Tumgik
yasirmukhtar · 3 months
Text
Day 12.219
Hari ini hampir habis.
Udah nambah bekal apa?
Besok mau nambah bekal apa?
Rencanakan. Jangan autopilot mulu.
36 notes · View notes
yasirmukhtar · 3 months
Text
Day 12,218. This world is so distracting that I often forget that this isn't real life. It's just a placement test! Come on, be more mindful of your time.
15 notes · View notes
yasirmukhtar · 3 months
Text
Cobaan
Satu tahun ke belakang, saya lagi dapet banyak cobaan yang lebih nonjok dari yang pernah dialami sebelumnya.
Secara default, saya memikirkan betapa banyak kerugian materiel yang saya alami.
Teorinya saya ngerti. Dunia itu di tangan, jangan di hati. Tapi tetep aja saya ngerasa rugi ketika inget opportunity loss yang terjadi.
Saya punya banyak impian dan wishlist. Pengen bayarin istri ikut ini itu, pengen beli barang-barang tertentu yang udah lama ditahan-tahan, atau minimal pengen investasi ke suatu hal. Semua itu saya pertimbangkan dengan hati-hati supaya setiap materi yang dialokasikan tepat guna dan bermanfaat.
Tiba-tiba saya harus kehilangan kesempatan-kesempatan itu begitu aja, poofff, karena cobaan-cobaan ini.
Nyesek banget. Saya butuh waktu lama untuk memproses semua ini. Tapi ini jadi momen buat saya untuk restart dan refresh lagi hubungan saya dengan materi.
Saya memaknainya seperti Allah sedang "mengambil" perhatian saya supaya saya inget lagi tentang apa yang esensial dalam hidup.
Selain itu, saya juga jadi introspeksi, mungkin saya secara ga sadar udah menumpuk dosa yang sangat banyak.
Maka, meski ga mudah, saya berusaha ikhlas atas takdir yang saya jalani dengan meresapi empat gagasan ini:
I've been so lucky, so comfortable, in a very long time compared to many people. Saya cuma baru sekarang aja dapet cobaannya. Banyak orang lain yang dapet cobaan yang berat lebih dulu. It's just a matter of time. Semua orang akan dapet giliran untuk dapet cobaan karena dunia ini emang tempatnya kepahitan dan kesusahan.
Saya tidak kehilangan apa-apa karena pada dasarnya saya ngga punya apa-apa. Semua yang saya miliki hanya dilewatkan oleh Allah kepada saya, bukan untuk disimpan selamanya. Nanti ada tempatnya saya diberi hal-hal yang bisa saya simpan selamanya, tapi bukan di sini.
Saya ga jadi bahagia dengan menolak tadir saya. Yang ada saya malah tambah miserable. Sementara takdirnya tidak bisa saya hindari juga. Jadi yang lebih baik adalah terima dengan ikhlas lalu move on.
Ada beberapa hadits yang intisarinya menyebutkan bahwa jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka hamba itu Allah beri musibah sebagai hukuman yang disegerakan di dunia (supaya di akhirat dosa-dosanya lebih ringan atau sudah bersih). Maka saya ikhlas dengan ujian dunia yang tidak seberapa kalau dibandingkan dengan hukuman di akhirat. (Source)
Wallahu'alam.
69 notes · View notes
yasirmukhtar · 3 months
Text
"Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, Allah menyegerakan hukuman untuknya di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, Allah menahan adzab baginya akibat dosanya, sampai Allah memberikan adzab secara penuh pada hari Kiamat.” 
At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Anas bin Malik
194 notes · View notes
yasirmukhtar · 4 months
Text
Kalau dapet ujian, resapi benar-benar perasaan beratnya, sakitnya, ga enaknya. Supaya saat ujiannya selesai, kita sadar betapa mahalnya nikmat yang Allah berikan, yang mungkin selama ini kita take for granted.
398 notes · View notes
yasirmukhtar · 6 months
Text
Wahai Yang Maha Hidup Kekal, Yang Maha Mengurusi Semua Makhluk, dengan kasih sayang-Mu aku memohon pertolongan.
Perbaikilah semua urusanku, janganlah tinggalkan aku untuk mengurusi urusanku sendirian walau sekejap mata, selama-lamanya.
473 notes · View notes
yasirmukhtar · 8 months
Text
Premis: Kita bisa ciptakan value dengan menjawab masalah yang dirasakan orang.
Pertanyaan: Gimana menemukan masalah yang layak dijawab?
Insight: Sebagian masalah gak obvious pada awalnya. Pilih satu masalah apapun yang mau dijawab, nanti masalah-masalah lainnya akan mulai keliatan.
53 notes · View notes
yasirmukhtar · 9 months
Text
Apa yang Harus Aku Lakukan dengan Hidupku?
Katakanlah orang-orang di sekitarmu sudah menemukan perannya dalam hidup ini.
Sementara itu, kamu masih bingung apa yang mesti kamu lakukan dengan hidupmu sendiri.
Kamu resah, gelisah. Kamu ingin bergerak, tapi bingung harus mulai dari mana.
Apa yang bisa kamu lakukan?
Cari masalah yang dirasakan orang-orang di sekelilingmu yang bisa kamu selesaikan dengan kemampuanmu saat ini. Mungkin ada adik kelas yang merantau untuk kuliah dan butuh bimbingan, sementara kamu sudah melalui semua itu. Mungkin ada teman yang ingin mengurangi anggaran makan tapi sama sekali ngga bisa masak, sementara kamu bisa masak. Tidak harus masalah seseorang yang kita kenal. Kita bisa temukan masalah orang-orang di Twitter, forum Telegram, grup Facebook, dan banyak lagi.
Tawarkan sebuah jawaban atau solusi. Tidak perlu sesuatu yang komprehensif, canggih, atau sempurna, tapi sebisa mungkin tepat menjawab permasalahan. Bisa jadi sebuah utas di Twitter, sebuah postingan di Instagram, sebuah sesi konsultasi 1:1 secara online, sebuah video sederhana yang kamu unggah ke Youtube, atau dengan cara dan medium lainnya.
Pastikan kamu mendistribusikan jawaban atau solusi itu ke orang-orang yang tepat, yaitu mereka yang merasakan masalah yang ingin kamu selesaikan. Kalau kamu tahu persis siapa saja orang yang merasakan masalah yang sudah kamu temukan, bicaralah dengan mereka. Kalau kamu belum tahu siapa yang akan mendapat manfaat dari jawaban atau solusi kamu, mau tidak mau kamu harus meningkatkan discoverability kamu dengan memproduksi konten secara terus menerus.
Amati bagaimana orang lain merespon, khususnya mereka yang merasakan masalah tersebut. Apa reaksi yang muncul dari solusi yang kamu tawarkan? Apakah ada yang bertanya lebih jauh? Atau masih diabaikan? Kalau diabaikan, apa asumsi kamu sehingga tawaran solusi kamu diabaikan? Apakah karena solusi tersebut tidak menjawab masalah? Apakah karena kamu belum menyampaikannya kepada orang-orang yang tepat? Atau apa? Kalau direspon positif, apa yang orang-orang inginkan lebih jauh? Apa yang bisa kamu lakukan untuk membantu mereka dengan lebih optimal? Di sini kamu sedang mencari feedback. Feedback positif maupun negatif sama-sama berharga. Jangan takut dengan penolakan.
Iterasi jawaban atau tawaran solusi kamu berdasarkan apa yang kamu pelajari. Gali lebih dalam permasalahan yang ingin kamu selesaikan. Ekspansi jawaban atau solusi yang bisa kamu tawarkan. Di sinilah biasanya kita merasakan dorongan untuk belajar lebih jauh lagi.
Langkah-langkah ini diadaptasi dari framework design thinking yang lazim digunakan oleh perusahaan teknologi.
Saya sendiri sering mempraktikannya secara intensional dalam konteks profesional, namun secara unintentional dalam konteks personal.
Semoga menjadi pemantik dan titik awal bagi teman-teman yang sedang mencari jawaban, "Apa yang harus aku lakukan dengan hidupku?".
102 notes · View notes
yasirmukhtar · 10 months
Text
Bismillah, apa kabar?
Semoga sehat-sehat, ya.
Bagi yang hidup lagi berat-beratnya, lagi capek-capeknya, sini duduk dulu. Ngobrol dulu.
Emang biasanya rasa sakit, sesak, itu muncul pada sesuatu yang terus berkembang.
Inget ngga rasanya waktu tumbuh gigi? Sakit, kan?
Inget ngga waktu kaki masih numbuh dan sepatu jadi kekecilan? Sesak, kan?
Atau inget ngga momen-momen saat kita terpaksa harus jadi lebih dewasa? Mungkin saat masuk kuliah, merantau, berpisah dari orang tua, punya keluarga sendiri, dan seterusnya. Berat. Ngga mudah.
Tapi semua ada ujungnya. Rasa berat itu ngga akan selamanya.
Setelah semua itu berlalu, kamu jadi orang yang sedikit berbeda. Lebih kuat, lebih bijak, lebih tahu, lebih cermat, atau lebih-lebih lainnya.
Mungkin sekarang ngga kebayang dalam benak kita gimana caranya melalui ujian ini--apapun itu. Sanggup kah kita? Apa solusi yang akan muncul untuk menyelamatkan kita? Apakah Allah benar-benar akan menolong kita? Kapan? Gimana caranya?
Tenang. Atur nafas. Tenang.
Kita tahu kita harus berpikir rasional dan segera mencari solusi. Tapi tenang dulu. Kasihan diri kita kalau terus diserang dengan berbagai spekulasi dan kekhawatiran yang belum terjadi. Bisa-bisa otak kita malah membeku, marah pada keadaan, atau ingin melarikan diri dari masalah.
Mari fokus pada hari ini saja dulu. Apa yang hari ini bisa saya lakukan? Pilih sesuatu. Tidak harus langsung benar atau besar, yang lebih penting dimulai.
Lalu apa?
Besok lakukan lagi. Besoknya lakukan lagi, dan seterusnya.
Dengan mengambil tindakan pada apa-apa yang bisa kita kendalikan, kita merasa lebih berdaya. Kalau kita merasa berdaya, rasa takut dan cemas akan berkurang.
Kalau rasa takut dan cemas itu semakin berkurang, kita bisa melihat lebih jauh ke depan. Bisa jadi setelah itulah kita menemukan solusi atas apapun yang sedang kita hadapi saat ini.
Yuk, jalan pelan-pelan aja. Lakukan satu per satu.
Bismillah, ya Allah kuatkan kami, tolong kami.
316 notes · View notes
yasirmukhtar · 10 months
Text
Ya Allah, tanpa sadar, diri ini udah makin jauh dari-Mu.
Dulu apa-apa inget Engkau. Sekarang, rasanya pikiranku duniawi banget.
Dulu kalau ada masalah selalu melibatkan Engkau. Sekarang, seolah aku bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Padahal nggak, nggak bisa.
Tapi aku sadar, Engkau selalu hadir dalam kehidupan kami.
Banyak keberkahan yang bahkan kami ngga usahakan, tapi Engkau berikan.
Maafkan aku, ya Allah.
Terima kasih karena tidak pernah meninggalkan kami.
Izinkan aku kembali menghadirkan-Mu dalam hidup kami.
671 notes · View notes
yasirmukhtar · 2 years
Text
Maximizer Menjadi Satisficer
Ada dua tipe orang dalam mengambil keputusan.
Pertama ada tipe maximizer. Maximizer ingin memastikan keputusan yang diambilnya adalah yang paling optimal diantara pilihan yang ada.
Di sudut lain, ada tipe orang satisficer. Satisficer mengambil keputusan yang good enough pada saat itu. Tidak perlu paling ini dan itu, yang penting cukup.
Saya sampai di titik kehidupan ini sebagai maximizer. Banyak hal baik yang saya dapatkan dan syukuri karenanya.
Tapi, jujur saja, menjadi maximizer itu melelahkan. Tidak jarang saya overthinking untuk mengambil keputusan yang mestinya simpel (seperti celana olahraga mana yang paling bagus dengan harga tertentu yang bisa saya dapatkan di marketplace?).
Saya menemukan satu teknik untuk meredam tendensi maximizer saya, yaitu dengan mengingat kembali gambaran besar dari yang ingin saya capai.
Contohnya, saya ingin membeli celana olahraga.
Alih-alih membaca sebanyak-banyaknya review orang, saya bisa mengingat apa yang ingin saya capai dengan membeli celana olahraga ini?
"Saya ingin jogging keliling komplek dengan nyaman dan percaya diri (ngga ngejeplak, dll)."
Ok, maka celana mana pun yang bisa memenuhi itu, dalam rentang harga yang sudah saya tentukan, cukup. Ambil keputusan dan eksekusi.
Sekian.
108 notes · View notes
yasirmukhtar · 2 years
Text
Manfaat hidup sebagai bukan politisi: punya standing point mana yang benar dan yang salah.
54 notes · View notes
yasirmukhtar · 2 years
Text
Toleransi Ceunah
Bagi yang merayakan pernikahan beda agama dengan argumen toleransi:
Punten, Anda siapanya agama? Cucu pemiliknya?
Kok jadi Anda yang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh?
Anda sendiri selama ini seberapa serius mempelajari dan mengamalkan agama Anda?
Kalau toh selama ini ga peduli-peduli amat mengamalkan agama, kenapa giliran begini jadi pendakwah paling ulung?
Satu, monmaap, bisa jadi ada konsep-konsep dasar agama yang kelewat Anda pelajari.
Dua, kok pilah-pilih dalam mengamalkan agama? Emang bisa beragama à la carte gitu ya?
Terakhir, saya tau masih banyak orang beragama yang gak toleran, memaksakan apa yang mereka percayai kepada orang lain. Itu salah dan harus kita perbaiki sama-sama.
Tapi jangan ikut-ikutan kayak gitu: memaksakan definisi toleransi kita kepada orang lain, memberi cap mana yang toleran dan mana yang tidak.
Kalau ada yang merasa dilanggar karena toleransi, kamu mau ngga bertoleransi dengan memahami dan menghormati alasannya?
143 notes · View notes
yasirmukhtar · 2 years
Text
Tranquility
Izinkan pikiranmu menjauh dari ingar bingar.
Biarkan ia berdialog, berduaan denganmu saja.
Lama kelamaan, kamu akan mendapatinya mempertanyakan ini dan itu.
Awalnya mungkin akan tidak terstruktur.
Atau mungkin akan menjelajahi hal remeh temeh.
Kamu pun akan tidak nyaman dan kebosanan.
Namun, cobalah tenang dan bersabar bersamanya.
Bukan dalam hitungan menit dan jam, melainkan dalam hari dan pekan.
Hingga pertanyaan-pertanyaan yang lebih penting menyeruak: apa yang aku inginkan dalam hidup?
Bagaimana seharusnya aku mengisi hidup?
Di mana aku bisa menemukan tujuan hidup?
Apakah aku harus punya tujuan hidup?
Dan ribuan pertanyaan filosofis lainnya.
Selamat, kamu sudah memasuki alam pikiran baru.
Demi mencari konformitas, reaksi pertama kita biasanya ingin menutup pertanyaan-pertanyaan itu dengan apa yang telah diajarkan kepada kita sejak kecil.
Namun, tidak perlu buru-buru.
Tahan dulu. Biarkan saja semua pertanyaan itu menganga.
Karena, jangan-jangan, apa yang otomatis keluar sebagai jawaban bukanlah sesuatu yang benar-benar kita pahami.
Beri ruang bagi pikiran kita untuk berdialektika.
Apa yang aku inginkan dalam hidup? Aku ingin A.
Mengapa A? Apa lagi selain A? Apakah A adalah keinginan yang layak dipertahankan? Bagaimana kita tahu bahwa aku benar-benar menginginkan A? Apa yang sumber 1 bilang tentang hal ini? Bagaimana dengan sumber 2 dan 3? Dan seterusnya, dan sebagainya.
Bisa jadi kita sudah memiliki jawabannya, bisa jadi kita perlu belajar lebih lama lagi untuk menemukan jawabannya.
Ini adalah perjalanan untuk menjadi manusia yang merdeka.
Manusia yang punya prinsip dan filosofi hidup.
Yang punya fundamen atas semua pilihan hidup.
Yang tetap berpijak saat ujian menggoncang hidup.
Yang tidak silau dengan gemerlap kepalsuan.
Yang tidak reaktif atas apapun kejadian.
Ini adalah jalan menuju ketenteraman.
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu menggunakan akalmu? (6:32)
328 notes · View notes
yasirmukhtar · 3 years
Text
Dear me,
I'm proud of you 😊
Really, I mean it.
Beberapa bulan terakhir pasti sangat berat buat kamu. Kehilangan Abi, burn out dan mempertanyakan signifikansi di tempat kerja, mengasuh dua anak sekaligus menjaga rumah agar tetap nyaman. Pasti berat.
Sisi jahat kita terus memecut kita supaya ngga jatuh. Kalau udah oleng dikit, dia langsung mengkritik diri kita habis-habisan. "Kamu bodoh!", "Kamu memalukan!", "Aku benci diriku sendiri!".
Tenang, aku bukan dia. Aku adalah temanmu yang selama ini hadir bersamamu, tapi kalah lantang dengan dia yang lebih agresif.
Aku adalah sisi yang kamu tunjukkan kepada teman-teman kamu. Anak didik kamu. Sisi yang empatik. Sisi yang encouraging. Sisi yang membesarkan hati orang lain. Sisi yang menerima mereka apa adanya. Kamu berhak untuk diperlakukan begitu juga.
Kamu sudah menahan semua rasa sakit yang bertubi-tubi. Kamu letih. Kamu ingin menangis, meski entah kenapa sulit bagi kita untuk menangis.
Kalau aku bisa, aku ingin memeluk dirimu yang penuh luka, seraya berkata, "It's all right. I'm here. You can cry. You can be vulnerable. You've been strong, now you can release everything."
But, hey, I'm inside you! Just find me whenever you feel terrible 🤗
190 notes · View notes
yasirmukhtar · 3 years
Note
Ka yasir please, sering-sering nulis lagi. Tulisan ka Yasir bawa banyak manfaat bagi saya :) semoga tulisan ka Yasir menjadi tabungan amal jariyah yaa
Hai,
Terima kasih atas pesan ini :) Iya, saya pun kangen untuk Numblr lagi.
Saya belakangan lagi sering uring-uringan, gampang stress. Kalau dipikir-pikir, saya lebih stabil dan kuat secara mental saat saya sering nulis dulu. Mungkin itu bentuk self-care buat saya. Saya jadi paham diri, perasaan, dan pikiran sendiri.
Oke baik, bismillah.
40 notes · View notes
yasirmukhtar · 3 years
Text
Jangan Mencari Kenyamanan Sebelum Melalui Kepayahan.
Tidur akan terasa paling nyenyak saat kita lelah.
Makan akan terasa paling nikmat saat kita lapar.
Air akan terasa paling segar saat kita haus.
Seratus ribu rupiah akan terasa paling banyak saat kita tidak punya uang.
Begitulah bagaimana realitas bekerja.
Kalau kamu punya impian untuk merasakan kenyamanan yang permanen di dunia ini, pertimbangkan ulang apakah itu realistis.
Jadi, besok ketika mau leyeh-leyeh seharian, tanyakan kepada diri sendiri, "Apakah saya layak mendapatkan leyeh-leyeh ini?"
Tidak perlu terlalu keras terhadap diri sendiri, jangan juga terlalu menggampangkan. Setiap orang tahu kadarnya masing-masing.
Ini bukan buat orang lain. Buat diri kita sendiri. Supaya kita bisa menjalani dan menikmati hidup dengan penuh.
290 notes · View notes