Tumgik
#hary nicholas
libraryleopard · 3 months
Text
Tumblr media Tumblr media
Adult nonfiction
Memoir by a British gay, trans man
Discusses navigating gay culture and dating as a trans man, healthcare, queer history, transphobia, and trans joy
3 notes · View notes
luckydiorxoxo · 2 months
Text
MPTF's 22nd Annual Night Before Oscars Party
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
45 notes · View notes
movienized-com · 3 months
Text
Django
Django (Serie 2023) #MatthiasSchoenaerts #NicholasPinnock #LisaVicari #NoomiRapace #JyuddahJaymes #EricKole Mehr auf:
Serie Jahr: 2023- Genre: Drama / Western Hauptrollen: Matthias Schoenaerts, Nicholas Pinnock, Lisa Vicari, Noomi Rapace, Jyuddah Jaymes, Eric Kole, Benny O. Arthur, Maya Kelly, Antal Edgar Miklos, Haris Salihović, Oleksandr Rudynskyy, Romario Simpson, Joshua J Parker, Dakota Trancher Williams … Serienbeschreibung: John Ellis (Nicholas Pinnock) und seine zukünftige Frau Sarah (Lisa Vicari)…
Tumblr media
View On WordPress
2 notes · View notes
ramascreen · 2 years
Text
Poster And Trailer For 1UP Starring Paris Berelc and Ruby Rose
Poster And Trailer For 1UP Starring Paris Berelc and Ruby Rose
Check out these poster and trailer for 1UP movie. Available on Prime Video July 15 from Lionsgate and BuzzFeed Studios  Starring Paris Berelc, Taylor Zakhar Perez, Hari Nef, and Nicholas Coombe,  Kevin Farley, Ruby Rose Directed by Kyle Newman Written by Julia Yorks Synopsis This outrageously funny esports comedy follows Valerie “V” Lee (Paris Berelc), a competitive gamer whose impressive skills…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
titikubah · 2 months
Text
Dua Puluh Tujuh
Seperti biasa semacam ritual tahunan, tiap ketemu tanggal kelahiran, gw harus absen ke Tumblr tentang pembelajaran apa yang bisa gw ambil, apa yang gw rasain sekarang, dan apa yang gw lakukan kedepannya disaat umur gw nambah 1 tahun.
Dua puluh tujuh!
Tak pernah gw merasakan perasaan setua ini dalam hidup. Menginjak umur 27 tahun entah mengapa banyak sekali ketakutan ketakutan yang sifatnya udzuriyah, mungkin karena semakin dekat dengan umur kepala tiga.
Mulai menghindari banget makan yang manis manis, takut diabetes.
Mulai gampang sekali pegel pegel
Mulai takut banget mati, liat temen temen yang dulu ha -ha hi-hi bareng satu persatu Allah panggil.
Semoga gw bisa lebih bijak dalam menghadapi ketakutan ketakutan gw saat ini dengan mempersiapkan persiapan semaksimal mungkin.
Takut mati? Persiapkan diri dengan bekal amal shalih sebanyak mungkin.
Pernah denger Mas Nicholas Saputra di film 3 hari untuk selamanya pernah bilang ;
Pokoknya pas lo umur 27, lo akan ngambil sebuah keputusan penting yang akan ngubah hidup lo
Di awal umur 27 dengan penuh rasa sadar gw berani memutuskan untuk resign dari kerjaan gw yang udah memberikan banyak hal dalam hidup.
Semoga ini sebuah keputusan terbaik, yang bisa membawa gw kepada keajaiban keajaiban hidup yang lebih baik kedepanya, semoga.
Batujajar, 31 Maret 2024. Day 1 itikaf di Masjid Umar Bin Khattab.
Harusnya nulisnya tepat pas gw lahir 4 Maret kemaren, baru sempet nulis maksakeun sebelum ganti bulan he he
4 notes · View notes
hellopersimmonpie · 2 years
Text
Kindness before knowledge
Knowledge before wisdom
Wisdom before Law.
Always put kindness before everything
....
Hari ini, gue rapat senat sambil membaca penjelasan tentang hukum yang simetris dan asimeteris di bukunya Nassem Nicholas Taleb. Dulu, gue berpikir bahwa setiap aturan tuh udah absolut. Mutlak. Tidak bisa diganggu. Ternyata nggak begitu juga.
Bahkan ketika kita belajar Quran pun, uraian tentang tafsir sebuah ayat juga sangat bergantung dengan perspektif mufassir.
Apa sebenarnya pondasi kita dalam membuat aturan?
Bagaimana kita memandang sebuah aturan itu sudah baik atau belum?
Aturan yang berlaku pada sebuah komunitas sangat menentukan kemana arah komunitas tersebut bertumbuh. Bagi saya, sebuah komunitas atau peradaban bisa kita sebut baik ketika ia bisa mengakomodasi kebutuhan sebanyak mungkin orang. Termasuk pihak yang paling lemah.
Gue sering denger asas equality before the law, fair, meritokrasi dst dst.....Di sepanjang zaman, asas-asas tersebut bisa berubah, hilang, perlu diperbarui, dan seterusnya. Masyarakat itu sangat dinamis.
Hanya sampai sekarang, prinsip yang gue pegang adalah....
Menjadi baik sebelum berilmu, berilmu sebelum menjadi bijaksana, bijaksana dulu sebelum merumuskan hukum :")
Kita perlu berlatih untuk memiliki hati yang baik sebelum berilmu. Ilmu dan kebijaksanaan meningkatkan kualitas kebaikan yang kita kerjakan. Sedangkan hukum ada untuk memastikan agar kebaikan tetap terpelihara.
Kebaikan tanpa ilmu dan kebijaksanaan hanya menghasilkan sikap naif dan lemah. Ilmu tanpa kebaikan dan kebijaksanaan bisa digunakan untuk menyakiti orang lain. Sementara kebaikan, ilmu, kebijaksanaan tanpa hukum yang baik hanyalah bangunan istana yang rapuh. Indah tapi tidak bisa melindungi penghuninya dari keburukan yang terorganisir.
89 notes · View notes
todaywasa-fairytale · 3 months
Text
Sesuai dari namanya "Today Was A Fairytale" aku ambil dari lagu Taylor Swift, udah bilang kok katanya gapapa ambil aja (sohib). The story of this song is that she went on a date and she was really in love with her special someone! She felt so special, and unbelievable that she tries to put her feelings in exagerations to explain more or less how she felt like kata google begitu sayang, aku juga baru tau lagu ini terus eh inget kamu cringg "seperti pujaan hati ku deh" everything reminds me of you hihiy.
Siapa sangka kita nih udah setengah semester memanb masih dikit tapi gapapa bro perjuangan ku dapetin kamu masih jauh lebih lama, Hitler pun belum lahir. AKU NGETIK INI UDAH LEBIH DARI JAM 1 SIH TAPI YAUDAH SIH??? Aku mau bersuara.
Aku jujur gak bisa romantis (maaf maaf maaf) aku sukanya langsung ciuman sampe kalo bisa bibir kita nempel terus (bercanda, ngilu banget anjir 😔) klasik banget ya kalo aku cuma bilang aku sayang kamu, aku harusnya bilang Konsonan langit yang akan menjadi sebuah takdir cinta kita menjadikan hamparan bahwa saksi ini detik ini secara sinaran ultrasfeng yang mulai diaungi oleh greenday akan menjadi cranberrys cinta kita menjadi NYATA aku sudah mempersembahkan terjun dari HELIKOPTER untuk kamu SAYANG,
(MAAF BANGET AKU GAK TAU GIMANA HAPUSNYA)
Oh iya tanggal 14 ya, fak Valentine aku mencintai mu SETIAP HARI.
Tumblr media
Happy mensiversary and happy Valentine's Day sayang ku, sebenernya masih ada dari ini sih aku buatin kamu ini
hehe dibuka ya, aku buatnya sampe mata ku juling n begadang. Sebenernya kalo uang ku cukup aku mau sambil diucapin Nicholas Saputra tapi aku cuma punya hati yang setia tulus padamu 😉
5 notes · View notes
afrianajeng · 4 months
Text
Masa depan lebih mudah jika tak dipikirkan (13/366)
Masa depan kadang menakutkan Penuh dengan ketidakpastian Lebih mudah jika tak dipikirkan
Mungkin sama seperti kebanyakan orang, mulai mendengarkan The Adams setelah nonton Janji Joni yang diperankan oleh Nicholas Saputra. Sedangkan "Timur" tak sengaja terputar disaat pikiran lagi ambyar. Eh kok liriknya mantap betul, begitu pikirku yang saat itu langsung memberikan tanda cinta pada spotify lalu memasukkan dalam playlist agar sering terputar. Pas banget keadaan lagi jelimet, ruwet, dan mumet karena tugas akhir gak kelar-kelar.
Tugasnya sih udah kelar tapi sampai sekarang aku masih sering mendengarkan lagu ini dengan atau tanpa sengaja. Mendengarkannya sambil membenarkan dalam hati "iya betul sih, lebih mudah memang jika tidak memikirkannya". Karena kalau dipikirin bisa pusing 14 keliling. Tanya dong, kok bukan 7 keliling? hahaha. Iya, kalau mikirin masa depan jadi berlipat ganda pusingnya.
Bagaimana tidak pusing? Akan muncul berbagai kekhawatiran kalau kita memikirkannya. Bisa gak ya sesukses Jackie chan ex-owner Alibaba? Jack Ma kali. Nah begitu donk, kalau kawannya lagi ngejoke dibenerin (padahal gak ngomong sama siapa-siapa). Atau mampukah kita sukses sebelum umur 30? punya saham dimana-mana? travelling ke berbagai negara? beli lamborghini minimal lima? bebas jajan Bittersweet by Najla? besok makan apa? Haaaaaaaaaaah pusyiiiiiiing lah pokoknya.
Meski sukses bukan hanya tentang harta. Tapi banyak harta selalu dipandang sebagai orang yang sukses dimata manusia di dunia. Kalau aku diberi permintaan tentang harta, aku mau minimal menyaingi kekayaan Nabi Sulaiman sampai sampai Hotman Paris iri melihatnya. Dan aku akan menamakan jalanan menuju rumahku Jl. Kaya Raya, “Orang kaya mah bebaas“. Ekekekek
Dan di hariku yang paling gelap Semoga aku akan mengingat Bahwa ini sementara Dan akan segera pergi dengan cepat
Demikian, semua ada waktunya. Hari yang gelap hanya sementara. Sudaaaah, ga usah dipikirin. Menghina Tuhan tak harus membakar kitab suci. Besok kau khawatir tak bisa makan, kau sudah menghina Tuhan.
Allahu A’lam Bisshawab.
4 notes · View notes
girlfictions · 1 year
Note
hari need to know your thoughts on the succession finale once you finish it 🙏
i’ve genuinely been in a state of shock since i finished the ep so i’m probably going to ramble terribly bc my brain will explode otherwise.... thoughts under the cut!!! and massive spoiler warning obviously 💪
OKAAYYY in no particular order:
greg getting whacked was beautiful i wish he'd been stomped into a pulp honestly sorry for not being able to separate the art from the artist but nicholas braun is a weasel and i hope he gets hit by a car
that being said tom and greg's interactions this ep were top tier i'm not a tomgreg enthusiast like That but i think every scene of theirs was hilarious as it was twisted
tom this whole episode... phenomenal. matthew is just a cut above in terms of acting he embodied tom's hunger and desperation and patheticisms so perfectly i really felt more and more unsettled by him every appearance
i do wish we had more stewy screentime but i also wish that for every single episode arian moayed is so freaking talented and charismatic and amazing and he ate up every second he was on screen
speaking of stewy. "you kiss guys on molly" <- BITCH.....? i actually don't know if i've mentioned this on tumblr but i'm a kenstewinator for life and frankly this was confirmation that they explored each other's bodies at college idgaf what anyone has to say about it
ohhhh my god the fucking "meal fit for a king" scene. i can't even find the words for it. seeing them all so happy and having so much fun with each other in that moment was just so heartbreaking bc i KNEW it wasn't going to last 😭 like my mum and i literally checked how much time was left in the episode after that scene and looked at each other like Wellll something terrible is going to happen isn't it.
kendall My beautiful baby boy kendall IM SORRY I WASNT YOUR MOTHERRRRRRRR . i could honestly write an essay about kendall in this episode alone i have never seen such a tragic crumbling of the self maybe ever. him sitting at logan's desk thinking he's finally won... his reaction to shiv betraying their deal... him attacking roman like i was seriously breathless my god that entire sequence was fucking crazy
and to be quite honest if i was kendall in that situation well i would have killed myself in that damn board room and changed the trajectory of all those old hags lives forever . like "i'm a cog built for one machine" And now he has nothing no father no siblings no wife no kids no company my fucking goddddddd 🤦‍♀️
i started chanting "please please please dont kill yourself" out loud in the final scene and i'm dead serious the kendall water motif HAUNTS ME and i was so freaking scared . but that final frame is honestly equally awful like kendall alone with colin in the background him basically becoming logan with none of the power this is seriously the worst possible ending for him.....
shiv doomed to repeat the pattern of being under a man's thumb is genuinely so deeply demented jesse armstrong sleep with one eye open. and i hate it so much because it makes so much SENSE like yeah she's lady macbeth she's caroline she's the wife she's the mother and she will never be anything else okay OKAYY.
like that scene w her and tom in the car where he waits for her to hold his hand was so fucking spine chilling also the ambiguity of us not knowing whether tom knows that shiv was the deciding vote in his favour is crazy <- i do think it makes sense that he would know but just shiv having that as a bargaining chip so they can sting each other over and over again like its all about the cycles i fear
roman being so resigned to it all by the end was sick like ok that comment about kendall's kids was evil but i still felt for him howeverr i do think out of the trio he will be objectively the most okay in the future... like he's free from it all in a way shiv obviously isn't and kendall literally can't be
honestly i'm struggling to articulate anything more i'm still so overwhelmed by how it came to a close.. never have i watched a show that left me so heartbroken and hollow but also absolutely satisfied narratively like succession is going down in the history books FR 😭
also they're def going to sweep the emmys and it will be so deserved i seriously think they need to invent a new rule to allow for a tie because i cannot imagine how they're going to decide between kieran and jeremy for best lead... <- i do lean a little towards jeremy bc i'm a biased kendall girl but kieran's performance esp in the first half of this season was just jawdropping so who knows
this got really long i'm so sorry but i feel like a crazed woman what a fucking show what a fucking ending i will never be the same after this SUCCESSION YOU WILL ALWAYS BE SO FAMOUS !!!!!!!!!!!!
11 notes · View notes
enbysiriusblack · 2 years
Text
Marlene grabbed Mary's hand and pulled her downstairs, "Come on! I need to drink and dance!"
The two ran downstairs; Marlene dressed as Columbia, and Mary dressed as McGonagall.
Lily was still getting ready in the dorms, finishing her makeup as a zombie princess leia, when someone knocked on the door.
"Come in!"
James entered the dorm, dressed as nearly headless nick, and jumped onto Marlene's bed.
He looked up at the Suzie Quatro poster that was placed just above the bed, "She's a bit obsessed with her."
Lily turned around, "I think she plays her so much, I've memorised every single song by now... you look nice."
James grinned and sat up, "Do you find Sir Nicholas attractive, Evans?"
She laughed and turned back around, "Only when you dress up as him."
"Your makeup looks amazing compared to Remus', he barely looks like a zombie."
Lily huffed and shook her head, "I told him to come here so we could help him out, but he refused saying he could do it himself."
James shook his head with a grin, starting to come over, "He certainly can't."
"Have you seen Mary yet? You'll love her costume so mu-"
Lily's words were cut off as James reached over to kiss her.
The door opened again and Peter groaned in the doorway.
"They're in here!", He shouted before walking further into the room and sitting on Mary's bed.
Sirius' head peered around the doorframe and he grinned as he looked inside, "Evans! Who do you think makes a hotter Sir Nick, Peter or James? Don't let the fact you're dating James persuade you to lie. Because you know the true hotter Sir Nick."
Sirius blatantly pointed at Peter and mouthed to Lily 'it's Pete."
Lily looked at both Peter and James befofe squinting her eyes and declaring, "no comment."
"Booo!" Sirius shouted.
At that, Mary and Remus walked in.
Mary collapsed onto her bed next to Peter, "Marlene's gushing over Dorcas' Magenta costume... she's going to be a while."
"Mary. Mary. Is that what I think it is?" James asked, excitedly.
She grinned and got up to spin, "It is indeed."
Sirius and James both ran over to her.
"Can you give people detentions? Give James a detention!"
"No, give them one! For being a massive prat!"
"Thought that was meant to be you!"
Remus sat down next to Lily, "How? How the fuck did you make yourself look like that?"
Remus was dressed at Luke Skywalker but with a grey painted face and badly painted red circles under his eyes.
Lily laughed, "Talent, which you do not possess, young Skywalker."
"Fuck off!"
She laughed harder and laid her head on Remus' shoulder. Looking at Remus and herself in the mirror, with her friends fighting and messing around in the background.
"I fucking love Halloween."
Remus snorted, "I know, Lils."
Lily planned to send photos of Hari, dressed up in his little pumpkin onesie, to all her still alive friends and mentors. He looked adorable.
Lily planned to watch whatever horror film was on tv as soon as Hari fell asleep, curled up with an absolutely terrified James that still thought everything on tv was real.
Lily planned to store the remains of their pumpkin in a tupperware tub for James to make food with the next morning.
Lily planned to send a pile of sweets with her next letters to everyone. Homemade. They were already made and in little bags, ready to be given out.
Lily planned. For things that never came. And her joy for Halloween was clouded by death.
19 notes · View notes
kwebtv · 7 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
The Jewel in the Crown - ITV - January 9, 1984 - April 3, 1984
Period Drama (14 episodes)
Running Time: 60 minutes
Stars:
Peggy Ashcroft as Barbara Batchelor
Janet Henfrey as Edwina Crane
Derrick Branche as Ahmed Kasim
Charles Dance as Sgt Guy Perron
Geraldine James as Sarah Layton
Rachel Kempson as Lady Manners
Art Malik as Hari Kumar
Wendy Morgan as Susan Layton
Judy Parfitt as Mildred Layton
Tim Pigott-Smith as Supt./Capt/Maj/Lt Col Ronald Merrick
Eric Porter as Count Dmitri Bronowsky
Susan Wooldridge as Daphne Manners
Ralph Arliss as Capt. Samuels
Geoffrey Beevers as Capt Kevin Coley
James Bree as Maj/Lt Col Arthur Grace
Jeremy Child as Robin White
Warren Clarke as Cpl "Sophie" Dixon
Rowena Cooper as Connie White
Anna Cropper as Nicky Paynton
Fabia Drake as Mabel Layton
Nicholas Farrell as Edward "Teddie" Bingham
Matyelok Gibbs as Sister Ludmila Smith
Carol Gillies as Clarissa Peplow
Rennee Goddard as Dr Anna Klaus
Jonathan Haley and Nicholas Haley as Edward Bingham Jr
Saeed Jaffrey as Ahmed Ali Gaffur Kasim Bahadur, the Nawab of Mirat
Karan Kapoor as Colin Lindsey
Rashid Karapiet as Judge Menen
Kamini Kaushal as Shalini Sengupta
Rosemary Leach as Fenella "Fenny" Grace
David Leland as Capt Leonard Purvis
Nicholas Le Prevost as Capt Nigel Rowan
Marne Maitland as Pandit Baba
Jamila Massey as Maharanee Aimee
Zia Mohyeddin as Mohammad Ali Kasim
Salmaan Peerzada as Sayed Kasim
Om Puri as Mr de Souza
Stephen Riddle as Capt Dicky Beauvais
Norman Rutherford as Edgar Maybrick
Dev Sagoo as S.V. Vidyasagar
Zohra Sehgal as Lady Lili Chatterjee
Frederick Treves as Lt Col John Layton
Stuart Wilson as Capt James Clark
Leslie Grantham as Signals Sergeant
2 notes · View notes
luckydiorxoxo · 17 days
Text
Tumblr media
CONFIRMED GUESTS AT THE #MetGala SO FAR:
Alex Cosani*
Alexander Skaarsgard*
Amanda Gorman
Anitta*
Anok Yai
Ariana Grande
Asap Rocky
Ayo Edebiri
Bad Bunny
Bruna Marquezine
Camila Mendes
Chloe Sevigny
Damson Idris*
Demi Lovato*
Doja Cat
Donald Glover
Dua Lipa
Elle Fanning
Elsa Pataky
Emma Mackey*
Emily Ratajowski
Gabrielle Union
Gigi Hadid
Gisele Bundchen
Gracie Abrams
Greta Lee
Gwendoline Christie
Hari Nef
Irina Shayk
Ivy Getty
Jack Harlow
Jaden Smith
JENNIE*
Jennifer Lawrence
Jessica Biel
Jessica Chastain
Jill Kortleve
Jodie Turner Smith
Jon Batiste
Josh o Conner
Kaia Gerber
Karlie Kloss
Kendall Jenner*
Kylie Minogue*
Lana Del Rey
Lea Michelle
Lupita Nyongo
Nicola Peltz
Nicole Kidman*
Nicholas Galitzine
Olivia Rodrigo*
Omar Apollo*
Paloma Elsesser
Penelope Cruz
Phoebe Dynevor*
Phoebe Tonkin*
Rachel Zegler
Rachel Zennot*
Rihanna
Riley Keough*
Rita Ora
Rosalia
Sabrina Carpenter
Sarah Jessica Parker
Sebastian Stan*
Selena Gomez*
Sienna Miller
Sydney Sweeney
Talia Ryder*
Taraji P Henson
Taylor Russell
Tyla*
Zendaya
26 notes · View notes
reveriescope · 11 months
Text
nicholas wasn't there
Tumblr media
read the previous part here.
Kim Mingyu as Nicholas Wangsa. Jung Chaeyeon as Arabella Alamsyah.
Special Apperance: Cha Hakyeon as Julius Wangsa. Choi Seungcheol as Nayaka Clinton Zhao, Joshua Hong as Agah Martana Kaunang, Xu Minghao as Paris Prabangkara, Chae Hyungwon as Xavier Wangsa.
Special Mention: Bae Yubin as Pingkan Radita Kaunang, Ju Jingyi as Natyara Cordelia Zhao.
---
Hari yang paling ingin dihindari Arabella tiba. Meski berat baginya bangun dari rebah pagi ini, segalanya harus dilewati tanpa cela barang sedikit pun.
"Ingat, kasih kesan baik ke mereka," kata Jadug Alamsyah sebelum meninggalkan ruang rias.
Sambil menarik napas, perempuan itu menyaksikan ayahnya berbalik kemudian menghilang dari pantulan cermin. Setelah mengulas senyum sejenak pada penata rambutnya, Ara menatap pantulan dirinya. 
Arabella tumbuh dengan frasa "harus sempurna" terpatri di kepala. Seumur hidup Ara disetir oleh kesempurnaan, baik untuk dirinya maupun keluarga. Sehingga hanya kalimat pujian dan kebanggaan yang ditujukan pada Ara. 
Sepanjang hidupnya, Ara memahami bahwa pernikahannya akan berdasarkan perjanjian yang sama-sama menguntungkan. Mengingat apa yang akan diwarisi namanya kelak, perempuan itu telah berhati-hati untuk tidak terjebak hubungan tanpa arah. Setelah sebuah kesalahan, Ara memutuskan diam setidaknya sampai saat Jadug menyebutkan nama calon suaminya.
Perjodohan di kalangan atas bukanlah hal aneh. Keluarga Wangsa mengincar putri Alamsyah satu-satunya pastinya bukan tanpa alasan. Ada perjanjian di belakang punggung Arabella yang hanya diketahui setan dan dua kepala keluarga terkait. Perempuan itu hanya diberi tahu bahwa perjodohannya telah diatur dengan Julius Wangsa dan mereka diminta saling mengenal. Apapun itu, Ara memastikan bahwa yang ditawarkan keluarga calon suaminya tidak main-main. 
Dengan kepala penuh asumsi, Ara memilih mengambil ponselnya kemudian melakukan pencarian untuk “Keluarga Wangsa WE Group”. Hasilnya? Tidak banyak terlihat. Hanya putra kedua mereka, Xavier Wangsa yang kerap muncul di artikel-artikel dunia maya. 
Siapapun dari keluarga konglomerat tahu bahwa Xavier berhubungan dekat dengan violinist sekaligus sosialita Natyara Oetomo. Mereka berdua dijodohkan sejak lahir dan pertunangan mereka akan digelar dalam waktu dekat. Keluarga Alamsyah mendapat undangan dari Keluarga Wangsa. 
Menurut yang Arabella dengar, Julius memutuskan tertarik pada perjodohan dan mulai mencari perempuan yang cocok karena pertunangan adiknya. Kabar burung menyebutkan bahwa Julius tidak ingin Xavier menghasilkan penerus lebih dulu. Membayangkan pria asing itu menginginkan seorang anak laki-laki darinya membuat Ara bergidik. 
“Kak, boleh minta yang minimalis aja?” pinta Ara pada penata rias. 
“Non Ara bisa telepati ya?” penata rias yang dikenalnya dengan nama Mbak Jamila itu tertawa. “Muka Non Ara memang nggak perlu lebih banyak permak. Dijamin calonnya nanti kelepek-kelepek.”
Mendengar jawaban semacam itu, Arabella tersenyum kikuk. Saat melihat pantulan dirinya di cermin, sanggul sederhananya tampak begitu cantik dan mempertegas garis lehernya. Arabella ingat, Nicholas bilang dia punya leher indah. 
“Nicholas…,” batin Arabella. “Apa dia akan datang juga malam ini?” 
---
“Pertemuan resminya malam ini.” Suara Clinton seketika terdengar begitu Nicholas memasuki lounge sambil menenteng map berisi laporan. 
“Apa?” Nicholas menyerahkan map di tangannya kepada Clinton sebelum duduk di sofa terdekat. 
“Mawar hitam lo segera dipetik, malam ini mau ketemu pembelinya,” gumam Clinton seraya membuka laporan dari Nicholas. 
“Oh…, calon kakak ipar gue,” kekeh Nicholas. 
“Bawa ke rapat kita lusa.” Clinton meletakkan map terbuka di atas meja sebelum mengentuk kertas laporannya dengan telunjuk, “Semuanya harus tau. Perbanyak.”
Titah Clinton membuat Mega, satu-satunya asisten Tritunggal Arctics bergerak. Perempuan muda itu mengabdi pada Agah, namun jasanya kerap diperlukan yang lain pula.
“Ada pesen dari adik gue,” yang satu ini Agah berbicara. “Arabella memang harus diamankan dari si sulung Wangsa, dia setuju.” 
Sebelum melanjutkan ucapannya, Agah menatap Clinton sebelum melanjutkan, “Tapi tolong jangan bikin dia terluka. Selain gue, Pingkan cuma punya dia. Dan adik kecil gue itu bisa melakukan segalanya demi Arabella.”
Nicholas menanggapi ucapan Agah Kaunang dengan tawa lirih. “Seperti gue yang akan melakukan apapun demi Clinton,” ujarnya. 
---
Acap kali mendengar nama keluarga Wangsa, Nicholas selalu menahan diri untuk tidak memutar bola mata. Sebagai anak yang lahir di luar pernikahan, ia sudah kenyang dengan perlakuan tidak adil hingga cenderung semena-mena. 
Berbeda dengan Julius dan Xavier, Nicholas lahir dari rahim seorang sekretaris pribadi. Hanya karena jenis kelaminnya laki-laki, Benedict mengambilnya dan membesarkan Nicholas bersama kedua kakak tirinya, Namun semua orang tahu, anak simpanan tidak akan sepenuhnya diterima. 
Sama halnya keluarga konglomerat lain, Wangsa cenderung menjaga lingkar pergaulan terdalamnya tetap kecil. Anak-anak mereka hanya diizinkan bergaul dengan sesamanya. Mereka bahkan mengenyam pendidikan di kelompok belajar yang diciptakan Wangsa turun temurun. 
Anak-anak Zhao, Natyara dan Clinton mulai dikirim ke kediaman Wangsa sejak mereka masih begitu kecil. Saat Nicholas datang, kakak beradik Zhao sudah ada di sana. Yang lebih tua tampak mudah membaur dengan anak-anak lainnya, bisa dibilang Natyara adalah favorit dari kedua bocah lelaki Wang. Sedangkan Clinton menjaga jarak. 
Di mata Nicholas kecil, Clinton adalah sosok kakak sesungguhnya. Meski tidak pernah mengatakannya, Clinton jelas kentara tidak menyukai bocah tertua Wangsa. Bagi orang di luar konflik samar mereka, Nicholas menyadari Julius menemukan sosok pesaing dari diri Clinton yang lima tahun lebih muda daripada dirinya. 
Sama-sama terasing, Nicholas menjadi dekat begitu saja dengan Clinton. Mereka mulai membangun ikatan ketika Clinton menghalangi pukulan bat baseball Julius padanya hingga dahinya bocor. Meski selisih paham dan baku hantam sering kali terjadi, tampaknya Julius menganggap sikap Clinton membangkang. Namun, siapa yang akan tetap bersikap baik terhadap otak di balik pemerkosaan terhadap kakak perempuannya? 
Benar, Nicholas ada di sana ketika para lelaki dewasa itu menjadikan Natyara budak nafsu bejat mereka. Nicholas menyaksikan Clinton dengan putus asa menggedor pintu di mana kakak perempuannya dipermalukan. Bukan iba, Nicholas sama marahnya dengan Clinton kala itu. 
Salah satu alasan Nicholas masih belum ditendang ayahnya karena Natyara juga menyukainya. Selama Yara memperlakukan Nicho dengan baik dan menaruh minat padanya, baik Julius maupun Xavier tidak akan menyentuhnya. Jika ditanya siapa cinta pertama Nicholas, jawabannya adalah Natyara Cordelia Zhao. 
Itulah mengapa Clinton menitahkan Nicholas, bahwa harus dirinya yang mengacaukan perjodohan Julius dan Arabella.
Salah satunya karena… “Nick, Rosa Nera mirip Cece gue, ya?”
Tatkala mendengar ucapan Clinton, Nicholas hampir saja tersedak. Suatu malam di akhir minggu setelah Nicholas pulang dari Paris, mereka membicarakan kemungkinan Arabella bisa direnggut dari cengkeraman Julius. 
“Powerful woman, indeed,” jawab Nicholas enggan. 
“Gue nggak semata-mata nugasin elo karena balas dendam. Kayaknya lo bisa have fun sama yang satu ini sekalian kurangin beban lo dari urusan Arctics. We are bigger now.”
Senyum samar menghiasi wajah Nicholas. Hanya sedikit yang paham mengapa Nicholas setia kepada Clinton, salah satunya karena perhatian seperti barusan. 
“Ya. kita memang makin besar,” gumam Nicholas. “Apalagi Kalantara, he formed his own soldiers.” 
“You’re remarkable, Nicholas. Nggak akan ada yang ragu meskipun lo nambah kaki tangan baru. Paris bisa, lebih dari mampu. Tapi rencana kita panjang, lo semua harus ada di sana saat kita berhasil. Just recruit more people and train them. Lebih banyak yang seperti Megatruh, lebih baik.” 
Clinton berbicara panjang lebar sementara lawannya mendengarkan dengan seksama. 
“Ton, setelah ketemu Arabella in person, gue udah memutuskan lanjut tanpa harus lo yakinin ulang. Cuma, gue akan melakukannya pakai cara gue sendiri.”
---
Meski penyandang nama Alamsyah hanya tinggal dirinya dan sang ayah, kediaman mereka jauh dari kata sepi. Tanpa acara khusus seperti ini saja, si kepala keluarga gemar mengundang koleganya untuk makan malam atau sekadar kumpul-kumpul jika sedang senggang. Malam seperti ini hanyalah salah satunya, walau punya maksud berbeda.
Hubungan antara orangtua dan anak sudah lama sekali renggang. Arabella bahkan lupa kapan terakhir kali bertukar obrolan dari hati ke hati dengan ibunya. Ara sendiri disibukkan dengan kegiatan peagant begitu juga dengan urusan agensi milik keluarganya.Yang kedua sering kali dibuat samar dengan “mengurus pusat pendidikan keluarga”.  
Maka perempuan itu bungkam sementara tinggal menunggu waktu saja dipamerkan di hadapan pria yang ingin mempersuntingnya. Saat memasuki ruang makan kediaman Alamsyah, Arabella senantiasa memamerkan senyuman. Lengkung bibirnya tak jua hilang kala anggota keluarga Wangsa satu per satu diperkenalkan padanya. 
Benedict Wangsa, Harlina Wangsa, Xavier Wangsa, kemudian...
"Arabella, ini Julius. Julius, Arabella." 
Keduanya berjabat tangan sambil bertukar senyum ramah di depan orangtua mereka. 
“Julius.”
“Arabella.” 
Berikutnya, Arabella membalas tatapan langsung Julius dengan ekspresi bersahaja. Detik-detik itu mereka gunakan untuk saling mengamati fitur dan garis wajah satu sama lain. Lebih tepatnya menggali maksud tersembunyi di balik senyuman mereka. Agaknya, keduanya menyadari intensi satu sama lain. 
Arabella bukan tidak menyadari Julius mengubah persepsinya terhadap si gadis kecil Alamsyah. Dari pegangan tangannya, sorot mata, dan garis senyuman Julius kini menunjukkan sedikit kewaspadaan dari semula yang memancarkan kelembutan. 
Sedangkan di mata Julius, Arabella memperlihatkan aura tanpa gentar. Si sulung Wangsa itu tidak melihat sedikit saja tanda terintimidasi. Perempuan ini cukup percaya diri, sosok bunga tangguh yang lama tidak akan merangkak padanya. 
Setelah suasana di sekitar terasa hening dan sorot mata semua orang mengamati mereka, Julius menarik tangan Arabella mendekat ke wajah. Sejurus kemudian, Julius mengecup punggung tangan Arabella.
“Nah, makasih. Akhirnya kita nggak harus kelaparan malam ini,” suara Xavier mendadak memecah keheningan yang kemudian disambut tawa seluruh anggota keluarga. 
---
Alamsyah menyambut Wangsa dengan jamuan Rijsttafel, sebagaimana tradisi gastronomi mereka selama ini. Sementara seluruh anggota keluarga duduk, pelayan silih berganti berjaga di dalam ruang yang sama dan menjalankan tugas. 
Sepanjang makan malam, Arabella menyisir wajah satu per satu keluarga Wangsa. Hanya ada empat orang. Arabella tidak salah dengar, ‘kan? Nama pria yang dijumpainya di Paris adalah Nicholas Wangsa. Namun malam ini, wajah yang dikenalnya tidak ada di sana.  
“Anak saya ini dulu pada nggak mau dijodohkan. Kaget dong saya, habis Xavier bilang mau menikah sama Natyara, nggak lama si sulung minta dicarikan jodoh.”
Benedict bercerita tentang perjodohan yang kini kebanyakan ditentang anak muda, termasuk Julius.Disebutkan juga mereka kesulitan menentukan kandidat yang dikehendaki Julius sebelum mengambil langkah selanjutnya. 
Obrolan dua keluarga bergulir begitu saja. Meski tidak seceria Xavier, Julius juga banyak bicara. Belum banyak hal pribadi yang dipertukarkan. Percakapan di tengah Rijsttafel tidak perlu melibatkan hal yang terlampau pribadi. Alih-alih, mereka membicarakan tentang bisnis keluarga.
“Papaku kebiasaan.” Julius yang duduk di depan Arabella mengatakannya dengan gerak mulut. 
Perempuan itu mengangkat kedua bahunya sebelum lanjut bersantap. Saat ini pikiran Arabella terbagi, bertanya-tanya di mana salah satu keluarga Wangsa lainnya dan mengenai kesannya terhadap Julius begitu juga dengan keluarganya. 
Seseorang yang mengincar Arabella Alamsyah lewat jalur keluarga seperti ini sudah pasti memahami seluk beluk sisi dunia yang tidak banyak dibicarakan. Jika dilihat dari luarnya, Alamsyah bukan hanya bergelut pada perkembangan teknologi, melainkan juga upaya mereka memeratakan pendidikan. Keluarga ini memiliki jaringan lembaga pendidikan swasta yang tersebar di pulau-pulau besar di Indonesia. 
Selebihnya, di balik itu semua ada Salvatore, sebuah badan sekaligus pelatihan intelijen swasta berbasis Singapura dengan Asia Tenggara sebagai cakupannya. Melatih ribuan agen bekerja di bawahnya, banyak di antara alumni Salvatore telah menyusup ke pemerintah. Agensi, seperti yang dibahasakan keluarga Alamsyah, menerapkan sexpionage untuk pertukaran informasi. Klien mereka beragam, mulai dari pejabat, konglomerat hingga organisasi kriminal. 
Karena yang satu ini tidak boleh lepas dari genggaman garis keturunan Alamsyah, Arabella dibentuk untuk meneruskannya. Karena hak istimewanya, Arabella tidak harus berkelana menebar jebakan madu seperti para agennya. Sambil menerapkan ilmu yang dipelajari, ia hanya perlu mengangkat citra keluarga sambil melakukan hal-hal yang disukainya.
Arabella menduga jika seorang pria sudah diterima ayahnya sampai ke jamuan makan malam pribadi seperti ini, Julius tahu banyak tentangnya. Hal itu bukan tidak mungkin, Nicholas saja bisa menemukan dan menjebaknya di belahan bumi lain. Padahal sepanjang waktu ia selalu berusaha menghindari orang-orang kiriman entah siapa. 
“Arabella, habis makan malam temani Julius jalan-jalan, ya?” Jadug mengusulkan di depan semua orang, mustahil untuk ditolak. 
Sambil mengangguk dan mengulas senyum, Arabella setuju, “Boleh. Ara juga mau tunjukin sesuatu ke Julius.”
Perempuan itu mampu menangkap kilat antusias di mata Julius. “Jadi nggak sabar,” pria itu berkata. 
“Hmm, kamu suka labirin?” 
---
Pertanyaan Arabella rupanya bukanlah basa-basi semata. Kediaman Alamsyah punya taman labirin dengan kolam dangkal dan gazebo di atasnya pada bagian tengah. Salah satu tempat favorit Arabella, meskipun ia lebih menyukai kamarnya atau bengkel seni pribadinya si salah satu paviliun.
Tempat yang punya arti personal ini akhirnya Arabella bagi bersama sosok tak terpikirkan sebelumnya. Saat mendengar Julius menyukai teka-teki termasuk labirin, maka rencana Arabella berakhir sempurna. Perempuan itu hanya ingin menghindari tatapan mata ingin tahu ketika berinteraksi dengan Julius. Baginya, seorang pria akan terlihat aslinya jika ada berdua saja. 
Khusus malam ini, taman labirin diterangi lentera-lentera pada sudut tertentu sehingga memungkinkan mereka untuk tetap menemukan jalan dalam gelap malam. Peraturannya sederhana, siapa yang tiba lebih dulu maka akan mendapat hadiah dari lawannya. Karena Arabella tuan rumah, ia mulai lima menit lebih lambat. Lagipula ada banyak cara untuk tiba di tengah taman, namun jalur utama berupa satu garis lurus sudah ditutup oleh pengurus rumah. 
Baik Julius maupun Arabella akhirnya tiba nyaris bersamaan. Sehingga diputuskan kali berikutnya bertemu, mereka akan bertukar hadiah. 
“Seru juga ya, jadi pengin punya satu di rumah,” komentar Julius ketika mereka tiba di gazebo. 
Mereka duduk berhadapan, tempat ini rupanya sudah dipersiapkan lengkap dengan sampanye, jus, air hingga camilan. Semua orang di rumah ini agaknya paham menemukan jalan keluar labirin cukup menguras tenaga. 
Julius menuang air ke dalam gelas bersih di hadapan Arabella. Perempuan itu tengah mengatur napas sambil mengamati sikap Julius.
“Ya, aku cukup sering main-main di sini. Makasih.” Arabella mengambil gelas yang bagian luarnya sudah berembun. 
“Are you okay to bring me here? Siapa tahu tempat ini terlalu pribadi.”
“Private, indeed. Cuma aku mulai merinding, semua orang mau tau apa yang kita obrolin.”
Mendengar jawaban Arabella, Julius terkekeh. “Oke, kalau gitu aku kasih kesempatan tanya dua kali,” ujarnya.
Arabella mengangkat sebelah alis sebelum balas tertawa, “Irit banget?”
“Disimpen buat ketemu lain kali. Karena, Arabella, kita bakal sering ketemu.”
Ucapan Julius lantas membuat bulu kuduk Arabella meremang. Jika didengar sekilas, kata-kata lawan bicaranya memang tidak terdengar berbahaya. Namun perempuan itu menangkap sedikit getar ancaman dari intonasi Julius. Sengaja ia loloskan tawa untuk mencairkan perasaannya sendiri; mau bagaimana pun ia tidak boleh membiarkan dirinya dengan mudah terbaca.
“Oke, silakan Julius tanya duluan. Sebagai tamu.” Arabella masih mencoba membangun obrolan mereka. 
Berikutnya, pertanyaan Julius benar-benar jauh di luar perkiraan. Lelaki itu menanyakan, “Taruhan, tempat ini bukan sudut rumah paling favorit kamu?”
Sementara tangannya mengambil gelas sampanye dari meja yang sudah terisi, Arabella tersenyum tipis. “Katamu, kita masih banyak waktu buat ketemu. Pelan-pelan, kalau kita beruntung ada ruang-ruang lain yang menunggu.”
“Gadis pintar,” ujar Julius sebelum menyodorkan gelas sampanyenya ke arah Arabella. 
“Makasih,” sahut Arabella disusul dengan denting kaca yang beradu. “Giliranku. Kamu bisa aja nggak menjanjikan pertemuan lain, jadi apa aku sesuai bayanganmu saat kamu minta semua ini diatur?”
Julius menyesap minumannya dengan tatapan terpaku pada Arabella. “Bayanganku…” sengaja ia memberi jeda sambil mengernyit. 
“Biar kita baru dikenalkan, lingkungan ini sempit. Aku selalu bisa dengar, banyak yang bilang Arabella Alamsyah trophy wife material. Bukan berarti kamu nggak pernah berpikir begitu.”
Atas ucapan Arabella, Julius seketika menyadari bahwa perempuan di hadapannya ini tidak akan memakan umpan berupa rayuan. Permainan pikiran dengannya akan jadi sempurna, pikir si sulung Wangsa. 
“Waktu aku minta papa atur pertunangan kita, aku memang butuh istri pajangan. Kurasa seenggaknya penerus Salvatore bukan orang tanpa otak. Sekarang bisa dipahami, reputasimu berbanding lurus dengan nilai dirimu,” terang Julius tenang.
Saat menyimak ucapan Julius, Arabella mengulum bibirnya sambil mengangguk. Pertanda lelaki di hadapannya ini murni tertarik padanya. Hanya sekejap Julius memahami Arabella dan preferensinya saat berkomunikasi.
“Besides, ada satu rumor lagi tentang kamu yang harus kucari kebenarannya sendiri.”
Mendengar “rumor”, Arabella sontak terbelalak sebelum menanggapinya dengan tawa. “Kurasa aku bisa tebak,” gumamnya. 
“Kita lihat nanti.” Julius mengerling usai menjawab. 
“Satu pertanyaan lagi, Julius,” Arabella mengingatkan. 
“Seberapa dekat kamu dengan Pingkan Radita Kaunang?”
Begitu nama sahabatnya disebut, Arabella hening sejenak. “Kami panggil satu sama lain ‘istriku’, kami gede bareng kayak kamu dan teman-temanmu. Hanya saja, kami cuma berdua dan kadang ada kakaknya Pingkan.”
Sejujurnya, Arabella penasaran mengapa Julius menyeret nama Pingkan dalam percakapan mereka. Namun tanda tanya yang muncul dibiarkan mengendap di kepala tanpa dilisankan. 
“Menarik,” ujar Julius. 
Saat tiba di pertanyaan terakhir, Arabella rupanya mampu membuat suasana hangat di sekitar mereka menguap. 
“Di antara Wangsa, siapa itu Nicholas?” 
Satu saja pertanyaan, Arabella berani sumpah jika senyuman Julius memudar seketika perempuan itu menutup mulut. 
Julius mencondongkan tubuhnya ke depan, menghujam Arabella dengan tatapan tajam. “Jadi, adik kecilku itu memperlakukanmu dengan baik, ‘kan, Arabella?” 
Perempuan itu membuang napas pendek lalu memamerkan senyum kemenangan. “Gotcha! Keluar juga aslinya,” batinnya. 
“Dia ramah.” Arabella mengangguk, sebelum kemudian menuang sampanye ke dalam gelas Julius. 
Entah apa yang ada di kepala Julius, hingga tangannya meraih pipi Arabella hingga tubuhnya terlalu condong ke depan. Lelaki itu mendekatkan wajah mereka, hingga tinggal beberapa senti saja. 
“Aku janji, pertemuan kita setelah ini, dia akan ada di sana,” ikrar Julius.
( to be continued )
3 notes · View notes
msstrsr · 1 year
Text
Tumblr media
Bab 3: Dasa Darma & Jatuh Suka
Rafflesia Arunika akrab disapa Chia atau Runi—panggilan dari rekan kerja di kantor—mendapat pertanyaan "kapan?" yang semakin akrab di telinga saat usia dua puluh sekian. Chia selalu menanggapinya dengan santai, pertanyaan itu tidak.mengganggunya. Kalau ditanya soal pasangan dia hanya akan senyum-senyum. Ia punya daftar kriteria tersendiri untuk pasangannya. 
"Sesuai Dasa Darma Pramuka," celetuk Chia suatu hari ketika salah satu bibinya bertanya. "Paket komplit loh. Coba googling Dasa Darma Pramuka apa aja," jelasnya begitu bibinya mengerutkan dahi. 
Dasa Darma Pramuka memang lekat di ingatan Chia. Bukan karena dia anak pramuka sejati. Hanya saja dia pernah mendapat tugas sebagai pembaca Dasa Darma saat upacara pelantikan anggota Pramuka. 
Awalnya saat ditanya soal kriteria pasangan dia bingung. Namun, seketika benang-benang memori di otaknya bekerja, menemukan ingatan Dasa Darma Pramuka. Ia mengingat satu persatu poin dalam Dasa Darma. Wajahnya berseri. Ia telah menemukan jawaban yang tepat.
Mungkin tidak banyak orang awan yang tahu Dasa Darma Pramuka kecuali anak Pramuka yang masih aktif berkegiatan. Biasanya untuk mempermudah dibuat singkatan TACIPAPARERUHADIBESU. Hal ini terbukti membuat Chia lebih cepat hafal.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Begitulah pertemuan Chia dengan Satya. Chia yang santai menghadapi persoalan jodoh bertemu Satya tanpa persiapan. Mereka bertemu di acara pernikahan sahabat Chia. Saat itu mereka sama-sama menjadi pendamping kedua mempelai. Berawal dari obrolan ringan yang ternyata sefrekuensi. Hubungan mereka berlanjut dengan banyak pertemuan dan percakapan.
Arkandra Satya Wicaksana, sosok pemuda berpostur tegap dengan tinggi 175 cm. Lebih tinggi sepuluh sentimeter dari Chia. Wajahnya tidak setampan Nicholas Saputra, tetapi sekali lirik ingat selamanya. Saat Satya tersenyum, hati Chia terpikat. Senyumnya sungguh menawan hati. Terbayang di kepala meski orangnya sudah tidak di depan mata.
Satya tipikal laki-laki yang memberikan kedua telinga untuk mendengarkan lawan bicaranya dengan sepenuh hati. Tidak melakukan interupsi di tengah cerita. Chia menyukai sikap Satya ini. Chia merasa didengarkan saat bercerita. Bagi Satya sendiri menjadi pendengar yang baik telah menjadi kesehariannya. Lantaran ia memiliki mama dan adik perempuan yang juga banyak bicara. Tak hanya itu saja Satya tergolong sigap dalam membaca situasi. Tak banyak bicara, tapi banyak aksi nyata.
Aspek Dasa Darma poin pertama hingga terakhir telah ada dalam diri Satya. Semakin mengenalnya, semakin Chia yakin Satya ditakdirkan untuknya. Keyakinan itu didapatnya saat tiga bulan kedekatan bersama Satya.
Ada banyak persamaan antara Chia dan Satya. Menonton film, membaca buku, selera musik, dan olahraga yang digemari membuat Chia makin jatuh suka terhadap Satya. Deretan film dan buku yang disukai menambah referensi bagi Chia maupun Satya. Selera musik yang tidak jauh berbeda membuat mereka sering menyempatkan diri datang ke konser musik bersams. Pernah suatu hari datang ke konser musik Tulus, mereka sepayung berdua karena tiba-tiba saat lagu "Hujan di Bulan Juni" air langit turun. Soal olahraga dengan rutinitas Chia di luar kantor sebagai pelatih badminton di salah satu klub dan Satya yang rutin bermain badminton membuat keduanya semakin menemukan titik temu.
Toko buku, bioskop, tempat konser, dan gelanggang olahraga menjadi tempat yang rutin dikunjungi bersama. Salah satu diantaranya menjadi tempat yang berkesan bagi Chia. Di lapangan badminton, selesai bertanding satu lawan satu, Satya menyatakan keseriusannya dengan kotak cincin di tangan kirinya. Sorak sorai orang-orang yang masih tinggal di tepi lapangan maupun yang sedang bermain di lapangan sebelah seperti paduan suara mendukung momen romantis. Cincin unik berlambang raket—dibuat khusus—tersemat di jari manis kiri Chia tepat satu tahun bersama Satya.
***
Chia terbangun dari tidurnya. Ia melirik jam tangan, pukul 12.30 pantas saja ia merasa gerah. Sudah dua jam dia merebahkan diri di kasur dan terlelap. Suara ketukan pintu membuatnya tersadar dari mimpi. Ia menatap cermin di dinding. Matanya yang bengkak sudah sedikit lebih normal. Memastikan dirinya tidak seperti orang bangun tidur, Chia bergegas menuju pintu depan. 
Tak ada orang. Hanya ada rantang makanan di meja teras rumah. Terselip secarik kertas yang sengaja ditinggalkan. Dibacanya sekilas. Kiriman makanan dari Iko rupanya. Chia lekas membawanya ke dalam.
Selepas salat zuhur dan makan siang, Chia duduk termenung memandangi potret dirinya dan Satya yang saling lempar senyum dengan mata berbinar. Foto selanjutnya Chia tampak menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya. Keduanya adalah foto yang diambil saat Satya melamar Chia. 
Tak ada alasan yang membuat Chia ragu untuk melangkah dalam ikatan pernikahan dengan Satya. Sedari awal Satya telah memenuhi kriteria Dasa Darma ditambah pula dia telah memiliki pekerjaan tetap. Perbedaan di antara banyak persamaan tak menjadi soal. Chia begitu yakin mereka bisa saling bertaut dan bertumbuh selamanya. Semua berjalan dengan baik satu setengah tahun ini, hingga surat di hari akad meruntuhkan segalanya. 
Chia masih dibuat bingung untuk mencerna keputusan Satya yang begitu mendadak. Bukan seperti Satya yang ia kenal selama ini. Satya tidak akan lari dari tanggung jawab. Apalagi soal keputusan dengan sadar telah ia ambil sendiri. 
Ataukah memang selama ini Chia tidak memahami Satya? Pikiran itu mengusiknya. Kenyataan Satya telah resign dan ia tidak tahu membuat keraguan itu semakin bergaung. Chia merasa gagal menyelami diri Satya. 
"Nomor yang Anda tuju sedang tidak menerima panggilan," suara operator kembali menyahut. Chia menghela nafas. Percobaan kesekian puluh kali yang masih sama.
6 notes · View notes
budisnts · 2 years
Text
Hidup Kita Adalah Kumpulan Dari Berbagai Macam Film
Sebuah Film menentukan para penikmatnya untuk menyaksikan dan memahami perasaan tokoh utamanya, kekecewaan, kebahagian, dan membawa rasa takut seperti dalam film horror dengan kejutan-kejutan hantunya. Film juga bisa membuat penonton menempatkan dirinya terlibat dalam film, seperti saya yang merasa bahwa saya adalah ultramen dalam aksi layar kacanya.
Ketika membicarakan film, banyak sekali rujukan yang akan muncul di kepala. Mulai dari film favorit, film yang buruk, film yang mengingatkan kepada seseorang, atau film yang membuat kita hampa setelah menontonnya. Bagi saya ada beberapa tontonan yang langsung terlintas dalam benak ketika menyebutkan film, seperti film 'The Equalizer' yang dibintangi Denzel Washington dengan aksi tembak-menembak khas film Hollywood, atau 'Janji Joni' garapan Sutradara kondang Tanah Air Joko Anwar dengan paduan wajah belia kala itu dari Nicholas Saputra dan soundtrack yang asik membawa saya masuk ke dalam ceritanya, dan saya pastikan ketika mendengar kata film adalah saya akan terpikir film lawas 'A Brighter Summer Day' tahun 1991 bergenre roman/drama ala remaja telah membuat saya terpukau oleh filmnya. Dengan sederhana film yang puitis dan berjalan lamban itu seolah membawa saya kepada dunia yang berbeda ketika menontonnya, mulai dari penggambilan gambar dan cerita yang diangkat.
Saya sendiri lebih menyukai film-film dengan cerita yang menarik dibandingkan dengan gambar yang apik, karena dalam peceritaan sebuah film, saya bisa masuk sedalam-dalamnya tanpa pernah keluar lagi melupakannya. Cerita dalam film tak sedikit telah mempengaruhi saya, yang diterapkan dalam keseharian. Misalnya, saya membuat karya tulis beserta ilustrasi dari film yang saya sukai, dari situ sudah sedikit banyak yang saya karyakan.
Dalam film terdapat satu teknik penceritaan sebuah alur yaitu Plot Twist atau pemutarbalikan alur yang membuat film semakin menarik untuk ditonton, tak jarang kita menemukan plot twist juga dalam kehidupan sehari-hari yang menjadikan kehidupan menarik untuk dijalani, meskipun banyak mengeluhnya. Beberapa film menyediakan plot twist di dalamnya, dari plot twist itulah banyak dari penonton yang mengagungkan film dengan pola itu menjadi film yang keren banget. Padahal plot twist merupakan bagian dari sebuah film dan menjadi hal lumrah. Tapi, memang terdapat film yang pernah saya tonton seperti 'Parasite' dari negara Korea Selatan yang memiliki unsur plot twist dengan garapan yang kerenn.
Mungkin plot twist dalam kehidupan saya ketika saya ingin mengikuti demonstrasi untuk pertama kali di tahun 2019 lalu dengan teman saya, kami telah memakai baju hitam-hitam dan perlengkapan lain untuk mengikutinya. Namun, sesampainya di lokasi, ternyata demonstrasi di hari itu libur dan yang ada di lokasi hanyalah polisi yang sedang santai minum kopi pinggir jalan. Sialan memang
Membicarakan film juga adalah hal yang menarik. Suatu ketika, saya dan teman saya asik membicarakan sebuah film kesukaan masing-masing dan itu menjadi bagian yang menyenangkan dari sebuah film. Film telah membuat kami terhubungan dalam percakapan kecil dengan suasana hangat dan santai. Film mewadahi kita dalam suatu ruang dengan banyak orang di dalamnya, semua orang dalam ruangan itu merayakan kehidupannya atas sebuah film.
Bisa dilihat terdapat banyak orang yang mendapatkan penghasilan dari film, mulai dari bagian yang terlibat memproduksinya atapun para penikmatnya. Tidak sedikit kritikus dan pengulas film mendapati berkah serta penghidupan dari film yang mereka jadikan bahan untuk penulisan atau bentuk kritik mereka. Dari film pula setiap bioskop tempat pemutarnya mendapatkan cuan atapun tempat pemutar film ilegal -yang sering saya kunjungi- yang mendapatkan iklan dalam situsnya.
Bagian yang tak kalah keren adalah ketika di mana film ini dibuat dengan cerita-cerita yang kita hadapi di keseharian atau istilahnya relate, dari situ semua orang terhipnotis untuk merasakan nasib yang serupa dengan cerita yang disajikan dalam layar kaca yang kita saksikan, itu merupakan bagian indah dan menabjubkan dari film.
Film jugalah yang membuat banyak orang menemukan kembali hidupnya, atau depresi karenanya, ada pula yang sekedar mengisi kekosongan di sela-sela hidupnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita terbentuk oleh tontonan di sekitar kita, film kiranya telah benar-benar banyak berbicara tanpa mengenal kelas dan batasan tertentu. Ada orang yang melarikan diri dari kesedihannya dengan menonton, banyak orang berpacaran dengan rentetan daftar kencan mereka menetapkan bioskop menjadi hal yang wajib masuk di daftar kencan mereka. Lalu, bukankah kita tak bisa luput atas rasa berterima kasih kepada film dari rasa mencintai dan memahami sebuah kehidupan melaluinya, dari film juga telah membuat kita masih berdiri hingga hari ini dan terus bernafas.
Film menjadikan kita sebagai manusia-manusia yang utuh dan seutuhnya. Kiranya hidup adalah sebuah film, saya ingin menjadi sesederhana itu, menyelamatkan hidup dan membesarkan hati seseorang yang menontonnya. Lalu, setelah filmnya usai, saya berharap hidup ini terus berlangsung dalam ingatannya.
2 notes · View notes
therawcompound · 2 years
Text
Talk About Journey
Man, guess I'm on a slump.
With everything seems to be slipped out of my hand right now, feel like I really am stuck in the moment and can't get out of it.
Not quite the first time I experienced it though, the bittersweet of life, somehow I always managed to overcome it in the end. Although the slump's getting deeper and deeper I suppose. Hopefully, THIS IS the lowest of the low.
There is one movie, my favorite homegrown movie I can say, that always keeps me company whenever I'm on a slump.
3 Hari untuk Selamanya.
Starring Nicholas Saputra and Adinia Wirasti, is a movie about mission, purpose, question, and the most important of it all; the journey. Tells about a pair of cousins assigned a task to deliver family heirdom to be presented on their sister's wedding day, the trip took 3 days for them to reach Yogyakarta by car from Jakarta. Troubles along the way, they finally reach their destination, and it was a life-changing experience for them in the end.
There is one line from the movie I'd like to quote, that has always been my go-to whenever I'm on a slump like this:
"When you've tried your best to find an answer and can't find it in the end, maybe this is not the time for you to get the answer"
I know the line doesn't make any sense without any context. If it doesn't make any sense to you, I believe it is not the time for you to be needing this. Good for you.
I know that in this life, you'll never be in the state of not having any major problems at all. Believe me, people will always find a problem to work with. I myself have experienced where not at all those problems in the past should I sweat it because, in this state of my life, those problems didn't seem to matter at all right now.
IT IS about the journey, not the destination.
- ClaaJna
Tumblr media
3 notes · View notes