi ke kamar mandi. Aku harus segera mengambil air wudhu.
Air wudhu mempunyai khasiat yang dahsyat. Aku menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Semoga tetesan air wudhu ini bisa mengalir hingga hati. Aku berharap untuk bisa biasa saja jika sehabis kajian ini tidak sengaja bertemu dengan Ryan. Setelah merasa lebih baik dan siap menghadapi semua peluang yang ada, aku keluar dari kamar mandi. Area kajian mulai sepi. Para mahasiswa telah meninggalkan masjid. Masih sekitar setengah jam menuju salat Magrib, mungkin mereka memutuskan untuk saat dirumah dan bergegas pulang.  
Beberapa panitia kajian yang aku kenal dan mahasiswa yang masih tersisa di area kajian terlihat panik. Aku yang telat menyadarinya segera mendekat. Terlihat tubuh seorang akhwat dibopong beberapa akhwat lainnya menuju kearah tangga. Jantungku kembali bekerja lebih cepat lagi. Tubuh yang dibopong itu adalah Nita. Aku segera bergegas mengikuti gerombolan panitia yang membopong tubuh Nita. Tubuh Nita dimasukan kedalam mobil dan aku segera memposisikan diri. Aku meyakinkan bahwa korban adalah kenalanku dan biarkan aku mendampinginya. Aku letakan kepalanya dipahaku dan berusaha untuk menyadarkannya. Nita pingsan. Entah apa yang membuatnya pingsan, aku lupa mencari tahu karena mobil sudah melaju. 
“Kita harus membawanya kemana?”, suara dari jok pengemudi membuyarkan kepanikanku. Ku arahkan pandangan sekilas lewat kaca spions, aku merasa menyadari sesuatu. Wajah yang beberapa menit lalu tidak berani aku lihat. Wajah yang berusaha aku hindari. Sekarang wajah itu bisa aku lihat dengan sangat jelas lewat spion mobil. Aku mencoba mengendalikan diri. Melihatnya sekali lagi, memastikan bahwa yang aku lihat benar. Jantungku berdetak lebih kencang. Ryan sedang mengendari mobil dengan wajah yang terlihat tegang. 
Dia menengok kebelakang melihatku yang terlihat panik dan terkejut. Tatapan kami kembali bertemu. Aku menggerutu dalam hati, menyalahkan jantungku yang berkali-kali berdetak tidak teratur. Benar-benar tidak mengenakan. Sebelum semuanya kacau, tubuh yang sedang aku pangku bergerak. Alhamdulillah Nita sadar disaat yang tepat. Aku segera membantunya untuk duduk.
“Ra...,” suara Nita terdengar parau. Tubuhnya yang  masih lemah memelukku. Aku hanya bisa pasrah. Nita menyebut namaku didepan Ryan. Apakah Ryan bisa mengenaliku sekarang? Apakah dia sudah sadar bahwa aku adalah zahra, masa lalunya dulu?
“Ra.. hikshiks, Papah ra... Papah meninggal”, pernyataan Nita dengan cepat menyadarkanku. Inalillahiwainalillahirojiun. Aku segera mengambil napas dalam-dalam dan membuang semua keresahan. Nita sedang butuh senderan yang kuat. Aku menata diri, berdamai dengan semua kejadiaan yang berlangsung sangat cepat. Kelegaan proposal diterima, tidak sengaja bertemu Ryan, bertatap mata, sampai panik karena Nita pingsan, satu mobil dengan Ryan hingga mendengar berita kematian. 
Dalam sehari aku dihadapkan dengan berbagai kejadian. Merasakan kebahagian dan kesedihan dalam satu hari. Membuat jantung berdetak tidak teratur. Memaksa untuk tetap tenang. Aku harus berusaha dan berlatih untuk bisa menata diri  dengan cepat agar lebih siap menghadapi banyak kemungkinan yang akan terjadi.
-Jogja, 0:03
bttr,
@inilah-aku | IA
Cerbung.
2 notes · View notes
acaable · 7 years
Text
Media Sosial: Diary Massal untuk Pamer Curhat
By Nurjanah Posted on 30 October 2016
Dulu, saat masih SD dan sedang imut-imutnya, saya punya sebuah diary berwarna kayas (baca: pink) dan bergambar hati di sana-sini. Yang paling saya suka, diary tersebut dilengkapi dengan gembok kecil beserta kuncinya. Jadi, privasi dan kerahasiaan isi diary terjaga dengan baik.
Semua cerita kehidupan saya sehari-hari tumpah ruah di sana. Mulai dari cerita soal marahan dengan teman sebangku, marahan dengan teman yang duduk di bangku belakang, hingga marahan dengan teman dari teman saya yang duduk di bangku-bangku lainnya (iya, isinya soal marahan semua. Memang begitulah saya: gemar bertengkar. Tapi, gapapa, yang penting ga pake narkoba).
Dan yang menjadi ciri khas, semua tulisan itu diawali dengan kalimat pembuka “Dear diary…hari ini aku lagi sebel sama…”
Bukan saya saja, tapi teman-teman lainnya juga memiliki diary dengan tingkat ke-unyu-an serupa. Dan saya cukup yakin, isi diary mereka sama tidak pentingnya dengan isi diary saya. Tapi, ya, tidak jadi soal. Toh, hanya kita sendiri yang membacanya.
Tapi, ya, itu dulu… sebelum negara api menyerang.
Kini, setelah dunia Sophie tergantikan oleh dunia maya, ditambah berkembangnya budaya senang “berbagi”, kecanduan akan eksistensi diri plus narsisisme kronis, lahan curhat pun beralih ke media sosial. Terciptalah diary bentuk lain: diary massal. Untungnya, saya tidak termasuk golongan kaum pengisi diary massal tersebut.
Helo… ceu Popong, saya mah curhatnya sama Allah SWT (sambil gibas-gibas poni). Bagi jamaah Mojokiyah yang ingin muntah, saya persilakan.
Dengan adanya diary massal ini, maka berbagai permasalahan hidup pun terpampang nyata di media sosial sana. Perkara layak tidaknya curhatan ini dikonsumsi publik, ya, itu mah nomor sekianlah. Yang penting kan unek-unek keluar semua.
Tapi jangan salah. Permasalahan yang diceritakan mereka rata-rata sangat penting dan layak dijadikan renungan hidup. Kadar permasalahannya pun begitu kompleks, pelik, hingga sulit ditemukan jawabnya–padahal jawabnya ada di ujung langit, kita ke sana dengan seorang anak, anak yang tangkas dan juga pemberaniiii…
Jika Anne Frank bangkit dari kubur, dia mungkin akan merasa tidak pede dengan tulisannya dahulu. Betapa tidak, curhatan dia di diary fenomenalnya itu tidak seberapa penting dan berbobot jika dibandingkan dengan curhatan orang-orang di media sosial masa kini.
Salah satu curhatan yang penting untuk disimak adalah mengenai masalah besar yang sedang dihadapi–misalnya, dengan pasangan.
Pasangan tidak membalas chat, curhat. Pasangan suka main game, curhat. Pasangan belum cebok, curhat. Pasangan berindikasi selingkuh, oh ya jelas, curhat securhat-curhatnya. Kalo perlu dijadwalin curhatannya setiap dua jam seminggu dalam seminggu di tiap media sosial yang dimiliki si pencurhat. Biar plong.
Itu baru curhatan dari orang yang punya pasangan, lho, ya. Yang belum punya pasangan? Ya tentu saja curhat juga. Kalau tidak curhat, kan nanti tidak kekinian, terasing, hingga termarginalkan dari lingkungan masyarakat dunia maya. Terus dianggap mahluk yang terancam kepunahannya.
Ada juga curhat tentang kemalangan atau kesedihan mendalam. Misalnya, sedih karena makan sendirian di sebuah restoran (cekrek: foto makanan dan suasana tempat makan yang mewah), sedih karena masuk rumah sakit (cekrek: foto diri yang berkutat dengan selang infusan. Tidak lupa kemudian membalas setiap komentar yang masuk pada fotonya).
Curhatan kesedihan yang paling menggetarkan hati adalah soal kesedihan akibat tidak menjalankan ibadah tertentu dengan baik. Misalnya, sedih karena kebablasan tidur sehingga terlewat salat tahajud, sampai sedih karena tidak mampu mengaji Al-quran lebih banyak dari hari-hari sebelumnya.
Curhatannya kira-kira begini: “Sedih banget hari ini cuma bisa ngaji 1 juz. Padahal sebelumnya bisa 2-3 juz sehari.”
Subhanallah sekali, ukhti…
Ukhti sudah salehah bahkan sejak dari tulisan. Saya ingin sekali seperti ukhti. Kalau ukhti naik haji, doakan saya di sana, ya. Tuliskan doanya dalam selembar kertas. Kemudian foto dengan latar belakang Ka’bah dan posting di media sosial. Jangan lupa tag/mention saya juga. Biar lebih afdhol. Tolong, ukhti, tolong. Sebab ukhti pasti suci, saya penuh soda. Eh, dosa.
Curhat jenis lainnya adalah curhat soal kekesalan yang cenderung menggemaskan. Jenis curhatan ini paling banyak menjejali linimasa media sosial. Yang menjadi penting untuk disimak adalah, curhatan yang dirangkai dalam bentuk tulisan multi-tafsir.
Contohnya: “Duh, niatnya mau liburan ke Bali aja biar deket. Tapi, mama malah ngajak ke Maldives. Bete deh!”
Curhatan semacam itu bisa mengasah kemampuan kita dalam menganalisis teks, lho. Bahkan mungkin bisa dijadikan bahan penelitian skripsi mahasiswa sastra tingkat akhir. Namun saran saya, mintalah Dimas Kanjeng untuk menggandakan IQ Anda terlebih dahulu, agar pengerjaan skripsinya berjalan lancar.
Ada lagi curhatan soal suka duka di perjalanan saat melancong ke daerah tertentu. Contohnya, curhatan perjalanan seorang teman ‘maya’ dari Bandung ke Surabaya yang terasa tak kunjung tamat juga. Keseruan, keresahan, hingga halangan dan rintangan selama perjalanan terus diceritakan.
Saya sempat suudzon, orang ini sepertinya bukan pergi ke Surabaya. Tapi, pergi ke barat mencari kitab suci bersama Tong Sam Cong dan ketiga muridnya. Tapi, Alhamdulillah, berkat menyimak curhat berbentuk live report ala-ala ini, saya jadi hafal nama-nama stasiun kereta api yang dilewatinya.
Jamaah Mojokiyah di mana pun berada…
Ketika Anda menemukan teman-teman yang sering curhat di media sosial seperti di atas, bersabarlah. Jangan dulu di unfriend atau unfollow. Sayang, dong, nanti jumlah teman Anda di media sosial berkurang.
Mengertilah bahwa mereka mungkin tidak punya teman di dunia nyata yang dekat dan bisa dipercaya. Sehingga, jalan satu-satunya adalah dengan curhat di media sosial–sebenarnya sih, itu alasan saya waktu sering curhat sama diary dulu. Siapa tahu, sama.
Atau mungkin, dengan sering curhat di media sosial, dapat mendatangkan banyak like serta komentar dari pengguna lainnya. Hal tersebut dipercaya sangat ampuh untuk mengobati kekesalan atau duka lara mereka.
Oleh karena itu, segera klik ‘like’, tulis kata ‘amin’ di kolom komentar dan bagikan status mereka ke khalayak. Jangan hanya berhenti di Anda! Jangan! Jika tidak, Anda bisa sial 40 tahun. Hanya yang tidak punya hati saja yang mengabaikannya. Ya Rabb…
Jamaah Mojokiyah yang riang gembira…
Perlu diingat, jangan pernah sekali pun berharap agar orang-orang berhenti curhat di media sosialnya, sebab mengharapkan hal itu terjadi sungguh muskil adanya. Bagai berharap Upin & Ipin terpilih menjadi hokage desa Konoha pada periode berikutnya. Tapi, saya rasa, Anda memang tidak perlu diperingatkan sampai sebegitunya.
Buktinya, Anda begitu setia membaca curhatan saya sampai akhir.
1 note · View note
sebelumlupa · 4 years
Text
Kita sama-sama belajar ya sayang..
Mama belajar untuk tenang, bapak belajar untuk berpikir cepat dan tangkas, Maryam belajar untuk sabar dan memberi tanda ke kami.😊
Kali ini kita bertiga belajar menjadi tim baru. Maryam belajar menyusui, hari ini Maryam nagisnya jejeritan kalau ngga nyaman posisinya. Mama sebenarnya panik tapi ujung2nya terlihat linglung. untung ada bapak yang sigap dan tangkas bisa mencoba mengambil sikap berbeda dari mama. Walaupun kadang failed kadang berhasil.
Maryam sukses buat kakek cemas 😅, dan syukurnya ada nenek yang punya pengalaman jadi ibuk zaman dahulu bisa membantu memahami Maryam 😊
Maryam, kita belajar ya sayang.
Bertiga.
Di bantu orang-orang sekitar.😊
0 notes
uminurchayatii · 6 years
Photo
Tumblr media
M O M E N T U M, jika dalam ilmu fisika adalah hasil kali massa dan kecepatan dan dalam ilmu sosial mengganggapnya sebagai waktu yang paling tepat dan tak bisa dilewatkan. Mungkin inilah masa bertemu dengan Karmila, seorang anak Kokoda berusia sekitar 3th. Karmila memang lucu dan lincah. Seperti kebanyakan anak Kokoda Karmila juga cepat dan tangkas. Seperti saat dia berlari dan bermain bersama teman temannya, gerakannya cepat sehingga untuk mengejarnya pasti butuh sedikit effort. Beruntung sekali saya bisa menemui Karmila sore itu, sebenarnya hanya untuk melakukan foto keluarga dan main karena kebetulan mama Karmila sedang di kampung. Akhirnya tak saya sia siakan sebuah momentum ini. Dengan sedikit kecepatan kubidik foto dengan Karmila sebelum ia kembali berlari berangkat TPA di Masjid Bilal Bin Raba’ Warmon Kokoda. *Ada juga loh foto dengan Mama Karmila. Tapi Karmila tarlampau lucu untuk tidak abadikan dengan saya seorang. Hho
0 notes
Text
Bagaimana Kiat Maksimalkan Pertumbuhan Pikiran Anak?
enam th pertama didalam kehidupan ialah zaman paling esensial buat kemajuan otak anak. sama menyadari tahap-tahap perkembangannya, anda sanggup memaksimalkan kecerdasannya. tahukah anda, kalau persona magang lalu pribadi yang mengasuh anak memberi imbas yang benar penting pada pertumbuhan mantik anak? walalupun mantik orok meningkat semenjak tinggal embrio, enam tahun pertama dalam kehidupan yakni masa yang setidaknya penting bakal pertumbuhan pikiran anak. demi itu anda harus memahami tahap-tahap perkembangannya sehingga anda dapat mengoptimalkan kecerdasannya pada tiap-tiap periode. selanjutnya ini hendak anda periksa tiap-tiap langkah pertumbuhan benak anak dari masa kehamilan hingga 10 tahun. waktu kehamilan kesegaran mama sebelum mengandung benar penting untuk kemajuan anak kecil serta benak bayi. nutrisi yang bagus, menghindarkan alkohol serta obat-obatan merupakan keadaan paling baik yang dapat digeluti demi janin yang dikandung. makanan yang mengandung omega 3 maupun dha sungguh cakap buat perubahan daya pikir anak, terpenting pada kehamilan bulan ke 7 hingga waktu menyusui. ketika orok dilahirkan bayi dilahirkan sama lebih dari 100 miliar sel daya pikir. sel-sel ini mendukung menguasai fungsi-fungsi mendasar dalam badan seumpama pernafasan dekati oleh peran yang lebih kompleks misalnya peran intelektual. sepanjang masa progres anak, berlangsung kontak antar 100 miliar sel-sel ini. aliansi berlangsung saat anak menjalani sebuah yang anyar dengan mengaitkan indera mereka. menimang, berdiskusi, senyum, serta memperkenalkan anak pada pemikiran, bau, dan rasa baru dapat mensimulasi relasi sel-sel budi. makin melimpah pengetahuan ini diulang, kian solid hubungan yang terwujud. hanya keahlian yang positif yang membantu kemajuan mantik anak, sementara itu kemahiran negatif bisa menimbulkan permasalahan penuh emosi, sikap, pula penelaahan. pada kira-kira usia 3 tahun, pertalian dampingi sel ini setidaknya ramai terjadi. tahap-tahap kemajuan otak anak seterusnya ini masa-masa kemajuan nalar anak yang sanggup kamu manfaatkan bakal menumbuhkan kemajuan kecerdasannya: perubahan motorik: sepanjang kehamilan dekati bersama 5 tahun perkembangan sentimental: per terbentuk hingga 2 tahun (paling sensitif ialah antara 10-18 bulan) pengelihatan: sejak ada hingga 2 tahun (terpenting antara 2-4 bulan dan 8 bulan) kosa sabda: mulai muncul hingga 3 tahun (terpenting antara 6-12 bulan) bahasa kedua: antara 6-10 bulan akal sehat/ilmu hitung: per berdiri hingga 4 tahun musik: dari keluar hingga 10 tahun oleh memahami masa-masa kemajuan otak anak, kamu bisa membagikan buah positif pada setiap babak tersebut supaya anak menjadi lebih tangkas. contohnya, buat mengajarkan berlebihan kosa tutur beserta daya bahasa, lakukan terutama pada usia 6-12 bulan. menyerukan anak bicara meskipun tampaknya dia belum mengerti, ialah cara yang paling mujarab akan merangsang kemajuan bahasanya. sementara itu buat mengintroduksi bahasa lain, lakukanlah pada usia 6-10 bulan. lantaran perubahan keterampilan bahasa terjalin mulai keluar hingga 3 tahun, alkisah tidak heran banyak insan kedaluwarsa yang membenarkan kalau anak balitanya banyak mengkaji kosa kata bahasa inggris dari acara anak-anak berkata inggris di tv. sedemikian itu pun selagi memilihkan mainan anak, sortilah yang selaras bersama tiap-tiap taraf perkembangannya biar mampu merangsang kelanjutan kecerdasannya, motorik, emosional, bersama ilmu mantik. Baca pula tulisan menarik ini:mainan lego | lego ninjago terbaru | mainan lego friends | jual sepatu pria | harga sepatu gats | sepatu safety kings | jual action figure murah | jual model kit | jual rc helikopter
0 notes
fxckvff-blog · 7 years
Text
Dengan Cara Apa Aturan Maksimalkan Pertumbuhan Pikiran Anak?
6 tahun pertama didalam kehidupan ialah masa paling penting demi perkembangan daya pikir anak. sama mendapati tahap-tahap perkembangannya, kamu mampu mengintensifkan kecerdasannya. tahukah kamu, bahwa pribadi berumur serta persona yang momong anak memberikan hasil yang benar berarti pada perubahan daya pikir anak? walalupun daya pikir anak bertumbuh per lagi mudigah, enam tahun pertama dalam kehidupan yaitu waktu yang setidaknya utama demi pertumbuhan pikiran anak. buat itu anda mesti mengerti tahap-tahap perkembangannya sehingga anda mampu mengoptimalkan kecerdasannya pada setiap kelas. seterusnya ini ingin kita selidik setiap derajat kelanjutan daya pikir anak semenjak masa kehamilan sampai 10 tahun. zaman kehamilan kesegaran mama sebelum mengandung sangat utama buat pertambahan bayi beserta akal anak. nutrisi yang positif, menjauhkan alkohol beserta obat-obatan adalah keadaan terbaik yang sanggup dilakoni buat bakal bayi yang dikandung. makanan yang memuat omega 3 ataupun dha sungguh positif untuk pertumbuhan akal bayi, terutama pada kehamilan bulan ke 7 hingga kala menyusui. kala anak kecil dilahirkan bocah dilahirkan sama lebih dari 100 miliar sel mantik. sel-sel ini menyokong mengawasi fungsi-fungsi penting dalam tubuh umpamanya pernafasan dekati bersama guna yang lebih kompleks contohnya peran intelektual. sepanjang masa kemajuan anak, terjadi aliansi dampingi 100 miliar sel-sel ini. interelasi terbentuk ketika anak mengalami sebuah yang anyar dengan mengaitkan indera mereka. menimang, mengobrol, senyum, serta mengintroduksi bayi pada tinjauan, bau, lalu rasa terkini dapat mensimulasi kombinasi sel-sel akal. semakin meruah pengalaman ini diulang, makin energik koneksi yang terbentuk. cuma pengalaman yang positif yang mendukung pertumbuhan benak anak, padahal kepandaian negatif bisa mendatangkan masalah sentimental, khuluk, serta penataran. pada sekeliling jiwa 3 tahun, aliansi temani sel ini setidaknya ramai timbul. tahap-tahap perkembangan pikiran anak selanjutnya ini masa-masa pertumbuhan mantik anak yang dapat anda mengenakan bakal mengoptimalkan kelanjutan kecerdasannya: perkembangan motorik: sewaktu kehamilan dekati atas 5 tahun kemajuan penuh emosi: mulai jadi hingga 2 tahun (paling sensitif yakni antara 10-18 bulan) pengelihatan: dari tumbuh hingga 2 tahun (terutama antara 2-4 bulan dan 8 bulan) kosa tutur: mulai keluar hingga 3 tahun (terpenting antara 6-12 bulan) bahasa kedua: antara 6-10 bulan ilmu mantik/matematika: per jasmani hingga 4 tahun irama: mulai keluar hingga 10 tahun dengan mengenal masa-masa kelanjutan budi anak, anda mampu membagikan impresi positif pada setiap kelas itu biar anak selaku lebih tangkas. seumpama, akan mengajarkan berlebihan kosa ujar lalu daya bahasa, lakukan terutama pada usia 6-12 bulan. meminta anak pembicaraan kendatipun boleh jadi dia belum mengerti, adalah trik yang paling ampuh akan merangsang kemajuan bahasanya. padahal bakal memublikasikan bahasa lain, lakukanlah pada usia 6-10 bulan. karna perubahan keterampilan bahasa terbentuk sejak lahir sampai 3 tahun, kemudian enggak pelik penuh persona sampai umur yang menghargai jika anak balitanya meluap belajar kosa tutur bahasa inggris dari sandiwara kanak-kanak bertutur inggris di tv. seperti itu pun saat memilihkan mainan anak, tetapkan yang senada oleh tiap-tiap kelas perkembangannya supaya mampu merangsang kelanjutan kecerdasannya, motorik, sentimental, serta ilmu mantik. Baca pun artikel mengeluarkan ini:mainan lego | lego ninjago terbaru | mainan lego friends | jual sepatu pria | harga sepatu gats | sepatu safety kings | jual action figure murah | jual model kit | jual rc helikopter
0 notes