Tumgik
#klip2024
jurnalweli · 1 month
Text
Pesan dariku bagi para perempuan singlelillah,
Menikahlah dengannya karena surga terasa lebih dekat.
Menikah adalah ibadah terpanjang di sisa usia sebab setelah akad berlangsung setelahnya akan dihitung sebagai ibadah. Maka sudah selayaknya bahwa dengan menikah dengannya, surga akan terasa lebih dekat. Suami dan istri akan nyaman dan tenang karena bisa beribadah bersama-sama untuk meraih ridhoNya. Suami dan istri akan memotivasi satu sama lain agar lebih dekat hubungan padaNya. Suami dan istri akan bertambah taat padaNya. Jika dalam hal sederhana yang tidak bisa didapat oleh mereka yang belum menikah saja bisa bernilai ibadah apalagi dalam hal yang betul-betul ibadah. Maka carilah ia seorang lelaki yang mampu menuntun, mengajak, dan bergandengan tangan meraih ridho Allah.
Memang tidak ada laki-laki yang sempurna, maka carilah ia yang kekurangan atau keburukannya bisa kamu toleransi.
Tidak ada laki-laki yang sempurna, hanyalah ekspektasi kita yang ingin kesempurnaan. Maka susunlah kriteria laki-laki yang kamu inginkan sehingga memudahkan. Carilah ia yang kekurangan dan keburukannya bisa kamu terima dan toleransi. Sebab kehidupan rumah tangga ke depannya sangat berharga dan sangat disayangkan apabila hanya dihabiskan oleh perkara-perkara yang mudah membuat marah. Misalnya, kamu tidak ingin menikah dengan laki-laki perokok maka teguhlah terhadap keyakinanmu. Jika dirasa kamu akan bisa mengubahnya maka bersiaplah untuk proses yang mungkin tidak sesuai dengan yang kamu bayangkan. Tidak ada laki-laki yang sempurna, maka tentukan poin prinsipil yang tak bisa diganggu gugat. Teguhlah terhadapnya dan hindari bermain cinta di awal. Terlebih jika dirasa kita bukanlah sosok Asiah istri Firaun, salah satu perempuan yang dijamin surga olehNya.
Menikahlah karena iman dan akhlak lebih utama daripada teperdaya oleh cinta.
Perkara cinta, ia akan tumbuh seiring berjalannya waktu jika terus dipupuk dan disirami. Bukanlah cinta yang dibutuhkan untuk melangsungkan pernikahan. Maka pandai-pandailah mengelola perasaan sebelum akad dilaksanakan dan kata 'sah' didengarkan. Ialah perasaan 'klik' satu sama lain bisa menjadi salah satu modal tambahan keyakinanmu padanya.
Menikahlah karena bagaimana visi misinya dan bukan hanya terbuai oleh siapa orangnya.
Tentu ingin usia pernikahan yang panjang, demikian sama halnya dengan visi misi. Ia akan terus diupayakan di sisa usia kita. Namun jika hanya melihat siapa orangnya, mungkin ia akan cepat berubah dan purna. Maka jika kamu menolak dan tertolak, bukan karena siapa kamu tapi karena visi misi yang tidak sejalan. Janganlah berkecil hati. Akan ada hati yang siap mengisi. Percayalah pada Sang Ilahi.
12 notes · View notes
manusiaquat · 1 month
Text
Urip, Urup, Arip
Alhamdulillah kita semua disampaikan hidupnya di bulan ramadhan 1445 H. Suatu hal yang patut kita syukuri karena belum tentu kita akan berjumpa di ramadhan selanjutnya. Urip itu urup, begitulah sebagian judulku. Artinya hidup itu menyala, menyala semangatnya dan jiwanya untuk terus berbuat baik dan menjadi baik sesuai fitrah yang sudah Allah beri. Mungkin di beberapa waktu tidak selalu menyala terang, bisa jadi redup dan di saat itulah mungkin kita sedang jauh dari Allah. Maka cukupkan hati dengan mengingat Allah lagi (dzikrullah) agar hati kembali tenang. Hal ini sesuai dengan QS Ar-ra’du ayat 28.
Lalu mengapa yang selanjutnya bukan ‘urap’ dan melainkan malah Arip?. Ya, tulisan ini memang secara privasi khusus untuk aku, seorang istri dari lelaki yang bernama Arif (red Arip). Di tahun pernikahan ke 4 ini aku merasa lebih menyala menjalankan ibadah bersama suamiku. Kami mulai saling mengerti kebiasaan, hal yang disuka, watak dll. Meskipun belum semua kita saling paham, tapi setidaknya di usia jagung ini, kami bisa terus saling memahami dan melengkapi. Kami mulai bisa menyadari bahwa isi dari rumah tangga sebenarnya adalah kerjasama dan komunikasi. Kami mulai bisa menyelaraskan tujuan pernikahan, saling mendukung keputusan masing-masing dan yang terpenting harus sesuai syariat Allah artinya selalu melibatkan Allah dalam perjalanan pernihakan kami.
Aku mulai merasa bergantung dengan suami padahal sebelumnya apa apa aku lebih senang melakukan sendiri. Tapi sekarang kalau tidak minta bantuan suami rasanya kurang afdhol HAHA. Semoga ini baik ya Allah, semoga ini adalah caraMu agar kami lebih dekat dan bisa panen pahala. Semua memang tentang proses ya, dan setiap proses pasti ada hikmah setelahnya. Aku bersyukur Allah menjodohkan kami. Dua insan yang sangat jauh beda watak & karakternya namun hal tersebut bisa disatukan. Ini benar-benar karena kuasa Allah.
Terimakasih ya pak suami, sudah bersedia untuk belajar dan mempraktekkan ilmu-ilmu pernikahan. Semoga kita selalu kompak untuk terus berbenah diri menjadi diri, pasangan dan orangtua yang lebih baik.
0 notes
my14sr · 3 months
Text
𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡𝐮𝐥𝐮𝐚𝐧
Salah satu nasihat lama yang saya sukai,
لَنْ تَرْجِعَ الأَيَّامُ التِى مَضَتْ
𝙏𝙖𝙠 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙢𝙗𝙖𝙡𝙞 𝙝𝙖𝙧𝙞-𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙡𝙖𝙝 𝙗𝙚𝙧𝙡𝙖𝙡𝙪.
Dari sebelum kuakhiri hariku, saya selalu memastikan bahwa pekerjaan rumahku sebisa mungkin harus tuntas. Karena hari esok belum tentu bisa kulakukan dengan seoptimal mungkin. Setidaknya hari ini saya meminimalisir kesulitan yang tak terduga di masa yang akan datang.
Dari hulu ke hilir aktifitasku seperti itu yang saya lakukan. Merawat diri tentunya, menyayangi diri, melakukan hobi yang saya sukai,melayani suami dari segala aspek, mendukung,menyemangati, dan ikut terlibat dalam hal yang disukainya. Mendukung hobinya, menjadi teman diskusi, menerima setiap masukan baik dari suami. Merawat anak, mendidik anak, menyayangi, mencintai, membersamai anak dalam proses tumbuh kembangnya, hampir tak lupa selalu mengabadikan momen kebersamaan dalam membersamai mereka yang saya sayangi & cintai karena Alloh melalui foto, video dan tulisan.
365 hari adalah bukan waktu sebentar waktu yang sangat lama karena 365 hari sangatlah penuh makna kehidupan. Sia-sia apabila tidak mempunyai visi misi hidup, visi misi keluarga sakinah mawaddah wa rohmah. Sangat penting mempunyai planing jangka pendek, menengah dan panjang. Termasuk wish list hal yang dianggap tabu sebagian orang padahal berarti dan sama seperti sebuah do'a yang kita harapkan kepada Rabb Semesta Alam. Semua akan terasa indah bila kita sudah menentukan arah, memberikan sentuhan seni pada kehidupan yang fana ini agar terkenang indah, berarti bagi diri kita, dan bermanfaat bagi orang sekitar.
بَيْضَةُ اليَوْمِ خَيْرٌ مِنْ دَجَاجَةِ الغَدِ
𝙏𝙚𝙡𝙪𝙧 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙞𝙣𝙞 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙗𝙖𝙞𝙠 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙖𝙮𝙖𝙢 𝙚𝙨𝙤𝙠 𝙝𝙖𝙧𝙞.
Bila kita masih sanggup, mampu untuk melakukannya sekarang, maka lakukanlah!
Karena kesempatan baik tidak selalu datang dalam waktu yang berdekatan, tidak selalu datang diwaktu yang kita inginkan, atau mungkin tidak akan datang lagi kesempatan hal yang sama untuk kedua kalinya.
Maka pilah-pilihlah lalu mulailah karena sesuatu hal tidak akan terwujud bila tidak kita mau memulainya. Berdo'alah, berusaha sebaik mungkin, bertawakal-lah. 𝙏𝙖𝙡𝙠 𝙡𝙚𝙨𝙨 𝙙𝙤 𝙢𝙤𝙧𝙚!
0 notes
jurnalweli · 3 months
Text
Sudahkah kamu mendoakan suamimu?
Tidak ada manusia yang sempurna termasuk pasangan kita. Sebelum memutuskan untuk menikah, ada tahapan yang perlu dilakukan yaitu perkenalan untuk mengetahui satu sama lain. Perkenalan ini tidak hanya dilakukan oleh 2 manusia yang akan menikah saja tapi juga melibatkan 2 keluarga karena pernikahan tidak hanya menyatukan 2 manusia melainkan menyatukan 2 keluarga. Perkenalan ini perlu disepakati untuk saling jujur dan terbuka sebagai bekal dalam berumah tangga. Alangkah baiknya jika dalam perkenalan mengikuti syariat Allah sebab ibadah panjang ini perlu diawali dengan kebaikan agar berlimpah berkah, insyaaAllah.
Tidak dapat dipungkiri kita tentu menginginkan pasangan dalam artian suami (karena saya perempuan, hehe) yang paham agama, rajin ibadah sunnah, sholat wajib di awal waktu, cepat dalam mengambil keputusan, sosok pemimpin yang bijaksana, tanggung jawab, tegas, murah hatinya, lembut tutur katanya, perhatian terhadap pasangan, kaya raya, pekerjaan yang mapan dan kriteria sempurna lainnya namun mustahil untuk menemukan suami demikian. Percayalah bahwa suami kita juga bertumbuh seiring berjalannya waktu dan tantangan kehidupan. Adaptasi dalam pernikahan memang perlu dilakukan seumur hidup, tidak cukup hanya di perkenalan awal sebelum menikah. Kesalahan, kekurangan, ketidaksempurnaan, kebaikan, kebenaran akan benar-benar muncul ketika hidup bersama. Jika kebaikan yang muncul akan sangat membahagiakan. Namun jika kesalahan atau kekurangan yang terlihat seolah sirna semua kebaikannya. Sungguh, banyak sekali wanita seperti ini.
Maka jika dalam berumah tangga kita temukan hal yang tidak sesuai dengan perkenalan dahulu, maka itu adalah bagian dari tidak sempurnanya manusia. Coba perhatikan kesalahan atau kekurangan suami kita, apakah dalam hal maksiat dan dosa ataukah dalam hal keseharian yang umum dan tidak merupakan dosa? Lalu jika kita sebagai istri menemukan suami kita tidak sesuai dengan harapan kita bagaimana menasehatinya? Perlukah istri marah?
Ada 2 hal yang menjadi perhatianku setelah mendengar kajian dari Ustadz Oemar Mita tentang cara menasehati suami.
Pertama, ini adalah hal dasar yang harus selalu diyakini bahwa Allah-lah yang mengendalikan hati manusia.
Meyakini bahwa Allah-lah yang berhak memberi hidayah pada manusia yang Dia kehendaki.
Hal ini sangat penting karena seringkali manusia lupa akan hal ini seolah segala yang kita upayakan terhadap suami harus berhasil dan ujungnya suami akan menjadi baik.
Ingatkah kisah Nabi Nuh terhadap istrinya? Istrinya bukanlah istri yang baik. Nabi Nuh berdakwah kepada istrinya sendiri. Sebelum terkena banjir, Nabi Nuh juga mengajak istri dan anaknya menaiki kapal namun tidak mau.
Seperti yang tercantum dalam QS Qasas ayat 56.
إِنَّكَ لَا تَهۡدِی مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ یَهۡدِی مَن یَشَاۤءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِینَ
Artinya : Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
Ayat tersebut turun ketika Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam merasa gagal dalam mendakwahi Abu Thalib.
Kedua,
doakan suami.
Bisa jadi kurang atau salahnya suami karena kurang tulus dan sungguh-sungguhnya doa kita terhadap suami. Jika ada pertanyaan mana yang lebih dulu untuk didoakan antara suami kita ataukah anak kita? Jawabannya adalah suami. Seperti pola doa dalam QS Furqan ayat 74 yang berbunyi,
وَٱلَّذِینَ یَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَ ٰ⁠جِنَا وَذُرِّیَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡیُنࣲ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِینَ إِمَامًا
Artinya : Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
Dalam ayat tersebut yang disebutkan lebih dulu adalah pasangan lalu anak-anak. Bukan tanpa maksud polanya demikian. Dalam doa kita tidak bisa menyebutnya sekaligus, melainkan ada urutannya dan ada yang didahulukan.
Demikian 2 poin penting sebagai dasar yang masih sering kuabaikan. Padahal dampaknya bisa lebih tenang apabila berhadapan dengan suami. Semoga kita bisa menjadi sebaik-baik istri untuk suami kita.
Terakhir,
Mintalah pada Allah agar sabarmu lebih besar daripada kesalahan dan kekurangan suami.
9 notes · View notes
jurnalweli · 24 days
Text
Ujian bagi laki-laki adalah wanita, dan ujian bagi wanita adalah harta.
Sering ngga sih menemukan perempuan yang suka belanja pakaian, tas, sepatu, skincare, perhiasan, atau sekedar jajan pinggiran jalan? Bahkan mungkin ini ditemukan pada mayoritas perempuan atau kamu termasuk salah satunya? Jika iya tak perlu heran karena ternyata memang hal itu termasuk ujian bagi para perempuan. Mungkin di telinga kita lebih sering mendengar ujian bagi laki-laki namun kita sendiri sebagai perempuan tidak tahu apa yang menjadi ujian bagi perempuan. Iya, harta. Harta itu banyak wujudnya. Entah dalam bentuk uang ataupun bermacam-macam barang. Setelah tahu jadi tidak heran, bukan?
Jika kamu telah menjadi istri yang banyak menghabiskan waktu di rumah saja tanpa pekerjaan sampingan setelah sebelumnya ketika single kamu adalah perempuan yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja dan bersosialisasi maka akan terasa berat. Yang mana sebelumnya kamu memiliki pendapatan tetap setiap bulannya namun setelah menikah menjadi berbeda. Kondisi seperti ini tidak bisa disama ratakan karena akan berbeda di setiap rumah tangga.
Ujian masing-masing rumah tangga di awal pernikahan juga beragam. Salah satunya adalah ujian keuangan atau finansial keluarga. Barangkali suamimu masih berjuang dalam mencukupi kebutuhan hidupmu, tak mengapa. Selama ia masih berjuang dan bertanggung jawab menghidupimu maka bersyukurlah karena memang demikian lelaki yang dibutuhkan dalam rumah tangga. Bukan ia yang memiliki pekerjaan dan gaji tetap tapi ia yang bertanggung jawab dalam memaksimalkan perannya. Jika kamu dihadapkan dengan kondisi ini, bersabarlah. Saling mendukung dan menemani setiap proses yang sedang diupayakan.
Setiap keluarga pasti memiliki cerita perjuangannya masing-masing. Setiap keluarga juga telah tertakar dan terukur rejekinya. Tak perlu khawatir. Sebagai istri dan ibu, tanpa bekerja pun ia memiliki jatah rejekinya. Jika rejeki hanya dirasakan bagi mereka yang bekerja maka tidak akan berlaku bagi ibu rumah tangga. Namun, tidak demikan konsep rejeki. Ia berupa banyak hal di sekitar kita. Mampu belanja mingguan juga merupakan rejeki, bukan?
Tak mengapa jika harus menahan banyak hal yang sebelumnya mudah kamu dapatkan. Hal-hal yang disebutkan di atas misalnya. Keinginan untuk berbelanja banyak hal. Dengan taat pada Allah dan suami, atas izin Allah rejeki di sekitarmu akan membawa keberkahan padamu dan keluarga. InsyaaAllah.
Bersabarlah, karena memang demikian ujianmu wahai wanita!
Kamu akan diuji atas hal yang kamu senangi. Bahwasanya harta adalah ujian bagi wanita.
4 notes · View notes
jurnalweli · 2 months
Text
Perluas syukurmu, bahwa rezeki tak hanya tentang materi. Hadirkanlah perasaan cukup atas segala nikmat yang telah diberi. Semoga keberkahan selalu menyertai.
Katanya, banyak anak banyak rezeki. Nyatanya, bertambahnya anggota keluarga bertambah pula pengeluaran setiap bulannya. Eits, apakah benar begitu? Apakah keadaanmu juga begitu?
Banyak anak banyak rezeki jika didefinisikan dengan benar sesuai kalimat tersebut adalah
Pertama, setiap manusia yang hidup di muka bumi pasti memiliki jatah rezekinya masing-masing sehingga sebenarnya tidak perlu khawatir jika Allah amanahkan seseorang tumbuh dalam keluarga kita baik anak biologis kita ataupun ideologis.
Kedua, perluas definisi tentang rezeki sebab rezeki tak hanya berupa materi. Setuju, kan? Dalam KBBI rezeki memiliki arti segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk memelihara kehidupan); keuntungan; kesempatan mendapat makan.
Diberikan kesehatan, teman yang baik, keluarga yang hangat, dimudahkan segala urusan, makan yang cukup, pekerjaan yang mudah adalah bagian dari rezeki. Sama halnya dengan memandang kalimat banyak anak banyak rezeki. Kita perlu memperluas definisi rezeki sehingga tidak hanya berbatas materi. Dikaruniai anak yang sehat, penuh semangat, selalu ceria merupakan rezeki yang tak terkira. Jadi jangan hanya terpaku bahwa jika Allah amanahkan buah hati maka akan berbanding lurus dengan pendapatan yang bertambah. Tidak ada hukum seperti itu.
Aku jadi teringat suatu peristiwa ketika melahirkan anak pertama kala itu di usia pernikahan kami yang baru akan menginjak genap 1 tahun. Kondisi ekonomi keluarga kami memang belum stabil bahkan suami belum memiliki pekerjaan tetap. Selanjutnya, diterimanya suami saat melamar pekerjaan dan beberapa bulan kemudian resign berada di waktu yang pas menurutku. Tentu ada campur tangan Allah di dalamya. Suami juga seorang mahasiswa S2 di salah satu universitas negeri di Jogja sehingga ketika mencari pekerjaan ia lebih memilih yang mampu dan sanggup untuk multiperan. Ternyata, ada.
Sejak aku hamil, kami mulai menabung dan menyisihkannya untuk biaya persalinan. Qadarullah, hasil tabungan kami seketika habis untuk keperluan lain yang lebih penting untuk saat itu. Kami masih merasa tenang jika akhirnya ada tagihan pembayaran maka bisa menggunakan pos tabungan yang lain jika benar-benar harus dilakukan. MaasyaaAllah alhamdulillah siapa sangka biaya persalinanku adalah 0 rupiah. Aku hanya mengeluarkan Rp50.000,00 untuk membayar kendil yang digunakan sebagai penyimpanan plasenta atau ari-ari.
Bukankah hal itu bagian dari rezeki yang nyata?
Kita mungkin tak memiliki uang yang banyak tapi kita selalu berusaha untuk memiliki rasa yang cukup atas segala nikmat yang Allah beri. Itu sudah lebih dari cukup.
Kita dimampukan untuk menggali hikmah dari setiap keadaan. Itu juga lebih dari cukup.
Semua itu adalah tinggal bagaimana kita bersyukur. Allah akan menambah nikmat kepada kita apabila bersyukur seperti yang disebutkan dalam ayat berikut ini yang memiliki arti berikut ini
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
[QS Ibrahim : 7]
4 notes · View notes
jurnalweli · 2 months
Text
Lifelong Learner
Setelah menikah rutinitasku tak lagi sama. Banyak adaptasi baru yang kulakukan sebab tambahnya peran sebagai istri. Mungkin bagi sebagian orang peran perempuan sebelum dan setelah menikah tidak jauh berbeda tapi bagiku aku benar-benar dipaksa oleh keadaan untuk mampu memaksimalkan peran. Misalnya, sebelum menikah aku tidak berteman akrab dan hangat dengan urusan dapur. Jikapun aku membantu ibu, aku hanya membantu sekedarnya dan yang paling mudah. Jikapun aku telah berkali-kali bertanya tentang perbedaan jahe, lengkuas, kunyit, kunci, ketumbar, merica dan meminta untuk ditunjukkan tetap saja besok sudah lupa lagi. Seringkali aku membatin, "Besok kalau aku nikah gimana ya? Aku bisa masak ikan ngga ya? Aku bisa bersihin ayam ngga ya?" Tapi pikiran itu nihil membuatku berteman dengan dapur. Hingga menikah mengubah lebih banyak dari diriku. Iya, aku akhirnya mau tidak mau suka tidak suka secara sadar tetap ingin memaksimalkan peran sebagai istri dan ibu dengan menyediakan makanan bergizi untuk keluargaku sehingga pelan-pelan aku belajar perdapuran. Ini baru satu hal, tapi aku tidak akan membahas ini lebih dalam.
Setelah menikah, menyandang peran sebagai istri dan ibu membuatku banyak merenungi diri. Tentu aku tidak ingin sama seperti ketika masih sendiri. Setelah menikah aku hidup dengan suami dan anak-anakku maka aku ingin tetap aktif dan produktif meski di rumah saja. Aku juga ingin tetap berdaya yang bahagia meski dari rumah saja. Aku resign dari tempat kerjaku sebelum menikah. Lalu, setelah menikah aku merantau ikut suami. Aku sempat bekerja di daerah domisili baruku hanya 1 bulan sebelum keadaan tubuhku melemah. Aku memutuskan resign lagi dengan alasan hamil muda. Sejak saat itu aku menghabiskan banyak waktuku untuk memikirkan jika nantinya bayi ini lahir ke dunia dan menambah peranku sebagai ibu.
Aku ingin menjadi ibu bagaimana dan aku ingin mendidik anakku bagaimana.
Keresahan ini yang menemukan ujungnya bahwa aku ingin belajar. Aku ingin menjadi ibu pembelajar. Aku mencari tempat belajar dan bertemulah dengan salah satu komunitas untuk para perempuan yang digagas oleh Pak Dodik dan Bu Septi. Ibu Profesional, namanya. Di sini aku menemukan banyak wadah dan tema belajar sehingga cukup memudahkan untuk meningkatkan kualitas diri.
Konsekuensi dari mengikuti sebuah komunitas belajar adalah kesungguhan dan komitmen. Terkadang aku menyisipkan jadwal belajar pada daily plan namun tak jarang pula aku sengaja mencari tema tertentu di youtube untuk kudengarkan sendiri meskipun dengan menyambi menyelesaikan domestik.
Aku memiliki cita-cita sebagai ibu pembelajar. Maka, segala hal yang dirasa cocok dengan apa yang ingin aku tahu dan atau yang menjadi keresahan ataupun sesuatu yang aku tertarik aku akan mengambil kesempatan itu, insyaaAllah.
Semoga Allah ridhoi proses belajar ini.
Karena dengan ilmu aku menjadi tenang.
4 notes · View notes
jurnalweli · 1 month
Text
Day 17 #Ramadhan1445H
[Bermakna atau sia-sia]
Ramadhan adalah bulan mulia sehingga ia sangat berharga. Bukankah termasuk orang yang merugi jika tak bisa memanfaatkannya?
Ramadhan adalah bulan mulia karena ia bertabur pahala. Bukankah merugi jika kita melewatkannya?
Ramadhan adalah bulan mulia karena setan sedang dibelenggu. Bukankah menjadi mudah untuk memaksimalkan ibadah?
Bulan Ramadhan adalah bulan mulia dan penuh keberkahan. Setengah bulan telah berlalu, masih ada setengah bulan sisanya. Maka, di pertengahan Ramadhan ini, bagaimanakah Ramadhanmu yang lalu? Bagaimanakah kamu mengupayakan sisanya?
Begitu banyak keistimewaan yang Allah berikan pada bulan Ramadhan, namun apakah kita termasuk yang mengambil kesempatan ini atau mengabaikan dan menganggap bulan Ramadhan biasa saja ataukah hanya puasa dan sholat taraweh yang membedakannya dengan 11 bulan lainnya?
... احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ ...
"Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah."
(HR Muslim)
Hadist di atas mengingatkan kepada kita untuk bersemangat dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Ketika merasa lemah di tengah perjalanan maka hendaknya meminta pertolongan pada Allah karena barangkali kita akan menemukan ujian dan tantangan dalam perjalanan sehingga terkadang membuat goyah. Secara tidak langsung, dalam hadist tersebut Allah meminta kita untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan dalam melakukannya diminta untuk bersemangat. MaasyaAllah.
Penguat lainnya ialah
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.”
(HR. Tirmidzi)
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Al-Fawaid berkata,
اِضَاعَةُ الوَقْتِ اَشَدُّ مِنَ الموْتِ لِاَنَّ اِضَاعَةَ الوَقْتِ تَقْطَعُكَ عَنِ اللهِ وَالدَّارِ الآخِرَةِ وَالموْتِ يَقْطَعُكَ عَنِ الدُّنْيَا وَاَهْلِهَا
“Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian. Karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari (mengingat) Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”
Dari 2 hadist dan perkataan Ibnul Qayyim di atas bahwa sebagai orang islam yang beriman kepada Allah dan Rasul dianjurkan untuk menghabiskan waktu dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat dan sangat tidak dianjurkan untuk menyia-nyiakan waktu.
Seharusnya begitu pula kita memaksimalkan Ramadhan tahun ini. Jika waktu kita tidak dihabiskan dalam hal yang bermanfaat maka akan habis dalam hal hal yang sia-sia. Apakah teman-teman setuju?
Aku sering merasa demikian.
"Yah, kaan aku ngga ngaji malah nonton youtube."
Perasaan itu yang membuatku semakin merasa bahwa benar ya jika kita tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat maka akan dihabiskan oleh sesuatu yang percuma. Astaghfirullah, semoga Allah ampuni kami dan Ia ijinkan memaksimalkan kembali Ramadhan. Aamiin.
2 notes · View notes
jurnalweli · 1 month
Text
Day 12 #Ramadhan1445H
[Beradab terhadap Al Quran]
Al Quran adalah kitab suci umat islam. Ia dimuliakan dan barang siapa yang bersamanya ia juga akan mulia. Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Quran maka ia merupakan bulan mulia. Begitu pula, Al Quran akan memberi kemuliaan bagi orang-orang yang mempelajarinya. Selain itu, Mekkah dan Madinah merupakan tempat diturunkannya Al Quran dan menjadi tempat mulia bahkan hingga sekarang menjadi tempat yang dicita-citakan banyak umat islam dunia untuk dikunjungi. Ya Allah mudah-mudahan suatu saat Engkau panggil kami ke Mekkah dan Madinah dari arah yang tidak disangka-sangka, aamiin. Adakah yang ingat dimana pertama kali Al Quran diturunkan? Iya, benar. Di Goa Hira yang berada di Mekkah.
Ibnu Katsir rahimahullah memaparkan bahwa,
“Diturunkan Kitab yang paling mulia (Al-Qur`an) dengan bahasa yang paling mulia, diajarkan kepada Rasul yang paling mulia, disampaikan oleh malaikat yang paling mulia, diturunkan di tempat yang paling mulia di muka bumi, diturunkan pula di bulan yang paling mulia sepanjang tahun, yaitu bulan Ramadhan. Dengan demikian sempurnalah Kitab suci Al-Qur`an dari berbagai sisi.”
(Tafsir Ibnu Katsir)
Karena ia mulia maka kita sebagai pembaca, penghafal, pembelajar Al Quran juga harus memuliakannya. Salah satu cara kita memuliakan adalah dengan beradab terhadapnya. Mungkin di depan mata kita ia hanya terlihat lembaran-lembaran saja namun di dalamnya terdapat ayat demi ayat yang tersusun dengan sempurna dan suci. Jika kita bersikap dan berperilaku baik kepada orang yang lebih tua, orang baru, pejabat, presiden dengan baik dan sopan maka demikian pula seharusnya kita bersikap terhadap Al Quran. Jika hendak bertemu guru di sekolah saja kita malu jika berpakaian tidak rapi, begitu pula Al Quran. Jika berbicara dengan guru harus sopan dan santun, demikian pula terhadap Al Quran.
Maka, adab seperti apa yang bisa kita lakukan terhadap Al Quran?
1. Jika hendak berinteraksi dengan Al Quran, maka tutup auratmu dan gunakanlah pakaian yang sopan.
Yaitu dengan memakai pakaian tertutup. Jika perempuan dianjurkan menggunakan kerudung atau penutup kepala. Laki-laki pun demikian, jika ia menggunakan celana pendek maka bisa ia tutup dengan sarung. Standar kerapian dan kesopanan masing-masing orang mungkin berbeda tapi insyaaAllah tidak jauh berbeda, bukan?
2. Membaca Al Quran dalam keadaan suci dari hadast kecil atau dalam keadaan berwudhu.
Hendaknya dalam keadaan suci atau berwudhu jika ingin membaca Al Quran.
3. Bacalah Al Quran dengan tenang dan tidak terburu-buru.
Meskipun bulan Ramadhan adalah bulan mulia karena Al Quran turun pada bulan ini dan banyak orang ingin mengkhatamkan Al Quran sekian kali tetap perlu diperhatikan cara membaca Al Quran. Bacalah dengan tenang dan pelan, perhatikan hak-hak setiap hurufnya, serta hukum tajwid tidak boleh lupa.
Sekiranya 3 poin di atas bisa kita praktekan terlebih dahulu. Mungkin terlihat mudah, tapi bagi sebagian orang akan terasa sulit meski sederhana. Mari kita upayakan beradab dalam berinteraksi terhadap Al Quran.
Ia mulia dan memberi kemuliaan, maka kita pun perlu memuliakannya.
Semoga Allah mampukan untuk mewujudkan niat baik kita. Aamiin
2 notes · View notes
jurnalweli · 3 months
Text
My Role Model, My Superwomen
Aku adalah seorang ibu baru. Sejak Allah amanahkan janin dalam rahimku dan Dia ijinkan merasakan persalinan yang luar biasa, aku jadi banyak belajar hal baru. Dalam menjalani peran sebagai ibu, banyak warna baru yang menghiasi hari-hariku. Semua penuh tantangan dan kejutan.
"Aku sedang mendidik generasi, amanah ini tidak main-main. Ya Allah kuatkan dan mampukan kami, ridhoi ikhtiar kami",
begitu batinku. Menjadi ibu baru yang tinggal jauh dari orangtua seringkali membuatku mengingat segala perjuangan mereka, terutama ibu.
"Aku ingin menjadi ibu seperti ibu, yang selalu kuat di tengah sulit, yang selalu memperjuangkan hak anak sampai titik darah penghabisan, yang tidak pernah mengeluh dan selalu berdiri teguh",
begitu harapku jika kondisiku tak baik-baik saja yang membuatku rindu ibu. Ibuku memang bukan ibu yang sempurna tapi melihat perjuangannya untukku sampai di titik ini sungguh berharga. Setelah aku menjadi ibu, seringkali terlintas, "apakah aku bisa sekuat ibu?"
Aku tidak akan bercerita tentang diriku sebagai ibu dari anakku yang belum ada 1 tahun. Pengalamanku masih sangat minim. Tapi, ijinkan aku melihat kekuatan dari seorang ibu. Tentunya kekuatan ini adalah fitrah perempuan, ada ⬆atas ijin dan kuasaNya.
Pertama. Setelah melewati hamil dan persalinan, aku jadi tahu bahwa proses ini sangatlah tidak mudah. Aku juga jadi tahu mengapa di tempat umum banyak memberikan privilege bagi ibu hamil. Dan benar kata Allah dalam QS Luqman ayat 14, "Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah." Katanya, sakitnya ibu melahirkan ibarat berpuluh-puluh tulang dipatahkan sekaligus. Ah, betapa sakitnya membayangkannya. Bagiku tidak seperti itu, tapi sakit, haha.
Ibu adalah makhluk yang kuat dan Allah yang mampukan ibu melewati lemahnya mengandung dan sakitnya melahirkan.
Super bukan?
Kedua. Belum kudapati sabar, ikhlas, cinta dan kasih sayang yang tulus dari manusia selain ibu.
Jika boleh kuakui, kasih sayang tanpa batas setelah Allah adalah ibu.
Setelah menjadi ibu, aku merasa diuji dengan ini. Jika dulu aku pernah berpikir, "aku bisa sabar ngga ya." Tapi beberapa kali suami bilang, "sabar banget sih". Padahal yang aku rasakan kesabaranku setipis tisu dibagi 2. Membersamai tumbuh kembang anak di bawah 7 tahun memang melelahkan. Tips dari aku pribadi, minta sama Allah agar tetap sadar dan sabar melewatinya sebab tak jarang kita temui dewasa ini ibu berani melakukan hal yang membahayakan buah hati ketika lelah dan emosional. Maka mintalah padaNya. Lagi-lagi aku yakin, sifat ini yg menjadi kelebihan bagi wanita adalah fitrah yang Allah berikan. Super bukan?
Ketiga. Pengorbanan tanpa batas. Pengalamanku menjadi ibu masih sangat minim tapi aku mulai merasakan bahwa prioritasku sekarang bukanlah tentang diriku tapi anak-anakku. Bahkan ketika sedang lelah, jika anakku butuh maka lanjut bismillah. Aku juga belajar banyak dari ibu, semoga aku bisa meneladaninya, menjadi sebaik-baik ibu untuk anak-anakku. Ibuku ikut serta membantu keuangan keluarga. Terkadang akan digunakan untuk membeli bahan makanan, terkadang untuk membayar biaya sekolah. Karena usia ibu telah mencapai batas di sekolah tempatnya bekerja, maka ibu harus terkena PHK sedangkan aku masih kuliah. Singkat cerita, kondisi itu tidak menyurutkan langkah ibu, banyak cara dan ide yang ia lakukan dengan mengembangkan usaha kecil dari rumah. Aku juga sering merenung, "apakah aku bisa seberjuang ini ya di kondisi mepet bahkan sulit?". Dan benar,
seorang ibu tidak sedang berkorban apapun untuk anaknya. Seorang ibu juga tidak meminta dibalas jasanya kembali di hari tua.
Ibuku tidak meminta itu semua. Semoga Allah berkahi usia semua ibu di dunia. Super bukan?
Ibuku adalah salah satu role modelku menjadi ibu karena aku melihat dan merasakan segala kebaikannya untuk anak-anaknya. Menjadi ibu memang luar biasa. Seringkali tak terbayangkan apakah mampu melewatinya. Tapi ternyata demikian fitrah kita dan segala kemudahan serta kekuatan hanyalah karenaNya. Terimakasih Allah, segala puja dan puji hanyalah bagiMu.
3 notes · View notes
jurnalweli · 3 months
Text
Doa Ibu Menembus Batas
"Kenapa sekarang aku nyaman menjadi guru, bukannya dulu aku betul-betul tidak ingin menjadi guru tapi kenapa pilihan, ketertarikan dan arah gerakku tertuju pada guru?", kataku kepada temanku saat itu.
Iya, sejak kecil ketika ditanya tentang cita-cita aku menjawab, guru. Tapi saat itu aku merasa belum paham maksud cita-cita dan belum banyak referensi tentang cita-cita. Beranjak remaja, masih tak jauh berbeda. Aku mulai mengerti tapi tetap belum memiliki pilihan sehingga ketika ada yang bertanya tentang cita-citaku aku belum mampu menjawab dengan tegas. Sampai suatu ketika aku mulai banyak referensi dan tidak memandang guru sebagai cita-cita. Aku juga tidak memiliki keinginan untuk kuliah di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan.
Ibuku adalah mantan seorang mahasiswa fakultas keguruan. Ibu sempat mendaftar dan diterima namun karena ekonomi keluarga yang kurang dan belum mendapat restu kakek akhirnya keinginan itu perlahan sirna. Ibu tidak jadi melanjutkan pendidikan. Ibu tidak kuliah dan cukup sampai di SMK. Ketika aku akan memasuki gerbang kuliah, ibu memberi pilihan padaku untuk mendaftar fakultas keguruan dengan tanpa memaksa seolah aku harus melanjutkan impiannya yang terkubur. Ibu tetap menyerahkan keputusan pilihan jurusan padaku. Akhirnya, aku lulus sebagai sarjana psikologi.
Seperti sudah alurnya begitu, seusai kuliah aku mencari pekerjaan. Pekerjaan pertamaku adalah guru TK. Pekerjaan yang jauh dari diriku dan keinginanku. Sudah tentu aku tidak mau guru, ditambah aku tidak menyukai anak kecil untuk belajar dan dididik seperti ini. Beda cerita jika anak kecil hanya diajak bermain dan lucu-lucuan, aku akan menikmatinya. Anehnya, ketika ada lowongan tersebut aku bersegera mendaftar.
Jujur, kujalani pekerjaanku dengan cukup bahagia. Mengeluh sedikit, wajar. Tapi tidak menyesal. Lama-lama justru aku lebih bahagia karena bersama anak-anak yang mungkin beban hidupnya belum banyak, ya hehe. Lalu aku resign karena beberapa hal salah satunya aku harus pulang kampung. Di rumah, aku mencari lowongan pekerjaan lagi. Aku mencoba mendaftar di beberapa lowongan yang mendekati dengan latar belakangku sebagai sarjana psikologi dan potensi lain yang aku punya dan yakini. Lagi-lagi aku mendaftar sebagai pendidik. Kali ini di sebuah pondok pesantren usia anak SMA. Aku menyimak hafalan santri dan ikut serta tinggal di asrama. Karena beberapa faktor, aku melepasnya.
Aku kembali merantau di kota kuliahku dulu. Aku mengabdikan diri di pondok pesantren lagi. Sama seperti sebelumnya, aku tinggal di asrama dan menyimak hafalan santri. Kurang lebih 3 kali aku berganti tempat kerja yang ternyata semua sama-sama sebagai pendidik. Betapa dulu aku sangat menolak bercita-cita sebagai guru, tapi dewasa ini aku didekatkan dengan bidang pendidikan sebagai pendidik dan perlahan aku menikmatinya.
"Jangan-jangan ada doa ibuku di sini", begitu pikirku.
Saat itu, ibu memang tidak memaksaku tapi barangkali ada harap dari ibuku yang ia langitkan. Entah hanya sekedar ucapan atau serius dalam doa. Ibu tidak menaruh harap padaku, ia langsung menaruh harap padaNya. Setiap kali aku meminta ijin untuk daftar kerja, ibuku juga tidak pernah berkomentar. Setiap kali aku bercerita jika gaji guru yang terasa kecil, ibuku malah menenangkanku.
Terimakasih, ibu sudah ridho atas segala pilihanku. Terimakasih, ibu untuk doa-doa baikmu. Aku yakin kebaikan dan keberuntunganku saat ini adalah karena doamu.
3 notes · View notes
jurnalweli · 3 days
Text
Karena tujuan menikah itu bukan hanya untuk bersatu melainkan mendekatkan diri kepada Allah
Ini adalah pesan pernikahan kesekian yang utamanya adalah mengingatkan diri sendiri. Pesan pernikahan dari kami yang masih terus mengupayakan sakinah mawaddah wa rahmah di umur pernikahan yang baru menuju 2 tahun. Pesan ini murni sebagai nasehat untuk kebaikan saudara-saudari kami agar lebih fokus dalam meniatkan tujuan pernikahan ini. Barangkali di pertengahan proses berkenalan ada hal yang menggangu niat sehingga bersikeras mengupayakan bersatu dan mengabaikan syarat prinsip maka kembali ingatlah satu pesan ini ; bersatulah untuk menambah kedekatan padaNya. Pesan ini sebenarnya didapatkan dari template capcut yang menjadi pengingat untuk pernikahan kami. Mudah-mudahan kelak teman-teman yang belum menikah Allah segerakan di waktu yang tepat dengan kesiapan yang sangat cukup. Pun yang sedang berproses berkenalan dengan calon pasangannya agar selalu melibatkan dan meminta petunjuk Allah dalam mendapatkan pasangan terbaik menurutNya. Begitu pula, bagi yang telah menikah mudah-mudahan Allah kuatkan kasih dan sayang diantara kalian sehingga kelak Allah perkenankan berkumpul bersama hingga surga. Aamiin.
Sudah semestinya bahwa pernikahan memang mempersatukan, tidak hanya sepasang manusia yaitu laki-laki dan perempuan namun juga 2 keluarga.
Maka sudah barang tentu hal itu bukanlah tujuan utamanya. Seperti dalam pesan pernikahan sebelumnya bahwa menikahlah karena bersamanya surga terasa lebih dekat sama halnya dengan menikahlah untuk menambah kedekatan kita kepada Allah. Pernikahan adalah cinta segitiga. Bukan hanya cinta seorang laki-laki pada perempuan dan/atau sebaliknya namun di dalamnya juga melibatkan Allah. Sudut segitiga paling atas adalah Allah dan sudut kanan kiri adalah suami atau istri. Semakin dekat hubungan suami atau istri kepada Allah maka semakin dekat pula hubungan diantara mereka berdua. Namun, begitu sebaliknya jika hubungan suami atau istri semakin jauh dari Allah maka semakin jauh pula hubungan diantara mereka berdua. Maka, sangat disayangkan jika meniatkan menikah hanya untuk bersatu karena pernikahan merupakan ibadah yang waktunya sangat panjang sekali hingga akhir hayat dan berharap Allah persatukan di surgaNya.
Menikahlah dengan seorang yang mampu mendekatkanmu pada penciptamu, Allah.
Dia mungkin bukanlah orang yang sempurna termasuk dalam hal ibadah atau ketaatan padaNya. Namun bisa jadi itu adalah bumbu manis pernikanan untuk saling mengingatkan dalam taat selagi kesalahan itu bukanlah prinsipil dan bagian kecil yang masih bisa diupayakan untuk diperbaiki. Tugas pasangan adalah saling mengingatkan dan menguatkan dengan penuh cinta dan kelembutan.
Sungguh indah dan menenangkan bukan jika di dalam rumah tangga kita dipenuhi dengan segala hal yang mendekatkan kita pada Allah. Kita saling berlomba dalam kebaikan, saling mengajak pada kebaikan, saling mencegah pada keburukan, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
MaasyaAllah, insyaaAllah diliputi sakinah mawaddah wa rahmah. Aku jadi teringat dengan sebuah doa, begini bunyinya,
اللِهُمَّ إِنِِي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَ حُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرّبُنِي إِلَى حُبَّكَ
Artinya : "Ya Allah, aku mohon padaMu cintaMu dan cinta orang-orang yang mencintaiMu serta cinta terhadap amal yang dapat mendekatkan diriku pada cintaMu."
1 note · View note
jurnalweli · 14 days
Text
Recap Ramadhan 1445 H
[Tulisan ini mulai dibuat pada beberapa hari menjelang Ramadhan berakhir. Tidak tuntas karena harus mempersiapkan dan menyelesaikan banyak hal sebelum mudik meninggalkan kota pelajar ini. Sampai di kampung halaman pun masih belum bisa untuk melanjutkan dan akhirnya aku berdamai serta menetapkan waktu libur setoran KLIP sampai waktu yang tidak ditentukan. Hari ini, hari ke-5 Syawal aku mencoba untuk melanjutkan kembali. Sebuah pesan dariku untukku yang masih sangat banyak kurangnya pada Ramadhan ini. Semoga Allah terima puasa dan segala amal ibadah kita dan Allah perkenankan bertemu Ramadhan kembali di tahun depan dalam keadaan yang lebih baik dan istiqomah. Aamiin].
~~~
Beberapa hari lagi Ramadhan akan berlalu dan pergi meninggalkan kita. Cepat sekali rasanya. Ramadhan 1445 H adalah Ramadhan keduaku setelah menjadi ibu. Jika tahun lalu aku banyak fokus pada menyusui bayiku, pemulihan serta adaptasi sebagai ibu baru karena aku baru saja melahirkan di tepat pertengahan bulan mulia yaitu pada 15 Ramadhan dan hanya mendapatkan 4 hari puasa. Namun di tahun ini aku turut serta berpuasa dan tarawih karena anakku telah berusia 1 tahun.
Pada tahun ini aku ditantang untuk belajar lebih dalam hal :
1. Manajemen waktu terutama dalam menyiapkan sahur dan berbuka
Aku lebih sering memasak untuk sahur di malam hari sebelum tidur dan menunya berlaku sampai ketika berbuka nanti. Jika menu yang kubuat pedas maka aku akan memasak lagi di pagi hari untuk MPASI anakku. Memang terlihat kerja dua kali, ya.
2. Harus banyak mengonsumsi air putih
Meskipun usia anakku menginjak 1 tahun dan sudah cukup berkurang kuantitas menyusui namun aku tetap harus memenuhi cairan dalam tubuh karena akan mempengaruhi ASI dan tenagaku.
3. Bersabar jika anak tidak nafsu makan
Aku teringat dengan perkataan seorang teman, "Kalau anak tidak mau makan barangkali rejeki dia memang segitu untuk hari ini." Selain itu karena kami berpuasa maka kami tidak bisa menemaninya sarapan, makan siang dan makan malam.
4. Memanfaatkan waktu luang untuk memaksimalkan ibadah
Poin ini yang masih sangat menjadi PR bagiku pribadi. Aku seringkali tidur larut malam dan bangun lebih pagi untuk sahur. Tidur yang sebentar itu membuatku mengantuk dan kurang bersemangat di pagi hari akhirnya tilawah pagi dan tahajud kadang tidak tersentuh. Semoga ke depannya lebih baik lagi dan Allah izinkan bertemu dengan Ramadhan.
Sekian beberapa hal yang menjadi perhatianku dan membuatku belajar banyak untuk melatih diri sendiri menjadi pribadi, ibu dan istri yang lebih baik lagi. Semoga Allah ridho atas puasa dan ibadah yang kita. Aamiin.
0 notes
jurnalweli · 22 days
Text
Untukmu, anak pertamaku...
[Doa, Harapan dan Ikhtiar]
Tahun lalu di hari ini, 6 April adalah hari lahir anak pertama kami. Banyak doa dan harapan yang pelan-pelan kami ikhtiarkan diwujudkan dengan memberikan pendidikan terbaik semampu kami untuknya. Tentu semua atas pertolongan dan izinNya. Hasil bukan menjadi ranah kami, maka mudah-mudahan jika tidak sesuai dari apa yang kami harap dan upayakan kami tak perlu berlarut sedih dan berkecil hati sebab perkara bagaimana anak kami nanti akan menjadi apa adalah ranah Allah. Tugas kami sebagai orang tua hanyalah menjaga amanah Allah dengan memaksimalkan proses pendidikan terbaik untuk anak kami karena hadirnya saja adalah rejeki tiada tara yang tak ternilai harga.
Sebelum kepada anakku, aku ingin mengingatkan kepada diriku bahwa Allah yang berkehendak atas segalanya.
Kami tahu bahwa kami bukanlah sesiapa tanpaMu, namun kami sering lupa. Ampuni kami Ya Allah.
Oh Allah, segala puja dan puji hanya bagiMu. Tanpa karunia, pertolongan, dan kuasaMu segala yang kami ikhtiarkan untuk anak kami tak berarti apa-apa.
Oh Allah, terimakasih telah selalu memberi kami ketenangan di saat kami sebagai orang tua baru banyak khawatir terhadap keadaan anak kami.
Oh Allah, terimakasih atas segala cinta dan kasih sayangmu pada kami baik dari nikmat ataupun ujian yang Kau berikan. Banyak pembelajaran dan hikmah yang kami dapatkan, bersamai kami selalu Ya Allah.
Nak, terimakasih telah menjadi murid sekaligus guru bagi kami satu tahun ini. Ternyata benar kata kebanyakan orang, justru kamilah yang belajar banyak darimu dari berbagai aspek. Terlebih tentang sabar, tenang dan manajemen emosi.
Nak, terimakasih untuk terus semangat dalam belajar atas stimulasi yang kami berikan dalam memaksimalkan tumbuh kembangmu.
Nak, sebagai anak pertama tentu kami memiliki harap dan doa baik yang banyak. Kami memang ingin kamu menjadi anak sholih dan mushlih, hafidz quran, ulama, imam masjid besar, penulis. Kami juga ingin kamu cerdas emosi, tenang di setiap keadaan, paham finansial di usia aqil baligh, selalu berbuat baik kepada orang tua, memuliakan ibumu, amanah, jujur, bertanggung jawab, cepat dan tepat dalam mengambil keputusan, mandiri, dan karakter baik lainnya. Namun, terasa banyak ya jika disebutkan semua karena doa dan harapan baik itu tak pernah habis.
Nak, kamu hanya perlu berpegangan dengan ini maka insyaaAllah kamu akan mengupayakan yang lainnya.
Cintailah Allah, Rasul dan Al Quran maka kelak mudah-mudahan dengan cinta itu kamu paham dan akan terinternalisasi dalam dirimu sebagai sebaik-baik hamba Allah.
Nak, tanpa jauh-jauh menyebutkan banyak hal di atas, namamu adalah doa kami. Jadilah orang yang beradab. Ambillah sebanyak-banyaknya kebaikan dan semangat dari sosok Buya Hamka. Jadilah kamu orang yang mampu membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan salah.
Maafkan kami, nak. Kami masih jauh dari maksimal dan optimal dalam memberikan pengasuhan, pendidikan dan teladan bagimu. Bahkan sangat berbeda jauh jika dibandingan dengan doa dan harapan kami. Tapi kami masih akan terus mengupayakan yang terbaik dan maksimal semampu kami sebagai bentuk syukur dan penjagaan amanah Allah pada kami. Kita belajar bersama lagi ya, nak.
Mudah-mudahan tak ada luka yang kami berikan padamu. Maafkan kami, nak.
0 notes
jurnalweli · 23 days
Text
Tenang
[Review buku]
Judul buku : Tenang
Penulis : Silmi K. Risman
Editor :
Ilustrator :
Bahan buku : Boardbook
Tebal buku : 20 halaman
Ukuran buku : cm × cm
Loh loh loh, mengapa di atas tertulis spesifikasi buku? Iya, karena kali ini aku ingin mereview buku anak yang kumiliki. Aku mengambil buku pertama dengan judul "Tenang". Membaca judulnya saja sudah sangat jelas bahwa dalam buku ini akan dibahas kurang lebih adalah bagaimana menjadi pribadi yang tenang. Desclaimer, review ini adalah pendapat pribadi sehingga mungkin akan berbeda dengan pendapat orang lain tentang buku ini.
Sebelum masuk ke dalam isi buku aku ingin mereview sedikit dari tampilan buku luarnya. Cover buku ini berwarna biru. Sejak memiliki beberapa boardbook ternyata setiap boardbook memiliki ketebalan buku yang berbeda-beda. Buku tenang ini setiap halamannya baik dari cover hingga isinya menggunakan jenis boardbook yang sama. Boardbook yang tidak cukup tebal sehingga tidak terlihat tebal meskipun halaman bukunya banyak namun fungsi tahan lamanya tetap ada. Sisi buku tidak runcing sehingga aman digunakan anak-anak. Ukuran bukunya juga sedikit lebih kecil dari ukuran buku normal tapi tidak sekecil genggaman tangan anak. Bukunya yang dominan berwarna biru membuat terlihat lebih segar. Cover dengan tidak banyak gambar membuat simpel dan elegan. Oiya, ilustrasinya faceless atau tanpa memperlihatkan wajah secara detail.
Halaman setelah cover adalah sedikit tentang identitas buku berupa siapa penulis, editor dan ilustratornya. Halaman selanjutnya lagi adalah kalimat basmalah dan semacam kata pengantar. Di antara boardbook yang kami punya tidak ada satu pun boardbook yang mengawali halaman awal dengan demikian, biasanya langsung dimulai dengan cerita. Maka boardbook ini selayaknya buku-buku dewasa mengawali bukunya. Setelah kata pengantar, barulah menuju sebenar-benarnya isi buku.
~~~
Memasuki isi buku, ternyata di awali dengan perkenalan seorang tokoh. Sepertinya tokoh cerita di sini menggunakan tokoh asli dari anak penulis, Honey namanya. Di halaman ini juga seolah mengajak pembacanya berinteraksi dengan tokoh cerita pada kalimat, "namamu siapa?". Setelah membaca halaman demi halaman hingga akhir ternyata memang seolah mengajak interaksi si pembaca. Tapi tidak akan kami cantumkan foto setiap halamannya, ya.
Tumblr media
Kemudian aku membacakan buku ini pada anakku dengan menyebut tokoh cerita dengan sebutan kakak agar semakin terasa interaktif. Kakak Honey. Meskipun tulisan dalam buku ini terbilang kecil dan panjang di setiap halamannya namun padat isi. Honey menceritakan bahwa mamanya mengingatkan dirinya untuk sayang sama diri sendiri agar sehat dan bahagia. Lalu memberi tahu dan mengajak untuk mempraktikkan bersama cara menenangkan diri sendiri sebagai upaya sehat mental. Oiya, buku ini mengusung tema sehat mental sejak dini. Ditulis oleh Silmi K. Risman yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi. Ada beberapa cara yang diajarkan Honey untuk menenangkan diri berdasarkan Al Quran seperti yang terdapat dalam QS Ar Ra'd ayat 28 yang berbunyi,
أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَىِٕنُّ ٱلۡقُلُوبُ ...
Artinya :
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.
~~~
Pada bagian terakhir sebelum cover ditutup dengan halaman tentang penulis dan kalimat hamdalah. Buku ini cukup berbeda dengan buku anak lainnya karena lengkap dengan sedikit pembuka, isi, dan tentang penulis. Tidak hanya cover lalu isi cerita.
~~~
Sebagai orang tua, aku juga diingatkan kembali dan dibuat untuk mempraktikkan setiap langkah-langkanya sembari membacakan dan mengajarkan pada anakku.
Semoga anak-anak kita kelak menjadi pribadi yang tenang dalam menghadapi setiap kondisi di hidupnya dan Allah selalu dalam hatinya. Begitupun kepada setiap orang tua agar mampu menjadi teladan yang baik bagi anaknya dalam hal manajemen emosi.
0 notes
jurnalweli · 25 days
Text
Daripada hanya fokus terhadap memunculkan kebaikan pasangan yang mungkin akan terasa memaksa, lebih baik mengupayakan untuk saling melengkapi kekurangan pasangan. Pasanganmu bukan sainganmu.
Tak ada pasangan yang sempurna maka carilah yang bisa saling menyempurnakan dan yang kekurangannya bisa ditoleransi. Maka, semua kebiasaan dan karakter yang hanya bisa kita raba ketika perkenalan akan terlihat dan bermunculan setelah tinggal bersama. Di sinilah adaptasi berlanjut sampai kematian dan atau Allah yang memisahkan. Seiring berjalannya waktu mungkin akan muncul ketidaksesuaian kebiasaan atau karakter yang kita terima saat perkenalan dan setelah tinggal bersama. Perbedaan itulah yang memunculkan konflik rumah tangga.
Dalam rumah tangga mungkin saja akan muncul rasa 'lebih' dibanding pasangannya. Lebih baik, lebih sholih, lebih bisa, lebih sanggup dan lebih yang lainnya. Jika perasaan ini dibiarkan terus tumbuh, rumah tangga akan terasa seperti kompetisi, bukan? Aku menang, kamu kalah atau sebaliknya. Bukankah iblis juga merasa lebih dari Adam? Naudzubillah. Yang ada hanya saling menyalahkan. Yang ada hanyalah memaksanya untuk berbenah secara instan. Padahal alangkah indahnya jika kita saling menghargai proses, bukan? Bersama-sama berproses ke arah yang lebih baik demi mengharap ridhoNya.
Terbukalah. Bicaralah dari hati ke hati dalam kondisi perut, fisik dan perasaan yang baik. Sampaikanlah aliran rasamu setelah menikah bersamanya dengan tenang. Evaluasi kembali visi misi yang telah disusun bersama. Temukan solusi untuk ke depannya lebih baik lagi. Tak ada pernikahan karena Allah dengan harapan sementara, ia ingin selamanya sampai surga. Maka, rawatlah pernikahan dengan sungguh-sungguh.
Jadilah kamu sebagai pakaian pasanganmu. Saling melengkapi. Saling menutupi kekurangan dan aib pasangan. Daripada fokus pada melatih kebiasaan baru untuk memunculkan kebaikan yang belum kunjung memperlihatkan hasil hingga lelah dan emosi lebih baik menikmati prosesnya dibarengi dengan saling melengkapi pasangan. Sadarilah, mungkin kamu akan bertemu dengan kekurangannya yang ternyata adalah kelebihanmu dan kelebihannya adalah kekuranganmu. Tak ada yang tak ingin kebaikan namun tak ada juga manusia sempurna. Hargai proses dan nikmatilah bersama.
Jadilah kamu sebagai pakaian pasanganmu. Saling merangkul dengan penuh kasih sayang, cinta, kehangatan, kedamaian, dan kebahagiaan. Selayaknya pakaian yang selalu menempel pada tubuh kita begitu pula pasangan yang selalu dekat, lekat dan membuat hangat.
Semoga sakinah mawaddah wa rahmah selalu menyertai dalam rumah tanggamu.
1 note · View note