Tumgik
#Maret
milaalkhansah · 2 months
Text
Dari puasa kita belajar bahwa sebanyak apa pun yang kita inginkan dari dunia ini, segelas air putih saja sudah cukup mengenyangkan. Lagi-lagi, hawa nafsu kita tidak akan pernah merasa cukup jika kita turuti semua kemauannya.
268 notes · View notes
rumahtanpawajah · 1 month
Text
Aku Pulang
Bisa dibilang sebentar lagi kata pulang itu benar benar terealisasikan setelah satu tahun berjuang di tanah perantauan. Benar benar tahun penuh kegilaan dan segala pelengkapnya. Dan apakah aku pernah menyesali keputusan ini adalah sesuatu yang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Kesedihan akan selalu dibayar tuntas oleh senyuman hangat. Ditengah kesibukan yang kian ingar bingar dalam malam malam penuh pikiran. Disore tanpa tempat untuk bersandar. Dan saat mentari muncul esok, aku mungkin akan berhenti sejenak untuk memikirkan bahwa aku harus tetap hidup. Karena aku benar benar menemukan alasan ku untuk hidup. Aku pulang.
-Untuk Ummi yang selalu meyakinkanku untuk terus jangan menyerah dan Abah yang selalu memberikanku apapun yang kubutuhkan untuk tetap hidup. Terima kasih banyak.
3 notes · View notes
abidahsy · 1 month
Text
Maret (Ramadhan): Menyala Hangat dan Menenangkan
Bagiku, bulan Maret tahun ini sangat spesial. Bukan hanya karena telah diberi hidup hingga genap dua puluh sembilan tahun, melainkan karena bulan ini bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan. Tantangan yang sama dari satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah bagaimana cara membuatnya berbeda. Berbeda dalam arti menjadi lebih baik tentunya.
Menariknya, Ramadhan kali ini aku hanya ingin menjalankannya selancar dan setenang mungkin, meraih setiap keutamaan yang ada semampu-mampunya, serta menjadi hadir di setiap harinya, jam demi jamnya. Aku memilih untuk membatasi agenda bukber hanya satu kali saja, kerja full wfh, kursus live online diikuti sebagian karena baru bisa bergabung setelah tarawih, dan menghabiskan weekend dengan istirahat sambil membersihkan rumah.
Ternyata dengan fokus pada perbaikan hal-hal yang selama ini dianggap kecil atau sepele (yang seringkali terlewat karena sibuk pada sesuatu yang besar dan mencuri perhatian), hati bisa menemukan rasa tenang.
Meski tidak seperti Ramadhan sebelumnya yang penuh gemerlap dan agenda padat merayap, Ramadhan kali ini tetap menyala dengan caranya yang berbeda, hangat dan menenangkan. Alhamdulillaah.
Bulan ini aku lalui secara paket lengkap, merasakan betapa indahnya nikmat sehat karena sempat dikaruniai sakit saat awal Ramadhan, pertama kali kena remedial tugas kursus yang menariknya semua terlewati dengan baik pada akhirnya, hingga menyelesaikan dua deadline besar sekaligus mendapatkan amanah baru dalam pekerjaan.
Tinggal satu domain yaitu jodoh yang masih belum terlihat hilalnya. Hehe.
Indahnya proses tentang hal yang satu itu, meskipun aku merasa jalan di tempat, sebenarnya banyak yang perlu disyukuri.
Pertama, nyatanya aku masih terus berdoa. Berdasarkan materi tentang doa yang pernah kuikuti, nanti di akhirat akan ada orang yang dibawakan pahala bergunung-gunung oleh malaikat, saat ditanya amal apakah itu? Malaikat menjawab bahwa itu adalah kumpulan doa-doa selama di dunia yang belum terjawab. Di saat itu juga, orang-orang yang melihat kejadian tersebut sampai berharap bahwa doa mereka tidak pernah terjawab di dunia.
Kedua, aku menikmati setiap proses dan progress yang ada sekecil apapun itu, menjadi lebih apresiatif. Bahkan, saking apresiatifnya, aku khawatir terjebak dalam zona nyaman. Hingga kuusahakan untuk menyematkan doa bahwa aku mensyukuri setiap nikmat kesendirian yang Allah berikan saat ini sekaligus siap untuk mendapatkan amanah berikutnya. Kalaupun di mata Allah aku belum siap, aku meminta kemampuan dari-Nya.
Ketiga, aku bisa fokus pada orang-orang terdekat yang aku sayangi. Siapa tahu bahwa kelak jika sudah menikah, waktu dan kebersamaan dengan ibuk, adik-adik, dan ayah akan jauh berkurang? Dan sebelum rasa sesal itu terjadi, aku mau memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya, meninggalkan memori sebanyak-banyaknya dengan mereka. Dan itulah hal yang sangat patut disyukuri saat ini, menjadi sadar betapa berharganya nikmat yang telah Allah berikan.
Keempat, kelima, keenam dan seterusnya menjadi nikmat yang tidak bisa dihitung dan dijabarkan dalam tulisan ini yang sangat terbatas. Pun sejatinya manusia tidak akan pernah mampu mengihitung semua nikmat dari Allah, bukan?
Maret dan Ramadhan tahun ini menjadi momen yang sangat spesial dalam hidup, semoga Allah izinkan kita semua meraih setiap keutamaannya khususnya malam Lailatul Qadar, dan kembali pada fitrah.
Semoga Ramadhanmu kali ini juga penuh berkah, menyala dengan hangat dan menenangkan.
Depok, malam ke-19 Ramadhan.
4 notes · View notes
Text
Tumblr media
"Grand Insigne de l'Ordre du Soleil Perse" ayant appartenu à Hugues-Bernard Maret, Duc de Bassano (XIXe siècle) pendant la visite-privée du Musée de la Légion d'Honneur organisée par son conservateur Tom Dutheil et l'Association d'Histoire de la Bijouterie-Joaillerie, mars 2024.
2 notes · View notes
sebesun · 9 months
Text
Tumblr media
Redrawer on old drawer
4 notes · View notes
nafaridaa · 1 year
Text
Maret: Sebuah Kontemplasi Pembelajar
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [QS. Al-Baqarah: 155-157]
Awal Maret
Awal Maret-ku kali ini diawali dengan ujian yang cukup menantang bagi otak, mental, sekaligus ruhiyah: pelaksanaan ujian tengah semester. Bagaimana tidak, materi ujian yang semakin ke sini semakin tidak masuk akal sulitnya, ditambah dengan beberapa pertanyaan juga kebimbangan dalam diri terkait enjoy-tidaknya, benar-salahnya, sampai pada cocok-tidaknya pilihanku dalam mengambil jurusan ini dengan minat dan kemampuanku, tak ada hentinya berkecamuk di dalam otak.
Beberapa evaluasi dari Bang Yanis di awal tahun juga tak luput menjadi pikiran dan renungan. Kerap kali aku secara spontan menanyakan kembali maksud dan tujuanku selama berkuliah hampir dua tahun ke belakang, memilih institut (yang katanya) terbaik bangsa ini sebagai pilihan studi, dengan jurusan yang kerap kali dianggap momok bagi sebagian besar siswa pada umumnya, Fisika.
Akankah sulitnya jurusan ini worth it di masa depan?
Apakah apa yang aku pelajari sekarang akan implementatif nantinya?
Mengapa aku merasa “jiwaku” tidak di sini?
Ternyata, quarter life crisis gini ya, rasanya. Sebuah istilah yang selama ini familiar kudengar sebagai lalu lalang belaka. Dulunya aku pikir, orang-orang yang mengalami fase ini hanyalah mereka yang tidak memiliki tujuan dan visi pasti dalam hidup. Tapi nyatanya, orang (yang dulunya sangat) idealis dan bervisi besar sepertiku bisa juga merasakannya.
Sekali lagi, awal Maret-ku kali ini penuh perjuangan. Penuhnya isi kepala seakan-akan menuntutku untuk pulang ke Solo—tempat aku lahir dan tumbuh mendewasa—sebelum Ramadan: beristirahat sejenak dan mengisi kekosongan ruhiyah, niatnya.
Pertengahan Maret
Pada sekitar tanggal 17-19 Maret, aku memutuskan untuk kembali ke Solo. Bukan tanpa sebab, selain ingin me-recharge ruhiyah, aku juga berniat untuk berziarah ke makam kakek. Hal ini lumrah dilakukan sebelum menjelang Ramadan oleh orang Jawa di kalanganku, entah apa esensinya, yang pasti budaya katanya. Terlepas boleh tidaknya budaya ini, aku niatkan saja ziarah kali ini untuk mendoakan kakek sekaligus mengingat kematian. InsyaAllah, tidak ada salahnya. 
Beberapa hari di awal kedatanganku di Solo terasa sangat menyenangkan sekaligus menenangkan. Aku dengan semangatnya berbagi cerita dengan Umi dan Abi, sekaligus melakukan diskusi ringan dengan adik yang berumur setahun lebih muda dariku. Wejangan-wejangan terkait iman dan kehidupan tak hentinya dilontarkan dari masing-masing dari mereka. Semua terasa hangat, aku merasa jiwaku cukup ter-recharge. Semua kegundahanku akan akademik dan masa depan seakan sirna untuk sementara. Di perantauan aku memang seorang wanita yang sebentar lagi memasuki kepala dua; wanita yang dituntut mendewasa oleh keadaan. Namun di rumah, aku tetaplah gadis kecil Abi dan Umi yang gemar berceloteh dan bermimpi.
Sampailah pada hari-hari akhir aku di Solo, sebelum kembali ke Bandung. Aku dihadapkan oleh beberapa realita pelik problematika keluarga besar. Wajar, rumahku cukup berdekatan dengan rumah keluarga besarku, baik dari Abi maupun Umi. Ada satu momen di mana aku merasa tertampar dan tersadar. Momen di mana aku merasa pertanyaan-pertanyaan yang selama sebulan terakhir dengan lihainya berenang di kepalaku—pertanyaan dan kekhawatiran akan masa depan—divalidasi oleh keluarga besarku.
Kamu kuliahnya di bagian apa sih? Nanti mau jadi apa? Kamu pinter, kenapa dulu engga pilih yang pasti-pasti aja gitu profesinya, kayak dokter, guru, tentara, atau semacamnya?
Sesak. Semakin sesak saja dada ini.
Solo—keluarga besar, yang selama ini aku anggap sebagai rumah di mana aku adalah gadis kecil di dalamnya, gadis yang bebas bermimpi dan bercerita, ternyata sama saja dengan Bandung dan isi kepala. Sesak, memang. Namun bagian menyesakkan inilah yang membuatku banyak berkontemplasi setelahnya.
Nyatanya, Solo bukan lagi tempat yang ramah untuk pulang dan mencari ketenangan.
Bukan, bukan karena orang-orang di dalamnya. Bukan pula karena aku yang tidak suka dan tidak kuat menerima omongan dari keluarga besar—meski tanpa ditegaskan pun, pasti kita semua tidak suka berada pada kondisi tersebut. Tapi ini tentang validasi diri sendiri, bahwa nyatanya, di mana pun tempatku berpijak di Bumi, mau di Bandung dengan segala peliknya perkuliahan, di Solo dengan segala tuntutan masa depan, atau bahkan di ujung dunia yang paling indah sekali pun, posisiku di dunia saat ini akan sama saja. Mau tidak mau, aku harus belajar.
Tentang Belajar
Salah satu temanku pernah berkata, satu hal yang harus di-highlight dari belajar: transfer ilmu itu nggak instan, butuh kesabaran. Teman yang lain juga pernah mengingatkan bahwa sejatinya, belajar itu butuh proses, semua tinggal kembali ke kita, apakah mau bersabar dalam menjalani setiap prosesnya atau tidak. Proses hancur-hancurnya nilai, membangun konsistensi belajar, menanamkan mindset pembelajar, itu semua juga termasuk dalam proses belajar.
Di samping itu, ketika aku mulai mengeluh dan menanyakan beberapa hal terkait masa depan, Umi juga sempat mengingatkanku tentang mimpi-mimpi yang dulu dengan semangatnya digaungkan oleh Nafa remaja yang idealis: mimpi ingin mendirikan yayasan X, mimpi ingin melanjutkan studi ke negara Y, mimpi ingin membantu kalangan Z, mimpi menjadi penulis, mimpi menjadi ibu terbaik bagi anak-anaknya kelak, mimpi menjadi ibu peradaban, dan mimpi-mimpi besar lain yang sangatlah mustahil dicapai dengan mindset menyerah seperti ini. Umi juga mengingatkan, semua hal yang ada di dunia ini sudah digariskan oleh Allah. Selama kita mau berusaha dan berdoa dengan maksimal, Allah akan menjamin setiap rezeki dan melukiskan lini kehidupan terbaik bagi hamba-Nya yang mau bersabar dalam menghadapi ujian sekaligus bersyukur atas sekecil apa pun kenikmatan.
Tak ketinggalan, Abi yang cenderung lebih realistis dan irit bicara juga tak luput memberikan wejangan singkat namun sangat ngena dan logis sekaligus dapat diterima akal, “Ngapain mikir jauh-jauh. Fokus aja sama apa yang dijalanin sekarang, toh nanti juga bakal terlewati. Hal yang harusnya dipikir nanti, pikir aja nanti. Selama maksimal dan gigih menjalani yang sekarang, pasti nanti ada jalannya. Toh, kamu cewek, enggak begitu besar tuntutan terkait finansial. Semangat,”
Adikku tak luput memberiku buku yang menurutnya akan sangat relate dengan kondisiku saat ini, sebuah buku berjudul “Jika Kita Tak Pernah Menjadi Apa-Apa” karya Alvi Syahrin. Awalnya aku menolak, dengan dalih aku pernah selesai membacanya dahulu. Namun, dia tetap memaksa, katanya, “Dulu kamu tidak benar-benar membaca. Dulu kondisi kamu berbeda, belum se-relate sekarang,”
Benar saja, setelah kubaca ulang, aku merasa sangat banyak tertampar dengan apa yang tertulis di buku tersebut. Satu persatu air mataku menetes ketika membaca bab demi bab bagian dari buku tersebut. Rasa-rasanya tidak ada yang tidak relate dengan kondisiku sekarang. Aku semakin yakin bahwa i’m not the only one who faces this kind of situation. Beberapa kutipan dari buku tersebut juga sukses menyadarkanku untuk bangkit dari keterpurukan dan perlahan bangkit kembali dan bergerak maju. Kecewa, galau, bimbang, dan jatuh itu wajar. Yang membuatnya tidak wajar adalah jika kita terus menerus terpaku dan tidak beranjak dari situasi-situasi pelik tersebut. Kalau kata orang di sebuah video reels yang sempat lewat di timeline IG-ku, “Make mistakes, but don’t regret it. Make mistakes, and learn from it.”
Akhir Maret
Kalau ditanya, “Apakah aku sudah selesai dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak henti-hentinya berenang memenuhi kepala?” Jawabannya, belum sepenuhnya. Tapi apakah aku jauh lebih baik? Dengan yakin aku jawab, jauh lebih baik. Hidup ini memang melelahkan, namanya juga penuh perjuangan. Kalau cari enak, itu namanya surga, bukan dunia. Aku masih harus dan akan terus belajar, masih harus banyak bersusah payah dan berjuang. Masih akan ada banyak tangisan, fase jatuh, bangun, jatuh lagi, banyak tuntutan untuk begadang, ujian yang sulit, tugas yang semakin menumpuk dan tidak masuk akal, hari-hari penuh deadline, omongan orang yang kurang mengenakkan, beberapa ekspektasi dan tuntutan masa depan, perlombaan pencapaian yang tiada habisnya…
Tapi sebagaimana yang tertulis pada buku Alvi Syahrin, “Memang, tak semua akan menjadi sesuatu yang besar. Namun, proses-proses yang kamu lalui hari ini.. it all matters. Tak ada penyesalan bagi orang-orang yang belajar. Mereka belajar, so they find something. And when it comes to learning, I am not a quitter.”
“Pada akhirnya, kesuksesan di dunia ini adalah ketika kita sudah bisa merasa cukup.”
3 notes · View notes
regalkacangijo · 1 year
Text
sepertinya hari ini tak ada bekas apapun. sebentuk coretan pun tak ada penanda bahwa hari ini pernah ada.
baiklah. enggapapa :)
wahai diri tetaplah kuat menampung segala rupa. wahai diri tetaplah 'enggapapa' meskipun banyak 'hadeh'-nya. wahai diri.... ahh sudahlah~~~
Sabtu, 18 Maret 2023
4 notes · View notes
terkaitmaxwin · 1 year
Text
Tumblr media
heylink.me / RTPSLOTMAXWIN313 heylink.me / maxwin313 jangan lupa mampir ke link diatas ya bosku!!
2 notes · View notes
segudangpikiran · 1 year
Text
Awal Maret 2023
Oleh @segudangpikiran
Selamat datang di bulan Maret
Awal bulan saja sudah rumit
Isi pikiran pun ikutan ribut
Nikmatilah lika-liku kehidupan ruwet
5 notes · View notes
mardamind · 1 year
Text
1 Maret 2023
Aku ingin hilang sempurna dari kehidupanmu. Tetapi kenapa tidak bisa? Kenapa keterlanjuran ini begitu dalam membekas?
Setiap hari aku membunuh benih-benih rindu yang perlahan tumbuh. Namun bibit itu terlanjur ditanam di atas lahan hati yang subur akan banyak kenangan. Tak dapat dicerabut akar-akarnya, sebab telah terlalu jauh menelisik dalam. 
Ia akan tetap di sana, kenangan itu. Bercokol di suatu sudut hati. Terkadang menjadi benalu, terkadang menjadi penyesalan, dan terkadang menumbuhkan bunga-bunga.
2 notes · View notes
kakcia · 1 month
Text
Kamis Putih pertamaku
Sleman, 28 Maret 2024
Saat mengikuti Ibadah Kamis Putih, di GKJ Condongcatur, berulang kali aku mengusap air mata yang jatuh di pipi ini. Aku betul-betul merasakan kasih Tuhan.
BTW menjalani hari-hari besar tanpa orang tua dan keluarga, sedih juga lho, sedih banget malah. tapi Tuhan Yesus itu baik, ia selalu bersamaku dan memberikan penghiburan didalam hidupku. Tuhan mempertemukan aku dengan Pak Hadi dan Bu Hadi, tetanggaku diperumahan. mereka sangat baik padaku, hatinya terbuka untukku. begitu pula aku, hati ini pun terbuka untuk mereka. terpujilah Tuhan Yang Maha Baik. dihari Kamis putih ini aku masih merasakan, seperti ke gereja bersama Bapak dan Ibuku sendiri. Aku bahagia. Hatiku penuh.
pun sesampainya dirumah, aku masih berulang kali meneteskan airmata karena kebaikan Tuhan atas hidupku. Terima kasih ya Tuhan. Terima kasih.
besok adalah hari jumat agung, jangan lupa teman-teman untuk beribadah ya.
oia, 5 hal yang membuat aku bahagia hari ini :
Kamis Putih, pertama ku di Jogja
Hari ini hujan, aku gak barenga Pak Hadi dan Bu Hadi ke gereja, tapi akhirnya bisa ke gereja naik maxim car
duit persembahan masih ada
Aku tampil cantik hari ini
dapet rejeki lemper sebiji, sepulang gereja.
banjir, jalan kaki dari mobil ke Gereja, sepatuku aman, ndak jebol.
Mama sayang aku, Tante Linda sayang aku
itu dulu ya. sampai jumpa besok.
0 notes
milaalkhansah · 2 months
Text
Diberikan kesempatan untuk bertemu dengan bulan ramadan adalah salah satu nikmat yang tidak diberikan untuk semua orang.
Semoga kita diberikan kemudahan dan juga kekuatan untuk bisa memaksimalkan setiap detiknya dengan amalan kebaikan.
Karena barangkali, ramadan ini adalah ramadan terakhir kita.
Nasehat untuk diri sendiri | 08.43 menjelang ramadhan hari pertama
23 notes · View notes
rumahtanpawajah · 2 months
Text
Dingin, aku
Jadi orang orang menyebutnya dengan kebebasan? Lalu, tempat kita sendiri untuk berdiri itu apa? Kebanyakan hanyalah pertanyaan tahun lalu yang menyisakan remahan remahan tak begitu berarti. Angka angka bersliweran didalam benakku. Memenuhi apa yang tak mungkin terpenuhi belakangan ini. Dan dengan sepenuhnya sadar aku bergumam tentang bagaimana angka angka tersebut menjelma menjadi seseorang yang begitu berarti. Sepenuhnya berarti. Apakah itu sosok manusia ataupun bukan kurasa itu tak dibenarkan. Tapi? Ya, tapi yang kau lontarkan tak sesuai!! Tolong, apapun itu kembalilah menjadi musim hangat yang sempat kurindukan. Hari mulai dingin soalnya, sayang.
3 notes · View notes
wahyuindrawi · 1 year
Text
Ingin Merantau
Bertemu dengan orang-orang baru dan mencari pengalaman agar aku bisa mengalihkan perhatianku ke hal lain. Entahlah sekarang jadi apa.
Entah itu sehari, seminggu, sebulan, atau setahun.
Aku mau menghilang sebentar agar aku lebih tenang lagi kemudan melanjutkan hidup dengan kenangan yang tak akan lupa dan merangkai masa depan yang tak terduga.
# 10 Maret 2023
0 notes
conceptalbum · 1 year
Text
Tumblr media
0 notes
Photo
Tumblr media
Halo Pemustaka Estelo. Tahun 2023 ini sudah memasuki bulan ketiganya yaitu Bulan Maret. Semoga semua peluang yang tertunda dan gagal di bulan lalu, bisa tercapai dengan baik di bulan ini. #perpustakaan_estelo #pemustaka_estelo #maret (di Smpn 32 Surabaya) https://www.instagram.com/p/CpPG3BEvVlS/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes