Tumgik
#thalhahrobbani
creativemuslim · 9 months
Text
Begitu lucunya ya kita—manusia. Seringkali disibukkan dengan isi kepalanya sendiri, sibuk menggeledah kemungkinan-kemungkinan pada hal-hal yang sebenarnya belum pasti terjadi.
Pikiran kita terbang ke sana kemari, menggumamkan gumaman "kalau nanti" yang seakan-akan skenario itu pasti akan dialami. Padahal yang dipikirkan itu pun belum sama sekali terjadi. Aneh sekali.
Lalu kita kesal, marah, bingung, lelah hanya karena membayangkan hasil fantasi skenario pikiran yang kita buat-buat. Lucu. Mau sampai kapan sebenarnya kita, membiarkan pikiran kita disibukkan oleh kekhawatiran?
Mau sampai kapan sebenanya kita, membiarkan pikiran kita diramaikan oleh ketakutan?
Mau sampai kapan sebenarnya kita, membiarkan pikiran kita dijejali oleh rasa keputus asaan?
Dan mau sampai kapan sebenarnya kita, melupakan Allah yang dengan kemahaanNya mudah sekali memberikan ketenangan? Mengatur kepastian. Memberikan jawaban.
Sibuk sekali ya kita menyusahkan diri. Padahal tak pernah-pernah Allah suruh kita mengurusnya sendiri.
Berhentilah membuat banyak rekaan kejadian di kepala. Bukan sebuah tugas untuk kita meraba-raba kepastianNya. Karena sejatinya kita tak mungkin bisa mengatur kejadian di masa depan.
Maka, hiduplah di atas keyakinan bahwa Allah adalah sebaik-baik perencana. Sebaik-baik yang menetapkan ketetapan. Dan segala apa yang ditetapkanNya adalah hal yang terbaik untuk kita dapatkan.
564 notes · View notes
pelajarkehidupan · 8 months
Text
A Journey to Complete This Deen
jadi hari ini gue ikut seminar pra-nikah yang kira-kira ke 2 kalinya. Ada 1 lagi tapi terkait rumah tangga, yang lebih luas lagi. Dan ini yang hari ini gue ikutin pembicaranya lumayan gue udah ikut dari lama, designer yang ramah dan keren kontennya namanya bang Thalhah atau bisa dipanggil Al. Singkat cerita, ada kata-kata yang sangat mengena di gue
"Jangan sampai keputusan hidup kita di-drive oleh rasa takut, kekhawatiran dan kecemasan. Hiduplah diatas keputusan yang diambil oleh niat dan keyakinan yang berkesadaran." -thalhahrobbani
Dari kutipan itu, gue sangat merasa relate bahwa menikah adalah pilihan dari buah keyakinan dan kesadaran yang sudah didasari oleh takwa kepada Sang Pencipta. Berat ya bos. Tapi emang ternyata menikah itu sebesar itu porsinya dalam islam. Separuh agama cuyy, separuhnya itu FULL. Sisa dari separuhnya adalah ibadah-ibadah lainnya. Maka dari itu, kayak wah gak bisa dibiarin begitu aja ckck.
Itu adalah shock pertama yang baru gue sadari saat mengikuti webinar itu. Shock keduanya adalah, alasan gue menikah masih didasari oleh rasa takut karena umur orang tua dan gue juga yang udah gak muda. Bang Thalhah bilang kalau kita hidup atas dasar ketakutan maka kita akan hidup dengan ketakutan lainnya. Ini agak mainbowling ya, karena memang pasti kita dihadapkan oleh ketakutan itu hanya bagaimana dari ketakutan itu membangun kesadaran kita dan membuat keputusan dengan sadar yang mana ada konsekuensinya juga. Makin berat ya bos.
Tapi iya juga, kalau dipikir pikir, yang akan menjalani pernikahan yang separuh agama itu adalah kita sendiri. Bukan orang tua. Tapi bukan berarti kita abai dengan kondisi orang tua. Dari sini, gue sadar, umur orang tua adalah pengingat, kalau kita sudah cukup matang dan harus mulai bersiap ke langkah berikutnya dengan meluruskan niat karena ibadah, karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Berat bukan? Iya, tapi Allah pasti kasih kemudahan kalau Allah ridho, Orang Tua ridho.
And, last but not least. Perkara ketakutan ini ternyata sudah ada dalam Al Qur'an, Allah bilang dalam surat Al Baqarah ayat 155, kalau kita akan diuji oleh rasa takut. Jadi gak cuma dalam hal menikah saja. Tapi semua aspek dalam hidup. Terus gue merasa realized lagi kalau suasana kantor gue ternyata penuh dengan keputusan yang didasari rasa takut alias fomo. Pun gue sendiri mungkin juga begitu, hanya rasa takut yang menguasai kurang disadari dengan keyakinan dan konsekuensinya.
Segitu aja, mungkin kalau besok ada lagi gue akan coba tulis lagi disini terkait insight yang gue dapet dan menohok. Semangat berjuang!
9 notes · View notes
taqijour · 6 years
Photo
Tumblr media
@Regranned from @thalhahrobbani - Profesor Norman Gary Finkelstein (lahir 8 Desember 1953) merupakan ahli politik, aktivis, profesor dan penulis asal AS. Penelitian utamanya adalah tentang konflik Israel dan Palestina dan politik di balik tragedi Holocaust. Orangtuanya merupakan korban selamat dari tragedi tsb. Walaupun dia seorang Yahudi dan orangtua serta keluarganya menjadi korban Holocaust oleh Nazi, dia tidak mempolitisasi penderitaan tsb dan menjadikannya sebagai pembenaran untuk menyiksa, membunuh dan merampas tanah Palestina. Profesor Finkelstein sangat menentang aksi kriminal Israel terhadap Palestina. Profesor Finkelstein bahkan menggunakan ungkapan "air mata buaya" kepada mereka yang menangisi orang Yahudi yang menjadi korban Holocaust namun tidak menangisi penduduk Palestina yang disiksa oleh Israel ketika memberikan ceramah tentang Israel di Universitas Waterloo. Via TalkTakesTime Channel - #regrann
1 note · View note
mulianaiskdr · 5 years
Photo
Tumblr media
Bahwa setiap do’a yang mengudara akan selalu kembali kepada sang pemiliknya. - @thalhahrobbani https://www.instagram.com/p/BzzKvOwnEWqk5b_W_Yb1EfqU7nRzy76lGNCdck0/?igshid=1pukfxgcfvprx
0 notes
ainana21 · 5 years
Text
0 notes
creativemuslim · 1 year
Text
Kadang-kadang ya, bagian tersulit itu sebenarnya bukan tentang memilih. Tetapi tentang melepaskan.
Iya, melepaskan diri dari keterikatan-keterikatan masa lalu yang menghantuinya. Dari kesalahan masa lalu, dari rasa takut, sakit hati, dari trauma, dari kekhawatiran, dari dendam sampai pengkhianatan.
Termasuk juga dari kesuksesan dan pencapaian masa lalu, yang kadang terlalu menerus dielu-elu, padahal musim kehidupan kita selalu berputar dan berganti.
Tidak terpungkiri sebenarnya, karena memang niscaya terjadi. Cuman, mau sampai kapan kah selalu seperti ini?
Padahal kesempatan untuk bisa memilih pun tidak akan selalu datang, kan? Bisa jadi pula pilihan yang ada di tanganmu kini adalah hadiah dari Allah atas kehidupan—dan kesabaran yang sudah kamu lewati. 
Dunia ini terkadang berat bukan karena ujiannya, tapi karena kitanya yang terlalu percaya diri memikulnya sendiri.
Maka, semoga tidak lupa untuk melibatkan Pencipta dalam segala apa yang ada di kehidupan kita. Lepaskan semuaNya padanya. Allah tak mungkin membiarkan kita sendiri pada apa yang dia telah berikan kepada kita hari ini. 
Kecuali jika kita yang memang suka sekali menjauhkan diri pergi—mengabaikanNya—yang sebenarnya selalu menunggumu untuk kembali :)
198 notes · View notes
creativemuslim · 1 year
Text
Apa ya yang sebenarnya dimenangkan dari perasaan lebih baik dari pada orang lain?
Kepuasan apa yang sebenarnya dirasa ketika orang lain berada dibawah kita?
Lucu ya, sering kali kita memaksa diri untuk berkompetisi pada perlombaan yang sebenarnya tak pernah terjadi. Sibuk mencari lawan, membuat musuh, hingga mengejar-ngejar piala yang sebenarnya itu fana.
Ah, padahal bukankah tanpa melihat orang lain, tanpa membanding-bandingkan, kehidupan kita ini sudah begitu "luar biasa"?
Terlalu banyak tanggung jawab yang perlu kita selesaikan dibanding waktu yang kita miliki, tapi kenapa malah menyibuki diri dengan semua permainan kosong ini?
Kalaupun ada perasaan tertinggal, sebenarnya kita tertinggal dari mana? Pun apakah tujuannya juga sama? :)
Maka, tenangkanlah kembali diri. Mungkin saja keletihan, kebingungan, kekacauan kita selama ini adalah karena kita terlalu terobsesi pada tujuan-tujuan yang salah. Menaruh tujuan pada pencapaian orang lain—atau berusaha menjadi lebih baik dari orang lain.
Ingat, ketika kita berjuang hanya untuk menjadi lebih baik dari orang lain, kita sebenarnya tidak memenangkan apa-apa. Yang ada kita memenangkan nafsu dan ego kita saja.
Dan sialnya, nafsu dan ego tidak ada batasnya.
180 notes · View notes
creativemuslim · 2 years
Text
Ingatlah jika pada akhirnya setan itu hanya berbisik, selebihnya adalah dirimu.
Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekadar) aku menyeru kalian, lalu kalian mematuhi seruanku.
Oleh sebab itu, janganlah kalian mencerca aku, tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian, dan kalian pun sekali-kali tidak dapat menolongku.
Qs. Ibrahim: 22
432 notes · View notes
creativemuslim · 1 year
Text
Memang terkadang ada saja sebagian dari kita atau sebagian diri kita merasa lebih baik dari pemain-pemain lain. Merasa lebih tau aturan permainan, merasa paling jago dalam permainan, atau merasa paling boleh menggugat sebuah keputusan.
Tetapi, semoga kita tidak menafikkan jika tiada dari kita yg bisa mengelak bahwa kita juga adalah seorang pemain. Kita sama seperti yang lain, tidak kebal dari hukuman, harus patuh pada keputusan. Sekalipun kita merasa benar.
Karena pada akhirnya, kebenaran bukan mengikuti keinginan seorang pemain tapi mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Dan permainan ini akan indah, jika kita semua taat dan tunduk pada aturan.
Apalagi jika aturannya datangnya dari Yang Maha Benar, bukan? :)
88 notes · View notes
creativemuslim · 2 years
Text
Dunia yang kamu lihat pada diri orang lain adalah dunia yang sama yg sedang kamu jalani.
Maka tak usahlah risau tentang apa yang telah dimiliki ataupun yang belum dimiliki. Pun tak usahlah khawatir atas apa yang belum datang ataupun yang telah datang.
Dalam bumi yang tak seberharga ini, merugilah kita yang membayarnya dengan kerja keras untuk memuaskan apa yang terlihat mata. Padahal tenaga dan waktu kita sangatlah terbatas.
Kebahagiaan yang kita cari, kenyamanan yang kita damba dan ketenangan yang ingin kita rasakan, tak akan pernah kita raih jika kita menjadikan mata sebagai pelacaknya.
Kita tidak layak menilai bahagia dari 15 detik yang terlihat di story kita. Tak akan kita tau tentang rasa di balik feed-feed bahagia yang selama ini terlintas di lini masa.
Allah lebih tahu tentang isi hati-hati mereka. Maka jangan jadikan apa yang orang lain telah dapatkan menjadi sebuah tujuan untuk kita perjuangkan. Dunia masih terlalu luas jika mata hanya melihat apa yang ada di genggaman tangan.
Esok hari, berhentilah untuk terus-terusan melihat dunia yg sedang dijalani orang lain. Kamu lebih dari pantas untuk menciptakan bahagia dan pencapaian dalam duniamu sendiri. Nyatanya pula, setiap kita akan dihisab atas apa yang kita jalani, bukan apa yang orang lain jalani.
Bahagia yang nampak di mata belum tentu akan indah jika ia dimasukkan ke hati. Namun, bahagia yang lahir dari hati akan nampak indah terasa bagi kamu yang mulai bersyukur hari ini.
@creativemuslim
491 notes · View notes
creativemuslim · 2 years
Text
Untuk siapapun yang sedang Allah titipkan kasih sayangNya dalam bentuk yang tak biasa, semoga Allah mampukan pula untuk merayakannya dengan kesabaran.
Karena ketahuilah tersebab kesulitan yang datangkan kemudahan.
Ketika Allah meminta, maka disaat yang sama Allah memberi. Lihatlah kala kita kesulitan ketika shalat dalam perjalanan, Allah beri kemudahan untuk menggabungkan dan meringkasnya. Lihatlah kala kita kesulitan ketika shalat dalam posisi berdiri, Allah beri kemudahan untuk melaksanakannya dalam posisi duduk. Lihatlah kala kita tak mampu untuk melaksanakan puasa, Allah berikan kemudahan untuk menggantinya nanti di lain hari.
Sungguh, Allah menghendaki kita kemudahan, bukan kesulitan.
Dan tidakkah kita bisa pahami, bahwa semua kemudahan ini diberikan agar kita bisa terus menerus beribadah? Agar kita semakin bisa mendekat kepadaNya?
Maka, tak perlu lagi berlarut risau, ujian—kesulitan—cobaan yang saat ini sedang dilalui adalah hal baik yang mungkin belum kita pahami. Namun, semailah yakin dalam hati bahwa Allah adalah sebaik-baik pemberi.
Hingga nanti waktu membawamu melihat, bahwa ada banyak hal yang Allah berikan di hidupmu namun luput dari penglihatanmu. Karena cukuplah Allah sebagai penolong & juga pelindung bagi orang-orang yang beriman.
@creativemuslim
357 notes · View notes
creativemuslim · 2 years
Text
Semoga keputusan-keputusan hidup yang kita ambil, bukanlah di-drive oleh rasa negatif; takut, kekhawatiran, kekecewaan, kecemasan, ataupun rasa dendam. Hiduplah kita di atas keputusan-keputusan yang diambil atas keyakinan dan desire yang berkesadaran.
Ketika perasaan-perasaan itu yang mendorong diri kita untuk memutuskan pilihan-pilihan hidup, maka bukankah berarti kita hanya hidup dari dan di atas ketakutan ke ketakutan yang lain?
Rasa takut, kekhawatiran, cemas itu keniscayaan. Hingga Al-Qur'an bilang setiap kita akan diuji untuk merasakan. Namun, jangan sampai perasaan-perasaan itu kita biarkan hingga membutakan kita pada apa yang kita butuhkan dan pada tujuan yang benar.
Dan mungkin sepertinya ada banyak keputusan besar dan kecil yang kita luput untuk menyadarinya di hidup kita.
Seseorang memilih jurusan atau kuliah misalnya hanya karena cemas melihat teman-temannya pada kuliah. Lalu, seseorang memilih untuk menikah hanya karena khawatir dengan umur dan pertanyaan orang tua. Atau misalnya seseorang memilih mengambil riba hanya karena ingin memiliki seperti apa yang dimiliki orang lain.
Lantas ketika pilihan itu diambil, apakah perasaan-perasaan tadi akan hilang? Belum tentu, karena selepas keputusan kita ambil ada konsekuensi yang menanti setelahnya.
Setiap keputusan itu memiliki konsekuensi. Sayangnya, tak semua kita memiliki kesiapan menerima konsekuensi tersebut.
Lalu bayangkan jika banyak keputusan hidup diambil dari perasaan negatif, lalu setelahnya harus menanggung konsekuensi yang sejak awal tak disadari.
Maka, sering-sering sadarkan diri kala memutuskan untuk memilih dan siapkan diri kita atas konsekuesinya nanti. Dan jangan pernah berhenti untuk selalu meminta petunjuk dariNya. Karena pada akhirnya Allah akan selalu memberikan yang terbaik dan hanya Dialah yang memberikan ketenangan ke dalam hati.
338 notes · View notes
creativemuslim · 2 years
Text
Sebagaimanapun kamu mampu membohongi dunia, kamu tidak akan mampu membohongi dirimu sendiri—apalagi Tuhanmu.
Memang tak akan nampak di mata manusia, pun tak sampai terdengar oleh telinga, namun tersesaknya dada memendam dusta akan buatmu merana.
@creativemuslim
214 notes · View notes
creativemuslim · 2 years
Text
Semangat! Barangkali bukan karena kekurangan ikhtiar-nya, tetapi karena kurang tawakkal-nya :)
Rapalkan dengan percaya, bahwa tiada kesia-siaan pada perjuangan yang teriring iman di dalamnya.
338 notes · View notes
creativemuslim · 2 years
Text
Terlena dan alasan yang mulai dibuat-buat.
Mungkin itu kata yang paling tepat untuk menggambarkan manusia yang terlalu percaya diri membiarkan dirinya masuk pada perangkap yang ia buat sendiri.
Tenang, ini tidak berbicara tentangmu. Ini berbicara tentangku yang malu mengaku telah terlena oleh waktu—dan pilihanku.
Entah sudah berapa lama, awalnya merasa perlu untuk mengambil jeda karena ada banyak perjalanan besar dan hal-hal yang diterima. Dengan kepercayaan diri bahwa tak akan apa-apa, tak akan lama, tapi nyatanya semua berubah menjadi hal yang terbiasa.
Pilihan mengambil jeda ternyata berubah menjadi perangkap yang hampir membuat diri melupa bahwa ini hanyalah sebuah jeda.
Tidak ada benar-salah memang. Namun, ada sisi hati yang terusik menyadari jika diri seperti menciptakan alasan-alasan yang nyatanya semakin melenakan. Perlahan masa yang awalnya dianggap jeda berubah jadi rutinitas harian biasa.
Inilah yang seringnya kita lupa, inilah yang harusnya saya kecamkan terus di dada, untuk selalu menggugat kesadaran atas hari-hari kita, atas konsekuensi dari pilihan-pilihan masa lalu yang kita pilih.
Cobalah bertanya pada diri, apakah benar ini yang aku mau, yang aku inginkan? Apakah benar ini sebagaimana harusnya ia berjalan? Apakah benar ini yang mengantarkanku ke tujuan? Dan yang terpenting, apakah ini semua bernilai kebaikan? Bernilai kebermanfaatan dan ibadah?
Seketika jadi teringat, mungkin sebenarnya ada banyak kejadian-kejadian sama yang kita alami, hanya saja dalam bentuk lain yang berbeda.
Seperti mungkin dalam mengabaikan ibadah-ibadah, dalam memilih teman dan pergaulannya, memilih tanggung jawab yang diemban, mengambil kesempatan, dan semua pilihan-pilihan yang pernah kita ambil.
Barangkali di antara pilihan-pilihan itu ada hal-hal yang membutakan kita, tak disadari membawa dan membentuk kita menjadi kita yang tidak seharusnya.
Layaknya pilihan untuk jeda/istirahat. Istirahat memang bagian dalam perjalanan dan perjuangan. Memilih untuk istirahat tentu bukan sebuah masalah.
Namun, jika jeda/istirahat berubah menjadi rutinitas yang biasa, bukankah bisa jadi ia tak lagi menjadi bagian perjalanan? Mungkin ia telah berubah menjadi perjalanan baru pada tujuan lain yang berlawanan atau berbeda jalan.
Maka semoga Allah selalu memberikan kita petunjuk dan kesadaran untuk memahami petunjukNya. Semoga Allah berkenan mengantarkan kita pada pilihan-pilihan yang diridhoiNya.
Pada akhirnya, momentum itu harus diciptakan. Dan waktu terbaik untuk menciptakan itu adalah sekarang.
174 notes · View notes
creativemuslim · 3 years
Text
Kala lelah menyapa dalam upaya beribadah, pejamkan mata dan suarakan lirih di dalam dada:
Ya Rabb, aku lakukan ini hanya untukmu ya Rabb. Tidak ada yang lain. Sungguh, tidak ada yang lain. Aku tau bahwa ini tak mudah, namun jangan pernah Engkau biarkan aku menyerah.
Engkau adalah alasan & Engkau adalah jawaban. Engkaulah yang telah memilihkan jalan, maka bersamailah hamba selalu di dalam naungan keridhaanMu.
Semoga Engkau berkenan terima semua persembahan ini ya Rabb. Agar nanti Engkau izinkan kami yang rapuh ini, mampu... mampu untuk bersimpuh menemuiMu—melihat indah wajahMu di keabadian surga milikMu.
454 notes · View notes