Tumgik
#Kotak Kosong
tangerangraya · 2 months
Text
Muncul Isu Kotak Kosong Jelang Pilkada, Pengamat: Bukti Kegagalan Partai dalam Kaderisasi
Politik – Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menegaskan bahwa, kemunculan kotak kosong sebagai bentuk gagalnya kaderisasi Partai Politik (Parpol). Kenapa demikian, Sambung Ujang, Parpol gagal menonjolkan tokoh yang dapat menjadi ‘petarung’ di Pemilu Kepala Daerah (Pilkada), jika akhirnya bermunculan kotak kosong, sebagai lawan tanding. “Kendati selama Golkarnya nanti…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
beautytenda · 1 year
Quote
Sewa Tenda Di Kebon Kosong – Jakarta Pusat, dekorasi, plafon, semi dekorasi, serut, roder, kerucut atau sarnafil, kursi futura, tiffany, meja kotak, bulat, sofa, kipas blower atau misty fan, standing ac 5pk, genset, barstool, barikade, dinding tirai plastik, Panggung modul rigging, sound system
Sewa Tenda Di Kebon Kosong – Jakarta Pusat, dekorasi, plafon, semi dekorasi, serut, roder, kerucut atau sarnafil, kursi futura, tiffany, meja kotak, bulat, sofa, kipas blower atau misty fan, standing ac 5pk, genset, barstool, barikade, dinding tirai plastik, Panggung modul rigging, sound system – Sewa Tenda Kursi Meja Kipas Blower ac genset
0 notes
Text
O8l2-l545-2533 Grosir Kotak Kayu Tembakau, Box Kayu Bandung
Call/WA O8l2-l545-2533 Grosir Kotak Kayu Tembakau, Box Kayu Bandung, kotak kayu hiasan, box kayu bekas, kotak hantaran kayu putih, kotak saran kayu, ktoak kayu hantaran
Tumblr media
Untuk infomasi PEMESANAN
Hubungi Segera! Call/WA O8l2-l545-2533 (Telkomsel) Auto KLIK WA https://wa.me/6281215452533 (Tanpa harus simpan nomor Hp)
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
" #kotakkayubandung #kotakinfaqkayu #boxkayu #boxrokokkayu #boxkayujakarta #tempatcincin #petikayubekasmurah #boxtriplek #kotakhantarankayupallet #kotakcincinkayujogja
0 notes
untukhariesok · 6 months
Text
Lelah
Kalau kau lelah, maka istirahatlah sejenak.
Kumpulkanlah keping-keping rutinitasmu yang berserakan. Masukkan ia di dalam kotak kosong dalam jiwamu, lalu tutuplah dahulu.
Peluk dirimu sendiri, hela napas tanpa perlu berpikir panjang tentang hari esok. Untuk beberapa saat, tidak apa-apa menjeda dengan beberapa titik tanpa harus menawarkan koma sebagai tanda akan melanjutkan hari.
Tidak ada salahnya jika kau tutup dahulu relung hatimu yang lelah - jika kau kabulkan suara badaniahmu yang meronta ingin rebah.
Dengarkanlah dirimu. Ia sedang lelah. Tidak ada salahnya mengambil jeda sesaat dari liku-liku dunia ini.
Sayangi dirimu. Biarkan ia sejenak henti — istirahat dari hiruk pikuk dunia yang semakin memberatkan.
21 notes · View notes
staf · 2 months
Text
Pembaruan
🌟 Baru
Kami meluncurkan opsi untuk "Lihat reblog sebelumnya" melalui menu tiga titik postingan untuk pengguna iOS.
Beberapa item aktivitas di Android memiliki pembaruan tampilan.
Pada editor postingan versi desktop, kami telah membuat header editor menempel di bagian atas tampilan, ketika postingan sangat panjang. Avatar mengambang sekarang juga telah dipindahkan ke header, agar lebih sesuai dengan tampilan postingan setelah dipublikasikan.
Masih pada editor postingan di web, kami telah menghapus opsi untuk membuat teks berwarna kuning. Di masa mendatang, kami berharap dapat meningkatkan opsi kontras teks berwarna untuk meningkatkan aksesibilitas.
Juga di web, saat Anda mencari blog, sekarang Anda juga akan melihat opsi untuk mencari semua Tumblr.
🛠️ Perbaikan
Memperbaiki masalah dengan indikator teks ALT pada editor postingan di web, yang alih-alih menampilkan deskripsi malah membuka kotak cahaya. Sekarang, indikator ini membuka deskripsi gambar dengan benar.
Kami telah menghapus saran untuk menghadiahkan fitur Bebas Iklan kepada orang lain jika Anda sudah berlangganan fitur Bebas Iklan.
Memperbaiki masalah di Android di mana editor menggarisbawahi teks berwarna.
Juga di Android, avatar anonim sekarang akan ditampilkan dengan benar di dalam Aktivitas, jika relevan, dalam bahasa selain Bahasa Inggris.
Di iOS, memperbaiki masalah di mana avatar blog akan tampak kosong pada umpan.
Juga di iOS, memperbaiki masalah di mana Anda dapat mengustomisasi blog orang lain.
Kami sekarang telah memasukkan beberapa teks pengganti bawaan ke dalam poling dan opsi poling di mana orang-orang telah berhasil menemukan cara untuk mengosongkannya. Maaf telah merusak kesenangan Anda!
🚧 Dalam Progres
Kami menyadari adanya masalah pada aplikasi iOS yang menyebabkan tampilan dasbor membesar atau mengecil saat mengetuk ikon TumblrMart di header. Kami sedang mengupayakan perbaikan di versi aplikasi berikutnya!
🌱 Segera Hadir
Hitung mundur hingga 1 April terus berlanjut.
Menghadapi masalah? Kirimkan Permintaan Dukungan  dan kami akan kembali menghubungi Anda secepatnya!
Ingin membagikan saran atau hal lainnya? Cek pembaruan di blog Staf kami dan mulailah berdiskusi dengan komunitas.
Ingin mendukung Tumblr secara langsung? Cek lencana Pendukung terbaru di TumblrMart!
3 notes · View notes
khodijaturrohimah · 1 year
Photo
Tumblr media
PERTEMUAN
"Sarah ayo makan bareng." Tasya masuk ke dalam ruang poli tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Bentar aku masih nunggu hasil lab pasien, kamu duluan ke kantin aja." Sarah menjawab tanpa menoleh, tangannya sibuk mengerjakan sesuatu di laptop.
"Oke, ntar kabarin ya. Eh iya, jangan lupa nanti aku nebeng buat ketemuan sama anak-anak." Tasya segera keluar ruangan dan menuju kantin RS sendirian.
Tasya dan Sarah memiliki agenda rutin untuk bertemu dengan dua sahabat mereka Riani dan Alfi. Pertemuan rutin yang terus mereka usahakan sejak kelulusan mereka 6 tahun yang lalu. Meski sempat terpisah karena harus internship di kota yang berbeda, tapi akhirnya semua kembali ke kota ini. Perpisahan sesaat itu membuat persahabatan mereka semakin erat.
"Sya, boleh minta tolong nggak?" Radit menarik kursi di depan Tasya, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Hmm?" Tasya menganggukkan kepala sambil terus menyeruput kuah pangsit yang sudah dipesannya.
"Tolong bujuk Alfi buat bicara sama aku." Entah sudah berapa kali Radit meminta tolong hal yang sama, rupanya benteng Alfi masih belum bisa ditembus.
3 bulan yang lalu Alfi memutuskan hubungan dengan Radit secara sepihak, tanpa memberikan alasan yang jelas. Sejak saat itu setiap chat maupun telepon dari Radit sudah tidak pernah digubrisnya.
“Kamu udah pernah ketemu lagi sama Alfi belum?” 
“Belum lah, chat sama telpon aja gak ada yang dibales.” 
“Memangnya kalau mau ketemu harus chat atau telpon dulu ya?” Tasya membuat Radit terdiam, menyadari satu kesalahan yang telah dia lakukan.
Mangkok pangsit Tasya sudah kosong, dia segera membereskan meja dan meninggalkan Radit di kursinya. Tasya tahu sahabatnya masih menyimpan perasaan untuk Radit, dia juga berharap mereka bisa kembali bersama, tapi nampaknya Alfi memutuskan untuk menghukum dirinya dengan kesendirian.
Tasya kembali ke ruang poli, sudah tidak ada siapa-siapa selain Sarah yang masih sibuk dengan laptopnya. Disodorkan roti dan susu kotak ke sebelah tangan Sarah, ia yakin sahabatnya belum makan sejak tadi pagi. Salah satu kebiasaan buruk Sarah yang membuatnya khawatir adalah kebiasaan makannya, dia bisa saja tidak makan seharian jika sedang fokus mengerjakan sesuatu.
“Jangan sampai sakit.” 
Sarah tersenyum mendengar ucapan Tasya, dalam waktu singkat roti dan susu kotak tadi sudah habis tak bersisa. Sarah kembali berkutat dengan laptopnya dan selesai 30 menit kemudian. Setelah membereskan barang-barangnya Sarah dan Tasya segera berangkat untuk menemui dua sahabat mereka.
Kafe Ambrosia, tempat yang rutin digunakan Sarah, Tasya, Alfi dan Riani untuk bertemu. Ada satu sudut kafe yang seolah-olah memang disiapkan untuk mereka. Jauh dari keramaian, tapi tetap bisa mengamati kondisi sekitar. Saat pertama kali empat sahabat bertemu di tempat ini rasanya mereka seperti dimengerti tanpa kenalan terlebih dahulu, dan sejak saat itu mereka selalu kembali ke kafe ini.
“Udah dari tadi fi?” Sarah duduk di seberang Alfi yang sedang membaca buku.
Rupanya Alfi telah tiba lebih dulu, ia duduk santai sambil ditemani buku dan minuman yang tinggal setengah.
“Iya, mumpung ada Mas Alif di rumah, jadi ibu ada yang nemenin.” Ibu, fokus utama Alfi saat ini.
Tidak lama Tasya dan Riani masuk kafe bersama-sama dan segera pesan makanan dan minuman untuk mereka semua. Salah satu tugas Riani setiap bertemu dengan sahabat-sahabatnya adalah menjadi “ibu”, ia akan memesankan makanan dan minuman untuk “anak-anaknya”. 
“Eh fi, udah dateng duluan to, aku kira belum dateng jadi langsung aku pesenin seperti biasa.” Riani kaget melihat Alfi yang ternyata sudah duduk manis di tempatnya.
“Nggak papa, minumku juga sudah mau habis, makasih ya.” Alfi tersenyum sambil menunjuk minumannya yang sudah hampir habis, rupanya Sarah tadi ikut menyeruput juga.
“Oke, jadi ada yang mau dibahas nggak nih?” Riani duduk di tempatnya sambil mengeluarkan buku bacaan. Pertemuan mereka ini kadang menjadi sesi curhat tapi kadang hanya sesi duduk-duduk sambil sibuk sendiri entah membaca buku, mengerjakan sesuatu di laptop, atau duduk bengong mengamati sekitar. Mungkin bagi sebagian orang ini adalah hal yang aneh, tapi keanehan inilah yang menjaga kuatnya ikatan persahabatan mereka.
“Radit tadi minta tolong buat dihubungin sama kamu lagi Fi.” Tasya mengamati wajah Alfi sambil menunggu jawabannya. Seperti yang diduga, Alfi diam tidak memberi tanggapan. Selalu seperti ini, setiap nama Radit disebut Alfi akan diam seolah tidak ada apa-apa di antara mereka. 
“Alfi?” Tasya mencoba memberi penekanan pada suaranya, berharap sahabatnya akan menanggapi ucapannya.
 “Ya sudah Sya biarin aja.” Alfi hanya menjawab sambil lalu.
“At least bales chat nya Radit dong Fi, sebagai temen aja kan nggak papa.” Tasya masih mencoba menjalankan misi dari Radit.
“Aku nggak ada waktu Sya.” Alfi menarik nafas panjang dan kembali dengan buku di tangannya. Final. Keputusan Alfi tidak bisa diganggu-gugat, dan mereka kembali kepada kesibukan masing-masing.
Satu hal yang tidak diketahui Alfi, sekuat apapun ia berusaha menutupi kesedihannya, tiga sahabatnya tetap bisa merasakannya. Sorot mata Alfi memang tidak bisa bohong, terutama kepada orang-orang yang sudah lama dekat dengannya ini. 
3 bulan yang lalu dokter menyatakan kanker ibu Alfi muncul kembali tapi kali ini lebih ganas karena telah menyebar ke organ lain dan tindakan yang dapat dilakukan hanya paliatif saja. Sejak saat itu Alfi memutuskan hubungannya dengan Radit dan fokus kepada ibunya. Alfi mengesampingkan perasaannya kepada Radit demi menjaga ibunya.
“Haduh, gimana sih ini.” Suara Sarah memecah keheningan yang ada dan tiga pasang mata segera tertuju padanya menuntut penjelasan. 
“Arman nggak jadi pulang minggu ini, padahal udah janji mau ke rumah mama mertua.” Sarah segera menjawab tanpa ditanya.
“Ngomongin soal mertua nih Sya, bukannya kamu habis ketemuan sama Orangtua nya Haris ya? Gimana ceritanya?” Pertanyaan Sarah membuat Tasya terkejut, sebenarnya ini adalah topik yang sedang ia hindari.
“Masih belum nemu tanggal yang cocok.” Tasya menjawab sambil tersenyum canggung.
“Orangtuanya atau kamu yang nggak cocok?” Riani menimpali.
“Aku.” Tasya menjawab lirih. Ini kali ketiga ia mengundur-undur perkara tanggal pernikahannya dengan Haris. Untung saja calon mertuanya masih bisa menerima alasan yang ia berikan, meski Mamanya protes keras dengan sikapnya yang kekanak-kanakan ini. Rencana pernikahan ini memang lebih kepada desakan orang tua Tasya dan Haris yang risih, “sudah terlalu lama” kalau kata mereka.
“Kenapa sya?”
“Aku masih belum yakin Ri.” Meski sudah bertunangan sejak 1 tahun yang lalu rupanya Tasya masih belum juga yakin dengan rencana pernikahan ini.
"Haris baik kan Sya?" Tanya Alfi sambil menepuk-nepuk punggung tasya.
"Baik kok Fi." Tasya yakin bahwa Haris adalah orang yang baik, tapi tidak semua orang baik akan terus menjadi baik, dia takut Haris berubah ketika mereka sudah bersama.
"It's okay Sya, take your time. Kita emang nggak bisa gegabah untuk keputusan besar." Sarah berusaha menenangkan Tasya yang mulai tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Jika ada yang bisa disalahkan maka masa lalu adalah pelaku utamanya, lebih tepatnya ayah Tasya yang telah menghancurkan rasa kepercayaannya terhadap laki-laki, dan ini sangat mempengaruhi hubungan percintaan Tasya. Beruntung ada Haris yang akhirnya bisa membuka hati Tasya 5 tahun yang lalu, meski rasa sayang mereka tidak perlu diragukan lagi tetap saja hubungan mereka seringkali diwarnai dengan masalah karena ketakutan Tasya, seperti saat ini.
Alarm di HP milik Riani berbunyi menandakan saat ini sudah pukul 5 sore, batas waktu pertemuan mereka. Tasya dan Riani pulang lebih dulu meninggalkan Alfi dan Sarah yang masih sibuk sendiri-sendiri.
"Aku nebeng ya Ri." Tasya segera masuk ke dalam mobil Riani, karena yakin tidak akan ditolak sahabatnya. 
Rumah Tasya dan Riani tidak terlalu jauh dari kafe Ambrosia, tak perlu waktu lama mereka sudah sampai di depan rumah Tasya. Rumah yang terlalu besar jika hanya dihuni oleh 2 orang saja.
"Bener kata Sarah sya, take your time, belajar dari aku, jangan sampai kamu gagal juga seperti aku."
"Kamu nggak gagal Ri, ini semua adalah keputusan terbaik yang sudah kamu lakukan." Tasya memeluk Riani sebelum turun dari mobil.
Bisa dibilang apa yang dilalui Riani adalah mimpi buruk bagi semua wanita, bertemu laki-laki tak bertanggung jawab dan menjadi janda di usia muda. Tanpa kekuatan dari keluarga dan sahabatnya mungkin Riani akan memilih untuk menyerah. Selain itu adanya malaikat kecil di sisinya mencegah Riani untuk melakukan hal-hal yang dapat mencelakai dirinya. Malaikat itu bernama Aruni, gadis kecil yang saat ini sudah berusia 6 tahun. Usia dimana anak kecil banyak mengamati dan banyak bertanya. Dan malam ini Aruni memberikan pertanyaan yang sulit dijawab ibunya.
“Aruni punya papa nggak ma?” pertanyaan pertama.
“Aruni kan punya ayah.” Riani menjawab dengan tersenyum, berharap jawaban itu cukup untuk putrinya.
“Bukan, ayah kan kakek Aruni, kalau papa suaminya mama.” Rupanya Aruni sudah mulai paham dengan silsilah keluarga, dan ini mengganggunya karena selama ini ia tidak melihat ada sosok laki-laki di samping mamanya.
“Aruni punya papa, tapi kami sudah bukan suami istri lagi. Jadi Aruni sekarang sama mama.” Masih dengan senyum Riani berusaha menjelaskan kepada anaknya.
“Papa pergi karena nggak sayang sama Aruni ya ma? Kata Fia papanya pergi karena sudah nggak sayang Fia. Papa Aruni juga sama ya ma?” Pertanyaan yang sungguh menyakitkan untuk dijawab. Riani tidak pernah bercerita tentang Prasetya kepada Aruni, ia juga berusaha untuk tidak mengeluh di depan Aruni karena ia ingin menjaga perasaan bidadari kecilnya. Riani tidak ingin Aruni menilai buruk laki-laki karena kekecewaan terhadap papanya.
“Maaf ya sayang, mama nggak tahu kenapa papa pergi. Tapi Aruni nggak perlu merasa sedih, kan ada banyak yang sayang kamu. Ada Ayah, Ibu, Om Riski, dan yang pasti Mama.” 
“Tapi Aruni pingin tanya Papa. Aku mau ketemu Papa.” Penasaran, hanya itu yang nampak di wajah Aruni, bukan kesedihan. Jika perkara kasih sayang maka apa yang didapatnya jelas lebih dari cukup. Tapi sosok yang tidak pernah diingatnya itu membuat Aruni gusar, ia ingin jawaban yang memuaskan rasa ingin tahunya. Malam ini berakhir dengan janji Riani untuk memenuhi keinginan anaknya.
Prasetya tidak pernah menghubunginya lagi semenjak perceraian mereka 5 tahun yang lalu, meski untuk menanyakan tentang putri mereka. Dan kini Aruni ingin jawaban dari papanya yang telah menghilang ditelan bumi. Riani menyesal telah berjanji kepada Aruni, tapi jika tidak demikian maka diskusi tentang papa tidak akan berkesudahan, dan Riani sudah tidak sanggup.
9 notes · View notes
ariekdimas · 1 year
Text
Episode Terakhir-Kemenangan
Tumblr media
Negara yang bisa mengikuti Piala Dunia Sepakbola Turki 2022 harus melewati pertandingan klasemen per zonasi terlebih dahulu. Indonesia tergabung dalam grup zona klasemen Asia Timur bersama Bangladesh, Malaysia, India dan Jepang. Dari East Asian Zone ini hanya ada dua negara yang akan mendapatkan tiket untuk masuk dalam Piala Dunia Turki mendatang.
Pertandingan dilaksanakan di Bangladesh sebagai tuan rumah klasemen. Duel pertama kami kali ini melawan tim Bangladesh. Tidak banyak informasi yang kami peroleh tentang gaya bermain tim Bangladesh sebelumnya. Meski demikian kami dapat membantai habis mereka dengan skor 6:0. Tanpa diduga aku berhasil mencetak hattrick.
Kemenangan awal tersebut menjadi bensin semangat buat kami. Sejak awal terbang dari Indonesia motivasi kami memang adalah untuk bisa lolos, karena ini adalah peluang pertama kami untuk ke Piala Dunia. Optimisme terpancar ke dalam tim. Dipertandingan kedua melawan India kami berhasil menekuk lutut mereka dengan skor 2:0.
Di posisi sementara, kami menempati peringkat kedua setelah Jepang. Namun di pertandingan selanjutnya kami lengah ketika melawan tim Malaysia. Kami kalah 2:0 dari timnas Harimau Malaya. Posisi saat ini kami mungkin masih bisa bertahan, akan tetapi lawan selanjutnya adalah tim Samurai Biru. Jika dipertandang selanjutnya kami kalah dan Malaysia menang kembali maka kami bisa dipastikan akan tergeser ke peringkat 3.
Kemudian tibalah pertandingan penentuan melawan Jepang. Di ruang ganti sebelum bersiap bertanding, Pak Martin Kumis memotivasi kami kembali.
“Ayo team! Tiket menuju piala dunia udah di depan mata kita. Fokus dan ingat tujuan kalian berada disini. Oke!!??”   
“Siap Pak Pelatih!!!” sahut kami dengan kompak
“Semangat!! Tim Garuda BISAA!!”
“Garuda BISAA!!!” seru kami.
Sayangnya, ketika kami memasuki lapangan tidak ada spanduk dukungan menghiasi stadion, tidak ada ramai sorak supporter. Kami memakluminya karena memang dukungan terhadap sepakbola amputasi masih sangat minim saat ini. Tapi tidak apa, meski demikian aku senang karena disini masih ada kedua orang tuaku yang bela-belain hadir untuk mendukung aku bertanding.  
Pertandingan kemudian berlangsung. Tim amputasi Jepang bermain dengan sangat baik. Aku menerima operan dari Samsul Bahri untuk menendang. Lalu melihat kesempatan untuk mencetak gol, namun sayang gerakan pemain belakang Jepang sangat cepat sehingga  bola selalu berhasil dihadang. Beruntung kami bisa mengimbangi gaya permainan Jepang. Hingga diakhir babak pertama kami kebobolan satu angka karena terkena counter oleh mereka.
Babak kedua lalu berjalan, kali ini strategi bertahan kami pilih karena sangat sulit untuk bisa menembus tembok pertahanan Jepang. Pertandingan berjalan alot rasanya, hingga waktu hampir habis. Kami pun hanya bisa berharap adanya keajaiban. Disaat aku yang hampir menyerah terdengar sorak dari belakang.
“Mas Arga kamu pasti bisa! Ayo tim Garuda, jangan menyerah sekarang.” Seru Ayah dan Ibu dari bangku penonton. Ayah mengibarkan ngibarkan bendera Indonesia.
Tak lama berselang itu, kami mendapat kesempatan kembali untuk menyerang. Bola ada direkan timku, aku segera berlari kedepan mendekati kotak pinalti untuk bersiap menerima operan darinya.
“Disini kosong. Oper kesini bro!” teriakku
Bola melambung dan langsung aku sambut dengan tendangan kearah gawang.
Thaasssh! Penjaga gawang ternyata berhasil menepisnya. Sial kataku, hilang sudah kesempatan maju ke piala dunia. Waktu tinggal tersisa satu menit lagi.
Priittt!! Terdengar suara pluit dari wasit.
Ada apa ini pikirku. Bukankah waktu masih tersisa? Oh,rupanya sang penjaga gawang menepis bola yang aku tendang tadi dengan bagian lengan amputasinya. Hal ini jelas merupakan pelanggaran dalam sepakbola amputasi.
“Alhamdulillah!! Peluang tendangan penalti untuk kita!” sontak kami langsung berteriak girang.
Pelatih Martin Kumis dan tim sepakat menunjuk aku sebagai algojo. Aku lalu maju ke garis putih berhadapan satu lawan satu melawan kiper Jepang. Suasana menjadi tegang, aku mengepalkan tanganku dengan kuat pada tongkat kruk sembari komat-kamit membisikkan do’a.
Dan…
“GOOOOOOOLL!!”. Seluruh tim Garuda serta penonton yang hadir termasuk orang tuaku melompat berteriak. meluapkan kebahagiaan. Aku sempat terpatung kaku sebentar tidak percaya. Teman-teman timku berhamburan menghampiriku
Tak lama, pluit panjang lalu berbunyi tanda pertandingan telah usai. Walaupun hasil pertandingannya seri tapi Indonesia masih bisa bertahan diperingkat dua klasemen. Tim kami LOLOS ke Piala Dunia Turki 2022 nanti.
Usai pertandingan, aku menghampiri Ayah dan Ibuku lalu memeluk mereka.
“Ayah, Ibu terima kasih karena selalu mendukung dan mendo’akan Arga selama ini.”
“Tanpa kalian, Arga nggak akan bisa mewujudkan impian sampai sejauh ini. Arga mungkin akan berdiam diri aja di rumah setelah insiden itu.” Kataku sambil menangis.  
[Selesai]
(c) Ariek Dimas
7 notes · View notes
truegreys · 1 year
Text
Yang Lekat dari Yang Lalu: Bagian Pertama
Meski aku sangat ingin kembali ke masa lalu, aku tidak pernah menyangka akan betul-betul kembali dan menjelma sebangai tempat pembuangan sampah.
Kau bisa bayangkan, ukuranku menjadi sepuluh kali lipat tubuh manusia, kotak, dan tak terurus. Yang paling parah, aku begitu bau. Dari berbagai konsep reinkarnasi, aku selalu membayangkan akan berubah menjadi makhluk hidup yang menggemaskan dan hidup dengan tenang. Makan, berak, tidur, lalu main—empat hal utama kehidupan—dan tak lagi perlu kupikirkan cicilan KPR, tabungan pendidikan, karir gemilang di perusahaan bergengsi, bahkan berkeluarga hingga bertetangga. Tidak pernah terbayang aku akan menjadi seonggok tempat di mana semua orang membuang sisa-sisa bagian hidupnya yang tak lagi berarti.
Kutelisik sekitarku, siapa tahu ada yang bisa menjelaskan kepadaku di mana aku berada dan mengapa aku menjadi tempat pembuangan sampah. Ada beberapa pohon besar di dekatku. Beberapa depa ke depan ada sebuah masjid resik bernuansa hijau dan putih. Kucoba baca plang yang tertera di bagian depan masjid. Tertulis serentet nama masjid dengan alamat yang tak asing. Sepertinya, aku tahu keberadaanku. Tempat ini begitu familiar. Kurasa, Bapak dan Ibu pernah mengajakku ke daerah ini, tapi sepertinya ini bukanlah era itu, 2009. Mungkin, lebih lampau karena masjid bernuansa hijau dan putih itu masih agak kumuh.
“Kapan, ya, truk sampah datang?” Kudengar seorang bapak tua bersarung bertanya kepada seorang bapak lainnya yang kebetulan sama-sama sedang membuang sampah rumah tangganya. Akan kusebut Bapak Merah dan Bapak Hijau—mereka menggunakan baju berwarna merah dan hijau.
“Katanya telat. Mungkin besok baru diangkut.” Jawab Bapak Hijau.
“Padahal biasa datang tiap hari selasa, ya.” Tanggap Bapak Merah sambil keduanya berlalu menjauhiku.
Masih bisa sayup-sayup kudengar percakapan mereka. Katanya, truk sampah telat dua hari, yang berarti hari ini adalah hari kamis. Isiku memang sudah cukup membeludak. Tak lagi ada ruang kosong di dalamku yang dapat menampung sekantung sampah tambahan. Sampah Bapak Merah dan Bapak Hijau berada di puncak tumpukan. Aku pernah dengar bagaimana dalam satu RT, sampah dikumpulkan dalam satu kotak besar sepertiku, kemudian truk sampah akan langsung mengambil sampah tanpa perlu berkeliling dari rumah ke rumah. Cara seperti itu memang lebih efektif ketimbang truk sebesar dua kali gajah melintas ke dalam perumahan.
Meski begitu, aku tak menyangka aku akan menjelma sebagai tempat pembuangan sampah.
“Telat lagi, ya, truk sampah?” Ibu Cokelat bertanya kepada Ibu Kuning, pertanyaan serupa yanmg dilontarkan Bapak Merah. Pertanyaan itu serupa basa-basi dan ramah-tamah Ibu Cokelat karena pertanyaannya lebih seperti pernyataan. Kau juga pasti tahu bahwa pertanyaan yang serupa dan berulang biasanya bukanlah percakapan yang sebenar-benarnya, tapi hanya sebuah basa-basi agar tidak dianggap sombong. Di masaku, tepat sebelum aku menjadi tempmat sampah, pertanyaan berulang yang sering kutemui adalah, “Kapan nikah?”, diikuti dengan pertanyaan kapan-kapan lainnya.
“Katanya, truknya mogok. Info dari Pak RT. Lagi dibenerin.” Ibu Kuning memberikan informasi yang cukup berarti—sebuah alasan. Keduanya membawa kantung sampah yang tidak begitu besar. Mungkin, aku masih bisa menampunganya jika Ibu Cokelat dan Ibu Kuning menyelipkan sampahnya di sudut kanan atau kiriku.
“Eh, iya. Nanti datang akikah cucunya Bu RT?” Ibu Cokelat bertanya mengalihkan pembicaraan tentang truk sampah.
“Dateng, dong! Akhir bulan, kan?”
“Iya. Tanggal 30 Desember. Dua minggu lagi.”
Oke. Aku mendapatkan tanggal di mana aku berada. Sekarang, di tahun berapa aku berada?
Aku jadi ingat, dahulu Bapak pernah pulang dengan aroma yang mirip dengaku sekarang. Setelah ibu bertanya dan sedikit marah-marah, Bapak menjelaskan ia mengubek-ngubek tong sampah untuk mencari informasi suatu kasus pembunuhan. Sekarang, karena aku menjadi tempat sampah, aku bisa juga melakukan apa yang Bapak lakukan—mencari informasi.
Kuamati keresek demi keresek. Tentu saja aku tidak bisa merobek keresek, mengubrak-abrik isinya, mengeluarkan setiap barang tak berarti di dalamnya. Yang bisa aku lakukan hanyalah menerawang beberapa bagian sampah yang terlihat dari beberapa keresek transparan. Kulihat ada sebuah undangan pernikahan yang tercerai-berai di salah satu keresek berawarna merah transparan. Kuteliti dan kulihat sebuah tahun tertera di sana, 1996.
Aku kembali ke tahun kelahiranku. 1996. Kalau dua minggu lagi adalah 30 desember, berarti hari-hari ini adalah hari kelahiranku. Aku tidak pernah tahu betul kapan aku lahir. Ibu hanya bilang ia menemukanku di pertengahan Desember. Ya. Aku bukan anak asli yang bersemayam selama sembilan bulan dan kemudian keluar dari rahimnya. Aku hanyalah anak pungut (aku tahu ini kasar, tapi aku lebih suka menyebutnya pungut ketimbang adopsi karena adopsi terlalu luhur dan aku tidak merasa perlu meluhurkan kejadian sedih di hidupku). Ibu dan Bapak akhirnya memutuskan mengadopsiku dan menetapkan tanggal kelahiranku di 19 Desember 1996.
Meski begitu, aku tak menyangka aku akan menjelma sebagai tempat pembuangan sampah di hari kelahiranku saat aku kembali ke masa lalu. Menyebalkan sekali.
Aku sebetulnya tak begitu ingat bagaimana aku bisa berada di posisi sekarang. Mengapa aku bisa kembali ke masa lalu? Bagaiman caranya aku bisa kembali ke masa lalu? Mengapa aku harus kembali ke masa lalu? Apa yang terjadi di masa seharusnya aku berada? Apa aku memang benar-benar bereinkarnasi dan selamanya menjadi tempat sampah di kehidupan ini?
Berbagai pertanyaan memenuhiku, bahkan lebih penuh dari sampah-sampah yang ada di dalamku hingga tidak terasa malam datang. Di dekatku ada satu lampu jalan yang menyala. Ia tidak menyala langsung ke arahku, tapi pendarnya cukup menjangkau adaku. Beberapa kali kudapati orang-orang melewatiku sambil menutup hidung menuju ke masjid. Aku jadi tak begitu kesepian setidaknya di waktu-waktu tertentu. Berkat masjid, aku jadi tahu beberapa waktu di mana aku tak merasa begitu kesepian, yakni subuh dini hari, siang pukul dua belas, pukul tiga sore, magrib, hingga pukul tujuh malam. Setelahnya, tak kuketahui waktu secara tepat.
Saat sepi menjelma selepas pukul tujuh malam, kudengar langkah terburu-buru menujuku. Sepertinya sekitar tengah malam. Pendar lampu jalanan tak cukup membuatku dapat melihat siapa dan apa yang dilakukan orang yang terburu-buru itu. Kurasa, ia menangis sambil mendekap sesuatu di dadanya. Tangisnya tak kencang, hanya serupa isak halus yang ditahan. Ia semakin mendekat, membuatku tahu bahwa di dekapannya ada bayi diselimuti jarik.
Aku sadar diri, orang yang mendekatiku pastilah orang yang akan membuang sampah. Tapi orang ini, ia tidak sama sekali membawa sekeresek sampah. Ia hanya mendekap bayinya. Beberapa saat kemudian, ia melepaskan bayinya dari dekapan dan menaruhnya di puncak tumpukan sampah seolah sampah-sampah dan dirikulah kasur empuk yang siap menimang bayi itu.
“Maaf, ya, Nak.” Katanya. Dari suaranya, aku tahu ia seorang perempuan.
Ya. Benar. Perempuan itu membuang bayi di tempat sampah. Jika orang membuang sisa-sisa bagian hidupnya yang tak lagi berarti di tempat sampah, berarti bayi ini, bagi perempuan itu, adalah bagian hidup yang tak lagi berarti. Apakah dulu aku dibuang di tempat sampah juga? Apakah dulu Bapak dan Ibu menemukanku di tempat sampah?
Beberapa saat setelah perempuan itu pergi meninggalkan bayinya, sang bayi langsung menangis. Teriakannya memekakkan meski bagiku, tempat sampah, yang tak punya telinga sekalipun. Aku merasa iba, tapi aku hanya sebuah tempat pembuangan sampah. Aku tak berdaya dan hanya dapat berdoa semoga aku dan sampah-sampah di dalamku bisa cukup empuk untuknya.
Meski begitu, aku tak menyangka aku akan menjelma sebagai tempat pembuangan sampah.
Bersambung.....
15 notes · View notes
asrisgratitudejournal · 8 months
Text
Selesai
Jadi… kemarin memutuskan untuk nggak keluar rumah samsek karena terakhir nggak keluar rumah itu adalah tanggal 1 September 2023, yang adalah 2 minggu yang lalu. Selain itu, literally sejak sampai Oxford lagi selalu ada aja agenda keluar rumah… Ya gapapa juga sih, tapi pengen aja ga kemana-mana for a day. Terus yaudah pagi jam 11 (nggak pagi sih itu bagi banyak orang, tapi bagi diriku itu adalah pagi), ku randomly memutuskan untuk menyelesaikan painting yang ku-kerjakan back from tanggal 5 Februari 2023. Dua hari itu dulu (5 dan 6 Februari 2023) adalah hari yang cukup berat sepertinya, ku sampai nge-post 4x: 1, 2, 3, 4.
Terus yaudah setelah 7 bulan ni kanvas ku-anggurin, ku memutuskan untuk pick it up lagi… Meaningnya awalnya ga se-deep itu sih, tapi pas dipikir-pikir lagi semoga memang menyelesaikan painting ini juga berarti ku healing dari wounds yang kupunya waktu itu. Kalau baca my previous posts yang ku-link di atas, intinya ku mikir bahwa membeli knives set, brushes, dan oil colour will somehow help me coping with my problems… Terus malamnya setelah beli itu semua, aku decided to try the knives set I bought. Dan waktu itu sebetulnya merasa cukup puas. Ku kayanya sempat mikir “Wah enak juga ya painting pake knives, nggak secapek kalau pake brushes”. Tapi sebetulnya instead of inspired, waktu itu mood-ku lebih ke sad and upset, dan nyoba pertama kali itu ya lebih buat channeling out anger aja.
Sekarang setelah 7 bulan berlalu, dan 1 atau 2(?) jam meddling about with colors, here it is the final result!: (LAH TERNYATA BELUM SEMPAT FOTO FULL JADINYA LOL super clown, anyway, tapi ini beberapa snippets while I was on the making of it – tidak lupa ku-kasih caption to give more context yes)
Tumblr media
(Ini pas mau mulai, lihat si palet masih kosong bersih. Cukup lama kontemplasi mikir warna apa lagi yang belum keluar karena there’s only so much you can do with 12 colour palette. Awalnya mau bikin semua yang kosong putih itu abu-abu aja biar gampang…)
Tumblr media
(Ini setengah jalan. I filled the blank in the middle with grey tapi terus bosen. Yang corner kiri bawah dibikin sama ijo juga aja biar cepet. Terus baru sadar si cokelat dan ochre belum kebuka, jadinya pake itu di corner kanan bawah)
Tumblr media
(Ini iseng aja mem-foto tekstur karena KU SUKA BANGET PAKE KNIVES O M God… Ini emang kayanya kualitas kanvasnya aja yang jelek jadi putihnya nggak terlalu bisa nutup…)
Tumblr media
(Ini tekstur di corner kanan bawah yang bagus banget juga... Ku sangat suka cokelatnya dan kuningnya UGHHHHH. Plus, my fav knife adalah yang kotak persegi panjang!)
Tumblr media
(Nggak ada gambar full selesai kayak apa… Tapi the more reasons for you guys to pay a visit to my house -YANG PANAS ITU HEHE. Ini corner kanan atas yang berhasil kututup dengan (awalnya mau bikin) violet/purple-ish… Nggak terlalu keluar warnanya karena jujur asli susah banget mixing paints buat bikin warna ungu… Ini pun dengan banyak sekali trial and error… Tapi akhirnya lumayan puas sih dengan result ini… Asli bagus banget juga lagi si warna putih yang ada di antara merah-orange dan ungu... SANGAT PUAS HUHU)
Udah itu aja gambar-gambarnya. Terus sebetulnya ide dari post ini adalah mau giving meaning to the final product. Tapi sayangnya foto final productnya nggak ada. But issokay! I still can go rambling about that I guess…
Jadiii, kalau dilihat memang konsep painting ini adalah abstract painting aja. Nggak menggambarkan suatu landscape atau benda apapun. Tapi seperti judul post ini, judul paintingnya adalah “Selesai”. Belakangan ini lagi banyak banget contemplating “sebetulnya apa sih yang dicari di hidup ini?” dan berhubungan dengan context di atas pas ku lagi sedih-sedihnya 5-6 Februari 2023 kemarin itu di mana ku sempat mikir “apakah di hidup ini menikah itu sepenting itu? Emangnya kalau kita punya value lain yang dikejar di hidup ini selain membangun keluarga dan beranak pinak, salah ya?”. Ku menghubungkan painting-ku yang abstrak ini ke pertanyaan-pertanyaan tadi. Ku ngelihat si painting ini sebagai hidupku. Memang abstrak aja, nggak kelihatan ada rumah di situ, pemandangan sawah atau gunung, mobil, anak, manusia, tapi colourful. Dan selesai. Semua bagian di kanvas itu full ku-warnain. Nggak ada bagian yang kosong. Sama sekali. Mungkin emang ada yang tipis-tipis aja kewarnanya sampai tekstur base dasar kanvasnya masih kelihatan. Tapi memang itu intended effect yang kubuat supaya paintingnya nggak terlalu “full” dan “too much”.
Ku juga nggak bikin semua bagian tertutup dengan warna yang SUPER TERANG/mencolok/outstanding. Bagian-bagian yang nyala ini kuanggap sebagai representasi dari “bright” side of my life. *Bling-bling*-nya seorang Asri lah: sekolah di top school di Jakarta, anak olimpiade sampe medali perak internasional pulak, masuk institut teknik yang katanya menerima putra putri terbaik bangsa, sekolah master di Perancis (pake beasiswa), PhD di universitas terbaik di dunia (pake beasiswa juga), dosen di salah satu PTN. Keren-kerennya pokoknya di situ semua. Kalau di painting, ada di warna merah, orange, dan kuning 3 garis yang di tengah itu. Bisa dilihat kaya api/flame juga kali ya, karena orang kalau nggak kenal aku beneran ya emang yang dilihat cuma “bright” side atau silau-silaunya aku aja).
Tapi kemudian quite a big portion of the painting ada warna hijau di bottom, grey, sama dark purple itu. Ada biru juga sih, tapi nggak terlalu mencolok. Ini masing-masing warna nggak akan ku-interpretasi secara detail tapi intinya selain semua *extraordinary achievements* tadi, ku juga melakukan banyak hal lain. Orang belum betul-betul kenal aku kalau nggak tahu aku juga sebetulnya struggling with A LOT OF THINGS: ya dengan mencari jodoh tadi dan memahami konsep pernikahan, dengan PhD-ku, dengan menulis article manuscript (to the point I feel so hopeless and having intrusive thoughts and therefore seeing mental health counsellor in uni), dengan loneliness/kesepian… Kemudian, terlepas dari betapa sosialnya I come across to some people, ku juga sebetulnya sangat enjoy my precious alone time, I enjoy solo TRAVEL so much, tapi juga at the same time sangat seeking deeper emotional connection from other people. Intinya berbagai macam dimensi dan fasad yang ku-punya lah. Itu semua colors tadi bergabung menjadi satu dan getting intertwined/berbatasan dengan 3 streaks merah-orange-kuning yang di atas tadi.
Hasil dari semua hal di atas adalah ya aku ini, hidup aku. Bagi beberapa orang (atau common people), painting ini mungkin “ga enak” untuk dilihat. Atau menimbulkan banyak pertanyaan: “Gambar apaan sih ini? Maksudnya apa sih?”. Beberapa juga mungkin: “Aku nggak ngerti, tapi bagus kok, aku bisa nikmatin.”
Paintings punya orang lain mungkin lebih enak dilihat bagi common people. Mereka ngegambar (yang udah ku sebut di atas tadi): rumah, sawah, gunung, anak-anak, mobil, kabah di mekah, bahkan mungkin beberapa ada yang pakai swarovski buat teksturnya. Tapi ku cukup yakin beberapa paintings (yang pernah kulihat at least) ada yang nggak selesai. Cuma rumah dan orang-orang dan mobil aja tapi langitnya masih berupa kanvas kosong. Ada yang full kewarna semua juga, selesai juga, tapi semuanya hasil brush strokes yang tipis-tipisss banget, nggak ada tekstur yang nunjukkin karakteristik khusus dari painting itu. Kebanyakan orang paintingsnya template, mirip-mirip satu sama lain, sampe gak bisa dibedain antara painting satu dengan yang lainnya. Ya nggak salah. Bagi beberapa orang memang lebih mudah nengok kanan-kiri, ngeliat sebelah-sebelahnya ngegambar apa kemudian mereka tinggal niru aja. Atau bisa juga mereka ngelihat gimana mereka diajarin dulu di kelas melukis sama guru mereka dan akhirnya sampai sekarang mereka literally ngelakuin 100% yang diajarin tanpa improvisasi sendiri and giving their own touch. Beberapa ada juga yang sama colorfulnya, sama full-textured-nya dengan paintingku sampai aku pun kadang ngambil mereka sebagai reference, picking the colours and textures they used. Aku tapi termasuk yang cukup bersyukur karena Alhamdulillah paintings di sekitar-ku sangat inspiring dan heterogen sehingga ku bisa belajar banyak dari semua paintings tersebut.
Dan sebetulnya ku ga peduli gimana orang lain ngelihat painting-ku ini sih, yang paling penting adalah apa yang AKU rasakan dan pikirkan saat ku melihat painting ini. Dan gaada kata lain selain: PUAS. Ku sangat senang I finished this one. It’s VERY BEAUTIFUL in my eyes. The TEXTURE, the color clash/combination… UGHHHHHH. Ku juga berharap itu yang kulihat terhadap hidupku sekarang. PUAS. Udah sejauh ini. A VERY BEAUTIFUL life and journey indeed.
Tentunya nggak berkat usaha-ku sendiri. Guru-guru painting-ku, paintings di sekitar-ku yang jadi inspirasi. Semoga painting-ku ini juga bisa jadi inspirasi bagi painters lain. Semoga kita semua bisa merasa HAPPY dan PUAS ngelihat painting kita sendiri, baik itu painting yang abstrak, yang template pemandangan, yang selesai, yang belum selesai, yang tipis-tipis, yang bertekstur, yang colorful, yang cuma satu atau dua warna. Dan yang paling penting juga: we can always RE-PAINT. Sampe meninggal masih bisa diselesaikan, dibetulin, di-improve. Asal kita nggak berhenti.
VHL, 14/09/2023 16:19
2 notes · View notes
funinspring · 1 year
Text
Segelas Air Putih
Siang itu akan ada pertemuan penting. Aku menghentikan mobilku di sebuah restoran yang katanya semua menu enak. Aku matikan kemudi, kuparkirkan mobilku. Aku turun dari mobil dan berjalan ke arah restoran itu. Aku membuka pintu dan ku lihat antrian pelanggan cukup panjang. Seluruh kursi hampir penuh dengan orang yang berbincang ditemani makanann dan minuman pesanannya. Aku hanya menelan ludahku melihat semuanya. Aku haus, dan walaupun aku bisa membeli hampir semua menu dengan uangku, aku hanya ingin menghilangkan rasa haus ini. Akhirnya aku tertuju pada meja dengan dua kursi nomor 8 yang masih kosong. Aku setengah berlari menuju meja itu supaya tidak ada pelanggan lain yang lebih dahulu mendudukinya.
Beberapa detik kemudian aku sudah duduk di kursi, ku tatap menu di depan ku. Pantas restoran ini ramai, semua menu ada dari yang tradisional, western, modern, semua ada. Sekali lagi aku menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum memesan. Ramai, antrian belum berkurang. Tidak ada pelayan yang tidak sibuk saat itu. Baiklah karena aku haus, aku memanggil seorang pelayan yang kebetulan lewat memberikan pesanan di meja sebelah. "Maaf, bisa saya pesan air putih saja? Saya haus sekali, dan sepertinya kalau saya pesan yang lain saya akan menunggu lama dan kerongkongan saya akan kering." Pelayan itu mengangguk. Tidak lama segelas air putih di hidangkan di depan mataku. Aku haus. Setelah berdo'a langsung ku teguk air itu. "Aaaahh... Akhirnya" kataku lega. Aku puas dengan air putih yang ku pesan. Aku duduk dan menunggu seseorang yang akan datang di pertemuan siang itu.
Aku lihat pria muda berbaju kotak-kotak meneguk es pesanannya yang berwarna merah, ah pasti rasanya manis dan dingin. Aku lihat lagi wanita setengah baya mengangkat gelasnya yang berisi cairan hijau dengan agar-agar di dalamnya, rasa melon dan kenyal fikirku. Kemudian Aku menatap segelas air putih di depan ku. Air itu hambar. Air itu bening dan tidak ada rasa.
Semenit lalu aku sangat bersyukur meneguk air itu, aku haus dan dia yang menyelamatkan kerongkonganku dari kekeringan. Aku berfikir akan memesan es yang bertuliskan favorit di menu, namun kuurungkan. Semua pelayan masih sibuk mondar-mandir mengantarkan pesanan.
Tiba-tiba aku berfikir, kenapa tidak ku pesan saja sirup tambahan, gula cair, dan ku tambahkan es batu kedalam gelas air putih ini?. Kenapa aku merasa kurang bersyukur dengan air putih yang hambar ini? Bukankah semua minuman asalnya dari air yang hambar ini?. Aku tersenyum karena fikiranku.
Aku lihat sekeliling, aku mulai membandingkan. Air putih didepanku baru kuteguk tidak sampai setengah. Belum terlambat jika aku menambahkan gula agar dia manis. Belum terlambat juga untuk ku tambahkan sirup agar dia berwarna. Dan sentuhan terakhir kutambah es batu agar minumanku terlihat segar. Kenapa aku berfikir untuk memesan minuman yang baru walaupun aku mampu?. Ternyata aku hanya ingin tetap pada pilihanku, yang pertama datang dan menghilangkan kehausanku di siang hari yang terik itu. Segelas air putih itulah takdirku, diantara menu-menu yang bisa ku pesan, segelas air itu yang saat itu bisa dengan cepat disajikan restoran di hadapanku. Aku tersenyum.
Pintu restoran terbuka, orang yang kutunggu untuk pertemuan siang itu telah tiba. Dia tersenyum begitu membuka pintu dan melihatku sudah mendapat tempat duduk. Aku balas senyuman. Dia menghampiriku, dan duduk di kursi kosong di depanku. "Kenapa hanya memesan air putih? Di sini banyak menu yang lain yang bisa dipesan, rasanya semua enak." Katanya kepadaku. Aku menjawab, "Air putih ini takdirku, dia yang tersaji saat aku sedang haus-hausnya".
"Menunggu lama dan hanya pesan air putih? Kamu lucu." Katanya lagi. "Yaa hidup terkadang lucu, selucu pertemuan ini. Selucu kau yang hadir dan menjadi istriku. Terkadang aku merasa hambar, namun sama dengan segelas air putih itu. Kamu yang hadir dan menjadi takdir. Ternyata aku akan selalu dan akan tetap memilihmu. Dan kamu yang akan selalu menjadikan semuanya lengkap, minum air putih" kataku sambil menatap matanya. "Jadi cuma akan pesan air putih nih? Kita pulang ke rumah saja kalau begitu" katanya kesal. "Tidak, kita akan pesan yang lain tentu saja, kamu mau apa? Pesan saja semua yang kamu mau" Kataku lagi. Inilah hidup, akhirnya aku memesan menu lain, namun menu itu ku nikmati bersama. Yaa... tentu saja bersama dengan dia dan tentu saja segelas air putih yang menghilangkan dahaga.
8 notes · View notes
pastelhum · 10 months
Text
nasi kotak bagian satu.
ini ditulis ketika aku sedang menanti jam pulang kantor, 17:30 saat ini pukul 17:01 29 menit lagi  sembari mendengarkan lagu amin paling serius, mengumpulkan sisa-sisa tenaga hari ini untuk membawa raga ini mencapai tujuan akhir hari ini.  beberapa saat yang lalu aku benar-benar merasa sesak.  rentetan kata didalam tabel yang harus aku pisahkan, rapihkan dan kirimkan keatasanku.  sesaat kemudian semuanya sudah selesai, rapi namun tidak begitu rapi. sengaja masih kubuat beberapa salah. entah kenapa. aku hanya ingin membuatnya demikian.  beberapa menit yang lalu teringat sang kasih, tiba-tiba merindu.  ingin menulis sajak tentang dia, namun rasanya kosong,  rasanya hanya ingin menatap wajahnya saat ini juga.  mengagumi setiap incinya.  aneh.  sedetik kemudian berubah menjadi keinginan untuk membeli novel baru. kalau-kalau kamu bingung dengan tulisan ini,  ini hanya susunan kata tanpa harus banyak makna, sebelum masuk terlalu jauh kedalam labirin sesat wanita 23 tahun ini, maka mari kita cukupkan saja semua kumpulan kata disini.  selamat menikmati sore dengan tenang, selamat beraktivitas,  selamat beristirahat,  selamat atas pencapaianmu hari ini,  selamat dan selamat.  kenapa nasi kotak? yah soalnya isinya random.  Dinar Mas, Semarang. 17:08 Juli, 18-07-2023. 
3 notes · View notes
adeelec · 10 months
Text
Kosong... hati ini kosong
Ya, semua yang nyata tak berarti
Yang tak terlihat seperti bernyawa
Aku hilang, aku ingin hilang
Aku memeluk diriku
Berjalan didalam kotak kecil, ingin bernafas
Tak ada pintu tak ada jendela
Air itu memenuhi kotak, aku hampir tenggelam
Rasanya asin dan ini lautan
Tak ada ombak tak ada kapal, hening
Sendiri dan tenggelam
Aku berharap mati dengan lautan air mata
5 notes · View notes
msstrsr · 1 year
Text
Tumblr media
Bab 6: Labirin
Chia terbangun dengan peluh membasahi dahi, leher serta tengkuknya. Mimpi yang membuatnya tidur tidak lelap. Ia mengerjapkan mata, memulihkan kesadaran diri. Pikirannya justru melayang kepada Satya.
Diraihnya ponsel di bawah guling, dicarinya kotak pesan Satya. Chia menuju pesan satu minggu sebelum hari akad. Ia mencermati setiap balasan pesan dari Satya. Calon suaminya itu benar-benar rapi menyembunyikan fakta. Tak ada balasan pesan yang janggal atau membuat curiga. Chia kembali merebahkan tubuhnya. Rasa kantuk segera menyergap kembali.
***
Pagi hari setelah membuka bengkel Pram datang ke rumah eyang—tempat tinggal Chia. Ia tidak sendiri ada Iko bersamanya.
"Silakan masuk," kata Chia begitu melihat tamunya telah datang. "Eh, Iko juga?" 
"Kebetulan datangnya barengan. Ini antar makanan dari ibu," jelas Iko seraya menyerahkan rantang makanan. 
"Kok repot-repot, sih?" Chia menerima rantang dengan sedikit keberatan.
"Kamu juga nggak mungkin masak," celetuk Pram. 
"Terima kasih, Iko. Nanti kalau longgar, saya mampir ke rumah." Chia menutup percakapan di teras. Iko pun segera berlalu menuju bengkel.
***
Selesai menyantap sarapan. Chia membuka diskusi memecahkan kasus hilangnya Satya. 
"Aku sudah baca surat ini berulang kali. Tapi nggak nemu petunjuk," gerutu Chia.
Pram meraih surat dari tangan Chia. "Dari pilihan kalimat dan tulisan tangannya kamu nggak merasa aneh?"
Chia menggeleng. "Dia selalu serapi ini kalau nulis?" 
"Dia memang punya tulisan tangan serapi itu. Soal kalimat atau bahasanya, ya, memang begitu," ujar Chia. 
"Keluarganya gimana? Sudah dapat informasi keberadaan Satya atau mereka mau lapor polisi?" tanya Pram penuh selidik.
"Belum ada informasi apapun. Aku rasa mereka nggak akan gegabah untuk lapor polisi. Kalau benar Satya pergi dengan sendirinya, fakta itu bakal mencoreng nama keluarga Wicaksana. Sekarang sih sudah," ungkap Chia. Tadi sebelum Pram datang, Chia mengirimkan pesan lebih dulu ke Mama Satya. Jawabannya seperti tempo hari: tidak ada kabar dan tidak lapor polisi.
"Kenapa keluarga Wicaksana?"
"Maksudnya?"
"Maksudnya, keluarga Wicaksana terpandang?"
"Oh. Cukup terpandang. Ayahnya Satya punya bisnis furnitur yang sudah ekspor ke luar negeri. Rekan bisnisnya banyak. Di lingkungan rumah juga disegani tetangga," jelas Chia.
Pram yang sedari tadi mengamati surat Satya dan bertanya ini itu sambil mondar mandir akhirnya duduk di lantai. Ia menyalakan laptop Chia yang menganggur di atas meja.
"Mau apa?"
"Kamu sudah lacak perangkatnya atau nomor handphonenya?" pandangan Pram fokus ke layar laptop yang masih proses booting.
"Nggak ada hasil. Perangkatnya nggak tertaut di ponselku. Nomornya mati sejak dia hilang. Mana bisa dilacak kan?" ada nada putus asa dari jawabannya.
"Email?"
Chia tampak berpikir sesaat. "Ah, iya, email. Kok aku nggak kepikiran," decaknya gemas. Namun sekian detik berikutnya saat membuka email di ponsel ia tersadar sesuatu. "Aku nggak pernah kirim email ke Satya."
Pram menghentikan kesibukan jemarinya di antara tuts keyboard. Ia memberikan ekspresi keheranan yang disambut senyum datar Chia. 
***
Ruangan ini luas namun minim cahaya. Lembab dan bau apak. Langit-langitnya penuh dengan sarang laba-laba. Ada meja dan kursi yang sudah lapuk di makan usia. Botol-botol bir berwarna hijau berserakan di lantai dan di meja. Bungkus makanan kosong ataupun yang masih ada sisa tergeletak di kursi menjadi sasaran kawanan semut.
Tepat di bawah lampu, ada dua buah kursi berhadapan. Ada seseorang duduk di salah satu kursi dengan kaki dan tangan terikat. Semakin mendekat, terlihat wajahnya yang lebam akibat pukulan. Kepalanya tertunduk lunglai. Pakaiannya lusuh.
"Sudah empat hari nggak mau ngaku. Dipukul berkali-kali nggak mampus juga," sebuah suara nyaring memecah keheningan.
"Lima hari, bodoh! Jangan sampai dia mampus. Kasih makan," suara berat menyahut. 
"Ada kabar Arga?" tanya suara berat. Tak ada jawaban mengartikan tak ada kabar.
"Heh! Mau sampai kapan kau mengelak?! Kawan tololmu itu nggak akan balik. Semakin kau melawan, semakin remuk badanmu." suara berat mengancam orang yang duduk terikat di kursi. Ditariknya rambut orang tersebut dan ditepuk kepalanya dengan kasar.
"Apa perlu kirim pesan ke keluarganya, Bos?" tanya suara nyaring. Dijawab gelengan oleh suara berat.
Orang itu adalah Satya. Ia masih bertahan meski telah lebam wajah dan tubuhnya. Nama yang disebut suara berat tadi adalah penyebab kekacauan yang dialaminya. Ia terpaksa pergi meninggalkan surat perpisahan tepat di hari akad karena gerombolan preman ini. Mereka adalah debt collector yang dua minggu terakhir mengejarnya karena namanya tercantum sebagai penjamin hutang milik Arga. Sial benar nasib Satya.
Surat dalam amplop biru itu ditulisnya dengan ancaman dan desakan para debt collector. Saat itu Satya berniat menemui mereka untuk mengulur waktu, tapi justru diculik. Di dalam mobil ia menuliskan surat itu dengan berat hati. Entah bagaimana surat itu sampai ke Chia, ia tidak tahu. Selesai dengan suratnya, ia mendadak pening dan jatuh pingsan.
Selama lima hari Satya bertahan dan berharap cemas tetap selamat. Jika teringat liciknya Arga ia menggeram kesal. Arga adalah kawan terdekatnya sejak kuliah. Sudah dianggap seperti saudara sendiri. Nasib baik mempertemukan mereka kembali di kantor yang sama, sebuah bank swasta. Tiga tahun bersama sebagai rekan kerja berjalan dengan baik. Prestasi Satya dan Arga cukup bersinar sebagai pegawai junior. Sayangnya, memasuki tahun keempat perilaku Arga mulai mencurigakan. Sampai enam bulan lalu, Satya mengetahui yang sebenarnya. Arga terlibat kecurangan terhadap tabungan milik nasabah. Awalnya ia menasehati kawannya agar berhenti melakukan tindakan tersebut. Tetapi tidak digubris. Tindakan yang sama terus berulang. Timbul niatan Satya untuk melaporkan ke atasan. Setelah melalui perdebatan dalam dirinya, Satya memilih menyelamatkan nasib nasabah.
Tak lama setelah melaporkan kecurangan Arga secara anonim, Satya mengajukan pengunduran diri. Proses laporannya terbilang cepat direspon. Bahkan lebih cepat dari keputusan resign dari HRD. Tindak lanjut atas laporannya berbuntut pada pemecatan Arga. Selang dua hari dari pemecatan Arga, Satya mulai diteror nomor tidak dikenal. Itulah awal mula mimpi buruk Satya.
Arga manusia licik dan pengecut kabur dari tanggung jawab ganti rugi serta pelunasan hutang pinjaman online. Ia sekarang menjadi buron polisi atas kasus penipuan nasabah. Debt collector juga mengincarnya. Tetapi terselamatkan karena kini Satya sebagai penjamin yang ditawan.
"Saya sudah bilang berkali-kali, saya dijebak Arga. Cari dia bukan saya. Sumpah saya nggak tahu apa-apa," kata-kata yang sama keluar dari mulut Satya yang luka. Sudut bibir kanannya robek. Ada bekas darah kering di sana. Pukulan kembali mendarat di perutnya.
***
"Teman Satya nggak ada yang bisa kasih petunjuk?" Pram kembali menyelidik.
Chia kembali mengamati setiap pesan dari teman Satya. Ada satu nama yang hampir terlupakan olehnya. Saat ia mengecek pesan ke orang itu, pesannya centang satu sejak Satya hilang.
"Pram, jangan-jangan ada hubungannya sama orang ini?" Chia menunjukkan pesannya. Mereka pun saling pandang.
6 notes · View notes
ajubitti · 1 year
Text
LUPA
Aku terperangkap didalam fikiranku sendiri
Yang kadang mendukungku, pun kadang mendorongku jatuh.
Sudah sejauh ini, langkahku kian tak jelas
Aku tidak tahu penyebabnya.
Sudah setahun lebih, berlahan rasa kehilangan itu mendikte ku. Awalnya kukira akan baik-baik saja. Menganggap bahwa proses kehilangan adalah hal normal yang setiap orang  pasti rasakan. Ditinggal jauh, tak ada kendaraan yang bisa membawaku kesana menemuinya. Tak ada wajah, tak ada suara, tak ada wujud, tak ada kenangan.
Dibalkon rumah, dipenghujung sore yang hangat, dengan cahayanya yang memaksa masuk kedalam rumah. Suara Bapak terdengar nyaring menyanyikan lagu lawas. Seperti biasa, setiap sore, atau setiap dia merasa kosong. Suaranya akan memenuhi seisi rumah, melewati lorong rumah hingga kedapur mama dilantai bawah. Mama kadang kesal pun tertawa melihat kelakuan bapak. Katanya, dulu Bapak sering diundang menyanyi di acara-acara atau bapak yang menawarkan diri menyumbang lagu. Bapak bukan penyanyi, dia hanya senang bernyanyi.
Jujur Aku lupa banyak kenangan bersama bapak. Benar-benar lupa atau mungkin sengaja kulempar jauh agar tidak pernah menyisakan apapun soal bapak. Sialnya, kemarin kakakku bertanya "terakhir kali, kamu ngobrolin apa sama bapak?". Aku tidak ingat sama sekali.
"Masih ingat, bapak nungguin kamu dikampus sampai tertidur?" . Sial, tiba-tiba kepalaku berdentum keras. Seperti ada ribuan peluru menghantam kepalaku, menghancurkan kotak kenangan yang telah aku tutup rapat-rapat. Kenangan itu keluar seperti  ribuan kertas yang berterbangan disapu angin, mengelilingiku dan membuat seisi ruang kepalaku berantakan.
Hatiku tertusuk-tusuk. "Bapak.....".
3 notes · View notes
adhindatb · 1 year
Photo
Tumblr media
[PoV Atsiri]
            Sudah hampir tengah malam, tapi ayah belum juga menunjukkan tanda-tanda kedatangannya. Atsiri menunggu-nunggu momen dimana Ia bisa melihat wajah sang ayah untuk pertama kali nya. Ditunggu nya dengan manis di ruang tengah depan TV menyala, sambil merasakan rasanya duduk di bangku empuk dan sejuk nya ruang keluarga. Tapi rasanya ruang keluarga itu tidak menarik karena keluarga mereka yang berbisah.
*Tinnnn.. Tinnnn..
          Suara klakson mobil didengar oleh Atsiri, Ia bersegera menyambut didepan pintu. Dilihat nya perawakan laki-laki bertubuh besar, badan nya gagah, rambut dan pakaiannya rapi  khas seragam PDH TNI. Ia turun dari mobil dengan satu pengawal nya.
"Harummm, kok disini? Kenapa belum tidur?" 
          Ayah menyapa Atsiri lebih dulu, tapi pandangannya kaku, sosok yang selama ini ia rindukan ada di hadapannya, Ia tidak boleh menangis sebab sedang berperan sebagai Atsila. Hati nya berburu ruang kosong, dimana tempat itu? Tempat untuk ayah nya yang kini telah hadir di dunia nya. Atsila bilang, ayah nya itu tidak serta merta meninggalkan mereka, ada kisah yang selama ini belum ia ketahui. Atsiri berusaha menenangkan hati nya yang kacau.
"Yaaa gapapa dong yah, namanya juga kangen sama ayah nya."
"Yaampunn, kok manja ya anak ayah ini. Nih ayah belikan kamu bolen keju kesukaan kamu." Ayah menyodorkan 3 kotak kue bolen yang menjadi kesukaan Atsila, tapi Atsiri adalah orang yang tidak suka pisang
"HAH bolen?? Itukan isi nya pisanggg, yaampun, haruskah aku memakan makanan yang paling ku benci ini demi totalitas peran ku sebagai Atsila" Atsiri bergumam dalam hatinya, Ia tidak suka pisang tapi harus berpura-pura menyukainya.
"Yeyyy bolen kesukaanku, tapi kayanya enakan dingin deh yah, gimana kalau dimakan besok terus malam ini dimasukkan ke kulkas dulu?" Atsiri tersenyum getir, akhirnya Ia menemukan ide untuk memperlambat proses nya memakan pisang itu.
"Boleh dong, mending kamu istirahat ya sudah malam ini."
"Oke ayahhh."
"Eetttt, lupa yaaa, Good Night nya manaa?"
"OH IYA hehehheehe Good night ayah." Atsiri kemudian memeluk ayah nya, untuk pertama kali nya ia merasakan pelukan itu, sesuatu yang hilang belasan tahun lama nya. 
***
           Air langit turun membasahi bumi, setelah pulang dinas ke Bandung ayah memutuskan cuti. Mengistirahatkan kelelahannya dengan berkebun di halaman belakang. Setelah 2 hari di rumah itu, Atsiri melihat bahwa ayah nya adalah sosok yang ramah terhadap semua karyawan di rumah, Atsiri memandang sang ayah yang bersahaja dan tidak sombong.
"Yahh." Atsiri menghampiri sang ayah yang sedang asik memotong daun daun kering di taman.
"Hai sayang, dirumah aja hari ini? Ada rencana keluar nggak?" 
"Nggak ada yah, oiya yah, boleh nggak Atsila nanya?"
"Atsila? Tumben kamu menyebut diri kamu Atsila?" Atsiri kembali lupa bahwa panggilan Sila dirumah adalah nama tengah nya, Harum.
"Emm, kata teman kuliah Harum soalnya nama Atsila tuh bagus yah."
"Iyaaa bagus, kamu dan kembaranmu punya nama yang identik dan punya makna yang dalam untuk ayah ibu."
"Yahhh, ayah nggak kangen sama Atsiri?" Atsiri menanyakan hal itu untuk diri nya sendiri, Ia berharap jawabannya adalah iya.
"Ya kangen dong, tapi disini posisi ayah serba salah. Ibu memutus komunikasi kita, dan ayah benar-benar kehilangan jejak mereka. Seandai nya bisa ayah ingin sekali memeluk Atsiri. Ayah sayang sekali dengan dia, pasti jika dia ada, sudah sebesar dan secantik kamu ya." Kini Atsiri tertegun, ternyata selama ini bukan ayah yang tidah mencari nya, melainkan memang ibu yang memutus komunikasi antar mereka. Pantas saja selama ini Ia tidak pernah merasakan kehadirannya.
"Kalau ayah bertemu mereka berdua, kira-kira apa yang ayah lakukan?" 
"Ayah akan tanya dulu kabar mereka, dan berterima kasih pada ibumu karena sudah berjuang untuk membesarkan Atsiri." Atsiri terenyuh, perjuangan ibu memang patut diapresiasi, tapi perjuangan ayah juga tak jauh berat karena merawat Atsila dengan baik.
***
        Hampir dua minggu waktu berlalu, batas waktu yang mereka sepakati akan berakhir, Atsira begitu menghayati perannya sebagai anak ibu yang berjuang lebih keras soal ekonomi, sedangkan Atsira menikmati kebahagiaannya dimanja oleh seorang ayah, menikmati masa-masa orientasi mahasiswa baru, setidaknya Atsiri mencicipi bangku kuliah itu walau hanya sampai pada awal perkuliahan saja.
"Ayah, ini makanannya sudah siap semua di meja. Untuk kue nya sedikit lagi sampai." Hari itu acara ulang tahun kecil-kecilan ayah yang akan dirayakan bersama para karyawan rumah dan beberapa teman dekat nya. Atsila ingin melakukan misi untuk mempertemukan ayah dan ibu pada momen itu dengan cara memesan kue buatan ibu yang dikirim ke rumah. Entah bagaimana respon ayah nanti, Atsila ingin mempertemukan mereka.
"Yah, tukang kue nya sudah mau dekat, ayah tolong ambilkan dulu ya." Ayah pergi ke depan rumah untuk menemui tukang kue itu. Betapa kaget nya ayah ketika melihat sosok yang tak asing di mata nya. Perempuan yang belasan tahun lalu ia nikahi. Ibu datang membawa dua paket kue yang di skenariokan oleh Atsila bahwa pemesannya adalah ayah dari temannya. Ibu masih terdiam, dia tak mampu bicara barang satu katapun.
"Almira, kamu??? Apakah iniii? Atsiri?"
"Bukan yahh, itu Atsila, dan ini Atsiri yang sebenarnya." Atsiri memunculkan diri nya dari belakang punggung ayah, kini ibu dan ayah sama-sama kaget dan terdiam. Mereka bingung akan semua ini? Tapi yang jelas hari itu akan jadi hari yang spesial. Di ulang tahun ayah, Ia bertemu ibu, bisa melihat Atsiri sekaligus jadi hari penyelesaian atas apa yang belum selesai di antara mereka.
2 notes · View notes
staf · 8 months
Text
Pembaruan
🌟Baru
Kami kini memblokir Common Crawl untuk mengambil konten dari Tumblr, mirip dengan cara kami memblokir GPTBot OpenAI untuk mengambil konten dari Tumblr.
Pada dasbor di web, kami menambahkan rel="author" pada tautan nama blog dalam tajuk postingan untuk meningkatkan aksesibilitas melalui pembaca layar dan alat bantu lainnya.
Pada halaman /search di web, kami memindahkan bilah pencarian dari bilah sisi ke bagian tengah/utama halaman.
Bagi mereka yang berada dalam eksperimen desain ulang tajuk reblog yang telah dibahas sebelumnya, kami telah menambahkan avatar kembali ke postingan dari blog grup ketika opsi untuk menampilkan potret penulis diaktifkan.
Ketika memblokir sebuah blog melalui kiriman dalam kotak masuk Anda di web, Anda kini dapat memblokirnya dari blog sekunder (jika kiriman diterima di blog sekunder) dan blog utama Anda.
Di web, kami telah membuat beberapa peningkatan pada format angka lokal di seluruh bahasa yang didukung.
Di web, pengguna yang sudah keluar yang menelusuri tampilan blog terkadang akan diminta untuk masuk setelah menggulir beberapa lama.
Kami menguji untuk menampilkan korsel "Anda sudah melihat semuanya!" bagi pengguna yang mengaktifkan "Dahulukan yang Terbaik".
🛠️Perbaikan
Kami memperbaiki bug yang menampilkan jumlah langganan yang salah yang dimiliki pengguna di blog mereka.
Terdapat masalah dalam editor postingan di web di mana fotoset tidak ditampilkan dengan benar ketika ditempatkan setelah membaca lebih banyak blok. Masalah ini kini sudah diperbaiki.
Di web, kami telah membuat beberapa peningkatan pada tajuk postingan dalam postingan ringkas (seperti saat mereka ditampilkan dalam grid di halaman Jelajah, misalnya). Nama blog yang panjang, lencana, dan tombol ikuti tidak lagi terpecah menjadi baris baru di tengah-tengah kata, dan setiap elemen tetap selaras dalam header tersebut.
Kami memperbaiki masalah yang menyebabkan poin berbutir tampil di sebelah item menu Blog ketika menggunakan Safari.
Kami melakukan kemajuan-kemajuan dalam memperbaiki beberapa masalah yang berkaitan dengan fungsi batal/ulangi di editor postingan di web. Anda akan melihat peningkatan stabilitas ketika menggunakan fungsi batal dan ulangi di editor tersebut.
Di web, kami memperbaiki masalah di mana avatar dari tanya anonim terlihat kosong.
Di web, kami memperbaiki masalah yang memengaruhi mode HTML dan markdown di editor postingan di mana saat memilih semua maka terkadang akan memilih teks di luar editor tersebut.
Kami memperbaiki masalah yang memengaruhi beberapa pengguna di mana saat memulai pencarian dengan menggunakan tagar (#) akan memberikan hasil pencarian dan bukannya hasil dari tagar tersebut.
🚧 Dalam Progres
Kami secara perlahan mengeluarkan beberapa bagian dari desain ulang tab/sorotan aktivitas kepada pengguna android.
Kami sedang bekerja keras memperbarui dokumen kami. Jika Anda melihat apa pun yang membingungkan atau ketinggalan zaman, silakan kirimkan umpan balik!
🏴‍☠️👒
🌱Segera Hadir
Kami telah mendengarkan umpan balik Anda tentang desain ulang reblog dengan saksama, dan sedang mendiskusikan langkah-langkah selanjutnya, terima kasih!
Menghadapi masalah? Kirimkan Permintaan Dukungan dan kami akan kembali menghubungi Anda secepatnya!
Ingin membagikan saran atau hal lainnya? Cek pembaruan di blog Staf kami dan mulailah berdiskusi dengan komunitas.
5 notes · View notes