HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Sudah maklum bahwa dalam mazhab Ahlussunah wal Jamaah disebutkan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah dan kalamullah bukan makhluk (qadim).
Namun sebagian orang yang mengklaim mengikuti salaf salah paham sehingga menyangka bahwa suara bacaan Al-Qur’an yang keluar dari mulut manusia adalah qadim (tidak berawal) juga.
Padahal sudah jelas dan terang benderang terlihat bahwa…
Lagi-lagi, aku harus-dengan-sangat mengingatkan diri bahwasanya hidup hanyalah sementara, hidup hanyalah sebentar saja. Sedangkan segala pahit-manis yang datang pada hidup, dan segala rasa yang mau-atau-tidak-dimau ada, adalah warna-warni yang akan berlalu dan berganti satu sama lainnya.
Maka, jelaslah sudah bahwa aku harus menjalani hari-hariku sebaik mungkin. Juga, menjalani peran kehidupan apapun yang dipunya, semaksimalnya. Bukan sebab berharap ucap manis atau pujian orang yang disekitar, atau menghindari cemooh mereka yang tak suka, tapi sebab mengharap ridha Allah saja, mengharap hidup yang barakah, dan juga; akhir hidup yang indah.
Ingat berita yang beberapa waktu lalu viral, tentang seorang ustadzah yang wafat saat membacakan kalamullah? Ketika seharusnya beliau membaca ayat ke enam dari Al Baqarah, tetapi nyatanya Allah gerakkan lisan beliau untuk membaca ayat ke 163 dari surat tersebut sebagai penutup usianya:
{ وَإِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰهࣱ وَ ٰحِدࣱۖ }
"Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa..."
Bukankah kematian beliau adalah kematian yang kita inginkan? Dan bukankah seseorang meninggal atas dasar kebiasaan hidup yg dimilikinya? Mari selalu positif, atas apapun yang Allah hadirkan dalam hidup kita. :)
"Ma, Ivan selingkuh," kata Sekar kepada mama Ivan ketika mereka berada di depan penjual ayam potong.
Mama Ivan sedikit terkejut dengan pernyataan Sekar. "Iya, mama tahu. Mereka sudah dua tahun. Dan kamu baru tahu sekarang?"
Sekar lebih terkejut lagi, "Jadi, mama mendukung mereka?"
"Mereka sudah dua tahun dan kamu baru tahu sekarang. Artinya selama dua tahun itu tidak ada perubahan dalam diri Ivan, kan?" mama Ivan sudah beralih ke tukang ikan.
Sepotong percakapan dari sebuah miniseri "Mendua" di Disney+ Hotstar. Sara tak sengaja melihatnya saat membuka Tiktok hendak mengunggah konten marketingnya. Sara yang kala itu memiliki issue pernikahan, menjadi makin takut menikah. Sungguh dunia menuju akhir, batinnya. Kehidupan gemerlap kota besar mampu untuk memberikan pola pikir yang makin edan kepada penghuninya.
Sara adalah seorang wanita yang berkesempatan mencicipi kehidupan di kota metropolitan itu. Berangkat sebelum subuh berkumandang. Pulang setelah isya berkumandang dua jam yang lalu. Berkutat seharian dengan usaha-usaha untuk pencapaian target yang diberikan oleh kantor. Hari libur pun, ia tetap berkutat dengannya. Kecuali saat cuti.
Bulan ini, Sara sengaja mengambil cuti lebih awal. Akhir tahun kemarin ia ditahan oleh atasan untuk pengerjaan proyek tambahan yang harus selesai sebelum terdengar terompet dibunyikan oleh seluruh masyarakat Jakarta saat pergantian jam dari 23.59 ke 00.00 dan angka dua menjadi angka tiga di belakang angka tahun. Sungguh melelahkan, bukan? Dan lelah itu dikompensasi dengan tambahan cuti di awal tahun. Sebuah kompensasi yang sepadan menurut Sara.
Tanggal 17. Hari kedua Sara cuti. Masih ada lima hari lagi sebelum ia berkutat dengan pekerjaan. Sara memandang langit biru dari dalam kamar kosnya di lantai teratas. Kamarnya hanya seukuran 3x3m dengan kamar mandi luar. Sara sudah mendiami kamar itu selama lima tahun. Sara suka dengan pemandangan langit yang bisa dia dapatkan tanpa harus bertemu banyak orang dan berhijab lengkap. Cukup dengan rebahan di atas kasur dan matanya menatap lurus ke atas. Suguhan alam dari Allah langsung ia dapatkan, cuma-cuma. Ia hanya perlu meluangkan waktu untuk menikmatinya.
"Ustadz, ada orang bilang. Selain agama, nggak ada yang salah atau benar. Semuanya tergantung pada apa yang ia alami di masa lalu, dan bagaimana ia melihat itu di masa kini. Bagaimana itu, ustadz?" tanya seorang kawan Sara di kajian Senin Malam.
Pertanyaan yang sama sempat mengganggu pikiran Sara beberapa tahun terakhir ini, tetapi ia tidak pernah terpikir untuk menanyakannya kepada ustadz yang menjadi pengisi kajiannya selama ini. Sara mengira, ya itu memang hak masing-masing orang untuk mengambil keputusan dalam pikirannya. Tetapi makin ke sini, Sara makin kebingungan dan terganggu. Sara dan kawannya adalah seorang muslim. Tetapi, mengapa tindak tanduk mereka seringkali berkiblat bukan pada ajaran Islam? Terlebih tontonan sekarang sudah mulai liar konsepnya. Ada kegundahan hati yang selalu bertabrakan dengan pola pikir yang mulai terbangun dengan situasi kota besar dan buku bacaan barat yang ia baca selama ini.
"Semua orang bisa memiliki persepsi berdasarkan apa yang ia lalui. Tetapi, jika kita adalah seorang muslim, kalamullah adalah sumber kebenaran absolut yang harus dan wajib kita jadikan acuan. Ketika kita sudah menjadikan dien sebagai cara pandang kita memandang hidup, maka cara berpikir yang kita gunakan akan relatif untuk absolut.
"Tapi... ketika kita mengambil cara pandang di luar dien kita, cara berpikir yang kita dapatkan akan menjadi absolut relatif. Maka tidak usah heran... akan lahir konsep produk berpikir manusia seperti feminisme, liberalisme, kapitalisme, dan materialisme.
"Addinun nassihah. Agama adalah nasihat," ucap ustadz tersebut mengakhiri jawaban. Jawaban yang menjadi tamparan bagi Sara pribadi.
Baru-baru ini viral di media sosial seorang qariah yang disawer oleh dua orang pemuda saat dirinya sedang mengisi acara Maulid Nabi Muhammad Saw.
Sang qariah merasa dirinya tidak dihargai, hanya saja pada saat yang sama di saat orang-orang tak beradab sedang menyawer, dirinya tidak bisa melakukan apapun lantaran dirinya sedang berada di hadapan kitabullah.
Kasus disawernya seorang qoriah tersebut jelas merupakan tindakan pelecehan yang amat bertentangan dengan adab saat mendengar Al-Quran. Pembacaan kitab suci telah disamakan dengan acara pesta musik norak yang penuh goyang senggol. Selain bentuk pelecehan juga tentu saja akan menodai kesakralan Al-Quran sebagai Kalamullah. Aktifitas ini jelas merupakan bentuk desakralisasi dan penghinaan terhadap kitab suci Al-Qur'an.
Aktifitas seperti ini tentu amat berbahaya karena umat akan semakin terjauhkan dari Al Qur'an. Mereka tidak akan menjadikannya sebagai sesuatu yang sakral yang berisi pedoman hidup, dan hasilnya kaum muslim akan hidup didalam aturan yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan bisa saja umat akan kembali ke sisi gelap jahiliah.
Paham sekularisme ini telah berhasil menjadikan umat tak lagi mementingkan agamanya. Apalagi paham kapitalis yang menilai kebahagiaan berdasarkan materi dan uang, seperti yang dicontohkan oleh dua pemuda yang menyawer qariah, bisa saja mereka berfikir bahwa saweran tersebut dianggap sebagai penghormatan. Dua pemuda itu mengira bahwa sang qariah bahagia mendapat saweran sebagaimana para biduan.
Kalau dibiarkan, hal nyeleneh ini tentu akan dianggap biasa. Mereka akan menganggap bahwa kitab suci bukan lagi hal yang harus disakralkan, namun hanya sebatas buku biasa.
*Al-Quran adalah Kitab Allah yang Harus Dimuliakan*
Al-Qur'an merupakan Kalamullah yang harus dihormati dan dimuliakan. Islam sendiri sebenarnya telah mengajarkan bagaimana baiknya seorang muslim bila didengarkan bacaan Al-Qur'an, yaitu dengan cara diam dan mendengarkannya dengan seksama.
Dan penghormatan terhadap Al-Qur'an tentu tidak cukup bila hanya diletakkan di rak teratas, menciumnya. Ataupun hanya menghafal dan membacanya saja. Namun juga mempelajari dan memahami isinya, juga mengaplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun selama umat masuk berada di lingkungan sekularisme dan kapitalisme, kaum muslim tidak akan bisa menghormati Al-Qur'an dengan sempurna. Tetapi justru malah terus-terusan dipengaruhi pikiran barat yang terus menggerus keimanan.
Umat membutuhkan Islam sebagai sistem kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk melindungi dan memuliakan Al-Qur'an.
Peringatan Nuzulul Quran, peristiwa turunnya Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW, jatuh pada malam ke-17 bulan Ramadhan.
Ini saat yang tepat untuk semakin mendekatkan diri kita pada kalamullah. Mari rayakan Nuzulul Quran dengan penuh berkah dan maknavi melalui tips berikut:
1. Perbanyak Interaksi dengan Al Quran
Mulailah khatam: Nuzulul Quran adalah momentum yang baik untuk mulai khatam Al Quran.…
30 Kisah Mempesona (Day 9-Maafkanlah, karena Lapangnya Hati Dimuai dari Kata Memaafkan)
By: Ustad Oemar Mita
Q.S. Asy-Syuara: 40 (“Siapapun yang memaafkan dan tetap berbuat baik, maka sesungguhnya pahalanya nanti diberikan secara langsung oleh Allah SWT”)
Rasulullah bersabda, “Kelak pada waktu Ketika manusia dikumpulkan di padang Mahsyar, maka sesungguhnya ada satu panggilan dan seruan dari para malaikat, “Mana orang-orang yang pahalanya nanti langsung diberikan oleh Allah”
Ketika ada malaikat yg menyeru dengan seruan sedahyat itu, maka yang menyambut dan merespon seruan itu bukan mereka yg sholat, bukan mereka yg haji dan bukan mereka yg bersedekah, melainkan orang yg mereka di dalam hidupnya pernah terluka, pernah tersakiti, tetapi dia memaafkan semata-mata karena Allah. Mereka akan menuju kepada satu tempat, di tempat itulah maka Allah memberikan pahala secara Istimewa kepada mereka, pahala yg sangat berharga kepada mereka secara langsung tanpa diwakilkan oleh para malaikat, menunjukkan betapa ridhinya Allah membersamai mereka yg mudah memaafkan.
Abdullah bin Ubay yg membenci Rasulullah
Abdullah bin Ubay adalah orang yg masuk Islam, namun hatinya tertinggal. Ia benci kepada Rasulullah dan ajaran yg dibawanya. Ia menfitnah Nabi pengecut, ia mengajak orang agar tidak lagi membantu Nabi, ia pernah memfitnah Aisyah RA berzina, ia juga yg mempropokasi agar orang munafik tidak mengikuti Perang Uhud. Kejahatannya kepada Nabi tidak terhitung, hingga Allah pun menurunkan Q.S. Anisa : 145 “Orang munafik itu berada di dalam kerak neraka yg paling dalam.” Kerak neraka itu akan tertutup dan tidak akan terbuka Kembali selama-lamanya.
Namun walaupun Abdullah bin Ubay begitu jahat kepada Nabi, Ketika Abdullah bin Ubay mati, Nabi tetap datang bertakziah kepada keluarga Abdullah bin Ubay. Begitulah, betapa bersihnya hati nabi, Nabi memaafkannya. Hingga Allah pun menurunkan Q.S. At-Taubah: 80 “Kamu memohonkan ampunan bagi mereka ataupun kamu tidak memohonkan ampunan untuk mereka sama saja. Kendati kamu wahai Muhammad memintakan ampunan 70 kali kepada mereka dan kepada Abdullah bin Ubay maka itupun tidak akan pernah diampuni oleh Allah. Itu disebabkan karena mereka kufur kepada Allah dan Rasul-Nya dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada mereka yg fasik.”
Dari turunnya ayat tersebut, Rasulullah tetap mengambil kesempatan mendoakan Abdullah bin Ubay, Rasulullah memintakan ampunan kepada Abdullah bin Ubay sebanyak 70 kali meski beliau tau bahwa Allah tidak akan mengampuni Abdullah bin Ubay. Betapa baiknya Rasulullah memberikan teladan dalam memaafkan.
Memaafkan bukan berbicara tentang orang lain, memaafkan adalah tentang diri kita sendiri. Memaafkan itu berdamai dengan diri sendiri.
Ibnu Taimiyah
Beliau pernah berselisih pendapat dengan Ibnu Makhluf. Ibnu Makhluf adalah orang yg berhasil menjebloskan Ibnu Taimiyah ke dalam penjara. Saat itu Ibnu Taimiyah dipenjara dengan saudaranya. Saat itu saudaranya mau mendoakan Ibnu Makhluf doa-doa yg buruk. Namun Ibnu Taimiyah melarang hal itu dan malah mendoakan kebaikan untuk Ibnu Makhluf.
Saat suatu hari Ibnu Makhluf meninggal dunia, maka bergembiralah murid Ibnu Taimiyah dan membawa kabar tersebut kepada Ibnu Taimiyah. Namun Ibnu Taimiyah menegur muridnya dan malah langsung datang bertakziah ke keluarga Ibnu Makhluf. Ia malah menyampaikan kepada keluarga Ibnu Makhluf bahwa ia yg akan mengganti kedudukan Ibnu Makhluf dan menjadi jaminan keluarganya apabila membutuhkan bantuan.
Imam Ahmad
Imam Ahmad pernah dijebloskan di penjara oleh Khalifah Al-Mu’tashim karena Imam Ahmad tidak menyetujui saat Al Qur’an disebut sebagai mahluk, karena sebenarnya Al-Qur’an itu adalah Kalamullah. Di penjara itu Imam Ahmad dicambuk dengan sangat keras.
Setelah beliau dikeluarkan dari penjara dan luka cambukannya mengering, beliau masih sering merasakan kesakitan di punggung bagian yg terkena cambukan tersebut. Akhirnya beliau menemui tabib untuk minta diobati. Ternyata penyebab sakit itu muncul karena saat luka cambukan itu dijahit oleh seorang tukang tenun di penjara, ia menambahkan daging di bagian yg dijahit dengan harapan daging tersebut dapat menyatu dengan tubuh. Mendengar hal tersebut, sang tabib menyarankan agar Imam Ahmad mau jika jahitan tersebut Kembali dibuka dan daging trsebut dibuang agar tidak membusuk dan menyebabkan kematian. Imam Ahmad pun menyetujuinya. Maka dilakukanlah pembedahan di punggung Imam Ahmad. Saat dilakukan pembedahan, sambil menahan sakitnya Imam Ahmad selalu mengucapkan doa ampunan kepada Allah untuk Al-Mu’tashim. Mendengar hal tersebut, maka sang tabib bertanya mengapa Imam Ahmad mendoakan kebaikan kepada Mu’tashim. Jawaban Imam Ahmad, bahwa karena Mu’tashim masih berasal dari keturunan Rasulullah. Imam Ahmad malu jika nanti di hari pengadilan dilihat oleh Rasulullah mengenai perkara tersebut.
Ternyata kekuatan iman Imam Ahmad lebih besar daripada rasa sakit yg ia rasakan.
Hasan Al-Basri
Menampung air rembesan dari kamar mandi tetangganya yg Nasrani selama 20 tahun namun ia tidak pernah protes. Ia memaafkan tetangganya dan selalu mendoakan kebaikan untuk saudaranya itu. Suatu hari saat Hasan Al-Basri sakit, ia dijenguk oleh tetangganya tersebut dan di saat itulah tetangganya baru tau bahwa kamar mandinya bocor dan merembes ke rumah Hasan Al-Basri. Mengetahui dan merasakan akhlak yg begitu baik dari Hasan Al-Basri inilah akhinya yg menyebabkan tetangganya itu masuk Islam.
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Berikut ini adalah tulisan lanjutan dari Abdul Wahab Ahmad mengenai Kalamullah Keluar Dari Mana?
Para Taymiyun gigih sekali menentang dan menyesatkan akidah Aswaja tetapi tidak paham betul akidah Aswaja itu bagaimana sehingga tanpa sadar mereka kerap mengutip pendapat ulama Aswaja untuk menyalahkan ajaran Aswaja sendiri. Ini blunder khas mereka.
Jadi, ada beberapa…
🌌 Surah Al-A'raf's guidance on faith, justice, and compassion transcends time. Dive into its verses to discover a reservoir of wisdom that remains eternally relevant. 📚🌟 #SurahAlAraf #TimelessGuidance #EternalWisdom
Nak, bersiaplah
Kamu memiliki misi besar untuk umat ini
Nak tenangkan dirimu
Fokus
Kuatkan hatimu
Isilah hari-harimu dengan firman Allah dan sabda Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wassalam
Isi pikiranmu dengan nama-nama para sahabat radhiyallahu 'anhum, dan para ulama shalaful ummah
Nak, semangatlah
Tak apa jika pernah terjatuh
Ampunan Allah begitu luas, sehingga tidak ada kata lain selain bangkit lagi
Nak, dengarkan
Kau tak akan mampu melakukan ini semua
Tanpa izin dari Allah ta'ala
Maka nak bertakwalah! kuatkan ketakwaanmu,
Jaga niat selalu
Ingat, yang kau cari bukanlah hal yang remeh :)
Bersabarlah, bersamai dirimu dengan kalamullah, majelis dzikr, dan orang-orang sholih
Nak, bersyukurlah, Allah telah memasukkan iman kedalam hatimu, dan menuntunmu sampai di titik ini
Maka, teruskan perjuanganmu, semangat, semoga Allah tolong selalu:)
Bagaimana mungkin akal manusia lebih diutamakan di atas kalamullah, sementara alam semesta dan seluruh isinya ini adalah ciptaan-Nya? Gempa saja tidak bisa diprediksi, mendarat ke planet lain saja manusia belum bisa, bahkan sekecil virus korona saja sudah membuat satu bumi gempar dan kelabakan, apalagi hendak merasa bahwa data-data dan analisa penelitian lebih dikedepankan dari kalamullah?
Al Qur'an merupakan kitab suci umat Islam dan merupakan sumber hukum penting dari kaum muslimin. Alqur'an adalah Kalamullah yang berisi hukum dan perintah untuk berperilaku dan moral, serta berisi filosofi agama Islam. Tentu akan menjadi persoalan yang besar ketika Alqur'an dilecehkan.
*Cara yang Tidak Tepat*
Video seorang qariah yang disawer oleh dua orang pemuda saat membaca Al Qur'an sudah viral di media sosial manapun.
Pasalnya menyawer seorang qariah merupakan tindakan yang tidak tercela serta tidak menghormati majelis. Bahkan perbuatan tersebut merupakan perilaku yang haram serta melanggar nilai kesopanan.
*Akibat Kehidupan Sekularisme*
Kejadian diatas merupakan tindakan yang bertolak belakang dengan adab mendengarkan Al Quran dan merupakan buah dari sistem sekularisme yang saat ini merambah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Perbuatan tersebut jelas merupakan tindak pelecehan terhadap kitab suci umat Islam dan seakan akan berusaha untuk menghilangkan nilai sakral nya.
Kehidupan sekular perlahan secara pasti ternyata sudah mengupas habis keimanan. Karena sekulerisme umat Islam tidak lagi peduli dengan agamanya.
Pola pikir kehidupan kapitalisme juga sudah merubah pemikiran umat. Dimana kebahagiaan hanya bisa didapat dengan harta.Semua perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan materi termasuk aksi sawer qori tersebut. Dua orang pemuda tadi mengira seorang qariah bisa bahagia dengan uang saweran yang diberikan sebagai bentuk penghormatan.
Jika hal ini dibiarkan, perbuatan tidak pantas ini akan menjadi hal yang lumrah dikalangan masyarakat. Mereka bisa menganggap Al Qur'an bukan lagi kitab yang sakral dan hanya sebatas buku biasa.
Tak hanya itu, masyarakat juga semakin menjauh dari petunjuk yang benar. Mereka tidak akan pernah menjadikannya sebagai sebuah pedoman hidup. Akibatnya umat Islam akan hidup dalam aturan non Islam dan bisa saja masa kelam jahiliyah akan terjadi lagi.
*Adab Mendengar Al Qur'an*
Allah SWT dan Rasulnya telah mengajarkan adab mendengar lantunan ayat suci Al Quran.
Rasullullah Saw bersabda:
"Barang siapa mendengarkan (dengan sungguh sungguh) ayat dari Al Qur'an, dituliskan baginya kebaikan yang berlipat ganda dan barang siapa yang membacanya adalah baginya cahaya di hari kiamat."(H.R Bukhari dan Imam Ahmad dari Abu Hurairah RA).
Dalam sabda diatas dijelaskan, bahwa Allah akan menganugerahkan rahmat nya kepada kaum muslimin, jika mereka menaati peraturan Allah dan menghayati isi Al Qur'an.
*Lingkungan yang Mendukung*
Kedekatan dengan Al Qur'an tak hanya dilakukan dengan cara meletakkannya di atas rak, menciumnya, mendengarkannya, dan membacanya saja.
Tapi kita juga harus memahami isinya dan mengamalkan nya juga. Karena Al Quran adalah petunjuk hidup yang benar.
*Khatimah*
Selama masyarakat masih memakai sistem sekularisme dan kapitalisme, maka kaum muslimin tidak bisa mengamalkan Al Qur'an dengan sempurna. Justru pikiran mereka akan terus dipengaruhi oleh pemikiran barat untuk merendahkan kitab suci umat islam hingga mereka jauh darinya.
Allah berikan kesempatan pelipur lara melalui kesempatan menuntut ilmu yang sangaaaaaaattttt luas.
Penjajahan atas tanah dan keluarga kita di Gaza, Palestina dan Baitul Maqdis, diawali dengan penjajahan pemikiran. Sambil terus berusaha meningkatkan keikhlasan, keimanan dan amal shalih, mari kita bebaskan diri dari penjajahan pemikiran dengan kembali ke solusi yang diberikan Allah melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pekan lalu kita telah belajar tentang Baitul Maqdis dengan mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengannya. Ahad pekan ini, dengan sepenuhnya mengharap kasih sayang dan barakah dari Allah, yuk, kita belajar tentang Baitul Maqdis melalui Hadits dan Sunnah dari manusia paling istimewa, Rasulullah ﷺ.
Episode kali ini merupakan salah satu episode favorit saya, bisa ditonton lengkapnya juga di youtube: Kajian Kesayangan. Saya copas postingan di akun instagram saya tadi malam ya, semoga bisa jadi penghangat dan penyemangat.
Membaca wa dan tulisan dari orang yang kita sayang saja sudah sangat menyenangkan kan? Apalagi membaca Kalamullah, surat cintanya Allah ar Rohmaan yang dititipkan melalui Rasulullah SAW, manusia paaaliiiing mulia kepada kita yang hina ini.
Ada bonus juga dari akun instagram favorit saya, ikhtiar untuk berpikir dan bersikap di tengah fitnah dan opini yang keruh sekeruh-keruhnya kekeruhan. Panduan keimanan di era disinformasi akhir zaman. Cek-cek lagi ke dalam diri. Terbiasa dengan yang instan-instan, yang pendek-pendek. Paksakanlah diri sabar untuk membaca, untuk sabar mendengar kajian yang utuh. Sehingga ketika berdiskusi tidak mudah panas, tidak berlomba mencari menang dan kalah. Semoga Allah AzzawaJalla meridhai.