Tumgik
#Belajar C
duniailkom · 7 months
Text
Latihan Kode Program C++: Menghitung Jumlah Kata Dalam Kalimat
Latihan soal algoritma C++ kali ini akan membahas cara membuat aplikasi menghitung jumlah kata dalam sebuah kalimat. Soal ini menguji pemahaman seputar string, perulangan dan kondisi if else. Soal Menghitung Jumlah Kata Dalam Kalimat Buatlah kode program C++ untuk menghitung jumlah kata dalam sebuah kalimat. Kode program butuh 1 nilai input berupa string kalimat. Program kemudian menampilkan…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
anakmalescom · 2 years
Link
1 note · View note
erraeduhomeschooling · 5 months
Text
0812-9449-6174, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Jatibening Baru Bekasi
0812-9449-6174, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Jatibening Baru Bekasi
Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Jatibening Baru Bekasi Terbaik, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Jatibening Baru Bekasi Termurah, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Jatibening Baru Bekasi Terpercaya, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Jatibening Baru Bekasi Berpengalaman, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Jatibening Baru Bekasi Biaya Terjangkau, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Jatibening Baru Bekasi Online, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Jatibening Baru Bekasi Terdekat, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Jatibening Baru Bekasi 2024, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Jatibening Baru Bekasi 2023, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Jatibening Baru Bekasi Direkomendasikan,
Profile Program Paket Kesetaraan SD, SMP, dan SMA yang beralamat di Jl. Pulo Ribung Raya Blok AE no. 101, Grand Galaxy City, Bekasi Selatan merupakan Program Ujian Kesetaraan yang menawarkan kemudahan program sekolah Homeschooling serta Kejar Paket A (setara SD), Kejar Paket B (setara SMP) dan Kejar Paket C (setara SMA). Setiap yang lulus berhak memiliki sertifikat (ijazah) yang setara dengan pendidikan formal.Info lengkap HUBUNGI TIM ADMIN : 0812-9449-6174
Tumblr media
0 notes
kurniawangunadi · 17 days
Text
Bagaimana Aku Bisa Percaya Kepadamu?
Semisal kita berhasil melewati semua ini. Apakah kita akan pasti bahagia? Bersanding tanpa perkara, tanpa seteru yang membuat kita kehilangan rasa percaya? Semisal kita berhasil melewati semua ini? Apakah bisa kamu berjanji untuk setia? Karena satu-satunya yang kutakutkan darimu adalah itu. Dengan semua trauma hidup yang kumiliki hingga saat ini, aku perlu waktu untuk belajar percaya pada kesetiaanmu. Karena satu-satunya hal yang tak kupercayai saat ini adalah kesetiaan. Apakah kamu akan marah jika aku terlalu pencemburu, menanyaimu kabarmu setiap waktu? Bagaimana caranya aku bisa percaya kepadamu? Bagaimana aku tahu kamu akan menepati janjimu, takkan menyakiti dan meninggalkan? Bagaimana aku bisa sepenuhnya yakin bahwa kamu takkan ubah kesetiaanmu seumur hidup? Lalu jawabmu hanya sebaris kata, "Caranya? Menikahlah denganku? Bagaimana?" (c)kurniawangunadi
187 notes · View notes
dinisuciyanti · 5 months
Text
Gak etis dan menunggu
Dalam salah satu sesi QnA di laman biru, dari circle yang aku kenal, aku menemukan case dan pertanyaan yang menarik.
Intinya, penanya adalah perempuan 24-25 tahun, ditanya ortu untuk segera menikah. Ybs menjaga pergaulan dan prefer taaruf. Ortunya bilang "kalau kamu gak berteman/bergaul, sampai sekarang belum ada yang lamar, gimana mau nikah. Ga bisa cuma berdoa, harus usaha."
Lalu ybs bertanya pada temanku,
"Bagaimana ikhtiar yg benar dalam menjemput jodoh? Rasanya sulit dan kurang etis juga kalau pihak perempuan yang menanyakan duluan. Apakah doa dan belajar memperbaiki diri sudah cukup "ikhtiar" (menunggu ada laki-laki yg datang menghampiri untuk taaruf)".
Btw, enggak ada salah bener sih, sesuai prinsip masing-masing.
Aku membayangkan adik penanya memang se-menjaga pergaulan itu, se-minim komunikasi itu, ala ukhti-ukhti berkerudung panjang yang se-menjaga itu. Dan, kalau boleh aku memberi sedikit opini (walau ybs gak nanya ke aku), ada beberapa point yang ku highlight:
Kata-kata orangtua ybs bener. Enggak bisa cuma memasrahkan dengan doa, menunggu semesta, duh klise banget. Kalaupun memang se-menjaga pergaulan itu, setidaknya, kamu aktif di kegiatan A/B/C, kamu menunjukkan bahwa "kamu ada di dunia mereka yang potensial yang akan mengajak taaruf suatu saat, entah kapan". Kamu berinteraksi ya selayaknya pertemanan sosial pada umumnya, dengan perempuan atau laki-laki. Belajar biar gak baperan.
"Rasanya sulit dan kurang etis". Memang, masih banyak, yang mengganggap itu sulit, "duh gak mungkin nanya duluan, aku nanti dikira apa". Kalau memang terasa sulit dan mustahil, kamu bisa minta tolong teman/kolega untuk menanyakan apakah beliau available atau gak. Berkali-kali, aku selalu bilang ke teman-teman ku soal ini, "kalau kamu sudah di level sakit kepala kepikiran terus sama beliau, nunggu dilamar tapi gak dilamar-lamar, cuma bisa diam diam diam, mending tanya, either tanya langsung atau lewat teman". And it works. Kalo beliau gak available atau gak berminat sama kamu, done, kamu bisa move cari yang lain. Gak usah investasi perasaan kelamaan.
"Apakah doa dan memperbaiki diri sudah cukup sebagai ikhtiar?" Dulu, narasi "memperbaiki diri" untuk bertemu orang baik, aku setuju. Tapi sekarang, aku pikir, ya upgrade diri buat diri sendiri lah yang utama, perkara itu akan mengantarkan ke bertemu yang baik itu bonus. Kamu lebih rajin ibadah misalnya, rajin skinkeran biar muka terawat, ya buat diri sendiri dulu. Dan sekali lagi, hanya berdoa dalam diam memohon dipersatukan, menurutku klise banget.
"Menunggu ada laki-laki yang datang". Enggak salah, tapi jangan sampai terjebak kalau, kondisi atau praktek sosial dan komunikasi mu se-terjaga/se-minim itu. Era 4.0 ini, jalur komunikasi itu banyak. Kalau misal kamu bertemu dalam satu event panitia, biasanya event punya akun sosmed, ya bisa lah di-follow dulu, terus komen/react, intinya biar beliau notice kalau kamu ada di dunianya. Nanti bisa mengalir dengan sendirinya secara organik.
Ya, cuma 4 point. Ini berdasar pengalaman aja, selama gap 9 tahun dari lulus kuliah dulu. Jangan sampai menyesal hanya berdoa saja. Bahkan kamu lapar pun pas di kosan tengah malam, kamu perlu nyeduh indomie kan?, tanpa keluar kosan beli ke warmindo.
Oh ya, kalau memang tidak ada orang yang potensial yang kamu inginkan, kamu bisa minta tolong ke teman/kolega/keluarga untuk dicarikan.
14 Desember 2023
83 notes · View notes
ajinurafifah · 1 year
Text
Cinta Saat Ini
Cinta tidak semenggebu dulu, waktu PDKT, tapi tumbuh mengakar kuat. Tidak seberdebar awal kita bertemu, tetapi menjadi hangat.
Tidak seperti pasangan selebritis yang begitu romantis di depan kamera, tapi lebih mirip dua sahabat yang tetap ada di suka dan duka.
Cinta itu sepertinya, dia selalu belajar dari pengalaman. Perasaan yang bisa naik turun, tapi berujung bisa memahami.
Seperti air, cinta memenuhi ruang, bisa berubah bentuk, dan pelan-pelan dengan sabar bahkan bisa menghancurkan batu.
Kadang cinta terungkap lewat hal-hal lucu. Ejaannya tak harus c-i-n-t-a. Bisa tereja lewat membuatkan teh, membiarkan dia tidur, mengomel saat lemari berantakan tetapi tetap membereskannya, memeluk dari belakang, mengisi daya ponsel, dan lain-lain.
Kalau kamu diberi pilihan mencintai atau dicintai janganlah memilih. Cari cara untuk sampai ke pilihan mencintai dan dicintai. Karena keduanya, pantas kamu rasakan❤️
579 notes · View notes
maitsafatharani · 7 months
Text
My INFJ
Untukku yang masih banyak malu kalau mau post yang arah-arahnya merah jambu di kanal sosial media lainnya, tumblr jadi salah satu tempat pelampiasan yang tepat. Hehe, terimakasih telah menjadi ruang amanku, tumblr :)
Malam-malam sembari nyicil berkas akreditasi klinik, tetiba pengen mencurahkan banyak hal dari lubuk hati.
Barusan, suami ngechat.
"Yang, nanti sabtu aku visite ya.."
"Oiya gpp, nanti dania aku bawa rapat."
"Dania nanti aku titipin mba bentar aja ya.."
"Ooh kamu berangkat visitenya mau abis subuh ya soalnya.."
"Soalnya jumat malam kan kamu dines ya"
"Iyaa"
"Plan B nya gpp dibawa rapat. Soalnya kamu abis malem, yang."
"Iyasih XD"
Nggak sekali ini aja, suami lebih holistik dalam merencanakan daripada aku. Aku malah seringkali lupa, kalau mau melaksanakan agenda berat berturut-turut. Atau lupa sama kebutuhan sendiri. Suami yang inget.
Inget banget momen-momen mau lahiran.
"Aku tuh pengennya ya Yang, kalo bisa seminggu pertama abis lahiran tuh udah nggak usah ada tamu." Kata Paksu.
"Yaa gpp sih ada tamu. Yang penting kan kitanya udah sefrekuensi."
"Tapii kadang mulut orang ngga bisa dikontrol. Ada aja komentarnya. Belum tentu lahiran nanti kondisinya ideal kan. Nggak tau lahirannya bisa pervaginam atau engga. ASI nya lancar atau engga."
"Iyasih..."
"Melahirkan udah berat buat ibu, Yang. Apalagi kalo harus dengerin macem-macem."
Pada akhirnya sih kami tetap terima tamu ya, wkwk. Qadarullah segalanya lancar dan hampir nggak ada omongan nyinyir. Cuman yaa banyak saran-saran aja gitu buat ibu dan bayinya wkwk. Tapi kalau inget suami pernah ngomong gitu berasa, makasih ya :")
Dan sekarang adalah momen menjelang Dania MPASI. Kira-kira begini isi percakapan kami.
"MPASI tuh.. berat ya. Aku pernah lihat di tiktok anaknya ngelepeh makanan sejak hari pertama." Paksu said.
"Iya, apalagi sampai umur 2 tahun. Ada aja cobaannya pasti." Aku menimpali.
"Aku lihat tuh ya.. ibu-ibu tuh fokusnya ke, apa masakanku kurang enak ya.. bukan fokus ke apakah cara masaknya udah bener, teksturnya sesuai." Paksu said lagi.
"Iya.. banyak overthinkingnya ibu-ibu tuh. Makanya aku banyak cari referensi, tentang feeding rules juga. Supaya lebih banyak tau jadi lebih..."
"Lebih strict?"
"Engga. Justru aku berharapnya lebih banyak tau tuh jadi lebih fleksibel. Kalo anaknya gamau A, oh solusinya boleh B. Gamau C, oke solusinya D. Selama ga menentang prinsip utama."
"Iya Yang, kita perlu banyak belajar. Pasti sedih kan, kamu yang masak. Kalo Dania sampai gamau pasti kamu juga kepikiran."
Kira-kira dari percakapan-percakapan kami bisa kebaca kan ya, siapa yang lebih overthinking? Wkwkwk.
Sejak kami serius untuk menikah, kami sering membicarakan hal-hal terkait kepribadian kami. Suami memang mengakui, dirinya sangat bisa overthinking dalam banyak hal. Juga selalu ingin perfeksionis dalam hal apa pun. Dulu, kupikir aku harus sangat menyesuaikan diri dengan semua ini. Di saat apa pun kubawa santai :") Tapi rupanya, perfeksionisme yang suami anut, tidak irritable menurutku. Justru sangat mempermudah segalanya.
Aku, si INFP bersuamikan INFJ. Sangaaat helpful dan fit me completely.
Kalau sebelum menikah, mungkin mendengarkan apa yang dibicarakan Paksu akan terdengar so sweeet. Tapi sekarang, mendengarnya tuh serasa ada embun menetes di hati.
Adem.
Sampai kadang aku cireumbay sendiri haha.
Kadang bingung, kebaikan apa yang pernah kuperbuat sampai Allah karuniai suami sebaik ini? Meski aku dan dia teman SMA, aku nggak pernah menyangka dia se-pengertian itu.
Makasih yaa, sudah menjadi sekeping puzzle yang melengkapi cerita hidupku. Aku nggak tau ke depannya akan bagaimana. Tapi, semoga Allah selalu memberkahi keluarga kecil kita.
Dan semoga kebersamaan kita bermuara di surga-Nya.
133 notes · View notes
slythereeen · 2 years
Text
Husband Material
Beberapa hari ini, saya lagi senang-senangnya belajar tentang hal-hal yang berhubungan dengan parenting dan juga relationship seperti luka masa pengasuhan, tipe-tipe generasi dan cara memperlakukanya, hingga cara berkomunikasi hal-hal sensitif dengan pasangan. Sampe saya download aplikasi Teman Bumil loh haha (harusnya gak aneh sih. Justru laki-laki pun harusnya download ini juga kan untuk mendampingi istri kalau sudah saatnya). Ternyata banyak stereotipe dan stigma yang terjadi di masyarakat seperti lelaki itu gak rapih, tidak peka, tidak suka beres-beres rumah, dan hal-hal lainnya.
Semakin banyak baca hal seperti ini, saya jadi semakin tertantang untuk mencari tau sebenarnya sosok husbando (pasangannya Waifu) seperti apa yang sebenarnya ideal. Ia yang berkebalikan dengan stereotipe dan stigma kah? atau ada hal-hal lain yang lebih esensial. Nah ternyata, ada yang namanya Husband Material. Apaan tuh? Apakah dia yang materialistis? haha No! Begini katanya
"Carilah laki-laki yang menjadi Suami, bukan mencari Istri"
Husband Material adalah seseorang (laki-laki) yang memiliki kriteria/kredibilitas sebagai calon suami. Emang apa ciri-ciri seorang Husband Material ini?
Dia yang ada di saat kamu membutuhkan walaupun mungkin ngebuat dia berada di kondisi yang tidak nyaman.
Melibatkan kamu saat membuat keputusan besar maupun keputusan sederhana.
Bisa diajak komunikasi walaupun sudah tau kalau hal tertentu diobrolin bakal jadi ngebuat salah satu marah dan berantem. Ia yang percaya kalau komunikasi itu penting.
Kalau ada masalah, dia bakal nyari cara biar selesainya. Dia bakal berpikir lebih keras dan cerdas agar bisa jadi lebih baik lagi dan lagi.
Ia yang berpikir kalau hubungan ini bukan cuman tentang aku-aku dan kamu-kamu. Tapi bersama, aku dan kamu adalah tim.
Bukannya takut dimarahin, tapi kamu nyaman terbuka dan jujur ke dia karena dia sudah terlebih dahulu menyembuhkan luka masa lalunya.
Dia nge support kelebihan kamu dengan apa yang ia punya dan ga ngebuat kamu ngerasa jijik dengan kelemahan-kelemahan yang kamu punya baik fisik maupun non fisik.
Mungkin segitu yang saya dapet di salah satu postingan Instagram. Kalau temen-temen cari lagi di google, lebih banyak lagi hal-hal yang dibahas tentang Husband Material ini.
Dulu, saya fokus mencari sosok istri ideal dengan kriteria A, B, C. Yang intinya sangat-sangat ideal. Setelah membaca hal-hal seperti ini, sekarang saya sadar. Kalau saya terlalu fokus mencari istri ketimbang menjadi seorang suami itu sendiri. Kalau ada yang bilang jodohmu adalah cerminanmu. Maka sebelum mencari cermin yang baik, kita pun harus jadi cermin yang baik pula bukan?
Dah ah gitu dulu, kita bahas tentang hal-hal lain di tulisan selanjutnya. As usual, merci beaucoup and thanks for having a beautiful mind
473 notes · View notes
imespramesti · 3 months
Text
Nano-nano Term Kedua
Aku nggak akan lupa minggu pertama Februari 2024. Banyak kabar yang bikin kaget, termasuk dirilisnya semua nilai mata kuliah term pertama. Begitu menerima email final result, sontak aku merasa bodoh.
“Bodoh banget sih mes?”
Tahu persis kalau ngatain diri sendiri gini sangat nggak baik, tapi gimana? Nggak ada opini yang bisa aku munculkan untuk melawan statement-ku sendiri.
Nilai kamu D, apa namanya kalau bukan stupid?
Kalau tahu, coba kasih jawabannya di bawah sini 🙂
Alhamdulillah, hari-hari berikutnya mulai merasakan kemudahan dari Allah untuk menerima takdir-Nya. Nilai udah keluar, mau gimana lagi? Kalau harus resit (mengulang ujian di penghujung tahun), ya dijalanin aja.
Selain itu, ada tiga hal yang bikin legowo untuk menerima nilai yang nggak sesuai ekspektasi:
Ada hal-hal yang nggak berubah walaupun nilaiku D. Rasa tumis jamur dan paprika buatanku tetap enak terlepas nilaiku yang nggak karuan itu. Pemandangan dari jendela kamarku tetap cantik walaupun nilaiku bukan A, B, atau C. Pengalaman lari pagi tetap bisa dinikmati meski nilai mata kuliah ini nggak bisa dibanggakan. Masih banyak hal-hal yang nggak ada hubungannya dengan nilai jelek. Keadaan bumi ini before-after kamu dapat D ternyata sama loh.
“Mungkin bukan bodoh, cuma kamu butuh waktu lebih lama aja untuk belajar”, adalah salah satu nasihat teman yang masuk ke otakku saat itu. Iya juga ya, masuk akal. Mungkin kalau waktu belajar lebih panjang, nilaiku lebih bagus juga. Mungkin melabeli bodoh tuh nggak adil kalau berdasarkan satu nilai mata kuliah. ‘Bodoh di mata kuliah Introduction to Neuroscience’, mungkin lebih tepat daripada ngatain diri sendiri dengan cara pertama.
Sebetulnya ini petunjuk paling awal yang sampai di aku, bukti nyata kalau Allah nggak ninggalin walaupun mengizinkan kejadian nggak enak mampir bentar :”) Kebetulan tilawahku molor, kebetulan baca ayat ini setelah dapat email nilai D.
Allah bilang bahwa hal baik maupun buruk sudah sejak lama ada di lauh mahfuz, sehingga jangan kecewa kebangetan ketika sesuatu nggak sesuai ekspektasi. Pun nggak perlu jumawa ketika berasa ketiban dunia runtuh karena rezeki dari-Nya.
Kalau bahagia, nggak selamanya. Kalau sedih, nggak akan lama. Karena cuma dunia, cuma sementara.
Glasgow, 12 Februari 2024
19 notes · View notes
rereenaa · 9 days
Text
Apapun, Tentang Tertawa
Aku sedang duduk di kantor guru setelah mengajar di kelas III C menggantikan guru pamong. Aku menghela nafas sambil mengecek notifikasi gawai. Waktu pada layar gawai menunjukkan pukul 11.15 WIB. Tak berapa lama, ada beberapa guru yang masuk, beliau meminta ku untuk menggantikannya di kelas I A, aku iyakan dengan tertawa karir, walau hati rasanya ingin menolak sebab itu bukan bagian jobdesk ku. Beliau beralasan sedang mengerjakan sesuatu yang lain di laptopnya. Namun, saat aku lihat keluar jendela di sela-sela aku menggantikan beliau, ia hanya sedang bergosip dan bergurau dengan beberapa guru lain di sudut sekolah.
Pernahkah engkau mendengar istilah “tertawa karir”?
Dalam dunia kerja, kita harus memiliki skill tertawa karir, mengendalikan mimik muka agar terlihat ramah. Hal ini penting sebagai skill bersosialisasi di lingkungan pekerjaan, apalagi ketika kita masih berperan sebagai bawahan dan belum memiliki pengaruh apapun.
Untuk ku yang tidak pandai berbasa-basi dan memiliki garis wajah yang jutek, mengasah skill tertawa karir ini cukup membutuhkan waktu, namun bukan berarti tidak bisa. Aku sekarang sudah cukup mampu membawa diri, menyesuaikan mimik wajah di dunia kerja, auto switch menjadi mode marketer jika sudah berada di lingkungan pekerjaan. Apakah ini disebut bermuka dua? Ah entahlah. Aku menyebutnya membawa diri.
Aku belajar skill mode marketer ini ketika mengajar di salah satu sekolah dasar islam terpadu yang cukup terpandang, pada saat itu aku mengajar sambil berkuliah. Sekolah tersebut memfasilitasi setiap kelas rendah dengan dua guru kelas, salah satu guru tersebut adalah aku. Aku mendapatkan partner yang lebih tua, beliau juga memiliki lebih banyak pengalaman yang dimana sebelumnya pernah mengajar sekolah internasional. Aku memanggilnya dengan sebutan kakak Ai.
Aku ingat sekali bagaimana kakak Ai sedang menceritakan kekesalannya mengenai salah satu orangtua murid kami, yang tidak sopan dalam bertutur kata. Namun, keesokan harinya saat kami bertemu orangtua murid tersebut, kakak Ai sangat ramah dan sangat pintar berbasa-basi. Awalnya aku merasa bingung, mengapa kakak Ai begitu berbeda, padahal kemarin kelihatan kesal sekali. Setelahnya aku merasa kakak Ai keren sekali. Semoga aku pandai membawa diri seperti kakak Ai, sekesal apapun hati ini.
7 notes · View notes
asrisgratitudejournal · 4 months
Text
Dimensions
Ku waktu kapan itu pas lagi pengen nulis banyak perasaan banyak banget yang mau diomongin. Eh tapi sekarang giliran udah ada waktunya malah bingung mau ngomong apa.
Kalau lihat catatan sih, mau bahas “dimensions”, jujur ini pasti ada istilah psikologi/saintifiknya, tapi intinya adalah memahami bahwa satu orang itu bisa punya BANYAK banget facets.
Aku sempat frustrasi banget pas pernah ditegur mama: “udah mau doktor kok ya nonton konser”. Aku bingung. Hah apa hubungannya? Apakah menjadi doktor/ibu/dosen/presiden/(insert pekerjaan di sini) dan nonton konser/(insert apapun bentuk orang mencari inspirasi di sini) mutually exclusive? Apakah yang satu tidak bisa kalau yang lainnya terjadi juga secara bersamaan?
Oh jadi inget, salah satu trigger yang muncul kenapa ku pengen bahas ini adalah karena kemarin dua tweets-ku viral di saat yang bersamaan itu. Ada yang komen “ku-follow akunnya karena mau belajar sains, eh ternyata ngetweet politik, jadi unfollow deh”. Pertama ye balasan-ku ke orang ini: “no one f-ing asked”, lu mau follow gw kek, unfollow kek, bebas, terserah anda, kalo katanya Iqbal “this is not an airport, you don’t have to announce your departure”. Kedua, ya itu tadi “lah emang kalau gw saintis terus jadi gw ga bisa ngetweet politik?? Yee akun akun gua.”
Intinya adalah, ku sangat frustrasi dengan pandangan orang-orang (terutama di Indonesia) that people can’t have more than one dimension. It’s as if a person can only have one axis run in them. Oh kalau lo a, ya yaudah a aja yang dikerjain, gausah ngerjain b c d. Ini juga yang cukup menjelaskan kenapa banyak orang terkejut-kejut kalau ada Presiden/Pejabat pemerintah punya interests/hobbies di luar politik.
Cuma mau bilang aja, orang mau ngapain, suka apa juga mah terserah. Selama dia ga ninggalin responsibilities dia di salah satu posisi yang dia pegang. Gak ngerugiin orang lain. Ku super reflective banget karena ku baru sadar aku teh geologist tapi ya bahas geologinya di tempat kerja aja??? Di sosmed ya bahas apa yang kusenangi: Stray Kids, Bangchan. Kemudian kalau nggak lagi kerja ya ku bakal nonton konser. Ibadah juga, punya facet muslim juga kan soalnya. Kemudian sebagai Indonesian ku suka main angklung, gamelan. Sebagai woman, ku ada values on equality yang kuperjuangkan. Ku suka banget BELAJAR BAHASA. Jadi, ku juga explore side linguistics. Selain doing research, ku juga suka banget NGAJAR, jadi ku bakal ngebacot dan suka ngulik tentang psikologi siswa, psikologi guru/dosen, power-relation dosen-mahasiswa, assessment methods.
Kalau ku disuruh describe diriku dalam 1 kata aku ini apa, THAT WOULD BE VERY HARD?? I think I would say… “I am a learner”. WOW CLICHÉ BANGET FAK NON WKWKW. Tapi beneran I don’t think I would say “I am a geologist”/”earth scientist” karena jujur I don’t think I am se-“geos” itu. I love going to the field, but also I find it really hard thinking in the field. Mostly, I would just be amazed and mesmerized at the rocks/landscapes, appreciating the process through time, tapi kalau disuruh nulis paper tentang itu? Sorry gak dl.
I wouldn’t say “I am a teacher/lecturer” because do PEOPLE realize how hard it is to be a teacher??? The emotional roller-coaster you have to go through?? At least with rocks, they won’t talk back to you, but with human bruv? Pain. Apalagi kalau humannya super entitled dan ngerasa “loh kan gw udah ngebayar lo buat ngajarin gw? Ya ajarin gw sampe gw ngerti dong!”. Jadi balik lagi ke postingan-ku sebelum ini tentang belajar yang mana ku masih merasa responsibility of understanding something lies in the hands of the learner themselves, not on the teacher.
“I am an Indonesian”?? Jelas nggak. Ku betul-betul sudah considering melepas passport Indonesia-ku for real, karena betul-betul lebih banyak kemaslahatannya ni paspor.
“I am a muslim” juga berat banget. I don’t think I am an exemplary muslim, but I am trying(??).
“I am a KPOP fan” juga akan works in some settings, tapi beneran I don’t think I want to be remembered as that when I die later.
“I am a scientist” juga terlalu broad and with my laziness with writing, kayanya scientist is not the job I preferred to be called.
Intinya susah banget kalau harus mendefine sesuatu sebagai sesuatu (ini filosofis). I can be anything I want. So do you, so does other people. Let people have as many dimensions as they want. Jadi semoga ke depannya kita nggak yang: “ih dia kok xx sih, padahal kan dia xx”. Just let them be, people. Selama gak merugikan kita, gak membahayakan siapapun, selama mereka happy. (KU BACA LAGI KALIMAT DI ATAS, ini betul-betul prinsip liberal dan personal freedom-nya US lol).
Dah gitu dulu. Mau pulang dan solat Magrib. Happy weekend all! Part 3-nya tentang Science Comm menyusul yah. Semoga sempat menulis weekend ini.
30.18 17:26pm 26/01/2024
7 notes · View notes
duniailkom · 7 months
Text
Tutorial Belajar C++: Cara Mengubah Huruf Kecil ke Huruf Besar
Dalam tutorial belajar bahasa pemrograman C++ di Duniailkom ini akan dibahas cara konversi atau mengubah huruf kecil ke huruf besar. Proses konversi dari huruf cukup sering kita lalukan sepanjang pembuatan kode program. Cara Mengubah Huruf Kecil ke Huruf Besar dengan Penomoran ASCII Cara pertama yang akan kita bahas untuk proses konversi huruf kecil menjadi huruf besar adalah dengan menggunakan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
anakmalescom · 2 years
Link
1 note · View note
erraeduhomeschooling · 5 months
Text
0812-9449-6174, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Rawa Lumbu Bekasi
0812-9449-6174, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Rawa Lumbu Bekasi
Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Rawa Lumbu Bekasi Terbaik, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Rawa Lumbu Bekasi Termurah, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Rawa Lumbu Bekasi Terpercaya, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Rawa Lumbu Bekasi Berpengalaman, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Rawa Lumbu Bekasi Biaya Terjangkau, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Rawa Lumbu Bekasi Online, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Rawa Lumbu Bekasi Terdekat, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Rawa Lumbu Bekasi 2024, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Rawa Lumbu Bekasi 2023, Program Belajar Kejar Paket A B dan C di Rawa Lumbu Bekasi Direkomendasikan,
Profile Program Paket Kesetaraan SD, SMP, dan SMA yang beralamat di Jl. Pulo Ribung Raya Blok AE no. 101, Grand Galaxy City, Bekasi Selatan merupakan Program Ujian Kesetaraan yang menawarkan kemudahan program sekolah Homeschooling serta Kejar Paket A (setara SD), Kejar Paket B (setara SMP) dan Kejar Paket C (setara SMA). Setiap yang lulus berhak memiliki sertifikat (ijazah) yang setara dengan pendidikan formal.Info lengkap HUBUNGI TIM ADMIN : 0812-9449-6174
Tumblr media
0 notes
kurniawangunadi · 7 months
Text
Jiwa yang Sakit
Masih lanjutan obrolan dengan psikiater kemarin. Dari mulai tentang kondisi diri, fenomena pernikahan, dan banyak diskusi lainnya.
Banyak orang yang nggak menyadari bahwa hambatan dalam hidupnya sebagian besar berasal dari dirinya sendiri, memang ada di dalamnya peran lingkungan, orang lain, dan lain-lain. Tapi keputusan atau respon atas masalah tersebut, berasal dari cara berpikir / sudut pandang terhadap masalah dan bagaimana keputusan itu diambil.
Bagaimana caranya agar kita tahu, kita itu bagaimana? Asesmen, kalau mau tahu lebih cepat. Memang bisa melewati proses pembelajaran hidup, tapi mungkin butuh waktu, butuh banyak sumber daya. Proses untuk mengenal diri memang sebuah perjalanan panjang, dari hasil diskusi sebelumnya aku pun lebih terbuka untuk memahami kenapa hidup membentukku seperti sekarang. Apa yang harus dipertahankan, ditingkatkan, atau direduksi karena hal itu berpotensi merusak fungsi hidup ataupun hubungan sosial.
Aku belajar untuk bisa memahami kenapa cara pengambilan keputusanku demikian. Apa yang membuatnya jadi demikian. Aku juga menyadari kalau banyak sekali masalah yang terjadi itu lebih karena pikiran. Tidak benar-benar ada, tapi di ada-adain. Bahkan dalam kondisi mental emosional yang benar-benar bermasalah, ada orang lewat depan kita - salah, padahal orang tersebut nggak kita kenal, cuma lewat doang.
Dalam narasi yang kubaca beberapa waktu yang lalu, setiap orang itu ibarat truk sampah, dan kadang dia perlu untuk membuang sampah-sampah itu jika sudah penuh. Sayangnya, nggak semua orang bisa mengontrol dimana buang sampahnya.
Emosi kita dijalan raya, di tempat kerja, di sekolah, di media sosial, dan sebagainya bisa jadi karena manajemen emosi tersebut tidak bisa kita kendalikan dengan baik, atau mungkin orang lain tidak bisa mengendalikan itu dengan baik sehingga dia buang sampah emosinya kepada kita. Padahal menurut kita, nggak salah apa-apa. Kita cuma lewat doang. Entah mungkin hidupnya penuh kebencian, penuh ketidaksukaan, kita nggak tahu. Kalau ada orang yang kayak gitu, biarin aja lahh gak usah diurus, ujar psikiaterku kemarin.
Memahami perspektif masalah dari sudut pandang yang tepat dan luas membuat kita lebih mudah menjalani hidup. Karena nggak semua masalah, itu masalah. Tapi juga tidak mematikan kepekaan untuk melihat masalah.
Hidup manusia itu kayak buku. Kita sering tak bisa membacanya dari luar, tapi kadang, buku itu menceritakan isinya sendiri tanpa kita perlu membacanya. (c)kurniawangunadi
249 notes · View notes
afsylail · 5 months
Text
Jatuh cinta pertamaku
Dulu, aku pernah bercerita, kalau jatuh cinta pertamaku adalah pada orang yang akhirnya mau menerima dan meminangku, ternyata itu semua salah.
Jatuh cinta pertamaku, adalah pada ayahku tercinta. Pak deni namanya. Entah bagaimana ku dapat mengekspresikan cinta padanya, yang pasti, kalau beliau sampai ditakdirkan tidak ada dunia, rasanya, ragaku akan ikut terkubur dengannya.
Pak deni, bukan sembarang ayah. Beliau, ayah yang serba bisa. Hanya keahlian masak saja yang beliau tidak punya. Tapi, dari segi cara mengelola emosi, mengelola rumah tangga, keuangan, waktu, bahkan pendidikanpun sampai detik ini? Beliau masih saja belajar, mungkin akan dikejar tidak hanya sampai negeri cina, tapi sampai liang lahat.
Jadi, wajar saja tidak sembarang orang yang bisa mengambil "tahta" beliau. Apalagi, menjadi pengganti tempatku mengabdi. Beliau begitu selektif, penuh pertimbangan, sampai overprotektif. Kadang, hubunganku dengannya juga love hate relationship. Tapi, yang ada, aku kembali jatuh hati padanya, tak sanggup aku melukai bahkan menggores hatinya secara sengaja.
Ketika membandingkan cerita temanku dengan ayah mereka. Lalu mengingat pak deni yang selalu menghargai pilihanku-kecuali yang satu ini-yups, tentang calon suami, aku selalu bersyukur. Beliau tidak memaksakan aku untuk memilih spesialisasi A dan B, melarang spesialis C dan D, bahkan membebaskan aku bekerja ke pelosok negeri kalau perlu (?)
Tak jarang ketika mengingat beliau, mendengarkan sepatah dua patah kata dari beliau, air mataku tak sanggup dibendung. Perasaanku campur aduk. Mungkin ini yang dinamakan cinta?
Beliau selalu mendoakanku, aku malah yang kadang jarang mendoakan beliau. Entah siapapun, kapanpun, ada ataupun tidak ada yang menggantikan tahtamu nanti, aku tetap jatuh cinta selamanya pada pak deni dan tak tergantikan 😭🩷
Tumblr media
8 notes · View notes