Tumgik
#mornigtherapy
creativemuslim · 9 months
Text
Begitu lucunya ya kita—manusia. Seringkali disibukkan dengan isi kepalanya sendiri, sibuk menggeledah kemungkinan-kemungkinan pada hal-hal yang sebenarnya belum pasti terjadi.
Pikiran kita terbang ke sana kemari, menggumamkan gumaman "kalau nanti" yang seakan-akan skenario itu pasti akan dialami. Padahal yang dipikirkan itu pun belum sama sekali terjadi. Aneh sekali.
Lalu kita kesal, marah, bingung, lelah hanya karena membayangkan hasil fantasi skenario pikiran yang kita buat-buat. Lucu. Mau sampai kapan sebenarnya kita, membiarkan pikiran kita disibukkan oleh kekhawatiran?
Mau sampai kapan sebenanya kita, membiarkan pikiran kita diramaikan oleh ketakutan?
Mau sampai kapan sebenarnya kita, membiarkan pikiran kita dijejali oleh rasa keputus asaan?
Dan mau sampai kapan sebenarnya kita, melupakan Allah yang dengan kemahaanNya mudah sekali memberikan ketenangan? Mengatur kepastian. Memberikan jawaban.
Sibuk sekali ya kita menyusahkan diri. Padahal tak pernah-pernah Allah suruh kita mengurusnya sendiri.
Berhentilah membuat banyak rekaan kejadian di kepala. Bukan sebuah tugas untuk kita meraba-raba kepastianNya. Karena sejatinya kita tak mungkin bisa mengatur kejadian di masa depan.
Maka, hiduplah di atas keyakinan bahwa Allah adalah sebaik-baik perencana. Sebaik-baik yang menetapkan ketetapan. Dan segala apa yang ditetapkanNya adalah hal yang terbaik untuk kita dapatkan.
564 notes · View notes
creativemuslim · 1 year
Text
Kadang-kadang ya, bagian tersulit itu sebenarnya bukan tentang memilih. Tetapi tentang melepaskan.
Iya, melepaskan diri dari keterikatan-keterikatan masa lalu yang menghantuinya. Dari kesalahan masa lalu, dari rasa takut, sakit hati, dari trauma, dari kekhawatiran, dari dendam sampai pengkhianatan.
Termasuk juga dari kesuksesan dan pencapaian masa lalu, yang kadang terlalu menerus dielu-elu, padahal musim kehidupan kita selalu berputar dan berganti.
Tidak terpungkiri sebenarnya, karena memang niscaya terjadi. Cuman, mau sampai kapan kah selalu seperti ini?
Padahal kesempatan untuk bisa memilih pun tidak akan selalu datang, kan? Bisa jadi pula pilihan yang ada di tanganmu kini adalah hadiah dari Allah atas kehidupan—dan kesabaran yang sudah kamu lewati. 
Dunia ini terkadang berat bukan karena ujiannya, tapi karena kitanya yang terlalu percaya diri memikulnya sendiri.
Maka, semoga tidak lupa untuk melibatkan Pencipta dalam segala apa yang ada di kehidupan kita. Lepaskan semuaNya padanya. Allah tak mungkin membiarkan kita sendiri pada apa yang dia telah berikan kepada kita hari ini. 
Kecuali jika kita yang memang suka sekali menjauhkan diri pergi—mengabaikanNya—yang sebenarnya selalu menunggumu untuk kembali :)
198 notes · View notes
creativemuslim · 1 year
Text
Memang terkadang ada saja sebagian dari kita atau sebagian diri kita merasa lebih baik dari pemain-pemain lain. Merasa lebih tau aturan permainan, merasa paling jago dalam permainan, atau merasa paling boleh menggugat sebuah keputusan.
Tetapi, semoga kita tidak menafikkan jika tiada dari kita yg bisa mengelak bahwa kita juga adalah seorang pemain. Kita sama seperti yang lain, tidak kebal dari hukuman, harus patuh pada keputusan. Sekalipun kita merasa benar.
Karena pada akhirnya, kebenaran bukan mengikuti keinginan seorang pemain tapi mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Dan permainan ini akan indah, jika kita semua taat dan tunduk pada aturan.
Apalagi jika aturannya datangnya dari Yang Maha Benar, bukan? :)
88 notes · View notes
creativemuslim · 2 years
Text
Semangat! Barangkali bukan karena kekurangan ikhtiar-nya, tetapi karena kurang tawakkal-nya :)
Rapalkan dengan percaya, bahwa tiada kesia-siaan pada perjuangan yang teriring iman di dalamnya.
338 notes · View notes
creativemuslim · 3 years
Text
Infaq Baik & Generasi Roti Lapis
Sandwich Generation. Fase yang sebagian orang mengatakan ini seakan-akan adalah lingkaran setan. Terlahir tersebab generasi sebelumnya juga mengalami hal yang sama, dan generasi sebelum-sebelumnya juga mengalaminya. Sehingga keadaan ini menjadi seperti warisan yg menunggu giliran.
Terlihat menyedihkan memang. Ketika seseorang mungkin baru saja sampai pada salah satu pencapaian kemandirian dalam finansial, tapi nyatanya ia harus dipaksa menjadi bagian dari yang menanggung urusan finansial orang tua dan keluarga.
Belum lagi ditambah dengan kondisi presepsi dunia yang cenderung memberikan pemaknaan fase ini pada konotasi negatif, menjadikan mereka seakan manusia yang sedang lara. Tak merasa punya bahagia.
Padahal, tentu saja tidak.
Allah dengan kesempurnaan yang melekat padaNya, tidak sedang menjadikan orang-orang yang berada pada fase ini menjadi orang-orang yang bersedih. Apalagi orang-orang yang terbebani. Tidak akan pernah sedikit pun Allah menempatkan hambaNya yang beriman pada kondisi buruk. Apa-apa yang dipilihkanNya adalah yang terbaik. Lebih baik dari apa-apa yang bahkan kita anggap terbaik.
Kita mungkin tidak sadar, jika mereka yang berada pada generasi tersebut adalah orang-orang istimewa yang Allah mampukan untuk berbagi? Yang Allah mampukan untuk memberi.
Belum lagi tentang ayatNya yang ini,
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (Qs. Al Baqarah: 215)
Sungguh. Allah telah memampukan mereka untuk memberikan infaq kepada orang tua. Berbagi nafkah kepada keluarga. Sebuah kesempatan amal yang berlapis-lapis. Jariyah yang tak akan pernah habis.
Telah kita ketahui, bukan? Ketika Allah menempatkan seseorang pada suatu kondisi, Allah sendiri yang akan membersamai. Maka selayaknya kita yang berada pada fase ini berbahagia, karena Allah selalu bersama kita—memberikan keistimewaan yang mungkin tidak diberikan kepada selain kita. 
Banyak orang-orang di luar sana, yang telah diberikan banyak rezeki, namun tidak diberikan hati yang mudah untuk berbagi. Walaupun mereka tengah berlimpah materi.
Maka, tak perlu lagi ada rasa sedih. Tak perlu lagi merasa terbebani. Saatnya menaruh penerimaan yang besar dan rasa ikhlas yang dalam pada hati, lalu menyelimutinya semua dengan kesyukuran yang tinggi.
Dunia boleh mengatakan apa yang kamu lakukan adalah beban kehidupan. Namun, di sisi Allah ia dapat bernilai aktivitas penghambaan. Sebuah amal kebaikan yang tinggal menunggu ganjaran.
Bersabarlah, berbahagialah. Kini kamu bisa menguatkan hati, jika apa yang kamu lakukan saat ini adalah bagian dari infaq yang baik, memberikan kebaikan yang pasti akan berbalik.
Salam hangat untuk kalian yang Allah berikan fase istimewa. Nikmatilah bagaimana Allah menunjukkan rasa sayangNya pada kita. Dan yakinlah, hanya dengan keimanan yang membuat semua akan memiliki rasa yang berbeda.
267 notes · View notes
creativemuslim · 6 years
Text
jadi begini...
ingatlah selalu dalam perihal rezeki, bahwa semuanya telah dicukupkan. tinggal bersyukur, agar dilebihkan.
ini semua jaminan tak perlu kau ragukan.
341 notes · View notes