Tumgik
#hariberat
elfonce · 2 years
Text
TIDAK PERNAH MENGIRA, HARI-HARI YANG DULU TERASA BERAT, AKHIRNYA BISA TERLEWATI JUGA
Pada saat kenyataan terburuk datang menghampiri, rasa-rasanya tidak ada hal yang pantas dilakukan selain keluh dan kesah dibumbungkan. Bahkan, merasa bahwa diri sedang diadili dengan tidak adil. Merasa diri paling baik dan tak pantas mendapatkan kejutan cobaan yang Allah turunkan.
Jika melihat lagi ke belakang, cobaan berat itu terasa sulit untuk dilalui. Benar-benar terasa sulit. Mau bagaimanapun, diri akan menyangkal. Mengapa harus yang baik yang tersakiti? Mengapa harus yang tulus yang dikhianati? Mengapa harus yang jujur yang diingkari? Mengapa harus yang lemah yang dibuang bak sampah?
Tanpa kita sadari, diri sudah mengangung-agungkan nama sendiri. Meninggi-ninggikan diri sendiri layaknya hamba yang tak punya dosa sama sekali. Merasa paling tersakiti dengan cobaan yang baru ditimpa sekali.
Sombong, angkuh, ujub, takabbur, sum’ah, riya, kufur nikmat!
Mari refleksi. Apakah kita benar-benar baik dengan anggapan banyak orang bahwa diri kita baik? Sepertinya kita belum benar-benar baik, jika kita masih haus akan anggapan baik banyak orang, tanpa melihat masih begitu banyak kekurangan.
Kita tidak sadar, diri ini lah yang mungkin sudah lebih sering menyakiti banyak hati. Tangan kanan yang selalu ingin tampak oleh tangan kiri. Ucapan indah yang keluar dari mulut selalu ingin didengar dengan tenang, direspons dengan pujian, bahkan sampai ingin mengakukan bahwa diri sendiri lah yang telah mampu mengubah sikap buruk seseorang. Padahal, mungkin, dari sebuah ucapan indah, ternyata telah mencabik hati orang lain dengan mudah.
Astaghfirullah …
Hingga akhirnya kita menyadari, bahwa cobaan yang menimpa, ternyata menjadi penunjuk jalan saat kita tersesat. Cobaan menjadi cermin tajam nan lebar, cermin yang mampu dengan jelas menampakkan segala kekurangan, yang sebelumnya bahkan diri sendiri tak pernah memberikan celah untuk kekurangan itu tampak dan berhias.
Cobaan memberi arti, bahwa diri ini bukanlah manusia sempurna. Ia adalah hamba yang lemah. Tidak seharusnya mengakukan kuasa Allah seperti kuasa sendiri.
Ya, sekali lagi ... Cobaan itu menampar diri, dan cobaan itu sudah pasti. Ia akan datang pada setiap hamba yang bernyawa (Q.S. Al-Baqarah [2]: 155-156).
 Saat cobaan datang menghampiri, tetaplah berpegang teguh pada janji Allah “Sesungguhnya, sesudah kesulitan, pasti ada kemudahan.” (Q.S. Al-Insyirah [94]: 5).
Allah memberi cobaan, ujian, atau masalah kepada hambanya, karena Allah sayang.
Tiada kejadian tanpa hikmah. Allah maha baik, memberikan hikmah pada setiap masalah. Dan, Allah tentu semakin menguatkan kita melalui perantara berbagai cobaan yang menerpa. Buktinya, sekarang, bagaimana? Kita tidak pernah mengira, hari-hari yang dulu terasa berat, akhirnya bisa terlewati juga.
4 notes · View notes