Tumgik
#ilmu nahwu
bakulnahwu · 2 years
Text
PENJELASAN HURUF ATHOF IMMA إمَّا
PENJELASAN HURUF ATHOF IMMA إمَّا
HURUF ATHOF IMMA  إمَّا Huruf athof imma yang kedua mempunyai difaidah yang sama dengan huruf athof  أو yaitu ibahah,takhyiir,taqsim,ibham dan syak. contoh seperti ; 1.Ibahah. جالس إما الحسن وإما ابن سيرين 2.Takhyiir. خذ من مالي إما درهما وإما دينارا 3.Taqsim. الكلمة إما اسم وإما فعل وإما حرف 4.Ibham. وَآخَرُونَ مُرْجَوْنَ لِأَمْرِ اللَّهِ إِمَّا يُعَذِّبُهُمْ وَإِمَّا يَتُوبُ…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hidayatuna · 2 years
Text
Kitab Nahwu Yang Haram Dipelajari
Kitab Nahwu Yang Haram Dipelajari
HIDAYATUNA.COM – Sejak zaman dahulu selalu terjadi perdebatan antara pelajar tentang hukum mempelajari Mantiq dan Ilmu Kalam. Ada yang mengatakan 2 ilmu tersebut Haram ada yang mengatakan mubah, ada yang mengatakan Fardhu Kifayah bahkan Fardhu A’in. Saya akan headline yang mengatakan bahwa hukumnya adalah haram, biasanya pendapat ini di back up habis-habisan oleh para Wahabi diprakarsai oleh…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
musafirhayat · 15 days
Text
Karna Cinta
Tumblr media
Mudah bagi Allah untuk membolak-balikkan hatimu, sebab hatimu berada dalam genggamanNya. Kemarin Allah buat hatimu yakin, hari ini Allah buat hatimu ragu hingga akhirnya kamu tersadar bahwa kamu hanyalah seorang hamba yang lemah dan tak berdaya, tak memiliki kekuatan dan tak mampu untuk mengendalikan apa-apa.
Ya lihat saja hari ini kamu mencoba untuk menghilangi keraguan itu tapi alhasil nihil, tetap saja dalam keraguan. Kamu ga mampu padahal jelas sekali hatimu ada di dalam dirimu.
Dauroh kedua kalinya yang aku ikuti, kali ini muqadimahnya berbeda dengan dauroh yang pertama. Kalau yang pertama Allah buat diri ini kecewa dulu, sedangkan yang sekarang Allah buat diri ini ragu.
Setelah terlelap dari malam yang sunyi, mata ini terfokuskan pada pesan pemberitahuan " pendaftaran dauroh nahwu sufi ". Maddah yang ku angan-angankan keindahannya, yang sempat terbesit dalam benakku ketika dimajelis dauroh pertama.
Di dauroh tafsir (dauroh pertama), maulana sempat menspill tentang indahnya nahwu sufi. Namun yang terucapkan oleh beliau adalah setelah dauroh ini khatam, dauroh balaghoh. Terbesit dalam diri ini ' kayaknya indah banget kalau dimulai dari nahwu ' (sesuai dengan tahapan ilmu alat). Sampai malam itu tiba, perasaan bahagia pasti, seneng dan exited. Perasaan ingin ikut serta datang, tapi disaat itu juga rasa takut dan khawatir akan ujian hinggap. Dan qadarullah paginya ( H-2 dauroh ) Allah buat hati ini yakin ' ayu berangkat bismillah, ini yang terbaik '.
Esoknya H-1 keberangkatan Allah hadirkan keraguan dalam hati ' serius berangkat kah? ujian dikit lagi, belum ada persiapan apapun, mau jawab apa nanti pas ujian ??, yakin bisa mempersiapkan ujian dengan baik disana ' beribu pertanyaan datang menyerbu, padahal tiket udah di beli.
Hingga tiba hari keberangkatan, paginya aku menyempatkan untuk ziarah ke imam husein. Menenangkan akal yang masih dihinggapi segala keraguan. Sampai akhirnya benar-benar tersadarkan ' aku ga mampu apa apa ya rabb, bahkan untuk menghilangkan keraguan yang ada didalam hati ini aku ga mampu '. Dan dari kesadaran itu diri ini tergerakan untuk tetap memilih berangkat.
Dan dari sini pula ku sadari bahwa ini semua terjadi atas dan karna cinta-Nya terhadap hamba yang hina ini. Karna cinta-Nya Allah menggerakan hati, ruh dan jasad ini untuk tetap pergi bertemu muroby.
Ujian di depan mata, tapi diri ini malah memilih untuk pergi dan bersuhbah dengan muroby. Aku tidak meninggalkan ujian malahkan memilih untuk mempersiapkan dengan sebaik-baiknya.
yarabb semoga Allah mudahkan hajat kami di dunia dan di akhirat aamiin allahumma aamiin.
Iskndariyyah, 11 syawal 1445 H.
3 notes · View notes
ipi25 · 2 months
Text
seni mengakui kebodohan.
di azhar, kamu akan paham jika di langit masih ada langit. ada human human masyaAllah di bidang tertentu.
n aku mengakui, sebelajar apapun aku, aku tau aku baru belajar n paham ya di azhar. sedangkan org lain mungkin sudah hebat sejak di Indonesia.
jadi aku sangat mengakui aku bodoh.
kyk sometimes aku emg bisa, tapi semuanya ga ada yg bener2 kepegang, ilmu aku kayak gado gado aja gtu, saking tiap hari kyk hari ini fiqh, terus mantiq, terus ushul fiqih, trus quran, trus nahwu. semua dalam satu waktu bener bener gado gado wkwkkwkw.
akhirnya, yaa dgn kenyataan aku yg kyk gini, bukan suatu hal yg buruk ketika aku bilang "laa adri, laa a'rif". aku gatau.
klo ngomong laa adri di depan syekh syahawi selalu ngingetin aku cerita imam malik yg laa adri itu, dan syekh ga akan marah klo itu pembahasan yg blm dipelajari, krna beliau cm mau ngetes aja kadang biar ilmu thalib tersebut lebih duaqiq ketika memahami masalah. (keren jg klo dipikir2 metode pengajaran beliau, biar thalib ga merasa cukup dgn pemahaman yg thalib punya, jadi ditanya terus sampe thalibnya ngerasa bodoh)
n hari ini jg, aku cukup pasrah ketika ustadzah ngetes murojaah quran aku yg cukup semrawut jg.
akhirnya ketika aku ga bisa lanjutin ayat, ya udh aku bilang laa arif wkwkkw
eh ternyata secara ga langsung malah diapresiasi kyk "mending kyk gitu (diar) pas gatau ya udh bilang gatau, kyk klo ga murojaah ya bilang ga murojaah " asbab wurud knp ustadzah bilang gtu adalah krna biasanya org klo ga tau diem dulu lamaaa, krna mikir, i think mikirnya mereka adalah bentuk usaha juga yoo, cm tabiat org mesir tuh emg sat set kyk pingin dijawab cepet gtu, akhirnya yoo gtu wkwkwk.
ya gtu sekiam.
4 notes · View notes
Text
Dunia Pesantren Salafiyah
Tumblr media
Dunia Pesantren Salafiyah adalah sebuah blog yang membahas tentang dunia pesantren salafiyah di Indonesia. Blog ini menyajikan berbagai informasi tentang pesantren salafiyah, mulai dari sejarah, kurikulum, hingga kisah-kisah inspiratif dari para santri.
Blog ini didirikan oleh Pondok Pesantren Manbaul Huda pada tahun 2015. Pondok Pesantren Manbaul Huda merupakan Salah satu pesantren salafiyah yang ada di Jawa Timur.
Blog Dunia Pesantren Salafiyah memiliki berbagai kategori yang dapat dipilih oleh pembaca, yaitu:
Fiqih : membahas tentang berbagai hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, dan lainnya.
Aqidah : membahas tentang dasar-dasar keimanan Islam, seperti tauhid, iman kepada Allah, iman kepada malaikat, dan iman kepada hari akhir.
Syariat : membahas tentang berbagai hukum Islam seperti akhlaq, tasawuf dan lainnya.
Nahwu Shorof : membahas tentang tata bahasa Arab, yang meliputi nahwu (tentang kata) dan shorof (tentang perubahan kata).
Tajwid : membahas tentang ilmu tajwid, yang merupakan ilmu tentang cara membaca Al-Qur'an dengan benar dan fasih.
Kisah : membahas tentang kisah-kisah dari para Nabi, Sahabat, ulama, tabiin, dan lainnya.
Mp3 : berisi tentang audio ceramah, sholawat, dan bacaan Al-Qur'an.
Artikel Islami : berisi tentang berbagai artikel yang berkaitan dengan agama Islam, seperti artikel tentang fiqih harian, aqidah, syariat, dan lain-lain.
Blog Dunia Pesantren Salafiyah telah dikunjungi oleh lebih dari 1 juta orang sejak didirikan. Blog ini juga telah mendapatkan berbagai penghargaan, seperti penghargaan "Blog Islami Terbaik" dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.
Blog Dunia Pesantren Salafiyah merupakan sumber informasi yang bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mempelajari tentang dunia pesantren salafiyah. Blog ini juga dapat menjadi inspirasi bagi para santri untuk terus belajar dan berprestasi.
Kunjungi blog kami di : https://duniapesantrensalafiyah.blogspot.com
2 notes · View notes
taufiq-2022 · 1 year
Text
Pergi Ke Pameran Buku; Harus Tahu Ini !
Segala puji bagi Allah ﷻ tuhan semesta alam yang telah memberikan kita berbagai macam rahmat dan hidayahnya, shalawat berselimutkan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada sang panutan alam Nabi Muhammad ﷺ yang telah mewariskan berbagai jenis ilmu kepada umatnya sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua di dunia maupun akhirat. Pada tulisan kali ini penulis hanya ingin berbagi sedikit pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan dunia perpustakaan dan buku- buku turast (klasik), terlebih sekarang dengan adanya acara Cairo International Book Fair 2023 (CIBF) yang mana merupakan salah satu ajang pameran buku tahunan terbesar kedua didunia yang diselenggarakan di Mesir dan diramaikan oleh perpustakaan-perpustakaan dari berbagai negara dengan menyajikan berbagai jenis buku dari mulai buku turast hingga kontemporer. Berbicara tentang Mesir maka dapat dipastikan tidak akan pernah lepas dari sejarah, budaya dan karya-karya ilmunya yang terbentang luas bak samudera, semua ini tidak lain ialah merupakan hasil dari perjuangan dan ijtihad orang-orang terdahulu yang telah turun temurun hingga saat ini. Lantas alasan apalagi yang membuat kita tidak bersyukur atas semua nikmat ini ? ada pepatah bijak mengatakan “Zaman sekarang itu berbagai ilmu sudah dikumpulkan, buku-buku telah dicetak, maka tidak ada alasan lagi untuk malas belajar kemudian tenggelam dalam kebodohan.” ya memang benar segala sesuatu itu kembali kepada diri masing-masing individu, tetapi setidaknya wasilah atau fasilitas belajar yang tersedia di zaman sekarang memang sudah jauh lebih lengkap jikalau dibandingkan dengan zaman dulu, semoga kita semua termasuk orang-orang yang selalu semangat dalam belajar dan haus akan ilmu pengetahuan.
Sampai sini dapat dipahami bahwa acara pameran buku ini merupakan salah satu kesempatan emas yang harus digunakan sebaik mungkin oleh para penuntut ilmu, disamping persediaan buku di pameran ini lebih lengkap, dijual dengan harga yang terjangkau bahkan tak jarang buku-buku tersebut dibagikan secara gratis dan yang lebih utamanya, pameran ini menjadi kesempatan untuk mengenal lebih jauh tentang dunia perpustakaan, namun dibalik semua itu ada beberapa hal yang perlu diketahui dan difahami secara benar oleh seorang penuntut ilmu agar lebih mantap serta lebih matang dalam memahami peta perpustakaan turast maupun kontemporer serta bagaimana cara memilih kitab yang muktamad, diantaranya :
• Apa perbedaan antara buku muthala’ah dan buku ta’allum ?
Buku muthalaah yang dimaksud disini ialah buku bacaan yang dikonsumsi sebagai penambah wawasan saja tetapi tidak diharuskan membacanya secara takrar (mengulang-ulang) serta tidak memilik manhaj secara khusus untuk tahapan membacanya, contohnya seperti kitab Qiimatuzzaman, Shafahat-min shabril ‘ulama dsb.
Sedangkan buku ta’allum ialah buku yang bacaan yang berguna untuk membangun malakah atau pondasi keilmuan seseorang dan diharuskan membacanya membacanya secara takrar serta memiliki manhaj khusus untuk tahapan membacanya baik itu ilmu maqashid ataupun ilmu alat, contohnya membangun tahapan dalam belajar fiqh, bagaimana berlogika dalam mantiq, gramatika dalam nahwu, retorika dalam balaghah atau bidang spesialis tertentu yang mana semua ilmu tersebut memilik kitab dan manhaj khusus dalam tahap mempelajarinya.
• Apa saja pembagian jenis titik fokus berbagai model perpustakaan ?
Pertama; perpustakaan yang hanya mempunyai titik fokus meraup keuntungan dan berbisnis atau bisa disebut dengan model perpustakaan tijariy.
Kedua; perpustakaan yang mempunyai titik fokus penyebaran paham yang diamini baik dalam segi fiqh, aqidah dsb yang demikian rupa biasa disebut dengan model perpustakaan madzhabiy.
Ketiga; perpustakaan yang mempunyai titik fokus syiar, dakwah dan penyebaran otentikasi ilmu dsb kemudian yang seperti ini biasa disebut model perpustakaan ilmiy dan tentunya model ini adalah model yang paling recommended untuk dikunjungi karena ia lebih mementingkan ilmu itu sendiri dibandingkan yang lainnya.
• Apa perbedaan antara matan, syarah dan hasyiyah ?
Matan ialah semacam ringkasan suatu bidang ilmu tertentu untuk memudahkan seseorang dalam mengahafal.
Syarah ialah semacam penjelasan atau komentar terhadap matan tertentu, biasanya dijelaskan secara menyeluruh perkata yang terdapat pada matan.
Hasyiyah ialah komentar terhadap matan atau syarah, terkadang penulis hanya mengomentari atau menjelaskan beberapa kata atau kalimat yang menurut penulis kurang tepat maupun kurang jelas.
Selain itu ada juga yang namanya taqrirat ; yaitu semacam konklusi atau penjelasan singkat sebagai point penting dari ketiga unsur diatas.
• Apa itu tahkik ?
Secara KBBI, yang dimaksud tahkik ialah penetapan kebenaran dengan bukti. Sedangkan secara kaidah filologi ialah proses penelitian pada sebuah naskah manuskrip (makhthuthah), guna menerbitkannya kedalam percetakan secara amanah dan teliti serta keakuratan diksi serta redaksi berdasarkan data yang dimiliki oleh penulis.
• Bagaimana cara memilih kitab yang recommended ?
Tips untuk memilih kitab turast ialah dengan memperhatikan beberapa hal dibawah ini :
1.Siapa penulisnya
2.Siapa pentahkiknya
3.Apa penerbitnya
4.Fotokopi manuskrip
5.Taqridz (testimony) ulama, jika ada
Sedangkan tips untuk memilih kitab kontemporer ialah hampir sama dengan yang sebelumnya, hanya saja lebih memperhatikan penulis dan biografinya, terpercaya, terkenal dsb dan biasanya agar meminta rekomendasi dari guru ataupun senior.
• Apa buku prioritas bagi pemula ?
1.Buku-buku keazharan; a).Al-Azhar Jami’an wa Jami’atan, b).Al-azhar fi Alfi ‘Amm, c).Al-Azhar Nasy’atuhu wa Dauruhu, 4).Al-Madrasah Al-Azhariyyah
2.Buku-buku kisah ulama; a).Shafahat min Shabri Al-Ulama, b).Qimatu Az-Zaman, c).Masyahid Al-jalal
3.Buku-buku etika murid; a).Ta’lim Al-muta’allim, b).Tadzkirat As-Sami’
4.Buku-buku penunjang sesuai takhasus-nya
5.Buku-buku mubtadi’ dalam ilmu alat dan maqashid.
Demikianlah beberapa hal yang perlu diketahui seseorang penuntut ilmu agar lebih mantap dalam memahami peta perpustakaan turast maupun kontemporer serta memahami bagaimana cara memilih kitab yang muktamad, sebagai penutup dari tulisan ini penulis akan menyampaikan dua kisah menarik dari para ulama; yang pertama kisah ulama yang bernama Abu Bakr Ahmad bin Aliy yang terkenal dengan panggilan “Khatib Bagdadiy” beliau merupakan seorang ulama ahli hadist dan sejarawan yang berasal dari kota Baghdad,Iraq, lahir pada tahun 392 H kemudian wafat pada tahun 463 H, disebutkan oleh Imam Dzahabiy didalam kitabnya yang berjudul “Tadzkiratul Al-Huffadz” bahwa ia berkata“ Ketika beliau (Khatib Baghdadiy) berjalan atau bepergian maka ditanganya ada buku yang sedang dibaca olehnya.”. Selanjutnya ada juga satu kisah dari seorang ulama yang bernama Habib Abdullah bin Umar bin Yahya Ba’lawiy beliau merupakan seorang ulama yang berasal dari Hadramaut, Yaman, wafat pada tahun 1265 H, disebutkan oleh Al-Allamah Muhammad Ahmad Umar Asy-Syathiriy didalam salah satu risalahnya bahwa ia berkata “ Saya teringat kisah beliau pada saat malam pertama dihari pernikahannya, Pada saat tengah malam beliaupun memasuki kamar pengantinnya, lantas sang istripun berdandan dan berhias agar terlihat cantik nan mempesona, setelah masuk ke dalam kamarnya kemudian beliau menemukan buku yang berjudul “Al-Irsyad” milik Syekh bin Al-Muqriy Al-Yamaniy, kemudian ketika sang istri telah siap dan selesai berdandan, akan tetapi uniknya beliau tetap tidak menghiraukannya tetapi malah asyik larut membaca buku tersebut beberapa jam sampai adzan shubuh tiba,hingga sang istripun tertidur lelap, dan beliau sama sekali tidak menghiraukan istrinya ketika malam tersebut karena menurutnya sibuk dengan ilmu itu lebih penting dari pada sibuk dengan seorang pengantin.” Dari kedua cerita diatas kita mengetahui bahwa rasa cinta dan perjuangan para ulama terdahulu dalam menuntut ilmu begitu besar dan sangat layak untuk kita jadikan motivasi agar kita dapat lebih giat serta semangat dalam belajar. Aamin yarabbal ‘alamin
6.Buku-buku peningkat bahasa; a).Maqamat Al-Hariri, b).Karya-karya Syeikh Thaha Hussein dan Muhammad Al-Ghazali
Sumber: Seminar Rihlah Ma’ridh PMIK With Al-ustadz Rizky Andrian, Qiimatu Az-Zaman Karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah
Tumblr media
3 notes · View notes
aibaihaqy · 2 years
Text
Dari Harakat kita Belajar untuk Terus Bergerak
Pada hakikatnya, keberadaan kita di peradaban dunia ini adalah sedang bergerak. Kita sedang ber-harakah.
Kita bergerak sambil belajar tentang makna dari pergerakan itu sendiri. Belajar ber-harakah seperti layaknya kita belajar harakat yang saat kecil dulu kita pelajari bersama dengan huruf hijaiyah. Tertatih, namun terarah. Terbata-bata bisa, namun akhirnya bisa. Tapi memang begitulah prosesnya.
Bergerak, atau ber-harakah bisa kita pelajari dari harakat. Ada harakat fathah, kasrah, dan dhammah. Ada juga yang disebut dengan sukun.
Belajar dari Fathah
“Fathah” berasal kata berarti “fataha” yang berarti “buka” atau “menang”. Dengan bergerak, maka segala kemungkinan akan terbuka. Dibandingkan hanya diam berdiam diri. Bergerak juga yang akan membuka peluang kemenangan dan kejayaan itu.
Dalam kaidah bahasa Arab atau ilmu nahwu, fathah masuk dalam kategori “nashab”. Asal maknanya: “berbagi”. Karena memang dalam bergerak ada pekerjaan yang dibagi-bagi. Ada pembagian peran untuk masing-masing individu. Ada jobdesc. Ada yang berperan sebagai leader dan follower. Ada pembagian posisi.
Uniknya, jika huruf “haa” yang diberi fathah, seolah akan berbunyi: “hahaha”. Seperti orang tertawa, orang yang senang. Karena mereka yang merasakan kenikmatan dalam bergerak, seolah tak ada rasa sedih di hati mereka. Mereka disibukkan dalam hal-hal baik. Tetap tegar, dan tetap bahagia. Juga posisi fathah terletak di atas huruf. Mengajarkan kepada kita jika dalam bergerak ada seorang leader yang memberi arahan. Sedangkan kasrah ada di bawah, menandakan adanya follower.
Belajar dari Kasrah
Kemudian, ada kasrah. Asal maknanya “memecah”. Kita percaya, jika terus bergerak, segala kerumitan masalah akan terurai dan terpecahkan. Banyaknya persoalan, rumitnya polemik, serta kebingungan yang dihadapi akan terbongkar jika kita selalu bergerak. 
Kasrah dalam ilmu nahwu masuk kategori “hafdh”. Arti sederhananya: “rendah”. Dalam bergerak, harus tetap rendah hati. Juga dampak dari bergeraknya kita harus dirasakan oleh seluruh kalangan, rakyat kecil, sampai golongan terbawah sekali pun. Dan dalam bergerak, memang harus ada yang berperan di bawah secara struktural, namun keberadaannya tetap strategis. Bukan tentang besar-kecil atau atas-bawahnya peran, tapi tentang bagaimana ikhlas dan memaksimalkan peran.
Belajar dari Dhammah
Berikutnya adalah dhammah. Beberapa akar katanya berarti “berkumpul”, “menanggung” dsbnya. Denagn berkumpul, beban-beban dalam bergerak akan terasa ringan jika dikerjakan bersama. Ada team work. Ada amal jama’i. Dengan bersama-sama, maka akan saling menanggung. Ber-takaful. Berbagi beban, berbagi amanah.
Dalam ilmu nahwu “dhammah” ada di kategori “raf’a” yang artinya “mengangkat”. Dalam bergerak, kualitas diri akan lebih berkembang seiring persoalan yang kita hadapi. Mengangkat juga berarti berupaya menaikkan derajat diri untuk mencari keridhoan Allah. Juga agar Allah makin membersamai kita.
Belajar dari Sukun
Ada satu harakat yang kadang tidak masuk kategori harakat, yaitu sukun. Karena artinya kontradiktif, yaitu “diam”. Jika ada huruf yang terkena sukun, maka dia akan mati. Tidak bervokal. Apalagi jika terkena hukum idgham–akan lenyap. Sukun ada dalam kategori “hadzf”. Dalam ilmu nahwu. Artinya “buang”. Kalau diam, tidak bergerak, maka tersingkir dan hilang.
Maka tetaplah bergerak. Tetaplah ber-harakah. Sebagai apapun atau tidak sebagai apapun. Dengan atau tidak dengan jabatan. Suka maupun duka. Kalau tidak, maka akan tersingkirkan. 
Wallahu a’lam
13 notes · View notes
alirhomadoni · 2 years
Text
Kakek Nabi Muhammad
Tumblr media
Ada sebuah nadhoman untuk menghafal nasab nabi dengan bahasa sunda di link : https://www.youtube.com/watch?v=kv8GuTvudDY. Di situ dinadhomkan bahwasanya Abdulloh putra Mutholib, Mutholib putrana Hasyim. Apakah Kakek Nabi Muhammad bernama Mutholib, atau berlaqob Mutholib ? 
Jawabanya tentu saja “Kurang Tepat”. Kakek Nabi Muhammad bernama Syaibah Al Hamdi dan memiliki laqob (julukan) Abdul Mutholib. Syekh Nawawi Banten menceritakan dalam kitab Syarh Barzanji - Madariju Su’ud, bahwa Kakek Nabi Muhammad ketika dilahirkan dengan keadaan telah memiliki sehelai rambut yang beruban, oleh karena itu diberi nama Syaibah yang berati Orang yang Mempunyai Uban. Diberi gelar Al - Hamdi karena tingkah lakunya yang sangat terpui (Al Barzanji - Rowi 2). 
Kenapa bisa diberi julukan Abdul Mutholib?
Kakek Nabi Muhammad ketika masih kecil sering diajak pamannya yang bernama Mutholib untuk berdagang. Ketika Mutholib dan Syaibah kecil datang dari madinah memasuki Mekah, Syaibah Kecil Memancarkan Nur Rosulullah SAW sehingga membuatnya bercahaya dan menarik perhatian penduduk Mekah untuk mendatangi Mutholib dan Syaibah. Penduduk Mekah bertanya kepada Mutholib “Siapakah sayyid dari budak yang bersama engkau, yang memancarkan cahaya?” Kemudian Mutholib Menjawab “Hadza Abdii (ini adalah budak ku “. Semenjak itu Syaibah dijuluki Abdul Mutholib (Budaknya Mutholib)
Tumblr media
Lalu, Apakah pengarang Syair/Nadhoman tersebut salah ?
Pengarang syair tersebut Tidak Salah. Alasanya ada 2 :
Yang pertama, darurat syair/nadhom 
Yang Kedua, anggap saja syair tersebut mengikuti kaidah dalam bahasa arab. Di dalam bahasa arab membuang kata sandaran (mudhof) itu sudah biasa. Kalimat جاء زيد masih memungkinkan makna جاء أبو زيد atau جاء كتاب زيد. Karena kebiasaan membuang mudhof dalam bahasa arab inilah yang memunculkan adanya bab “Taukid” dalam ilmu nahwu (Lihat Syarh Kafrawi Bab Taukid)
2 notes · View notes
tenminutes · 2 years
Text
Kitab "Rasāil fī I'jāzil Qur'an"
Mengulas kitab yang ditulis oleh para ulama dahulu jauh lebih rumit ketimbang kitab ulama akhir-akhir ini. Sebelum masuk soal itu, dikatakan ulama mutaqaddimin itu ketika tahun wafatnya kurang dari 650 Hijriyah. Adapun selebihnya ia dikatakan mutakhirin.
Jikalau untuk menelaah kitab ulama mutakhirin dibutuhkan disiplin ilmu nahwu, mantik, dan balaghoh, namun untuk memahami kitab-kitab yang ditulis oleh ulama mutaqaddimin lebih dari sekedar itu. Untuk paham kitab tadi seseorang diharuskan memiliki kemampuan yang memadai sesuai disiplin ilmu kitab tersebut.
Misal nih, kitab yang kuanggap babon, yaitu kitab Tsalātsah Rasāil fī I'jāzil-Qur'ān. Sebuah kitab turats yang menghimpun tiga tulisan pendek 3 ulama besar dalam khazanah Islam. Mereka adalah Imam Khattabi, Imam Abdul Qahir Al Jurjani, dan Imam Ar Rummani. Tulisan pendek menurut mereka tapi begitu panjang dibaca dan dipahami menurut kita.
Di dalam kitab tersebut mereka semua membahas tentang sisi kemukjizatan Al-Qur'an. Imam Khattabi misalnya, ulama pakar sastra, bahasa, dan hadis itu menuliskan sebuah risalah tentang mu'jizat Al Qur'an dengan judul, "Bayan fī I'jāzil-Qur'ān". Yang kedua, Imam Ar Rummani, ulama pakar nahwu, teologi, dan penganut mu'tazilah tersebut juga datang dengan karyanya, "Nukat fi I'jāzil Qur'an". Dan kitab Rasāil tadi ditutup dengan tulisan Imam pencetus ilmu balaghah, Abdul Qahir Al-Jurjani. Beliau datang dengan tulisannya "Ar-Risālah Asy-Syāfiyah fil-I'jāz".
Dan ketiga tulisan yang dihimpun dalam satu kitab tersebut di dalamnya banyak sekali dijumpai istilah-istilah dalam disiplin ilmu balaghah. Dari kata majaz, ittisā', balīgh, dan banyak kata-kata lain yang menurut pakar balaghah Dr. Ibrahim Hudhud tidak sekedar membutuhkan kamus, tapi juga arahan dari guru yang memiliki keahlian khusus dalam disiplin itu.
Disini saya sedikit nyerah. Bukan menyerah untuk berusaha, tapi nyerah mengangkat tangan, mengakui bahwa keahlian ulama-ulama terdahulu itu di atas rata-rata. Bagaimana tidak, di zaman ini banyak dari kita yang masih mendebatkan soal keabsahan atau tidaknya majaz dalam Al-Qur'an, tapi beratus yang tahun lalu sudah dibahas lebih jauh dari itu. Mereka fokus membahas sisi mana Al-Qur'an itu dikatakan mukjizat, baik bahasanya, maknanya, keteraturannya, hikmahnya, dan lain-lain.
Kata Dr. Ibrahim Hudhud bahwa siapapun yang menolak majaz dan takwil itu golongan orang tidak tahu, harus dan sangat harus untuk terus belajar dengan guru.
Nah itu lah sedikit obrolan ringan soal kitab Rasāil fi I'jāzil Qur'an. Intinya kitab itu adalah kitab turats yang sukar dipahami kecuali si pembaca memiliki disiplin ilmu balaghah yng mencukupi dan harus dibimbing khusus oleh pakarnya.
Wallahu a'lam bish-shawāb.
Dan kami kembalikan kepada pemilik ilmu, Allah subhanallah wa taala Yang Maha Mengetahui.
2 notes · View notes
mulyatin1089 · 2 years
Text
Ruhani
Tumblr media
#buku Tata Bahasa Ruhani نحو القلوب Penulis Imam AL-Qusyairi Ukuran 14 × 21 Cm Tebal 232 Halaman (BW) Berat 220 Gram Sampul Soft Cover ISBN 978-623-7327-74-5 Penerbit @turos_pustaka Cetakan Pertama, Agustus 2022 Agen Reseller @mulyatin1089 물야띤 ملیت Harga Rp75Ribu
Sinopsis Pandangan Sufistik tentang Tata Bahasa Kalbu Menggali Makna Spiritual yang Tersembunyi dalam Kaidah Bahasa Arab Kitab ini mengungkap Kandungan #Tasawuf dibalik Tatanan Gramatikal Bahasa Arab Yang sekaligus membuktikan bahwa Bahasa Arab memiliki sebuah Aturan yang sangat ketat & sistematis sehingga Layak menjadi Bahasa AL-Qur'an Kitab ini ditulis oleh Imam Qusyairi dengan Gaya yang sangat Unik Beliau mengelaborasi antara Kajian Tasawuf & Tata Bahasa Arab Inilah Buku Tasawuf Made Easy Cara mudah memahami Tasawuf memakai Logika Ilmu Nahwu
wa.me/+6289637664260 https://t.me/Mulyatin1089 https://www.facebook.com/muliyatin1089 https://instagram.com/mulyatin10 https://mobile.twitter.com/Mulyatin1089 https://lummoshop.com/bukumewarnai1 https://lynk.id/Mulyatin https://linktr.ee/Mulyatin mulyatin1089.tumblr.com https://linkedin.com/in/mba-mulyatin-953508165 https://pinterest.com/Mulyatin https://tiktok.com/@user97820702 https://open.spotify.com/user/31qho5qkjb6m6spdn5bawwhpgwyy https://www.wattpad.com/MulMulyatin https://youtu.be/g1g1p1JNMAU mulyatin1089.blogspot.com #Korea #BliBli #BTS #Shopee #KPop #Lazada #BanggaBuatanIndonesia #RedVelvet #Bookstagram #WaliPustaka #Hangeul #BookLover #Tokopedia #BlackPink #Bukalapak #KDrama #Amazon #NCTDream #GoodReadsWithAView #TurosPustaka
3 notes · View notes
bakulnahwu · 2 years
Text
PENJELASAN HURUF ATHOF أم MUTTASHILAH & MUNQOTHI'AH
PENJELASAN HURUF ATHOF أم MUTTASHILAH & MUNQOTHI’AH
HURUF ATHOF AM أمْ Alhamdulillah kita sudah menginjak pembahasan selanjutnya masalah huruf athof,tepatnya huruf athof  ‘am. Huruf athof kali ini mungkin akan sangat panjang pembahasannya oleh karena itu temen-temen jangan bosan untuk menyimak ya.. yuk kita mulai saja bahasannya !!!! Huruf athof  أمْ ada dua jenis yaitu ; a.Am muttashilah. b.Am munqothi’ah/munfashilah. DEFINISI أم…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
nurulhade-blog · 2 years
Text
Pandangan hidup muslim : Sang Pembelajar Al Qur’an
Dalam belajar kita pasti akan lebih semangat selama prosesnya jika mengetahui apa fungsi/tujuan kita belajar. Itu juga yg perlu kita terapkan dalam mempelajari Al Qur'an. Allah menurunkan Al Qur'an sebagai petunjuk hidup manusia, huudan linnas. “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa…”
Hidayah adalah perkara yg paling penting dan kebutuhan yg paling besar dalam hidup manusia. Hidayah adalah sebab utama keselamatan dan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Sehingga, barangsiapa yang dimudahkan oleh Allah SWT untuk meraihnya, maka sungguh dia telah meraih keberuntungan yang besar dan tidak akan ada seorangpun yang mampu mencelakakannya. Kita semua pasti menginginkan bisa sampai ke level ini, mendapatkan hidayah Allah melalui Al Qur'an, maka dalam prosesnya kita diminta oleh Allah untuk senantiasa belajar dan menggunakan akal dan hati kita agar fungsi Al Qur'an ini bisa maksimal terealisasikan dalam kehidupan. Oleh karena itu kita tidak akan bisa mencapai titik hidayah Al Qur’an sebelum melalui proses belajar dan  mengajar. "Sebaik-baik kamu adalah yg belajar Al Qur'an dan mengajarkannya." Begitu ucap Rasulullah, Sebaik-baik aktivitas ialah belajar dan mengajarkan Al Qur’an dan sebaik-baik orang ialah orang yg belajar dan mengajarkan Al Qur’an. Dan tujuan akhir dari pembelajaran ini ialah semata-mata untuk mendapatkan hidayah. Pembelajaran yg kita lakukan ini juga merupakan wasilah-wasilah agar mendapatkan hidayah Al Qur’an. Sehingga seorang pembelajar sejati itu tidak akan pernah puas atas suatu pencapaian yg ia dapatkan meskipun dalam prosesnya akan selalu ada hambatan. Orang-orang beriman ialah orang yg akan selalu diganggu dengan upaya-upaya pengalihan Al Qur’an, hal ini sudah terjadi sejak zaman turunnya Al Qur’an, orang-orang kafir berkata “Jangan kalian mendengarkan al qur’an, dan bermain-mainlah dan lakukanlah hal-hal yg melalaikan kalian niscaya akan mendapatkan kemenangan”. Jika bisa kita ambil pelajaran dari fenomena zaman sekarang, ada orang-orang yang berinvestasi di dunia hiburan agar kaum muslimin terlena dari jalan Allah, kemudian lupa dan jauh dari Al Qur’an. Music Industry dan Movie Indusrty sengaja dibuat untuk mengisi waktu luang kita yg akhirnya membuat kita selalu tersibukkan. Padahal jika kita mau berintropeksi, banyak orang-orang yang meninggalnya suulkhotimah memohon untuk diberi waktu lagi sebentar saja untuk sekedar bertobat. Walaupun apa daya, jika ajal telah menjemput tidak ada yg bisa menunda kedatangannya meskipun hanya sedetik. Entertainment sekarang dibuat semudah dan semurah mungkin untuk diakses dan  betapa kita seringkali kalah dengan nafsu kita sendiri dan menghabiskan waktu untuk scrolling social media, padahal waktu luang itu adalah rezeki dan seharusnya waktu itu digunakan untuk mengingat Allah, aktivitas yg jelas lebih worth it dan bisa menyelamatkan kehidupan kita nantinya, di yaumul hisab.
Sebagai seorang pembelajar Al Qur’an maka kita memiliki 5 kewajiban terhadap Al Qur’an, yaitu :
1. Membacanya dengan baik dan benar
Hukum mempelajari Ilmu Tajwid adalah fardhu kifayah, bila sebagian orang dari suatu kaum telah mempelajarinya maka gugur kewajiban atas lainnya. Sedangkan hukum membaca Al quran sesuai dengan kaidah ilmu tajwid adalah fardhu 'ain. Maka diwajibkan bagi seseorang saat membaca al Qur'an sesuai dengan kaidah tajwid yang benar yang ia dapatkan dengan cara musyafahah (tatap muka dengan seorang guru).
2. Mengetahui Ilmu Al Qur’an
Al Qur’an  diibaratkan satu sumur abadi yg tidak pernah kering bahkan airnya akan semakin bertambah seiring ia ditimba. Sebagaimana sebuah sumur, maka kita tidak bisa mengambil airnya secara langsung, kita membutuhkan sarana untuk bisa menikmati air tersebut guna menyalurkan dahaga dan menyejukkan tenggorokan kita. Metodelogi yg kita butuhkan untuk bisa mempelajari ilmu al qur’an antara lain Bahasa Arab Qur’an, Nahwu, Shorof dan balaghoh.
3. Mengamalkan Al Qur’an
Mengamalkan Al Qur’an meskipun masih sedikit hal yg kita tahu. Mengetahui sedikit tentang bab ikhlas atau cinta kepada Allah maka bisa kita realisasikan dalam kehidupan sehari-hari. InsyaAllah orang-orang yg terus bersama Al Qur’an akan terbentuk karakter Qur’ani, diantara karakter Qur’ani adalah sabar, ikhlas, tawakkal, dan keseluruhannya insyaAllah akan membersamai kita hingga bertemu dengan Allah SWT.
4. Menghafalkan Al Qur’an
Tidak akan kita sampai ke tahap tahfidzul qur’an keculai melewati tahapan-tahapan tahsin, tahapan memperbaiki bacaan Al Qur’an kita. Karena membaca Al Qur’an haruslah dengan cara yg baik dan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW melalui para sabahat dan para guru di masa lalu.
5. Mendakwahkan Al Qur’an
Menyebarluaskan Al Qur’an merupakan suatu kewajiban bagi kita karena Al Qur’an  merupakan pedoman hidup kita di dunia, dan semoga dengan mendakwahkan Al Qur’an ini bisa menjadi syafa’at kelak di akhirat nanti.
Semoga Allah mudahkan hati kita untuk selalu bisa terhubung dengan Al Qur’an dan Allah turunkan hidayah Al Qur’an pada kita yg selalu mau berusaha untuk lebih dekat dengan Al Qur’an. InsyaAllah, bersama Al Qur’an Allah akan selalu membahagiakan kita di dunia dan di akhirat. Aamiin.
Wallahua’lambisshowab.
-Nurul Hidayati, Al madani 2022
Tumblr media
2 notes · View notes
admherlambang · 2 years
Text
Standarisasi Ulama
Berikut pandangannya tentang standar seorang bisa dinamakan ulama. Apa standarnya? Yaitu menguasai 12 cabang ilmu, memahaminya, mengaplikasikannya serta mengetahui dan menghapal seluruh dalilnya. Kemudian mempertahankan dalilnya dari kritikan (an-nudhar). Saat tahap itu telah dicapai maka mereka akan diberi gelar al-'allamah oleh ulama yang telah mencapai tahap itu terlebih dahulu. Sedangkan bagi yang baru mencapai tahap menghapal dan menguasai 12 cabang ilmu, namun hanya satu cabang ilmu saja yang dikuasai dan dihapal setiap detail dalilnya, serta bisa mempertahankannya dari kritikan (an-nudhar), maka mereka dijuluki 'alim saja. Seperti sebutan faqih (dalam fiqih), ushuly (dalam ushul fiqh), adib (bahasa arab), muarikh (dalam sejarah dan sirah), mutakalim (dalam aqidah dan mantiq), muhadis (dalam hadis), mufasir (dalam tafsir), dan qura (dalam ilmu qiraat). Level di bawah itu dinamakan al-ustadz, yakni mereka yang berhasil menguasai dan menghafal 12 cabang ilmu dan mengaplikasikannya tapi tidak mengapal seluruh dalil dan istinbatnya dengan detail. Intinya belum mencapai tahap an-nudhar. Tapi untuk mencapai level ini saja butuh waktu belasan tahun. Di bawah itu dinamakan thalib (santri), sedangkan yang belajar satu cabang ilmu secara mendasar disebut mustaqaf (mempunyai wawasan), sedangkan orang biasa disebut awam. Inilah standar ulama dahulu, makanya Syaikh Hasan Habannakeh ketika ada orang memuji terlalu berlebihan jika ada murid yang cerdas dengan kata "Masyaallah dia seorang alim," beliau menyela "Cukup katakan; thalib yang berbakat," bukan karena tidak mau memuji, tapi beliau sedang mengajari kita untuk menaruh sesuatu pada tempatnya, karena semua gelar itu sudah jelas standarnya. Gelar-gelar ini tidak hanya milik ulama Damaskus, tapi ada dimana-mana, seperti di Al-Azhar, madrasah Hijaz, dan lain-lain. Sayangnya sejak gelar ini mulai dikikis dengan munculnya gelar baru seperti profesor, doktor, master, license, dan semacamnya, standarisasi keilmuan semakin tidak jelas.
-----
Klasifikasi ilmu secara umum:
Klasifikasi ilmu Syari’at, ada 3: 1. ilmu fiqh; 2. ilmu tafsir; dan 3. ilmu hadits.
Klasifikasi ilmu Adab, ada 14: 1. Ilmu Lughoh; 2. Ilmu Etymology; 3. Ilmu tashrif; 4. Ilmu Nahwu; 5. Ilmu Ma’any; 6. Ilmu Bayan; 7. Ilmu badi’; 8. Ilmu 'arudh/ untuk mengetahui benar tidaknya pola puisi arab; 9. Ilmu Puisi / Rhymes; 10. Ilmu Syi’ir/ poetry; 11. Ilmu Insya’ dan Natsr; 12. Ilmu Kitabah /tulis menulis huruf arab; 13. Ilmu Qiro’at/ Cara membaca; 14. Ilmu Muhadhorot/ mengajar, pidato, berbicara di depan umum. Masing-masing ilmu tersebut ada penjelasan sejarahnya.
Klasifikasi ilmu Olah Spiritual dan Fisik (spiritual and physical exercise) ada 10: 1. Ilmu Tashawuf; 2. Ilmu Teknik (Engineering; Geometries; Geometry); 3. Pendidikan Jasmani; 4. Ilmu Pengajaran (didaktik); 5. Ilmu Hisab/hitung (Arithmetic); 6. Ilmu Al-Jabar (mathematics); 7. Ilmu Musik; 8. Ilmu Politik; 9. Ilmu Akhlaq; 10. Ilmu kerumahtanggaan (Domestic science).
Klasifikasi ilmu Mentalitas (mentality) ada 20: 1. Ilmu Mantiq (logika/ Logic); 2. Ilmu Dilektika; 3. Ilmu Ushul Fiqh; 4. Ilmu Ushuluddin; 5. Ilmu Theology dan Ilmu Alam (natural and Theological); 6. Ilmu Kedokteran; 7. Ilmu Miqat; 8. Ilmu Nawamis (istilah kedokteran dan biologi dekat dengan bionomy, histonomy, anthroponomy, Nomology); 9. Ilmu Filsafat; 10. Ilmu Kimia; 11. Ilmu Aritmatika; 12. Ilmu Agrikultur; 13. Ilmu hewan/binatang; 14. Ilmu Pertanian/ cocok tanam; 15. Ilmu magic; 16. Ilmu Thilasmat (perjimatan/Talisman); 17. Ilmu Firasat; 18. Ilmu Ahkamun Nujum.
Klasifikasi ilmu Agama Islam:
Ilmu Tauhid: Ilmu agama islam yang mempelajari iman dan taqwa kepada Allah, menyerupai keesaan Allah, nama-nama yang baik Yang Mahakuasa (Asma'ul Husna), Sifat wajib dan tidak mungkin Yang Mahakuasa dan segala  sesuatu yang bekerjasama dengan ibadah kepada Allah.
Ilmu Aqidah: Ilmu agama islam yang mempelajari perihal keimanan secara lengkap yaitu 6 rukun iman, lebih lengkapnya lagi keyakinan serta kepercayaan seorang muslim serta bagaimana menyikapinya dalam perbuatannya.
Ilmu Fiqih: Ilmu agama islam yang mempelajari tata cara beribadah kepada Yang Mahakuasa terutama menjalankan 5 rukun islam, menyerupai Sholat dan tata cara sholat yang benar, baik memenuhi rukun dan syarat sah sholat serta yang membatalkannya dan sudah masuk rukun dan tata cara penyembelihan hewan dan banyak sekali tata cara yang lainnya sesuai syariah islam dalam menjalankan ibadah.
Ilmu Akhlaq: Ilmu yang mempelajari tingkah laris insan dan cara berperilaku yang baik dan benar sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW, membahas segala aspek kehidupan untuk budpekerti dan sopan santun menyerupai yang diajarkan Rasulullah menyerupai adab makan minum, budpekerti tidur, budpekerti berperilaku terhadap orang renta dan tetangga serta kaum muslim yang lainnya.
Ilmu Tajwid: Ilmu yang mempelajari bagaimana membaca Al Qur'an yang baik dan benar, menyerupai bentuk makhraj dan sifat abjad AlQuran yaitu izh-haar, idghaam, iqlaab, ikhfaa, qalqalah, waqaf dan madd.
Ilmu Faraidh: Ilmu yang mempelajari aturan waris baik ketentuan maupun pembagian, menyerupai ketentuan dan pembagian warisan keluarga.
Ilmu Mushtalahul Hadits: Ilmu dalam agama islam yang membahas derajat hadits yaitu apakah sebuah hadits shahih, hasan, dhaif atau mutawatir.
Ilmu Alat: Ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah bahasa Arab, menyerupai membaca kitab gundul tanpa harakat. Cabang ilmu alat : Shorfun, Nahwu, Khottun, 'Arudl, Bayanun, Ma'ani, Qofiyatun, Syi'run, Isytiqoqun, Insyaau, Munadhoroh, Lughot.
Ilmu Al-Quran / Ulumul Quran: Ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang bekerjasama dengan Al Alquran menyerupai segi keberadaan Al Alquran sebagai Firman Yang Mahakuasa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk seluruh alam semesta, dan juga dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung dalam Al Quran. Cabang dari Ilmu Al Alquran yakni  ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu rasmil Qur’an, ilmu I’jazil Qur’an, ilmu asbabun nuzul, dan ilmu-ilmu yang bekerjasama dengan mempelajari Al-Qur’an.
-----
Klasifikasi Pakar Syariat Islam:
Al Hafidh adalah ahli hadits yg sudah hafal 100 ribu hadits dgn sanad dan hukum matannya.
Al Hujjah adalah ahli hadits yg sudah hafal 300.000 hadits dgn sanad dan matannya,
Al Hakim adalah yg lebih dari itu dan menguasai kedalaman ilmu hadits
Al Musnid adalah orang yg banyak menyimpan sanad hadits dari diri beliau hingga Rasul saw, misalnya, dariku, dari guruku fulan, dari ayahnya, dari gurunya…., sampai pada Imam Bukhari misalnya, lalu diteruskan sampai Rasul saw. almusnid adalah yg memiliki sanad hadits seperti ini
Al Imam adalah guru guru dari para pakar hadits di zamannya, sebagaimana Imam berarti pemimpin, maka ia adalah pemuka/pemimpin ulama di masanya.
-----
Urutan: Al-'allamah, 'Alim, Al-ustadz, Thalib, Mustaqaf, Awam. 
Al-'allamah: menghafal dan menguasai 12 cabang ilmu secara detil [memahaminya, mengaplikasikannya serta mengetahui dan menghapal seluruh dalilnya (istinbath), dan mempertahankan dalilnya dari kritikan (an-nudhar)].
'Alim:  menghafal dan menguasai 12 cabang ilmu, tetapi hanya 1 cabang ilmu yang detil penguasaannya [memahaminya, mengaplikasikannya serta mengetahui dan menghapal seluruh dalilnya (istinbath), dan mempertahankan dalilnya dari kritikan (an-nudhar)].
Al-ustadz:  menghafal dan menguasai 12 cabang ilmu tetapi tidak ada yang detil penguasaanya [memahaminya, mengaplikasikannya, tetapi tidak lengkap dalam pengetahuan dan penghafalan seluruh dalilnya/ instinbath] dan tidak sampai pada tingkat an-nudhar. 
Thalib: santri/ murid.
Mustaqaf: belajar satu cabang ilmu secara mendasar.
Awam: orang biasa.
Level Al-allamah (ulama besar) berhak memakai 'surban putih dan ikat pinggang' [bukan level sembarangan].
-----
Sumber: 
https://www.ngopibareng.id/read/begitu-mudahkan-seseorang-disebut-ulama-ini-standarnya-2563824
http://www.piss-ktb.com/2017/06/5159-macam-dan-cabang-ilmu-menurut-islam.html
http://belajarislamnow.blogspot.com/2017/09/macam-macam-pembagian-cabang-ilmu-agama.html
4 notes · View notes
cokelattanpaskm · 2 years
Text
aghiUntuk thalib ilm, gak perlu terburu-buru ingin paham isu-isu panasSantri yang baru belajar, sebaiknya ga usah terlalu fokus sama perdebatan isu-isu panas seperti tawasulan, ziarah kubur, bunga bank, feminisme, jihad, filsafat, dll. Fokus saja ke ilmu dasar yang harus dipelajari seperti nahwu, sharaf, fikih, balaghahz mantiq, ushul fikih, ilmu kalam, dll selama 2-3 tahun pertama, itu yang jadi kewajibanInsyaallah nanti ketika maddah ilmiyah yang dasar sudah agak matang, baru perlahan membaca isu-isu diatas, maka dalam melihatnya kita ga lagi seperti nalar awam dalam mencernanya, tapi dengan ushul ilmiyah. Ga usah terlalu terpukau dengan senior yang membahas itu dengan baik, karena mereka hisa mencapai tahap itu tidak instan, tapi setelah melewati ilmu-ilmu dasar. Gak usah berfikir "tapi ini dibutuhkan umat nanti ketika dilapangan" karena itu bukan kewajiban kita saat ini, ada waktunya untuk itu. Oh pengen tau sekilas? Gapapa, tapi gak perlu sampe detail, sekedar tau aja bahwa yang kita jalani saat ini ada dalilnya dan sudah benar. Adapun membahas detail, itu akan membuat kita lalai akan kewajiban, ditambah kita belum mempunyai alat yang cukup, itu hanya membuat kita membela sebuah isu dengan taashub dan kekuatan ilmiyah yang lemah, karena kita ga bisa melihat permasalahan itu dari akar. Jadi bagi thalib yang baru, jangan ikuti nafsu dengan terburu-buru untuk membahas isu-isu panas seperti senior-senior yang keren, ada waktunya untuk itu, lewati saja tahap-tahap yang memang harus dilewati, jika tidak maka kita akan selamanya jadi awam, dan dalam melihat sesuatu selamanya akan sathy.
_facebook/Fauzan Inzaghi
3 notes · View notes
ligapediaslot · 2 months
Text
Habib Hasan Meninggal Dunia, Netizen Ramai Kirim Doa
Tumblr media
ligapedia.news - Pemimpin Majelis Nurul Musthofa, Habib Hasan bin Ja'far Assegaf, meninggal dunia pada usia 47 tahun. Hal tersebut diumumkan organisasi massa Islam, Rabithah Alawiyah, melalui akun X resminya. "Segenap Keluarga Besar Rabithah Alawiyah turut berduka cita atas wafatnya Habib Hasan bin Ja'far bin Umar Assegaf (Pimpinan Majelis Nurul Musthofa) pada hari Rabu, 13 Maret 2024," dikutip dari akun X Rabithah Alawiyah, Rabu (13/3/2024). Menurut situs Majelis Nurul Musthofa, Hasan bin Ja'far Assegaf lahir pada 26 Februari 1977 di Kramat Empang Bogor, Jawa Barat. Beliau belajar mengaji dan mengenal huruf oleh Syaikh Usman Baraja. Lalu di dalam bahasa Arab oleh Syaikh Abdul Qodir Ba'salamah. Sementara dalam ilmu Nahwu dah Shorof oleh Syaikh Ahmad Bafadhol. Hasan bin Ja'far Assegaf berkuliah di IAIN Sunan Ampel Malang. Setelah lulus dari IAIN Malang dan lain-lainnya, Habib Hasan memutuskan belajar bersama alim ulama yang berada di Jakarta dengan para kiai-kiai dan para Habaib. Hasan bin Ja'far Assegaf lalu mendirikan Majelis Nurul Musthofa pada 2000. Dalam situsnya dikutip dari detikcom, Majelis Nurul Musthofa merupakan salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah SAW. Innalilahi wa Ina ilaihi Raji'un... Telah berpulang ke Rahmatullah Guru Mulia Al Hasan bin Ja'far Assegaf, Smoga Allah ampuni semua salah dan Khilaf nya, dan sy bersaksi bahwa beliau org baik. pic.twitter.com/pP9DlcPoxE — 🇵🇸🇮🇩Pandawa 51🇮🇩🇵🇸 (@Anamilyan) March 13, 2024   Innalillahi wa inna ilaihi ra'jiun 🥀 Habib Hasan bin Ja'far Assegaf, Min ahlil khair wa min ahlil jannah ❤❤ pic.twitter.com/YXjNIyIjBl — Erlangga (@AleLangga) March 13, 2024 Read the full article
0 notes
mamolla · 3 months
Text
Materi 14 ~ Penghalang Ketiga: Bersandar Hanya Kepada Kitab Tidak Belajar Kepada Ulama (1)
Kajian Kitab
 Al-Ustadz Abu Haidar As-Sundawy حفظه الله
 Kitab Awaa’iqu ath Thalab (Kendala Bagi Para Penuntut Ilmu)
 as-Syaikh Abdussalam bin Barjas Alu Abdul Karim حفظه الله
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Kendala yang ketiga adalah bersandar hanya kepada kitab tidak belajar ke orang, tidak belajar ke para ulama, hanya otodidak, belajar sendiri menelaah buku bahkan juga kitab apalagi buku-buku terjemahan. Penerjemahannya pun belum tentu pas, bahkan belum tentu benar, bahkan juga belum tentu jujur. Banyak penerjemah yang tidak jujur yang menambah, mengurang bahkan merubah. Banyak juga penerjemah yang tidak jujur bahwa dirinya tidak memahami kalimat yang dia terjemahkan lalu dia buat-buat kalimat sendiri yang berbeda dengan maksud si penulis kitab aslinya. Ini berbahaya apabila seseorang membaca terjemahan. Jangankan terjemahan membaca kitab langsung asli tanpa panduan dari para ulama maka itupun berbahaya. Ini termasuk kendala ketiga.
Sebagian para penuntut ilmu menganggap dirinya punya kemampuan untuk mengambil ilmu langsung dari kitab tanpa merujuk kepada para ulama didalam menjelaskan berbagai macam ungkapan didalam kitab, didalam mencari solusi dari beberapa musykilah (perkara-perkara yang masih samar) bagi dirinya, dia langsung merujuk ke kitab tanpa bertanya kepada para ulama. Terlalu percaya diri terhadap kemampuan pribadinya. Belum memenuhi standar minimal dari ilmu yang dimiliki untuk langsung menelaah kitab itu. Dan ini penyakit berbahaya yang harus dijauhi betapa banyaknya kesalahan yang mereka perbuat, betapa jauhnya penyimpangan yang telah mereka lakukan, dan betapa buruknya kontradiksi dari pendapat-pendapat yang mereka dapatkan ketika menelaah. Kalau otodidak (langsung belajar ilmu syar’i kepada kitab tanpa bimbingan).
Berkata Al-Imam Syafi’i rahimahullah “Siapa orang yang bertafakkuh (memahami agama) min butunil kutub (langsung dari isi kitab) doyya’alahkam (dia akan banyak menyia-nyiakan hukum). Kenapa imam asy-syafi’i berkata demikian ? karena pengalaman dari penelaahan. Sebagian ulama lagi mengatakan “diantara bencana yang terbesar adalah para pembaca sok’ ke syaikh-syaikh-an (bahasa kitanya) apa maknanya ? yaitu orang-orang yang hanya belajar melalui suhuf (tulisan), melalui kitab, hanya baca-baca kemudian pahami dan dari bacaannya dia ajarkan dia share kepada banyak orang sekalipun bacaan yang dia baca kitab berbahasa arab dan dia memiliki kemampuan untuk menelaah dan memahaminya. Hal ini termasuk bencana terbesar kata para ulama.
Berkata Al faqih Sulaiman bin Musa rahimahullah “janganlah kalian mengambil Qur’an dari Mushafiyyin (orang-orang yang belajar Qur’an dari mushaf) bukan dari orang, bukan dari guru, tetapi dari mushaf. Dan jangan kalian mengambil ilmu dari Shohafiyyin (orang yang hanya belajar ilmu dari kitab tanpa berguru langsung kepada para ulama)”. Zaman dulu tulisan Qur’an itu arab gundul, tidak ada fathah, kasroh, dhomah, sukun itu tidak ada bahkan lebih dahulunya lagi titik pun tidak ada. Sehingga susah membedakan antara huruf ب (ba) ت (ta), ث (tsa), dan ن (nun) karena wadahnya sama dan yang membedakannya ialah titiknya. Kalau titik satu dibawah adalah ba, dua diatas ta, tiga diatas tsa, dan satu diatas adalah huruf nun. Kita bisa membedakan tetapi dahulu tidak ada titik yang membedakan. Kemudian setelah ada inisiatif membuat titik untuk membedakan antara ج (jim) ح (ha) dan خ (kha), antara ع (‘ain) dan غ (gin), antara ب (ba) ت (ta), ث (tsa), dan ن (nun) lalu agak mudah tetapi belum ada fathah, kasroh, dhomah, sukun. Jadi kalau orang tidak memahami benar masalah nahwu dan syorof akan salah baca atau bahkan tidak bisa baca. Maka bayangkan jikalau orang langsung belajar Qur’an, membaca Qur’an dari mushaf dalam keadaan dahulu alias gundul maka akan salah bacanya dan artinya juga bisa salah bahkan sekarang pun walaupun sudah ada tanda baca ada fathah, ada kasroh, orang bisa lancar membaca apakah pasti benar ? jawabannya adalah belum tentu tentang makhraj umpamanya. Kalau tidak mendengar dari guru, tidak dilihat mulut kita, lidah kita ketika mengucapkan huruf belum tentu benar. Itu jikalau tiadk langsung belajar dari guru bisa salah, lafadz bisa salah, tajwid dan makhraj bisa salah. Makanya jangan mengambil Al-Qur’an dari Mushafiyyin (orang yang hanya belajar Qur’an dari mushaf) dan jangan juga mengambil ilmu dari Shohafiyyin (orang-orang yang hanya belajar ilmu dari tulisan-tulisan kitab)
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، أشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلاَّ أنْتَ ، أسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
0 notes