Tumgik
afsylail · 5 months
Text
Jatuh cinta pertamaku
Dulu, aku pernah bercerita, kalau jatuh cinta pertamaku adalah pada orang yang akhirnya mau menerima dan meminangku, ternyata itu semua salah.
Jatuh cinta pertamaku, adalah pada ayahku tercinta. Pak deni namanya. Entah bagaimana ku dapat mengekspresikan cinta padanya, yang pasti, kalau beliau sampai ditakdirkan tidak ada dunia, rasanya, ragaku akan ikut terkubur dengannya.
Pak deni, bukan sembarang ayah. Beliau, ayah yang serba bisa. Hanya keahlian masak saja yang beliau tidak punya. Tapi, dari segi cara mengelola emosi, mengelola rumah tangga, keuangan, waktu, bahkan pendidikanpun sampai detik ini? Beliau masih saja belajar, mungkin akan dikejar tidak hanya sampai negeri cina, tapi sampai liang lahat.
Jadi, wajar saja tidak sembarang orang yang bisa mengambil "tahta" beliau. Apalagi, menjadi pengganti tempatku mengabdi. Beliau begitu selektif, penuh pertimbangan, sampai overprotektif. Kadang, hubunganku dengannya juga love hate relationship. Tapi, yang ada, aku kembali jatuh hati padanya, tak sanggup aku melukai bahkan menggores hatinya secara sengaja.
Ketika membandingkan cerita temanku dengan ayah mereka. Lalu mengingat pak deni yang selalu menghargai pilihanku-kecuali yang satu ini-yups, tentang calon suami, aku selalu bersyukur. Beliau tidak memaksakan aku untuk memilih spesialisasi A dan B, melarang spesialis C dan D, bahkan membebaskan aku bekerja ke pelosok negeri kalau perlu (?)
Tak jarang ketika mengingat beliau, mendengarkan sepatah dua patah kata dari beliau, air mataku tak sanggup dibendung. Perasaanku campur aduk. Mungkin ini yang dinamakan cinta?
Beliau selalu mendoakanku, aku malah yang kadang jarang mendoakan beliau. Entah siapapun, kapanpun, ada ataupun tidak ada yang menggantikan tahtamu nanti, aku tetap jatuh cinta selamanya pada pak deni dan tak tergantikan 😭🩷
Tumblr media
9 notes · View notes
afsylail · 6 months
Text
Museum hati
Merespon seseorang yang sudah dewasa, mengekspresikan cinta layaknya anak SMA, membuatku menggali memori bersamanya.
Mungkin dia bukan yang pertama kali, apalagi yang terakhir.
Semoga pasanganku kelak bisa menerima sisi melankolisku yang satu ini.
Dia masih sering melihat storyku, seringnya di waktu awal aku publish story. Walaupun aku tau, dia pasti mengakunya hanya sekadar swipe-swipe saja.
Iseng, aku mengklik profilenya, ternyata aku menyukai semua postingan dirinya, "hah? Emang gue udah kenal sama dia dulu?" Ya, aku bukan tipikal orang yang suka menyukai postingan orang lain.
Aku ingat, ia pernah seenaknya mengambil HPku dan menjelajah HPku sesukanya, termasuk menyukai postingannya sendiri lewat akunku.
---
Boro-boro berharap bisa saling mengintermezzo kebodohan kita dulu, bahkan tau kabarnya saja tidak. Terlalu ekslusif dan terlalu cool. Tidak pernah update story atau apapun itu. Kalau dia tau aku menulis tentangnya, mungkin dia biasa saja sambil tertawa-tawa, "kasian banget ni anak gamon."
Aku menyukai pertemanan dengannya, pertemanan yang sering dibumbui butir-butir romansa. Tapi, aku sadar diri, bukan lagi aku yang dia inginkan. Mungkin, dia udah terlalu sakit dan tidak bisa memaafkanku lagi.
Aku memaklumi, aku diposisinya pun mungkin akan melakukan hal yang sama: berlagak seolah-olah tidak kenal dan hanya bisa melihat story atau updatean social media.
Andaikan aku bisa bersamanya pun, aku tetap saja diliputi rasa ragu. Jadi, ya, aku terima saja rasa rindu yang menggebu ini. Kusimpan baik-baik. Kusimpan di museum hati milikku. Perasaan yang bisa kujaga, tanpa aku mengintervensi orang lainnya.
2 notes · View notes
afsylail · 11 months
Text
Ridha
Dulu, jauh sebelum menikah, aku punya banyak keinginan. Melihat berbagai teori idealnya rumah tangga bersliweran di media sosial, tak urung juga memunculkan bersit-bersit imajinasi.
"Ah semoga nanti aku dan pasanganku bisa..."
Titik-titik yg diisi dengan berbagai idealisme pernikahan.
Bukan, bukan hal seperti: harus sering keluar bareng, gandengan tangan terus, mengucapkan cinta setiap hari, dll. Aku sadar diri juga aku bukan tipe orang yg seperti itu hehe.
Aku kira, rumah tangga yg baik harus punya visi misi pernikahan dan menuliskannya. Aku kira, rumah tangga yg baik harus punya target keluarga yg tercatat rapi. Dan banyak aku kira aku kira lainnya.
Namun semakin mendekati hari pernikahan, kesemua ingin itu tidak lagi terasa begitu menggebu. Sebelum hari H pernikahan, doaku semakin sederhana.
Semoga kami menjadi pasangan yang ridha satu sama lain. Membangun keluarga yg di dalamnya dipenuhi keridhaan dan kebersyukuran.
Entah berapa kali aku termenung-menung sendiri saat berdoa. Kadangkala meneteskan air mata. Ada rasa takut, kuatir diri ini tidak bisa memerankan peran barunya dengan baik. Apalagi dengan kekurangan yg berserakan disana-sini.
Apakah suamiku, mertuaku nanti bisa dengan mudah ridha atasku?
Pertanyaan yg seringkali mengganggu pikiranku saat itu. Terlebih kata orang, 5 tahun pertama adalah yg tersulit. Sesulit apa kira-kira?
Dan tanpa terasa, sekarang sudah hampir 1 tahun usia pernikahan kami.
Satu tahun yg bagi satu sama lain adalah satu tahun penuh pembelajaran baru. Saling menyesuaikan diri, membenahi diri, saling menambal kurang satu sama lain.
Sampai hari ini, aku tidak pernah benar-benar tahu apa jawaban pasti dari pertanyaanku. Apakah suamiku ridha? Apakah mertuaku ridha? Dan seluruh keluarganya pun ridha?
Namun yang pasti, satu tahun yg berlalu telah mengurangi banyak ketakutanku. Satu tahun yg berlalu ini telah membuatku begitu banyak bersyukur. Satu tahun yg membuatku tahu, pasangan dan keluargaku memiliki hati yg lapang untuk menerimaku dalam kehidupannya.
Dan aku pun, menemukan apa yang aku cari.
"Semoga Allah mempertemukanku, dg siapa pun yg saat aku melihatnya, hanya doa-doa baik yg terbesit dalam hati."
Semoga keluarga kecil ini, senantiasa dilimpahi keridhaan Allah di sepanjang jalannya.
Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shaalihaat.
414 notes · View notes
afsylail · 1 year
Text
Ujian Cinta yang Berbeda
Tumblr media
Apa yang lebih menyenangkan?
Menderita karena tidak ada tanda radar jodoh mendekat
Menderita karena kesulitan memilih siapa jodoh yang tepat
Keduanya tidak ada yang menyenangkan. Kadang, rasanya sama rata. Kita hanya diuji di titik terlemah kita. Entah kita yang kurang percaya akan janjiNya bahwa jodoh pasti datang di saat yang tepat. Entah ujian kita adalah tentang niat menikah itu sendiri.
Dan, sepertinya, tiap orang akan sampai di titik tersebut. Perasaan yang mulanya, mungkin tidak akan pernah terbesit sebelumnya. Saking menggebunya ingin menikah karena cinta maupun rasa ingin membalas kata-kata "kapan nikah?" Di saat hari raya.
Selamat datang di stasiun titik jenuh dengan gerbong tanda tanya. Tanda tanya akan "apa iya, sudah siap menikah?" "Apa iya, bisa bertahan?" "Bagaimana kalau langsung menjadi orangtua?" "Apa yang harus dikorbankan saat menikah?"
Ternyata, benar juga nasihat para sesepuh pernikahan, "Jodoh itu tidak usah dikhawatirkan." Karena, setelah jodoh datang, sangat banyak hal yang akan dikhawatirkan, direncanakan, dan dilakukan.
Engga heran kalau kata orang, "Menikah seperti menaiki satu anak tangga kehidupan." Seketika, kita akan menjadi orang yang berbeda. Beradaptasi besar-besaran dengan lingkungan, kebiasaan, dan pasangan.
Memang, memusingkan dan tiada habisnya jika hanya membicarakan teori tanpa eksekusi. Tapi, apalagi yang bisa dilakukan selain mengingat-ingat teori dan berdiskusi pada para sesepuh nahkoda rumah tangga?Pun begitu. Sesepuh sering menasehati, "Menikah tidak serumit itu ketika dijalankan." Dengan orang yang tepat, tentunya.
Semoga saja ... Semoga yang belum dipertemukan jodohnya, Allah pertemukan dengan skenario terbaikNya. Yang masih gundah gulana tentang pernikahan pun bisa segera yakin akan langkah ke depannya.
Seorang sahabat pernah mengingatkan ketika terlalu mengkhawatirkan tentang menyempurnakan separuh agama maupun goyah akan suatu keputusan, perbanyaklah membaca An Nas:
"Aku berlindung ke pada tuhannya manusia, raja manusia, sesembahan manusia."
"Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi."
"Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia."
52 notes · View notes
afsylail · 1 year
Text
Liburan penuh makna.
2 pekan yang mencurigakan dan bebas dari kewajiban, siapa lagi kalau bukan ulah afsyahdinal.
Tidak seperti liburan "panjang" yang sebelum sebelumnya, kepulanganku ke luar angkasa ini penuh makna. Banyak yang berubah. Mulai dari sahabat yang satu persatu menemukan "the one"nya, sampai sahabat yang sudah jelas arah karier, financial planning, dan life plan ke depannya.
Kadang tidak bisa dipungkiri rasa "iri" yang terbesit walau sedikit. Tapi, alhamdulillah, Allah tahu cara bagaimana menghilangkan rasa "iri" dari hamba yang satu ini. Entah dari progress kecil maupun percakapan yang intimate.
Salahsatunya adalah percakapan dengan orang tua. Yup, topiktopik seputar jodoh, karier, financial, dan life planning termasuk di dalamnya. Gak dipungkiri, berdiskusi dengan ayah dan ibu sendiri tidak selalu nyaman. Bahkan seringnya berakhir dengan "pertikaian".
Tapi, aku belajar bagaimana caranya untuk menerima dan toleransi. Ternyata, tidak ada ruginya juga jika mengikuti apa kata beliaubeliau ini (katakata yg selalu ayah dan ibu ulang juga). Ternyata, menenangkan juga kalau bisa satu persepsi dan satu pendapat (walaupun dengan melalui berbagai argumen sebelumnya). Ternyata, membuat beliau beliau senang karena kita memahami dan mengikuti kemauannya, juga tidak kalah bahagianya.
Yah, memang, sih. Semakin dewasa, saat saat liburan harusnya dimanfaatkan dengan banyak bertemu teman teman. Tapi, mengobrol langsung dengan orang tua, memuji mereka karena pencapaiannya berhasil membesarkan kita, rasanya jauh, jauh, lebih bermakna.
Walaupun, melihat mereka sudah mulai tua, lupa, dan mulai renta begitu menyayat dada. Entah apa yang bisa kita lakukan apabila waktunya telah tiba?
Akankah menyesal karena belum membahagiakan mereka secara maksimal?
Akankah ingin mengulang waktu agar bisa selalu bersatu?
Akankah merasa berdosa karena terlambat meminta maaf?
Ah, mama, papa ... i love u from the deepest of my heart. May Allah blessed us 🥲
2 notes · View notes
afsylail · 2 years
Text
Barangkali, kamu akan kembali mengulang. Hari dimana kamu ingin sekali sendiri. Hanya melihat langit malam, menatap bulan, bintang yang berkelip. Atau sekadar merasakan angin yang semilir. Sendiri saja, tiada seorangpun yang menemani.
Engkau merasakan segala penatmu. Mungkin sangat melelahkan, namun hatimu damai. Dengan melihat langit hatimu merasakan tenang meski air mata sesekali tak bisa dibendung.
Akan ada masa, kamu hanya ingin sendiri. Dengan segala lelahmu, meski tidak ada seorangpun disampingmu. Kamu melihat orang-orang berlalu lalang, namun hatimu menjadi sedikit lebih baik.
Akan ada masa, kamu hanya ingin sendiri. Duduk dipelataran masjid sembari memohon untuk dikuatkan. Menikmati sepinya angin yang melewati tubuhmu. Benar-benar sendiri. Sekalipun ada banyak hal tempat yang bisa menampung segala ceritamu.
Sebab kau paham, tidak ada tempat yang paling menenangkan selain bermunajat kepadaNya saja. Dan dalam munajat kepadaNya hanya akan terasa tenang di saat bersendirian.
Benarlah, ketenangan itu perlu diupayakan. Dengan jalan kebaikan, dengan cara menikmati waktu sepi. Adakalanya diri kita butuh waktu untuk menepi. Dari segala riuh, dari segala pilu. Sebab nyatanya, tidak ada ketenangan bila diri jauh dariNya. Sebab kenyataannya, tidak ada kebahagian selain taat dijalanNya.
Nanti, bila kamu merasakan lelah sekali lagi. Tak mengapa, menyendirilah. Adakalanya ketenangan itu datang di tempat-tempat dimana tak ada kebisingan disekitarmu.
135 notes · View notes
afsylail · 2 years
Text
Cinta dan Dewasa
Tumblr media
5-7 min. read
Mungkin, ada hal yang tidak terlalu disesali saat menjadi dewasa. Terutama dalam masalah romansa.
Topik apa lagi yang mudah diceritakan selain tentang percintaan? Yang tidak perlu pikir panjang, mungkin mencurahkan isi hati, atau tangan yang tergerak otomatis karena selalu ada cerita manusia yang berbeda dan tidak biasa.
Ketika menjadi dewasa, tidak ada rasa yang perlu ditutupi. Nyatakan saja. Toh, sudah terlalu jelas tanda-tandanya. Bedanya, akankah mereka berdua bersama? Bukannya karena tidak saling suka, sesederhana, karena timeline hidup yang tidak sama.
Miris bukan?
Padahal, tidak lagi ada yang perlu ditanya. Toh, apa yang diinginkan sudah ada pada dirinya. Apa yang dilakukan dan dipikirkan sudah tertuju pada orang yang sama.
Maka, semua kisah tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan akan selalu berputar-putar hingga pada satu ujungnya. Pernikahan.
Sebelum itu, rasanya sulit untuk menerka-nerka apa maksudnya, tetap terbatas akan pengorbanan maupun kasih sayang, bahkan sering dihantui rasa bersalah. Entah dari agama maupun norma sekitarnya.
Namun, rasa itu selalu menjadi misteri. Antara percaya dan tidak, apakah bisa merasakan sesuatu yang dikatakan “cinta”. Jika terlalu jauh, maka standar “suka”, pun, lebih dari cukup.
Sampai, di satu titik, di satu moment, kepada seseorang laki-laki yang ia selalu memiliki ingatan pendek padanya. Tidak pernah “melihat” bahkan kadang tak sadar akan keberadaannya. Ia akhirnya merasakan hal yang berbeda.
Ia kemudian menertawakannya. Awalnya ini bercanda. Berawal dari permainan kata teman-teman yang memasang-masangkan dirinya dan laki-laki tersebut. Namun, lama-kelamaan rasa ini menjadi nyata.
Kesal rasanya. Tapi, apa mau dikata? Pernah merasa tidak suka ketika memiliki rasa suka? Ya. Begitulah kata² yang tepat.
Laki-laki ini sederhana. Tak banyak bicara. Namun, bahasa cinta mereka sama. 
Mungkin, bahasa cinta tidak begitu terasa dampaknya. Tapi, layaknya kisah web series ala², sutradara tak kasat mata seperti menyatukan mereka. Atau memang karena rasa ingin dekat satu sama lain selalu ada.
Bisa jadi, hanya si perempuan yang merasa bahwa perhatian kecil tertuju padanya, beberapa pandangan tak sengaja terasa, dan cerita detil tentangnya terucap dengan mudah dari bibir yang bahkan tak sanggup ia tatap lama-lama.
Entah ada maksud si laki-laki untuk suka dan mendekati ataupun tidak. Pelaku utamanya adalah satu teman mereka yang memulai, lalu berakhir menjadi hiburan tongkorongan tiap kali ada kesempatan mereka bertatap muka.
Karena, membutuhkan energi lebih untuk mengelak skenario teman-teman yang telah dibuat sedemikian rupa. Si perempuan dan si laki² ini, berusaha menerima dengan lapang dada. Walaupun kebanyakan kata² tersebut di luar kamus mereka berdua. Spontanitas tidak menghalangi kekompakan teman² mereka. "Ceng²an" yang dilemparkan selalu mampu membuat si laki² salah tingkah dan juga membuat pipi si perempuan layaknya udang rebus.  
"Za, za," si pelaku utama dari munculnya "ceng²an" ini sengaja membuat Maza menyimak kata² selanjutnya, "ini Sajad mau sama kamu, nih." Jelas. ini bukan pernyataan murni dari Sajad. Bahkan, Sajad terkejut akan apa yang Dita katakan barusan. 
Maza yang baru saja ingin beranjakpun mengurungkan diri sekali lagi, tertarik akan apa jawaban Sajad selanjutnya, "Gue masih lama ..."
Maza paham apa yang dimaksud Sajad. Jangan tanya bagaimana tingkat kepahaman Dita.
"Tuh, tuh ... Gimana, Za? Lo mau nungguin Sajad, ngga?" Tanpa jeda sedetikpun. Sekarang, Dita persis seperti mak comblang profesional dadakan.
Maza dengan segudang pengalaman percintaannya dahulupun, spontan menjawab, "Yah ... Boleh, lah ... gue pertimbagin." Dengan nada setengah bercanda sambil melengos pergi.
Rasanya ingin menolak, namun khawatir kualat. Jodoh tidak ada yang tahu datang dari arah mana. Tapi, kalau mengiyakan, rasanya itu bukan sebuah pertanyaan murni, karena masih dibumbui hiburan dan ceng-ceng-an. Jadi, Maza rasa itu jawaban yang cukup bijak.
Walaupun yang menjadi biang keladinya adalah Dita, teman tongkrongan mereka yang lain juga tidak ingin kalah dalam memainkan peran "kompor" ini.
Pernah suatu ketika Sajad dipanggil Riko, salah satu anggota tongkrongan mereka.
“Jad, ini Maza suka sama lo!” Fitnah Riko. Yah, mungkin setengah fitnah. Karena, bisa jadi setengahnya benar. 
Sajad membalas, “Kamu terlalu baik untukku, Za.”
Maza yang tidak mau kalah menimpali, “Ah, jawaban kayak gitu, biasanya jawaban penolakan, tuh. Iya, ngga, Ko?” Riko mengangguk kencang.
Maza puas. Ia lihat Sajad kalah telak dalam permainan ini. 
Prinsip yang Maza dapatkan baru-baru ini adalah: Ketika dibully atau dijadikan bahan ceng-ceng-an. Daripada energi dialokasikan untuk mengelak-yang sudah pasti akan kalah karena melawan sejuta anak tongkrongan lebih baik ikut menjadikan dirinya sendiri juga objek. 
Seseorang tidak akan menderita jika ia tidak menganggap diri nya menderita. 
Pengalaman “dipasang-pasangkan” secara paksa ini bukan kali pertamanya dirasakan Maza dan Sajad. Yah, Sajad dengan “pasangan”nya dulu, begitu pula dengan Maza. Namun, kali ini rasanya seperti terlalu memungkinkan untuk mereka bersama. Bisa jadi, hanya satu musuhnya: waktu masing-masing yang berbeda.
Mungkin, rasa yang Maza rasakan pun tidak seyakin itu. Karena, jika diukur dari segi agama-parameter utama Maza dalam memandang kaum adam-Sajad mungkin tidak begitu kaku dalam pelaksanaan agamanya. Kadang, terkesan agak longgar, bahkan terlalu longgar.
Tapi, Maza “berkaca”, ia juga masih tidak begitu baik. Kalau boleh ia nilai sendiri, kepemahaman agama mereka berdua masih dalam satu server yang sama.
Yang membuatnya kadang tidak habis pikir akan “ulah” Sajad: Terlalu peka dan memiliki cara sendiri agar Maza selalu terlindungi. Baik secara fisik maupun kata-kata. Kepakaannya pun tidak berlebihan yang menjadikannya mudah terbawa perasaan alias baperan dan posesif
Mereka tahu bahwa permainan pasang-pasangan ini tidak hanya peran dari teman-teman mereka saja. Kadang, Maza dengan sadar sengaja memasang-masangkan mereka. Tapi, Sajad selalu berhasil mendapatkan saat yang tepat untuk menerima, menolak halus, kadang menolak secara spontan, tetapi teman-temannya tahu bahwa sebenarnya ia menerima, bahkan Sajad pernah membalasnya dengan kata-kata puitis yang sanggup membuat Maza meleleh. Walaupun, Maza tahu itu hanya untuk hiburan di depan teman-temannya. Tapi, ia kadang mempercayai bahwa kata² itu juga tulus dari hati Sajad.
Maza tidak tahu atau tidak berniat ingin tahu akan kebenaran "permainan" yang di awali Dita. Sampai, apa yang menggerakkan Dita hingga idenya kali ini pun jatuh untuk bertanya pada Sajad, “Coy, menurut lu, Maza potensial untuk lu sukain, ngga?”
“Potensial.” jawab Sajad jujur. Tanpa embel². Rasanya itu adalah jawaban yang ingin ia keluarkan dari dadanya.
Tidak berhenti di situ, Dita langsung menanyakan Maza di tempat yang sama, di depan Sajad pula.
Awkward moment tidak dapat dihindari ketika Maza menjawab dengan jawaban jujur yang sama. Detak jantung dan frekuensi pernapasan Maza pun berlomba-lomba mendapatkan gelar "siapa cepat". Tubuhnya mulai merasakan sensasi tidak nyaman namun lubuk hatinya merasakan kehangatan yang selalu Maza sukai. Merasa disayangi dan dicintai.
Hormon endorfin mengalir di pembuluh darah mereka berdua. Sebuah pernyataan sederhana yang memberi tanda bahwa candaan dan hiburan ini memiliki arti lebih dari sekedar “ceng-cengan” belaka.
Entah siapa yang memiliki rasa “itu” pertama, tapi,mereka berdua tahu bahwa rasa itu terbalaskan.
Bagaimana tidak? Siapa perempuan yang sanggup menahan perasaan ketika selalu diperlakukan istimewa? Mulai dari mengingat apa yang disukai Maza, hafal di luar kepala apa keseharian yang Maza, sampai berhasil membuat Maza menceritakan kisah kelamnya. Semua sukses Sajad lakukan dalam kurun waktu yang tidak lama.
Belum lagi ketika bahasa cinta mereka berbicara. Tiba-tiba Sajad berada di dekatnya. Menyenggol Maza dengan benda apapun di sekelilingnya. Bahkan menutupi muka Maza dengan jaket Sajad sendiri. Aroma tubuh bercampur parfum khas Sajad, sukses memasuki memori limbik Maza.
Ketika teman tongkrongan mereka menonton bersama, entah kenapa mereka selalu bersebelahan. Yang semakin membuat Maza kagum adalah Sajad tidak pernah menyentuhnya walaupun bahasa cinta mereka sama. Sentuhan.
Kadang, secara tidak sengaja, mereka bersentuhan langsung. Seperti saat Maza pernah secara tidak sengaja menabrak dada bidang Sajad. Ingin rasanya Maza mengecam dirinya sendiri, tetapi malu mengakui bahwa hal tersebut bisa jadi sesuatu yang ia syukuri.
Atau, saat mereka tidak sengaja berada di posisi depan dan belakang saat berjalan menyusuri gelapnya malam paska acara bersama anak tongkrongan, Sajad selalu meminta Maza mengulurkan benda yang ada dalam jangkauannya. Entah tas, payung, agar Sajad tetap bisa melindungi dan menggenggam Maza, walaupun secara tidak langsung. Bagi Sajad, kulit Maza terlalu berharga apabila tersentuh olehnya.
Memang, rasanya selalu ada magnet di dekat Maza, sehingga apa yang kebanyakan Sajad lakukan saat berkumpul dengan anak tongkrongan adalah: menggoda Maza, mengisenginya, mengobrol ngalor ngidur bersamanya, meminjam HPnya, hingga bisa mengkorek-korek isinya. 
Maza pun tidak mau kalah, sadar tidak sadar, Sajad adalah orang yang selalu ia cari pertama, Maza selalu kagum pada perhatian-perhatian kecil yang diberikan Sajad padanya. Di saat teman-teman yang lain tidak menyadarinya.
Maza juga selalu merasa Sajad menyayangi dan melindunginya. Sesederhana ketika mereka menyusuri jalan dan ada kendaraan yang kan lewat-bahkan jaraknya tidak terlalu dekat-Sajad refleks menarik tas selempang Maza, mencegah agar Maza baik-baik saja. 
Maza kembali mengonfirmasi rasa yang ada padanya. Karena, ia berhasil merasakan cemburu. Cemburu yang sederhana. Ketika Sajad dekat dengan Dita di suatu kondisi. Tidak. Tidak setiap saat kecemburuan itu muncul. Entah kenapa saat itu suasananya mendukung untuk melahirkan rasa cemburu yang berharga dari diri Maza. 
Pertanyaannya, mau sampai kapan? Walaupun masih belia, orang tua Maza sudah memiliki banyak calon untuk disadingkan dengannya di pelaminan. Namun, Maza tidak terlalu tertarik dengan tawaran orang tuanya. Sedangkan Sajad? Ia merasa belum bisa bertanggung jawab penuh sebagai kepala keluarga. 
Walaupun mereka sudah tahu, ketika orang tua Maza sudah sampai pada titik nadir menyegerakan pernikahan dan Sajad masih belum bisa mengambil langkah yang jauh, mereka tidak akan lagi bisa saling berbagi rasa. 
Walaupun mereka juga sudah tahu, hubungan mereka yang berada dalam “komedi putar” ini lama-kelamaan akan mencelakai diri sendiri dan pasangan mereka. 
Memori yang terlalu melekat antara Maza dan Sajad bisa jadi akan mengalahkan memori yang seharusnya dibangun bersama pasangan masing-masing kelak.
Pasangan mereka akan merasa tersakiti apabila memori lama itu masih muncul. Apalagi jika sampai mempengaruhi dan berdampak besar kepada kehidupan mereka sendiri.
“Andaikan kita ditemukan di waktu yang tepat, mungkin kita bisa bersama sekarang.”
Surakarta, 01.28
Puput
12 notes · View notes
afsylail · 4 years
Text
Nggak apa-apa
Tumblr media
Nggak apa-apa, sesekali kau khawatir ...
Menunggu ...
Berharap ....
Itu manusiawi, apalagi kepada dia. 
Ya, dia manusia itu. Yang mungkin hampir setiap saat kau pikirkan, yang mungkin kau pikir tidak bisa kau raih, yang kau berharap bahwa dengannya, dunia akan begitu berwarna.
Haha, lagi-lagi, tentang cinta.
Berbicara dan menjadikan cinta sebagai topik yang bisa merekatkan hubungan memang tidak  ada habisnya.
Jika kau sedang merasakannya, berarti kau amat beruntung. Karena cinta, sedikit banyaknya membuat seseorang berubah kearah kebaikan.
Bagi yang tidak merasakannya bahkan alergi saat membahasnya, hatimu sudah cukup tergores dan tercabik-cabik karenanya, tidak apa. Paling tidak, kau tahu kemana tempat untuk pulang, kan?
Kepada cinta yang tidak pernah habis itu. Membuatmu bisa menarik dan menghembuskan napas secara tidak sadar, menidurkan dan membangunkanmu di malam dan pagi hari.
Bahkan, jika kamu sudah mendaptkan itu semua. Cinta yang kau harapkan darinya. Sudah tidak perlu menunggu, semua harapanmu terwujud, perasaanmu terbalaskan, apakah kamu yakin itu akan bertahan?
Perasaan manusia yang secara naluriah berubah-ubah, tidak pernah sama,tidak ada yang bisa menjamin bahwa cinta itu kekal untuk selama-lamanya ...
Kebohongan ...
Penghianatan ...
Sampai akhirnya, perselingkuhan ...
Ya ... Inilah dunia kita, dunia sementara.
Hanya dunia, kok. Sehabis ini, ada sesuatu yang kekal.
Jika dia yang kamu harapkan menjadi bapak atau ibu bagi anakmu itu percaya akan dimensi yang kekal, percayalah ... cinta kepadamu bukan persoalan masih ada atau tidaknya lagi rasa, tapi ... cinta kepadamu itu untuk kebahagiaan selama-lamanya ...
surakarta, 5 Juni 2020
-pembicaraan Gena dengan hatinya sendiri @afsy.lail @romanticallyromantic
27 notes · View notes
afsylail · 4 years
Photo
Tumblr media
Sister fillah. Apa ini? Geng? Ya, bisa dibilang seperti itu. Kumpulan ughtea-ughtea yang saling menghusnudzoni agar selalu istiqomah di jalanNya. 10 syawal ditetapkan 2 hari yang lalu, berarti mentoring harus sudah dimulai (dulu sebutannya AAI, sekarang masih nggak, sih? Kind of that lah, ya). Genap 6 tahun dari pertama kali hidayah mengetuk hatiku, aku tidak pernah bosan dan malas untuk mengikuti kegiatan mentoring, baik dibina maupun membina. Walaupun hanya dilaksanakan sepekan sekali dengan durasi 1-2 jam, kadang, rasa malas itu amat besar sehingga memilih berbagai alasan untuk tidak mengikutinya. Rugi ga sih? Rugi bandar! Bahkan dalam buku Manhaj Hidup Muslim karya Abul A’la Al-Maududi, disebutkan bahwa : “Bila iman lebih berharga bagi anda daripada segalanya, maka tidak akan sulit bagi anda untuk menyediakan waktu satu jam setiap hari untuk mempelajari pengetahuan tersebut.” Sedangkan ini ... Cuma 1-2 jam dari 24x7 hari: 168 jam, kok kayaknya perhitungan banget ... Karena, mentoring yang terstruktur seperti ini bukan hanya masalah “mendapatkan ilmu” saja, tapi adab dalam berilmu itu sendiri, adab kepada guru, nilai-nilai ukhuwah, berdakwah, dan yang paling penting amal yaumi! Atau amal ibadah yang dikerjakan sehari-hari, lama-lama pun akan menjadi habits. Dapet insight keren banget dari podcastnya bang @risalah_amar tentang mentoring terus mlipir tentang sistem pendidikan di Indonesia. Terjawab sudah mengapa mentoring yang cuma secuil di idup bisa merubah kehidupan seseorang selama satu pekan itu, kuncinya : ada di amal yauminya! Gangerti lagi aku bakal jadi perkedel rebus atau goreng kalau dulu ga pernah di masak lewat seabreg perangkat mentoring, hingga menjadikan aku menjadi seperti sekarang! Kentang seutuhnya (oke, ini nggak nyambung emang). I’m not perfect but I’m trying to be perfect at My God’s point of view. Cara yang paling membantu mengistiqomahkan hal tersebut adalah dengan mentoring (baik di bina plus membina), jangan lupa mentoring, guys! Ada pengumuman penting tapi di comment 😲👇 #mentoring #islam #ughtea https://www.instagram.com/p/CBA36kGnM3w/?igshid=kkpi56efa4h6
1 note · View note
afsylail · 4 years
Text
Salah satu alasan kenapa Tumblr nyaman adalah, di sini yang kita jadikan ajang perlombaan adalah lomba berbagi kebaikan. Yang punya ilmu berbagi ilmu, yang berpengalaman berbagi insight, yang masih belajar berbagi postingan orang lain.
Kita gak takut kalah eksis karena pake baju lama, karena tempat nongkrong kita disitu-situ aja, ataupun fisik yang kita kadang tak secantik atau setampan orang lain.
Dari Tumblr kita belajar untuk menghargai orang dari nilai dirinya, bukan dari yang sekedar nampak di mata.
Cuma kadang bertanya, anak tumblr pada punya komunitas gasi, kalau iya gimana cara gabungnya haha
506 notes · View notes
afsylail · 4 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Jangan Percaya New Normal!
Karena perubahan dan ketidakpastiaan bukankan hal yang paling pasti dalam kehidupan?
Begitupun esok, kita tak akan pernah tahu seperti apa masa depan. Empat bulan #dirumahaja terasa cepat berlalu, namun ternyata sudah lama juga. Sudahkah kita mulai terbiasa?
Kalu di bulan pertama kamu belum terbiasa, itu adalah hal yang wajar. Namun bila di bulan keempat kamu masih seperti sebelumnya, bukankah seharusnya menjadi pertanyaan?
Ada ataupun tidak ada corona, seharunya kemampun beradaptasi adalah hal yang patut kita latih dan biasakan bukan?
Beradaptasi dengan beraktivitas di/dari rumah; menjaga hubungan dengan komunikasi jarak jauh, melatih disiplin diri untuk memaksimalkan hari, mulai mencari tau dan belajar hal-hal baru, dan mulai terbiasa dengan jarak yang akan menjadi kebiasaan
76 notes · View notes
afsylail · 4 years
Text
Spoiler @romanticallyromantic
From Gena
to Drian
(surat yang mungkin tidak akan pernah tersampaikan)
Mari Galau Syar'i di Malam Sabtu Ini~
Tumblr media
Kamu yang selalu bertanggung jawab ketika menjadi ketua. Bahkan hanya sesederhana pengawas, tetap saja tak pernah lupa kau pantau, padahal kau tahu tidak akan dihargai pada akhirnya.
Kamu yang tampil di depan layar, tapi aku tahu di balik itu, kontribusimu di balik layar lebih besar lagi.
Kamu yang diam-diam memperhatikan dan peka terhadap keadaan, tapi karena tahu batasan, maka kau urungkan. Kau cari teman sepantaran, untuk membicarakan hal yang sebenarnya melanggar syariat, tapi disampaikan dengan cara elegan. Berharap agar penyampaiannya tidak sarat dengan sindiran bahkan dakwaan. Hingga tetap dapat menambah pahala karena menyampaikan kebenaran dan mencegah kemunkaran.
Ibadah dan amal andalanmu, yang mungkin tidak ku ketahui, tapi ku yakin karena itu kamu bisa sampai ke titik kesuksesan duniawi tentu dengan bantuan ilahi rabbi pada hamba yang terpilih. Yang ibadahnya tidak main-main lagi.
Kamu yang sering mencari bahan pembicaraan karena kekhilafan, namun coba kau batasi, karena merasa diawasi oleh zat yang lebih dekat dengan urat nadi.
Karena kau sayang, sayang kepada makhluk yang kau cintai,
Jika memang belum sanggup kau miliki, maka tidak akan tega kau sakiti.
Entah dengan dosa yang tidak tercium baunya atau tumpukan kemaksiatan yang bisa membawa ke neraka.
Tidak, aku tidak mencintaimu, aku mencintai apa yang ada di dalam dirimu. Jika aku tidak mendapatkanmu, maka ku harap kelak, aku akan mendapatkan pendamping dengan karakter seperti itu.
#romanticallyromantic
Surakarta, 29 Mei 2020
@afsy.lail
7 notes · View notes
afsylail · 4 years
Text
Love Letter :’) </3
Papah, mamah, maafin aku, yah ... Belum bisa pulang lebaran ini ... Padahal aku tau dengan kehadiranku tanpa kekurangan suatu apapun, udah jadi hadiah yang terindah bagi mama dan papa.
Tumblr media
Mungkin, ini yang dimaksud cinta tapi tidak bisa memiliki. Mama dan papa merelakan satu-satunya anak perempuannya untuk menuntut ilmu di kota lain, menuntut ilmu yang dari dulu papa inginkan, Alhamdulillah aku berkesempatan mewujudkan, insyaAllah :')
Sebelum terlambat, aku hanya ingin menyatakan surat cinta ... surat cinta di malam terakhir bulan yang paling suci ini, semoga cinta mama dan papa bisa ku balas, entah kapan ...
Ingatanku kembali ke beberapa tahun silam, dimana air mata ini amat beku ketika mendengar nasihat, renungan, atau refleksi tentang orang tua. Entah aku yang tidak tahu diri sebagai anak atau aku yang tidak punya hati saat itu.
Lalu, ketika papa mengajak kami sekeluarga ke tempat ruqyah syari beberapa bulan belakangan, di saat ilmu agama sudah lebih melekat di diriku tentunya, aku tidak tahan lagi membendung haru.
Aku tidak menyangka kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan cerita yang diungkapkan sang ustadz ibarat meruntuhkan bendungan waduk kelopak air mata.
Ternyata aku bisa juga menangis sesungukan seperti habis diputus pacar atau disakiti dia.
dan termasuk dalam persiapan masa depan, goals terbesarnya pun untuk melestarikan keturunan.
Mama papaku bersatu, dulunya berharap memiliki anak. memiliki diriku yang seringkali lupa bahwa hidupku sampai saat ini pun masih ditanggung orangtua.
tidak hanya dari segi finansial bahkan, namun juga spiritual, dengan mendoakan setiap habis sholat, minimal.
dan aku? boro-boro,
yang kuingat dan kubicarakan adalah tentang diri ini.
Oleh karena itu mengapa ridho Allah ya, ridho orangtua
pun mengapa dosa kepada orangtua pun balasannya tidak ditangguhkan sampai akhirat, namun langsung di dunia
Allah ... mengapa cintaku tidak bisa lebih besar atau minimal ... menyamai cinta orangtuaku padaku?
I love u mam, pap, cz Allah <3
Surakarta, 30 Ramadhan 1441H
7 notes · View notes
afsylail · 4 years
Text
Tumblr media
Untuk Ibu Siti Fadilah Supari
Air mata tak terbendung lagi mengingat bagaimana pengorbanan dan ketulusan hati beliau yang dibalas dengan ketidakadilan.
Tidak apa-apa, Bu, ketidakadilan di dunia ini memang wajar, kembali berharap keadilan akhirat tidak akan berujung penyesalan, walaupun bukan sekarang, tapi pasti, akan.
Mengingat Ibu membuat saya berkaca diri, apa yang sudah saya beri? apa saya siap jika jadi orang nanti, berakhir menghadapi ketidakadilan duniawi seperti ibu ini?
Ah Ibu ... mengapa hati ibu bisa setulus dan selapang ini? Ibu tidak perlu memiliki sekolah kaderisasi, mengajari anak bangsa ini ... keteladanan ibu sudah cukup menginsipirasi, mengais emosi, meluluh lantahkan empati.
Ibu, doakan kami agar kelak bisa mengikuti jejak ini, jejak perjuangan tanpa pamrih...
Karena doa orang didzolimi, insyaAllah diamini sang ilahi robbi.
salam malam ganjil terakhir, ibu, semoga bumi ini pun tentram kembali ... dan kita kembali ke jiwa yang fitri 1 syawal nanti ..
Surakarta, 29 Ramadhan 1441 H
@afsy.lail
2 notes · View notes
afsylail · 4 years
Text
Prinsip-prinsip Ngatur Keuangan
Karena di rumah tangga gw bertugas sebagai YANG HABISIN DUIT menteri keuangan, maka sejak beberapa bulan ini gw belajar dikit-dikit soal financial planning keluarga. Gak terlalu ribet sih kalo se-mikro keluarga biasa mah. Jadi ribet kalo duitnya sebanyak Bakrie atau sebaliknya, gak ada duit yang dikelola. Pfft. Ada beberapa prinsip yang coba gw terapkan dalam pengelolaan finansial dalam rumah tangga.
Hal ke nol, catat semua pemasukan dan pengeluaran harian, sekecil apapun itu. Jangan males, terutama perempuan hey!! 
Hal pertama  adalah perlu adanya dana darurat, terutama bagi rumah tangga gw mengingat risiko finansial pekerjaan cukup tinggi. Sama lah kayak orang berdagang, bisa untung banyak, eh bisa juga jatuh bangkrut seketika. Karena itu, habit ngumpulin dana darurat itu super penting. Berapa? Untuk yang sudah punya anak, setidaknya 12 kalinya pengeluaran sebulan. Dan uang ini ga boleh diganggu gugat kecuali untuk urusan darurat, misalnya sakit atau untuk menyambung hidup ketika tiba-tiba kehilangan pendapatan.
Wah banyak banget? Nah nyambung ke hal penting kedua, yaitu salah satu core dari financial literacy adalah mindset dan pola pikir soal uangnya, bukan selalu soal jumlahnya. Gapapa dana darurat nyicil, misalnya tiap bulan cuma bisa nyisihin 50.000, that’s okay. Yang penting itu habit ngumpulinnya itu loh, itu yang jarang dipunya orang. Termasuk dalam habit nabung, ternyata itu penting banget. Gak masalah kita nabung atau investasi 10.000 setiap bulan kalau memang mampunya itu, tapi kita rutin melakukannya. 
Hal ketiga, copaste dari status FB senior, Bang Gesa Falugon, dia juga dapat dari sebuah seminar, katanya ‘hiduplah di bawah garis kemampuan’. Betul bahwa dalam agama Islampun, kita boleh menikmati harta. Rasul punya kendaraan terbaik, pakaian perang terbaik, akan tetapi hal-hal mahal dan terbaik itu memang pada tempatnya. Misalnya, perlu gak sih kita beli daster seharga 500 ribu? Perlu ga sih kita jajan Oreo seharga 500 ribu? Kan gak mesti. Tapi kita boleh banget beli baju kerja yang bagus dan mahal karena pekerjaan kita bersama para desainer, misalnya. Atau kita boleh beli laptop yang mahal karena yang kita butuhkan spesifikasinya tuh itu. Tapi jangan sampai kita hidup melebihi kemampuan.
Hal keempat, tidak bermudah-mudah dalam berhutang dan kredit. Mungkin agak berbeda dengan cara hidup orang tua sebagian dari kita, yang kadang punya prinsip kalo gak hutang gak punya apa-apa. Kalo gak hutang, bisnis gak jalan. Berhutang tentu boleh, tapi harus dipikirkan matang-matang apakah benar memang urgent atau hanya sekedar untuk gaya hidup. Kartu kredit untuk belanja, big no deh.
Gw sendiri sama suami sepakat untuk tidak mudah kredit (Ya Allah, moga-moga istiqomah, karena memang sungguh sulit). Kalau mau beli sesuatu yang mahal, kami mencoba nabung. Misalnya dia ingin beli laptop baru, dia minta tolong gw untuk nabungin uangnya, terus kira-kira cukup untuk beli laptop incarannya berapa lama? Orang-orang juga pada ngomporin beli mobil lah, beli itu lah, kalo duit belum cukup, ambil aja pinjaman. Selow aja gw, karena sudah punya prinsip tidak bermudah-mudah dalam hutang dan kredit. Kecuali kalau memang itu penting dan urgent banget ya.
Hal kelima, budgeting planning. Karena pendapatan suami tidak sama setiap bulannya (semoga naik terus, gitu maksudnya wkwk), setiap bulan gw akan melakukan budgeting planning. Karena selalu mencatat pengeluaran, gw tahu sebulan berapa yang kami butuhkan untuk kebutuhan mendasar. Jika ada kelebihan dana, maka sudah ada kolom-kolom alokasi dana. Misalnya untuk sedekah, untuk dikasih ke ibu mertua, untuk tabungan persiapan kelahiran anak, untuk dana darurat,  untuk tabungan lain, untuk hobi (astaga kadang hobi lelaki tidak murah), atau lain - lain. Banyak ya Bu? Iya, ya gak harus terpenuhi semua kalau memang pendapatannya belum cukup. Atau dialokasikan tapi sedikit-sedikit. Misalnya yaudah deh kasih ke ibu bisanya cuma 100 ribu, dana darurat 50 ribu, tabungan anak 50 ribu, sedekah 35 ribu, gitu. Pusing sih, kadang gw mumet juga. Tapi dengan menabung, gw pribadi berniat supaya tidak merepotkan orang lain di masa depan, misalnya ketika gw lahiran nanti. Makanya dalam sebulan itu sudah tahu uangnya mau dipakai untuk apa saja.
Hal keenam, jika sudah menikah sepakati bagaimana dan siapa yang mengatur keuangan keluarga. Ada rumah tangga yang mengatur keuangan tuh suami, ada yang istri, ada yang bersama. Ada juga yang sepakat harta tuh dicampur milik suami maupun istri, kalo gw sih secara sepihak memutuskan bahwa harta dipisah, dan suami tidak terlalu ambil pusing. Kalau dalam kondisi tertentu rumah tangga butuh harta pribadi gw, ya gw kontribusi, tapi tidak dicampuradukkan begitu saja. Sumpah, gw tuh seperhitungan itu orangnya, sampe nyokap gw geleng-geleng. Pantes berat badan cowok gw menurun setelah nikah, astaga.
Ada juga rumah tangga yang semua uang dipegang istri, termasuk semua ATM nya. Ini gak gw saranin sih karena lelaki butuh dana operasional dan kebutuhan pribadinya juga, kecuali kalo suaminya udah terbukti pernah selewengin uang dan gak kasih istri. Banyak cerita kayak gitu soalnya. Anyway manapun caranya, asal sepakat dan sama-sama nyaman, dan juga terbuka.
Hal ketujuh, klise sih tapi sedekah mah harus. Berat kadang kalau menerapkan persentase pendapatan untuk sedekah. Kalo lagi turun pendapatan, itu tanda sedekah harus ditingkatkan, teorinya gitu, tapi sungguh susah!!
Haduh Mbak, uangnya masih dikit ngapain dikelola segitunya?
Kalo kata Bang Gesa, belajar financial planning ketika uang kita sedikit itu sebagai bentuk ikhtiar menyiapkan diri ketika Allah mempercayakan harta yang banyak nanti.
Uhuy, semoga di masa sulit ini Allah selalu kasih kita semua pertolongan dan rejeki yang lancar sehingga kita jadi umat yang mandiri, berdikari, bisa bantu orang lain, nyenengin orang lain, kasih orang tua. Kata suami mah, klise amat sih pingin kaya terus cita-citanya biar bisa berbagi. Bodo amat, suami istri ga  sepakat dalam satu dua hal gak prinsip juga gapapa kok. Pffftt.
575 notes · View notes
afsylail · 4 years
Text
Sedih Saja Cukup, Gitu?
Tumblr media
Photo by Rachid Oucharia
Mampir bentar, yuk, Mas Mbak. Kita ngobrol sedikit. Habis ini monggo dilanjut ibadahnya.
Sampailah kita di mellow-mellow sedih akhir bulan Ramadan. Sebagaimana kita bergembira menyambut Ramadan, bersedih pula ketika Ramadan akan pergi. Belasan atau puluhan tahun hidup kita, meski sekarang kondisi wabah, tiap tahun ya begini terus ya kondisinya. Repeat. Kayak Rasulullah dan sahabatnya dulu ya begitu.
Ya gitu itu. Memang selalu mellow menuju akhir Ramadan. 
Bentar lagi pasti banyak deh unggahan-unggahan yang membahas betapa sedihnya umat. Kayak salah satu unggahan yang mewujudkan Ramadan sebagai orang yang pamit pergi. Sedih, ya. 
Tapi unggahan kali ini bukan unggahan yang umum seperti itu. Bukan.
Mas Mbak, saya mau tanya. 
Emang kita yakin di ujung atau selepas Ramadan ini cukup dengan hanya rasa sedih? Tidak ada apa-apa lagi begitu? Sedih, lalu makan kue lebaran, kenyang, lalu normal lagi, begitu? Waduh.
Tumblr media
Photo by Aaron Burden
Ya, sedih memang. Kemuliaan-kemuliaan bulan ini akan berakhir. Rasulullah dan sahabat pun banyak menangis di penghujung bulan. Tapi sedihnya kita kudunya sama seperti mereka. Sedih apakah itu?
Sedih dengan determinasi.
Ramadan ini kita banyak sekali target, ya. Baca Al Qur’an sekian kali khatam. Tarawih sekian rakaat. Berderma sekian harta. Bagi-bagi takjil setiap mau buka. Dan laku kebaikan-kebaikan lainnya, ingin kita adopsi.
Pun, keburukan-keburukan kita mulai kita tinggal, seiring dengan diri yang menahan nafsu. Karena nafsu cenderung mengajak kepada keburukan, kayak yang tertera di QS. Yusuf ayat 53 tu. Kebiasaan buruk itu, baik pada mata, mulut, telinga, hidung, atau anggota tubuh lainnya, ya kita yang tahu. Apapun itu, keburukan itu kita tinggalkan.
Lalu artinya apa sih determinasi ini?
Masih ingat gak kata ustadz-ustadz kalau kajian? Khusyuknya sholat itu terlihat, salah satunya dari salam sampai takbir. Iya, salam sampai takbir. Kalau sholat itu khusyuk, perilakunya di luar sholat itu membawa kebaikan. Jadi tidak sekadar menggugurkan kewajiban dari takbir hingga salam. Tidak sekadar itu.
Dengan analogi yang serupa, Ramadan pun demikian, Mas Mbak. Satu bulan kita di dalamnya latihan ini itu, hasilnya dapat dilihat pada sebelas bulan lainnya. 
Tapi hasil yang diminta apa, kudunya kita coba rinci sebisa kita. Jangan sekadar manis di ucapan/tulisan saja. Yuk ditentukan.
Selepas Ramadan, saya bakal lebih rajin baca Al Qur’an daripada sebelum Ramadan. Selepas Ramadan, saya akan lebih banyak menyisihkan gaji untuk aksi sosial. Pun, selepas Ramadan, saya mau kurang-kurangin ngomongin orang. 
Apapun kebaikan yang diadopsi, apapun keburukan yang ditinggalkan, semua adalah determinasi kita selepas bulan ini. Renungi bulan ini, di sebelas bulan lainnya.
Harus ada yang berubah. Jangan sama saja seperti sebelum Ramadan. Rugi.
Unggahan ini bukan pendalaman kesedihan meninggalkan Ramadan, seperti unggahan-unggahan lainnya. Bukan. Saya ingin membawa ke sisi yang sering terlupa, perubahan apa pasca Ramadan.
Sebagai penutup, sebelum Mas Mbak lanjut buat ibadah kembali, kalau saya boleh saran, yuk kita fokus pada meninggalkan keburukan dan mengharap ampunanNya selalu. Dengannya, tidak ada dosa yang menghalang jalan ke Surga. Kayak kata Sheikh Omar Suleiman,
“Leaving off one sin is better than gaining a thousand good deeds in Ramadan,” - Sheikh Omar Suleiman
wallahua’lamu bisshowab
90 notes · View notes
afsylail · 4 years
Text
Bahasa Cinta.
Sebagaimana tertulis di dalam Alquran,
“Katakanlah (Muhammad): ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.‘ Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran: 31)
Cintailah Allah, sebagaimana Allah ingin dicintai. Bukan dengan caramu sendiri. 
Begitu pun setiap individu memiliki bahasa cintanya masing-masing. Bahasa cinta digolongkan menjadi 5, menurut Dr. Gary Chapman:
Words of affirmation atau kata-kata positif. Seseorang yang memiliki bahasa cinta demikian merasa dicintai dengan diberikan kata-kata positif atau yang bersifat suportif bagi dirinya. Sesederhana dikirimi pesan, “Jangan lupa makan siang.” di tengah kesibukannya; misalnya.
Quality time atau waktu yang berkualitas. Seseorang yang memiliki bahasa cinta demikian merasa dicintai apabila kamu memberikan fokus terhadapnya tanpa gangguan. Sesederhana, kamu memberikan perhatian penuh saat dia bercerita dengan menatapnya, tanpa menyambi gadgetan; misalnya. Tipe ini lebih mengedepankan, “Quality over quantity.”
Physical touch atau sentuhan fisik. Seseorang yang memiliki bahasa cinta demikian merasa dicintai dengan sentuhan-sentuhan fisik. Sesederhana, tiba-tiba dipeluk dari belakang ketika sedang menyiapkan makanan di meja makan; misalnya.
Acts of service atau bantuan yang tulus. Seseorang yang memiliki bahasa cinta demikian merasa dicintai melalui aksi nyata. Sesederhana, dibantu membereskan rumah atau dibawakan barangnya; misalnya.
Receiving gifts atau menerima hadiah. Seseorang yang memiliki bahasa cinta demikian merasa dicintai dengan menerima hadiah. Hadiah tidak melulu harus mahal namun usahamu pun telah meninggalkan kesan untuknya meski sesederhana, membuatkan hand lettering bertuliskan, “I miss you.”; misalnya.
Dengan mengetahui bahasa cinta masing-masing maka kamu bisa mencintainya sebagaimana ia ingin dicintai, bukan sebagaimana kamu ingin dicintai sehingga menambah kadar kecintaan dengan tepat sasaran.
Hal demikian bisa mengurangi drama-drama, seperti kurang dimengerti atau kamu sudah berusaha melakukan ini dan itu namun ia seolah tidak puas dengan segala usahamu.
Rupanya, hal tersebut dikarenakan usahamu tidak tepat sasaran sesuai yang ia harapkan. Ibarat seseorang yang didiagnosis penyakit A tentu harus diberikan perlakuan atau obat yang sesuai agar ia segera pulih.
Sudah tahu bahasa cintamu? Jika belum, bisa melakukan tes yang diberikan gratis melalui situs resmi 5 Love Languages.
129 notes · View notes