Tumgik
#Sama didi
samagarments · 1 month
Text
https://www.nairaland.com/8066589/exploring-diversity-indian-traditional-dress
2 notes · View notes
likeheros · 2 years
Text
Côte d’Ivoire : Carmen Sama en relation avec un élément de Kiff No Beat ? Didi B révèle toute la vérité
Le Rappeur Ivoirien Didi B revient sur la zizanie entre le groupe Kiff no beat et feu Arafat Dj et crache ses vérités dans un talk show. Dans le cadre de la promotion de son album, il a été l’invité du Talk-show ” Faha Faha ” qui signifie ” droit dans les yeux ” en argot ivoirien et diffusé sur la chaine TV Ivoire Tv Music dont l’enregistrement sera sera diffusé le 11 juin sur la chaîne. En…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
extenler · 1 year
Text
Backstage
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Semua orang kelihatan sibuk di belakang panggung. Masing-masing punya urusan dan alasan tersendiri untuk mondar-mandir atau meneriaki satu sama lain. Atau lebih tepatnya, Mbak Didi lah yang sekarang kelihatan stres karena harus memastikan semua hal sudah sesuai dengan rencana supaya tidak ada yang kurang lagi ketika Bu Rosa melakukan final check.
Setengah jam lagi pagelaran busana untuk New Year Collection Rosalina Amerta akan segera dimulai. Jadi, hiruk-pikuk seperti ini adalah hal yang amat sangat normal. Make-up artist yang berlarian ke sana kemari untuk mengecek dan last touch up make up masing-masing model, fotografer yang sibuk menabrak orang di sana-sini untuk dokumentasi persiapan di backstage, dan masih banyak lagi yang sibuk dengan jobdesk-nya masing-masing.
“Axel, ambil accessories box yang ada di atas meja saya. Cepet ya,” titah Mbak Didi yang langsung dituruti Axel. Dalam sekejap teman seperjuangan magangnya di tempat ini pun langsung melesat menerobos orang-orang yang menghalangi jalannya.
Genaya sendiri sedari tadi sibuk membantu salah satu model bernama Celia. Perempuan berumur dua puluh lima tahun yang sudah menekuni profesi sebagai model sejak usia muda. Oleh karenanya, Genaya tidak begitu kesulitan ketika membantu Celia. Justru dia malah agak tidak enak hati karena Celia lah yang banyak memberitahunya ini-itu berhubung dia masih merasa kagok karena ini adalah kali pertamanya bergabung dalam pekerjaan ini.
“Genaya,” panggil Mbak Didi dengan suara nyaring.
“Go. Before she gets mad and starts yelling,” ucap Celia penuh pengertian pada Genaya yang kemudian buru-buru menghampiri Mbak Didi.
“Iya, Mba—“
“Kamu susulin Axel sana. Lama banget gini,” potong Mbak Didi sebelum Genaya sempat bicara. Dan sama seperti yang Axel lakukan tadi, Genaya pun langsung ngacir secepat kilat tanpa menunggu Mbak Didi memerintahkannya dua kali.
Ketika langkah Genaya hampir mencapai pintu menuju kantor Mbak Didi, pintu tersebut lebih dulu terbuka dan sosok Axel pun muncul. “Minggir, Ge, gue udah mau mati nih lari-lari. Awas sebelum ibu tiri ngamuk!” teriak Axel sambil berlari melewatinya.
Mau tak mau Genaya jadi tertawa karena ucapan sembarang Axel. Sudah genap satu bulan mereka magang di kantor Rosalina Amerta, dan selama itu pula sudah banyak omelan aplagi teriakan yang mereka terima dari Mbak Didi. Sampai-sampai, Genaya dan Axel diam-diam memanggil Mbak Didi dengan sebutan ibu tiri. Meski begitu, semua omelan Mbak Didi tidak pernah mereka ambil hati, lantaran mereka sadar kalau memang begitu lah cara Mbak Didi menegur. Dan lagi, setiap Mbak Didi mengomel pun, beliau pasti memberitahu apa yang salah dan bagaimana cara memperbaikinya.
Karena apa yang diminta oleh Mbak Didi sudah dalam perjalanan, Genaya pun memutar balik arah tujuannya untuk kembali membantu Celia. Meski sudah tak berlari seperti tadi, dia tetap berjalan cepat. Mana bisa dia bersantai kalau acara belum selesai. Apalagi hanya tersisa waktu lima belas menit lagi sebelum kesibukan yang sebenarnya dimulai.
Namun saat dia mempercepat langkahnya, tiba-tiba saja ada yang menarik tangannya untuk masuk ke dalam salah satu ruangan yang digunakan untuk menyimpan manekin dan barang-barang lain. Dia nyaris berteriak kalau saja mulutnya kini tak ditutup rapat-rapat oleh si pemilik tangan yang juga menariknya tadi.
Sewaktu melihat sosok Jules di hadapannya, Genaya langsung melotot. Dengan cepat dan ganas dia memukul-mukul tangan Jules yang masih menutup mulutnya.
“Kamu ngapain di sini?!” seru Genaya.
Tapi Jules malah membalasnya dengan meletakkan telunjuk di depan bibir. Isyarat bagi Genaya untuk tidak berisik.
“Kamu ngapain di sini?” tanya Genaya lagi, kali ini sambil berbisik.
Lagi-lagi Jules tak menjawab. Lelaki itu cuma tersenyum dan menyerahkan sesuatu padanya.
Kening Genaya berkerut. Kepalanya tertunduk untuk melihat bungkusan yang kini ada di tangannya. “Snack bar?”
“Aku tau kamu belum makan.”
“Memangnya aku bakal kenyang cuma makan snack bar?” balas Genaya bercanda. Namun segera berterima kasih pada Jules.
Dia memang belum makan sejak siang tadi. Selain karena tidak sempat, entah bagaimana ceritanya, perutnya pun tidak merasa lapar sama sekali. Mungkin karena terlalu bersemangat akan acara tersebut, sekaligus terlalu nervous lantaran takut membuat salah.
“I have bubblegums too if you want,” ucap Jules lagi.
“Kamu mau aku diomelin sama Mbak Didi ya?”
Jules langsung terkekeh. “Hari ini udah dimarahin berapa kali sama Mbak Didi?”
“Dua!” Genaya berseru, namun kemudian menutup rapat mulutnya karena teringat kalau dia tidak boleh berisik karena mereka sedang bersembunyi. Dipikir lagi, sejak kapan dia setuju dengan acara ngumpet bersama pacarnya ini yang seharusnya ada di luar dan bersiap untuk pagelaran busana tersebut.
“Capek nggak?”
Genaya meringis sambil mengangkat jari telunjuk dan jempol, membuat sedikit ruang di antaranya sebagai tadi ‘sedikit’. “Eh, mau ngapain?” tanyanya buru-buru saat melihat Jules mengambil satu langkah maju dengan kedua tangannya yang terbuka.
“Giving you a hug,” jawab Jules santai. Siap untuk kembali maju mendekatinya.
“Nggak usah macem-macem! Kalau baju kamu jadi kusut, yang diomelin nanti semua orang termasuk aku!” Jules pun diam di tempat, dan tak lama menurunkan kedua tangannya. Genaya jadi tertawa melihat hal itu. “Kamu harus balik sekarang sebelum semua orang nyariin.”
“Can I take you to a dinner after this?”
“Kalau beres acara dan nunggu aku kelar sih bukan dinner lagi namanya, tapi makan tengah malem.”
Jules tersenyum lebar. “Ya, nggak apa-apa. I have to make sure kalau kamu tetep makan sebelum pulang ke rumah. Daripada sakit. Aku tunggu ya nanti?”
Setelah diam dan berpikir selama beberapa detik, Genaya pun mengangguk. “Tapi nanti tunggu—“
“Mas Jules! Ada yang liat Mas Jules nggak?” teriak seseorang dari luar sana. Refleks membuat Genaya dan Jules sama-sama melirik ke arah pintu. Genaya tahu betul kalau itu suara Mbak Oliv, asisten model yang membantu Jules bersiap sedari tadi.
“Di toilet kali, Mbak!” timpal seseorang lagi, yang kemudian kembali disahuti oleh Mbak Didi dengan, “Tolong lihatin ke toilet dong saya kan nggak mungkin masuk toilet cowok. Aduh, ini orang ke mana sih, bisa mati gue digorok Bu Rosa.”
Dari suaranya yang terdengar begitu dekat dan jelas, Genaya yakin kalau Mbak Didi ada tepat di balik pintu tersebut. Jantungnya jadi berdegup kencang, takut kalau tiba-tiba saja Mbak Didi membuka pintu dan mendapati dirinya sedang ngumpet di dalam dengan Jules. Bisa-bisa Genaya diomeli habis-habisan. Jules sih jelas tidak akan dimarahi. Paling mentok-mentok hanya dipelototi oleh Mbak Oliv.
“Mbak Oliv, Mas Jules di depan kayaknya!” seru seseorang lagi, dan derap langkah pun terdengar mengisi lorong, menandakan kalau Mbak Oliv sudah pergi menuju sosok yang berseru tadi.
Setelah diam beberapa saat, memastikan kalau tidak ada lagi orang di balik pintu tersebut, Genaya pun kembali menoleh pada Jules yang ternyata malah tengah memperhatikannya. “Gih sana. Kasian Mbak Oliv sedikit lagi stres.
Jules pun mengangguk. Tapi masih diam di tempatnya berdiri. Baru saja Genaya hendak mengusirnya lagi, tahu-tahu saja kedua tangan Jules menangkup pipinya dan sebuah ciuman singkat mendarat di bibirnya.
“I love you,” ucap Jules sembari tersenyum. Lalu kembali menciumnya selama beberapa detik, sebelum akhirnya tersenyum dan bicara, “Bye, Genaya. Gonna miss you, and kiss you again when I can.”
153 notes · View notes
Text
so there's no hindi version of phoenix wright but it absolutely SHOULD exist because it would be so good listen-
(i am fully "localising" this because if the english and french versions of the game were allowed to then so am i, dammit)
it would take place in some big city in india, probably mumbai so that the steel samurai stuff can be connected to bollywood
the last time i was in mumbai i literally saw a japanese temple like down the road from my grandparents' building so the japanese influences aren't even that out of place. it's a big city okay, it could totally work
kurain village can be a "gaon" (village) somewhere in the maharastrian countryside. the fey manor even feels a lot like the big family houses you get out in gaon, though with a lot more japanese influence of course
the thought of pearl calling maya "maya didi" is melting my heart omg ("didi" means "big sister" but you can also use it on people who aren't literally your sister)
maya can still be called maya, it's a common name in india
and morgan would get so mad whenever phoenix doesn't call maya "maya-ji" ("ji" is a respectful suffix like "-sama" in japanese). he'd be like SHE'S MY BEST FRIEND, WHY TF WOULD I CALL HER "MAYA-JI"
edgeworth and gumshoe would have THE jai dixit and ali bhai dynamic from dhoom. without the motorbikes, of course. gumshoe would call people "yaar" instead of "pal" (it means the same thing).
larry is circuit. i don't know how else to put that. if you understand then you understand and if you don't, you don't.
speaking of, furio tigre would ABSOLUTELY refer to himself with the pronoun "apun" (a first-person pronoun often used by mafia-type characters) and call people "mamu" ("sucker")
OH AND WOCKY WOULD TOO. wocky would speak in the most munnabhai slang you ever heard. he would also mix english, hindi, marathi, gujarati, punjabi and bengali all in the same sentence. nigh incomprehensible.
lotta hart... while it makes sense to make her from south india, i feel like they get negatively stereotyped enough as is and they deserve better. so you know what? she can be gujju. lotta is from surat now and she talks like it. she's got that "hurati" accent. morgan fey hears her with her પાણી instead of पानी and ગોળી instead of गोली and is immediately like "get out >:("
wendy oldbag being one of those desi grannies is absolutely brilliant lmao
sister bikini being a desi auntie is even better
me and my brother have been calling hindi manfred von karma "manoj karma" for funsies so i've decided to keep it (the word "karma" is of indian origin so it works perfectly)
i haven't come up with pun names for people yet but phoenix, apollo and athena can keep their english first names. seriously, in mumbai you see places with those names all the time. especially apollo. it is inescapable.
Tumblr media
^see? i was DYING. anyways
MAYA'S TRADEMARK FAVOURITE FOOD SHOULD BE PANI PURI ("gol guppa" for you dehli peeps), NO I AM NOT TAKING CONSTRUCTIVE CRITICISM
khura'in, being likely in the himalayas somewhere near bhutan (based on their climate and culture), would still be a few hours' plane journey from mumbai so it still works. a lot of the khura'inese characters can keep their same names too, eg "nahyuta sahdmadhi" already sounds very very sanskrit to my ears (sanskrit is the south asian equivalent of what latin is in europe). and also have you seen how he dresses because it's clearly a sherwani (indian/pakistani formal clothing) and amara's idle animation is clearly inspired by art of hindu deities and rafya's middle name is literally padma and oh my god there is so much shared cultural influence they are CLEARLY countries that border each other
(the "kh" sound strongly present in the khura'inese language is also giving me south asian vibes...)
me and my brother already joke about how shah rukh khan would totally make a great mr reus/roger retinz. LISTEN okay he absolutely would. he's got that villain swag.
you don't even need to change the other guy's real name ("manov mistree") because that already sounds like an indian name. do you know how common the surname "mistry" is in some parts?? do you know how many gazillions of people i personally know who have names that sound exactly like that??? and roger retinz is the ratings rajah. RAJAH (king). i've already been headcanoning him as desi since the first time i played aa6. anyway shah rukh khan character vibes
(but then again amir khan has literally played an evil magician in a bollywood movie before, so he could pull it off too i think...)
hindi has informal ("tu"), medium ("tum") and formal ("aap") second-person pronouns. you could have SO MUCH FUN with those. franziska would call literally everyone "tu" to assert dominance while edgeworth would call literally everyone "aap" to keep them distant. siblings amirite
franziska referring to miles as "mera chhota bhai" is actually killing me oh my god. that's her chhota bhai you guys skjdhkjfhldjssdrgse
feenie calling dahlia "dollie" works really well because i have like seven relatives with the nickname "dollie" so i'm presuming it must be common
oh yes, and mumbai does occasionally get earthquakes so the DL-6 incident still makes sense
india also has an active space programme so the UR-1 incident does too
and there's a monsoon season with storms so the SL-9 incident does as well ahahhahahhaa this is sO GOOD (okay in all fairness the monsoon season is not in february, when the case takes place... whatever whatever it's FINE i can make it work somehow)
you can use three scripts for the one translation -- english romanisation (for NRIs like me who suck at hindi...), the devanagari script commonly used to write hindi, and the urdu script so that urdu speakers can play too (for the most part the languages are mutually intelligible, you wouldn't need to change the dialogue at all, only the writing system)
if anyone out there is better at hindi than i am and wants to make a fan translation please do, it would be so iconic
27 notes · View notes
adrilsyaputra · 7 months
Text
Projek pelajar pancasila
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Projek ini bertema BHINNEKA TUNGGAL IKA
Hallo semua, disini saya akan menceritakan tentang p5 yang di lakukan selama 3 minggu
Minggu pertama
Hari pertama projek hanya membahas tentang projek, menyanyikan lagu daerah dan berkumpul dengan kelompok yang sudah di tentukan oleh ketua kelas
Hari kedua dan seterusnya masih sama tapi bedanya ada materi materi yang harus di kerjakan
Minggu kedua
Hari pertama, diawali dengan masih sama dengan nyanyi dan di lanjutkan materi-materi tentang tarian daerah
Hari kedua, materi-materi projeknya melihat vidio tentang perjalan hidup yang harus di syukuri
Hari ketiga, sudah mulai latihan menari di bawah lapangan sehabis latihan nari dibawah naik ke atas dan mempraktekan tarian yang di latih
Hari keempat, ada pemilihan anggota mpk yang di pilih secara polling ada 3 orang yang mencalon kan ada rizki, yumna dan sakinah yang di menangkan oleh rizki
Hari kelima, ada pengumuman ada tampil drama dari berbagai daerah dan ada pemilihan drama daerah kelas 9.6 dapet drama cerita BANYU WANGI
Minggu ketiga
Hari pertama,
Hanya memfokuskan pembagian peran masing masing dan disini saya semendapatkan perang sebagai prajurit raden batera
Hari kedua, disini mulai dengan latihan latihan drama yang telah diskusi begitu lama, latihan ini sampai pulang
Hari ketiga, masih dengan latihan tapi diselingkan dengan buat peralatan untuk tapi minggu depan
Hari keempat, disini sudah berdiskusi tentang lagu yang di bawa untuk tapi, sepakat dengan lagu
Hari kelima, di awali dengan jalan pagi, dan grading bersih semua yang di kerjakan jadi semua serius dengan drama yang di lakukan
Minggu keempat
Hari senin, sudah pentas drama BANYU WANGI Disini saya mulai semangat untuk pentas drama kelas 9.6 dapat tampil ke2 disini cukup untuk persiapan untuk tampil drama
Hari rabu, ada acara baju provesi dan baju adat disini kita menggunakan pakaian seperti provesi dan baju adat, sehabis itu jalan mengilingi kodam menggunakan pakaian tersebut
Tumblr media
Sekian terima kasih
Sudah membaca cerita dari saya
3 notes · View notes
grettless · 1 year
Text
SKRIPSI???? HEHE.
Di page sebelumnya aku bilang kalau mau cerita tentang kenapa aku belum wisuda? sebenernya, aku gamau cerita cuma aku mau keluarin unek-unek disini dan ngga mau di baca bahkan di denger sama temen-temen atau keluarga.
Skripsinya aku biarin gitu aja... aku ga kerjain selama 2022, bukan karena aku gabisa tapi karena aku gapaham dan gangerti sama apa itu skripsi, aku bingung harus mulai darimana dan harus nulis apa.. aku sama sekali gatau apa kegunaannya dan aku stuck dipikiran "aku harus ngapain dulu?" orang-orang pada bilang skripsi itu diketik, iya bener tapi aku mau ngetik apa juga aku gatau, aku ga dijelasin gimana caranya dan gimana sistematikanya melainkan aku di suruh pahami sendiri, stucknya aku tuh ya karena aku mikir ini skripsi gimana... harus diapain apa yang di rumuskan apa yang di hitung bahkan aku engga tau...
Jujur, aku sedih sampe sekarang aku belum sentuh laptop dan skripsiku, aku belum seminar proposal dikala temen-temen udah selesai urus berkas dan udah pada wisuda, dapet kerja. Aku yakin aku bisa, tapi memang agak lama dan lambat, skripsi itu emang ngga semudah itu harua bener-bener ekstra mikir buat selesain, aku bukan gamau belajar tapi dari belajar aja aku sama sekali gapaham aku ini sebenernya belajarin apa.. MAU MARAAAHHHH tapi serius gaada gunanya, gunanya tuh ya diketik di kerjain dan cari tau. Aku makin panik dan takut waktu liat grup whatsapp kalo ada adik tingkat yang udah bimbingan dan judulnya sama kaya aku 'Literasi Sains' aku lemes banget ditambah beberapa temenku bilang seminar proposal dan sidang udah dilakuin secara offline, jujur banget aku gugup. 😔
Sampai sekarang, aku belum sentuh skripsiku bahkan cuma aku ketik-ketik asal aja, udah pinjem skripsi temenku yang wisuda tapi hasilnya sama aja aku gatau harus mulai darimana. Bukan aku gamau lulus tapi aku belum nemu bagian mana yang harus aku cari bagian mana yang harus aku pelajari. Aku udah cari banyak motivasi dan jujur aku sama sekali ngga nemu itu, padahal dulu aku sering banget dapet inspirasi dan motivasi dari youtube channel kesukaanku, mungkin list youtube channel kesukaanku sekarang udah terlalu banyak jadi ngebuat aku bingung dan berujung males.
Kondisi dan suasana tempat tinggal juga salah satu yang bisa menghambat aku buat ngerjain, aku sama sekali gatau harus ngerjain kapan karena kalau di rumah didi tuh waktu kelewat cepet banget, aku tidur bisa sampe seharian kalo di rumah didi bahkan aku bisa ngga mandi seharian padahal megang hp nonstop. Aku sedih banget sama diriku yang sekarang, aku bahkan gatau harus ngapain, beda kondisi kalau aku di rumah Agnes aku selalu bisa dan sempetin buat skripsian karena waktunya kaya pas aja gitu padahal semuanya sama aja, jujur aku ini kenapa aku gatauuu. T_T
Jadi aku beraniin diri buat nulis disini semua unek-unek yang aku rasain cuma buat lampiasin semuanya dan suatu hari nanti aku baca aku bisa nemu kesalahanku apa dan aku tah gimana cara selesainnya. Aku juga nulis gini bertujuan untuk semangat nulis dan semangat buat kerjain sesuatu, semuanya bakal indah kan walau menurutku ini udah telat banget....
Ini hari selasa, 10 Januari 2023. Aku lagi tiduran, aku bangun jam 6 lewat gatau berapa tepatnya sekitaran segitu, hari ini aku lagi bulannya jadi kebangun pagi banget karena tembus untung ngga sampe ke kasur. Ooiya, aku tidur sama ana di kamar depan rumahnya didi dan barusan banget didi bilang "Morneeeengggg, tangi tangi" aku sama ana ngga jawab cuma jawab pake suara ngulet aja hehehe.
Ngga ada yang tau cerita skripsi ku selama ini, temen-temenku juga pada taunya aku ngerjain dan emang pembimbingnya yang lama, sebenernya ngga lama termasuk cepet cuma aku ngga mengulur-ulur karena ngga tau harus mulai darimana.
Sekian.
8 notes · View notes
ronakana · 11 months
Text
Karena punya suami bukan orang yang asik diajak ngobrol walau katanya pernikahan itu 80%nya ngobrol, saya jadi kangen orang orang di masa lalu saya. Telfonan 2jam sama didi yang gapernah kehabisan topik, tiap malem telfonan sama mantan berjam jam yang ngegosipin temen saya atau temen dia. Seru. Ga jenuh. Dan sekarang saya sendiri.....
6 notes · View notes
sausandhylha · 1 year
Text
Tumblr media
Semakin hari, keraguan terus muncul seiring dengan sikap dan jawaban-jawaban yang menjanggal di hati.
Apa yang saya harapkan? Banyak.
Apa yang saya butuhkan? Didengar, tapi tak perlu dinilai.
Bertahun-tahun, orang-orang di sekitar; Ummi, Amal, Farah, Didi, Joly, Devi, Sabil, dan Yara nampak begitu sabar dengan inkonsisten pikiran saya. Tapi laki-laki ini? Tampak konsisten menepis semua pikiran saya dengan sebuah penilaian.
“Kamu cuma takut sama pikiran kamu sendiri”
Begitu ucapnya. Berulang-ulang kali.
Tapi saya begitu senang memikirkan banyak hal. Rasanya sulit untuk meredam semua pertanyaan. Apakah ia begitu benci ditanya? Ataukah saya yang sedang membenci jawabannya?
Saya hendak bilang, tapi nampaknya saya juga seolah menilai bagaimana cara ia menilai dan itu menyebalkan. Bisakah ia akhirnya memahami apa alasan mengapa saya bertanya?
2 notes · View notes
reveriescope · 2 years
Text
Floating Magnolia
Tumblr media
Trigger Warnings: mention of sexual abuse
Seungcheol as Clinton Zhāo. Kiku as Yara Zhāo. Jeonghan as Arial. Seokmin as Kala. Wonwoo as Silas.
Special mention: Lee Chan as Micah, Xiaoting as Naradia Zhāo.
---
Begitu membuka mata, Clinton adalah orang pertama yang dilihat Natyara. Adik laki-laki yang hanya berjarak satu tahun di bawahnya itu merebahkan diri di sofa bed tak nyaman sibuk dengan ponsel di tangan.
Clinton, pasti sengaja membawanya ke rumah sakit di mana keluarga Zhāo bukan menjadi naratama. Syukur dirasa kala menyadari adiknya itu mengindahkan ucapan Yara sebelum ia hilang sadar. 
"Didi," panggil Yara sambil mengangkat tubuhnya untuk duduk.
"Ce, should I call the doctor?" Clinton bangkit untuk menghampiri ranjangnya. 
Yara menggeleng. Bibirnya yang masih pucat melafalkan kalimat dengan lirih, "Air aja, please?" 
Dengan cekatan Clinton membuka botol air mineral dan meletakkan sedotan agar kakaknya itu bisa minum dengan lebih mudah. Begitu botol air sudah berpindah tangan, Clinton mengamati orang yang sudah dikenalnya seumur hidup itu. 
Yara melirik ke lengan kiri Clinton yang terbuka. Ada plester bekas donor menempel di sana. Golongan darah mereka sama, sehingga Yara masih terselamatkan.
"Thanks, Didi. I owe you world." Yara merebahkan dirinya lagi usai menelan beberapa teguk air.
Clinton terdiam sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Whose baby? That Wang guy?" 
"Padahal kamu bisa nebak itu Xavier." Yara terkekeh pelan. 
Yang lebih muda mendengus seraya menempelkan punggung pada sandaran kursi. "Dilihat dari karakternya, nope. Tell me it's the older Wang?"
Perempuan itu tidak menjawab, hanya memamerkan ekspresi tidak terbaca. Yara seolah sibuk dengan pemikirannya sendiri sekaligus diselimuti emosi tak terkatakan. 
Diamnya Yara mengundang frustrasi bersarang di benak Clinton. Lelaki itu melipat tangan di depan dada, mencoba menerka apa yang ada di pikiran kakak perempuannya.
"Ce," kata Clinton pada akhirnya. "That's your body, your choice and your temple. Tapi kalau sampai buat kamu hampir mati seperti ini rasanya gue berhak tahu." 
Yara menoleh ke arah Clinton lalu tersenyum penuh arti. "I can't afford bad publicity for our family's sake," tuturnya. 
Citra sebagai pemain violin dan anak konglomerat otomatis membuatnya bak selebriti. Semua orang seolah ingin tahu kegiatan apa hari ini, produk perawatan mana lagi yang dipakai. Kabar Natyara Zhāo alias Natyara Oetomo sekarat akibat aborsi akan menghebohkan banyak pihak.
"Do you have to play that perfect first born all the time while it costs your life, Sister?" 
"Clinton, katamu Cece hampir mati. And now you're in a heated debate with a dying person."
Ketika Yara memanggil nama depannya alih-alih Didi, saatnya Clinton menutup mulut. Percuma saja membuatnya jujur jika kakaknya itu memilih untuk bersikap kepala batu. 
"Naik darah aku lama-lama, Ce." Clinton beranjak dari kursinya, "I'll send someone here. Jangan dikerjain."
Yara mengangkat tangannya yang dipasangi infus, sebuah bahasa tubuh yang menandakan ia tidak berencana bermain-main dengan suruhan Clinton.
Belum juga Clinton mencapai pintu, suara Yara kembali terdengar.
"If you're really curious why can't I tell you who's the father it's just because I'm not sure..." ucapan Yara terpotong sejenak sebelum ia melanjutkan, "...which one."
"What kind of life you live, actually?" Clinton, kali ini benar-benar naik darah dan hampir meledak saat mendengar pengakuan kakaknya berikutnya. 
"It wasn't consensual, Didi. History repeats. You'll end up killed if you touch them."
"You know, Ce. All I do is to protect you and Meimei. So I can't let this pass." 
---
Bagaimana kakak perempuannya itu bisa tetap tenang ketika memberitahu hak mengerikan telah terjadi? Clinton tidak habis pikir. 
"Kupikir Cece tidak waras." Clinton mengusap wajahnya sebelum 
Arial yang semula bermaksud membiarkan Clinton mondar-mandir kini meminta pemuda itu duduk usai menuang Crown Royal untuknya. Mereka ada di di Arctic Lounge, tempat pertemuan yang letaknya lantai rahasia Tranquiloft Hotel Jakarta milik Zen Point Group yang dipimpin keluarga Clinton.
"Mereka pikir mengakui pelecehan itu memalukan. Apalagi Cece kena dua kali. Dan lebih dari sekadar pelecehan." Arial berusaha lebih hati-hati dalam pemilihan kalimatnya untuk didengar Clinton.
"Dia bukan orang yang nggak bisa melawan,” sergah Clinton. Meski masih gusar, kini Clinton terlihat lebih relaks usai meneguk wiski.
"Biar begitu, dia korban. Kita nggak pernah tau apa yang ada di pikiran dia dan perasaan dia. Aksi dia atau perasaan dia nggak ada urusan sama penilaian lo."
Rupanya ucapan Arial terlalu tajam untuk dicerna Clinton, sehingga ia hanya menanggapinya dengan tawa sarkastik. "Jadi ini yang lo dapet dari peliharaan sebanyak itu," komentarnya.
Arial hanya mengangkat bahu sebelum mengusulkan, "Lebih baik lo kirim Silas."
"Udah sinting ya kalian? Buat apa bikin dia ke-trigger cuma gara-gara Cece-nya Clinton. Nggak!" Kala yang sepanjang waktu terdiam di kursi dekat jendela mendadak terdengar suaranya.
"Tapi yang paling bisa berempati ke masalah ini cuma dia, dan cuma dia yang bisa jaga sikap."
Terkadang Clinton lupa, Arial selalu punya jalan keluar dari segala situasi. Terlepas dari seberapa peliknya yang mereka lalui. 
---
Natyara memandang Silas sebelum mulai menyendok bubur. Sedari tadi suasana tenang, Silas tidak banyak berbicara jika tidak ditanya. Sosoknya memancarkan energi tenang, lain halnya dengan anak-anak buah Clinton lain.
"Kamu pasti tahu aku di sini karena keguguran." Gumam Yara usai menelan makanannya. 
Silas tidak merespons apapun, melainkan hanya memandangi Yara penuh tanya. Melihat pemuda itu, Yara tersenyum tipis menyadari apa yang mungkin diketahui Silas. 
"Iya, I killed my baby." Sambil mengaduk-aduk bubur tak beraturan. 
"I'm sorry to hear that."
"Menurut lo, dia akan berterima kasih that I don’t have to send them here or that they will despise my act?" 
Hening setelahnya. Beberapa menit berikutnya, Yara meletakkan sendok tanda ia sudah selesai makan. Setelah perempuan itu menggunakan sapu tangan, Silas menyingkirkan alat makan dari hadapan Yara. 
"Nona-"
"Yara atau Cece, samain aja sama Micah," potongnya. 
Micah yang dimaksud Yara adalah pengawal pribadi adik bungsunya, Naradia. Atas kedekatan mereka, Micah juga memanggil Yara dengan sebutan "Cece" sama seperti siapapun yang lebih muda daripada dirinya di keluarga.
"Apapun yang bawa Cece ke keputusan ini, itu semua bukan salah Cece," ujar Silas. "Or else, Cece akan bawa trauma dan sulit menyayangi anak itu."
Yara diam seribu bahasa, tatapannya lurus ke depan. Sejurus kemudian perempuan itu menghembuskan napas panjang lalu menyandarkan punggung di bantal yang sudah disusun. 
"Silas... kamu bisa main catur? Tolong besok temani aku main itu."
( to be continued? )
10 notes · View notes
ncji · 2 years
Note
OMFG! First of all, I wasn't expecting you to answer that quickly and it was AMAZING, sometimes I worry I'm being a bit -a lot- of a stalker, but to be fair I kind of am and that is in no way my fault, you Neji is incredible and your takes are just perfect; it's sort of dark and realistic for the in universe.
Also, what have you done?! The beginning of your answer, with Hiashi dreaming of a toddler Neji, OMFG! I can't, I just can't, it feels like my soul left my body and reached heaven and Oh. My. God. I can't the image out of my head, do you mind if I take the chance to ask for some toddler Neji something? Any thoughts you have would be fantastic, when you can share them.
Thank you so much, you are a blessing for this fandom 😘
Scurrying across the aged floorboards, Neji looked from left to right, left to right. Where was he? His tiny foot got caught in his slightly too big pants, and he stumbled, falling to his hands and knees. He wasn't discouraged, though. The little Hyuuga pushed his butt up first, then stood once again. Once he found his balance, he was off, walking as fast as his feet could carry him.
Where was he? He came to a door and pushed his palms against it to slide it open. He still couldn't reach high enough to grab where he was supposed to. It wasn't a smooth execution, but the door moved just enough to let him inside. The room was dark, filling him with an exciting bit of fear. Round eyes widened and pouty lips parted as he searched his surroundings.
Suddenly, strong arms wrapped around him, and the toddler squealed before bursting into giggles. His captor pulled him onto his chest, trapping his tiny frame in a hug.
"You found me!" Hiashi exclaimed, then tickled his chubby nephew's sides to get the most laughter out of him. He hadn't laid on the floor in the dark for ten minutes for nothing!
When the tot had enough, he gave his uncle's cheek two firm pats. Pat pat. "Hati-didi!" he scolded. It was his best attempt at Hiashi-ji-chan, which his father had taught him to call his uncle, or Hiashi-jiji as he'd heard it. The 'shi', 'ji', and 'cha' sounds were a little too difficult for him, though, and he had no idea how people said Hia.
Hiashi belted out a laugh. How could one tiny being cause so much joy? He was too cute! "Hiashi-sama," he corrected playfully.
"Didi!" Neji corrected back, his lips a serious little pucker. His father knew best! Not his uncle!
"Hiashi-sama," Hiashi told him again in the midst of laughter.
"Didi!" the boy insisted with another pat to his uncle's cheek.
"Hiashi-sama~."
"He's one," came a similar voice from the doorway. Hizashi's branded brow was furrowed.
The toddler freed himself from his uncle's embrace and bolted for his treasured father. "Titi!" He would figure out chichi someday.
Hizashi's face relaxed, even brightened, as he scooped his baby up into a hug. "Neji~," he cooed, nuzzling a plush cheek.
"How did it go?" Hiashi asked while struggling back to his feet. Lying on the floor had done a number on his back.
"The same as it always does. This time, he told me my one-year-old needed to learn some respect." He frowned, but small hands pushed up at the corners of his mouth to stop him. He was so blessed to have a tiny bundle of joy in his difficult life. Playfully, he 'bit' at one of the hands, with his lips curled over his teeth of course.
Neji squealed, giving his 'attacker' a light smack to make him let go. When his father tried to get him again, he erupted into laughter.
Both brothers smiled at the sound, but it faded from Hiashi first. "I'm sorry. I didn't realize...I wasn't serious about him calling me that."
Hizashi knew his brother well enough to see when he was being genuine, so he decided to not hold it against him. "Father is, though..."
"Father can wait for him to learn how to say it first."
"Why should he have to say it at all?" Hizashi challenged. His son looked worried by his tone, but he soothed that concern with a smile.
"I just...don't want him to get in trouble, Hizashi."
"You're the authority on what does or does not get Hyuuga in trouble now, Hiashi," he reminded his brother.
"That sort of thinking could get a Hyuuga clan leader killed." The difference between the twins was their courage in the face of their fates. While Hizashi was filled with an obvious desire to fight his fate, Hiashi typically bowed to his father's criticism and the demands of the clan elders.
"A Hyuuga clan leader's cowardice could get my son cursed with the same mark I--" Small hands cradled his face, pulling his attention away from the argument at hand. Then, Hizashi was given a big, wet baby kiss. It pulled a chuckle out of him. "Are you comforting me? It's alright, my son...How could I be unhappy when I have you?" He did not say goodbye before he took his son back home, away from his strict father and the old man's puppet of an older son.
Hiashi stood in the dark room alone for a long while, guilt weighing heavily on his shoulders. Then, in the light of the corridor through the door, he saw an opportunity, a tiny white sock on the floor. Smiling, he retrieved it. "Well, I can't let him go without a sock. It is my duty as the clan's leader to ensure no Hyuuga child goes cold." Any excuse to see his nephew.
6 notes · View notes
digischema001 · 1 month
Photo
Tumblr media
Black Flared Top with Wide Leg Pant-Sama Garments By Sama didi - Black Flared Top with Wide Leg Pant (on Wattpad) https://www.wattpad.com/1437712256-black-flared-top-with-wide-leg-pant-sama-garments?utm_source=web&utm_medium=tumblr&utm_content=share_reading&wp_uname=watt001iqoo Experience the epitome of summer elegance with our exclusive Black Flared Top paired with Wide Leg Pant set, meticulously crafted by Sama Garments in India. Constructed from premium rayon fabric, the V-neck top with short sleeves ensures both comfort and style, perfect for warm weather days. Paired with wide leg pants, this ensemble offers a chic and effortless look suitable for girls and women alike. Embrace the essence of Indian summer fashion with Sama Garments' latest collection, designed to elevate your style quotient while keeping you cool and comfortable throughout the season. Upgrade your summer wardrobe with this must-have outfit and make a statement wherever you go.
0 notes
samagarments · 6 days
Text
https://www.samadidi.com/all-products/kurti
Introduction The traditional Indian dress, the kurti, has evolved immensely over the years, blending seamlessly with modern fashion trends to create stunning outfits like the kurti dupatta and pant kurti set with dupatta. These sets combine elegance with comfort, making them a preferred choice for women of all ages.
The Appeal of Kurti Dupatta Sets Kurti dupatta sets are cherished for their versatility and elegance. Depending on the occasion, they can be dressed up or down, making them a staple in every woman's wardrobe. The inclusion of a dupatta adds a touch of grace, transforming the simple kurti into a more formal attire.
Varieties of Kurti Dupatta Sets There are numerous styles and designs available in kurti dupatta sets. From straight-cut kurtis with block prints to A-line kurtis with intricate patterns, the choices are endless. Each design caters to different preferences and body types, ensuring that there is something for everyone.
Choosing the Right Fabric The fabric of the kurti and dupatta plays a crucial role in defining its comfort and appeal. Cotton, silk, georgette, and chiffon are popular choices, each lending a different feel and flow to the outfit.
Color Combinations Color plays a pivotal role in the appeal of a kurti dupatta set. While traditional colors like red, green, and blue are ever-popular, pastel shades and vibrant neons are also catching the eyes of fashion-forward women.
Embellishments and Embroidery Many kurti sets feature exquisite embellishments such as sequins, beads, and embroidery. These decorations are often inspired by traditional Indian crafts, which add an ethnic touch to the modern designs.
Occasions for Wearing Kurti dupatta sets can be worn at various events, from casual gatherings to formal functions. The key is to select the right style and fabric to suit the occasion.
Seasonal Choices Certain fabrics and colors work better in specific seasons. For instance, lighter fabrics and brighter colors are preferred in summer, whereas richer fabrics and darker shades are ideal for winter.
Pant Kurti Set with Dupatta Pant kurti sets with a dupatta are an excellent choice for those seeking a contemporary yet traditional look. They combine the comfort of pants with the flowy elegance of a kurti and dupatta, suitable for both office wear and social events.
Top Brands Offering These Sets Several brands are known for their quality and beautiful designs in kurti dupatta sets. Exploring these can help you find reliable options whether shopping online or in-store.
How to Style Accessorizing is key to elevating the look of a kurti dupatta set. Jewelry, footwear, and even the style of the dupatta draping can make a significant difference.
Care and Maintenance Proper care can extend the life of these garments. Tips for washing, drying, and storing these sets are crucial for maintaining their look and feel.
Price Ranges Kurti dupatta sets can vary widely in price, depending on the material, design, and brand. Understanding these can help you make a budget-friendly choice without compromising on style.
Where to Buy
From local boutiques to online marketplaces, the options for purchasing kurti dupatta sets are vast. Recommendations on where to get the best deals and quality are beneficial. Buy at Sama didi dot com for online
Conclusion
Kurti dupatta and pant kurti sets with dupatta offer a blend of traditional charm and modern sophistication. Whether you are dressing for a casual event or a formal gathering, these outfits provide style, comfort, and versatility.
0 notes
suratsuara · 2 months
Link
0 notes
sabdardawalepa · 2 months
Text
Yang Perih Saat Berpisah
Hal paling menyebalkan dari perisahaan adalah membereskan kenangan. Seperti membersihkan meja kerjamu, merapikan barang-barang yang hendak kamu bawa pulang, mencopot poster atau sticky notes dari tembok, atau keluar dari grup kerja yang tak lagi relevan keberadaannya.
Kita ngga pernah disiapkan untuk menghadapi hal semacam ini. Sejak kecil, kita diajarkan untuk belajar keras, ranking satu supaya nanti bisa dapat karir yang baik. Tapi selama sekolah dan tumbuh sampai bekerja, kita ngga pernah diajari bagaimana menghadapi perpisahan, kegagalan, dan putus hubungan kerja.
Kita diajarkan bagaimana cara untuk sukses, diajarkan cara untuk bisa jadi orang besar. Tapi ngga pernah diajari bagaimana menerima kegagalan atau bagaimana menjalani hidup sebagai orang yang biasa-biasa saja. Lantas saat kita berusaha dan gagal, kita benar-benar terpukul lantas susah untuk bangkit.
Aku merasakan benar itu saat harus membereskan hal-hal yang berkaitan dengan berakhirnya kontrak. Misalnya saat berjalan ke meja kerjaku di lantai empat untuk menyelesaikan sisa pekerjaan. Barang-barang yang kubawa pulang tak banyak. Minyak kayu putih, balsam, tolak angin, dan kecap. Bekerja di bawah AC membuatku mudah masuk angin, sementara kecap adalah bumbu paling gampang untuk membuat makanan jadi sedap.
Setelah mejaku bersih, aku memandang ruangan itu untuk terakhir kalinya. Di dinding tempat whiteboard menempel hanya tersisa pesan-pesan ringan soal deadline tulisan yang semestinya aku selesaikan minggu ini. Lucu bagaimana waktu dua minggu berlalu, sebelumnya kamu demikian bersemangat untuk mengurus sebuah proyek. Memeras otak untuk membuat sesuatu yang menghibur hanya untuk dikabarkan bahwa kamu tak lagi bisa mengeksekusi ide itu.
Di ruangan kerjaku ada sound system yang membantuku memutar lagu kencang-kencang. Biasanya saat teman lain sudah pulang pukul 7 malam, aku memutar lagu Tatsuro Yamashita, The Adams, Paul Desmond, Didi Kempot, sampai Daughters. Kadang bersama teman-teman seruangan, kami bernyanyi kencang usai mengambil video.
“Siang kusaksikan engkau terduduk sendiri Dengan kostummu yang berkilau Dan angin sedang kencang-kencang berhembus Di Jakarta”
Menggelikan bagaimana ingatan bekerja. Kamu seringkali tak pernah menghargai hal-hal sepele sampai kamu kehilangan. Seperti suara parau saat berteriak “Di Jakarta” saat menyanyikan lagu Konservatif. Kenangan bergerak seperti intelejen negara melacak pasien Corona. Senyap dan seringkali tidak berguna. Nongol di saat-saat yang tidak kamu inginkan.
Aku pikir perlu kerja keras untuk merelakan. Terutama jika kamu telah menghabiskan kebersamaan untuk waktu yang lama. Merelakan jadi pekerjaan mudah jika kita bisa menghapus ingatan tadi. Saat-saat bersama, perbincangan yang panjang, juga harapan-harapan tentang masa depan adalah kenangan yang susah direlakan. Perkara merepotkan seperti ini bisa ditemukan dala pekerjaan, hubungan percintaan, atau juga persahabatan.
Aku berusaha untuk tidak melankolis. Putus hubungan kerja, ya sama dengan kejadian hidup yang lain. Manusia dilahirkan, jatuh cinta, berpisah, sakit, lantas mati jadi bangkai. Tidak ada yang perlu dipersoalkan berlebihan. Tapi susahnya menjadi manusia yang punya perasaan, kadang kita tak bisa merelakan yang sudah biasa. Biasa bersama, biasa ada, biasa selalu hadir. Kebiasaan itu yang sering membuat kita jadi tidak rela.
“Aku nelongso mergo ke bacut tresno Ora ngiro saikine cidro Ora ngiro saikine cidro”
Saat mencabut sticky notes berisi pesan, tugas, dan keterangan pekerjaan membuatku ingat peristiwa yang telah lewat. Seperti makan siang bersama, rapat kreatif untuk membuat sesuatu yang lucu, sampai juga evaluasi setelah pekerjaan yang melelahkan. Tiap lembar kertas itu menyimpan cerita dan kamu harus membereskan itu semua untuk kemudian membuangnya ke tempat sampah.
Membereskan benda-benda yang terlanjur punya cerita dengan kita juga perkara yang merepotkan. Sebuah botol minuman, cabai pedas instan, tisue basah, juga kue kering yang ada di meja kerja bersama jadi semacam monumen. Memilih antara sampah dan memento.
Akan lebih mudah mengumpulkan semuanya dan mengembalikan seluruh benda itu ke pemiliknya. Tidak perlu ada ikatan emosional. Tapi tentu bukan manusia jika tak membuatnya jadi rumit. KIta menyimpan hal-hal bodoh sebagai penanda, semacam museum, agar sewaktu-waktu bisa kembali mengingat satu peristiwa yang partikular.
Meninggalkan yang telah selesai semestinya jadi latihan mendewasakan diri. Kamu tidak bisa memaksakan hal yang tak bisa kamu kendalikan. Kamu pelan-pelan jadi lebih kuat daripada kemarin. Bisa menghadapi kegetiran dengan kepala lebih dingin. Kamu bisa memilih untuk meratapi perpisahan itu, atau melanjutkan hidup.
Kupikir sedih dan jadi melankolis saat pandemi adalah kemewahan luarbiasa. Saat banyak orang merasa ketakutan, aku disibukkan dengan perasaan sedih (atau marah) karena kehilangan. Aku tak kehilangan orang yang kusayang karena COVID-19, aku tak menderita penyakit itu, atau kekurangan makan karena mesti mengisolasi diri.
Tapi jika boleh, aku mau mengingat hal baik dari apa yang sudah berlalu. Karena rasa sakit akibat berpisah atau pergi dari sebuah relasi yang awalnya baik-baik saja, betul-betul tidak tertahankan.
0 notes
vouzodi · 4 months
Text
Cheers for our 4th, My Sputnik!
Tumblr media
Hai, aku Melody. Salam kenal para pembaca sekalian. Di bagian blog ini aku mau berbagi cerita sedikit sama kalian. Bagi yang gak suka silahkan gak dilihat ya, bagi yang mau baca.. Selamat membaca! > <
Seperti yang sudah aku sebut sebelumnya, namaku Melody atau lebih tepatnya Melody Selenina. Banyak orang yang memanggilku Odi, Didi, atau Ody (iya, cuman beda i sama y aja tapi bagiku tetep beda). Tapi, aku jauh lebih suka dipanggil Odi.
Kali ini aku tidak ingin menceritakan soal diriku dan masalahku (bosen banget, please). Melainkan aku mau cerita tentang hubunganku dengan satu sosok yang sangat aku syukuri hidupnya. Sebut dia Pranadja Radiva Wistara. Nama yang indah, bukan?
Dia biasa dipanggil Pradiv atau Adiv dan dengan bangga aku perkenalkan dia sebagai kekasih hatiku. Salah satu pasangan terbaik yang pernah hadir di hidupku.
Kalian tahu.. Aku sama sekali tidak menyangka bisa bertemu dan menjalin hubungan spesial dengan laki-laki ini. Ekspektasi-ku pada awal kita bertemu selalu ragu. Terutama ragu dan takut pada diriku sendiri. Aku takut dan ragu tidak dapat membawa hubungan ini jauh lebih lama. Ya, aku memang gadis pesimis, aku tau itu!
Siapa yang menyangka seorang gadis penuh angin ribut di hati dan kepalanya ini bisa dimiliki oleh laki-laki se-tenang air dan penuh kesabaran ini? Aku saja sama sekali tidak menyangka bisa memiliki seorang Mas Pradiv.
Bagi segelintir orang yang melihat kita mungkin akan berkata, “Duh.. Hubungannya mesra banget sih. Pasti gak pernah ribut ya?” “Awet banget sih hubungan kalian, gak pernah marahan sama sekali kah?” “Aduh... Romantis banget sih kalian berdua!”
Kata siapa? Mbahmu gak pernah berantem!
Nyatanya beberapa kali kita berdua sering selisih paham dan komunikasi. Meskipun... Salah satu di antara kita berdua ada saja yang mengalah, tapi tak jarang membuat kita sering saling menggerutu. Bahkan, puncak kekesalannya itu yang membuatku ketakutan.
Betul, hubungan ini hampir hilang kendali.
Bersyukurnya aku memiliki kekasih seperti Mas Pradiv yang sangat hebat. Dia bisa membimbing dan membawa hubungan kita yang awalnya terombang-ambing kini kembali seperti semula. Bahkan jauh lebih romantis dan menyenangkan! (P.S: If you see it, terima kasih mamas!)
Banyak hal baik dan indah tentang Mas Pradiv yang tidak bisa aku sebutkan satu per-satu, sebab itu kepanjangan dan aku takut kalian menyukainya! (Melody posessive mode, indeed)
Tumblr media
Kalian tahu, sekarang kita sudah bersama hampir 122 hari! Hebat? Ya, tentu! Tapi.. kami masih belum puas. Kami berdua masih mau bersama lebih lama lagi, sampai waktu yang tidak bisa dihitung.
Di hari ke-122 ini, ada banyak harapan yang ingin aku limpahkan kepada hubungan ini. Intinya... Aku sangat ingin hubungan ini bisa jauh lebih selaras, makin hangat, dan romantis. Baik aku atau pun Mas Pradiv tidak hanya menjaga komunikasi, tapi juga understanding each pov. Semakin bahagia yang jelas! Itu harus, wajib, kudu.
Ada pesan singkat juga untuk Mas Pradiv dari aku, a.ka Melody!
Hai, sayang! Kita bertemu lagi ya di tanggal 23 ini. Hebat juga ya kita berdua, tapi lebih hebat kamu sih! (please jangan ngelak) Sebelumnya.. terima kasih banyak ya mas karena mau bertahan pada hubungan ini. Terima kasih sudah menjadi sosok yang sabar, jadi sosok yang mengayomi, dan juga suportif buat aku. Pokoknya, aku gak akan lelah bilang terima kasih ke kamu. Maaf juga karena aku hubungan kita nyaris gak baik, tapi berkat kamu aku bisa paham sudut pandang kamu dan aku bisa belajar jauh lebih banyak mengenai kamu. Semoga kita masih bertemu dengan tanggal 23 di bulan selanjutnya (HARUS SIH!) dan semoga aku bisa memberikan bahagia yang lebih buat kamu, memberikan kasih sayang yang jauh lebih banyak untuk kamu, dan semoga aku gak sering-sering ngedumel hehe. Itu aja paling dari aku. Peluk cium dari Odi! <3
Petualangan kita masih panjang 'kan, kapten? Ayo kita saling berpegangan erat untuk menjelajahi hari dengan petualangan seru ke depannya! Tidak perlu khawatir, aku masih menyayangimu sama seperti pertama kali kita bertemu dan aku masih ada di sini, gak akan kemana-mana.
Mungkin itu aja yang bisa aku tulis pada bagian blog ini. Biarkan tulisan ini terpatri agar dikenang sampai sepanjang masanya. Bagi para pembaca, terima kasih aku ucapkan telah membacanya hingga tuntas. Terima kasih sudah bersenang hati mendoakan untuk kami berdua.
Dengan Bahagia Terdalam,
Melody Selenina | Januari, 2024.
0 notes
ibanezloui · 5 months
Text
Tumblr media
Sabi nga sa kanta “Ang lahat ay nagbabago, ganon din ang puso. Di alam kung paano aamin...”
Bakit wala akong nararamdaman na pagmamahal na ineexert ng taong mahal ko?
Ang dami ng katanungan sa aking isipan, mahal lang ba ako dahil may kailangan o mahal lang ako kasi ako ang nandyan?
Halos hindi ko maipaliwanag ang sakit at sama ng loob ko sakanya dahil sasabihinniya lang na puro lamang drama at arte. Wala ba siyang pakiramdam? Hindi ba niya maintindihan? Dahil gusto niya syalang yung iniintindi.
Kakapoy talaga magpalangga. Dati wara akon karelasyon wara sin samok wara sinsakit san buot, pero nagsulod siya sa buhay ko ginbaton ko kay palangga ko man siya pero habang naga dugay ka toxic na ginaparamdam niya saakon na dili niya na ako palangga. Tanan ginabuotan niya pati panul-otan siguro kasi tama nga an sabi niya na “nagahanap sya san presentable kad mganda na babae” kad DILI AKO IDTO. Simple man lang ako san nakilala niya, gintanggap niya man ako pero habang ngadugay ginparamdam niya na sawa na sya. Porket ba losyang na ako love? Porket ba di ko na mahatag an tanan na gusto mo? Aram mo kaunfair mo, GUSTO MO PANO IKAW LANG TANAN INTINDIHA MAN AKO!! PORKET PALANGGA KO IKAW GINASAGAD MO!? PORKET DILI KO IKAW KAYA BIYAAN GINATOLERATE MO!?
Aram mo didi ko ginalabas tanan na hinanakit ko kay aram mo bisan pauruutro ko sabihon saimo WARA KA PAKIARAM KASI DILI KA MAARAM MAKIRAMDAM!! GUSTO MO IKAW NALANG PIRME!! Pano man ako Eric?? Pano ako? Kaluluoy ako dahil sa ginaparamdam mo!
0 notes