Tumgik
#najwa shihab
zhaf · 2 years
Text
Untuk kalian yang mempunyai keluarga, ayah, ibu, suami, istri, anak, saudara, maupun orang-orang terdekat, namun mereka sudah berpulang terlebih dahulu meninggalkan kalian ke tempat peristirahatan yang kekal
Saya pernah mendengar ujaran,
Bila kalian begitu mencintai seseorang ia tak pernah mati
Ia hanya berganti bentuk,
Menjadi kenangan,
Menjadi semangat, atau
Menjadi kebijaksanaan.
Mungkin yang harus dilakukan bukanlah
Belajar hidup tanpa orang yang meniggalkan kita
Tapi belajar hidup dengan cinta yang mereka tinggalkan
-Dikutip dari Najwa Shihab, in the closing statements
2 notes · View notes
kbanews · 7 months
Text
Ganjar Rendahkan Profesi Jurnalis, Eks Ketua PWI Reformasi: Bukti Kedangkalan Berpikir
JAKARTA | KBA – Ganjar Pranowo terus menuai protes bahkan kecaman setelah tampil dalam acara “3 Bacapres Bicara Gagasan” di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Selasa, 19 September 2023. Karena dalam acara yang dipandu Najwa Shihab dari Narasi TV tersebut, capres dari PDI Perjuangan ini dinilai telah merendahkan profesi pembawa acara dan wartawan. Dia menyebut 10 besar lulusan…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
pewartanusantara · 11 months
Text
Najwa Shihab Tanggapi Kritik Amien Rais: Pertanyakan Daftar Anggota Tim Reformasi Hukum
Najwa Shihab Tanggapi Kritik Amien Rais: Pertanyakan Daftar Anggota Tim Reformasi Hukum
Tumblr media
Pewarta Nusantara, Jakarta – Najwa Shihab Menjawab Kritik Amien Rais: Perlu Melihat Daftar Anggota Tim Reformasi Hukum.
Najwa Shihab, sebagai anggota Tim Reformasi Hukum yang dibentuk oleh Menko Polhukam Mahfud MD, memberikan tanggapan terhadap kritik yang disampaikan oleh Ketua Majelis Syuro Partai Ummat, Amien Rais.
Menurut Najwa, Amien Rais sebaiknya melihat secara rinci siapa saja anggota tim tersebut sebelum mengkritiknya.
Najwa menegaskan bahwa anggota tim reformasi hukum telah terbukti memiliki pengalaman dalam melakukan kerja-kerja publik.
Mereka akan bekerja untuk menyusun konsep reformasi hukum dengan mengakomodasi masukan dari masyarakat.
“Rasanya Pak Amien perlu dikirim daftar nama-namanya supaya bisa melihat lebih jelas lagi orang-orang yang tergabung,” ungkap Najwa dalam konferensi pers di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat.
Amien Rais sebelumnya mengkritik keberadaan Tim Percepatan Reformasi Hukum yang dibentuk oleh Mahfud MD.
Dia berpendapat bahwa tim tersebut menghina presiden terpilih nanti dan menciptakan Indonesia tanpa hukum di masa kepemimpinan Jokowi.
Dalam menghadapi kritik tersebut, Najwa berpendapat bahwa pendekatan tim reformasi hukum harus lebih mendengarkan masukan dari masyarakat sipil.
Baca juga: Menteri Perindustrian Ingatkan Ancaman Ekonomi Global yang Mempengaruhi Indonesia
Dalam konteks politik yang sedang berjalan, dia menekankan pentingnya mengakomodasi aspirasi publik daripada terjebak dalam urusan politik yang cenderung menjadi perdebatan antarlembaga.
Melalui pembentukan Tim Reformasi Hukum, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas sistem hukum di Indonesia dengan melibatkan berbagai pihak terkait.
Dengan adanya respons dari Najwa Shihab, perdebatan mengenai keberadaan dan tujuan tim ini terus berlanjut. (*Ibs)
New Post has been published on https://www.pewartanusantara.com/najwa-shihab-tanggapi-kritik-amien-rais-pertanyakan-daftar-anggota-tim-reformasi-hukum/
0 notes
11suardi · 1 year
Text
Ujian Reformasi: Perlawanan Mahasiswa (Part 1) | Mata Najwa
[Suara musik] [Suara piano] Selamat malam. Selamat datang di Mata Najwa. Saya Najwa Shihab, tuan rumah Mata Najwa. Rangkaian demonstrasi terjadi di berbagai kota, bentuk protes atas legislasi yang semena-mena. Undang-Undang yang dikebut di akhir masa jabatan, wajar jika memantik banyak sekali kecurigaan. Apalagi menjelang pengesahan, seperti tuli, para penyusunnya seperti ogah mendengar aspirasi.…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
riaunews · 2 years
Text
Narasi TV Lapor Polisi Karena Ada Ancaman Diam Atau Mati
Narasi TV Lapor Polisi Karena Ada Ancaman Diam Atau Mati
Najwa Shihab Narasi TV Jakarta (Riaunews.com)- Narasi TV diancam diam atau mati. Ancaman tersebut merupakan salah satu serangan digital ke redaksi Narasi TV. “Ada pesan yang masuk di dalamnya (website), pesannya bisa kita baca ‘diam atau mati’. Ini yang beberapa kali masuk ke dalam website klien klien kami. Bukan hanya masuk tapi juga ada ancaman,” kata Direktur Eksekutif LBH Pers, Ade Wahyudin…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hidayatuna · 2 years
Text
Quraish Shihab Ungkap di Balik Pemberian Nama Anak-Anaknya
Quraish Shihab Ungkap di Balik Pemberian Nama Anak-Anaknya
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Cendekiawan Muslim, Muhammad Quraish Shihab dikenal sebagai salah seorang yang berhasil mendidik anak-anaknya sehingga menjadi pribadi yang berprestasi. Di balik pola asuh baik ada pula hal menarik, yaitu pemberian nama yang diawali dengan huruf N. Pakar Ilmu Alquran ini juga menerangkan bahwa bukan hanya pendidikan, nama yang diberikan orangtua kepada anaknya pun…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
fairuzfan · 4 months
Note
hi, i was wondering if you knew of a site or other resource that has palestinian poetry? i want to include some short poems by palestinian powts in my christmas cards this year and im finding it hard to find actual poems, rather than articles and the like *about* poetry. i hope this is ok to ask.
I'm not sure if there are places for Palestinian poetry only (if there are, please add on to the post) but here are some poetry/lit mags and orgs that I regularly check.
Mizna (I linked a set of poems by a Gazan poet)
RAWI (Radius of Arab American Writers)
Proteon (not arab/swana/palestinian centered but publishes a lot of Palestinian poets) I linked Heba Abu Nada's last poem below
Some Poets and Writers I like:
Refaat Alareer
Heba Abu Nada
Rasha Abdulhadi (they/them)
Samah Fadil
fargo nissim tbakhi
George Abraham
Mohammad Elkurd
Naomi Shihab Nye (linked my favorite poem of hers)
Lena Khalaf Tuffaha
Mosab Abu Toha
Rafeef Ziadah
There are definitely more that will come to mind later but for now, here are these.
If anyone wants to share some writers they like and where to find their poems add them to this list.
553 notes · View notes
andromedanisa · 8 months
Text
Perihal kehilangan..
Beberapa waktu lalu mengunjungi rumah sakit kembali. Menyapa dokter dan beberapa perawat yang sepertinya sudah menjadi langganan (semoga pada bagian ini masih tetap bisa disyukuri, sebab mengenal orang-orang baik dan melayani dengan begitu tulus).
Sembari menunggu dokter yang masih ada jadwal operasi mendadak, aku berjalan-jalan sendiri disekitar rumah sakit. Sementara suami sedang membaca buku yang selalu ada didalam tas beliau. Tiba-tiba ku dengar ada suara perempuan yang teriak-teriak sedang menuju ruang operasi. Seorang perempuan yang akan menjadi seorang ibu.
Momen seperti ini membuatku ingat perihal tindakan kuretase kedua kala itu. Datang ke rumah sakit jam 8 pagi, masuk ke ruang tindakan jam 9. Dan tindakan kuretase dilakukan jam 5 sore. Karena menunggu reaksi obat peluruh dan hal lainnya. Selama menunggu hanya sendiri saja diruang itu, dan hanya bisa video call (ngobrol hal receh) dengan suami untuk menenangkan. Dan minta ke suami agar setelah tindakan kuretase untuk pindah kamar.
Suami sudah berencana setelah tindakan kuretase akan dipindahkan ke kamar kelas. Agar aku merasa nyaman setelah tindakan tersebut, namun ditengah menunggu itu, aku meminta suami untuk pindah kamar dari kelas ke bangsal. aku yang mencintai keheningan entah tiba-tiba saja saat itu aku ingin sekali berada ditengah banyak orang untuk sedikit merasa terhibur atas hal ini.
Suami menyetujui. Setelah tindakan kuretase dan hal lainnya. aku dibawa oleh adikku untuk menuju kamar bangsal. Suami saat itu sedang sholat dengan bapak ibu juga. Bergantian untuk sholat. Selama menunggu suami datang sholat, aku melihat banyak hal. Ada yang bahagia sebab kelahiran, ada pula yang masih basah menangis sebab kehilangan.
Perempuan sebelah kiriku sedang menangis dengan memegangi perutnya. Lalu sebeorang perempuan sebelah kananku mengatakan,
"ia baru saja kehilangan bayi yang telah dilahirkannya mba. Bayi yang sudah ditunggunya selama 13 tahun lebih."
Seketika akupun menangis, ya Allaah pasti hancur sekali. Tolong kuatkan perempuan itu ya Allaah. Ganti dengan yang jauh lebih baik lagi. Doaku dalam hati.
Sementara depanku juga ikut menangis. Saat itu aku pikir dia ikut sedih melihat sebelahku yang menangis dengan histeris. Rupanya, ia juga mengalami kesedihan yang serupa, tiga kali kuretase dengan penantian 7tahun lamanya.
Satu ruangan ditempati 5 orang. 2 kuretase, 3 melahirkan, namun 1 bayi meninggal setelah dilahirkan. Suami kembali dari sholatnya, adik pergi bergantian untuk sholat. Setelah semua tenang. Aku masih saja menangis sebab merasa kurangnya rasa syukur dalam diri. aku menangis didepan suamiku, dan suami menguatkan ku berkali-kali.
"Mas, kini aku paham mengapa aku ingin sekali pindah ruangan." Kataku kepada suami dengan menangis.
"kenapa?" Jawab suami singkat sambil memegang tanganku.
"agar aku tahu diri, agar aku paham bahwa sekalipun sedih selalu ada hikmah yang baik untuk diri ini. Meski nggak harus saat itu aku tahu, dan agar aku lebih banyak syukur. Kehilangan hari ini itu sebetulnya nggak ada apa-apanya dibandingkan mereka. Aku selalu merasa mengapa seberat ini rasanya kehilangan. Padahal kehilangan mereka jauh lebih dalam dari ujianku pada hari ini. Betapa sedikit sekali rasa syukurku ini." Tangisku semakin menjadi meski lirih.
Suami menguatkanku dengan beberapa kisah para salafush sholih untuk lebih membuat hatiku tertunduk.
Mengingat momen itu dengan sangat jelas, namun maju mundur untuk menuliskannya. Takut sekali kala menulisnya aku menangis. Dan benar, menulis inipun aku menangis. Sebab masih ingat betul rasa dan hal yang terjadi kala itu.
Seiring waktu berjalan, luka tetaplah luka. Sesuatu yang terjadi tidak benar-benar kita lupakan sekalipun ingin. Dan kesembuhan hanya diperoleh ketika kita meminta kepada Allaah agar diberikan kelapangan hati setelah rasa sakit. Ada yang lebih sedih dan lebih dalam ujiannya. Mereka menangis namun mereka bersabar akan hal itu.
Mba Nana (Najwa Shihab) pernah mengatakan seperti ini dalam suatu acara, "tapi kan walaupun Namiya baru 4 jam kan, kita jatuh cinta pada anak kita sejak kita tahu kita hamil ya kan? We fell in love with our children once we know kalau misalnya dia itu ada dikita gitu. Mau yang 4 jam, mau yang keguguran, yang belum sempet lihat jasadnya. Kepadihannya menurut gue sama."
Iya, benar. Tidak ada yang boleh menyepelekan rasa kehilangan seorang ibu terhadap anaknya. Karena Allaah ciptakan hati seorang ibu itu sangat lapang dan luas cintanya untuk anaknya..
Allaah beri kami kelapangan hati, agar kami paham bahwa cintaMu lebih luas dari apapun ujian yang menimpa hidup kami.
Menuliskan ini dilobi rumah sakit dengan mata sembab kala itu..
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
52 notes · View notes
l-edelweis · 9 months
Text
Sebelum ke Belgia
Ada satu lagi temanku yang mau melanjutkan sekolahnya S2. Yang kali ini ke Belgia, dengan support beasiswa super prestisius menurutku, erasmus mundus:" Masyaallah keren banget aku terharu dan bangga dan campur aduk lah pokoknya.
Seneng juga kemarin Risti nyempetin ke Jogja tentu saja untuk berjumpa dengan kawan-kawan yang bisa ditemui. Aku tentu saja akan menyempatkan waktu untuk bertemu. Ada banyak hal yang bikin aku terenyuh, dan ingin kutulis di sini untuk dibaca kembali nanti-nanti.
Kutulis dengan model wawancara ala-ala mba Najwa Shihab yang lagi wawancara mata najwa itu yekan wkwk (tapi ini jawabannya kutulis versi aku dengan pov aku juga based ngobrol dengan Risti)
Proses apa yang paling sulit dilakukan selama mendaftar beasiswa ini?
Bukan persiapan berkas, bukan wawancara. Tapi proses yang paling menguras energi adalah mengenali diri sendiri.
Aku jadi mengevaluasi diriku. Aku jadi melihat diriku. Apakah aku sudah kenal dengan baik? Apakah aku sudah tau apa yang aku mau dan aku butuhkan?
Karena S2 menurutku nggak semudah S1 tentu saja. Apa yang ditempuh nanti akan sangat berpengaruh pada hidupmu setelah selesai sekolah. Lalu setelah selesai tingkat master, kamu mau apa? Apa yang akan dilakukan?
Kebingungan-kebingungan pasti ada. Ngobrol sama diri sendiri ternyata menjadi hal penting yang harus dilakukan berulang-ulang. Ini juga sih yang dibilang sama psikolog aku, kalau proses mengenal diri sendiri itu nggak cuma dilakukan sekali. Dan nggak ada kata terlambat buat mengenal diri. Take a not, journaling, write, and have a reflection.
Aku jadi terinspirasi buat kembali ngobrol dan menjumpai diriku di masa lalu. Saat masa-masa SD aku punya cita-cita jadi ini-itu. Saat masa-masa itu aku merasakan berbagai rasa, menjumpai berbagai peristiwa, dan membayangkan masa depan akan menjadi apa. Sebenarnya apa yang aku inginkan? Apa benang merah setiap step-step yang aku lalui? Apa hubungan mereka dengan value yang aku punya saat ini? Apa yang sebenarnya jadi keinginanku saat ini? Apa yang bisa aku kasih dan lakukan dalam hidupku?
Dan tujuan hidup itu rupanya sederhana saja. Tidak perlu muluk-muluk, ingin jadi ini itu. Ingin membuat ini itu. Bukan berarti aku menyangsikan keduanya. Tapi kebanyakan dari kita terlanjur dipengaruhi framing masyarakat atau role model kita sekalipun, bahwa menjadi ini itu dulu baru bisa memberikan arti. Atau mungkin, ini cuma berlaku buat diriku sendiri.
Hal spiritual apa yang kamu dapatkan selama proses ini?
Allah itu baik banget. Sebaik itu ke hambaNya. Allah ngasih ke kita sesuatu yang kita butuhkan, di saat aku udah nggak berharap apapun. Kata Risti gitu.
Sebelumnya Risti memang sudah mendaftar ke beberapa beasiswa ke luar negeri. Ada banyak, pokoknya. Tapi belum lolos semua. Waktu masa-masa itu, dia udah membayangkan banyak hal. Kayak rasanya udah keterima gitu, terus membayangkan kuliah di Korea misalnya. Membayangkan hidup di sana, suasana di sana. Pokoknya rasanya kayak udah pasti keterima.
Tapi masyaallah ternyata belum rezeki. Dan buat erasmus ini, sama sekali dia ngga mengharap apapun, ngga membayangkan apapun, ngga ada pikiran apapun di kepala. Ngga ada bayangan suasana kuliah di eropa, ngga ada bayangan hidup di sana. Justru Allah kasih di saat-saat itu. Di saat-saat kepala sedang 'kosong' akan bayangan apapun tentang kuliah di luar negeri dengan beasiswa prestisius ini.
Aku terenyuh sendiri waktu ngobrol soal spiritualitas ini. Aku betul-betul terharu waktu part ngobrol soal rezeki dan takdir Allah dan ketetapan Allah dan kebaikan Allah. Dan part tentang ketidakpastian (lagi-lagi).
Tapi dari semua yang kita obrolkan, kusimpulkan kalau Allah akan memberikan sesuatu kepada kita, ketika kita udah bener-bener siap dan memang pantas menerimanya. Risti juga cerita gimana selama setelah lulus S1 dia masih belum mantep buat lanjut sekolah lagi. Sampai dia memutuskan buat mendaftar beasiswa keluar, dan memutuskan buat mendaftar ITB. Iya, Risti udah sempet kuliah di ITB satu semester kemarin.
Meskipun begitu sebenarnya dia juga sudah merencanakan dan sudah ada cita-cita buat daftar erasmus sejak lama. Rasanya menurutku kayak, udah tertanam di alam bawah sadar kalau suatu hari pasti akan dapet erasmus dan kayaknya itu jadi doa harian, yah. Secara nggak sadar diaminkan dalam hati dan setiap saat malaikat selalu ikut mengamini.
Kata Risti juga, di tengah-tengah suasana dia tidak berharap tidak membayangkan tidak memikirkan apapun soal erasmus, dia bilang, mungkin yang saat ini didapatkan adalah juga doa-doa masa lalu yang sudah lupa bahkan.
Nggak kerasa mataku berkaca-kaca karena super terharu dengan ceritanya. Masyaallah. Masyaallah.
Mungkin ini nasehat lama, tapi memang Allah akan memberikan sesuatu kepada kita saat kita dirasa oleh Allah sudah siap menerimanya. Cuma Allah yang tau kapan kita siap, kapan kita pantas. Kadang kita merasa diri kita sudah siap, tapi yah itu cuma sangkaan kita aja. Menurut Allah belum.
Ini bikin aku jadi mikir, kalau segala hal cuma Allah yang tau.
Mungkin kita juga perlu berdoa sama Allah, untuk dikasih kesiapan dan kepantasan. Supaya pada muaranya nanti akan dikasih apa yang kita impikan dan cita-citakan.
Nggak ada tempat bergantung dan meminta yang paling baik, kecuali Allah.
Terus kemudian tidak lupa juga perihal sabar dan syukur. Dua hal yang semoga selalu kita ingat setiap saat setiap waktu. Selalu dilakukan setiap saat setiap waktu. Mungkin kita selalu ingat untuk bersabar saat kondisi kita sedang di titik rendah. Tapi lupa untuk bersyukur saat mendapat apapun, saat mengalami apapun. Tapi yang terutama saat kita diberi kenikmatan dan kebahagiaan.
Karena yang senang-senang kadang juga jadi cobaan, kan. Dan yang sedih-sedih kadang membawa kebaikan jadi tetap harus disyukuri juga.
_____
Sesi ngobrol kemarin tu rasanya terharu banget. Nggak tau ya, terharu karena Risti mau pergi jauh, atau karena refleksi dia dari prosesnya selama ini, atau karena hal lain yang nggak aku sadari.
Meskipun aku sama Risti nggak begitu dekat pas di Muallimaat. Tapi ada satu moment yang gara-gara dia bikin aku mikir, kalau pertemanan di Muallimaat kadang nggak melihat jarak kedekatan. Waktu Isna mau nikah, dia ngirim undangan ke grup angkatan. Itu berarti Isna mempersilahkan siapapun anak angkatan yang mau datang, kan. Tapi waktu aku buka undangannya waktu itu aku udah mikir nggak akan dateng. Alasannya simpel, aku jarang berinteraksi sama Isna. Tapi pengen dateng. Tapi kayak takut Isna mikir, 'hah siapa nih' wkwk lebay sih.
Sampai Risti yang jauh-jauh dateng dari Bandung waktu itu, tiba-tiba ngechat aku. Nanyain apakah aku akan datang ke nikahan Isna. Singkat kujawab, "Kayaknya enggak Ris. Aku jarang berinteraksi sama Isna apakah nggakpapa dateng wkwkw. Tapi pengen dateng sih."
Terus dia bilang, "Ih dateng aja. Kan temen kita."
Apa yah rasanya. Aku nggak bisa mendeskripsikan selain terharu. (mohon maaff emang kedengeran lebay kayanya yah tapi emang anaknya cengeng wkwk)
Tumblr media Tumblr media
Dua kali ke Bandung kemarin juga ngerepotin Risti. Senang dan bersyukur dan terharu. Terima kasih sudah membawa berkeliling Bandung, dan yang terakhir kemarin menemani sarapan sebelum aku ke Jakarta:"
Tumblr media Tumblr media
2 notes · View notes
pega-chan · 1 year
Text
First Impressions: Sri Asih (2022)
i have waited 2 years for this movie and it did NOT disappoint. quick thoughts after i watched it yesterday:
i understand it is the movie so they have to pack everything in, but some of the exposition feels clunky. this also leads to some of the dialogue being unnatural
the pacing in the beginning of the movie was a little too fast
there are some scenes that i wish would've lasted longer or had more purpose, like the charity ball. yes it was fun to see Al and Kala dress up but ultimately nothing happened there and the real showdown happened in Adinegara's office
some scenes didn't have a smooth enough transition but i can overlook it
i do wish they would've given more exposition for Alana's age and career/life in the movie. i'm sure she's an adult, otherwise she wouldn't have all that free time. but is she a full time professional fighter? why did her mother decide to have her be one? at the end it's revealed Al's adoptive mom knew she was the next Sri Asih and decided to take her in because of it, but why mold her into a professional fighter and not some other athlete that gives her similar capabilities to fight, like a silat athlete? with silat, Al could've had actual practice using a selendang in battle bc a selendang is a silat weapon
so is Alana's mom part of Jagabumi or something? Kala never explained his connection to her
how did Al adapt to her new powers so quickly? she wasn't even briefed on what they are. her experience as a fighter gives her a leg up, but Eyang Maryani just did not explain that she can fly, use the selendang, have enhanced srength and durability, or multiply, at any point during the movie
she didn't even use all of her comic canon powers, like growing to giant size or purifying dark spirit energy were not utilized at all. they gave her super speed i guess, which is a new power
i am glad romance just does not exist in this movie. Alana is an aroace icon driven by rage and bloodlust just like i've always hoped she'd be <3
no mentions of Ganis :'''''''''''' like okay Ganis and Al are one timeline but i just want my Sundanese homegirl acknowledged
i'm not a big fan of Al being the next Sri Asih by virtue of being directly descended from Nani Wijaya. i don't think superheroes should be chosen by blood relation, they should be determined randomly based on if they're capable or not, bc anyone can be a hero if Dewi Asih decided they are one
casting Najwa Shihab as Nani was GENIUS btw. Nani was a journalist so it makes absolute sense to cast an actual journalist as her!
you know what would be cool though? they could have referenced the 1954 Sri Asih movie by finding someone that looked like Mimi Mariani and referencing the plot of the movie too. if only the movie wasn't lost media :'(
i will say Nani's costume looks absolutely nothing like in the comics and i'm disappointed by it, but hey, you gotta connect Alana's cameo in Gundala to this movie somehow. my advice is they could've made it similar to Nani's costume by adding her batik and then having Al choose not to wear the batik when she suits up to help Gundala
let's talk fashion! Al has a very practical and utilitarian wardrobe in muted colours. its mostly sporty with many sleeveless shirts which she tends to wear bc she sweats while fighting so often. it reflects her priorities as a professional fighter, and she has some high-end/more expensive pieces (like the combat boots and a significantly less utilitarian backpack) that screams of her wealthy background. i'm disappointed none of her clothes seem to have any wear or tear pre-battle, bc you would think some would look pretty ratty if Al has a habit of getting into scuffles, but that can perhaps be chalked up to her having a rich parent that can replace worn out clothes easily. i don't mind the amount of crop tops in her wardrobe, bc Pev Pearce absolutely deserves to show off those abs. the leather jacket was my fave fit.
not a fan of the multiple braids. bro that's cultural appropriation
i love love love her friendships in this movie. with her fellow pro fighters Gilang and that high school kid, Tangguh, and even Kala
i love that Gilang and the high schooler are like, not fair skinned and not with conventionally attractive features. there's a lot of diversity in this movie and i love it
what happened to all her pro fighter friends, anyway? they just up and disappeared after the hospital blew up. i get Al has bigger things to worry about, but the fighter's ring is her mom's work and those and her friends who are threatened by Adinegara. Gilang and co. are just replaced by Tangguh and Kala
Pev did a phenomenal job embodying Alana's character, but i can't understand why they would cast a half-white actor. i'm not being ethnocentric /gen, but i think Sri Asih should be represented by the ordinary class that doesn't have white privilege. biracial Sri Asih is an interesting concept to explore, but i wish they would've cast someone fully indonesian or even a minority. a chindo sri asih would be so cool
Tangguh is MY poor little meow meow. he's doing his best, truly! just a wimp of a man who tries to get context but fails every time. i support him going feral and tasing that guard.
i lowkey want more female characters in this movie. like if you compare it with the amount of guys (that play a significant role) it's just disproportionate, and doesn't make sense for there to be such an imbalance in a girl power film
Kala. has little personality. he's a tool that helps Al take down the bad guys and we only start to see a glimpse of his character when he interacts with Tangguh. official sources describe him as "charismatic", "kalem", and "mysterious". the REAL mystery is his personality babes.
speaking of, while Al is aroace for sure. the tension and chemistry between Kala and Tangguh has more romantic weight than anything they have going on with Al
Eyang Maryani is also just there as a tool. it's her job as a mentor, sure. but i wish she embodied the mentor part more
how did they get Al's mom out of the hospital in the first place??
it's also unrealistic how quickly Al decides to trust Kala tbh. "i know your mom" does he have proof?? girl he could be lying
this film has a lot going on, and there are some threads i wish they would've tied up more neatly. who murdered Mateo? are we supposed to assume Jatmiko did? how did Jatmiko get his hands on the Roh Setan necklace? what was Adinegara doing with HIS necklace, and what was it for? what about the businessmen working with Adinegara who were in on the plot to sacrifice a thousand souls? why are they concerned with Dewi Api and want to bring forth her army? did they know Jatmiko was behind the mask? did they know the necklace Adinegara had wasn't the real one? who are they in the grand scheme of things other than scummy rich men stepping all over the poor?
also Giselle. what happened to her and what was she hiding about Mateo's murder?
is Adinegara even stopped in his tracks?
i honestly wanted Tangguh to be placed in more imminent danger. if he already has a target on his back for being too intrusive, then maybe have Adinegara send goonies after him. this could connect him more solidly to Al, who is also being hunted down by Adinegara. it would work out better than randomly meeting each other in the rusun.
Tangguh does end up helping Al by having the motive to help out his neighbours and the working class in the rusun, who are being mistreated by the rich. but considering his whole gig was as a journalist, he should've had a mission about documenting the whole story and could've introduced Al to the public after she saved them
the ACAB plotline could've been done better. Jatmiko was the villain disguised as a grey character but he's not grey enough imo bc he didn't have a solid intention for playing both sides
the action scenes were spectacular btw, i usually get bored at action scenes if they go on for too long but this movie did not make me sleepy
that's all i have currently. i'll be watching the movie again next week, so i'll be adding onto this after a rewatch as i think of more stuff. overall the movie was a 9/10! totally worth the wait
8 notes · View notes
kbanews · 7 months
Text
Ini Kata Mantan Wartawan Antara saat Najwa Skakmat Ganjar yang Bandingkan Profesi
DEPOK | KBA – Mantan wartawan utama Lembaga Kantor Berita Negara (LKBN) Antara, Dr. Theo Yusuf M. Said, S.H., M.H. menilai Ganjar Pranowo kurang memahami soal profesi dan pilihan hidup seseorang. Hal ini lantaran Ganjar dianggap meremehkan profesi pembawa acara (MC) dan jurnalis dalam Tiga Bacapres Bicara Gagasan di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta pada Selasa sore, 19…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
bornlover · 1 year
Text
Wanita dan nilainya
"gue udah semandiri itu, senerima itu dan sepengertian itu kok masih ditinggal?"
Beberapa kutipan Denial beberapa wanita yang ngerasa punya value tapi masih dinilai "kurang" oleh pasangannya. Sebenernya balik lagi deh, mau Lo secantik Ariel Tatum,sepintar Najwa Shihab, sekaya Nagita Slavina pun kalau pasangan lu gak mau "dipertahanin" ya percuma. Ini bukan perihal kurang atau engga, tapi mau atau engga. Udah sifat alami manusia ngerasa gak pernah cukup, tapi kalau perihal berpasangan, bukannya kita berdua yang nentuin kadar cukupnya ya?kalau memang udah kaya gitu. Berarti emang gak sejalan aja.
Yosh, terberkati untuk pasangan pasangan diluar sana yang lagi dalam tahap mempertanyakan value masing masing, atau bahkan masih tahap Denial gak terima kalau nyatanya kita keliatan "kurang" di mata pasangan kita atau bahkan mantan. Hehehe
Sthappp!! You worth more than anything! Seperti kata Miley Cyrus "i can buy my self flower, write my name in a sand" do it girls. Sedikit kesepian memang, tapi Its totally too much better rather than you be with the wrong guy. God bless!!!
-egg
3 notes · View notes
fahmimaa · 2 years
Text
Tumblr media
"DAN AKU YANG MENYAMPAIKANNYA!"
Tanggapan gus baha ketika diwawancarai oleh mbak nana (najwa shihab) tentang ketenarannya dan dakwahnya yang semerbak luasnya di sosial media.
"gus baha tahu ga? kalau gus baha itu terkenal? kajian gus baha di youtube rame yang nonton? dan banyak yang dengerin kajian gus baha"
gus baha menjawab "hmm saya tuh juga baru tau kalau saya banyak yang dengerin, padahal saya gada niatan sama sekali untuk menjadi terkenal, yang saya amalkan itu cerita dari nabi ibrahim ketika beliau diperintah oleh Allah untuk mengajak/menyeru seluruh manusia untuk pergi berhaji, kemudian nabi Ibrahim berkata "ya Allah, bagaimana bisa aku menyampaikan seluruh manusia sedangkan aku ngomong saja terbata-bata" kemudian Allah menjawab, "akulah yang akan menyampaikannya"
dan hingga saat ini seluruh kaum muslimin berbondong-bondong dan berlomba-lomba untuk pergi berhaji ke baitullah.
dari sini kita paham, menyampaikan dengan tulus dan ikhlas adalah sebuah kepastian yang harus dibentuk oleh diri sendiri, untuk dampak luar yang tidak bisa kita kendalikan semua adalah skenario terbaik yang Allah cipta.
- Fahmi Maulana Syahputra
16 notes · View notes
riaunews · 2 years
Text
Polri Bantah Terlibat Peretasan Puluhan Akun Medsos Awak Narasi
Polri Bantah Terlibat Peretasan Puluhan Akun Medsos Awak Narasi
(ilustrasi) Jakarta (Riaunews.com)- Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Polisi Dedi Prasetyo mengklaim tidak ada anggota kepolisian yang terlibat peretasan akun digital milik sejumlah awak redaksi Narasi. Sebelumnya dugaan tersebut diungkap Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid. “Kalau dugaan (anggota Polri terlibat peretasan) tidak ada,” kata Dedi Prasetyo, Kamis…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
mnddalv · 1 year
Text
Najwa Shihab Pernah Berkata" Jangan Pernah jatuh Cinta Dua Kali Pada Orang sama,Karena Ke Dua Kali Kau Hanya Mencintai Kenangannya,Bukan Orangnya.
Tumblr media
2 notes · View notes
hazelnutcheesy · 1 year
Text
Masih tentang "Perempuan"
Kapan lalu aku nonton vidio nya mbak najwa shihab membahas "Susahnya jadi perempuan" dan aku pikir iya juga. Emang kadang ya ada momen yang aku ngerasa perempuan itu harus A B C D Z entah bagaimanapun kapasitasnya, harus pokoknya. Di stel sama semua. Nggak salah juga kalau banyak kaum perempuan tuh jadinya FOMO banget kalau nggakbisa sama seperti yang lain.
Kalau ditarik dari fitrahnya perempuan itu memang suka bersolek, suka memakai perhiasaan yang cantik-cantik, suka ngobrol sama temen-temennya, ya memang hampir begitu kan perempuan? Walaupun kadang aku juga menemui enggak semuanya.
Kadang aku bercermin tuh suka merasa "kok wajahku begini aja ya?" atau merasa "eh kok aku gendut banget ya" atau "emang cantikan yang itu yaa" dann banyaaakkk sekali rasa enggak nyaman dengan kondisi diri sendiri. Aku amini bahwa love language semua perempuan adalah "Word affirmation".
Kenapa aku bilang word affirmation? Karena nyatanya, kalau nggak diucapkan perempuan nggak akan tahu dan puas dengan jawaban. Itu nyata. Kalau laki-laki mahluk visual mereka lebih dominan menunjukan dengan perbuatan.
Aku sering menjumpai teman-temanku yang sekarang sudah punya kehidupan masing-masing seperti berkeluarga, punya anak, atau divorce atau hal lain. Itu realita disekelilingku dan aku mencoba belajar membaca dari kisah mereka bahwa ternyata, kehidupan pasca pernikahan itu sungguh hebatnya merubah jatidiri seorang perempuan. Orang-orang cuma bilang pas sampai di acara nikahnya tapi nggak cerita gimana pasca nikahnya. Sama halnya orang cerita tentang hamil, melahirkan dan proses melahirkannya tapi nggak cerita tentang pasca melahirkannya.
Tahu nggak kenapa? Karena semua orang didunia ini nggak ada yang tahu pasca semua hal besar terjadi selain dirinya sendiri. Karena betul adanya bahwa dunia ini adalah tempat nya belajar. Entah jadi suami atau istri, bapak atau ibu, kakek atau nenek, selamanya kita belajar. Tidak ada yang menilai ini sudah baik atau benar, tidak ada panduan kecuali Panduan Ya Rabb mu saja. Dan disitulah titik balik hidup seorang perempuan saat menjadi istri dan seorang ibu, semua pertanyaan kenapa aku ada didunia ini, kenapa aku dulu dilahirkan, siapa aku untuk semua orang, akan menjadi jawaban.
Banyak temanku yang sudah menjadi istri ataupun ibu berusaha mengembalikan diri mereka atau mengingat momen dimasa mereka masih single. Berusaha mengembalikan diri mereka pada saat itu, kemudian aku menemui mereka Sebagian mereka takut, sebagian mereka kalut, sebagian mereka malu, sebagian mereka tidak tahu bagaimana caranya berkomunikasi lagi.
Kukira mereka tidak ingin berteman lagi, kukira mereka sombong, kukira mereka dikekang suaminya, dll tapi ternyata aku salah. Salah besar. Kembali ke poin awal, semuaa bercerita saat pra nikah tapi tidak pernah bercerita pasca pernikahan itu.
3 notes · View notes